MAKALAH Ilmu Kalam

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALIRAN ALIRAN DALAM PEMIKIRAN KALAM (ASY’ARIYAH DAN


MATUDIRIYAH)
(makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah ilmu kalam)
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. M. Yunan Yusuf

Disusun Oleh :
Salwa Ramadhani Pasaribu
(11220510000227)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi agenda perkuliahan dan tugas akhir untuk mata kuliah Ilmu
kalam, dengan judul “aliran aliran dalam pemikiran kalam (asy’ariyah dan matudiriyah)”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna, serta kesalahan yang terjadi di luar batas
kemampuan penulis. Maka dari itu penulis sangat terbuka atas saran dan kritik yang
membangun dari dosen dan teman-teman dengan harapan mampu meningkatkan
kemampuan kepenulisan di masa yang akan datang. Penulis berharap dengan penulisan
makalah ini mampu bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Ciputat, 9 Desember 2023


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Aliran Asy’ariyah ................................................................................................... 3
B. Aliran Matudiriyah ................................................................................................. 5
BAB III ............................................................................................................................. 10
PENUTUP ........................................................................................................................ 10
2.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Munculnya berbagai macam golongan aliran pemikiran dalam Islam telah
memberikan warna tersendiri dalam agama Islam. Pemikiran-pemikiran ini muncul setelah
wafatnya Rasulullah. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya
berbagai golongan dengan segala pemikirannya. Di antaranya adalah faktor politik
sebagaimana yang telah terjadi pertentangan antara kelompok Ali dengan para pengikut
Muawiyah, sehingga muncullah golongan-golongan baru yaitu golongan Khawarij. Lalu
muncullah golongan-golongan lain sebagai reaksi dari golongan satu pada golongan yang
lain.

Antara golongan-golongan tersebut memiliki pemikiran-pemikiran yang berbeda


antara satu dengan yang lainnya. Ada yang berpegang pada wahyu, ada pula yang
menetapkan akal dalam menafsirkan wahyu. Dengan berdasar pada hadis, sekarang
banyak yang mengklaim dirinya sebagai Ahlussunnah wal jama’ah.

Sebagai reaksi terhadap firqoh-firqoh yang berbeda di masa-masa awal, maka pada
akhir abad ke-3 H timbullah golongan yang dikenali sebagai Ahlusunnah wal jama’ah.
Golongan ini dipimpin oleh dua ulama besar yaitu, Syaikh Abu Hasan Ali al-Asy’ari
sebagai pendiri aliran Asy’ariyah dan Syaikh Abu Mansur al-Maturidi sebagai pendiri
aliran Maturidiyah. Namun dari semua aliran yang mewarnai perkembangan umat Islam
itu, tidak sedikit juga yang mengundang terjadinya konflik dan membawa kontraversi
dalam umat, khususnya aliran yang bercorak atau berkonsentrasi dalam membahas
masalah teologi. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah pembahasan mendalam untuk
beberapa aliran-aliran ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana Pemikiran Aliran Asy’ariyah?
2. Bagaimana Pemikiran Aliran Maturidiyah?

1
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Ilmu
Kalam:
1. Penjelasan tentang aliran Asy’ariyah.
2. Penjelasan tentang aliran Maturidiyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Asy’ariyah
Asy‟ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini adalah
Ahlu Sunnah wal Jamaah.1 Aliran Asy‟ariyyah adalah aliran teologi yang dinisbahkan
kepada pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail alAsy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah,
besar dan wafat di Baghdad (260-324 H). Ia berguru pada Abu Ali al-Jubbai, salah seorang
tokoh Mu‟tazillah yang setia selama 40 tahun. Setelah itu ia keluar dari Mu‟tazillah dan
menyusun teologi baru yang berbeda dengan Mu‟tazillah yang kemudian dikenal dengan
sebutan Asy‟ariyyah, yakni aliran atau paham Asy‟ari. Kasus keluarnya Asy‟ari ini
menurut suatu pendapat karena ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah yang berkata
kepadaya, bahwa Mu‟tazillah itu salah dan yang benar adalah pendirian al-Hadis.2

Menurut aliran Asy‟ariyyah, Allah mempunyai beberapa sifat dan sifatsifat itu
bukan zat-Nya dan bukan pula selain zat-Nya, namun ada pada zatNya. Meskipun
penjelasan Asy‟ariyyah itu mengandung kontradiksi, hanya dengan itulah aliran tersebut
dapat melepaskan diri dari paham ta’addud al- qudama (banyaknya yang kadim) setidak-
tidaknya menurut pemikiran mereka.3

Asal Usul Aliran Asy’riyah

Asy‟ariyah dan maturidiyah muncul secara bersama yang dikenal dengan nama
aliran Ahl al-Sunnah wal Jama‟ah yang secara populer disebut dengan Sunni. Pada waktu
yang bersamaan Syi‟ah sebagai aliran memainkan peranannya dalam masyarakat Islam
dengan pandangan-pandangan rasional dengan berpegang teguh pada ajaran Imamah yang
sangat memuliakan Ahlu albait.4

1
Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24
2
Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85
3
A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm.
91
4
M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14

3
Tidak dipungkiri bahwa sejak lama kaum muslimin di Indonesia menganut
madzhab fiqih Syafi‟iyyah. Secara aqidah, banyak yang mengikuti paham Asy‟ariyah,
secara tasawuf merujuk pada ajaran-ajaran shufi Imam Abu Hamid Al-Ghazali.5

Aliran Asy’ariyah mengalami kemajuan yang sangat pesat, bahkan mampu


mendominasi alam pikiran dunia Islam dan penyebaran dilakukan di berbagai pelosok
dunia Islam. Ajaran ini berkembang di daerah penguasa, seperti dinasti Abbasiyah,
menghapuskan pengajaran yang bercorak Syiah dan menggantikan dengan pengajaran
yang bercorak Sunni Asy’ariyah. Bahkan kurikulum di sekolah-sekolah diganti dengan
kurikulum-kurikulum yang bercorak Asy’ariyah.

Pemikiran yang lain al-Asy’ari tentang kuasa Tuhan, yaitu:

1. Tuhan adalah wajibul wujud (wajib ada) berdasarkan wahyu dari padanya serta
dapat ditangkap oleh akal pikiran dengan bukti wujud alam semesta.

2. Sifat yang Qodim, maka Tuhan mempunyai sifat yang Qodim pula, karena
sifatnya juga zat-Nya.

3. Tuhan berkuasa mutlak dan karenanya, kemauan, kehendak dan perbuatannya


tidak bisa diganggu gugat.

4. Manusia dan akalnya bisa mengetahui Tuhan, tetapi akal manusia tidak
menunjukkan kewajiban untuk melakukan sesuatu yang baik karena kebaikannya
dan tidak pula menunjukkan yang buruk dan meninggalkan karena keburukannya,
tetapi semua hanya ditujukan oleh wahyu, qodla dan qodar di tangan Tuhan.

5. Manusia tidak berkuasa untuk menciptakan sesuatu ia hanya mempunyai sikap


kasab (usaha) untuk memperoleh sesuatu dari perbuatannya, sedang hasil atau
tidaknya berada di tangan Tuhan.6

Tokoh-tokoh penting Asy’ariyah:

1. Al-Baqillani atau nama lengkapnya Muhammad bin at-Tayyib bin Muhammad Abu
Bakar al-Baqillani. Ia mendalami ajaran Asy’ariyah melalui kedua gurunya yaitu, Ibnu

5
Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2012), hlm. 80
6
33 Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing)

4
Mujahid dan Abu Hasan al-Bahili. Kedua gurunya itu adalah murid langsung dari al- 4.
Ibid., h. 48. 15 Asy’ari, namun al-Baqillani ada perbedaan pendapat dengan al-Asy’ari,
terutama pada sifat Tuhan dan perbuatan manusia.

2. Al-Juwaini, nama lengkapnya Abdul Ma’ali al-Juwaini dan mendapat gelar Imam
alHaramain karena ia pernah tinggal di Mekah dan Madinah untuk memberikan pelajaran
dan fatwa. Bukunya yang terkenal adalah al-Irsyad (Petunjuk), yang menguraikan
masalah-masalah fikih yang bersumber pada ajaran Imam Syafi’i dengan corak faham
Asy’ariyah. Dalam pandangan teologinya, ia tidak sepenuhnya setuju dengan pemikiran-
pemikiran al-Asy’ari.

3. Al-Ghazali, nama lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Atas
pengaruhnya, ajaran al-Asy’ari meluas di kalangan ahlusunah waljamaah, ia juga mengajar
di Madrasah Nizamiyah. Ia diberi gelar Hujjah al-Islam karena melalui karyakaryanya ia
telah membelah Islam dari paham-paham yang menyesatkan seperti paham Batiniah.
Paham Batiniah adalah paham yang menyatakan bahwa Alquran mempunyai arti zahir
(lahir) dan arti batin.

B. Aliran Maturidiyyah

Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil mengajukan
pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-
Maturidi. Beliau lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad kesembilan Masehi
kedua abad ke-9 M dan meninggal tahun 944 M.

Aliran Maturidiyyah yang dikatakan tampil sebagai reaksi terhadap pemikiran-


pemikiran mu‟tazzilah yang rasional itu, tidaklah seluruhnya sejalan dengan pemikiran
yang yang diberikan oleh al-asy‟ari. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
pemikiran teologi asy‟ari sangat banyak menggunakan makna teks nash agama (Quran
dan Sunnah), maka Maturidiyyah dengan latar belakang mazhab Habafi yang dianutnya
banyak menggunakan takwil.7

7
Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran: Dari Khawarij Ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99

5
Asal Usul Aliran Maturidiyyah

Tokoh pertama dari aliran Maturidiyah adalah al-Maturidi sendiri. Sebagai pemikir
yang tampil dalam menghadapi pemikiran Muktazilah, almaturidi banyak menyerang
pemikiran mu‟tazillah. Namun karena ia memiliki latar belakang intelektual pandangan-
pandangan rasional Abu Hanifahm dicelah-celah perbedaan itu terdapat pula kesamaan.

Murid terpenting dari Al-Maturidi adalah Abu al-Yusuf Muhammad al Bazdawi. Ia


dilahirkan pada tahun 421 H dan meninggal pada tahun 439 H. Sebagai diketahui bahwa
nenek Al-Bazdawi adalah murid dari al-Maturidi. Al-Bazwadi sendiri mengetahui ajaran-
ajaran al-Maturidi dari orang tuanya. Agaknya pewarisan paham yang sudah melalui tiga
jenjang terhadap AlBazdawi sendiri tidak urung membuat berbagai perbedaan antara al-
bazdawi dengan al-maturidi.

Apalagi bila hal itu dikaitkan dengan kebebasan intelektual di kalangan ulama
masa lampau. Inilah kemudian yang membuat terdapatnya dua cabang aliran dalam
Maturidiyyah, yaitu cabang Samarkand dengan tokoh Maturidi sendiri dan cabang
Bukhara dengan tokoh utama al-Bazdawi. 8
al-Maturidi yang sejalan dengan al-Asy'ari
mengatakan bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat. Oleh sebab itu, Tuhan menurut al-
Maturidi, mengetahui bukan dengan dzat-Nya, tetapi mengetahui dengan pengetahuan-
Nya, demikian pula berkuasa dengan sifat-Nya.9

Sementara itu menurut Maturidi, Tuhan tidaklah mempu- nyai kewajiban-


kewajiban. Perbuatan Tuhan pada hakikatnya hanyalah mengandung hikmah, baik itu
dalam ciptaan mau- pun dalam perintah dan larangannya. Ini berarti perbuatan Tuhan
terlaksana bukan karena terpaksa.

Tentang orang yang beriman dan berdosa besar, Al-Maturidi berpendapat: orang
yang beriman dan yang berdosa besar tetap dinyatakan sebagai orang mu’min. Adapun
bagaimana nasibnya kelak di akherat, terserah kepada kehendak Tuhan.

8
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi
(Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99
9
Harun Nasution, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 1983, hlm. 76.

6
Sekte-sekte dalam Maturidiyah:

Berdasarkan beberapa referensi yang kami peroleh, aliran Maturidiyah dapat


digolongkan menjadi dua bagian yaitu:

1. Golongan Samarkand

Yang menjadi golongan ini adalah pengikut-pengikut Maturidiyah sendiri.


Golongan ini cenderung ke arah paham Mu’tazilah, mengenai sifat-sifat Tuhan. Menurut
Maturidi, Tuhan mempunyai sifat-sifat. Tuhan mengetahui bukan dengan zat-Nya,
melainkan dengan pengetahuan-Nya. Begitu juga Tuhan berkuasa bukan dengan zat-Nya.

Bagi Maturidiyah Samarkand, iman tidaklah cukup dengan tashdiq, tetapi harus
dengan ma’rifah pula. Tidak akan ada tashdiq kecuali setelah ada ma’rifah. Jadi, ma’rifah
menimbulkan tashdiq. Iman versi Maturidiyah Samarkand adalah mengetahui Tuhan
dalam ketuhanan-Nya. Ma’rifah adalah mengetahui Tuhan dengan segala sifat-Nya dan
Tauhid adalah mengetahui Tuhan dalam Keesaan-Nya. Qadir adalah mengetahui Tuhan
dalam kekuasan-Nya

2. Golongan Bukhara

Golongan Bukhara di pimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad Al-bazdawi. Yang


dimaksud golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran
Maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Asy’ari.
Namun, walaupun sebagai aliran Maturidiyah, Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham
dengan Maturidiyah. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagian umat Islam
yang bermazhab Hanafi.

Golongan bukhara berkeyakinan bahwa akal tidak dapat mengetahui


kewajibankewajiban karena akal hanya mampu mengetahui sebab kewajiban Tuhan.

Persamaan dan Perbedaan Maturidiyah Samarkand dan Bukhara:

Setelah Maturidiyah terpecah menjadi dua bagian, yakni aliran Samarkand dan
Bukhara, ajaran aliran maturidiyah mengalami perbedaan dan ada juga yang sama di antara
ke dua aliran ini, yakni sebagai berikut:

1. Mengenai pelaku dosa besar

7
Aliran Maturidiyah, baik Samarkand maupun Bukhara, sepakat menyatakan bahwa
pelaku dosa besar masih tetap sebagai mukmin karena adanya keimanan dalam dirinya.
Adapun balasan yang diperolehnya kelak di akhirat bergantung apa yang dilakukannya di
dunia. Jika ia meninggal tanpa taubat terlebih dahulu, keputusannya diserahkan
sepenuhnya kepada kehendak Allah SWT. Jika menghendaki pelaku dosa besar itu
diampuni, ia akan memasukkannya keneraka, tetapi tidak kekal di dalamnya.

2. Mengenai Iman dan Kufur

Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman


adalah tashdiq bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan, di mana suatu penegasan
bahwa keimanan itu tidak cukup hanya perkataan semata, tanpa diimani pula oleh
kalbu.Apa yang di ucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila
hati tidak mengakui ucapan lidah.

3. Mengenai perbuatan Tuhan dan perbuatan manusia

a. Mengenai perbuatan Tuhan

Mengenai perbuatan Allah SWT ini, terdapat perbedaan pandangan antara


Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Pengiriman rasul dipandang
Maturidiyah Samarkand sebagai kewajiban Tuhan. Maturidiyah Bukhara memiliki
pandangan tentang pengiriman rasul, sesuai dengan faham mereka tentang kekuasaan dan
kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat wajib dan hanya bersifat mungkin saja.

b. Mengenai perbuatan Manusia

Ada perbedaan antara Maturidiyah Samarkand dan Maturidiyah Bukhara


mengenai perbuatan manusia. Kehendak dan daya berbuat pada diri manusia, menurut
Maturidiyah Samarkand, adalah kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya
dan bukan dalam arti kiasan, maksudnya daya untuk berbuat tidak diciptakan sebelumnya,
tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Sedangkan Maturidiyah Bukhara memberikan
tambahan dalam masalah daya. Manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan
perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat mencipta, dan manusia hanya dapat melakukan
perbuatan yang telah diciptakan Tuhan bagi-Nya.

4. Mengenai sifat-sifat Tuhan.

8
Maturidiyah Bukhara berpendapat Tuhan tidaklah mempunyai sifat-sifat
jasmani.Ayatayat Al-Qur’an yang menggambarkan Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani
haruslah diberi ta’wil.

Sedangkan golongan Samarkand mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi


tidak lain dari Tuhan. Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan
bersifat dengan menghadapi jasmani ini, al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan.

5. Mengenai kehendak mutlak Tuhan dan keadilan Tuhan.

Kehendak mutlak Tuhan, menurut Maturidiyah Samarkand, dibatasi oleh keadilan


Tuhan. Tuhan adil mengandung arti bahwa segala perbuatannya adalah baik dan tidak
mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan kewajiban-kewajiban-Nya terhadap
manusia. Adapun Maturidiyah Bukhara berpendapat bahwa Tuhan memiliki kekuasaan
mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya.
Tidak ada yang menentang atau memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan.

Doktrin-Doktrin Aliran Maturidiyah

• Orang Mukmin melakukan dosa besar tetap Mukmin

• Janji dan ancaman tuhan tidak boleh tidak mesti berlaku kelak

9
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Asy’ariyah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam periode klasik yang
namanya dinisbatkan kepada nama pendirinya yaitu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari.
Dalam belajar agama, Al-Asy’ari mula-mula berguru kepada Abu Ali al-Jubba’i seorang
pemuka Mu’tazilah. Akan tetapi, pada usia 40 tahun ia menyatakan diri keluar dari
Mu’tazilah, karena ia mengalami berbagai keraguan dan tidak puas terhadap doktrin-
doktrin Mu’tazilah. Dalam perjalannya, Asy’ari sendiri mengalami tiga periode dalam
pemahaman akidahnya, yaitu Muktazilah, kontra Muktazilah, dan Salaf.

Sedangkan Maturidiyah didirikan oleh al-Maturidi, nama lengkapnya Abu Mansur


Muhammad Ibn Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi. Ia dilahirkan di Maturid. Tahun
kelahirannya tidak diketahui secara pasti, hanya diperkirakan sekitar pertengahan abad ke-
3 H dan wafat pada tahun 333 H. Doktrin teologi Maturidiyah antara lain tentang sifat
Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, perbuatan manusia, kebaikan dan keburukan dapat
diketahui dengan akal, hikmah dan tujuan perbuatan Tuhan, pelaku dosa besar dan melihat
Tuhan. Namun demikian di kalangan Maturidiah sendiri ada dua kelompok yang
juga memiliki kecenderungan pemikiran yang berbeda yaitu kelompok Samarkand yaitu
pengikut-pengikut al-Maturidi sendiri yang paham-paham teologinya lebih dekat kepada
paham Mu’tazilah dan kelompok Bukhara yaitu pengikut al-Bazdawi yang condong
kepada Asy’ariyah.

10
DAFTAR PUSTAKA

A. Athaillah, Rasyid Ridha: Konsep teologi rasional dalam tafsir al-manar (Jakarta:
Erlangga, 2006), hlm. 91

Abu Muhammad Waskito, Mendamaikan Ahlus Sunnah Di Nusantara, (Jakarta: Pustaka


Al-Kautsar, 2012), hlm. 80

Chaerudji, Ilmu Kalam (Jakarta: Diadit Media, 2007), hlm. 85

Dewi Astuti, Kamus Populer Istilah Islam, (Jakarta: Gramedia, 2013), hlm. 24
Geonawan Mohamad, Teks dan Iman, (Jakarta: Tempo Publishing) hlm. 33

Harun Nasution, Teologi Islam, (UI Press, Jakarta, 1983), hlm. 76.
Yunan Yusuf, Alam pikiran islam pemikiran: dari khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan
Hanafi (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 99

M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 14

11

Anda mungkin juga menyukai