Bab Ii Kti Lisnayanti

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

1. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

menyerang saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan

bagian bawah. Virus, jamur, dan bakteri penyebabnya infeksi ini.

Penyakit ini secara umum terjadi pada masa peralihan yang disebabkan

oleh peredaran virus di udara yang juga menambah efek perubahan udara

dari panas ke dingin maka sistem kekebalan tubuh anak melemah. Hal

ini membuat anak lebih rentan terhadap infeksi karena penyakit infeksi

saluran pernapasan akut dapat menyerang anak-anak ketika pertahanan

tubuh (imunologi) melemah. Biasanya menyerang anak-anak di bawah

usia 5 tahun dan kelompok yang daya tahan tubuhnya masih rentan

terhadap berbagai penyakit. Penyakit ini diawali dengan suhu tubuh yang

hangat sekitar 380C disertai satu atau lebih gejala, sakit tenggorokan atau

sakit menelan, pilek, disertai batuk kering atau lendir (Lubis Ira,

dkk.2019).

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit menular

dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup meningkat di

Indonesia. Penyakit ISPA merupakan penyakit infeksi saluran

pernapasan atas. penyakit ISPA cukup banyak di derita oleh balita,karena

anak balita sudah mulai kontak langsung dengan lingkungan luar, juga

5
termasuk kontak langsung dengan orang penderita penyakit ISPA,

sehingga anak lebih mudah terkena penyakit ISPA (Nuryanti et al.,

2022).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut

yang menyerang saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan

bagian bawah. virus, jamur dan bakteri merupakan penyebab dari infeksi

ini. Secara garis besar, ISPA dibedakan menjadi common cold dimana

pemicunya adalah virus rhinovirus, respiratory syncytial virus,

adenovirus, dan influenza yang dipicu oleh virus influenza dengan

berbagai tipe. Penyakit ini biasanya akan muncul pada saat musim

pancaroba yang diakibatkan oleh sirkulasi virus di udara yang meningkat.

Selain itu, perubahan udara dari panas ke dingin akan menyebabkan daya

tahan tubuh anak menjadi lemah. Sehingga, anak menjadi lebih mudah

terserang oleh penyakit ini (Padila et al., 2019).

2. Klasifikasi ISPA

Menurut (Halimah 2019) klasifikasi ISPA d apat dikelompokkan

berdasarkan golongannya dan golongan umur yaitu :

a. ISPA berdasarkan golongannya :

1) Pneumonia yaitu proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

(alveoli).

2) Bukan pneumonia jika meliputi batuk pilek biasa, radang tenggorokan

(pharyngitis), tonsilitisi dan infeksi telinga

6
b. ISPA dikelompokkan berdasaran golongan umur yaitu :

1) Untuk anak usia 2-59 bulan :

a) Pneumonia sangat berat, batuk atau kesulitan bernapas yang disertai

sianosis sentral, tidak dapat minum,adanya penarikan dinding dada, anak

kejang dan sulit dibangunkan

b) Pneumonia berat, batuk atau kesulitan bernapas dan menarik dinding

dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.

c) Pneumonia, batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa

penarikan dinding dada

d) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa), batuk atau kesulitan bernapas

tanpa pernapasn cepat atau penarikan dinding dada.

2) Untuk anak usia kurang dari 2 bulan :

a) Bukan pneumonia jika frekuensi pernafasan kurang dari 60 kali permenit

dan tidak ada tarikan dinding dada.

b) Pneumonia berat yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali

permenit atau adanya tarikan dinding dada tanpa nafas cepat.

3. Etiologi ISPA

Penyakit infeksi saluran pernapasan akut dapat disebabkan oleh

berbagai penyebab seperti bakteri, virus dan riketsia. Infeksi saluran

pernapasan akut bagian atas disebabkan oleh virus, sedangkan infeksi

saluran pernapasan akut bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri dan

7
virus. Infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang disebabkan

oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat

sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penganannya (Syamsi,

2018)

faktor yang menyebabkan penularan penyakit ISPA, yaitu faktor

individu dan faktor lingkungan. Faktor individu merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri pasien. Terdapat beberapa aspek yang dinilai

seperti statis gizi, status imunisasi dasar, dan berat lahir. Sedangkan

faktor lingkungan merupakan faktor yang berasal dari lingkungan luar

pasien yang dapat meningkatkan risiko penularan penyakit ISPA. Yang

difokuskan dalam faktor lingkungan (Syamsi, 2018)

4. Patofisiologi ISPA

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas.

Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi

bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi

udara, inspirasi dirongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglottis,

pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan

tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme

system pertahanan tersebut, akibatnya terjadi invasi didaerah-daerah

saluran pernapasan atas maupun bawah (Blaandina, 2020)

5. Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dengan cepat, yaitu

dalam beberapa jam sampai beberapa hari. Penyakit ISPA pada balita

dapat menimbulkan bermacam macam tanda dan gejala. Tanda dan

8
gejala ISPA seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek,

sakit telinga dan demam (Syamsi, 2018)

Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahanya :

1) Gejala dari ISPA ringan

a) Batuk.

b) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada

waktu berbicara atau menangis).

c) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

d) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C.

2) Gejala Sedang

a) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk kelompok

umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih

untuk umur 2 -< 5 tahun.

b) Suhu tubuh lebih dari 39°C.

c) Tenggorokan berwarna merah.

d) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

e) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

f) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

3) Gejala Berat

a) Bibir atau kulit membiru.

b) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

c) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah.

d) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.

e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

9
f) Tenggorokan berwarna merah.

6. Anatomi Sistem Pernapasan

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan

epiglotis, yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan

udara yang dihirup.

Gambar 1.1 Anatomi Sistem Pernapasan

(Syamsi, 2018)

a. Hidung

Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung)

yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang

bermuara ke rongga hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung

yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah.

Proses oksigenasi diawali dari sini. Pada saat udara masuk melalui

hidung, udara akan disaring oleh bulu-bulu yang ada di dalam vestibulum

(bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

10
b. Faring

Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar

tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring

(di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di Dbelakang

laring (laringo faring).

c. Laring

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas

bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang

terdiri atas dua lamina yang bersambung digaristengah

d. Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang

kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra

thorakalis kelima. Trakea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua

puluh lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi

oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat

mengeluarkan debu atau benda asing.

e. Bronkus

Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas

dua percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek

dan lebar dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan

bawah; sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang

berjalan dalam lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus

adalah bagian percabangan yang disebut sebagaibronkhiolus.

11
7. Mekanisme terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)

ISPA merupakan penyakit yang dapat menyebar melalui udara.

ISPA dapat menular bila agen penyakit ISPA, seperti virus, bakteri,

jamur, serta polutan yang ada di udara masuk dan mengendap di saluran

pernapasan sehingga 12 hari menyebabkan pembengkakan mukosa

dinding saluran pernapasan dan saluran pernapasan tersebut menjadi

sempit. Pengendapan agen di mucociliary transport (saluran penghasil

mukosa) menimbulkan reaksi sekresi lendir yang berlebihan

(hipersekresi). Bila hal itu terjadi pada anak- anak, kelebihan produksi

lender tersebut akan meleleh keluar hidung karena daya kerja

mucociliary transport sudah melampaui batas. Batuk dan lender yang

keluar dari hidung itu menandakan bahwa seseorang telah terkena ISPA

(Permatasari et al., 2017).

Seseorang yang terkena ISPA bisa menularkan agen penyebab

ISPA melalui transmisi kontak dan transmisi droplet. Transmisi kontak

melibatkan kontak langsung antar penderita dengan orang sehat, seperti

tangan yang terkontaminasi agen penyebab ISPA. Transmisi droplet

ditimbulkan dari percikan ludah penderita saat batuk dan bersin di depan

atau dekat dengan orang yang tidak menderita ISPA. Droplet tersebut

masuk melalui udara dan mengendap di mukosa mata, mulut, hidung, dan

tenggorokan orang yang tidak menderita ISPA. Agen yang mengendap

tersebut menjadikan orang tidak sakit ISPA menjadi sakit ISPA

(Noviantari, 2018).

12
8. Penatalaksanaan dan Pengobatan Penderita ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan

kasus yang benar merupakan stategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan

program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya

penggunaan antibiotic dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan

penyakit ISPA.

Penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi

penggunaan antibiotic untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta

mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.

Adapun pengobatan yang dapat dilakukan kepada penderita ISPA

yaitu sebagai berikut :

a. Pneumonia berat, dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigen dan sebagainya.

b. Pneumonia, diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila penderita

tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian

kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik

pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin, atau penisilin prokain.

c. Bukan pneumonia tanpa pemberian obat antibiotik hanya diberikan

perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional

atau obat batuk lain yang tidak ada zat yang merugikan seperti Kodein,

Dekstrometorfan dan Antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun

panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada

pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai

13
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman Streptococcus dan harus diberi antibiotik

(Penisilin) selama 10 hari.

9. Komplikasi

Menurut (Padila et al., 2019) terdapat beberapa komplikasi pada

penderita ISPA meliputi:

a. Tonsilitis

b. Sinusitis

c. Faringitis

d. Pneumonia

14
10. Pathway

Invasi kuman

Peradangan pada saluran


pernapasan

Kuman melepas endotoksin

Merangsang tubuh untuk


Melepas zat pirogen oleh
leukosit

Hipotolamus kebagian
termogulator

Suhu tubuh meningkat

Hipertermi

Merangsang mekanisme
Pertahanan tubuh terhadap
Adanya mikroorganisme

Meningkatkan produksi mucus


oleh sel-sel basilica sepanjang
saluran pernapasan

Penumpukan sekresi mucus


Pada jalan napas

Ketidakefektifan bersihan
Obstruksi jalan napas
Jalan nafas

15
B. Asuhan Keperawatan Pasien Bersihan Jalan Napas
1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan,

merupakan proses pengumpulan data dalam berbagai sumber seperti

observasi (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi), wawancara dan

catatan (catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang lama) untuk

mengidentifikai dan mengevaluasi status kesehatan klien.

Dalam pengkajian terdapat dua tahap pengumpulan data yaitu

pengumpulan data dan analisis data,sebagai berikut :

a. Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan

informasi atau identitas klien dari keluarga maupun rekam medis klien.

1) Identitas diri

Dalam identitas ini terdapat nama, alamat, jenis kelamin, golongan darah.

2) Identitas penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,

hubungan keluarga dengan pasien, dan alamat

3) Keluhan utama

Gejala umum yang sering muncul pada anak penderita ISPA adalah,

batuk berdahak, sakit tenggorokan, kulit teraba hangat.

4) Riwayat kesehatan sekarang

Anak penderita ISPA awal mulanya terinfeksi saluran pernapasan bagian

atas seperti hidung dan tenggorokan selama 1 minggu. Suhu tubuh

meningkat 38ºC–40ºC, dan kadang disertai kejang karena demam tinggi.

16
5) Riwayat penyakit dahulu

Pernah mengalami batuk pilek dan sesak sebelumnya, status gizi, status

imun yang menurun akibat infeksi (morbili, pertusis, malnutrisi dan

imunosupresi), faktor lingkungan (asap rokok dan polusi).

6) Riwayat imununisasi

Anak yang tidak mendapatkan imnunisasi lengkap seperti BCG (Bacillus

Calmette Guerin) , DPT (Difteri, pertussis, tetanus), Polio, Campak dan

Hepatitis B. Sangat berisiko tinggi untuk diserang penyakit infeksi

saluran pernapasan atas atau bawah karena sistem kekebalan tubuhnya

tdak kuat untuk melawan infeksi sekunder (imun lemah).

7) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang pernah terserang penyakit infeksi

saluran pernapasan akut.

8) Riwayat aktivitas sehari-hari

a. Nutrisi

Biasanya ditemukan muntah dan anoreksia

b. Eliminasi

Menggambarkan keadaan eliminasi pasien sebelum sakit sampai saat

sakit yang meliputi frekuensi, konsistensi, warna, bau

c. Pola Istirahat Dan Tidur

Diisi dengan kualitas dan kuantitas istirahat tidur anak sejak sebelum

sakit sampai saat sakit, meliputi jumlah jam tidur siang dan malam,

penggunaan alat pengantar tidur, atau masalah tidur.

17
9) Pemeriksaan Head To Toe

a. Keadaan Umum

Mengkaji keadaan atau penampilan pasien lemah, sakit ringan, sakit

berat, gelisah, rewel.

b. Tanda-Tanda Vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi, tekanan darah, nadi, respirasi,

dan suhu tubuh,dan.Pernapasan

c. Pemeriksaan fisik

a) Kepala

Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien, apakah

ada pembesaran kepala. Pada klien ISPA biasanya ditemukan sakit

kepala

b) Mata

Konjungtiva, sklera dan pupil normal dapat menangkap cahaya dengan

baik

c) Telinga

Kebersihan, sekresi, dan pemeriksaan fungsi pendengaran.

d) Hidung

Biasanya ditemukan obstruksi nasal, kesulitan bernafas karena produksi

sekret, pernafasan cuping hidung

e) Mulut

Bibir kering dan pucat

f) Leher

Tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid

18
g) Dada

Biasanya ditemukan retraksi dinding dada, nyeri dada, adanya bunyi

nafas tambahan yaitu ronchi atau wheezing

h) Abdomen

Biasanya ditemukan nyeri perut, anoreksia

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang

tertahan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

o Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif :

Objektif :

1) Batuk tidak efektif

2) Tidak mampu batuk

3) Sputum berlebihan

4) Mengi

o Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1) Dispnea

2) Sulit bicara

3) Ortopnea

Objektif :

1) Gelisah

2) Sianosis

3) Bunyi napas menurun

19
4) Frekuensi napas berubah

5) Pola napas berubah

3. Intervensi Keperawatan / Perencanaan

Intervensi keperawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan

tindakan keperawatan dalam usaha membantu, meringankan,

memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan klien (Tim Pokja

SLKI DPP PPNI,2018)

Tabel 1.1 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Luaran Intervensi


Bersihan Setelah di lakukan Latihan Batuk Efektif :
jalan napas intervensi keperawatan Observasi :
tidak efektif selama 3 x 24 jam maka 1. Identifikasi kemampuan batuk
berhubungan bersihan jalan napas 2. Monitor adanya retensi sputum
dengan secret meningkat dengan 3. Monitor tanda dan gejala
yang tertahan kriteria hasil : infekasi saluaran napas
1. Batuk efektif dari 4. Monitor dan output cairan (mis.
menurun menjadi Jumlah dan karakteristik)
cukup meningkat Terapeutik :
2. Produksi sputum dari 1. Posisikan semi-Fowler atau
miningkat menjadi Fowler
cukup menurun 2. Pasang perlak dan bengkok
3. Gelisah dari memburuk dipangkuan pasien
menjadi cukup 3. Buang sekret pada tempat
membaik sputum
4. Frekuensi napas Edukasi :
memburuk menjadi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
cukup membaik batuk efektif
5. Mengi dari meningat 2. Anjurkan tarik napas dalam
menjadi cukup melalui hidung selama 4 detik,
menurun ditahan selama 2
detik,kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali

20
4. Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,jika
perlu

4. Implementasi Keperawatan/Pelaksanaan

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan

atau melaksanakan rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk

intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Table 1.2 Implementasi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak Latihan Batuk Efektif :
efektif berhubungan dengan Observasi :
secret yang tertahan 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk
2. Memonitor adanya retensi sputum
3. Memonitor tanda dan gejala infekasi
saluaran napas
4. Memonitor dan output cairan (mis. Jumlah
dan karakteristik)
Terapeutik :
1. Memposisikan semi-Fowler atau Fowler
2. Memasang perlak dan bengkok dipangkuan
pasien
3. Membuang sekret pada tempat sputum
Edukasi :
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
2. Menganjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik,kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama
8 detik
3. Menganjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
4. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik napas dalam yang ke-3

21
Kolaborasi :
1. Berkolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran,jika perlu

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses

keperawatan. Evaluasi pada dasarnya adalah membandingkan status

keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah

ditetapkan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Menurut Dinarti et al., (2013)

evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP

(subjektif, objektif, assesment, planing).

Terapi batuk efektif dilakukan evaluasi :

1) Batuk efektif meningkat (skala 5)

2) Produksi sputum menurun (skala 5)

3) Gelisah cukup membaik (skala 5)

4) Frekuensi napas membaik (skala 5)

5) Mengi menurun ( skala 5)

C. Terapi Batuk Efektif

1. Definisi Batuk Efektif

Batuk efektif adalah untuk melancarkan dan membersihan jalan nafas

pada anak. Batuk efektif penting dilakukan pada anak yang mengalami

ISPA. Batuk efektif di setai dengan nafas dalam. Napas dalam adalah

bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga

memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang

penuh. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak dengan

menggunakan pemberian batuk efektif tindakan ini bertujuan untuk

22
menghilangkan gangguan pernapasan dan menjaga paru-paru agar tetap

bersih. Batuk efektif pada anak dilakukan setiap dua jam sekali yang

didampingan orangtua. Anak yang melakukan batuk efektif mampu

mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan, membantu

membersihkan sekret dari bronkus dan mencegah penumpukan sekret

sehingga membersihkan jalan nafas (Utara., 2020)

2. Mekanisme Pengeluaran Sekret Dengan Batuk Efektif

Batuk efektif adalah teknik batuk untuk mempertahankan kepatenan

jalan nafas. Batuk memungkinkan pasien mengeluarkan secret dari jalan

nafas bagian atas dan jalan nafas bagian bawah. Rangkaian normal

peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam, penutupan

glottis, kontraksi aktif otot – otot ekspirasi, dan pembukaan glottis.

Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan nafas

memungkinkan udara melewati sebagian plak lendir yang mengobstruksi

atau melewati benda asing lain. Kontraksi otot – otot ekspirasi melawan

glottis yang menutup menyebabkan terjadinya tekanan intratorak yang

tinggi. Aliran udara yang besar keluar dengan kecepatan tinggi saat glotis

terbuka, memberikan secret kesempatan untuk bergerak ke jalan nafas

bagian atas, tempat secret dapat di keluarkan (Potter & Perry, 2010).

3. Tujuan Batuk Efektif

Tujuan batuk efektif untuk meningkatkan ventilasi alveoli,

memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, merileksasikan

tegangan otot, meningkatkan efesiensi batuk sehingga melancarkan

pernafasan pada anak, apabila pemberian nafas dalam tidak dilakukan

23
anak secara maksimal maka anak perlu melakukan batuk efektif

(Permatasari et al., 2019)

4. Manfaat Batuk Efektif

Manfaat terhadap batuk efektif pada anaka adalah untuk

mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan, membantu

membersihkan sekret dari bronkus dan mencegah penumpukan sekret

sehingga membersihkan jalan nafas (Iriani Restu, 2022).

Memahami pengertian batuk efektif beserta tekhnik melakukannya

akan memberikan manfaat. Diantaranya, untuk melonggarkan dan

melegakan saluran pernapasan maupun mengatasi sesak napas akibat

adanya lendir yang memenuhi saluran pernapasan. Lendir, baik dalam

bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam hidung, timbul akibat

adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun karena sejumlah

penyakit yang di derita seseorang salah satu contohnya seperti penyakit

ISPA (Utami, 2012).

5. Teknik Batuk Efektif

Batuk efektif adalah aktivitas untuk membersihkan sekresi pada

jalan nafas. Tindakan ini di berikan pada anak usia 6-8 tahun dilakukan

selama 3x sehari dalam waktu 3 hari sehingga tidak terjadi penumpukan

sekret di jalan nafas (Permatasari et al., 2019).

a. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan

b. Mendekatkan alat-alat pada pasien

c. Mengatur posisi semi-fowler atau fowler

d. Memasang perlak dan bengkok letakan di pangkuan pasien

24
e. Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di perut

f. Menganjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik lalu

ditahan selam 2 detik

g. Kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan)

selam 5 detik

h. Menganjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3 kali

i. Menganjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik nafas dalam

yang ke-3

j. Menganjurkan mengulangi persedur diatas sebanyak dua hingga enam

kali

k. Membersihkan mulut klien dan menganjurkan pasien untuk membuang

sputum pada pot sputum

l. Memebersihkan alat dan mencuci tangan

m. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk mencegah

kontaminasi terhadap sputum yang telah dikeluarkan dengan

membuanya dengan benar dan mencuci tangan

n. Menganjurkan mengulangi tindakan tersebut setelah 2-3 menit

selanjutnya jika pasien merasa ingin batuk dan mengeluarkan sekreatnya

25

Anda mungkin juga menyukai