Skripsi Selvi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95

INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT SEBAGAI UPAYA SWAMEDIKASI OLEH

MASYARAKAT KECAMATAN MAMASA KABUPATEN MAMASA SULAWESI


BARAT

SKRIPSI

SELVI ROSALIA
NIM.16311024

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PEMBANGUNAN INDONESIA (STKIP-PI) MAKASSAR
2021
INVENTARISASI TUMBUHAN OBAT SEBAGAI UPAYA SWAMEDIKASI OLEH
MASYARAKAT KECAMATAN MAMASA KABUPATEN MAMASA SULAWESI
BARAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar

SELVI ROSALIA
NIM. 16311024

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PEMBANGUNAN INDONESIA (STKIP-PI) MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Inventarisasi Tumbuhan Obat Sebagai Upaya Swamedikasi Oleh Masyarakat


KecamatanMamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat
Mahasiswa yang mengajukan

Nama : Selvi Rosalia

NIM : 16311024

Jurusan : PMIPA

Program Studi : Pend. Biologi

Setelah uji dan diperbaiki, Skripsi ini telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarana

pendidikan.

Makassar, Desember 2021

Selvi Rosalia

Disetujui oleh;

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Hasria Alang,S.Si.,M.Kes Andi Dewi Rizka Ainulia M,S.Pd.,M.Si

Mengetahui;

Wakil Ketua Bidang Akademik Ketua Prodi

Drs.H.Ahmad Hasyim,,M.Si Surahman Nur S.Pd.,M.Pd


PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi ini diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar dengan SURAT Keputusan

No.83/SK/STKIP-PI/XII/2021 tanggal 09 Desember 2021,untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Biologi.

Makassar, 16 Desember 2021

Disahkan oleh:

Ketua STKIP-PI Makassar

Dr. Muh, Yunus, M.Pd

Panitia Ujian:

1. Ketua: Drs.H.Ahmad Hasyim,,M.Si (……………..)

2. Sekertaris: Surahman Nur S.Pd.,M.Pd (……………..)

3. Anggota: Suwardi Annas, PhD (……………..)

4. Anggota: Drs.H.Ahmad Hasyim,,M.Si (……………..)

5. Anggota: Nasrianty, S.Pd.,M.Pd (……………..)

6. Anggota: St Rahmadhani, S.Pd.,M.Pd (……………..)


PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri, dansemua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan
dengan benar. Bila dikemudianhari ternyata pernyataan saya terbukti tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkanoleh STKIP Pembangunan Indonesia,

Yang membuat pernyataan,

Nama : SELVI ROSALIA

NIM : 16311024

Tanggal : 30 November 2021


MOTTO

Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung. Buat jalanmu sendiri dan tinggalkanlah

jejak.

Ralph Waldo Emerson

Hanya ada dua pilihan untuk memenangkan kehidupan: keberanian, atau keikhlasan. Jika

tidak berani, ikhlaskanlah menerimanya. Jika tidak ikhlas beranilah mengubahnya

Lenang Manggala
PERSEMBAHAN

 Skripsi ini saya persembahkan untuk ayah dan ibu saya yang selalu mendoakan agar
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
 Suamiku tercinta yang tidak kalah mendukungku dalam menyelesaikan tugas akhir

ini.

 Kakak-kakak saya tersayang Yermitha, Gerson, dan Natalia atas semua do’a,

semangat, dukungan, perhatian, dan motivasi.

 Untuk Ibu Dr.Hasria Alang,S.Si.,M.K dan Ibu Andi Dewi Rizka Ainulia

M,S.Pd.,M.Siterimakasih sudah membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.

 Seluruh dosen maupun staf diSekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar yang telah membantu penulisan karya

ilmiah ini.
ABSTRAK

SELVI ROSALIA ,2021, Inventarisasi Tumbuhan Obat Sebagai Upaya Swamedikasi


Oleh Masyarakat KecamatanMamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat, di bombing
oleh Dr.Hasria Alang dan Andi Dewi Rizka Ainulia M. Penelitian mengenai inventarisasi
tumbuhan obat sebagai upaya swamedikasi pada masyarakat di wilayah Kecamatan Mamasa
belum pernah dilakukan, sehingga hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini
dilakukan.Permasalahan pokok pada penelitian ini yaitu jenis tumbuhan apa sajakah yang
digunakan sebagai obat tradisional oleh masyarakat diKecamatan Mamasa, bagaimana
pemanfaatan tumbuhan obat tersebut dan organ apa saja yang digunakan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan identifikasi. Sedangkan
teknik analisa data yang digunakan ialah deskriptif dan dilengkapi dengan tabel
penelitian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 13 jenis tumbuhan obat yang terdiri
dari 10 familia yang di gunakan masyarakat Kecamatan Mamasa sebagai obat tradisional
yaitu: langkea’, pandan, panggaga, kuni’, tamesambuk, sambung nyawa, salasi, kapa’kapa’,
balinangko, kembang sepatu, sirih, dambu, klorofil dan cocor bebek.

Kata kunci:Inventarisasi, Tumbuhan obat, Swamedikasi


ABSTRACT

SELVI ROSALIA, 2021, Inventory of Medicinal Plants as Self-Medication Efforts by


the Community of Mamasa District, Mamasa Regency, West Sulawesi, was bombed by
Dr.Hasria Alang and Andi Dewi Rizka Ainulia M. Research on the inventory of medicinal
plants as an effort to self-medication in the community in the Mamasa District has never been
carried out, so this is the background for this research. The main problem in this research is
"What types of plants are used as traditional medicines by the people in Mamasa District,
Mamasa Regency, how are these medicinal plants used and what organs are used". Data
collection techniques were carried out by means of observation, interviews and identification.
While the data analysis technique used is descriptive and is equipped with a research
table.The results showed that there were 13 types of medicinal plants consisting of 10
families used by the Mamasa District community as traditional medicines, namely: langkea',
pandanus, panggaga, kuni', tamesambuk, sambung nyawa, salasi, kapa'-kapa', balinangko,
hibiscus, sirih, dambu, klorofil and cocor bebek.
Keyword: Inventory,medicinal plants,Self-medication
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatn-Nya , sehingga penulisdapat menyelesaikan studi dan merampungkan skripsi ini dari

hasil penelitian. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PIPA) Program Studi Pendidikan Biologi pada Sekolah

Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar, yang

mana penulis menyusunnya di tengah-tengah aktivitas sehari-hari dengan segala keterbatasan

waktu, biaya dan tenaga, namun berkat bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak, baik

bantuan moral maupun material, langsung atau tidak langsung yang pada akhirnya skripsi ini

terwujud sebagaimana adanya. Karena itulah sudah sepatutnya disampaikan terima kasih

yang setinggi-tingginya kepada Ibu Dr.Hasria Alang,S.Si.,M.Kes, sebagai Pembimbing I dan

Ibu Andi Dewi Rizka Ainulia M,S.Pd.,M.Si sebagai Pembimbing II.

Terima kasih pula saya sampaikan kepada:

1. Bapak Andi Chaeruddin Patomppo, SE, MBa, CCm. Ketua Yayasan Pembangunan

Indonesia Makassar.

2. Bapak Dr. Muh. Yunus, M.Pd, Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembangunan Indinesia (STKIP-PI) Makassar.

3. Para Dosen dan Staf di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar.

4. Terimakasih saya kepada kedua Orang tua saya, Rahel dan Marthen yang selalu

mendoakan dan mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini dan juga terimakasih

saya kepada saudara saya Yermitha,Gerson,dan Natalia yang selalu memberikan ada dan

membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Rekan-rekan mahasiswa yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang terdapat dalam tulisan ini

bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi pribadi penulis.

Makassar, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL ..............................................................................................................................i

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN.........................................................................................vi

ABSTRAK.............................................................................................................................vii

KATA PENGANTAR...........................................................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................................................7
B. InventarisasiTumbuhanObat......................................................................................7
C. Ciri-ciri Tumbuhan Obat............................................................................................9
D. Organ Tumbuhan Berkhasiat Obat............................................................................12
E. Teknik Olah Tumbuhan Obat....................................................................................13
F. Swamedikasi..............................................................................................................14
G. Kerangka Berfikir......................................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................18
A. Jenis Penelitian...........................................................................................................18
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................................18
C. Desain dan Rancangan Penelitian.............................................................................18
D. Alat dan Bahan...........................................................................................................20
E. Prosedur Penelitian....................................................................................................20
F. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................21
G. Teknik Analisa Data..................................................................................................22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................................23
A. Hasil Penelitian ........................................................................................................23
B. Pembahasan .............................................................................................................31
BAB V KESIMPILAN DAN SARAN..................................................................................58
A. Kesimpulan................................................................................................................58
B. Saran .........................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................60
LAMPIRAN...........................................................................................................................67
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................................80
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Perekam Data Hasil Penelitian...................................................................21


Tabel 4.1Jenis Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Obat Tradisional Oleh Suku
Mamasa di Kecamatn Mamasa Kabupaten Mamasa.................................................23

Tabel 4.1Habitat dan Kegunaan Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat


Mamasa di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa...............................26

Tabel 4.3Pemanfaatan Bagian tumbuhan obat di kecamatan Mamasa......................28

Tabel 4.4Tata Cara Penggunaan dan Manfaat Tumbuhan Obat Tradisional.............28

Tabel 4.5Data Familia dan Jumlah Koresponden dari tumbuhan berkhasiat obat
tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Mamasa.......30
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Fikir ..............................................................................16


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki hutan tropik yang luas. Hutan tropik Indonesia ini memiliki

tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, denganberbagai jenis tumbuhan

didalamnya. Tumbuhan di Indonesia terdapat kurang lebih 30 ribu jenis dari 40 ribu

jenis tumbuhan yang ada di dunia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar

74% masih tumbuh liar di hutan. Fahrurozi (2014) menyatakan bahwa Hutan tropik

Indonesia diperkirakan mencapai 143 juta ha, merupakan tempat tumbuh 80%dari

tumbuhan obat yang ada di dunia, dimana 28.000 spesies tumbuhan dan 1.000 spesies

diantaranya telah digunakan sebagai tumbuhan obat.

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan digunakan

sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Departemen

Kesehatan RI dalam suratkeputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978

menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang

digunakan sebagai bahan obat tradisional, sebagai jamu atau sebagai bahanpemula,

bahan baku obat (prokursor) atau tumbuhan yang diekstrak dan digunakan sebagai obat

(Bonai, 2013).

Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri

sendiri dengan obat atau tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional). Makna

swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk

mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko & Dian, 2011). Pada pelaksanaanya,

swamedikasi/pengobatan sendiri dapat menjadi 2 masalahterkait obat (Drug Related

Problem) akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Nur Aini,

2017). Pratiwi,et al.(2014) menyatakan bahwa swamedikasi merupakan salah satu upaya
yang sering dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang

sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Hasil

Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 menunjukkan bahwa presentase

penduduk yang melakukan swamedikasi/pengobatan diri sendiri akibat keluhan kesehatan

yang dialami sebesar 61,05%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi di

Indonesia masih cukup besar. Alasan masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi atau

peresepan sendiri karena penyakit dianggap ringan (46%), harga obat yang lebih murah

(16%) dan obat mudah diperoleh (9%) (Kartajaya et al . 2011).

Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit

ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza,

sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes RI, 2010). Kriteria yang

dipakai untuk memilih sumber pengobatan adalah pengetahuan tentang sakit dan

pengobatannya, keyakinan terhadap obat/pengobatan, keparahan sakit, dan keterjangkauan

biaya, dan jarak ke sumber pengobatan. Keparahan sakit merupakan faktor yang dominan

diantara keempat faktor diatas (Immazet al, 2015).

Setiap suku atau etnis di Indonesia memiliki karakteristik berbeda-beda tentang

pengetahuan lokal pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional. Hal ini dipengaruhi

oleh pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun. Windadri etal (2006) menyatakan

bahwa tradisi pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah dibuktikan secara

ilmiah, namun masih banyak yang belum disebarluas kan melalui publikasi.

Jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk obat-obatan jumlahnya amatlah

banyak. Bagian tumbuhan yang digunakan juga berbeda-beda bergantungpada jenis

tumbuhan. Akar, batang, daun, dan buah, kadang-kadangmempunyai fungsipengobatan

yang berlainan bahkan tidak jarang, beberapa bagiandigunakan

secarabersamaan.Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan tradisonal oleh


masyarakat Indonesia diwariskan dari nenek moyangnya pada sebuah keluarga sehingga

menjadi kebiasaan yang tetap bertahan (Rahim, 2013). Tumbuhan obat tradisional

merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman (Katno &Promono, 2009).Berbagai macam

penyakit dan keluhan ringan maupun berat diobati dengan memanfaatkan ramuan

dari tumbuhan-tumbuhan tertentu yang mudah di dapat di sekitar pekarangan

rumah dan hasilnya pun cukup memuaskan (Suryani 2015).Masyarakat sering

menggunakan tumbuhan karena adanya bukti empirik dan sudah memiliki manfaat yang

sangat besar. Obat tradisional memiliki potensi yang besar karena sudah dikenal oleh

masyarakat dan mudah diperoleh. Selain itu,obat tradisional yang berasal dari tumbuhan

tidak memiliki efek kimia, hal ini disebabkan efek obat yang bersifat alamiah, tidak

sekeras dari obat-obatan kimia.

Kuntorini (2005) menyatakan bahwa penelitian mengenai pemanfaatan tumbuhan

sebagai obat tradisional telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, Rahayu &

Rugayah (2007) melakukan inventarisasi pada masyarakat lokal pulau Wawonii Sulawesi

Tenggara, dimana hasil penelitian ini menemukan bahwa keanekaragaman tumbuhan obat

di P. Wawonii, tercatat 73 jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat setempat

untuk mengobati berbagai macam penyakit antara lain obat demam, malaria, batuk,

penyakit dalam dan perawatan setelah persalinan.Tiga jenis di antara tumbuhan obat

tersebut yaitu "kompanga'Vpulai (Alstonia scholaris R.Br.), "oyong kuni" (Arcangelisia

flava (L.) Merr.) dan Fibraurea chloroleuca Lour. Ibrahim (2016) melakukan inventarisasi

tanaman obat pada masyarakat suku Dayak Bakumpai Kecamatan Murung Kabupaten

Murung Raya, dimana hasil penelitian terdapat 40 jenis tumbuhan obat. Bagian organ,

tumbuhan yang digunakan adalah akar, batang, kulit batang, pucuk, daun, dan rimpang.

Cara penggunaan tumbuhan obat tradisional untuk pengobatan seperti diminum, dioleskan,
disiram, dan ditempel. Rumra (2017) melakukan inventarisasi tanaman obat di desa Banda

Ely Kecamatan Kei Besar Utara Timur Kabupaten Maluku Tenggara, menemukan enam

jenis tumbuhan obat di antaranya daun jarak, daun siri, buawa mengkudu, daun miyana,

daun gatal,dan alang-alang yang digunakan untuk menyembuhkan berbabagai penyakit

seperti masuk angin, diabetes, luka dalam, badan sakit, dara tinggi, dan batuk. Siki (2018)

melakukan inventarisasi di desa Pathau Kecamatan Amati Oefeto Timur Kabupaten

Kupangdiperoleh hasil berupa 31 jenis tanaman yang berkhasiat sebagai obat yaitu kabun,

nono bnini, to’o,kafi, anting-anting ,kau buka,faloak, gunoe, jarak kosta,jarak

wulung,kumis kucing, krokot,bakuru,patah tulang,pohon kudo,safe,sou,sosoluk,tupi,gala-

gala,soti,ufa le,pecut kuda,patikan kebo,ketu dohlutu,gala getik,hunik akar kuning kejo’o,

delas, daun mangkuk. Alang, et al (2021)melakukan inventarisasi tumbuhan obat sebagai

upaya swamedikasi oleh masyarakat Suku Tolaki Desa Puundoho, Kabupaten Kolaka

Utara, Sulawesi Tenggara menemukan tanaman yang digunakan sebagai obat diantaranya

sidaguri, ciplukan, jeringan, bangle, krokot, bandotan, boborongan, turi, meniran, rumput

beriwit banjar, mesoyi, ketepeng, jambu air, jahe, kencur, paku blechnum dan ketepeng.

Selainitu, Syamsuri&Alang (2021) juga menemukan Zingiberacea di Kabupaten Kolaka

Utara, Sulawesi Tenggara yang berfungsi sebagai obat di antaranya kecombrang, lengkuas,

kencur, Jahe, bangle, lempuyang, temulawak, kunyit dan Kecombrang hutan (manis).

Salah satu Kecamatan yang masih menggunakan tanaman sebagai upaya swamedikasi

yaitu Kecamatan Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Mamasa merupakan daerah yang

menyimpan banyak kekayaan alam yang digunakan oleh para leluhur secara turun-

temurun, khususnya dibidang pengelolaan tumbuhan sebagai obat tradisional oleh

masyarakat.Namun, penelitian mengenai inventarisasi tumbuhan obat sebagai upaya

swamedikasi pada masyarakat di wilayah Kecamatan Mamasa belum pernah

dilakukan ,sehingga hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dilakukan.


B. Rumusan Masalah

Bertolak dari konteks penelitian diatas, yang menjadi permasalahan pokok dalam

penelitan ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis tumbuhan apa sajakah yang digunakan sebagai obat tradisional oleh

masyarakat DiKecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat?

2. Bagaimanakahcara penggunaan jenis -jenis tumbuhan tersebut sebagai obat di

Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat?

3. Organ tumbuhan apa sajakah yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Di

Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman obat apa saja yang terdapat di Kecamatan

Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat

2. Untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan tanaman obat yang terdapat

di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat

3. Untuk mengetahui organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat

Di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah

1. Sebagai pedoman dan informasi bagi penulis untuk melaksanakan peneliti

selanjutnya.

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat sekitar hutan dalam rangka

pengelolaan pembudidaya tumbuhan obat dan salah satu alternatife

pengobatan secara tradisional.

4. Sebagai bahan referensi untuk pengembangan mata kuliah mikrobiologi ipa

danPendidikan Program Studi Pendidikan Biologi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Mamasa merupakan salah satu ibu kota Kabupaten yang terletak di wilayah

pengunungan bagian Timur Propinsi Sulawesi Barat. Secara astronomis Kabupaten

Mamasa berada pada koordinat 119’00-49” - 119’ 32’27” Bujur Timur, serta

2’40’00”-03’’ 12’00” lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah:Sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Mamuju, yakni Kecamatan Kalumpang, dan

Kecamatan Kalukku’,Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Polewali

Mandar, yakni Kecamatan Polewali, Kecamatan Matangga, Kecamatan

Wonomulyo, dan Kecamatan Tutallu, Sebelah Timur berbatasan dengan

Kabupaten Tanah Toraja dan Kabupaten Pinrang Propinsi Sulawesi Selatan,

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Majene, yakni Kecamatan Malunda

dan Kabupaten Mamuju wilayah Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Tappalang.

B. Inventarisasi Tumbuhan Obat

1. Inventarisasi Tumbuhan

Inventarisasi tumbuhanmerupakan suatu kegiatan untuk

mengelompokkandata maupun mengelompokkan suatu jenis tumbuhan yang

ada pada suatu wilayah (Ahsan&Diena 2010).Inventarisasi merupakan kerja

awal dari taksonomi tanaman. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data

suatu kawasan tentang kekayaan jenis tanaman. Inventarisasi adalah kegiatan

pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam

untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan inventarisasi

adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan

bawah yang ada di suatu daerah. Kegiatan inventarisasi meliputi kegiatan


eksplorasi dan identifikasi.Hasil inventarisasi ini dapat dijadikan atau dapat

disusun suatu flora, yaitu buku yang memuat nama-nama jenis tanaman

beserta informasi lainnya mengenai setiap jenis tanaman yang hidup di suatu

daerah (Gembong 1996).

Langkah-langkah umum dalam inventarisasi adalah sebagai berikut:

1. menentukan daerah yang akan digunakan dalam kegiatan inventarisasi

tanaman tersebut.

2. memilih metode yang tepat dalam inventarisasi tanaman

3. melakukan pencacahan ataupun pendataan tanaman yang dinventarisasi.

4. apabila belum mengetahui nama dan klasifikasi tanaman dapat dilakukan

dengan pengambilan sampel maupun mengamati morfologi, anatomi dan

fisiologi serta habitat, kemudian dicocokkan dengan kunci determinasi

sehingga dapat diketahui nama ilmiah, nama daerah,genus maupun suku.

5. Kemudian masukkan data yang sudah ada dalam sebuah laporan agar

dapat dijadikan sebuah arsip dan dapat menambah pengetahuan orang

yang membaca.

2. Tumbuhan Obat

a. Pengertian Tumbuhan

Obat Tumbuhan obat adalah bahan atau ramuan bahanalam yang

berasal dari tumbuhan, mineral, hewan atau campuran bahan tersebut yang

secara tradisional yang telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman (Nursiyah 2013).Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang

memiliki khasiat bagikesehatan manusia dan digunakan sebagai bahan

membuat obat alami yang relatif lebih aman (Nursiyah 2013).Berdasarkan

pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa tumbuhan obat adalah


tumbuhan berkhasiat obat yang berasal dari bahan alam dan diwariskan

secara turun temurun dari generasi ke generasi.

C. Ciri-ciri Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat memiliki beberapa ciri khas diantaranya sebagai berikut (Nursiyah

2013):

1. Memiliki zat aktif penyembuh suatu penyakit

Tumbuhan yang dapat dijadikan obat biasanya memiliki salah satu zat aktif

hasil seperti, flavanoid, tannin, fenol, saponin, alkaloid, dan minyak atsiri atau

zat lain. Seperti senyawa a,b-momorchorin dan momordica antiviral protein 30

(MAP30) yang bermanfaat sebagai anti HIV-AIDS.

2. Bersifat turun menurun tumbuhan yang sering digunakan sebagai tumbuhan

obat biasanya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi

selanjutnya.

3. Efek samping lebih kecil dari pada obat-obatan kimia

Tumbuhan obat akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan

mempertimbangkan sekurang-kurangnya enam aspek (Katno 2008), yaitu:

a. Tepat Cara Penggunaan

Tidak semua tumbuhan obat sebagai ramuan obat

tradisionalpenggunaannya dengan cara direbus. Misalnya daun kecubung

(Datura metel L), telah diketahui mengandung alkaloid turunan tropan

(seperti hiosiamin dan atropine) untuk pengobatanasma. Penggunaannya

dengan cara dikeringkan lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap

seperti merokok. Akibatnya kesalahan informasi yang diperoleh atau

kesalahpahaman bahwa secara umum penggunaan jamu gepyokan adalah

direbus dan diminum airnya, maka jika hal itu diperlakukan terhadap
kecubung akan terjadi keracunan dan mabuk karena tingginya kadar

alkaloid dalam darah.

b. Tepat Telaah Informasi

Perkembangan teknologi informasi saaat ini mendorong derasnya arus

informasi yang mudah untuk diakses. Namun demikian tanpa didukung

oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup

seringkali mendatangkan hal-hal yang menyesatkan. Ketidaktauan bisa

menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan yang

membahayakan. Misalnya informasi di media massa menyebutkan bahwa

biji jarak (Ricinus comunisL) mengandung risin yang jika dimodifikasi

dapat digunakan sebagai antikanker. Risin sendiri bersifat toksik sehingga

jika biji dikonsumsi secara langsung dapat meyebabkan keracunan dan

diare.

c. Sesuai Dengan Indikasi Penyakit Tertentu

Pemilihan jenis bahan obat alam untuk mengobati suatu penyakit harus

dilakukan dengan tepat. Sebagai contoh daun tapak dara (Catharantus

roseus atau Vinca rosea) banyak mengandung senyawa alkaloid yang

bermanfaat dalam menurunkan kadar gula darah, sehingga dipergunakan

untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi hal ini bukan pilihan yang tepat

karena tapak dara juga mengandung vinkristin dan vinblastin yang dapat

menurunkan jumlah leukosit atau sel-sel darah putih sehingga

menyebabkan penderita rentan terhadap penyakit infeksi karena leukosit

berfungsi sebagai pertahanan tubuh.


Sedangkan efek samping tumbuhan obat relatif kecil jika digunakan

secara tepat (Nursiyah 2013). Penggunaan secara tepat yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

1) Ketepatan Dosis

Tumbuhan obat dan juga obat tradisional, tidak ubahnya dengan

obatan buatan pabrik dan tidak bisa dikonsumsi sembarangan,

tetapi ada takaran/dosis yang harus dipatuhi. Misalnya daun

Seledri (Apium graveolens) telah diteliti dan terbukti mampu

menurunkan tekanan darah tetapi penggunaanya air perasaan

seledri tidak lebih dari satu gelas untuk sekali minum. Demikian

pula dengan mentimun yang juga bisa menurunkan tekanan darah,

takaran yang diperbolehkan tidak lebih dari dua biji besar.

2) Ketepatan Waktu Penggunaan

Walaupun tumbuhan berasal dari bahan alam, tetapi

penggunaannya haruslah pada waktu yang tepat. Misalnya daun

jambu biji diketahui bermanfat untuk menyembuhkan penyakit

diare dan sudah turun temurun dikonsumsi oleh masyarakat

jikamengalami diare. Akan tetapi, jika dikonsumsi terlalu sering

ketika tidak mengalami diare maka akan menyebabkan sembelit.

Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat

tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang

diharapkan.

3) Kebenaran Bahan

Tumbuhan obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang

kadang kala sulit dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran


bahan menentukan tercapai atau tidaknya efek terapi yang

diinginkan

D. Organ-Organ Tumbuhan Berkhasiat Obat

Organ tumbuhan obat yang digunakan sebagai bahan baku yang memiliki

khasiat obat berupa akar (radix), daun (folium), batang (lignum), buah (fruktus),

bunga (flos), biji (semen), kulit batang (korteks) dan getah/lendir(Kartika

2015).Sedangkan ada juga organ lain dari tumbuhanyang bisa digunakan sebagai

obat yaitu sebagai berikut (Kariman 2014):

1. Rimpang (Rhizome)

Rimpang yang digunakan sebagai obat dapat dijumpai pada bagian bawah

tumbuhan dan berada di dalam tanah. Pemakaian rimpang biasa dijumpai pada

pemakaian tumbuhan empon-emponan sepertitemulawak, temu mangga dan

jahe.

2. Umbi (Bulbus)

Umbi sebagai bahan baku herbal biasanya berada di bagian bawah tumbuhan,

tetapi bukan termasuk akar. Ada 3 jenis umbi yaitu umbi lapis, umbi akar dan

umbi batang.

3. Kulit buah (Perikarpium)

Simplisia kulit buah merupakan bahan obat yang diperoleh dari kulit buah.

Untuk memperoleh simplisia ini, diperlukan keterampilan khusus untuk

mengupas kulit buah yang masih segar. Kulit buah dikumpulkan dari buah

masak seperti kulit buah jeruk.

E. Teknik Olah Tumbuhan Obat

Ada beberapa teknik mengolah tumbuhan obat, yaitu sebagai berikut:


1. Serbuk

Serbuk umumnya dibuat dari bahan yang telah dikeringkan. Cara pembuatan

yaitu dapat menggunakan lumpang/lesung. Caranya adalah bahan simplisia

dimasukkan ke dalam lumpang, lalu ditumbuk halus, kemudian disaring. Cara

lain adalah dengan menggunakan alat penghalus tepung.

2. Pil

Pil merupakan upaya mempraktiskan obat tradisional sehingga lebih mudah

dalam penyimpanan dan penggunaannya.

3. Kapsul

Pembuatan obat herbal dalam bentuk kapsul dapat disajikan dalam bentuk

serbuk atau ekstrak. Cara pembuatannya dilakukan secara steril.

4. Sirup

Sirup dapat dibuat dari larutan ramuan yang kemudian dicampur dengan gula

atau madu. Larutan gula atau madu, selain memberikan rasa manis,

jugamengandung kalori dan berfungsi mengawetkan jamu.

5. Lulur

Cara pembuatan lulur sama dengan memipis. Bahan simplisia dapat langsung

digunakan setelah dipipid karena ramuan tersebut masih mengandung air

sehingga dapat melekat pada tubuh.

Sedangkan teknik mengolah tumbuhan obat adalah sebagai berikut(Muhlisah

2010):

6. Merebus

Merebus adalah cara pemakaian yang paling mudah. Wadah yang digunakan

untuk merebus bahan sebaiknya berupa kendi, panci kaca atau panci email.

Untuk merebus, bahan obat yang telah disiapkan dimasukkan kedalam wadah
dan ditambahkan air bersih sampai semua ramuan terendam. Dengan merebus

terjadi perpindahan senyawa-senyawa aktif simplisia kedalam air. Untuk

memudahkan perebusan, bahan yang berukuran besar seperti umbi-umbian

diiris tipis-tipis terlebih dahulu.

7. Menyeduh

Menyeduh pada dasarnya memiliki prinsip yang sama dengan merebus.

Teknik seduh lazim digunakan untuk simplisia lunak seperti bunga dan daun.

Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan baku segar atau bahan yang

sudah dikeringkan.

8. Mipis

Cara ini biasanya digunakan untuk bahan baku segar. Bahan yang telah dipilih

dan dibersihkan, kemudian dihaluskan dengan bantuan sedikit air matang

dengan alat pipisan.

F. Swamedikasi

Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan

mengobati diri sendiri dengan obat atau tanpa resep secara tepat dan bertanggung

jawab (rasional). Makna swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang

memilih obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko &

Dian, 2011; Winkanda, 2013). Dalam kehidupan sehari-hari, banyak penyakit dan

gangguan kesehatan dapat dikenali dan diobati secara mandiri (swamedikasi) baik

oleh penderita maupun oleh orang di sekitarnya. Hal ini dianggap lebih hemat

waktu dan biaya daripada apabila penderita harus pergi ke dokter. Pengobatan

sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi

tanpa pengawasan dokter. Upaya swamedikasi ini dapat dilakukan berbekal


pengetahuan yang cukup tentang cara mengetahui gejala penyakit dan juga

pengetahuan tentang khasiat obat. Salah satu jenis bentuk swamedikasi adalah

dengan menggunakan obat tradisional yang umumnya mengandung bahan

berkhasiat yang berasal dari jenis tumbuhan. Dalam upaya menggalakkan kembali

penggunaan jamu sebagai warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan, maka

generasi muda saat ini yang sudah kurang mengenal jamu perlu diedukasi

kembali.

G. Kerangka berfikir

Lingkungan hidup pada masyarakat tradisional seperti kebun dan pekarangan

rumah dapat dijadikan sebagai sumber bahan obat-obatan tradisional.Masyarakat

Desa Tondok Bakaru sebagian besar masih menggunakan tumbuhan untuk

menyembuhkan suatu penyakit. Pengetahuan penggunaan tumbuhan diperoleh

secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Sebagian besar tumbuhan obat

tersedia di pekarangan rumah dan kebun yang tidak jauh dari pemukiman warga.

Desa Tondok Bakaru memiliki kondisi alam yang mendukung tumbuh suburnya

tanaman obat. Lahan di Desa Tondok Bakaru digunakan sebagai ladang pertanian,

perkebunan sayur-sayuran,karena pada umumnya masyarakat bekerja sebagai

petani.Hubungan antara pemanfaatan tumbuhan oleh manusia sangat erat

kaitannya,sehingga diperlukan kajian inventarisasi tanaman obat yang digunakan

masyarakat Desa Tondok Bakaru,mengingat belum adanya informasi, data dan

identifikasi mengenai kajian inventarisasi tanaman obat di Desatersebut. Kerangka

fikir dalam penelitian ini terlihat pada bagan berikut (Gambar 2.1)
Di Indonesia banyak tumbuhan obat Salah satu Daerah Yang
yang digunakan sebagai alternatif memanfaatkan berbagai macam
pengobatan tumbuhan obat dalam upaya
swamedikasi adalah Mamasa

1. Banyak tumbuhan obat yang


Perlu di adakannya penelitian dan digunakan di Mamasa namun
inventarisasi dan dokumentasi belum terinventarisasi
sebagai informasi bagi masyarakat 2. Belum adanya penelitian
Mamasa tentang inventarisasi tumbuhan
obat sebagai upaya
swamedikasi di Kecamatan
Mamasa.
Agar pengetahuan
pemanfaatan obat tradisional
suku Mamasa dapat
terpublikasi dan lestari

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Fikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksplorasi, yaitu suatu bentuk

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia.Metode yang digunakan adalah

metode survey, yang merupakan suatu metode untuk menarik suatu kesimpulan tentang

suatu populasi yang sedang diteliti. Kesimpulan yang didapat berdasarkan informasi

ataupun data yang diperoleh dari sampel penelitian yang telah ditentukan (Margono,

Rineka Cipta, 2000).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian inidilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2021 di Kecamatan

Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Secara umum wilayah Kabupaten Mamasa

tergolong iklim tropis basah dengan suhu udara minimum 19,00 C dan suhu maksimum

rata-rata berkisar 28,10 C. Penelitian ini dilakukan di enam desa di Kecamatan Mamasa

yaitu Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu, Desa Taupe, Desa

Osango, Desa Bombong Lambe.

C. Desain dan Rancangan Penelitian

Desain Penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode

dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan

analisis data (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data yang diambil merupakan hasil
wawancara langsung dengan responden dilapangan melalui pendekatan emik atau

perspektif masyarakatdisertai pengambilan sampel.

Metode Penelitian digunakan adalah Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu

berorientasi pada keterlibatan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam penelitian,

melalui wawancara secara mendalam kepada masyarakat dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi data lisan dari

responden, yaitu data mengenai jenis-jenis tanaman yang digunakan sebagai obat

tradisional dan terdapat pada lokasi tersebut dan dilanjutkan dengan dokumentasi

tumbuhan tersebut. Kriteriaresponden yang diwawancarai yaitu masyarakat yang

memiliki pengetahuan serta yang masih memanfaatkan tumbuhan dalam kesehariannya,

memahami segala informasi terkait manfaat tumbuhan obat dan masyarakat yang

mempunyai pengalaman tertentu dengan tumbuhan obat seperti tokoh adat, kepala desa,

masyarakat sekitar, pkk, dan dukun atau tabib.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Purpose

sampling. Purpose sampling digunakan untuk penentuan narasumber yang merupakan

masyarakat lokal yang menjadi sasaran. Narasumber yang digunakan yaitu orang yang

dianggap paling tahu yaitu pengobat tradisional atau tabib dan masyarakat pengguna

sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi dan menginventarisir objek yang diteliti.

Adapun jumlah responden yaitu peneliti memilih 6 (enam) desa dari Kecamatan

Mamasa yang terdiri dari: Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu,

Desa Taupe, Desa Osango, Desa Bombong Lambe. Peneliti akan memilih 2-3 orang

sebagai responden yang sesuai dengan kriteria yang telah di tuliskan di atas.
D. Alat dan Bahan

a.Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan tulis, kamera digital, alat

perekam.

b. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan adalah semua tumbuhan obat yang digunakan oleh

masyarakat Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat yang berpotensi

untuk menyembuhkan sebuah penyakit.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitan terhadap tumbuhan obat di Kecamatan Mamasa melalui tahap-

tahap sebagai berikut:

a. Tahap Observasi

Observasi dilakukan di Kelurahan MamasaDesaTondokBakaru. Pada tahap ini

peneliti melakukan pengamatan langsung dan menggali infomasi dari masyarakat yang

menggunakan tumbuhan sebagai obat dengan menggunakan lembar observasi.

b. Tahap Wawancara

Pengambilan data dilakukan dengan teknik survei melalui wawancara semi struktur

dengan mengajukan pertanyaan yang telah dipersiapkan sehingga diperoleh informasi

data lisan dari responden. Metode ini menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA),

yaitu berorientasi pada keterlibatan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam

penelitian, melalui wawancara.Bahasa yang digunakan dalam wawancara adalah bahasa

Mamasa dan bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan kemampuan responden.


c. Dokumentasi Tumbuhan

Setelah pengambilan data dan wawancara dilakukan, maka selanjutnya data

tumbuhan yang telah terkumpul dibuktikan dengan fakta keberadaannya di lapangan,

yaitu dengan mendokumentasikannya untuk keperluan identifikasi tumbuhan obat.

d. Identifikasi Tumbuhan

Data hasil wawancara mengenai tumbuhan obat yang disebutkan oleh masyarakat

kemudian diidentifikasi menggunakan buku referensi tumbuhan obat seperti buku

Flora oleh Steenis tahun 2013, dan Morfologi Tumbuhan oleh Gembong

Tjitrosoepomo tahun 2011. Identifikasi tumbuhan menggunakan lembar identifikasi.

Setelah 26 dilakukan identifikasi, kemudian tumbuhan obat direkapitulasi jumlahnya

yang ada di Kecamatan Mamasa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengacu pada bagaimana caranya data yang

diperlukan dalam penelitian dapat diperoleh.Pengumpulan data dilakukan melalui

observasi, wawancara dan identifikasi. Observasi dilakukan dengan cara mengamati jenis

tumbuhan yang ada dilapangan kemudian mendokumentasikan jenis tumbuhan yang

ditemukan berdasarkan rekomendasi dari responden dan responden juga membantu

menunjukkan tumbuhan yang dicari secara langsung.Wawancaraterstruktur dan semi

terstruktur yang berpedoman pada daftar pertanyaan seperti: nama lokal tanaman, bagian

yang dimanfaatkan, manfaatnya, cara pemanfaatannya, status tanaman

(liar/budidaya/pasar). Wawancara ini dilakukan kepada penyehat tradisional dan tokoh

masyarakat di DesaTondok Bakaru Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa.


G. Tekhnik Analisa data

Analisis data dilakukan secara deskriptif. Identifikasi nama ilmiah jenis tumbuhan

yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengacu pada buku Taksonomi Tumbuhan

Obat-obatan (Tjitrosoepomo, 2005) dan buku Flora (van Steenis, 2005). Setiap

tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional difoto dan data direkam

sebagaimana dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 perekam data hasil penelitian

NO Manfaat Cara Organ Cara


Nama Tumbuhan mendapatkan yang menggunaka
digunakan n

Indonesia Ilmiah Lokal

1.

2.

3.

4.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tigabelas jenis tumbuhan yang di

gunakan masyarakat di Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu, Desa

Taupe, Desa Osango, Desa Bombong Lambe Kecamatan Mamasa,Kabupaten Mamasa

sebagai obat tradisional yaitu: langkea’, pandan, panggaga, kuni’, tamesambuk,

sambungnyawa, salasi, kapa’-kapa’, balinangko, kembang sepatu, sirih, dambu, klorofil dan

cocor bebek. Hasil wawancara dengan dukun dan tabib tradisional atau warga masyarakat

Mamasa mengenai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional selengkapnya

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Jenis Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Obat Tradisional oleh Suku
Mamasa di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa

No Nama Lokal Nama Nama Ilmiah Gambar


Umum/Indonesia

1 Murbei Morus alba Langkea’


2 Pandan wangi Pandanus Padan

amaryllifolius

3 Pegagan Centella asiatica Panggaga

4 Kunyit Curcuma longa , Kuni’,tamesambu

campur Ageratum

bandotan conyzoides

5 Sambung Gynura procumbens Sambung nyawa

nyawa
6 Mint Mentha piperita linn Salasi

7 Tembelek Lantana camara L. Kapa’-kapa’

8 Jawer kotok Plectranthus Balinangko

scutellarioides (L)

R.Br

9 Kembang Hibiscus rosa- Kembang sepatu

sepatu sinensis
10 Jambu biji Psidium guajava Dambu

11 Sirih Piper betle Sirih

12 Afrika Vernonia Klorofil

amygdalina

13 Cocor bebek Kalanchoe pinnata Cocor bebek

(Lam.)
Tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh suku Mamasa di Mamasa

dapat ditemukan di pakarangan, pinggir jalan dan kebun seperti terlihat pada tabel 4.2

berikut.

Tabel 4.2 Habitat dan Kegunaan Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat
Mamasa di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa.

No Nama Umum Habitat Bagian yang


digunakan
1 Murbei Perkebunan dan Daun

pinggir jalan

2 Pandan wangi Pekarangan rumah Daun

3 Pegagan Pekarangan,tepi Batang dan daun

jalan dan

perkebunan

4 Kunyit campur Tepi jalan dan Kunyit bagian

bandotan perkebunan umbi,bandotan daun

5 Sambung nyawa Pekarangan rumah Daun

6 Mint Pekarangan rumah Batang dan daun

7 Tembelek Perkebunan dan Daun

tepi jalan

8 Jawer kotok Perkebunan,tepi Daun dan batang

jalan dan pematang

sawah

9 Kembang sepatu Pekarangan rumah Daun

10 Jambu biji Pekarangan,teoi Daun

jalan, dan
perkebunan

11 Sirih Pekarangan dan Daun

hutan

12 Afrika Pekarangan rumah Daun

dan tepi jalan

13 Cocor bebek Pekarangan rumah Daun

Organ atau bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan adalah

keseluruhan tumbuhan atau sebagian misalnya daun, batang dan rimpang. Namun,

sebagian besar masyarakat Mamasa lebih banyak menggunakan daun dari tumbuhan

tersebut untuk pengobatan (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 . Pemanfaatan Bagian tumbuhan obat di kecamatan Mamasa.

No Pemanfaatan Bagian Tumbuhan Jumlah Tumbuhan

1 Daun 13

2 Batang 3

3 Umbi -

Penggunaan sebuah obat khususnya pada tumbuhan obat tradisional berbeda-beda

diantaranya dengan cara merebus, menyeduh bahkan dengan cara mipis. Seperti terlihat

pada tabel 4.4 berikut.


Tabel 4.4 Tata Cara Penggunaan dan Manfaat Tumbuhan Obat Tradisional

No Nama Umum Tata Cara Penggunaan Manfaat


1 Murbei Daun tumbuhan di rebus Mengobati

kemudian air rebusannya kolesterol

diminum

2 Pandan wangi Di potong-potong,di rebus lalu air Mengobati

rebusan di minum penyakit gula

tinggi

3 Pegagan Di rebus/di siram air panas lalu Mengobati

airnya di minum tekanan darah

tinggi

4 Kunyit campur Kunyit di parut di campur Obat maag

bandotan bandotan dan di remas-remas

kemudian di siram air panas lalu

di minum

5 Sambung nyawa Di rebus,air rebusannya di minum Mengobati stroke

kemudian ampasnya di pakai ringan

mengurut

6 Mint Di siram dengan air panas lalu Mengobati stroke

airnya diminum ringan

7 Tembelek Daun di rebus sampai mendidih Mengobati sakit

lalu air rebusan di minum perut/mencret dan

maag

8 Jawer kotok Campur telur ayam kampung,di Mengobati


masak lalu di peras dan di minum penyakit berak

darah/ambeien

9 Kembang sepatu Di tumbuk campur dengan kemiri Mengobati salah

dan jahe,kemudian di oleskan 2x1 urat

10 Jambu biji Daun di remas lalu di siram air Mengobati

panas tambah garam sedikit lalu penyakit gula dan

di minum sakit

perut/mencret

11 Sirih Di rebus lalu di minum atau di Mengobati

pakai mencuci bagian tertentu keputihan

12 Afrika Di siram air panas lalu diminum Mengobati

tekanan darah

tinggi

13 Cocor bebek Bagian belakang daun di tumbuk- Menurunkan

tumbuk lalu di tempelkan di dahi demam

dan dada

Tumbuhan berkhasiat obat yang ditemukan yang digunakan sebagai pengobatan

tradisional terdiri dari 10 familia,seperti terlihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5. Data Familia dari tumbuhan berkhasiat obat tradisional yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Mamasa

No Jenis Famili

1. Morus alba Moreceae

2. Pandanus amaryllifolius Pandanaceae


3 Centella asiatica Apiaceae

4 Curcuma longa , Ageratum conyzoides Asteraceae

5 Gynura procumbens Asteraceae

6 Mentha piperita linn Lamiaceae

7 Lantana camara L. Verbenaceae

8 Plectranthus scutellarioides (L) R.Br Lamiaceae

9 Hibiscus rosa-sinensis Malvaceae

10 Psidium guajava Myrtaceae

11 Piper betle Piperaceae

12 Vernonia amygdalina Asteraceae

13 Kalanchoe pinnata (Lam.) Crassulacae

B. Pembahasan

Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat bagikesehatan manusia dan

digunakan sebagai bahan membuat obat alami yang relatif lebih aman (Nursiyah

2013).Pengetahuan masyarakat tersebut diperoleh dari warisan nenek moyang sehingga

pemanfaatan tumbuhan obat hanya terbatas pada yang sering digunakan dari generasi
sebelumnya saja. Masyarakat Mamasa menggunakan tumbuhan sebagai alternatif

pengobatan mandiri (swamedikasi) dikarenakan mudah di dapatkan, serta dianggap lebih

hemat waktu dan biaya, daripada apabila penderita harus pergi ke dokter. Pengobatan

tradisional masyarakat Mamasa sangat dijaga dan dipelihara karena merupakan warisan dari

nenek moyang secara turun-temurun dan telah dipercaya khasiatnya dalam menyembuhkan

berbagai penyakit. Pengetahuan pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan tradisonal oleh

masyarakat Indonesia diwariskan dari nenek moyangnya pada sebuah keluarga sehingga

menjadi kebiasaan yang tetap bertahan (Rahim, 2013). Tumbuhan obat tradisional

merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah digunakan untuk

pengobatan berdasarkan pengalaman (Katno &Promono, 2009).

Salah satu daerah yang memanfaatkan berbagai macam tumbuhan obat dalam upaya

swamedikasi adalah Mamasa. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Agustus di

Kecamatan Mamasa dengan memilih enam Desa dari 12 desa di Kecamatan Mamasa yakni

Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu, Desa Taupe, Desa Osango,

Desa Bombong Lambe yaitu terdapat 13 jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh

masyarakat Mamasa antara lain: Murbei, Pandan wangi, Pegagan, Kunyitcampur bandotan,

Sambung nyawa, Mint, Tembelek, Jawer kotok, Kembang sepatu, Jambu biji, Sirih , Afrika

, dan Cocor bebek. Peneliti memilih keenam desa tersebut sebagai sumber informasi karena

keenam desa tersebut merupakan desa yang terkenal dengan banyaknya para dukun atau

tabib yang sering di datangi oleh masyarakat Mamasa, baik masyarakat dalam desa tersebut

maupun masyarakat diluar desa. Pemanfaatan spesies tumbuhan sebagai pengobatan

tradisional oleh etnis Mamasa tidak hanya karena ketersediaannya di lingkungan tempat

tinggal mereka, tetapi lebih karena manfaatnya sudah teruji secara turun-temurun dalam
kelompok masyarakat, dan hal tersebut tentunya karena adanya kandungan zat kimia pada

masing-masing tumbuhan itu sendiri. Kondisi lingkungan Mamasa yang basah dan termasuk

daerah pegunungan dan hutan mendukung perkembangan dari tumbuhan khususnya bagi

tumbuhan obat. Tumbuhan obat selain banyak di temukan di hutan juga banyak tumbuh liar

di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat Mamasa dan sebagian lagi ditanam di

halaman rumah sebagai tanaman hias.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 13 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai

pengobatan tradisional yang termasuk dalam 10 familia dengan presentase masing-masing,

yaitu Asteraceae 23,08%, Lamiaceae 15,39%, Moreceae 7,70%, Pandanaceae 7,70%,

Apiaceae ,70%, Verbenaceae 7,70%, Malvaceae 7,70%, Myrtaceae 7,70%, Piperaceae

7,70%, dan Crassulaceae 7,70%. Tumbuhan yang yang paling banyak digunakan di

Kecamatan Mamasa adalah spesies dari familia Asteraceae dan Lamiaceae dengan

persentasi masing-masing sebesar 23.08% dan 15,39%. Asteraceae adalah kelompok

terbanyak pertama yang dimanfaatkan,hal ini kemungkinan dikarenakan tumbuhan

Asteraceae yang bersifat kosmopolit. Karakteristik buah dari tumbuhan spesies Asteraceae

yaitu memiliki buah kurung (achene). Karakterdinding buah yang tipis dan mempunyai

umbai sehingga mudah terbawa angin. Karakteristik morfologi yang dimiliki Asteraceae

sangat mendukung pertumbuhan pada habitatnya. Hal ini menjadi mudah bagi masyarkat

memperoleh tumbuhan tersebut karena ada kecenderungan masyarakat sejak dahulu untuk

memanfaatkan tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan mereka (Syamsiah,et al 2021).

Organ tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat dalam

upaya swamedikasi yaitu bagian daun. Hal ini d karenakan daun lebih mudah di ambil dan

mudah untuk diramu. Selain itu, Jalius dan Muswita (2013) menyatakan bahwa organ daun
lebih mudah digunakan untuk mengambil sari atau khasiat yang dimiliki tumbuhan. Pada

organ daun juga lebih banyak ditemukan jenis-jenis senyawa kimia yang berkhasiat obat

seperti flavonoid, tannin, saponin, fenol dan alkaloid. YuliantI (2014)menyatakan bahwa

kandungan kimia tersebut potensial digunakan sebagai bahan obat-obatan. Penggunaan daun

sebagai bagian untuk pengobatan selain tidak merusak spesies tumbuhan obat, bagian daun

juga mudah dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan obat (Fakhrozi, 2009).

Cara pengolahan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Mamasa

paling banyak adalah dengan di rebus karena sangat mudah dan sudah umum dilakukan di

masyarakat. Mahendra (2006)menyatakan bahwatujuan merebus tumbuhan obat adalah

untuk memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tumbuhan ke dalam larutan air,

kemudian diminum untuk kebutuhan pengobatan. Pengolahan tumbuhan obat dengan cara

direbus bisa mengurangi rasa hambar dan pahit dibandingkan dimakan langsung. Selain itu,

pengolahan dengan cara direbus dapat bersifatlebih steril karena bisa membunuh kuman

ataupun bakteri yang pathogen (Novianti, 2014).

Berikut merupakan identifikasi dari tumbuhan obat yang di temukan di Kecamatan

Mamasa, Antara lain:

1. Murbei

1.1 Klasifikasi

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Urticalis

Family : Moreceae
Genus : Morus

Spesies : Morus alba L.

1.2 Deskripsi tumbuhan

Murbei (Morus alba L.) termasuk dalam famili moraceae yang berasal dari Cina.

Murbei adalah tumbuhan dengan tinggi maksimal 9 meter dan seringkali ditemukan

tumbuh liar. Percabangannya banyak, cabang muda berambut halus, daun tunggal, dan

letak berseling, serta bertangkai yang panjangnya 1 - 4 cm. Helai daun tumbuhan murbei

berbentuk bulat telur hingga berbentuk mirip jantung, ujung meruncing, pangkal tumpul,

tepi bergigi, pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar,

berwarna hijau dan memiliki panjang 2,5 - 20 cm, lebar 1,5 - 12 cm. Bunga tanaman

murbei majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, mahkota berbentuk taju,

berwarna putih. Dalam satu pohon tanaman murbei terdapat bunga jantan, bunga betina,

dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei akan berbunga sepanjang tahun, memiliki

buah banyak berupa buah buni, berair, dan rasanya enak, buah mudanya berwarna hijau,

dan setelah masak jadi hitam (Dalimartha, 2002).

1.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Dalam farmakologi Cina dan pengobatan tradisional lain disebutkan bahwa

tanaman ini memiliki manfaat sebagai antiinflamasi, diuretic, anti demam, anti hipertensi,

dan antidiabetik (Sayuti, 2010).Selain daun murbei dikenal sebagai pakan ulat sutra, daun

murbei juga berkhasiat untuk menurunkan demam karena flu; meredakan batuk;

mengurangi nyeri, hipertensi, diabetes mellitus, kaki gajah, bisul dan konjungtivitis;
memperbanyak air susu; mengurangi gangguan pada saluran pencernaan, dan

hiperkolesterolemia Sedang ekstrak kulit akar dan daun murbei memiliki efek

hipoglikemik pada hewan model Diabetes Mellitus tipe 1 (Mohammadi, 2012).Suku

Mamasa menggunakan murbel sebagai obat kolesterol. Hal ini sesuai dengan penelitian

Nyoman (2014) yang menyatakan bahwa ekstrak daun murbei (Morus albaL.)

mempunyai efek menurunkan kadar kolesterol.Hal ini dikarenakan murbei mengandug

senyawa berupa alkaloida, flavonoida, dan polifenol yang diketahui sangat bermanfaat

bagi kesehatan

2. Pandan wangi

2.1 Klasifikasi

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Pandanales

Family : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius

2.2 Deskrispsi tumbuhan

Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daun

pandan merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-

negara Asia Tenggara lainnya. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai

nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau,

Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan, Ponda, Pondago


(Sulawesi); Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni, Pondak, Pondaki, Pudaka

(Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara). Pandan umumnya merupakan

pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7m, bercabang, kadang-kadang batang berduri,

dengan akar tunjang sekitar pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3m, lebar

8–12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip; tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah

berduri, tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal

atau lateral, berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu dan Handayani , 2008).

2.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tumbuhan yang

memiliki kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol yang berfungsi

sebagai zat antioksidan (Margaretta dkk., 2011). Menurut Sunarni dkk. (2007) bahwa

antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan, seperti senyawa fenolik, memiliki gugus

hidroksil pada struktur molekulnya.Khasiat tanaman ini adalah sebagai rempahrempah,

bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan dan

bahan baku pembuatan minyak wangi. Selain itu pandan juga digunakan sebagai obat

tradisional untuk mencegah rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan

ketombe, mengobati lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai

gelisah (Rohmawati, 1995). Suku Mamasa menggunakan pegagan sebagai obat

menurunkan gula. Hal ini sesuai dengan penelitian Amran (2018) yang menyatakan

bahwa rebusan daun pandan wangi yang digunakan dengan konsentrasi 5% b/v, 10%

b/v dan 20% b/v dapat menurunkan kadar glukosa darah.Hal ini dikarenakan pandan

wangi mengandungalkaloid, saponin, dan flavonoid yang baik untuk kesehatan.


3. Pegagan

3.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Apiales

Family : Apiaceae

Genus : Centella

Spesies : Centella asiacita (L.) Urban.

3.2 Deskripsi tumbuhan

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) merupakan tanaman herba tahunan yang

tumbuh di daerah tropis dan berbunga sepanjang tahun. Bentuk daunnya bulat seperti

ginjal manusia, batangnya lunak dan beruas, serta menjalar hingga mencapai satu meter.

Pada tiap ruas tumbuh akar dan daun dengan tangkai daun panjang sekitar 5– 15 cm dan

akar berwarna putih, dengan rimpang pendek dan stolon yang merayap dengan panjang

10–80 cm (Van Steenis, 2006). Tinggi tanaman berkisar antara 5,39–13,3 cm, dengan

jumlah daun berkisar antara 5–8,7 untuk tanaman induk dan 2–5 daun pada anakannya

(Bermawie et.al., 2008).

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) merupakan tanaman obat yang dapat

dikonsumsi sebagai sayuran. Tanaman obat ini mudah untuk dibudidayakan dan
diperbanyak secara vegetatif. Tanaman pegagan di habitat aslinya banyak tumbuh di

ladang, perkebunan, tepi jalan maupun di pekarangan. Tanaman yang berasal dari Asia

tropik ini menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar atau agak terlindung. Pegagan

mempunyai kisaran agroekologi yang luas dari dataran rendah hingga dataran tinggi

sampai dengan ketinggian 2500 m dpl (Rohmawati, 2015).

3.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Pegagan mengandung bahan aktif alkaloid, saponin, tanin, flavonoid,

steroid, dan triterpenoid. Tiga golongan bioaktif, yaitu triterpenoid, steroid, dan saponin

termasuk antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Bahan aktif

tersebut merupakan bahan baku obat tradisional yang bermanfaat sebagai antipikun,

antistres, obat lemah syaraf, demam, bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir, dan

tekanan darah tinggi, serta untuk menambah nafsu makan dan menjaga vitalitas

(Sutardi,2016). Pegagan mengandung zat kimia diantaranya adalah asiaticoside (termasuk

bagian dari saponin), yang memiliki manfaat untuk penyembuhan luka dan juga antilepra.

Manfaat lain dari tanaman ini adalah untuk pengobatan diare, disentri, epilepsi dan juga

untuk peningkatan daya ingat (Orhan,2012). Berdasarkan penelitian S Shakir Jamil etal

(2007), bahwa pegagan juga memiliki manfaat untuk pengobatan ulkus lambung,

memiliki efekneuroprotektif, kardioprotektif, radioprotektif dan hepatoprotektif, sebagai

antioksidan, antiinflamasi, antiansietas, memperbaiki kerusakan vena dan arteri, serta

sebagai antistres.Suku Mamasa menggunakan pegagan sebagai obat tradisional yakni

untuk mengobati tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Soerahso et al.

1992)yang menyatakan bahwa salah satu khasiat tanaman pegagan adalah sebagai obat
tekanan darah tinggi. Hal ini dikarenakan pegagan mengandung bahan aktif alkaloid,

saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid. Tiga golongan bioaktif, yaitu

triterpenoid, steroid, dan saponin termasuk antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan

tubuh manusia.

4. Bandotan

4.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L

4.2 Deskripsi tumbuhan

Tumbuhan bandotan merupakan terna semusim, tumbuh tegak, sering terbagi menjadi

cabang-cabang yang tumbuh miring, berbulu panjang, tinggi 5 sampai 90 cm, pada waktu

layu menyebarkan bau amis yang tidak enak. Bandotan ditemukan mulai dataran rendah

sampai ± 1750 m, di beberapa 5 tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah banyak

sebagai tumbuhan pengganggu yang tidak merugikan (Heyne 1987, 1825). Daun bagian

bawah batang duduk berhadapan dan bertangkai panjang, sedang daun yang teratas

tersebar dan bertangkai pendek, helaian daun bulat telur, beringgit, kedua sisinya
berambat panjang, sisi bagian bawah mempunyai kelenjar yang duduk. Bunga berbentuk

bongkol dan berkelamin satu, tiga atu lebih berkumpul menjadi karangan bunga

berbentuk malai rata pada ujung batang. Bunga berwarna biru atau putih pada bagian

kepalanya. Bongkol 6-8 mm panjangnya, dengan tangkai yang berambut. Buahnya

berwarna hitam dan bentuknya kecil ( Dalimartha 2006: 2).

4.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Daun dan akar tanaman diketahui mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, tannin, saponin, glikosida jantung dan antrakuinon, mineral, vitamin serta

senyawa lain yang memiliki aktivitas farmakologi (N.K Agbaforet al,2015).Namun

tanaman ini mengandung senyawa toksik alkaloid pyrrolizidine sehingga harus dimonitor

dalam penggunaannya (Bosiet al,2013). Beberapa laporan menunjukkan tanaman

bandotan memiliki manfaat dalam pengobatan seperti demam, diare, disentri,

antiinflamasi, insektisida, analgesik, antimikroba, serta antikanker(Singh S et al,2012).

Ekstrak metanol dan eter tanaman bandotan memiliki efek antimikroba (Singh B et

al,2016). Efek analgesik, antiinflamasi, antiulser, antidiabetes, antikonvulsan,

bronkodilator, antimikroba dapat ditemukan pada semua bagian tanaman. Akar tanaman

digunakan sebagai penyembuh luka, antioksidan, antitumor, antimikroba, antiinflamasi.

Secara tradisional daun tanaman digunakan sebagai penyembuh luka, antiinflamasi,

antipiretik, analgesik, antispasmodik, gastroprotektif , antimikroba, antidiabetes,

antikanker, antiulser, antioksidan (L. Janarthananet al,2016).Suku Mamasa menggunakan

bandotan sebagai obat tradisional yakni untuk mengobati penyakit maag. Hal ini sesuai

dengan penelitianMelissa Y.Muhu, (2007) yang menyatakan bahwa infusa daun bandotan

mengurangi jumlah dan diameter tukak pada lambung. Hal ini dikarenakan bandotan
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, glikosida jantung dan

antrakuinon, mineral, vitamin yang baik untuk kesehatan.

5. Sambung nyawa

5.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Asterales

Family : Asteraceae

Genus : Gynura

Spesies : Gynura procumbens.

5.2 Deskripsi tumbuhan

Tanaman Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat

merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat

beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna

hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik

tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm,

helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna

hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun

berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian

bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan.
Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung

berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap

tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Perry, 1980;

Van Steenis, 1975; Backer and Van den Brink, 1965; Sodoadisewoyo, 1953).

5.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Sambung Nyawa merupakan tanaman perdu yang berasal dari keluarga

Asteraceae yang mengandungtriterpenoid, polifenol, saponin, steroid, asam klorogenat,

asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam para hidroksi benzoat, flavonoid, dan

minyak atsiri(Priamsariet al 2016). Sambung Nyawa dikenal sebagai obat tradisional,

misalnya: pengobatan demam, ruam, penyakit ginjal, migrain, sembelit, hipertensi,

diabetes mellitus, dan kanker. Baru-baru ini, penelitian farmakologi melaporkan bahwa

Sambung Nyawa memiliki anti-Herpes simplex virus, anti-hiperglikemia, anti-

hiperlipidemia, anti inflamasi, analgesik, dan sifat hipertensi darah yang diinduksi ulang

(Rosidahet al,2008). Sebagian masyarakat Indonesia digunakan sebagai obat kanker

kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan 3 lembar daun segar sehari

selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari

keadaan penyakit (Meiyanto, 1996. Tumbuhan ini dilaporkan dapat digunakan untuk

penyembuhan penyakit ginjal (Heyne, 1987). Selain itu, Gynura procumbens juga

dimanfaatkan sebagai antikoagulan, mencairkan pembekuan darah, stimulasi sirkulasi,

menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, khusus bagian

daunnya dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan payudara, infeksi

kerongkongan, tidak datang haid, luka terpukul, melancarkan sirkulasi (Wijayakusuma et


al., 1992). Suku Mamasa menggunakan sambung nyawa sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit stroke ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahimatul

(2020) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa memiliki aktivitas

antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan pada kadar

NO.Tekanan darah tinggi adalah salah satu satu faktor resiko untuk terjadinya stroke,

serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial dan gagal jantung kronis

(WHO,1999). Hal ini dikarenakan sambung nyawa mengandung triterpenoid, polifenol,

saponin, steroid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam para

hidroksi benzoat, dan flavonoid yang bermanfaat untuk tubuh manusia.

6. Mint

6.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Superdivisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

Family : Lamiaceae

Genus : Mentha

Spesies : Mentha piperita Linn.

6.2 Deskripsi tumbuhan


Pada daerah tropik tanaman daun mint tidak berbunga, pertumbuhan batang

tegakan atau sedikit menjalar, tinggi tanaman berkisar 30-60 cm, ;percabangan simpodial,

batang berbentuk segi empat. Tangkai daun dan permukaan daun tanaman peppermint

diselimuti bulu-bulu yang berwarna kuning kehijauan dengan tekstur permukaan daun

licin. Warna daun hijau, panjang daun berkisar antara 1,3-5,5 cm, bentuk daun lanset

(lanceolate), ujung daun runcing (acute), tepi daun beringgit dangkal (creneate)

(Hadipoentyanti,2012).

6.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Kandungan nutrisi daun mint

Daun mint menjadi salah satu herbal populer yang banyak diminati. Daun

peppermint (Mentha piperita L) mempunyai aroma wangi dan cita rasa dingin

menyegarkan. Aroma wangi daun mint disebabkan kandungan minyak atsiri berupa

minyak menthol. Daun peppermint mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, zat

besi, kalsium dan potassium. Serat, klorofil dan fitonutrien juga banyak terkandung

didalam daun peppermint. Daun peppermint dipercaya dapat memulihkan stamina tubuh,

meredakan sakit kepala, mencegah demam, mempunyai sifat antioksidan pencegah

kanker dan menjaga kesehatan mata (Maulina, 2012).Suku Mamasa menggunakan

tumbuhan mint sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit stroke ringan. Hal ini sesuai

dengan penelitian Handini (2018) yang menyatakan bahwa infused water daun mint

berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita prehipertensi dan

hipertensi. Dimana hipertensi ini dapat menyebabkan stroke. Hal ini dikarenakan daun
mint mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium, potassium, serat,

klorofil dan fitonutrien yang bermanfaat bagi tubuh manusia.

7. Tembelek

7.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Class : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Ordo : Lamiales

Family : Verbenaceae

Genus : Lantana

Species : Lantana camara L.

7.2 Deskripsi tumbuhan

Tembelekan (Lantana camara L) merupakan tanaman perdu tegak atau setengah

merambat dengan ciri-ciri batang : berkayu, bercabang banyak, ranting berbentuk segi

empat, tinggi lebih dari 0,5-4 m, memiliki bau yang khas, terdapat dua varietas (berduri

dan tidak berduri); daun : tunggal, duduk berhadapan, bentuk bulat telur dengan ujung

meruncing dan bagian pinggirnya bergerigi, panjang 5-8 cm, lebar 3,5-5 cm, warna hijau

tua, tulang daun menyirip, permukaan atas berbulu banyak, kasar dan permukaan bawah

berbulu jarang; 5 bunga : majemuk bentuk bulir, mahkota bagian dalam berbulu,
berwarna putih, merah muda, jingga kuning, dan masih banyak warna lainnya; buah :

seperti buah buni dan berwarna hitam mengkilat bila sudah matang.

7.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Daun Tembelek mengandung lantadene A, lantadene B, lantanolic acid, lantic

acid, humule (mengandung minyak asiri), caryophyllene, terpidene, pinene dan cymene.

(Anonim, 2013). Menurut Hidayati dkk (2008), daun Tembelekan juga mengandung

saponin, flavanoid dan minyak atsiri. Senyawa flavonoid telah dikenal memiliki efek

antiinflamasi dan juga memiliki efek antipiretik yang bekerja sebagai inhibitor

cyclooxygenase(COX) yang berfungsi memicu pembentukan prostaglandin.

Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila

prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan

mengakibatkan demam.Tanaman tembelek memiliki kandungan flavonoid, saponin dan

tannin yang dapat membasmi nyamuk. Namun memiliki aroma yang kurang sedap.

Untuk memberikan aroma yang khas dengan penambahan kandungan minyak atsiri yang

memiliki daya reppellent nyamuk, penelitian ini menggunakan kombinasi dengan

tanaman lainnya yaitu daun kemangi. Didukung oleh penelitian Alik (2015) yang

menggunakan kombinasi antara daun tembelekan dengan babandotan sebagai pestisida

nabati terhadap kutu beras. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil kematian kutu beras

tertinggi sebesar 80% akibat kandungan flavonoid pada tembelekan dan kandungan

senyawa minyak atsiri pada daun babandotan. Suku Mamasa menggunakan tumbuhan

tembelek sebagai obat sakit perut atau mencret dan maag. Hal ini sesuai dengan

penelitian Diana Oktfy (2020) yang menyatakan bahwa tembelekan sebagai obat maag,

malaria, influenza, tumor, pembengkakan, demam empedu, letusan eksim, sakit perut,
sakit gigi dan sebagai antiseptik untuk luka. Hal ini dikarenakan tembelek mengandung

senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid yang berperan

sebagai antimikroba. Selain itu tumbuhan tersebut selama ini digunakan untuk

pengobatan berbagai penyakit.

8. Jawer kotok

8.1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Devisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Plectranthus

Species : Plectranthus scutellarioides (L) R.Br.

8.2 Deskripsi tumbuhan

Jawer Kotok merupakan tumbuhan tumbuhan semak, herba tegak dan merayap,

tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori tumbuhan basah yang batangnya

mudah patah. Daun tunggal, helaian daun berbentuk hati, pangkal membulat atau

melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap tepiannya dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis

yang bersambungan dan didukung tangkai daun dengan panjang tangkai 3-4 cm yang

memiliki warna beraneka ragam dan ujung meruncing dan tulang daun menyirip berupa
alur. Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya,

berambut, percabangan banyak, berwarna ungu kemerahan. Permukaan daun agak

mengkilap dan berambut halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm berwarna

ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun,

muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih, merah dan ungu. Tumbuhanjawer

kotok memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit, sifatnya dingin. Buah

keras berbentuk seperti telur dan licin. Jika seluruh bagian diremas akan mengeluarkan

bau yang harum. Untuk memperbanyak tanaman ini dilakukan dengan cara stek batang

dan biji (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1989: 155).

8.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Daun jawer kotok berkhasiat untuk obat sakit demam nifas, obat datang

haid, dan akarnya berkhasiat sebagai obat sakit mulas (Depkes 2000). Daun dan batang

jawer kotok mangandung polifenol, sedangkan batang dan akarnya mengandung

flavonoid, serta daunnya mengandung minyak atsiri. Menurut Praptiwi (1999) daun jawer

kotok ini juga mengandung thymol, yang memiliki sifat antiseptik (dapat membunuh atau

melawan bakteri), dan antelmintik (dapat mematikan cacing).Suku Mamasa

menggunakan tumbuhan jawer ketok sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit

berak darah atau ambeien. Hal ini sesuai dengan penelitian Utroq Trieha (2015) yang

menyatakan bahwa Daun Jawer Kotok Memiliki Khasiat Mengobati ambeien atau wasir.

Hal ii dikarenakan jawer ketok mengandung flavonoid yang memiliki peran sebagai anti-

inflamasi, antiseptic, anti-hipertensi, dan juga anti-kanker.

9. Kembang sepatu
9.1 Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa sinensis L.

9.2 Deskripsi tumbuhan

Kembang sepatu termasuk tanaman perdu dengan ketinggian antara 4–8 m.

Memiliki batang yang berstruktur keras, serta bercabang banyak. Kembang sepatu

berbunga tunggal yang keluar dari ketiak daun, 1–4 cm panjang tangkai bunganya, serta

menjurai dengan lima mahkota yang tersusun berbentuk terompet atau lonceng. Helaian

mahkota bunga tunggal atau ganda, Memiliki warna bunga yang bervariasi, seperti putih,

merah muda, kuning, jingga dan kombinasi warna–warna tersebut. Bunga tersusun atas 5

mahkota, 5 calyx, 15 tangkai sari dan 1 buah bakal buah yang memiliki banyak ruang.

Sedangkan bijinya pipih dan berwarna putih ( DepKes RI,2000).

9.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Senyawa utama yang dapat berefek pada hemostasis adalah tannin dan flavonoid.

Tannin dan flavonoid bersifat astringen yang mengikat dan mengendapkan protein dalam

darah, jika diberikan ke bagian mukosa kulit akan mengecilkan dan merapatkan sel

terluar sehingga mengurangi kerusakan mukosa (Bele etal., 2010).Pada penelitian yang
dilakukan oleh Bhaskar & Nithya (2012) didapatkan hasil ekstrak etanol dari kembang

sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) mempunyai efek dalam penyembuhanluka pada hewan

uji tikus tetapi belum ada penelitian ilmiah yang membahas efek ekstrak kembang sepatu

(Hibiscus rosa-sinensis L.) dalam menghentikan perdarahan luar.Manfaat lain dari

kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)adalah sebagai antibakteri, antioksidan,

antitumor, antihipertensi, dan sebagai penyembuh luka (Bhaskar & Nithya, 2012).Suku

Mamasa menggunakan tumbuhan kembang sepatu sebagai obat tradisional untuk

mengobati salah urat.Hal ini sesuai dengan penelitian Hamidah S, et al (2011) yang

menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit batang kembang sepatumemiliki efek antipiretik,

dan pada konsentrasi 50% sangat efektif memberikan efek antipiretik. Di mana antipiretik

ini merupakan obat untuk mengurangi nyeri otot atau salah urat. Hal ini dikarenakan

kembang sepatu mengandungsenyawa utama yang dapat berefek pada hemostasis adalah

tannin dan flavonoid.

10.Jambu biji

10.1 Klasifikasi tumbuhan

Kingdom : Plantae,

Divisi : Spermatophyta,

Subdivisi : Angiospermae,

Kelas : Dicotyledonae,

Ordo : Myrtales,
Famili : Myrtaceae,

Genus : Psidium,

Spesies : Psidium guajava L.

10.2 Deskripsi tumbuhan

Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun

liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak. Tanaman jambu biji

(P. Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari permukaan laut.

Jambu biji berbunga sepanjang tahun. Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m,

percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat

kehijauan.(Septia.A, 2010).

Jambu biji (P. Guajava L.) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk

Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Sri Lanka. Jumlah dan jenis tanaman ini

cukup banyak, diperkirakan kini ada sekitar 150 spesies di dunia. Tanaman ini (P.

Guajava L.) mudah dijumpai di seluruh daerah tropis dan subtropis. Seringkali ditanam

di pekarangan rumah. Tanaman ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan.

Di Jawa sering ditanam sebagai tanaman buah, sangat sering hidup alamiah di tepi hutan

dan padang rumput (Nety,N 2008).

10.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Jambu biji mengandung minyak diantaranya minyak atsiri 0,4%, damar 3%, tanin

9%, minyak lemak 6% dan sebagainya. Selain itu daun jambu biji mengandung zat lain

selain tanin, seperti ,vitamin, asam psidiolat, asam kratogolat, asam ursolat asam

oleanolat, asam guajaverin, dan asam ursolat (Widyawati, 2009). Selain itu Daun jambu
biji kaya akan senyawa flavonoid, khususnya kuersetin. Senyawa flavonoid memiliki

aktivitas antioksidan yang dapat mereduksi radikal bebas. Senyawa flavonoid terdiri dari

kalkon, flavon, flavonon, flavonol, isoflavon dan katekin yang memiliki aktivitas

antioksidan. (Zuhra, dkk, 2008). Suku Mamasa menggunakan jambu biji untuk

mengobati penyakit gula dan sakit perut atau mencret. Hal ini sesuai dengan peneltian

Wiwik Norlita dan Tri Siwi KN (2017) yang menyatakan bahwa tumbuhan jambu biji

banyak memiliki manfaat bagi kesehatan diantaranya untuk mengobati diare pada anak

kecil, gastroentritis akut, radang tenggorokan kronis dan akut, luka karena jatuh, luka

bakar, untuk diabetes mellitus dan juga sangat baik digunakan untuk mengobati penyakit

demam berdarah dengue (DBD). Hal ini dikarenakan jambu biji mengandung senyawa

flavonoid yang terdiri dari kalkon, flavon, flavonon, flavonol, isoflavon dan katekin

yang bermanfaat untuk kesehatan.

11.Sirih

11.1 Klasifikasi tumbuhan

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.

11.2 Deskripsi tumbuhan

Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan

bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna

hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan bulir, warna

kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan (Damayanti dkk, 2006).

Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih

menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing,

pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun

warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau

agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih yang

subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).

11.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena mengandung 4,2%

minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen (sisquiterpene),

kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007). Komponen utama

minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu

adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol.

Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau (Piper betle L.) disebabkan adanya
senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Flavonoid selain

berfungsi sebagai antibakteri dan mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan

turunan dari fenol yang mempunyai daya antibektri lima kali lipat dari fenol biasa

terhadap Staphylococcus aureus. Estragol mempunyai sifat antibakteri, terutama

terhadap Shigella sp. Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat sebagai antiseptik,

anti peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu penyembuhan luka (Zahra dan

Iskandar, 2007). Suku Mamasa menggunakan tumbuhan sirih sebagai obat tradisional

untuk mengobati keputihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fera Firmanila, et al

(2016) yang menyatakan bahwa wanita yang mengalami keputihan dapat

mengaplikasikan air rebusan daun sirih merah sebagai obat non farmakologis dan

menjadikan tanaman sirih merah sebagai tanaman obat keluarga. Hal ini di karenakan

daun sirih mengandung kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat

dibandingkan fenol.

12.Tumbuhan afrika

12.1 Klasifikasi tumbuhan

Divisi : Angiosperms

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae
Genus : Vernonia

Spesies : Vernonia amygdalina Del.

12.2 Deskripsi tumbuhan

Tanaman Daun Afrika dengan nama latin (Vernonia amygdalina Del) merupakan

tumbuhan semak yang sangat terkenal di Benua Afrika dan biasanya tumbuh di daerah

beriklim tropis termasuk di Indonesia. Tanaman ini tumbuh dengan bebas dipekarangan

warga dan daunnya digunakan sebagai bahan sayuran. Karena rasanya yang sangat pahit,

tidak jarang pula masyarakat memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Tanaman daun

afrika mempunyai batang tegak, tinggi 1- 3m, bulat, berkayu, berwarna coklat kotor;

daun majemuk, anak daun berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm, tebal 7-10 mm,

berbentuk lanset, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan

menyirip, berwarna hijau tua, akar tunggang(Ijeh et al., 2010).

12.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tanaman daun afrika banyak

mengandung senyawa kimia saponin, kumarin, asam fenolat, lignan, terpen dan

flavonoid. Senyawa golongan flavonoid yang terkandung didalamnya yaitu luteolin,

luteolin 7-O-β-glucoroniside, luteolin 7- O-β-glucosida. Kegunaan yang paling utama

adalah untuk pengobatan diabetes, hipertensi, gout dan kanker (Ijeh et al., 2010).

Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa yang paling banyak

ditemukan dalam jaringan tanaman. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang hampir

terdapat dalam setiap tumbuhan hijau, sehingga dapat ditemukan dalam setiap ekstrak

tanaman. Flavonoid bersifat polar larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,

butanol dan air. Untuk mengidentifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan uji reaksi
Shinoda. Pada uji ini, flavonoid akan memberikan hasil warna kuning jingga. Selain uji

reaksi Shinoda dapat pula dilakukan pengujian reaksi Wilson-Taubock. Hasil pengujian

ini jika diamati dibawah sinar UV 366 nm akan terlihan pendaran warna kuning intensif

yang menunjukkan adanya golongan flavonoid (Djamil R., et al, 2014). Suku Mamasa

menggunakan tumbuhan afrika sebagai obat tradisional untuk mengobati tekanan darah

tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rindang Farinka (2021) yang menyatakan

pemberian pengaruh pemberian fraksi air daun afrika memiliki pengaruh nyataterhadap

tekanan darah (sistol, diastol, arteri rata-rata), laju jantung dan volume darah tikus putih

jantan. Hal ini dikarenakan tumbuhan afrika mengandungsenyawa kimia saponin,

kumarin, asam fenolat, lignan, terpen dan flavonoid yang baik untuk tubuh.

13.Cocor bebek

13.1 Klasifikasi tumbuhan

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Saxifragales

Famili : Crassulaceae

Genus : Kalanchoe

Spesies : Kalanchoe pinnata L.

13.2 Deskripsi tumbuhan

Tanaman cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal

berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda, kadang-kadang abu-
abu, bunga majemuk, dan buah kotak.Tumbuhan yang umum pada daerah beriklim

tropika ini, merupakan tumbuhan yang memiliki tinggi sekitar 1 meter, tumbuh liar di

tepi jurang, pinggir jalan dan tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu, daerah panas

dan kering. Tumbuh dengan baik pada daerah hingga 1.000 meter di atas permukaan

laut. Tanaman ini dapat dikembangbiakkan melalui daun (kuncup-kuncup daun

berbentuk dalam toreh-toreh pada tepi daunnya) (Bangun, 2012).

13.3 Khasiat dan kandungan kimia tanaman

Daun cocor bebek diketahui memiliki aktivitas anti-diabetik, anti-hipertensi, anti-

mikroba, anti-fungi, anti-inflamasi dan analgesik, anti-asma, sitotoksik, anti-urolitik,

anti-oksidan, proteksi jantung, neurosedatif, dan relaksasi otot (Afzal dkk.,

2012).Kalanchoe kaya akan kandungan alkaloid, triterpenes, glikosida, flavonoid,

steroid dan lipid. Sedangkan pada daunnya terkandung senyawa kimia yang disebut

bufadienolides. Bufadienolides pada Kalanchoe pinnata memiliki potensi untuk

digunakan sebagai antibakteri, antitumor, pencegah kanker, dan insektisida (Lana,

2005). Suku Mamasa menggunakan tumbuhan ini sebagai obat untuk menurunkan panas

anak ataupun orang dewasa. Hal ini sesuai dengan penelitian Heni Purwitasari, et al

(2016) yang menyatakan bahwa tumbuhan cocor bebek dapatmengatasai demam atau

penurun panas. Hal ini dikarenakan cocor bebek mengandung alkaloid, triterpenes,

glikosida, flavonoid, steroid dan lipid yang bermanfaat untuk tubuh manusia.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitin dan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Tumbuhan obat tradisional yang dapat ditemukan di Kecamatan Mamasa

Kabupaten Mamasa berjumlah 13 tumbuhan yaitu : langkea’, pandan, panggaga,


kuni’, tamesambuk, sambung nyawa, salasi, kapa’-kapa’, balinangko, kembang

sepatu, sirih, dambu, klorofil dan cocor bebek. .

2. Bagian organ yang digunakan masyarakat Mamasa untuk mengobati penyakit

diantaranya yaitu bagian Daun dan batang. Namun, daun merupakan organ

tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh Masyarakat Mamasa sebagai

pengobatan tradisonal.

3. Cara penggunaan tumbuhan obat tradisional untuk pengobatan seperti di

minum,disiram,dioleskan. Penggunaan organ tumbuhan dilakukan dengan cara

batang dan daun di siram atau di rebus lalu di minum.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis cantumkan dalam karya ilmiah ini adalah

sebagai berikut:

1. Perlu pelestarian dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang tumbuhan obat

pada generasi muda sebagai budaya pengobatan leluhur yang di turunkan secara

turun temurun.

2. Perlu meningkatkan upaya budidaya tumbuhan obat untuk lebih mudah

mendapatkan tumbuhan obat tradisional tersebut.

3. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih luas lagi dalam melakukan penelitian, tidak

hanya di Kecamatan Mamasa saja namun di seluruh Kecamatan yang ada di

Kabupaten Mamasa.
DAFTAR PUSTAKA

Alang, H.,Hastuti.,Yusal, M,S. (2021)Inventarisasi tumbuhan obat sebagai upaya swamedikasi


oleh masyarakat Suku Tolaki Desa Puundoho, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi
Tenggara.JurnalIlmiahFarmasi (Scientific Journal of Pharmacy17(1),20-21.
Ahsan, Diena.,Keanekaragaman Varietas dan Hubungan Kekerabatan pada Tanaman
Jati .Universitas Airlangga,2010,hlm 7
Afzal,M ,.Gupta,G.,Kasmi,I,.Rahma, M.,Afzal,O.,Alam, J.dkk.2012, Anti-inflammatory and
Analgesic Potential of a Novel Steroidal Derivative from Bryopillum
pinnatum,fitoterapia,83,853-858.
Alik,Rohmawati.2015. Pengaruh kombinasi ekstrak tembelekan (Lantana camara ) dan
babandotan sebagai pestisida nabati terhadap mortalitas kutu beras. Skripsi.UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang
Amran Nur, Desi R Fajar , Musdalifah,2018,EFEKTIVITAS PEMBERIAN REBUSAN DAUN
PANDAN WANGI(Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP PENURUNAN KADAR
GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus). Farmasi Poltekkes Makassar.
Bosi Cristiane F, Daniela W Rosa, Raphael Grougnet, Nikolaos Lemonakis, Maria Halabalaki,
Alexios Leandros Skaltsounis , Maique W. Biavatti. 2013. Pyrrolizidine alkaloids in
Medicinal Tea of Ageratum conyzoides. Brazilian J Pharmacog. 23(3) : 425- 432.

Bermawie Nurliani, dkk. Keragaman Sifat Morfologi Hasil dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan
(Centella asiatica)
Bonai, Y.M.M. 2013. Pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan obat tradisional olah masyarakat
Suku Klabra di Kampung Buk Distrik Klabot Kabupaten SorongSkripsi. Fakultas
Kehutanan. Universitas Negeri Papua.
Bangun, Wilson. 2012. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Erlangga
Bhaskar, A., Nithya V., 2012. Evaluation of the wound healing activity of Hibiscus rosa sinenis
L (Malvaceae) in wistar albino rats. Indian J pharmacol. 44:694-8
Bele, A.A. Jadhav V.M. Kadam, VJ. 2010. Potential of tannin : a review. Asian.J.Plant
Sci.4:209-14
Cipta Katno, Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisonal,
Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI,2008,hlm.6
Dalimartha, S., 2002, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker, Penebar Swadaya :
Jakarta.
Damayanti, R., Mulyanto dan Mulyono. (2006). Khaisat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab
dari Masa ke Masa. Jakarta: Agro Media Pustaka.

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2000. Coleus blumei Benth. http://www.


Bebas.vlsm.orgv12artikel_tanaman_obat/depkesbuku22-072.pdf [26 Januari 2009]
Djunarko,Dian, H,Y. Swamedikasi Yang Baik dan Benar,PT Citra Aji Parana,Yogyakarta,2011,
hal 6
Diana Oktfy, 2020., Meneliti Daun Babandotan Dan Tembelekan Menjadi Antimikorba
Herbal , Lab UNY,Yogyakarta.
Departemen Kesehatan. 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat
Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes), 2008, Pedoman Penggunaan Obat Bebas
dan Obat Bebas Terbatas, 3-13, 31, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta.
R Djamil, W Winarti ., Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Fase n-Butanol dari Ekstrak
Metanol Daun Mahkota Dewa Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.Jurnal Falkultas Farmasi
Universitas Pancasila, Jakarta, 2014
Fahrurozi, I. 2014. Keanekaragaman Tumbuhan Obat di Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango dan di Hutan Terfragmentasi Kebun Raya Cibodas Serta Pemanfaatannya Oleh
Masyarakat Lokal. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fera Firmanila , Yulia Irvani Dewi , Dara Kristiani, 2016.,Pengaruh Penggunaan Air Rebusan
Daun Sirih Merah Terhadap Keputihan Pada Wanita Usia Subur (Wus) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya, Jurnal Ners Indonesia.

Fakhrozi, I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional
Bukit Tigapuluh. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Gembong,TaksonomiTumbuhan ,( Yogyakarta : UGM Press, 1996), hlm 48

Gembong Jitrosoepomo. Taksonomi tumbuhan obat-obatan (Gadja Mada.Yogyakarta:2005)hlm


5-6

Hermawan, A., Eliyani, H., dan Tyasningsih, W. (2007). Pengaruh ekstrak daun sirih hijau (Piper
betle L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcuc aureus dan Escherichia coli dengan metode
difusi disk. Jurnal Peneliitian, 4 (7), 1-7.

Hadipoentyanti, E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman Mentha (Mentha arvensis L.)
Dan Budidayanya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
Hidayati, N.A., Listyawati, S., & Setyawan, A.D. 2008. Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi
Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Bioteknologi
5(1): 10.

Heyne,K. 1987.Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid IIIDepertemen kehutanan. Jakarta.

Heni Purwitasari, Yuliet, Ihwan, 2016.,EFEK ANTIPIRETIK KOMBINASI EKSTRAK DAUN


COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata L.) DAN EKSTRAK DAUN TEMBELEKAN(Lantana
camara L.) PERS.TERHADAP MARMUT (Cavia porcellus) DENGAN DEMAM YANG
DIINDUKSI PEPTON, Jurusan Farmasi,Fakultas MIPA, UniversitasTadulako, Palu

Ijeh,I.I .,Chukwunonso E. C. C. 2010.Current perspectives on the medicinal potentials of


Vernonia amygdalina Del.Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(7), pp. 1051-1061

Ibrahim, Inventarisasi Tumbuhan Obat Tradisional Suku Dayak Bakumpai di Kecamatan


Murung Kabupaten Murug Raya, 2016
Immaz, Alfanurjatin, 2015. Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Swamedikasi oleh Apoteker di
Beberapa Apotek Wilayah Surabaya Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiwa Surabaya Vol 4 No. 2
(2015).
Jamil SS, Nizami Q, Salam M. Centella asiatica (Linn) urban óa review. Natural Product
Radianc. 2007;6(2):158-70.
Jalius dan Muswita. 2013. Eksplorasi Pengetahuan Lokal tentang Tumbuhan Obat di Suku Batin
Jambi. Biospesies. 6 (1), 28-37
Katno, Pramono S. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Balai
Penelitian Obat Tawangmangu, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada [press
release]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi UGM.

Kuntorini, E. M. (2005). Botani ekonomi suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh
masyarakat di Kotamadya Banjarbaru. Jurnal Bioscientiae, 2(1), 25-36.
Kartajaya, H., Taufik., Mussry, J., Setiawan, I., Asmara, B., Winasis, N.T., 2011.
SelfMedication. Who Benefit and Who Is At Loss. Mark Plus Insight, Indonesia.
Kariman, BebasPenyakitdenganTanamanAjaib, Surakarta: Open books,2014,hlm 24
Kartika,T., Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Desa Tanjung Baru Petai
Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir (OI) Provinsi Sumatera Selatan ,
Sainmatika,12 (1),2015,hlm 32
Lana, Ana. 2005. Toksisitas Fraksi Etil Asetat Daun Cocor Bebek Kalanchoe daigremontiana
Hamet & Perrier. http://hpt.unpad
L. Janarthanan, Karthikeyan. V, Jeykar. B, Balakrishnan. B.R , Senthilkumar. K.L ,
Anandharaj.G. 2016. Pharmacognostic Studies on the Whole Plants of Ageratum conyzoides
Linn. ( Asteraceae ). European Journal of Pharmaceutical and Medical Research. 3 (5) : 618-
626.
Melissa Y.Muhu, 2007PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN BANDOTAN (Ageratum
conyzoides Linn.) TERHADAP TUKAK LAMBUNG TIKUS GALUR WISTAR.
Maulina, Dara. 2012. Teknik Budidaya Tanaman Rempah Dan Penyegar (Daun Mint).
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Margono, MetodePenelitianPendidikan, Jakarta:Rineka Cipta,2000

Mahendra, B. 2006. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya . Panduan
Meracik Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya

Muhlisah, TanamanObatKeluarga. Jakarta :PenerbitSwadaya, 2010,hlm 21


Margaret, Puspitarini. 2011. “Air cucian Beras Bisa Tumbuhkan Tanaman”, tersedia:
http://kampus.okezone.com/read/2011/10/18/372/517127/aircucian-beras-bisa-suburkan -
tanaman, diakses pada tanggal 22 november 2012.

Ni Nyoman Yuliani , 2014,UJI AKTIVITAS PENURUN KOLESTEROL TOTAL EKSTRAK


ETANOL DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP TIKUS PUTIH BETINA(Rattus
norvegicus).Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang

Nety Nurazizah, Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
L.) sebagai Anti bakteri Dari Bakteri E.Coli dan Staphylococus Aureus, UIN Malang, Malang,
2008.

N.K Agbafor, Engwa A.G , Obiudu I.K. 2015. Analysis of Chemical Composition of Leaves and
Roots ofAgeratum conyzoides. Inter J Cur Res Acad Rev. Volume 3 No 11 : 60- 65.

Nursiyah, Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang digunakan Orantua Untuk
Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecmatan Kalikanjar Kabupaten Wonosobo,
skripsi tidak ditertbkan: universitas Negeri Malang,2013,hlm 21

Nursiyah, Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang digunakan Oran tua Untuk
Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecmatan Kalikanjar Kabupaten Wonosobo,
skripsi tidak ditertbkan: universitasNegeri Malang,2013,hlm 80

Nur, A.H., Khairunnisa, Juanita, T. 2017, Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas
Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Penyambungan, Jurnal Sains dan Klinis. Ikatan Apoteker
Indonesia. Sumatera Barat.
Novianti. 2014. Kajian Etnofarmakognosi Dan Etnofarmakologi Penggunaan Tumbuhan Obat di
Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut. Farmako Bahari. 5 (2), 1-19.
Orhan IE. Centella asiatica (L.) Urban: from traditional medicine to modern medicine with
neuroprotective potential. Evid Based Complement Alternat Med. 2012.
Priamsari, M.R, M. M. Susanti, A. Farmasi, T. Semarang, dan A. H. Atmaja, Pengaruh Metode
Pengeringan TerhadapKualitas Ekstrak Dan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun
Sambung Nyawa (Gynura Procumbens [Lour.] Merr.), Journal of Pharmacy, 5, p.29- 33,
2016
Perry, L.M., 1980, The Medical Plants of East and Southeast Asia: Attributed Properties and
Uses, 94-95, The MIT Press, London.
Pratiwi, P.N., Liza,P., Gusti, N.A.I. 2014. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku
Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid Oral pada Etnis Thionghoa di Surabaya.
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40.
Praptiwi. 1999. Jawer Kotok Bikin Wasir Terpojok.
http://www.inomedia.com/intisari/1999/juli/jawer.htm [26 Januari 2009].
Rosidah., Mun Fei Yam., Amirin Sadikun., dan Zaini Asmawi, Antioxidant Potential Of Gynura
Procumbens, Journal Pharmaceutical Biology, 46, p. 616-625, 2008.
Rahayu, M., & Rugayah, R. (2007). Pengetahuan Tradisional dan Pemanfaatan Tumbuhan oleh
Masyarakat Lokal Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara Berita Biologi, 8(6), 489-499.

Rahayu,S.E dan Handayani,S.2008.Keanekaragaman Morfologi Dan Anatomi Pandanus


(Pandanaceace) Di Jawa Barat.

Rahim, N. (2013). Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat yang Digunakan oleh Pengobat
Tradisional Suku Bajo di Desa Torosiaje. (1), Universitas Negeri Gorontalo, (431409046)

Rumba .S, Inventarisasi Jenis TumbuhanBerkhasiatObat di Desa Banda Ely Kecamatan Kei
Besar Utara TimurKabupaten Maluku Tenggara, 2017

Rindang Farinka ,2021.,Pengaruh Pemberian Fraksi Air Daun Afrika (Vernonia Amygdalina
Del.) Terhadap Tekanan Darah, Laju Jantung Dan Volume Darah Pada Tikus Putih Jantan
Hipertensi, Fakultas Farmasi Universitas Andalas ,Padang.

Rohmawati E. Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan serta Isolasi dan Identifikasi
Alkaloidnya. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada. 1995.

Rohmawati, M. 2015. Karakterisasi Morfologi dan Aanatomi Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban.) di Kabupaten Batang Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Kuliah Praktikum
Morfologi dan Aanatomi Tumbuhan. Dalam skripsi Mukti Rohmawati, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.

Rahimatul Uthia, Dina Yuliana,Widya Kardela, 2020.,Antihypertension Activity of Gynura


procumbens (Lour.) Merr. Extract On Blood Pressure And Monoxide Nitrogen Levels In Male
White Rats,Poltekkes Kemenkes Riau1, STIFARM Padang.

Singh Bhoj R, Vinodh Kumar OR, Dharmendra K Sinha, Ravi Kant Agrawal, Prasanna Vadhana
, Monika Bharadwaj, Shiv Varan Singh. 2016. Antimicrobial Activityof Methanolic Extract
and Ether Extract of Ageratum conyzoides. Pharm Anal Acta. Volume 7 Issue 3 : 471.

Singh S.Brojendro, W. Radhapiyari Devi, Marina A, W. Indira Devi, N. Swapana, Chingakham


B Singh. 2012. Ethnobotany , Phytochemistry, and Pharmacology of Ageratum conyzoides
Linn ( Asteraceae). J Medic Plants Res. Vol 7(8) : 371- 385.

Sutardi. 2016.Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan Dan Khasiatnya Untuk Meningkatkan Sistem
Imun Tubuhaman Pegagan Dan Khasiatnya Untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh.Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian,Yogyakarta.
Soerahso, Y. Widiastuti, dan J.R. Hutapea. 1992. Tinjauan penggunaan pegagan sebagai obat tradisional
dari berbagai perpustakaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I(2): 6970.
Septia. A, Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2010.

Sunarni, T., Pramono, S. & Asmah, R., 2007, Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun
kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.), Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 111 -
116.

Suryani, Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Obat Di Wilayah Desa Palingkau Kecamatan


Danau Sembuluh Kabupaten Seruyan Sebagai Penunjang Materi Keanekaragaman
Hayati Di SMP, Palangka Raya: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan
Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Palangka Raya, 2015.

Siki . D, InventarisasiTanamanObatTradisional di
DesaPathauKecamatanAmabiOefetoTimurKabupatenKupang, 2018

Slamet, A., & Andarias, S. H. (2018). Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat
ObatMasyarakat Sub Etnis Wolio Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Paper presented at the
Proceeding Biology Education Conference.

Syamsuri, S.,Alang, H. (2021)Inventarisasi Zingiberaceae yang Bernilai Ekonomi (Etnomedisin,


Etnokosmetik dan Etnofood) di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara, Indonesia
Utroq Trieha, 2015,.Daun Jawer Kotok Memiliki Khasiat Mengobati Beberapa Penyakit, Jakarta
Van Steenis C, G, G, J. 2006. Flora. PT Pradnya paramita. Jakarta.
WHO, World Health OrganizationInternational Society of Hypertension Guidelines Far The
Management of Hypertension, Journal of Hypertension 17,151-183., 1999.
Wijayakusuma, H., 1992, Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, 93-97, Jakarta, Prestasi Intan
Indonesia.
Wijayakusuma, H., A. S. Wirian, Yaputra T, Dalimartha S, Wibowo B. 1994. Tanaman
Berkhasiat Obat di Indonesia. Jilid 1. Pustaka Kartini. Jakarta.
Windadri, F. I., Rahayu, M., Uji, T., & Rustiami, H. (2006). Pemanfaatan tumbuhan sebagai
bahan obat oleh masyarakat lokal suku Muna di kecamatan Wakarumba, kabupaten Muna,
Sulawesi Utara. Biodiversitas, 7(4), 333-339.
Widyawati, N., Tohari, P. Yudono, dan I. Soemardi. 2009. Permeabilitas dan perkecambahan
benih aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.). Jurnal Agronomi Indonesia. 37
Yulianti, D. 2014. Etnobotani Tumbuhan Perkarangan Sebagai Obat Tradisional Masyarakat
Suku Serawai Kelurahan Dusun Baru Kabupaten Seluma Bengkulu Dalam Pengembangan
Sumber Belajar Biologi SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Bengkulu: Universitas Bengkulu
Zahra, S., dan Iskandar, Y. (2007). Kandungan senyawa kimia dan bioaktivitas. Jurnal Farmaka,
15 (3), 143-152.
Zuhra, C.F., Tarigan, J.B., dan Sihotang, H., 2008, Aktivitas Antioksidan Senyawa Flavonoid
dari Daun Katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.), Jurnal Biologi Sumatera, 3 (1) : 7-1

Anda mungkin juga menyukai