Skripsi Selvi
Skripsi Selvi
Skripsi Selvi
SKRIPSI
SELVI ROSALIA
NIM.16311024
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar
SELVI ROSALIA
NIM. 16311024
NIM : 16311024
Jurusan : PMIPA
Setelah uji dan diperbaiki, Skripsi ini telah memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarana
pendidikan.
Selvi Rosalia
Disetujui oleh;
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui;
Skripsi ini diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Disahkan oleh:
Panitia Ujian:
NIM : 16311024
Jangan pergi mengikuti kemana jalan akan berujung. Buat jalanmu sendiri dan tinggalkanlah
jejak.
Hanya ada dua pilihan untuk memenangkan kehidupan: keberanian, atau keikhlasan. Jika
Lenang Manggala
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk ayah dan ibu saya yang selalu mendoakan agar
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Suamiku tercinta yang tidak kalah mendukungku dalam menyelesaikan tugas akhir
ini.
Kakak-kakak saya tersayang Yermitha, Gerson, dan Natalia atas semua do’a,
Untuk Ibu Dr.Hasria Alang,S.Si.,M.K dan Ibu Andi Dewi Rizka Ainulia
Seluruh dosen maupun staf diSekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
ilmiah ini.
ABSTRAK
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatn-Nya , sehingga penulisdapat menyelesaikan studi dan merampungkan skripsi ini dari
hasil penelitian. Skripsi ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan studi pada Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PIPA) Program Studi Pendidikan Biologi pada Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pembangunan Indonesia (STKIP-PI) Makassar, yang
waktu, biaya dan tenaga, namun berkat bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak, baik
bantuan moral maupun material, langsung atau tidak langsung yang pada akhirnya skripsi ini
terwujud sebagaimana adanya. Karena itulah sudah sepatutnya disampaikan terima kasih
1. Bapak Andi Chaeruddin Patomppo, SE, MBa, CCm. Ketua Yayasan Pembangunan
Indonesia Makassar.
2. Bapak Dr. Muh. Yunus, M.Pd, Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Para Dosen dan Staf di lingkungan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
4. Terimakasih saya kepada kedua Orang tua saya, Rahel dan Marthen yang selalu
mendoakan dan mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini dan juga terimakasih
saya kepada saudara saya Yermitha,Gerson,dan Natalia yang selalu memberikan ada dan
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang terdapat dalam tulisan ini
Penulis
DAFTAR ISI
SAMPUL ..............................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................................vii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................................................7
B. InventarisasiTumbuhanObat......................................................................................7
C. Ciri-ciri Tumbuhan Obat............................................................................................9
D. Organ Tumbuhan Berkhasiat Obat............................................................................12
E. Teknik Olah Tumbuhan Obat....................................................................................13
F. Swamedikasi..............................................................................................................14
G. Kerangka Berfikir......................................................................................................15
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................18
A. Jenis Penelitian...........................................................................................................18
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................................18
C. Desain dan Rancangan Penelitian.............................................................................18
D. Alat dan Bahan...........................................................................................................20
E. Prosedur Penelitian....................................................................................................20
F. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................21
G. Teknik Analisa Data..................................................................................................22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................................23
A. Hasil Penelitian ........................................................................................................23
B. Pembahasan .............................................................................................................31
BAB V KESIMPILAN DAN SARAN..................................................................................58
A. Kesimpulan................................................................................................................58
B. Saran .........................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................60
LAMPIRAN...........................................................................................................................67
RIWAYAT HIDUP...............................................................................................................80
DAFTAR TABEL
Tabel 4.5Data Familia dan Jumlah Koresponden dari tumbuhan berkhasiat obat
tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Mamasa.......30
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki hutan tropik yang luas. Hutan tropik Indonesia ini memiliki
didalamnya. Tumbuhan di Indonesia terdapat kurang lebih 30 ribu jenis dari 40 ribu
jenis tumbuhan yang ada di dunia. Sekitar 26% telah dibudidayakan dan sisanya sekitar
74% masih tumbuh liar di hutan. Fahrurozi (2014) menyatakan bahwa Hutan tropik
Indonesia diperkirakan mencapai 143 juta ha, merupakan tempat tumbuh 80%dari
tumbuhan obat yang ada di dunia, dimana 28.000 spesies tumbuhan dan 1.000 spesies
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat obat dan digunakan
menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan atau bagian tumbuhan yang
digunakan sebagai bahan obat tradisional, sebagai jamu atau sebagai bahanpemula,
bahan baku obat (prokursor) atau tumbuhan yang diekstrak dan digunakan sebagai obat
(Bonai, 2013).
Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri
sendiri dengan obat atau tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional). Makna
swamedikasi adalah bahwa penderita sendiri yang memilih obat tanpa resep untuk
mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko & Dian, 2011). Pada pelaksanaanya,
Problem) akibat terbatasnya pengetahuan mengenai obat dan penggunaannya (Nur Aini,
2017). Pratiwi,et al.(2014) menyatakan bahwa swamedikasi merupakan salah satu upaya
yang sering dilakukan oleh seseorang dalam mengobati gejala sakit atau penyakit yang
sedang dideritanya tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada dokter. Hasil
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014 menunjukkan bahwa presentase
yang dialami sebesar 61,05%. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku swamedikasi di
Indonesia masih cukup besar. Alasan masyarakat Indonesia melakukan swamedikasi atau
peresepan sendiri karena penyakit dianggap ringan (46%), harga obat yang lebih murah
ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza,
sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes RI, 2010). Kriteria yang
dipakai untuk memilih sumber pengobatan adalah pengetahuan tentang sakit dan
biaya, dan jarak ke sumber pengobatan. Keparahan sakit merupakan faktor yang dominan
pengetahuan lokal pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional. Hal ini dipengaruhi
oleh pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun. Windadri etal (2006) menyatakan
bahwa tradisi pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional telah dibuktikan secara
ilmiah, namun masih banyak yang belum disebarluas kan melalui publikasi.
menjadi kebiasaan yang tetap bertahan (Rahim, 2013). Tumbuhan obat tradisional
merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah digunakan untuk
penyakit dan keluhan ringan maupun berat diobati dengan memanfaatkan ramuan
menggunakan tumbuhan karena adanya bukti empirik dan sudah memiliki manfaat yang
sangat besar. Obat tradisional memiliki potensi yang besar karena sudah dikenal oleh
masyarakat dan mudah diperoleh. Selain itu,obat tradisional yang berasal dari tumbuhan
tidak memiliki efek kimia, hal ini disebabkan efek obat yang bersifat alamiah, tidak
sebagai obat tradisional telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, Rahayu &
Rugayah (2007) melakukan inventarisasi pada masyarakat lokal pulau Wawonii Sulawesi
Tenggara, dimana hasil penelitian ini menemukan bahwa keanekaragaman tumbuhan obat
untuk mengobati berbagai macam penyakit antara lain obat demam, malaria, batuk,
penyakit dalam dan perawatan setelah persalinan.Tiga jenis di antara tumbuhan obat
flava (L.) Merr.) dan Fibraurea chloroleuca Lour. Ibrahim (2016) melakukan inventarisasi
tanaman obat pada masyarakat suku Dayak Bakumpai Kecamatan Murung Kabupaten
Murung Raya, dimana hasil penelitian terdapat 40 jenis tumbuhan obat. Bagian organ,
tumbuhan yang digunakan adalah akar, batang, kulit batang, pucuk, daun, dan rimpang.
Cara penggunaan tumbuhan obat tradisional untuk pengobatan seperti diminum, dioleskan,
disiram, dan ditempel. Rumra (2017) melakukan inventarisasi tanaman obat di desa Banda
Ely Kecamatan Kei Besar Utara Timur Kabupaten Maluku Tenggara, menemukan enam
jenis tumbuhan obat di antaranya daun jarak, daun siri, buawa mengkudu, daun miyana,
seperti masuk angin, diabetes, luka dalam, badan sakit, dara tinggi, dan batuk. Siki (2018)
Kupangdiperoleh hasil berupa 31 jenis tanaman yang berkhasiat sebagai obat yaitu kabun,
upaya swamedikasi oleh masyarakat Suku Tolaki Desa Puundoho, Kabupaten Kolaka
Utara, Sulawesi Tenggara menemukan tanaman yang digunakan sebagai obat diantaranya
sidaguri, ciplukan, jeringan, bangle, krokot, bandotan, boborongan, turi, meniran, rumput
beriwit banjar, mesoyi, ketepeng, jambu air, jahe, kencur, paku blechnum dan ketepeng.
Utara, Sulawesi Tenggara yang berfungsi sebagai obat di antaranya kecombrang, lengkuas,
kencur, Jahe, bangle, lempuyang, temulawak, kunyit dan Kecombrang hutan (manis).
Salah satu Kecamatan yang masih menggunakan tanaman sebagai upaya swamedikasi
yaitu Kecamatan Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Mamasa merupakan daerah yang
menyimpan banyak kekayaan alam yang digunakan oleh para leluhur secara turun-
Bertolak dari konteks penelitian diatas, yang menjadi permasalahan pokok dalam
1. Jenis tumbuhan apa sajakah yang digunakan sebagai obat tradisional oleh
3. Organ tumbuhan apa sajakah yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Di
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman obat apa saja yang terdapat di Kecamatan
3. Untuk mengetahui organ tumbuhan yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat
D. Manfaat Penelitian
selanjutnya.
2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat sekitar hutan dalam rangka
Mamasa berada pada koordinat 119’00-49” - 119’ 32’27” Bujur Timur, serta
1. Inventarisasi Tumbuhan
pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam
disusun suatu flora, yaitu buku yang memuat nama-nama jenis tanaman
beserta informasi lainnya mengenai setiap jenis tanaman yang hidup di suatu
tanaman tersebut.
5. Kemudian masukkan data yang sudah ada dalam sebuah laporan agar
yang membaca.
2. Tumbuhan Obat
a. Pengertian Tumbuhan
berasal dari tumbuhan, mineral, hewan atau campuran bahan tersebut yang
Tumbuhan obat memiliki beberapa ciri khas diantaranya sebagai berikut (Nursiyah
2013):
Tumbuhan yang dapat dijadikan obat biasanya memiliki salah satu zat aktif
hasil seperti, flavanoid, tannin, fenol, saponin, alkaloid, dan minyak atsiri atau
selanjutnya.
dengan cara dikeringkan lalu digulung dan dibuat rokok serta dihisap
direbus dan diminum airnya, maka jika hal itu diperlakukan terhadap
kecubung akan terjadi keracunan dan mabuk karena tingginya kadar
oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup
diare.
Pemilihan jenis bahan obat alam untuk mengobati suatu penyakit harus
untuk pengobatan diabetes. Akan tetapi hal ini bukan pilihan yang tepat
karena tapak dara juga mengandung vinkristin dan vinblastin yang dapat
1) Ketepatan Dosis
seledri tidak lebih dari satu gelas untuk sekali minum. Demikian
diharapkan.
3) Kebenaran Bahan
diinginkan
Organ tumbuhan obat yang digunakan sebagai bahan baku yang memiliki
khasiat obat berupa akar (radix), daun (folium), batang (lignum), buah (fruktus),
2015).Sedangkan ada juga organ lain dari tumbuhanyang bisa digunakan sebagai
1. Rimpang (Rhizome)
Rimpang yang digunakan sebagai obat dapat dijumpai pada bagian bawah
tumbuhan dan berada di dalam tanah. Pemakaian rimpang biasa dijumpai pada
jahe.
2. Umbi (Bulbus)
Umbi sebagai bahan baku herbal biasanya berada di bagian bawah tumbuhan,
tetapi bukan termasuk akar. Ada 3 jenis umbi yaitu umbi lapis, umbi akar dan
umbi batang.
Simplisia kulit buah merupakan bahan obat yang diperoleh dari kulit buah.
mengupas kulit buah yang masih segar. Kulit buah dikumpulkan dari buah
Serbuk umumnya dibuat dari bahan yang telah dikeringkan. Cara pembuatan
2. Pil
3. Kapsul
Pembuatan obat herbal dalam bentuk kapsul dapat disajikan dalam bentuk
4. Sirup
Sirup dapat dibuat dari larutan ramuan yang kemudian dicampur dengan gula
atau madu. Larutan gula atau madu, selain memberikan rasa manis,
5. Lulur
Cara pembuatan lulur sama dengan memipis. Bahan simplisia dapat langsung
2010):
6. Merebus
Merebus adalah cara pemakaian yang paling mudah. Wadah yang digunakan
untuk merebus bahan sebaiknya berupa kendi, panci kaca atau panci email.
Untuk merebus, bahan obat yang telah disiapkan dimasukkan kedalam wadah
dan ditambahkan air bersih sampai semua ramuan terendam. Dengan merebus
7. Menyeduh
Teknik seduh lazim digunakan untuk simplisia lunak seperti bunga dan daun.
Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan baku segar atau bahan yang
sudah dikeringkan.
8. Mipis
Cara ini biasanya digunakan untuk bahan baku segar. Bahan yang telah dipilih
F. Swamedikasi
mengobati diri sendiri dengan obat atau tanpa resep secara tepat dan bertanggung
memilih obat tanpa resep untuk mengatasi penyakit yang dideritanya (Djunarko &
Dian, 2011; Winkanda, 2013). Dalam kehidupan sehari-hari, banyak penyakit dan
gangguan kesehatan dapat dikenali dan diobati secara mandiri (swamedikasi) baik
oleh penderita maupun oleh orang di sekitarnya. Hal ini dianggap lebih hemat
waktu dan biaya daripada apabila penderita harus pergi ke dokter. Pengobatan
pengetahuan tentang khasiat obat. Salah satu jenis bentuk swamedikasi adalah
berkhasiat yang berasal dari jenis tumbuhan. Dalam upaya menggalakkan kembali
penggunaan jamu sebagai warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan, maka
generasi muda saat ini yang sudah kurang mengenal jamu perlu diedukasi
kembali.
G. Kerangka berfikir
secara turun-temurun dari nenek moyang mereka. Sebagian besar tumbuhan obat
tersedia di pekarangan rumah dan kebun yang tidak jauh dari pemukiman warga.
Desa Tondok Bakaru memiliki kondisi alam yang mendukung tumbuh suburnya
tanaman obat. Lahan di Desa Tondok Bakaru digunakan sebagai ladang pertanian,
fikir dalam penelitian ini terlihat pada bagan berikut (Gambar 2.1)
Di Indonesia banyak tumbuhan obat Salah satu Daerah Yang
yang digunakan sebagai alternatif memanfaatkan berbagai macam
pengobatan tumbuhan obat dalam upaya
swamedikasi adalah Mamasa
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksplorasi, yaitu suatu bentuk
metode survey, yang merupakan suatu metode untuk menarik suatu kesimpulan tentang
suatu populasi yang sedang diteliti. Kesimpulan yang didapat berdasarkan informasi
ataupun data yang diperoleh dari sampel penelitian yang telah ditentukan (Margono,
Mamasa Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Secara umum wilayah Kabupaten Mamasa
tergolong iklim tropis basah dengan suhu udara minimum 19,00 C dan suhu maksimum
rata-rata berkisar 28,10 C. Penelitian ini dilakukan di enam desa di Kecamatan Mamasa
yaitu Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu, Desa Taupe, Desa
dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan
analisis data (Indriantoro dan Supomo, 2002). Data yang diambil merupakan hasil
wawancara langsung dengan responden dilapangan melalui pendekatan emik atau
berorientasi pada keterlibatan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam penelitian,
responden, yaitu data mengenai jenis-jenis tanaman yang digunakan sebagai obat
tradisional dan terdapat pada lokasi tersebut dan dilanjutkan dengan dokumentasi
memahami segala informasi terkait manfaat tumbuhan obat dan masyarakat yang
mempunyai pengalaman tertentu dengan tumbuhan obat seperti tokoh adat, kepala desa,
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu Purpose
masyarakat lokal yang menjadi sasaran. Narasumber yang digunakan yaitu orang yang
dianggap paling tahu yaitu pengobat tradisional atau tabib dan masyarakat pengguna
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi dan menginventarisir objek yang diteliti.
Adapun jumlah responden yaitu peneliti memilih 6 (enam) desa dari Kecamatan
Mamasa yang terdiri dari: Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu,
Desa Taupe, Desa Osango, Desa Bombong Lambe. Peneliti akan memilih 2-3 orang
sebagai responden yang sesuai dengan kriteria yang telah di tuliskan di atas.
D. Alat dan Bahan
a.Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah peralatan tulis, kamera digital, alat
perekam.
b. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah semua tumbuhan obat yang digunakan oleh
E. Prosedur Penelitian
a. Tahap Observasi
peneliti melakukan pengamatan langsung dan menggali infomasi dari masyarakat yang
b. Tahap Wawancara
Pengambilan data dilakukan dengan teknik survei melalui wawancara semi struktur
data lisan dari responden. Metode ini menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA),
yaitu berorientasi pada keterlibatan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam
d. Identifikasi Tumbuhan
Data hasil wawancara mengenai tumbuhan obat yang disebutkan oleh masyarakat
Flora oleh Steenis tahun 2013, dan Morfologi Tumbuhan oleh Gembong
observasi, wawancara dan identifikasi. Observasi dilakukan dengan cara mengamati jenis
terstruktur yang berpedoman pada daftar pertanyaan seperti: nama lokal tanaman, bagian
Analisis data dilakukan secara deskriptif. Identifikasi nama ilmiah jenis tumbuhan
yang digunakan sebagai obat tradisional yang mengacu pada buku Taksonomi Tumbuhan
Obat-obatan (Tjitrosoepomo, 2005) dan buku Flora (van Steenis, 2005). Setiap
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat tradisional difoto dan data direkam
1.
2.
3.
4.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tigabelas jenis tumbuhan yang di
gunakan masyarakat di Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu, Desa
sambungnyawa, salasi, kapa’-kapa’, balinangko, kembang sepatu, sirih, dambu, klorofil dan
cocor bebek. Hasil wawancara dengan dukun dan tabib tradisional atau warga masyarakat
Mamasa mengenai jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional selengkapnya
Tabel 4.1 Jenis Tumbuhan yang Digunakan Sebagai Obat Tradisional oleh Suku
Mamasa di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa
amaryllifolius
campur Ageratum
bandotan conyzoides
nyawa
6 Mint Mentha piperita linn Salasi
scutellarioides (L)
R.Br
sepatu sinensis
10 Jambu biji Psidium guajava Dambu
amygdalina
(Lam.)
Tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh suku Mamasa di Mamasa
dapat ditemukan di pakarangan, pinggir jalan dan kebun seperti terlihat pada tabel 4.2
berikut.
Tabel 4.2 Habitat dan Kegunaan Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat
Mamasa di Kecamatan Mamasa Kabupaten Mamasa.
pinggir jalan
jalan dan
perkebunan
tepi jalan
sawah
jalan, dan
perkebunan
hutan
keseluruhan tumbuhan atau sebagian misalnya daun, batang dan rimpang. Namun,
sebagian besar masyarakat Mamasa lebih banyak menggunakan daun dari tumbuhan
1 Daun 13
2 Batang 3
3 Umbi -
diantaranya dengan cara merebus, menyeduh bahkan dengan cara mipis. Seperti terlihat
diminum
tinggi
tinggi
di minum
mengurut
maag
darah/ambeien
di minum sakit
perut/mencret
tekanan darah
tinggi
dan dada
Tabel 4.5. Data Familia dari tumbuhan berkhasiat obat tradisional yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Mamasa
No Jenis Famili
B. Pembahasan
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang memiliki khasiat bagikesehatan manusia dan
digunakan sebagai bahan membuat obat alami yang relatif lebih aman (Nursiyah
pemanfaatan tumbuhan obat hanya terbatas pada yang sering digunakan dari generasi
sebelumnya saja. Masyarakat Mamasa menggunakan tumbuhan sebagai alternatif
hemat waktu dan biaya, daripada apabila penderita harus pergi ke dokter. Pengobatan
tradisional masyarakat Mamasa sangat dijaga dan dipelihara karena merupakan warisan dari
nenek moyang secara turun-temurun dan telah dipercaya khasiatnya dalam menyembuhkan
masyarakat Indonesia diwariskan dari nenek moyangnya pada sebuah keluarga sehingga
menjadi kebiasaan yang tetap bertahan (Rahim, 2013). Tumbuhan obat tradisional
merupakan ramuan bahan alam yang secara tradisional telah digunakan untuk
Salah satu daerah yang memanfaatkan berbagai macam tumbuhan obat dalam upaya
swamedikasi adalah Mamasa. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Agustus di
Kecamatan Mamasa dengan memilih enam Desa dari 12 desa di Kecamatan Mamasa yakni
Desa Tondok Bakaru, Desa Buntubuda, Desa Rambu Saratu, Desa Taupe, Desa Osango,
Desa Bombong Lambe yaitu terdapat 13 jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh
masyarakat Mamasa antara lain: Murbei, Pandan wangi, Pegagan, Kunyitcampur bandotan,
Sambung nyawa, Mint, Tembelek, Jawer kotok, Kembang sepatu, Jambu biji, Sirih , Afrika
, dan Cocor bebek. Peneliti memilih keenam desa tersebut sebagai sumber informasi karena
keenam desa tersebut merupakan desa yang terkenal dengan banyaknya para dukun atau
tabib yang sering di datangi oleh masyarakat Mamasa, baik masyarakat dalam desa tersebut
tradisional oleh etnis Mamasa tidak hanya karena ketersediaannya di lingkungan tempat
tinggal mereka, tetapi lebih karena manfaatnya sudah teruji secara turun-temurun dalam
kelompok masyarakat, dan hal tersebut tentunya karena adanya kandungan zat kimia pada
masing-masing tumbuhan itu sendiri. Kondisi lingkungan Mamasa yang basah dan termasuk
daerah pegunungan dan hutan mendukung perkembangan dari tumbuhan khususnya bagi
tumbuhan obat. Tumbuhan obat selain banyak di temukan di hutan juga banyak tumbuh liar
di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat Mamasa dan sebagian lagi ditanam di
7,70%, dan Crassulaceae 7,70%. Tumbuhan yang yang paling banyak digunakan di
Kecamatan Mamasa adalah spesies dari familia Asteraceae dan Lamiaceae dengan
Asteraceae yang bersifat kosmopolit. Karakteristik buah dari tumbuhan spesies Asteraceae
yaitu memiliki buah kurung (achene). Karakterdinding buah yang tipis dan mempunyai
umbai sehingga mudah terbawa angin. Karakteristik morfologi yang dimiliki Asteraceae
sangat mendukung pertumbuhan pada habitatnya. Hal ini menjadi mudah bagi masyarkat
memperoleh tumbuhan tersebut karena ada kecenderungan masyarakat sejak dahulu untuk
Organ tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat sebagai obat dalam
upaya swamedikasi yaitu bagian daun. Hal ini d karenakan daun lebih mudah di ambil dan
mudah untuk diramu. Selain itu, Jalius dan Muswita (2013) menyatakan bahwa organ daun
lebih mudah digunakan untuk mengambil sari atau khasiat yang dimiliki tumbuhan. Pada
organ daun juga lebih banyak ditemukan jenis-jenis senyawa kimia yang berkhasiat obat
seperti flavonoid, tannin, saponin, fenol dan alkaloid. YuliantI (2014)menyatakan bahwa
kandungan kimia tersebut potensial digunakan sebagai bahan obat-obatan. Penggunaan daun
sebagai bagian untuk pengobatan selain tidak merusak spesies tumbuhan obat, bagian daun
juga mudah dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan obat (Fakhrozi, 2009).
Cara pengolahan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Mamasa
paling banyak adalah dengan di rebus karena sangat mudah dan sudah umum dilakukan di
untuk memindahkan zat-zat berkhasiat yang ada pada tumbuhan ke dalam larutan air,
kemudian diminum untuk kebutuhan pengobatan. Pengolahan tumbuhan obat dengan cara
direbus bisa mengurangi rasa hambar dan pahit dibandingkan dimakan langsung. Selain itu,
pengolahan dengan cara direbus dapat bersifatlebih steril karena bisa membunuh kuman
1. Murbei
1.1 Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Urticalis
Family : Moreceae
Genus : Morus
Murbei (Morus alba L.) termasuk dalam famili moraceae yang berasal dari Cina.
Murbei adalah tumbuhan dengan tinggi maksimal 9 meter dan seringkali ditemukan
tumbuh liar. Percabangannya banyak, cabang muda berambut halus, daun tunggal, dan
letak berseling, serta bertangkai yang panjangnya 1 - 4 cm. Helai daun tumbuhan murbei
berbentuk bulat telur hingga berbentuk mirip jantung, ujung meruncing, pangkal tumpul,
tepi bergigi, pertulangan menyirip agak menonjol, permukaan atas dan bawah kasar,
berwarna hijau dan memiliki panjang 2,5 - 20 cm, lebar 1,5 - 12 cm. Bunga tanaman
murbei majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, mahkota berbentuk taju,
berwarna putih. Dalam satu pohon tanaman murbei terdapat bunga jantan, bunga betina,
dan bunga sempurna yang terpisah. Murbei akan berbunga sepanjang tahun, memiliki
buah banyak berupa buah buni, berair, dan rasanya enak, buah mudanya berwarna hijau,
tanaman ini memiliki manfaat sebagai antiinflamasi, diuretic, anti demam, anti hipertensi,
dan antidiabetik (Sayuti, 2010).Selain daun murbei dikenal sebagai pakan ulat sutra, daun
murbei juga berkhasiat untuk menurunkan demam karena flu; meredakan batuk;
mengurangi nyeri, hipertensi, diabetes mellitus, kaki gajah, bisul dan konjungtivitis;
memperbanyak air susu; mengurangi gangguan pada saluran pencernaan, dan
hiperkolesterolemia Sedang ekstrak kulit akar dan daun murbei memiliki efek
Mamasa menggunakan murbel sebagai obat kolesterol. Hal ini sesuai dengan penelitian
Nyoman (2014) yang menyatakan bahwa ekstrak daun murbei (Morus albaL.)
senyawa berupa alkaloida, flavonoida, dan polifenol yang diketahui sangat bermanfaat
bagi kesehatan
2. Pandan wangi
2.1 Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Family : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae. Daun
pandan merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan negara-
negara Asia Tenggara lainnya. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan berbagai
nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke Bangu, Pandan Jau,
(Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa Tenggara). Pandan umumnya merupakan
pohon atau semak yang tegak, tinggi 3–7m, bercabang, kadang-kadang batang berduri,
dengan akar tunjang sekitar pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3m, lebar
8–12cm; ujung daun segitiga lancip-lancip; tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah
berduri, tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal
atau lateral, berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu dan Handayani , 2008).
memiliki kandungan kimia alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenol yang berfungsi
sebagai zat antioksidan (Margaretta dkk., 2011). Menurut Sunarni dkk. (2007) bahwa
antioksidan alami yang berasal dari tumbuhan, seperti senyawa fenolik, memiliki gugus
bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan atau penganan dan
bahan baku pembuatan minyak wangi. Selain itu pandan juga digunakan sebagai obat
ketombe, mengobati lemah saraf (neurastenia), tidak nafsu makan, rematik, sakit disertai
menurunkan gula. Hal ini sesuai dengan penelitian Amran (2018) yang menyatakan
bahwa rebusan daun pandan wangi yang digunakan dengan konsentrasi 5% b/v, 10%
b/v dan 20% b/v dapat menurunkan kadar glukosa darah.Hal ini dikarenakan pandan
3.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Apiales
Family : Apiaceae
Genus : Centella
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) merupakan tanaman herba tahunan yang
tumbuh di daerah tropis dan berbunga sepanjang tahun. Bentuk daunnya bulat seperti
ginjal manusia, batangnya lunak dan beruas, serta menjalar hingga mencapai satu meter.
Pada tiap ruas tumbuh akar dan daun dengan tangkai daun panjang sekitar 5– 15 cm dan
akar berwarna putih, dengan rimpang pendek dan stolon yang merayap dengan panjang
10–80 cm (Van Steenis, 2006). Tinggi tanaman berkisar antara 5,39–13,3 cm, dengan
jumlah daun berkisar antara 5–8,7 untuk tanaman induk dan 2–5 daun pada anakannya
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.) merupakan tanaman obat yang dapat
dikonsumsi sebagai sayuran. Tanaman obat ini mudah untuk dibudidayakan dan
diperbanyak secara vegetatif. Tanaman pegagan di habitat aslinya banyak tumbuh di
ladang, perkebunan, tepi jalan maupun di pekarangan. Tanaman yang berasal dari Asia
tropik ini menyukai tanah yang agak lembab, cukup sinar atau agak terlindung. Pegagan
mempunyai kisaran agroekologi yang luas dari dataran rendah hingga dataran tinggi
steroid, dan triterpenoid. Tiga golongan bioaktif, yaitu triterpenoid, steroid, dan saponin
termasuk antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Bahan aktif
tersebut merupakan bahan baku obat tradisional yang bermanfaat sebagai antipikun,
antistres, obat lemah syaraf, demam, bronkhitis, kencing manis, psikoneurosis, wasir, dan
tekanan darah tinggi, serta untuk menambah nafsu makan dan menjaga vitalitas
bagian dari saponin), yang memiliki manfaat untuk penyembuhan luka dan juga antilepra.
Manfaat lain dari tanaman ini adalah untuk pengobatan diare, disentri, epilepsi dan juga
untuk peningkatan daya ingat (Orhan,2012). Berdasarkan penelitian S Shakir Jamil etal
(2007), bahwa pegagan juga memiliki manfaat untuk pengobatan ulkus lambung,
untuk mengobati tekanan darah tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian (Soerahso et al.
1992)yang menyatakan bahwa salah satu khasiat tanaman pegagan adalah sebagai obat
tekanan darah tinggi. Hal ini dikarenakan pegagan mengandung bahan aktif alkaloid,
saponin, tanin, flavonoid, steroid, dan triterpenoid. Tiga golongan bioaktif, yaitu
triterpenoid, steroid, dan saponin termasuk antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan
tubuh manusia.
4. Bandotan
4.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Ageratum
Tumbuhan bandotan merupakan terna semusim, tumbuh tegak, sering terbagi menjadi
cabang-cabang yang tumbuh miring, berbulu panjang, tinggi 5 sampai 90 cm, pada waktu
layu menyebarkan bau amis yang tidak enak. Bandotan ditemukan mulai dataran rendah
sampai ± 1750 m, di beberapa 5 tempat tertentu sering ditemukan dalam jumlah banyak
sebagai tumbuhan pengganggu yang tidak merugikan (Heyne 1987, 1825). Daun bagian
bawah batang duduk berhadapan dan bertangkai panjang, sedang daun yang teratas
tersebar dan bertangkai pendek, helaian daun bulat telur, beringgit, kedua sisinya
berambat panjang, sisi bagian bawah mempunyai kelenjar yang duduk. Bunga berbentuk
bongkol dan berkelamin satu, tiga atu lebih berkumpul menjadi karangan bunga
berbentuk malai rata pada ujung batang. Bunga berwarna biru atau putih pada bagian
flavonoid, tannin, saponin, glikosida jantung dan antrakuinon, mineral, vitamin serta
tanaman ini mengandung senyawa toksik alkaloid pyrrolizidine sehingga harus dimonitor
Ekstrak metanol dan eter tanaman bandotan memiliki efek antimikroba (Singh B et
bronkodilator, antimikroba dapat ditemukan pada semua bagian tanaman. Akar tanaman
bandotan sebagai obat tradisional yakni untuk mengobati penyakit maag. Hal ini sesuai
dengan penelitianMelissa Y.Muhu, (2007) yang menyatakan bahwa infusa daun bandotan
mengurangi jumlah dan diameter tukak pada lambung. Hal ini dikarenakan bandotan
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tannin, saponin, glikosida jantung dan
5. Sambung nyawa
5.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asterales
Family : Asteraceae
Genus : Gynura
Tanaman Gynura procumbens berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat
merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat
beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna
hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik
tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm,
helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna
hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun
berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian
bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan.
Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung
berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap
tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Perry, 1980;
Van Steenis, 1975; Backer and Van den Brink, 1965; Sodoadisewoyo, 1953).
asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam para hidroksi benzoat, flavonoid, dan
diabetes mellitus, dan kanker. Baru-baru ini, penelitian farmakologi melaporkan bahwa
hiperlipidemia, anti inflamasi, analgesik, dan sifat hipertensi darah yang diinduksi ulang
kandungan, payudara dan kanker darah dengan memakan 3 lembar daun segar sehari
selama 7 hari. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari
keadaan penyakit (Meiyanto, 1996. Tumbuhan ini dilaporkan dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit ginjal (Heyne, 1987). Selain itu, Gynura procumbens juga
menyembuhkan penyakit stroke ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Rahimatul
(2020) yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa memiliki aktivitas
NO.Tekanan darah tinggi adalah salah satu satu faktor resiko untuk terjadinya stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial dan gagal jantung kronis
saponin, steroid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam para
6. Mint
6.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Mentha
tegakan atau sedikit menjalar, tinggi tanaman berkisar 30-60 cm, ;percabangan simpodial,
batang berbentuk segi empat. Tangkai daun dan permukaan daun tanaman peppermint
diselimuti bulu-bulu yang berwarna kuning kehijauan dengan tekstur permukaan daun
licin. Warna daun hijau, panjang daun berkisar antara 1,3-5,5 cm, bentuk daun lanset
(lanceolate), ujung daun runcing (acute), tepi daun beringgit dangkal (creneate)
(Hadipoentyanti,2012).
Daun mint menjadi salah satu herbal populer yang banyak diminati. Daun
peppermint (Mentha piperita L) mempunyai aroma wangi dan cita rasa dingin
menyegarkan. Aroma wangi daun mint disebabkan kandungan minyak atsiri berupa
besi, kalsium dan potassium. Serat, klorofil dan fitonutrien juga banyak terkandung
didalam daun peppermint. Daun peppermint dipercaya dapat memulihkan stamina tubuh,
tumbuhan mint sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit stroke ringan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Handini (2018) yang menyatakan bahwa infused water daun mint
hipertensi. Dimana hipertensi ini dapat menyebabkan stroke. Hal ini dikarenakan daun
mint mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, zat besi, kalsium, potassium, serat,
7. Tembelek
7.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Family : Verbenaceae
Genus : Lantana
merambat dengan ciri-ciri batang : berkayu, bercabang banyak, ranting berbentuk segi
empat, tinggi lebih dari 0,5-4 m, memiliki bau yang khas, terdapat dua varietas (berduri
dan tidak berduri); daun : tunggal, duduk berhadapan, bentuk bulat telur dengan ujung
meruncing dan bagian pinggirnya bergerigi, panjang 5-8 cm, lebar 3,5-5 cm, warna hijau
tua, tulang daun menyirip, permukaan atas berbulu banyak, kasar dan permukaan bawah
berbulu jarang; 5 bunga : majemuk bentuk bulir, mahkota bagian dalam berbulu,
berwarna putih, merah muda, jingga kuning, dan masih banyak warna lainnya; buah :
seperti buah buni dan berwarna hitam mengkilat bila sudah matang.
acid, humule (mengandung minyak asiri), caryophyllene, terpidene, pinene dan cymene.
(Anonim, 2013). Menurut Hidayati dkk (2008), daun Tembelekan juga mengandung
saponin, flavanoid dan minyak atsiri. Senyawa flavonoid telah dikenal memiliki efek
antiinflamasi dan juga memiliki efek antipiretik yang bekerja sebagai inhibitor
Prostaglandin berperan dalam proses inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila
prostaglandin tidak dihambat maka terjadi peningkatan suhu tubuh yang akan
tannin yang dapat membasmi nyamuk. Namun memiliki aroma yang kurang sedap.
Untuk memberikan aroma yang khas dengan penambahan kandungan minyak atsiri yang
tanaman lainnya yaitu daun kemangi. Didukung oleh penelitian Alik (2015) yang
nabati terhadap kutu beras. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil kematian kutu beras
tertinggi sebesar 80% akibat kandungan flavonoid pada tembelekan dan kandungan
senyawa minyak atsiri pada daun babandotan. Suku Mamasa menggunakan tumbuhan
tembelek sebagai obat sakit perut atau mencret dan maag. Hal ini sesuai dengan
penelitian Diana Oktfy (2020) yang menyatakan bahwa tembelekan sebagai obat maag,
malaria, influenza, tumor, pembengkakan, demam empedu, letusan eksim, sakit perut,
sakit gigi dan sebagai antiseptik untuk luka. Hal ini dikarenakan tembelek mengandung
senyawa kimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan steroid yang berperan
sebagai antimikroba. Selain itu tumbuhan tersebut selama ini digunakan untuk
8. Jawer kotok
8.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Devisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Plectranthus
Jawer Kotok merupakan tumbuhan tumbuhan semak, herba tegak dan merayap,
tinggi berkisar 30-150 cm, dan termasuk kategori tumbuhan basah yang batangnya
mudah patah. Daun tunggal, helaian daun berbentuk hati, pangkal membulat atau
melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap tepiannya dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis
yang bersambungan dan didukung tangkai daun dengan panjang tangkai 3-4 cm yang
memiliki warna beraneka ragam dan ujung meruncing dan tulang daun menyirip berupa
alur. Batang bersegi empat dengan alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya,
mengkilap dan berambut halus panjang dengan panjang 7-11 cm, lebar 3-6 cm berwarna
ungu kecoklatan sampai ungu kehitaman. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun,
muncul pada pucuk tangkai batang berwarna putih, merah dan ungu. Tumbuhanjawer
kotok memiliki aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit, sifatnya dingin. Buah
keras berbentuk seperti telur dan licin. Jika seluruh bagian diremas akan mengeluarkan
bau yang harum. Untuk memperbanyak tanaman ini dilakukan dengan cara stek batang
Daun jawer kotok berkhasiat untuk obat sakit demam nifas, obat datang
haid, dan akarnya berkhasiat sebagai obat sakit mulas (Depkes 2000). Daun dan batang
flavonoid, serta daunnya mengandung minyak atsiri. Menurut Praptiwi (1999) daun jawer
kotok ini juga mengandung thymol, yang memiliki sifat antiseptik (dapat membunuh atau
menggunakan tumbuhan jawer ketok sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit
berak darah atau ambeien. Hal ini sesuai dengan penelitian Utroq Trieha (2015) yang
menyatakan bahwa Daun Jawer Kotok Memiliki Khasiat Mengobati ambeien atau wasir.
Hal ii dikarenakan jawer ketok mengandung flavonoid yang memiliki peran sebagai anti-
9. Kembang sepatu
9.1 Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Memiliki batang yang berstruktur keras, serta bercabang banyak. Kembang sepatu
berbunga tunggal yang keluar dari ketiak daun, 1–4 cm panjang tangkai bunganya, serta
menjurai dengan lima mahkota yang tersusun berbentuk terompet atau lonceng. Helaian
mahkota bunga tunggal atau ganda, Memiliki warna bunga yang bervariasi, seperti putih,
merah muda, kuning, jingga dan kombinasi warna–warna tersebut. Bunga tersusun atas 5
mahkota, 5 calyx, 15 tangkai sari dan 1 buah bakal buah yang memiliki banyak ruang.
Senyawa utama yang dapat berefek pada hemostasis adalah tannin dan flavonoid.
Tannin dan flavonoid bersifat astringen yang mengikat dan mengendapkan protein dalam
darah, jika diberikan ke bagian mukosa kulit akan mengecilkan dan merapatkan sel
terluar sehingga mengurangi kerusakan mukosa (Bele etal., 2010).Pada penelitian yang
dilakukan oleh Bhaskar & Nithya (2012) didapatkan hasil ekstrak etanol dari kembang
sepatu (Hibiscus rosasinensis L.) mempunyai efek dalam penyembuhanluka pada hewan
uji tikus tetapi belum ada penelitian ilmiah yang membahas efek ekstrak kembang sepatu
antitumor, antihipertensi, dan sebagai penyembuh luka (Bhaskar & Nithya, 2012).Suku
mengobati salah urat.Hal ini sesuai dengan penelitian Hamidah S, et al (2011) yang
menyatakan bahwa ekstrak etanol kulit batang kembang sepatumemiliki efek antipiretik,
dan pada konsentrasi 50% sangat efektif memberikan efek antipiretik. Di mana antipiretik
ini merupakan obat untuk mengurangi nyeri otot atau salah urat. Hal ini dikarenakan
kembang sepatu mengandungsenyawa utama yang dapat berefek pada hemostasis adalah
10.Jambu biji
Kingdom : Plantae,
Divisi : Spermatophyta,
Subdivisi : Angiospermae,
Kelas : Dicotyledonae,
Ordo : Myrtales,
Famili : Myrtaceae,
Genus : Psidium,
Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun
liat, pada tempat terbuka, dan mengandung air yang cukup banyak. Tanaman jambu biji
(P. Guajava L.) ditemukan pada ketinggian 1 m sampai 1.200 m dari permukaan laut.
Jambu biji berbunga sepanjang tahun. Perdu atau pohon kecil, tinggi 2 m sampai 10 m,
percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, berwarna coklat
kehijauan.(Septia.A, 2010).
Jambu biji (P. Guajava L.) tersebar meluas sampai ke Asia Tenggara termasuk
Indonesia, sampai Asia Selatan, India dan Sri Lanka. Jumlah dan jenis tanaman ini
cukup banyak, diperkirakan kini ada sekitar 150 spesies di dunia. Tanaman ini (P.
Guajava L.) mudah dijumpai di seluruh daerah tropis dan subtropis. Seringkali ditanam
di pekarangan rumah. Tanaman ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan.
Di Jawa sering ditanam sebagai tanaman buah, sangat sering hidup alamiah di tepi hutan
Jambu biji mengandung minyak diantaranya minyak atsiri 0,4%, damar 3%, tanin
9%, minyak lemak 6% dan sebagainya. Selain itu daun jambu biji mengandung zat lain
selain tanin, seperti ,vitamin, asam psidiolat, asam kratogolat, asam ursolat asam
oleanolat, asam guajaverin, dan asam ursolat (Widyawati, 2009). Selain itu Daun jambu
biji kaya akan senyawa flavonoid, khususnya kuersetin. Senyawa flavonoid memiliki
aktivitas antioksidan yang dapat mereduksi radikal bebas. Senyawa flavonoid terdiri dari
kalkon, flavon, flavonon, flavonol, isoflavon dan katekin yang memiliki aktivitas
antioksidan. (Zuhra, dkk, 2008). Suku Mamasa menggunakan jambu biji untuk
mengobati penyakit gula dan sakit perut atau mencret. Hal ini sesuai dengan peneltian
Wiwik Norlita dan Tri Siwi KN (2017) yang menyatakan bahwa tumbuhan jambu biji
banyak memiliki manfaat bagi kesehatan diantaranya untuk mengobati diare pada anak
kecil, gastroentritis akut, radang tenggorokan kronis dan akut, luka karena jatuh, luka
bakar, untuk diabetes mellitus dan juga sangat baik digunakan untuk mengobati penyakit
demam berdarah dengue (DBD). Hal ini dikarenakan jambu biji mengandung senyawa
flavonoid yang terdiri dari kalkon, flavon, flavonon, flavonol, isoflavon dan katekin
11.Sirih
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dikotiledonaea
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Sirih hijau (Piper betle L.) termasuk jenis tumbuhan perdu merambat dan
bersandarkan pada batang pohon lain, batang berkayu, berbuku-buku, beralur, warna
hijau keabu-abuan, daun tunggal, bulat panjang, warna hijau, perbungaan bulir, warna
kekuningan, buah buni, bulat, warna hijau keabu-abuan (Damayanti dkk, 2006).
Tanaman ini panjangnya mampu mencapai puluhan meter. Bentuk daunnya pipih
menyerupai jantung, tangkainya agak panjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing,
pangkal daun berlekuk, tulang daun menyirip, dan daging daun tipis. Permukaan daun
warna hijau dan licin, sedangkan batang pohonnya berwarna hijau tembelek atau hijau
agak kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berbuku-buku. Daun sirih yang
subur berukuran lebar antara 8-12 cm dan panjangya 10-15 cm (Damayanti dkk, 2006).
Daun sirih hijau dapat digunakan sebagai antibekteri karena mengandung 4,2%
minyak atsiri yang sebagian besar terdiri dari betephenol, caryophyllen (sisquiterpene),
kavikol, kavibetol, estragol, dan terpen (Hermawan dkk, 2007). Komponen utama
minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu
adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat dibandingkan fenol.
Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih hijau (Piper betle L.) disebabkan adanya
senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Flavonoid selain
berfungsi sebagai antibakteri dan mengandung kavikol dan kavibetol yang merupakan
turunan dari fenol yang mempunyai daya antibektri lima kali lipat dari fenol biasa
terhadap Shigella sp. Monoterpana dan seskuiterpana memiliki sifat sebagai antiseptik,
anti peradangan dan antianalgenik yang dapat membantu penyembuhan luka (Zahra dan
Iskandar, 2007). Suku Mamasa menggunakan tumbuhan sirih sebagai obat tradisional
untuk mengobati keputihan. Hal ini sesuai dengan penelitian Fera Firmanila, et al
mengaplikasikan air rebusan daun sirih merah sebagai obat non farmakologis dan
menjadikan tanaman sirih merah sebagai tanaman obat keluarga. Hal ini di karenakan
daun sirih mengandung kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat
dibandingkan fenol.
12.Tumbuhan afrika
Divisi : Angiosperms
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Vernonia
Tanaman Daun Afrika dengan nama latin (Vernonia amygdalina Del) merupakan
tumbuhan semak yang sangat terkenal di Benua Afrika dan biasanya tumbuh di daerah
beriklim tropis termasuk di Indonesia. Tanaman ini tumbuh dengan bebas dipekarangan
warga dan daunnya digunakan sebagai bahan sayuran. Karena rasanya yang sangat pahit,
tidak jarang pula masyarakat memanfaatkannya sebagai tanaman obat. Tanaman daun
afrika mempunyai batang tegak, tinggi 1- 3m, bulat, berkayu, berwarna coklat kotor;
daun majemuk, anak daun berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm, tebal 7-10 mm,
mengandung senyawa kimia saponin, kumarin, asam fenolat, lignan, terpen dan
adalah untuk pengobatan diabetes, hipertensi, gout dan kanker (Ijeh et al., 2010).
ditemukan dalam jaringan tanaman. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang hampir
terdapat dalam setiap tumbuhan hijau, sehingga dapat ditemukan dalam setiap ekstrak
tanaman. Flavonoid bersifat polar larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol,
butanol dan air. Untuk mengidentifikasi flavonoid dapat dilakukan dengan uji reaksi
Shinoda. Pada uji ini, flavonoid akan memberikan hasil warna kuning jingga. Selain uji
reaksi Shinoda dapat pula dilakukan pengujian reaksi Wilson-Taubock. Hasil pengujian
ini jika diamati dibawah sinar UV 366 nm akan terlihan pendaran warna kuning intensif
yang menunjukkan adanya golongan flavonoid (Djamil R., et al, 2014). Suku Mamasa
menggunakan tumbuhan afrika sebagai obat tradisional untuk mengobati tekanan darah
tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rindang Farinka (2021) yang menyatakan
pemberian pengaruh pemberian fraksi air daun afrika memiliki pengaruh nyataterhadap
tekanan darah (sistol, diastol, arteri rata-rata), laju jantung dan volume darah tikus putih
kumarin, asam fenolat, lignan, terpen dan flavonoid yang baik untuk tubuh.
13.Cocor bebek
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Saxifragales
Famili : Crassulaceae
Genus : Kalanchoe
Tanaman cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas. Daunnya tebal
berdaging dan mengandung banyak air. Warna daun hijau muda, kadang-kadang abu-
abu, bunga majemuk, dan buah kotak.Tumbuhan yang umum pada daerah beriklim
tropika ini, merupakan tumbuhan yang memiliki tinggi sekitar 1 meter, tumbuh liar di
tepi jurang, pinggir jalan dan tempat-tempat yang tanahnya berbatu-batu, daerah panas
dan kering. Tumbuh dengan baik pada daerah hingga 1.000 meter di atas permukaan
steroid dan lipid. Sedangkan pada daunnya terkandung senyawa kimia yang disebut
2005). Suku Mamasa menggunakan tumbuhan ini sebagai obat untuk menurunkan panas
anak ataupun orang dewasa. Hal ini sesuai dengan penelitian Heni Purwitasari, et al
(2016) yang menyatakan bahwa tumbuhan cocor bebek dapatmengatasai demam atau
penurun panas. Hal ini dikarenakan cocor bebek mengandung alkaloid, triterpenes,
glikosida, flavonoid, steroid dan lipid yang bermanfaat untuk tubuh manusia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitin dan pembahasan dapat disimpulkan :
diantaranya yaitu bagian Daun dan batang. Namun, daun merupakan organ
pengobatan tradisonal.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis cantumkan dalam karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
pada generasi muda sebagai budaya pengobatan leluhur yang di turunkan secara
turun temurun.
3. Untuk peneliti selanjutnya agar lebih luas lagi dalam melakukan penelitian, tidak
Kabupaten Mamasa.
DAFTAR PUSTAKA
Bermawie Nurliani, dkk. Keragaman Sifat Morfologi Hasil dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan
(Centella asiatica)
Bonai, Y.M.M. 2013. Pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan obat tradisional olah masyarakat
Suku Klabra di Kampung Buk Distrik Klabot Kabupaten SorongSkripsi. Fakultas
Kehutanan. Universitas Negeri Papua.
Bangun, Wilson. 2012. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta: Erlangga
Bhaskar, A., Nithya V., 2012. Evaluation of the wound healing activity of Hibiscus rosa sinenis
L (Malvaceae) in wistar albino rats. Indian J pharmacol. 44:694-8
Bele, A.A. Jadhav V.M. Kadam, VJ. 2010. Potential of tannin : a review. Asian.J.Plant
Sci.4:209-14
Cipta Katno, Tingkat Manfaat, Keamanan, dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisonal,
Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI,2008,hlm.6
Dalimartha, S., 2002, Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Kanker, Penebar Swadaya :
Jakarta.
Damayanti, R., Mulyanto dan Mulyono. (2006). Khaisat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab
dari Masa ke Masa. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Fakhrozi, I. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional
Bukit Tigapuluh. Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Hermawan, A., Eliyani, H., dan Tyasningsih, W. (2007). Pengaruh ekstrak daun sirih hijau (Piper
betle L.) terhadap pertumbuhan Staphylococcuc aureus dan Escherichia coli dengan metode
difusi disk. Jurnal Peneliitian, 4 (7), 1-7.
Hadipoentyanti, E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman Mentha (Mentha arvensis L.)
Dan Budidayanya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
Hidayati, N.A., Listyawati, S., & Setyawan, A.D. 2008. Kandungan Kimia dan Uji Antiinflamasi
Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan. Bioteknologi
5(1): 10.
Kuntorini, E. M. (2005). Botani ekonomi suku Zingiberaceae sebagai obat tradisional oleh
masyarakat di Kotamadya Banjarbaru. Jurnal Bioscientiae, 2(1), 25-36.
Kartajaya, H., Taufik., Mussry, J., Setiawan, I., Asmara, B., Winasis, N.T., 2011.
SelfMedication. Who Benefit and Who Is At Loss. Mark Plus Insight, Indonesia.
Kariman, BebasPenyakitdenganTanamanAjaib, Surakarta: Open books,2014,hlm 24
Kartika,T., Inventarisasi Jenis-Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Desa Tanjung Baru Petai
Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir (OI) Provinsi Sumatera Selatan ,
Sainmatika,12 (1),2015,hlm 32
Lana, Ana. 2005. Toksisitas Fraksi Etil Asetat Daun Cocor Bebek Kalanchoe daigremontiana
Hamet & Perrier. http://hpt.unpad
L. Janarthanan, Karthikeyan. V, Jeykar. B, Balakrishnan. B.R , Senthilkumar. K.L ,
Anandharaj.G. 2016. Pharmacognostic Studies on the Whole Plants of Ageratum conyzoides
Linn. ( Asteraceae ). European Journal of Pharmaceutical and Medical Research. 3 (5) : 618-
626.
Melissa Y.Muhu, 2007PENGARUH PEMBERIAN INFUSA DAUN BANDOTAN (Ageratum
conyzoides Linn.) TERHADAP TUKAK LAMBUNG TIKUS GALUR WISTAR.
Maulina, Dara. 2012. Teknik Budidaya Tanaman Rempah Dan Penyegar (Daun Mint).
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Margono, MetodePenelitianPendidikan, Jakarta:Rineka Cipta,2000
Mahendra, B. 2006. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya . Panduan
Meracik Herbal. Jakarta: Penebar Swadaya
Nety Nurazizah, Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit Dari Daun Jambu Biji (Psidium Guajava
L.) sebagai Anti bakteri Dari Bakteri E.Coli dan Staphylococus Aureus, UIN Malang, Malang,
2008.
N.K Agbafor, Engwa A.G , Obiudu I.K. 2015. Analysis of Chemical Composition of Leaves and
Roots ofAgeratum conyzoides. Inter J Cur Res Acad Rev. Volume 3 No 11 : 60- 65.
Nursiyah, Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang digunakan Orantua Untuk
Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecmatan Kalikanjar Kabupaten Wonosobo,
skripsi tidak ditertbkan: universitas Negeri Malang,2013,hlm 21
Nursiyah, Studi Deskriptif Tanaman Obat Tradisional yang digunakan Oran tua Untuk
Kesehatan Anak Usia Dini di Gugus Melati Kecmatan Kalikanjar Kabupaten Wonosobo,
skripsi tidak ditertbkan: universitasNegeri Malang,2013,hlm 80
Nur, A.H., Khairunnisa, Juanita, T. 2017, Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas
Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Penyambungan, Jurnal Sains dan Klinis. Ikatan Apoteker
Indonesia. Sumatera Barat.
Novianti. 2014. Kajian Etnofarmakognosi Dan Etnofarmakologi Penggunaan Tumbuhan Obat di
Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut. Farmako Bahari. 5 (2), 1-19.
Orhan IE. Centella asiatica (L.) Urban: from traditional medicine to modern medicine with
neuroprotective potential. Evid Based Complement Alternat Med. 2012.
Priamsari, M.R, M. M. Susanti, A. Farmasi, T. Semarang, dan A. H. Atmaja, Pengaruh Metode
Pengeringan TerhadapKualitas Ekstrak Dan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun
Sambung Nyawa (Gynura Procumbens [Lour.] Merr.), Journal of Pharmacy, 5, p.29- 33,
2016
Perry, L.M., 1980, The Medical Plants of East and Southeast Asia: Attributed Properties and
Uses, 94-95, The MIT Press, London.
Pratiwi, P.N., Liza,P., Gusti, N.A.I. 2014. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku
Swamedikasi Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid Oral pada Etnis Thionghoa di Surabaya.
Jurnal Farmasi Komunitas Vol. 1, No. 2, (2014) 36-40.
Praptiwi. 1999. Jawer Kotok Bikin Wasir Terpojok.
http://www.inomedia.com/intisari/1999/juli/jawer.htm [26 Januari 2009].
Rosidah., Mun Fei Yam., Amirin Sadikun., dan Zaini Asmawi, Antioxidant Potential Of Gynura
Procumbens, Journal Pharmaceutical Biology, 46, p. 616-625, 2008.
Rahayu, M., & Rugayah, R. (2007). Pengetahuan Tradisional dan Pemanfaatan Tumbuhan oleh
Masyarakat Lokal Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara Berita Biologi, 8(6), 489-499.
Rahim, N. (2013). Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat Obat yang Digunakan oleh Pengobat
Tradisional Suku Bajo di Desa Torosiaje. (1), Universitas Negeri Gorontalo, (431409046)
Rumba .S, Inventarisasi Jenis TumbuhanBerkhasiatObat di Desa Banda Ely Kecamatan Kei
Besar Utara TimurKabupaten Maluku Tenggara, 2017
Rindang Farinka ,2021.,Pengaruh Pemberian Fraksi Air Daun Afrika (Vernonia Amygdalina
Del.) Terhadap Tekanan Darah, Laju Jantung Dan Volume Darah Pada Tikus Putih Jantan
Hipertensi, Fakultas Farmasi Universitas Andalas ,Padang.
Rohmawati E. Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan serta Isolasi dan Identifikasi
Alkaloidnya. Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada. 1995.
Rohmawati, M. 2015. Karakterisasi Morfologi dan Aanatomi Pegagan (Centella asiatica (L.)
Urban.) di Kabupaten Batang Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Kuliah Praktikum
Morfologi dan Aanatomi Tumbuhan. Dalam skripsi Mukti Rohmawati, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang.
Singh Bhoj R, Vinodh Kumar OR, Dharmendra K Sinha, Ravi Kant Agrawal, Prasanna Vadhana
, Monika Bharadwaj, Shiv Varan Singh. 2016. Antimicrobial Activityof Methanolic Extract
and Ether Extract of Ageratum conyzoides. Pharm Anal Acta. Volume 7 Issue 3 : 471.
Sutardi. 2016.Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan Dan Khasiatnya Untuk Meningkatkan Sistem
Imun Tubuhaman Pegagan Dan Khasiatnya Untuk Meningkatkan Sistem Imun Tubuh.Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian,Yogyakarta.
Soerahso, Y. Widiastuti, dan J.R. Hutapea. 1992. Tinjauan penggunaan pegagan sebagai obat tradisional
dari berbagai perpustakaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia I(2): 6970.
Septia. A, Optimasi Formula Fast Disintegrating Tablet Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium
Guajava L.) Dengan Bahan Penghancur Sodium Starch Glycolate Dan Bahan Pengisi Manitol,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2010.
Sunarni, T., Pramono, S. & Asmah, R., 2007, Flavonoid antioksidan penangkap radikal dari daun
kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th.), Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 111 -
116.
Siki . D, InventarisasiTanamanObatTradisional di
DesaPathauKecamatanAmabiOefetoTimurKabupatenKupang, 2018
Slamet, A., & Andarias, S. H. (2018). Studi Etnobotani dan Identifikasi Tumbuhan Berkhasiat
ObatMasyarakat Sub Etnis Wolio Kota Baubau Sulawesi Tenggara. Paper presented at the
Proceeding Biology Education Conference.