Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Deng

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN ANTARA KETERSEDIAAN PANGAN DENGAN

KERAGAMAN PANGAN RUMAH TANGGA BURUH TANI


Association of Food Availability and Dietary Diversity of Household Farm Labour

Dewi Prasetyaningtyas1, Triska Susila Nindya2


1Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email: [email protected]

ABSTRAK
Ketersediaan pangan menjadi salah satu determinan keragaman pangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara ketersediaan pangan dengan keragaman pangan rumah tangga buruh tani di Kabupaten Bojonegoro.
Rancang bangun penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga
buruh tani di RT.17/RW.02 Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 35 responden dipilih secara acak
dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner ketersediaan pangan dan kuesioner Household Dietary Diversity Score (HDDS). Analisis data menggunakan
uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan pangan buruh tani (62,9%) tergolong kurang dan
keragaman pangan rumah tangga buruh tani (45,7%) tergolong sedang. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara ketersediaan pangan dengan keragaman pangan rumah tangga buruh tani dengan p=0,007. Penelitian
ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara ketersediaan pangan dengan keragaman pangan rumah tangga buruh
tani. Peningkatan ketersediaan pangan pada rumah tangga buruh tani dapat meningkatkan keragaman pangan.

Kata kunci: buruh tani, keragaman pangan, ketersediaan pangan

ABSTRACT
Food availability is one of food diversity determinants. This study was conducted to examine the relationship of food
availability with household food diversity among farm labour in Bojonegoro. This was a cross sectional study. The
population of this study were farm labour households at RT.17/RW.02, Dander Subdistrict, Bojonegoro District. Thirty-
five samples were randomly selected using simple random sampling. Interviews were conducted using questionnaire of
food availability and Household Dietary Diversity Score (HDDS) questionnaire. Data were analyzed using Chi-Square
test. The result showed that food availability of farm labour (62.9%) was less than normative consumption and food
diversity of farm labour (45.7%) was in moderate category. This study also showed that there was relationship between
food availability with food diversity of farm labour (p=0.007). The study concluded that there was relationship between
food availability with food diversity of farm workers. Improvement in food availability can increase food diversity.

Keywords: farm worker, food diversity, food availability

PENDAHULUAN P2KP ini dibuat untuk mencapai kondisi konsumsi


pangan yang belum sesuai harapan dan belum
Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009
optimalnya pangan lokal dalam mendukung
tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
penganekaragaman konsumsi pangan (Badan
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya
Ketahanan Pangan, 2009).
Lokal merupakan acuan bagi Pemerintah dan
Pemenuhan keragaman konsumsi pangan
Pemerintah Daerah dalam melakukan perencanaan,
selain berkaitan dengan status kesehatan dan
penyelenggaraan, evaluasi dan pengendalian
gizi masyarakat dapat juga dijadikan sebagai
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
gambaran pencapaian target Indikator Millenium
(P2KP) Berbasis Sumber Daya Lokal. Kegiatan

149
Dewi P., Triska S.N., Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Dengan... 150

Development Goals (MDGs). Masih tingginya Penilaian ketersediaan pangan rumah tangga
angka gizi kurang salah satunya disebabkan karena berdasarkan kuesioner ketersediaan pangan yang
kualitas makanan sebagian besar masyarakat masih terdiri dari beberapa jenis kelompok pangan
belum bergizi seimbang (Hermina & Prihatini, (pangan sumber hewani, pangan sumber nabati,
2011). buah, susu/produk susu, dan sayuran) yang tersedia
Menurut Amirian, et al. (2008), buruh tani atau tidak tersedia. Ketersediaan pangan rumah
adalah bagian dari petani yang merupakan orang tangga dikategorikan menjadi 2 yang dibandingkan
pertama yang turut berperan dalam penyediaan dengan konsumsi normatif per individu (300 gram
pangan masyarakat, tetapi kondisi ketahanan per hari), yaitu kurang apabila ketersediaan pangan
pangan buruh tani masih belum baik, lebih dari <300 gram/hari dan cukup apabila ketersediaan
80% mengalami rawan pangan. Oleh karena itu, pangan ≥300 gram/hari (Santi, 2015).
buruh tani menjadi kelompok yang sangat rentan Pendapatan dan pengeluaran juga diukur
mengalami rawan pangan (Prihatin, et al., 2012). menggunakan kuesioner. Penilaian pendapatan
Kabupaten Bojonegoro adalah salah satu rumah tangga terdiri dari jumlah anggota rumah
Kabupaten di Jawa Timur yang mayoritas 1,3 juta tangga yang memiliki pendapatan, jumlah
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani pendapatan kemudian ditanyakan frekuensinya,
dan geografis Kabupaten Bojonegoro merupakan harian, mingguan atau bulanan. Total pendapatan
daerah dataran rendah sekaligus setiap tahunnya dihitung selama satu bulan yang dihitung
mengalami bencana banjir (BPS Kabupaten dari frekuensi jumlah pendapatan rumah
Bojonegoro, 2013). Terdapat 9 dari 15 Kecamatan tangga. Penilaian pengeluaran rumah tangga
yang dinilai kurang baik kondisi ketahanan dikelompokkan menjadi dua yaitu pengeluaran
pangannya, salah satu dari 9 kecamatan tersebut pangan dan non pangan, diukur dahulu jumlah
adalah Kecamatan Dander (Supardi, et al., 2012). pengeluaran dan frekuensi pengeluaran kemudian
Sebanyak 42,8% penduduk di Kecamatan Dander di total menjadi pengeluaran dalam satu bulan.
adalah petani dan tidak sedikit penduduk yang Proporsi pengeluaran pangan dihitung dengan
tidak memiliki lahan sawah yang bekerja sebagai cara persentase pengeluaran pangan dibanding
buruh tani (Cahyanto, 2013). dengan total pengeluaran. Proporsi pengeluaran
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pangan diklasifikasikan menjadi 2, yaitu <60% dan
menganalisis hubungan karakteristik rumah ≥60% (Yudaningrum, 2011).
tangga dan ketersediaan pangan dengan keragaman Kondisi keragaman pangan rumah tangga
pangan rumah tangga buruh tani di RT.17/RW.02 diukur dengan menggunakan kuesioner HDDS.
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Skor HDDS dihitung dengan cara menuliskan angka
1 pada jenis/kelompok makanan dikonsumsi dan 0
METODE jika tidak dikonsumsi. Kemudian menjumlahkan
semua skor dari semua kelompok makanan.
Penelitian ini merupakan penelitian Hasil penjumlahan berkisar antara 0 hingga 12.
observasional analitik dengan rancang bangun Skor HDDS dikelompokkan menjadi 3 kriteria
cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu rendah (<3), sedang (4–5), dan tinggi (>6).
adalah seluruh rumah tangga buruh tani di RT.17/ Selanjutnya, dihitung rata-rata HDDS bagi rumah
RW.02 Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. tangga (Dorp, 2013).
Sejumlah 35 rumah tangga buruh tani terpilih Analisis statistik yang digunakan untuk
secara acak sebagai sampel penelitian yang dipilih mengetahui hubungan ketersediaan pangan dengan
menggunakan teknik simple random sampling. keragaman pangan rumah tangga buruh tani adalah
Pengumpulan data dalam penelitian ini uji Chi-Square dengan α = 0,05. Penelitian ini
dilakukan dengan wawancara menggunakan telah lolos Kaji Etik oleh Komisi Etik Penelitian
kuesioner terstruktur terkait ketersediaan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
pangan dan kuesioner HDDS untuk menilai Universitas Airlangga No. 545-KEPK.
keanekaragaman konsumsi pangan.
151 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 149–155

HASIL DAN PEMBAHASAN determinan keragaman konsumsi pangan di


Dari hasil distribusi karakteristik keluarga Indonesia salah satunya adalah jumlah anggota
buruh tani yaitu mayoritas jumlah anggota rumah rumah tangga. Anggota rumah tangga yang
tangga buruh tani berjumlah ≤4 orang (68,6%). bervariasi akan turut mencerminkan variasi dalam
Pendapatan rumah tangga merupakan seluruh total ketersediaan pangan untuk konsumsi di rumah
pendapatan dari setiap anggota rumah tangga yang tangga.
berpenghasilan, baik harian, mingguan, ataupun Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
bulanan. Pendapatan rumah tangga buruh tani review yang dilakukan Hardinsyah (2007) namun
sebanyak 42,9% tergolong pada golongan 4 yaitu sejalan dengan penelitian Amine, et al. (2016) yang
lebih dari Rp 1.100.000,00. Pengeluaran rumah menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan
tangga merupakan total pengeluaran rumah tangga antara ukuran rumah tangga dengan keragaman
untuk pangan dan non pangan. Sebanyak 40% pangan pada masyarakat pedesaan.
rumah tangga buruh tani tergolong dalam golongan Terdapat model analisis yang umum pada
4 yaitu lebih dari Rp 1.381.000,00 dan lebih dari determinan konsumsi pangan yaitu menggunakan
separuh (65,7%) rumah tangga memiliki proporsi ukuran rumah tangga, pendapatan atau pengeluaran
pengeluaran pangan lebih dari 60% (Tabel 1). dan harga. Rumah tangga berukuran besar akan
Ketersediaan pangan rumah tangga dapat mengakibatkan jenis pangan yang dikonsumsi
dilihat dari ketersediaan stok beras di rumah per kurang beragam dan memiliki kualitas gizi yang
hari dalam satu minggu terakhir dan dibagi dengan lebih rendah jika dibandingkan dengan keluarga
unit ekuivalensi dewasa seluruh anggota rumah yang berukuran lebih kecil (Hardinsyah, 2007).
tangga, hasilnya dibandingkan dengan konsumsi Namun, penelitian ini menunjukkan keluarga yang
normatif per individu yaitu 300 gram (Santi, berukuran besar justru memiliki keragaman pangan
2015). Ketersediaan pangan rumah tangga yang yang tinggi dikarenakan tingkat pendapatan rumah
dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu kurang tangga buruh tani tergolong cukup tinggi sehingga
apabila ketersediaan pangan <300 gram/hari dan dapat memenuhi keragaman konsumsi pangan
cukup apabila ketersediaan pangan ≥300 gram/ untuk keluarga.
hari. Mayoritas buruh tani memiliki ketersediaan Pendapatan rumah tangga buruh tani pada
pangan yang kurang (62,9%) (Tabel 1). Dalam kategori golongan 1, golongan 2, dan golongan 3
penilaian ketersediaan pangan rumah tangga, sebagian besar memiliki keragaman pangan tingkat
terdapat beberapa kelompok pangan yang tersedia sedang. Sedangkan, pada golongan 4 sebagian
dan tidak tersedia di wilayah tersebut. besar (53,3%) memiliki keragaman pangan tinggi.
Menurut Hardinsyah (2007), ketersediaan Menurut Ariani, et al. (2007), pendapatan rumah
pangan merupakan faktor determinan dari tangga yang tergolong kecil dapat mempengaruhi
keragaman pangan. Dalam penelitian Hardinsyah, pola distribusi pendapatan termasuk pola konsumsi
ketersediaan pangan di setiap wilayah berbeda pangan karena seseorang akan lebih mengutamakan
karena para petani memproduksi beragam pangan pemenuhan kebutuhan makan dan sebagian besar
sesuai dengan kondisi alam dan berbagai faktor pendapatan hanya cukup untuk dibelanjakan untuk
ekologi seperti tanah, iklim, musim, dan sumber pangan.
daya biologis. Pada hasil penelitian, wilayah Pendapatan keluarga juga berpengaruh
tersebut merupakan daerah dataran rendah dan terhadap pola konsumsi pangan. Pola konsumsi
memiliki ancaman eksternal yaitu bencana banjir. pangan seseorang akan lebih beragam seiring
Rumah tangga dengan jumlah anggota dengan peningkatan pendapatan yang memenuhi
keluarga yang terdiri dari ≤4 orang sebesar 50% kuantitas dan kualitas pangan sehingga konsumsi
memiliki kondisi keragaman pangan dengan pangan yang bernilai gizi tinggi juga akan
kategori sedang, sedangkan rumah tangga dengan mengalami peningkatan (Yudaningrum, 2011).
jumlah anggota keluarga >4 orang sebesar 45,5% Menurut Hardinsyah (2007), hubungan antara
memiliki keragaman pangan yang tinggi. Menurut pendapatan dengan keragaman pangan berasal
Hardinsyah (2007), faktor yang diduga sebagai dari bukti empiris yaitu terdapat perbedaan pola
Dewi P., Triska S.N., Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Dengan... 152

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga, Ketersediaan Pangan dan Keragaman Pangan Rumah Tangga Buruh Tani

Karakteristik Keluarga n %
Jumlah Anggota Keluarga
≤ 4 orang 24 68,6
> 4 orang 11 31,4
Pendapatan Keluarga
Golongan 1 (<Rp 800.000,00) 5 14,3
Golongan 2 (Rp 800.000,00 – Rp 900.000,00) 12 34,3
Golongan 3 (Rp 900.001,00 – Rp 1.100.000,00) 3 8,6
Golongan 4 (>Rp 1.100.000,00) 15 42,9
Pengeluaran Keluarga
Golongan 1 (<Rp 1.025.000,00) 5 14,3
Golongan 2 (Rp 1.025.000,00 – Rp 1.272.000,00) 9 25,7
Golongan 3 (Rp 1.272.001,00 – Rp 1.381.000,00) 7 20,0
Golongan 4 (>Rp 1.381.000,00) 14 40,0
Proporsi Pengeluaran Pangan
<60% 12 34,3
≥60% 23 65,7
Ketersediaan Pangan Rumah Tangga
Kurang 22 62,9
Cukup 13 37,1
Jenis Pangan yang Tidak Tersedia
Protein hewani 1 3,3
Protein nabati 2 6,7
Buah 1 3,3
Susu / produk susu 8 26,7
Protein nabati dan susu 3 10,0
Buah dan susu 12 40,0
Sayuran, buah, dan susu 3 10,0
Keragaman Pangan
Rendah 4 11,4
Sedang 16 45,7
Tinggi 15 42,9

konsumsi pangan kelompok menengah ke atas dan Kabupaten Bojonegoro. Pendapatan buruh pada
menengah ke bawah. Pada kelompok menengah golongan tertinggi yaitu >Rp 1.100.000,00
ke bawah, pola konsumsi lebih sederhana dimana sementara itu nilai UMK Kab. Bojonegoro adalah
mereka lebih mengutamakan mengonsumsi Rp 1.462.000,00. Dari hasil survei wawancara
sumber kalori yang murah (bahan pangan pokok), dengan istri, suami (kepala rumah tangga)
sedangkan pada kelompok menengah ke atas, pola selain bekerja sebagai buruh tani, juga memiliki
konsumsi pangannya lebih beragam dengan lebih pekerjaan sampingan yaitu sebagai kuli bangunan.
banyak mengonsumsi sumber protein dan vitamin. Cara adaptasi rumah tangga yang dapat dilakukan
Dari hasil penelitian, tidak terdapat hubungan untuk menangani masalah pangan yaitu mengubah
pendapatan dengan keragaman pangan rumah pola kerja dengan cara berburuh di luar sektor
tangga buruh tani. Hal ini dapat disebabkan pertanian (Hanani, 2012).
pendapatan rumah tangga buruh tani masih Rumah tangga yang berada pada golongan
dibawah UMK (Upah Minimum Kabupaten) pengeluaran 1 dan 2 sebagian besar memiliki
153 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 149–155

Tabel 2. Kondisi Keragaman Pangan Rumah Tangga Buruh Tani menurut Karakteristik Keluarga Dan Ketersediaan Pangan Rumah
Tangga Buruh Tani

Keragaman Pangan Total


Karakteristik Rendah Sedang Tinggi p value
n %
n % n % n %
Jumlah Anggota Rumah Tangga
≤4 orang 2 8,3 12 50,0 10 41,7 24 100,0
0,615
>4 orang 1 18,2 4 36,4 5 45,5 11 100,0
Pendapatan Rumah Tangga
Golongan 1 2 22,2 5 55,6 2 22,2 9 100,0
Golongan 2 1 7,7 8 61,5 4 30,8 13 100,0
0,103
Golongan 3 1 33,3 1 33,3 1 33,3 3 100,0
Golongan 4 0 0,0 2 20,0 8 80,0 10 100,0
Pengeluaran Rumah Tangga
Golongan 1 2 25,0 4 50,0 2 25,0 8 100,0
Golongan 2 1 12,5 5 62,5 2 25,0 8 100,0
0,412
Golongan 3 1 12,5 2 25,0 5 62,5 8 100,0
Golongan 4 0 0,0 5 45,5 6 54,5 11 100,0
Ketersediaan Pangan Rumah Tangga
Kurang 3 13,6 14 63,6 5 22,7 22 100,0
0,007
Cukup 1 7,7 2 15,4 10 76,9 13 100,0

kondisi keragaman pangan yang sedang, sedangkan bahwa konsumsi pangan yang tinggi menunjukkan
pada golongan 3 dan golongan 4 sebagian besar kesejahteraan rumah tangga yang rendah karena
memiliki keragaman pangan tinggi. Pola daya beli hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan
pangan menjadi faktor penting sebagai determinan saja (Nilasari, et al., 2012). Hal ini sejalan
dalam keragaman pangan. Daya beli pangan dengan penelitian Prasmatiwi, et al. (2012) yang
merupakan kemampuan ekonomi rumah tangga menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki
untuk memperoleh bahan pangan yang ditentukan alokasi pengeluaran pangan yang tinggi akan
oleh besarnya alokasi pendapatan untuk pangan, berakibat pada pemenuhan kecukupan energi yang
harga bahan pangan yang dikonsumsi, dan jumlah kurang. Pengeluaran yang digunakan untuk pangan
anggota keluarga (Hardinsyah, 2007). hanya memenuhi dari segi kuantitas pangan saja
Hasil studi menunjukkan bahwa tidak terdapat dan hanya dapat memenuhi rasa kenyang, tetapi
hubungan antara pengeluaran pangan dengan kualitas pangan untuk memenuhi kecukupan gizi
keragaman pangan rumah tangga buruh tani. masih belum dipenuhi.
Hal tersebut disebabkan proporsi pengeluaran Hardinsyah (2007) mengemukakan pandangan
pangan rumah tangga buruh tani tergolong umum mengenai hubungan antara pengeluaran
tinggi, dimana daya beli pangan tergantung pada pangan dan keragaman konsumsi pangan bahwa
besarnya pendapatan dan harga bahan pangan, perubahan pengeluaran untuk pangan pada rumah
dimana pada rumah tangga buruh tani sendiri tangga akan mengubah jumlah dan jenis pangan
pendapatannya masih di bawah UMK. Seiring yang dikonsumsinya. Namun, pengeluaran
berubahnya pengeluaran untuk pangan, maka pangan tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan
akan terjadi perubahan pada jumlah dan jenis saja melainkan dipengaruhi juga oleh tingkat
pangan yang dikonsumsi (Hardinsyah, 2007). pengetahuan gizi dan ukuran anggota rumah
Dari hasil penelitian, proporsi pengeluaran pangan tangga.
≥60% atau tergolong tinggi yaitu sebesar 65,7% Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
(Tabel 1). Dalam penelitian yang lain menyebutkan hubungan antara ketersediaan pangan dengan
Dewi P., Triska S.N., Hubungan Antara Ketersediaan Pangan Dengan... 154

keragaman pangan rumah tangga buruh tani diperoleh dari membeli di pasar, dan setiap harinya
(p<0,05) (Tabel 2). Pentingnya kesadaran untuk mengonsumsi paling sedikit 5 jenis pangan
mengonsumsi jenis pangan yang beragam akan (Bellon et al., 2016). Bellon, et al. (2016) meneliti
memberikan dampak yang positif bagi kesehatan tentang keterkaitan antara pertanian, pasar dan
tubuh, bagi ibu hamil berat kelahirannya akan keragaman pangan. Hasil dari penelitian tersebut
cukup, bagi anak-anak akan memiliki status gizi terdapat keterkaitan yang positif antara pertanian,
yang baik, dan akan terjadi status peningkatan pasar dan keragaman pangan.
hemoglobin yang dapat menurunkan kejadian
anemia (Dorp, 2013). Ketersediaan pangan yang KESIMPULAN DAN SARAN
cukup akan memenuhi kecukupan energi seseorang
yang didapatkan dari pangan yang mengandung Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
karbohidrat, protein dan lemak. Apabila terdapat hubungan antara karakteristik keluarga,
ketersediaan tidak lengkap akan berpengaruh tetapi terdapat hubungan ketersediaan pangan
terhadap status gizi seseorang (Pahlevi, 2012). dengan keragaman pangan rumah tangga buruh tani
Dari hasil penelitian ini, rumah tangga dengan di RT 17/RW 02 Kecamatan Dander Kabupaten
ketersediaan pangan yang kurang, sebagian besar Bojonegoro. Penelitian ini merekomendasikan
memiliki keragaman pangan yang sedang (63,6%) kepada Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro
dan rumah tangga dengan ketersediaan pangan untuk lebih meningkatkan ketersediaan pangan
yang cukup sebagian besar memiliki keragaman sehingga keragaman pangan dapat meningkat.
pangan yang tinggi (76,9%) (Tabel 2).
Keragaman konsumsi pangan dapat DAFTAR PUSTAKA
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan yang Amine, B.M & Fatima, B. (2016). Determinants of
ditentukan dari nilai-nilai kebiasaan/adat (tradisi on-farm diversification among rural households:
dan kepercayaan) yang berhubungan dengan Empirical evidence from Northern Algeria.
pangan, pengetahuan gizi dan kualitas pangan. International Journal of Food and Agricultural
Menggantikan beberapa jenis pangan tertentu Economics, 4 (2), 87–99. Diakses dari http://
dengan pangan lain yang memiliki kandungan www.foodandagriculturejournal.com/vol4.no2.
gizi serupa membawa konsekuensi pada pp87.pdf.
ketersediaan pangan yang mungkin berhubungan Amirian., Yayuk, F.B., & Lilik, K. (2008).
dengan keragaman pangan seperti yang telah Ketahanan pangan rumah tangga petani sawah
diperhitungkan dari keragaman konsumsi pangan di wilayah enclave Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan. Jurnal Gizi dan Pangan, 3(3),
sejenis tetapi tidak dengan keragaman pangan
132–138.
seperti yang telah diperhitungkan dari sebagian
Ariani, M., Ariningsih, I.K., & Maulana, M. (2007).
besar kelompok pangan. Jika jenis pangan di Kinerja dan prospek pemberdayaan rumah
seluruh wilayah yang tersedia sama, maka akan tangga rawan pangan dalam era desentralisasi.
sulit untuk memasukkan jenis pangan yang tersedia Kerjasama Penelitian Biro Perencanaan,
sebagai salah satu determinan keragaman konsumsi Departemen Pertanian, dan UNESCAP-
pangan (Hardinsyah, 2007). Keragaman pangan PASCA, Bogor.
setiap wilayah berbeda-beda dan dipengaruhi oleh Badan Ketahanan Pangan. (2009). Peraturan
faktor luar seperti iklim, kondisi tanah dan keadaan presiden nomor 22 tahun 2009 tentang
biologis wilayah, yang nantinya berpengaruh kebijakan percepatan penganekaragaman
terhadap ketersediaan pangan di wilayah tersebut. konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, Jakarta: Badan Ketahanan Pangan. Diakses dari
bkp.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/
keragaman pangan pada petani memiliki lebih dari
Perpres_22_Tahun_2009.pdf.
65 jenis pangan yang dikumpulkan di rumah dan
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bojonegoro.
siap untuk dimakan. Dari jenis pangan tersebut, (2013). Profil Kelurahan Dander, Kabupaten
lebih dari 70% makanan yang dikonsumsi keluarga Bojonegoro. Bojonegoro: BPS.
155 Media Gizi Indonesia, Vol. 12, No. 2 Juli–Desember 2017: hlm. 149–155

Bellon, M.R., Gervais, D.N.B., & Francesco, Dengan-Proporsi-Pengeluaran-Pangan-Dan-


C. (2016). Onfarm diversity and market Kecukupan-Gizi-Rumah-Tangga-Petani-Di-
participation are positively associated with Kabupaten-Cilacap-abstrak.pdf.
dietary of rural mothers in Southern Benin, West Pahlevi, A.E. (2012). Determinan status gizi
Africa. PLOS ONE Journal, 1–20. DOI:10.1371/ pada siswa sekolah dasar. Jurnal Kesehatan
journal.pone.0162535 71. Diakses dari http:// Masyarakat (KEMAS), 7(2), 122–126. Diakses
journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/ dari https://journal.unnes.ac.id/artikel_nju/
journal.pone.0162535. kemas/2807.
Cahyanto, A.D. (2013). Kajian kondisi sosial, Prasmatiwi, F.E., Indah, L, & Novi, R. (2012).
ekonomi, lingkungan terbangun dan program Pengaruh intensifikasi pertanian terhadap
pemerintah terhadap banjir Bengawan Solo Di ketahanan pangan rumah tangga petani padi
Desa Ngablak Kecamatan Dander Kabupaten di Lampung Tengah. PROSIDING SNSMAIP
Bojonegoro. Jurnal Pendidikan Geografi, 3(2), III-2012. Diakses dari http://jurnal.fmipa.unila.
360–368. Diakses dari http://jurnalmahasiswa. ac.id/index.php/snsmap/article.
unesa.ac.id/index.php/swara-bhumi/article/ Prihatin, S.D., Hariadi, S.S., & Mudiyono. (2012).
view/6922/9464. Ancaman ketahanan pangan rumah tangga
Departemen Pertanian. (2004). Kinerja Sektor petani. Jurnal Ilmiah CIVIS (Civil for Society),
Pertanian Tahun 2000–2003. Jakarta: 2 (2). Diakses dari https://www.google.co.id/s
Departemen Pertanian. earch?ei=m5UOWpeeMsGBvwS7x66QCw&
Dorp, V.M. (2013). Gizi rumah tangga dan q=Ancaman+ketahanan+pangan+rumah+tan
pengolahan makanan. Medan: SCPP. Diakses gga+petani.&oq=Ancaman+ketahanan+pang
dari http://www.swisscontact.org/fileadmin/ an+rumah+tangga+petani.&gs_l=psy-ab.3..3
user_upload/COUNTRIES/Indonesia/ 3i22i29i30k1l2.1814729.1814729.0.1815055
Documents/Publications/Manual_04_-_ .1.1.0.0.0.0.268.268.2-1.1.0....0...1.1.64.psy-
Household_Nutrition_and_Food_Preparation. ab..0.1.264....0.cA42pe4z9EE.
pdf. Santi. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan
Hanani, N. (2012). Strategi pencapaian ketahanan dengan ketahanan pangan rumah tangga
pangan keluarga. E-Journal Ekonomi Pertanian, penerima raskin (studi di Kelurahan
1(1), 1–10. Diakses dari nuhfil.lecture.ub.ac.id/ Tompokersan, Kabupaten Lumajang) (Skripsi
files/2012/12/ketahanan-pangan-keluarga.pdf. tidak diterbitkan). Universitas Airlangga,
Hardinsyah. (2007). Review faktor determinan Surabaya.
keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi Santi. (2015). Hubungan ketersediaan pangan dan
dan Pangan, 2(2), 55–74. Diakses dari http:// keteraturan penerimaan raskin dengan status
repository.ipb.ac.id/handle/123456789/52502. ketahanan pangan rumah tangga penerima
Hermina dan Prihatini, S. (2011). Gambaran raskin. Jurnal Media Gizi Indonesia, 10(2),97–
keragaman makanan dan sumbangannya 103. Diakses dari: e-journal.unair.ac.id/index.
terhadap konsumsi energi protein pada anak php/MGI/article/view/3312.
balita pendek (stunting) di Indonesia. Jurnal Supardi, S., Erlyna, W.R., & Aulia, Q. (2012).
Bul.Penelit. Kesehat (Badan Litbangkes Pemetaan kondisi kerawanan pangan di tingkat
Kemenkes RI), 39(2), 62–73. Diakses dari wilayah di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/ Ilmu-Ilmu Pertanian, 16(2), 84-90. Diakses
article/view/70. dari https://eprints.uns.ac.id/13690/1/Publikasi_
Nilasari, A., Harisudin, M., & Widiyanto. (2012). Jurnal_(11).pdf.
Analisis hubungan antara pendapatan dengan Yudaningrum, A. (2011). Analisis hubungan
proporsi pengeluaran pangan dan kecukupan proporsi pengeluaran dan konsumsi pangan
gizi rumah tangga petani di Kabupaten rumah tangga petani di Kabupaten Kulon Progo
Cilacap. Diakses dari https://digilib.uns. (Skripsi, Universitas Sebelas Maret. Surakarta).
ac.id/dokumen/download/29904/NjI5OTE=/ Diakses dari http://eprints.uns.ac.id.5208/.
Analisis-Hubungan-Antara-Pendapatan-

Anda mungkin juga menyukai