Tesis Grace Compressed
Tesis Grace Compressed
Tesis Grace Compressed
TESIS
Yogyakarta
GRACEA PETRICKA
201520102020
TESIS
GRACEA PETRICKA
201520102020
i
ii
KATA PENGANTAR
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tesis ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu saran dan masukan yang membangun sangat
diharapkan.
Peneliti
iii
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………. 38
B. Hasil Penelitian ……………………………………………………. 39
C. Pembahasan……………...……………………….………………... 43
D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian…..........……………………... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……….……………………………………………….. 51
B. Saran ………………………………………………..……………... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian..................................................................... 7
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian................................... 29
Tabel 4.1 Distribusi Usia, IMT dan Kadar Hb Subjek Penelitian .............. 40
Tabel 4.2 Analisis Bivariabel Kadar Hb pada Konsumsi Sayur
Kelakai dan Tablet Zat Besi ......................................................... 42
Tabel 4.3 Analisis Multiple Linear Regression Pengaruh Konsumsi
Sayur Kelakai, Tablet Zat Besi dan IMT terhadap Kadar Hb ...... 43
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kelakai (Stechnolaena palustris) ........................................... 19
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian ...................................................... 22
Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian .................................................. 22
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian ............................................................ 33
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 38
Gambar 4.2 Hasil Uji Visual Kadar Hb pada Kelompok Sayur Kelakai
(Stechnolaena palustris) dan Tablet Zat Besi ......................... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENGARUH KONSUMSI KELAKAI (Stechnolaena palustris)
TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWI
AKADEMI KEBIDANAN BETANG ASI RAYA
PALANGKA RAYA
INTISARI
Latar Belakang: Prevalensi kejadian anemia pada remaja putri (10-19 tahun) di
Indonesia mencapai 49,2%. Kelakai (Stenochlaena palustris) mengandung Fe
sebesar 291,32 mg/100 g yang secara empirik dikonsumsi oleh Suku Dayak untuk
mencegah anemia defisiensi besi, namun belum banyak bukti klinis untuk
menunjang hal tersebut.
Tujuan: Mengetahui pengaruh konsumsi Kelakai (Stenochlaena palustris)
terhadap kadar Hemoglobin (Hb) remaja putri.
Metode: Penelitian kuasi eksperimen dengan pre-test and post-test pada 66 orang
remaja putri yang anemia (8-11 gr/dl). Subjek penelitian dipilih menggunakan
purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Enam puluh enam subjek
penelitian dibagi menjadi dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 33
orang. Kelakai (250 gr) diberikan sebagai intervensi dan tablet zat besi (60 mg)
sebagai kontrol selama tujuh hari berturut-turut. Kadar Hb diukur satu hari
sebelum intervensi diberikan dan satu hari setelah intervensi selesai menggunakan
alat Hb testing system quick-check. Analisis data menggunakan Mann Whitney,
paired t-test, independent t-test, dan multiple linear regression dengan nilai CI
95% dan p value < 0,05.
Hasil: Terjadi peningkatan kadar Hb sebesar 3,24 gr/dl setelah mengonsumsi
Kelakai selama tujuh hari (p≤0,05). Kenaikan kadar Hb pada kelompok yang
diberikan tablet zat besi lebih tinggi 0,03 gr/dl dibandingkan kelompok yang
diberikan Kelakai (p≥0,05). Kelakai dapat dijadikan sebagai alternatif sumber zat
besi untuk meningkatkan kadar hemoglobin.
1
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
x
THE EFFECT OF KELAKAI (Stechnolaena palustris) CONSUMPTIONS
ON HEMOGLOBIN LEVELS AMONG STUDENTS
OF BETANG ASI RAYA ACADEMY OF MIDWIFERY,
PALANGKA RAYA, CENTRAL KALIMANTAN, INDONESIA
ABSTRACT
Background: It is estimated that 49,2% of Indonesian adolescent (10-19 years)
have iron deficiency anemia. Green vegetables can be used as an alternative
consumptions to meet the body's need for iron. Kelakai (Stenochlaena palustris)
contains 291,32 mg-100 g of Fe has been consumed by Dayak ethnic society to
prevent anemia.
Purpose: The aim of this study is to determine the effect of consumptions of
Kelakai (Stenochlaena palustris) to increase Hb levels among late adolescent (17-
19 years).
Method: It was a quasy-experiment with pre-test and post-test study in anemic
midwifery students (8-11 gr/dl). In which Kelakai are given as dietary
supplements in the subject and ferro fumarat as a control. There were 66 subjects
recruited by purposive sampling, were divided into 33 subjects for each group.
Kelakai (Stenochlaena palustris) (250 mg) and ferro fumarat (60 mg) was
administrated daily for a week. Hb levels were measured before and after
intervention using the Hb testing system quick-check tool. Data were analyzed
using paired and independent t-test.
Result: The result showed significant increases of Hb levels (3,24 gr/dl) after
consuming Kelakai (Stenochlaena palustris) for a week (p≤0,05). The Hb levels
after intervention in control group were 0,03 gr/dl higher than Kelakai group, but
based on the analysis, there is no significant difference on both group (p≥0,05).
Thus, Kelakai (Stenochlaena palustris) could be suggested as a food
supplementation to prevent iron deficiency anemia.
1
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang paling banyak terjadi pada anak pra-sekolah, remaja, wanita usia subur
dan ibu hamil (Haider, 2013; Camashcella, 2015; Low 2016). Stang (2005)
menyebutkan bahwa prevalensi kejadian kekurangan zat besi (Fe) dan anemia
defisiensi zat besi pada remaja putri mencapai 13-18% lebih tinggi
remaja putri di Indonesia mencapai angka 30% dan hal ini menjadi sebuah
terjadinya anemia pada remaja putri adalah sebesar 22,7% dan WHO (2011)
kehilangan darah melalui menstruasi dimana cadangan zat besi dalam tubuh
menyebutkan bahwa 75% remaja putri tidak dapat memenuhi kebutuhan zat
besi akibat tingginya aktivitas dan pola makan yang tidak sehat yang pada
1
2
Stang (2005) menjelaskan bahwa anemia defisiensi zat besi pada remaja
dari keadaan defisiensi zat besi pada remaja putri adalah terdiri dari hambatan
anemia pada wanita usia subur harus diturunkan sampai 50% (Global
Nutrition Report, 2016). Pada tanggal 16 Maret 2016 Persatuan Dokter Gizi
diwujudkan dengan pemberian suplemen tablet zat besi bagi remaja, wanita
3
usia subur, ibu hamil, dan ibu nifas (Kemenkes, 2014). Bertolak belakang
dengan hal tersebut, data-data resmi yang dirilis oleh pemerintah hanya
melaporkan pemberian tablet zat besi pada masa kehamilan dan nifas saja
pada remaja dan WUS (SDKI, 2012; Profil Kesehatan RI, 2015; Infodatin,
kepada ibu hamil sementara balita dengan gizi buruk, anak usia sekolah dan
orang mengalami anemia ringan, lima orang mengalami anemia sedang dan
Salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan zat besi adalah melalui
konsumsi sayuran yang mengandung zat besi (Hurrel dan Egli, 2010).
kadar Hb.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
putri.
2. Tujuan Khusus
zat besi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dan vitamin C.
2. Manfaat Praktis
E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Materi
2. Lingkup Responden
3. Lingkup Waktu
4. Lingkup Tempat
bahwa terdapat peluang terjadinya anemia sebesar 70%. Selain itu peneliti
pola dan jenis makanan harian, jenis aktivitas harian yang hampir serupa.
7
F. Keaslian Penelitian
2 Haider et al. Anaemia, Prenatal Iron Systematic Review pada 48 - Rata-rata kadar hemoglobin meningkat sebesar 4,59
(2013) Use, and Risk of Adverse penelitian RCT dan 44 g/L dengan konsumsi suplemen zat besi (Fe)
Pregnancy Outcomes. penelitian kohort prospektif dibandingkan dengan kelompok kontrol.
mengenai konsumsi zat besi - Suplementasi zat besi (Fe) terbukti mengurangi risiko
(Fe) selama masa prenatal kejadian anemia defisiensi besi dan kelahiran prematur.
yang dihubungkan dengan
hematologi ibu dan luaran Rekomendasi penelitian selanjutnya:
kehamilan. Mencari strategi baru yang mungkin diterapkan dalam
konsumsi suplemen zat besi (Fe) melalui fortifikasi dan
diversifikasi makanan.
8
Nama
No Judul dan Sumber Jenis Penelitian Hasil
Peneliti
3 Coopman et Body Mass Index, Iron Crossectional Study pada Penyerapan Fe dengan nilai terendah terjadi pada wanita
al. (2014) Absorption, and Iron 318 wanita usia subur dengan status obesitas dibandingkan dengan wanita yang
Status in Childbearing berstatus normal (p 0,02) dan gemuk (p 0,005).
Age Women. Penyerapan Fe tersebut berbanding terbalik dengan status
Hb. Kadar Hb pada status obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan yang berstatus normal (p 0,02).
4 Irawan et al. Etnobotanical Study Nutrient Analysis - Kelakai mengandung protein (2,36 g/100 g), serat
(2006) and Nutrient Potency of (4,44 g/100 g), lemak (-,11 g/100 g), kalsium (0,49
Local Traditional ppm), Fe (41,53 ppm), dan vit C (15,41 ppm).
Vegetables in Central - Batas konsumsi harian yang disarankan untuk Kelakai
Kalimantan. adalah 290 gr/hari.
5 Negara et al. Pengaruh ekstrak Kelakai Kuasi eksperimen dengan Pemberian ekstrak Kelakai selama satu minggu berturut-
(2017) (Stechnolaena palustris) pre-test post-test with turut dapat meningkatkan rata-rata kadar Hb 2 kali lipat
terhadap kadar Hb pada control group pada 10 ekor lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p
Tikus Putih (Rattus tikus putih yang anemia. 0,001).
norvegicus).
6 Mahyuni et Perbandingan antara Kuasi eksperimen dengan Hasil paired t-test membuktikan bahwa konsumsi sayuran
al. (2015) Pemberian Tablet Fe dan rancangan pre-test post-test Kelakai signifikan dalam meningkatkaan kadara
Mengkonsumsi Sayuran dengan grup kontrol. hemoglobin pada kelompok perlakukan dengan nilai p
Kelakai pada Ibu Hamil 0,00 (α=0,05).
Terhadap Peningkatan - Konsumsi sayuran Kelakai sama efektifnya dengan
Kadar Hemoglobin di tablet zat besi (Fe) dalam meningkatkan kadar hb ibu
Puskesmas Gambut. hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
rentang usia remaja adalah 10-19 tahun dengan klasifikasi remaja awal
(10-13 tahun), remaja pertengahan (14-16 tahun) dan remaja akhir (17-19
remaja pada umur 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2016).
psikologi, dan perilaku. Pada masa ini remaja putri menjadi rentan
perkembangan tubuh yang memerlukan energi serta zat gizi lebih banyak,
dengan melewatkan sarapan pagi dan makan malam, kurang minum air
putih, diet yang tidak sehat dengan tujuan mengurangi berat badan
kebiasaan konsumsi makanan rendah gizi dan makan makanan siap saji
proses sintesis pembentukan Hb. Bila hal ini terjadi dalam jangka waktu
elektron di dalam sel dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim
dua jenis zat besi berdasarkan sumbernya yaitu zat besi heme dan non-
heme. Zat besi heme berasal dari jenis pangan hewani (daging, ikan, telur)
sedangkan zat besi non-heme merupakan sumber zat besi yang lebih
Kebutuhan remaja putri akan zat besi cukup besar karena pada masa
remaja terjadi pertumbuhan pesat akibat ekspansi dari total volume darah,
kenaikan massa tubuh, dan periode menstruasi. Kebutuhan zat besi pada
periode ini sekitar 10-11 mg/hari dan jumlah besi yang diserap usus setiap
hari setara dengan ekskresi besi melalui eksfoliasi yaitu 1-2 mg (Beard,
2001). WHO (2011) melaporkan bahwa 70% remaja putri tidak dapat
0,5 mg zat besi hilang setiap harinya. Sumber lain menyebutkan bahwa
0,8 mg/hari (Beard, 2001; More, 2013). Selain itu. Pada kasus cacingan
pencernaan zat besi non-heme yang disebut dengan ferri (Fe3+) yang
yang pada akhirnya berikatan dengan apoferitin menjadi feritin (Price dan
Wilson, 2006).
tahapan yaitu fase luminal, fase mukosal dan fase korporal. Fase luminal
dimulai ketika zat besi yang terkandung didalam makanan diolah di dalam
mukosa duodenum terjadi proses aktif penyerapan zat besi yang disebut
dengan fase mukosal. Fase korporal terjadi disaat zat besi yang sudah
diserap masuk ke dalam sirkulasi untuk dilakukan utilisasi besi oleh sel-
sel yang memerlukan. Pada akhirnya zat besi disimpan dalam organ-organ
seperti hati, limpa, dan sumsum tulang belakang dalam bentuk feritin dan
dikonsumsi. Pada umumnya zat besi yang terdapat pada protein hewani
(heme) lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan zat besi pada
13
protein nabati (non-heme). Hal ini disebabkan oleh bentuk besi di dalam
2015). Prevalensi anemia masih terbilang tinggi bagi kelompok ibu dan
besi dianggap penyebab paling umum dari anemia selain kekurangan gizi
(termasuk folat, vitamin B12 dan vitamin A), peradangan kronis, parasit
untuk pembentukan sel darah merah, asupan zat besi tidak cukup dan
14
Anemia defisiensi besi terjadi melalui tiga tahapan deplesi zat besi
didalam tubuh yang dimulai dari berkurangnya simpanan zat besi yang
dapat dilihat dari hasil pemeriksaan kadar serum feritin yang mengalami
tahun dikatakan anemia bila kadar hemoglobin kurang dari 12 gr/dl yang
tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun, mudah
sakit karena daya tahan tubuh rendah (Suryani, 2015). Dampak jangka
remaja, juga mengakibatkan remaja putri menjadi calon ibu dengan risiko
melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah dan melahirkan prematur
15
a. Status Gizi
dengan rumus:
b. Menstruasi
hari dengan darah yang sedikit, 3-7 hari dan lebih dari 7 hari
menstruasi 7-8 hari dengan jumlah darah yang banyak disertai dengan
defisiensi besi.
c. Jenis Makanan
kacang-kacangan dan tepung) dan tanin (teh, kopi dan cokelat) dapat
dan Egli, 2010). Vitamin C dan protein (daging, unggas, ikan, produk
ferri dalam pangan protein nabati menjadi ferro sehingga lebih mudah
6. Hemoglobin (Hb)
darah merah dan memberi warna merah pada darah (Kee, 2014).
parameter yang ideal untuk mengklasifiksi status besi dalam tubuh (Arija
et al., 2014).
18
(usia ≥15 tahun) menjadi anemia ringan (11-11,9 gr/dl), anemia sedang
zat besi merupakan suatu upaya preventif dan rehabilitatif yang terbukti
Zat besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah
ferrous sulfat dengan dosis 60-120 mg/hari bagi remaja dan orang dewasa
bahwa diperlukan 325 mg tablet ferrous sulfat yang dibagi dalam tiga
zat besi harian sebesar 150-180 mg/hari harus dibagi menjadi 2-4 dosis
harian yang diminum satu jam sebelum makan atau dua jam setelah
hemoglobin karena konsumsi tablet zat besi adalah 0,1g/dl perhari dan
jalan, area pertanian, lahan terbuka dan area bekas lahan terbakar
(Thursina, 2010).
putih dan Kelakai merah. Kelakai merah adalah Kelakai hijau dengan
warna pucat (Irawan et al., 2006). Warna ujung daunnya pun berbeda,
yaitu berwarna hijau terang, hijau gelap, hingga merah (Thursina, 2010).
(4,153 mg/100 gr), vitamin C (41 mg/100 gr), protein (2,36%), beta
karoten (6,699 mg/ 100 gr) dan asam folat (1,13 mg/100 gr).
Commission (CAC) adalah 63,21 gr berat basah daun per-hari atau 290 gr
Zat besi yang terkandung di dalam Kelakai merupakan zat besi non-heme
yang berbentuk senyawa ferri. Agar dapat diserap oleh duodenum maka
senyawa ferri akan dirubah oleh HCl didalam lambung menjadi bentuk
B. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian (Irawan et al., 2006; Price dan Wilson,
2006; Bakta, 2009; Gibney et al., 2009; Thursina, 2010; WHO, 2011;
Pasricha et al., 2013; Batty, 2014; Bailey, 2015; Cheah et al., 2016)
23
C. Kerangka Konsep
Variabel Luar
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh konsumsi sayur Kelakai
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
mengurangi berbagai bias termasuk bias yang diakibatkan oleh variabel luar
palustris) dan kelompok remaja yang mengonsumsi tablet zat besi selama
kelompok.
24
25
design Campbell dan Stanley (1963) rancangan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
A O1--------------------X1--------------------O2
B O3--------------------X2--------------------O4
Arah Penelitian
Waktu
Keterangan:
1. Batasan Populasi
2. Kriteria Sampel
sampel penelitian.
amenorrhoe.
(2016) terdapat nilai beda mean sebesar 10,66 pada kelompok intervensi
Keterangan :
𝛼 : 5% dengan 𝑍𝛼 = 1,64
D. Variabel Penelitian
obyek yang memiliki variasi antara satu dengan yang lainnya (Hatch dan
ini:
3. Variabel Luar
Variabel luar yang terdiri dari siklus menstruasi, jenis makanan dan
riwayat penyakit berat sudah dalam keadaan yang seragam pada semua
dan enhancer zat besi. Penyakit berat dikendalikan dengan cara memilih
Variabel
Terikat:
Kadar Konsentrasi Hemoglobin Kontinyu Kadar
hemoglobin hemoglobin (Hb) testing system hemoglobin
dalam darah yang quick check (Hb) dalam
dinyatakan dalam gr/dl
satuan gr/dl dan
diukur 1 hari
sebelum inter-
vensi dan 1 hari
setelah intervensi.
Variabel
Luar:
Indeks Indikator status Berat badan Kontinyu Nilai Indeks
Massa gizi remaja putri diukur Massa Tubuh
Tubuh yang dihitung menggunakan
(IMT) dengan cara timbangan digital
membagi berat SECA yang sudah
badan (kg) dikalibrasi dengan
dengan kuadrat tingkat
tinggi badan (m). keakuratan 0,1 kg.
Tinggi badan
diukur dengan
microtoise dengan
ketelitian 0,1 cm.
30
F. Instrumen Penelitian
responden, tinggi badan (TB), berat badan (BB), riwayat penyakit berat,
1. Persiapan Penelitian
Asisten penelitian berjumlah dua orang yang terdiri dari satu orang
2. Proses Penelitian
consent.
palustris) dan kelompok kontrol diberikan tablet zat besi selama tujuh
3. Akhir Penelitian
H. Alur Penelitian
Populasi mahasiswa
semester 1
(n=80 orang)
Kriteria inklusi dan
eksklusi
Subjek penelitian
yang layak
(n=66 orang)
Alokasi random sampel
Pengukuran kadar Hb
sebelum intervensi
Pengukuran kadar Hb
setelah intervensi
berikut:
a. Editing
b. Coding
kode 0 pada variabel konsumsi tablet zat besi dan kode 1 pada
c. Data Entry
d. Tabulating
interpretasi data.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariabel
b. Analisis Bivariabel
terikat.
interval 95% dan nilai p < 0,05. Uji independent t test dapat
c. Analisis Multivariabel
palustris) dan tablet zat besi dengan variabel terikat yaitu kadar
J. Etika Penelitian
1. Self Determination
akan dilakukan.
2. Privacy
3. Anonymity
4. Justice
5. Protection of discomfort
6. Informed Consent
secara lisan memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian ini
bersedia secara sukarela ikut serta dalam proses penelitian, maka mereka.
BAB IV
bidan yang bekerja dengan berpegang pada Ketuhanan yang Maha Esa, asas
38
39
adalah pola dan jenis konsumsi makanan harian. Menu makanan yang
seorang ahli gizi sehingga porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi selalu
seragam. Menu makanan yang disajikan selama tujuh hari dikendalikan untuk
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariabel
semester satu yang masuk kategori usia remaja akhir (17-19 tahun),
adalah 18 tahun dan rerata IMT senilai 21,04 (normal). Kadar Hb pada
perlakuan adalah 11,06 gr/dl dan meningkat sebesar 1,04 gr/dl setelah
jenis analisis bivariabel. Pada penelitian ini uji asumsi normalitas data
Zat Besi
3. Analisis Bivariabel
signifikansi dan kekuatan hubungan antara kadar Hb, jenis intervensi dan
IMT.
42
sebesar 3 gr/dl dan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan kadar
satu minggu. Selisih kenaikan rerata kadar Hb antara dua kelompok adalah
sebesar 0,04 gr/dl lebih tinggi pada kelompok yang mengonsumsi tablet
4. Analisis Multivariabel
variabel bebas sayur Kelakai (Stechnolaena palustris) dan tablet zat besi
variabel luar (IMT). Uji statistik yang digunakan adalah regresi linier
dibandingkan tablet zat besi. Nilai koefisien korelasi tersebut (0,02 gr/dl)
signifikan dalam koefisien korelasi kadar Hb pada setiap status IMT yang
ada.
C. Pembahasan
Kadar Hb
enhancer, namun dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih dalam
kelompok tablet zat besi tidak berdistribusi normal. Melalui uji statistik
paired t-test dibuktikan bahwa konsumsi tablet zat besi selama satu
memberikan tablet zat besi kepada ibu hamil selama tujuh hari berturut-
adalah 0,1gr/dl perhari dan dapat diukur mulai hari ke lima setelah mulai
dikonsumsi.
46
tersebut tidak berarti secara klinis dimana Dewoolker (2014) dan Arisman
penguat dan penghambat yang dikonsumsi (Hurrel & Egli, 2010). Teori
empat kali lipat bila ada vitamin C (Rocha et al., 2014). Pada penelitian ini
dikendalikan untuk melihat seberapa kuat peran tunggal zat besi non-heme
Fe sebesar 9-43%.
Data lain yang dikumpulkan dari penelitiaan ini adalah efek samping
penelitian mengeluh merasa pusing, mual dan perubahan warna feses sejak
hari pertama konsumsi. Keluhan rasa pusing dan mual juga dirasakan oleh
palustris). Efek samping yang timbul dari konsumsi tablet zat besi lima
kali lipat lebih tinggi dari efek samping konsumsi sayur Kelakai
(Stechnolaena palustris).
Intervensi
dari tersedianya zat gizi dalam tubuh (Nuttall, 2015). Pada penelitian ini
Permasalahan gizi yang terjadi pada masa remaja diakibatkan dari pola
Hb. Pada akhirnya pemenuhan zat gizi yang tidak adekuat menyebabkan
pada 318 wanita usia subur yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan
kadar Hb pada penelitian ini dapat terjadi karena hampir separuh (48,4%)
oleh asupan zat gizi makro (karbohidrat, lemak, protein) sehingga asupan
zat gizi mikro (Fe) tidak akan berpengaruh pada status gizi. Pada
penelitian ini data mengenai analisis asupan gizi mikro tidak dilakukan
sehingga kontribusi diet gizi mikro terhadap berat badan, kadar Hb dan
1. Kekuatan Penelitian
2. Kelemahan Penelitian
pemanasan.
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
51
52
optimal.
4. Peneliti Selanjutnya
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Arisman, MB. 2010. Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi
Kedua. Cetakan Pertama. EGC. Jakarta.
Bakta, IM. 2009. Hematologi Klinis Ringkasan. Edisi Kelima. EGC. Jakarta.
Campbell, D., dan Stanley, J.C. 1963. Experimental and Quasy Experimental
Design for Reasearch. Houghton Mifflon, Co. Boston.
Chai T., Kwek M., Ong H., and Wong F. 2015. Phenolic Contents and
Antioxidant Properties of Sp. palutris. Elsevier, Ltd. Food Chemistry, 186:
26–31.
Cheah K., Dalrymple J., Goddard A., Hanks K., Jenkins D., Klara P., Mitchell R.,
Pearce J., and Thomas W. 2016. Anemia Manifesto for Improving Iron
Deficency Anemia Care in England. Vifor Pharma Ltd. England.
https://www.nursingtimes.net/download?ac=3012460. 20 Maret 2017.
Chotimah H., Kresnatita S., dan Miranda Y. 2013. Ethnobotanical Study and
Nutrient Content of Local Vegetables Consumed in Central Kalimantan,
Indonesia. Biodiversitas 14 (2):106-111.
Coopman, M., Brito, A., Romana, D., Pizarro, F., and Olivares, M. 2014. Journal
of Trace Elements in Medicine and Biology 30: 215-219.
Dewoolker AN, Patel, and Dodich C. 2014. Iron Deficiency and Iron Deficiency
Anemia in Adolescent Athletes: a Systematic Review. International
Journal Child Health and Human Development 1:11-19.
Febrianti, Utomo W, dan Adriana. 2013. Lama Haid dan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri. Jurnal Kesehatan Reproduksi. Volume 4:11-15.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/kespro/article/view/3897/37
42. Februari 2017.
Gaxiola, F. 2014. Intermittent Iron Suplementation for Reducing Anaemia and Its
Associated Impairments in Menstruating Women (Review). The Cochrane
Collaboration. 12:1-123.
Gibney. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteraan. Cetakan
Kesebelas. EGC. Jakarta.
Hatch E, and Farhady H. 1981. Research Design and Statistics for Applied
Linguistics. Newbury House Publishers. Rowley.
Hurrel R, and Egli I. 2010. Iron Bioavailability and Dietary Reference Values.
The American Journal of Clinical Nutrition 346:1-19.
Irawan D, Wijaya HC, Limin SH, Hashidoko Y, Osaki M, and Kulu IP. 2006.
Etnobotanical Study and Nutrient Potency of Local Traditional Vegetables
in Central Kalimantan. J-STAGE Japan Acedemic Journal 15(4):441-448.
Kee, JL. (2014). Laboratory and Diagnostic Test with Nursing Implications. Edisi
Kesembilan. EGC. Jakarta.
Low MSY, Speedy J, Styles CE, De-Regil LM, and Pasricha SR. Daily Iron
Supplementation for Improving Anaemia, Iron Status and Health in
Menstruating Women. 2016. Cochrane Database of Systematic Reviews.
Issue 4. Art. No.: CD009747. DOI: 10.1002/14651858.CD009747.pub2.
Maharani DM, Haidah SN, dan Haiyinah. 2005. Studi Potensi Kelakai
(Stenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd) sebagai Pangan Fungsional.
Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Kreativitas
Mahasiswa Penelitian. 13(1): 1 – 13.
Nuttall F., Body Mass Index-Obesity, BMI and Health: a Critical Review.
Nutritian Research. Nutritian Today. 50(3): 117-128.
Parischa SR., Drakesmith H., James B., Hipgrave D., and Biggs BA. 2013.
Control of Iron Deficiency Anemia in Low and Midle-Income Country:
Review Article. Blood Journal 121: 2601-2617.
Rocha DS, Capanema FD, Netto MP, Almeida CA, Franceschini SC, and
Lamounier JA. 2011. Effectiveness of fortification of drinking water with
iron and vitamin C in the reduction of anemia and improvement of
nutritional status in children attending day-care centers in Belo Horizonte,
Brazil. Food and Nutrition Bulletin 32 (4): 340-346.
Rohimah Y, dan Haryati D. 2014. Pengaruh Pemberian Zat besi (Fe) Heme dan
Non-heme pada Diet Harian terhadap Kadar Hemoglobin Remaja Putri
yang Mengalami Anemia. Jurnal Terapan Ilmu Kesehatan 3: 150-155.
Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayaan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009
Zannah, F., Amin, M., Suwono, H., Lukiati, B. 2015. Ethnobotany Study of
Kelakai (Stecnolaena palutris Bedd) as an Endemic Fern at Central of
Kalimantan. International Conference on Global Resource Conservation
(ICGRG). Hal:31-33
LAMPIRAN