Artikel Antropologi Cerpen Taksu, Cindi Siti Syarah 221010700364
Artikel Antropologi Cerpen Taksu, Cindi Siti Syarah 221010700364
Artikel Antropologi Cerpen Taksu, Cindi Siti Syarah 221010700364
Cerpen seringkali menjadi cerminan kehidupan dan budaya, menggambarkan makna yang mendalam
terkait dengan eksistensi manusia. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi konsep antropologi dalam
sebuah cerpen berjudul " Taksu “ akan dikaji dengan pendekatan antropologi sastra. Dikatakan bahwa
manusia jaman dahulu mempunyai cara pandang berbeda dalam menghadapi, menjalani dan menjawab
masalah-masalah dalam kehidupannya.Tetapi kenyatannya antara manusia yang hidup dulu dan yang
hidup sekarang dengan kebudayaan sendiri, ternyata terdapat timbal balik dan terdapat unsur – unsur
yang sama.Menurut Kluckhohn,didalam kebudayaan terdapat suatu rangkaian konsep-konsep yang
abstrak dan luas ruang lingkupnya serta keduanya hidup dalam alam pikiran Sebagian besar
masyarakatnya,mengenai ap yang harus dianggap penting dan bernilai dalam kehidupan.ia berpendapat
bahwa sistem nilai budaya berfungsi sebagai pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam
kehidupannya.Sistem nilai budaya merupakan suatu sistem tata tindakan yang lebih tinggi daripada
sistem-sistem tata Tindakan yang lainnya,seperti : sistem norma,hukum,aturan etika,hukum adat,aturan
moral,aturan sopan santun dan sebagainya (Koentjoroningrat,1990:77).
Taksu merupakan cerpen yang menggambarkan masalah sosial, seperti perbedaan kasta yang
dialami oleh tokoh-tokohnya. Perbedaan kasta itulah yang menjadi masalah utama karena kasta
merupakan bagian dari sosial-budaya yang terikat oleh sebuah masyarakat tertentu. Kasta bagi
masyarakat Bali adalah lapisan sosial yang sudah ditentukan oleh leluhur mereka terutama bagi
penganut Hindu. Namun, dalam cerpen ini terdapat beberapa tokoh yang menentang ketentuan adat
dan budaya tersebut untuk memperoleh keadilan dan kebahagiaannya. taksu sebagai kekuatan kreatif
yang memberdayakan karakter utama untuk mengatasi tantangan hidup. Konsep ini menciptakan
lanskap naratif yang kaya, di mana taksu tidak hanya menjadi pendorong cerita tetapi juga penentu
perubahan karakter.simbolisme dalam cerpen mencakup elemen-elemen alam dan objek tradisional
yang secara mendalam merujuk pada makna taksu. Misalnya, pohon yang tumbuh subur dapat
melambangkan pertumbuhan spiritual yang diberikan oleh taksu . Dengan pendekatan antropologis, kita
dapat meresapi dan menganalisis elemen-elemen budaya yang tertanam dalam cerpen ini, termasuk
konsep yang mendalam seperti "taksu".
Masyarakat Hindu di Bali pada umumnya yakin dan percaya bahwa taksu adalah kekuatan suci
Tuhan yang dapat membangkitkan dan meningkatkan daya kreativitas, intelegensia, serta kemampuan
intelektualitas seseorang, yang dihubungkan pula dengan kemahakuasaan manifestasi Tuhan ( Hyang
Widhi ,dan mereka meyakini bahwa kesenian bukanlah ciptaan manusia, melainkan ciptaan
tuhan.Mereka juga berkewajiban untuk “ mempersembahkan “ kembali hasil karya tersebut ke sumber
penciptanya.bagi masyarakat bali karya seni apapun wujudnya adalah merupakan refleksi kehidupan
masyarakat dalam upaya mengungkapkan nilai /kualitas esensi sesuatu karya yang mengandung
keindahan,rasa kemanusiaan,rasa bhakti,serta keselarasan antara lahiriah dan batiniah.Nilai atau
kualitas suatu karya sebagai cerminan daya kreatifitasnya berjalan diatas yang tidak jelas. Kualitas
kesenian menurut perspektif Hindu berlandaskan kepada nilai-nilai kebenaran ( logika ),etika atau
moral,keindahan dan sekaligus kesucian. Maka dapat dikatakan bahwa para insan seni Bali (jaman silam)
beribadan di jalan kesenian.
Namun demikian cerpen taksu ini juga menggambarkan unsur-unsur antrpologi sastra yang ada
dalam Masyarakat bali,seperti penggunaan bahasa dan kesenian.
melalui karakter-karakter dalam cerpen ini, kita dapat melihat bagaimana struktur sosial masyarakat
tersebut terbentuk. Interaksi antara tokoh-tokoh utama menciptakan jaringan hubungan yang
mencerminkan pola-pola kehidupan sehari-hari. Misalnya, kehadiran tokoh tertentu bisa menunjukkan
hierarki atau struktur kekuasaan dalam komunitas.
Dalam konteks antropologi budaya, cerpen ini juga membuka pintu untuk memahami kepercayaan dan
nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat. Kita dapat melihat bagaimana ritual, mitos, atau tradisi
tertentu menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Adanya unsur-unsur ini
mengungkapkan cara masyarakat mengatasi ketidakpastian atau merayakan momen-momen penting.
Selain itu, cerpen "Taksu" memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat beradaptasi terhadap
perubahan. Apakah itu melalui konflik internal, konfrontasi dengan budaya asing, atau pergeseran
dalam nilai-nilai yang dijunjung, cerpen ini menciptakan narasi yang mencerminkan dinamika evolusi
sosial
Melalui latar tempat dan setting cerita, kita dapat membayangkan bagaimana lingkungan fisik
membentuk pola-pola perilaku dan pola pikir masyarakat. Apakah itu desa terpencil atau pusat
perkotaan, cerpen ini meresapi nuansa kehidupan sehari-hari dan memberikan pemahaman tentang
cara masyarakat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, melihat "Taksu" melalui lensa antropologi memberikan kita pemahaman yang lebih
dalam tentang dinamika budaya dan sosial dalam masyarakat yang digambarkan dalam cerpen ini.
Dalam esensinya, karya sastra seperti "Taksu" bukan hanya sekadar kisah yang menghibur, tetapi juga
jendela ke dalam kompleksitas kehidupan manusia dan jaringan hubungan yang membentuk
masyarakat.
Daftar Pustaka
Laksemi, Sangayu Ketut., Taksu Dalam Kesenian Bali (Kajian Arsitektur Rumah Tradisional Bali, Studi
Kasus, Griya), Tesis Program Magister Desain ITB, Bandung, 2005