Balance Scorecard digunakan untuk mengkomunikasikan strategi organisasi melalui pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan. Metode ini menilai kinerja dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran/pertumbuhan. Balance Scorecard membantu mengintegrasikan tujuan mutu dengan kinerja keseluruhan organisasi.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan9 halaman
Balance Scorecard digunakan untuk mengkomunikasikan strategi organisasi melalui pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan. Metode ini menilai kinerja dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran/pertumbuhan. Balance Scorecard membantu mengintegrasikan tujuan mutu dengan kinerja keseluruhan organisasi.
Balance Scorecard digunakan untuk mengkomunikasikan strategi organisasi melalui pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan. Metode ini menilai kinerja dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran/pertumbuhan. Balance Scorecard membantu mengintegrasikan tujuan mutu dengan kinerja keseluruhan organisasi.
Balance Scorecard digunakan untuk mengkomunikasikan strategi organisasi melalui pengukuran kinerja keuangan dan non-keuangan. Metode ini menilai kinerja dari empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran/pertumbuhan. Balance Scorecard membantu mengintegrasikan tujuan mutu dengan kinerja keseluruhan organisasi.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9
A.
Peran Balance Scored Card
Menurut Kaplan & Norton, Balance Scorecard (BSC) merupakan metode untuk menginterpretasikan misi dan strategi organisasi menjadi berbagai tujuan dan ukuran yang terorganisir dalam empat perspektif utama, yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Peran Balance Scorecard memberikan kerangka kerja dan bahasa yang digunakan untuk mengkomunikasikan misi dan strategi organisasi. Selain itu, Balance Scorecard menggunakan pengukuran untuk memberikan informasi kepada para pekerja tentang faktor-faktor yang mendorong keberhasilan saat ini dan di masa depan. Dengan mengartikulasikan hasil yang diinginkan oleh perusahaan dan faktor-faktor yang mendorong hasil tersebut, para eksekutif senior berharap dapat mengarahkan energi, kemampuan, dan pengetahuan karyawan perusahaan menuju pencapaian tujuan jangka panjang. Balance Scorecard memiliki peran penting dalam menghubungkan strategi organisasi dengan pelaksanaan Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management/TQM). Mereka mengemukakan bahwa Balance Scorecard dapat digunakan sebagai alat pengukuran kinerja yang komprehensif untuk mendorong perbaikan mutu berkelanjutan dalam organisasi. Berikut ini adalah beberapa poin yang menjelaskan peran Balance Scorecard dalam kaitannya dengan TQM menurut Kaplan dan Norton: 1. Menerjemahkan strategi menjadi tindakan konkret Balance Scorecard membantu organisasi dalam menerjemahkan strategi umum menjadi tindakan konkret yang dapat dilakukan di berbagai tingkatan organisasi. Dalam konteks TQM, ini berarti mengartikulasikan tujuan mutu dan memastikan bahwa tindakan yang diambil di semua tingkatan organisasi sesuai dengan tujuan tersebut. 2. Fokus pada perspektif mutu Kaplan dan Norton menekankan pentingnya memasukkan perspektif mutu ke dalam Balance Scorecard. Mereka menyarankan agar organisasi melibatkan indikator kinerja yang terkait dengan kepuasan pelanggan, kualitas produk atau layanan, efisiensi proses, dan inovasi dalam Balance Scorecard mereka. 3. Pengukuran kinerja yang terintegrasi Balance Scorecard membantu mengintegrasikan pengukuran kinerja mutu dengan pengukuran kinerja keuangan dan operasional lainnya. Dalam TQM, penting untuk mempertimbangkan indikator kinerja yang mencakup aspek-aspek mutu, seperti kepuasan pelanggan dan perbaikan proses, serta indikator keuangan tradisional. 4. Mengkomunikasikan dan melibatkan semua pihak Balance Scorecard membantu dalam mengkomunikasikan strategi dan tujuan mutu kepada semua pihak yang terlibat dalam organisasi. Dalam TQM, melibatkan seluruh karyawan dan pemangku kepentingan lainnya adalah kunci untuk mencapai perbaikan mutu yang berkelanjutan. Dengan Balance Scorecard yang jelas dan terukur, organisasi dapat mengkomunikasikan tujuan mutu dengan lebih efektif, memastikan pemahaman yang sama di semua tingkatan, dan mendorong keterlibatan aktif dari seluruh tim kerja. B. Visi dan Misi PT C. Susunan Strategi Dalam menyusun sasaran strategi yang mengakomodasi empat pihak yang berkepentingan dalam Balance Score Card, ada beberapa langkah yang dapat diikuti: 1. Identifikasi pihak yang berkepentingan Tentukan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dan pengaruh terhadap organisasi. Hal ini dapat mencakup pelanggan, pemegang saham, karyawan, mitra bisnis, masyarakat, dan regulator. Pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan, harapan, dan perspektif pihak- pihak ini menjadi dasar dalam menyusun sasaran strategi yang relevan. 2. Tentukan perspektif yang sesuai Dalam Balance Scorecard, terdapat empat perspektif utama yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Sesuaikan perspektif-perspektif ini dengan kebutuhan pihak-pihak berkepentingan yang telah diidentifikasi. Misalnya, untuk pihak pelanggan, fokus pada perspektif pelanggan dengan menetapkan sasaran yang terkait dengan kepuasan pelanggan, retensi, atau pangsa pasar. 3. Identifikasi sasaran strategis Berdasarkan perspektif yang telah ditetapkan, identifikasi sasaran strategis yang akan mencerminkan kepentingan dan harapan dari masing-masing pihak berkepentingan. Sasaran strategis ini haruslah spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan memiliki batas waktu yang jelas. Misalnya, untuk perspektif pelanggan, sasaran strategis dapat berupa peningkatan tingkat kepuasan pelanggan sebesar X% dalam jangka waktu tertentu. 4. Mengaitkan sasaran dengan indikator kinerja Setiap sasaran strategis harus dikaitkan dengan indikator kinerja yang relevan. Indikator kinerja ini akan digunakan untuk mengukur kemajuan dan pencapaian sasaran strategis. Pastikan indikator kinerja yang dipilih dapat memberikan informasi yang bermanfaat tentang pencapaian tujuan dan memenuhi kebutuhan pihak-pihak berkepentingan. Misalnya, untuk sasaran peningkatan kepuasan pelanggan, indikator kinerja dapat berupa skor kepuasan pelanggan, jumlah keluhan, atau tingkat retensi pelanggan. 5. Tetapkan target kinerja Setelah mengaitkan sasaran dengan indikator kinerja, tetapkan target kinerja yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu. Target ini haruslah ambisius namun realistis, dan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja. Misalnya, untuk peningkatan kepuasan pelanggan, target dapat berupa peningkatan skor kepuasan pelanggan sebesar X poin dalam setahun. 6. Komunikasikan sasaran strategi Sosialisasikan sasaran strategi kepada seluruh organisasi dan pihak- pihak berkepentingan terkait. Pastikan semua pihak memahami sasaran strategi yang telah ditetapkan dan mengerti pentingnya peran mereka dalam mencapai sasaran tersebut. D. Indikator Empat Perspektif Balance Score Card Dalam menyusun sasaran strategi yang mengakomodasi empat pihak yang berkepentingan dalam Balance Scorecard, ada beberapa langkah yang dapat diikuti. Namun perlu diperhatikan bahwa indikator yang digunakan dalam Balance Scorecard akan sangat bergantung pada jenis organisasi, industri, dan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, penting untuk memilih indikator yang relevan dengan strategi dan kebutuhan unik organisasi Anda. Berikut adalah langkah-langkah yang relevan: 1. Perspektif Finansial: Pendapatan bersih: Total pendapatan setelah dikurangi biaya operasional. Laba bersih: Selisih antara pendapatan bersih dan biaya-biaya lainnya. Return on Investment (ROI): Persentase laba yang dihasilkan dari investasi. Pertumbuhan pendapatan: Peningkatan persentase pendapatan dari tahun ke tahun. Tingkat pengembalian modal: Persentase keuntungan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan. 2. Perspektif Pelanggan: Tingkat kepuasan pelanggan: Survei atau evaluasi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Tingkat retensi pelanggan: Persentase pelanggan yang tetap setia dalam jangka waktu tertentu. Pangsa pasar: Persentase pasar yang dikuasai oleh perusahaan dibandingkan dengan pesaing. Waktu respons pelanggan: Waktu yang diperlukan untuk merespons permintaan atau keluhan pelanggan. Tingkat keluhan pelanggan: Jumlah keluhan yang diterima dari pelanggan dalam periode waktu tertentu. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal: Tingkat efisiensi operasional: Misalnya, rasio produksi per jam atau biaya produksi per unit. Tingkat kualitas produk atau layanan: Persentase produk atau layanan yang memenuhi standar kualitas. Waktu siklus proses: Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proses bisnis. Tingkat inovasi: Jumlah ide baru yang diimplementasikan atau produk baru yang diluncurkan. Tingkat kesalahan atau cacat: Jumlah kesalahan atau cacat dalam proses produksi atau layanan. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Tingkat keterlibatan karyawan: Survei untuk mengukur tingkat keterlibatan dan kepuasan karyawan. Tingkat pelatihan dan pengembangan karyawan: Jumlah pelatihan atau program pengembangan yang diikuti oleh karyawan. Tingkat retensi karyawan: Persentase karyawan yang tetap bekerja dalam jangka waktu tertentu. Tingkat penggunaan teknologi: Misalnya, persentase implementasi teknologi baru atau tingkat adopsi teknologi terkini. Tingkat inovasi karyawan: Jumlah ide inovatif yang diajukan oleh karyawan. E. Ukuran Akurat dalam Mengukur Key Performance Indicators Key Performance Indicators (KPIs) adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur indikator masing-masing perspektif dalam Balance Scorecard secara akurat. Penting untuk memastikan bahwa ukuran yang dipilih sebagai KPI adalah akurat, terukur, relevan, dan dapat diandalkan. Hal ini memastikan bahwa data yang diperoleh dari KPI dapat memberikan informasi yang berharga dalam mengukur kemajuan dan pencapaian tujuan organisasi. Berikut adalah penjelasan mengenai ukuran yang akurat untuk masing- masing perspektif: 1. Perspektif Finansial: Ukuran akurat untuk pendapatan bersih dapat berupa laporan keuangan yang mencakup semua pendapatan dan biaya yang relevan. Laba bersih dapat diukur dengan menghitung selisih antara pendapatan bersih dan biaya-biaya operasional. ROI dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan total investasi dan mengalikannya dengan 100 untuk mendapatkan persentasenya. Pertumbuhan pendapatan dapat diukur dengan membandingkan pendapatan dari tahun ke tahun. Tingkat pengembalian modal dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan modal yang diinvestasikan. 2. Perspektif Pelanggan: Tingkat kepuasan pelanggan dapat diukur dengan menggunakan survei kepuasan pelanggan atau skala penilaian yang relevan. Tingkat retensi pelanggan dapat dihitung dengan membagi jumlah pelanggan yang tetap setia dengan total jumlah pelanggan dan mengalikannya dengan 100. Pangsa pasar dapat diukur dengan membandingkan pangsa pasar perusahaan dengan total pasar yang relevan. Waktu respons pelanggan dapat dihitung dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk merespons permintaan atau keluhan pelanggan. Tingkat keluhan pelanggan dapat diukur dengan menghitung jumlah keluhan pelanggan yang diterima dalam periode waktu tertentu. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal: Ukuran akurat untuk tingkat efisiensi operasional dapat berupa rasio produksi per jam atau biaya produksi per unit yang terdokumentasi dengan baik. Tingkat kualitas produk atau layanan dapat diukur dengan menggunakan metode pengendalian kualitas seperti jumlah cacat atau tingkat reklamasi. Waktu siklus proses dapat diukur dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proses bisnis dari awal hingga akhir. Tingkat inovasi dapat diukur dengan menghitung jumlah ide baru yang diimplementasikan atau produk baru yang diluncurkan. Tingkat kesalahan atau cacat dapat diukur dengan menghitung jumlah kesalahan atau cacat dalam proses produksi atau layanan. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Tingkat keterlibatan karyawan dapat diukur dengan menggunakan survei keterlibatan atau tingkat kehadiran dan partisipasi karyawan. Tingkat pelatihan dan pengembangan karyawan dapat diukur dengan menghitung jumlah pelatihan atau program pengembangan yang diikuti oleh karyawan. Tingkat retensi karyawan dapat dihitung dengan membagi jumlah karyawan yang tetap bekerja dengan total jumlah karyawan dan mengalikannya dengan 100. Tingkat penggunaan teknologi dapat diukur dengan melihat tingkat adopsi teknologi baru atau penggunaan peralatan dan sistem yang relevan. Tingkat inovasi karyawan dapat diukur dengan menghitung jumlah ide inovatif yang diajukan oleh karyawan dan diimplementasikan. F. Ff G. Langkah Perbaikan Perbaikan berkelanjutan melibatkan komitmen dan kolaborasi dari seluruh tim serta adopsi pendekatan yang terstruktur dan terarah. Dengan Langkah perbaikan dalam mencapai target, organisasi dapat memperbaiki kinerja mereka dan mencapai keinginan pihak yang ingin dipuaskan. 1. Identifikasi masalah dan kelemahan Analisis secara menyeluruh terhadap proses, sistem, dan area kerja yang ada untuk mengidentifikasi masalah dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Dapat dilakukan melalui evaluasi kinerja, analisis data, dan umpan balik dari pelanggan dan karyawan. 2. Prioritaskan perbaikan Tetapkan prioritas berdasarkan dampak dan urgensi masalah yang diidentifikasi. Fokus pada area yang memiliki potensi untuk memberikan perbaikan yang signifikan terhadap pencapaian target. 3. Rancang rencana perbaikan Buat rencana tindakan yang jelas dan terstruktur untuk setiap area yang membutuhkan perbaikan. Tetapkan tujuan yang spesifik, langkah- langkah yang harus diambil, sumber daya yang dibutuhkan, dan tenggat waktu yang realistis. 4. Implementasikan tindakan perbaikan Lakukan langkah-langkah perbaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sosialisasikan perubahan kepada tim terkait dan pastikan pemahaman dan keterlibatan mereka dalam mengimplementasikan perbaikan tersebut. 5. Monitor dan evaluasi Pantau pelaksanaan tindakan perbaikan secara teratur untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil berjalan sesuai rencana. Gunakan indikator kinerja yang relevan untuk mengukur kemajuan dan pencapaian target. Identifikasi hambatan atau masalah yang muncul selama proses dan lakukan penyesuaian jika diperlukan. 6. Lakukan perbaikan berkelanjutan Proses perbaikan harus berkelanjutan dan terus menerus. Analisis hasil, pelajari peluang perbaikan yang ada, dan terus beradaptasi dengan perubahan lingkungan atau kebutuhan bisnis. Libatkan seluruh tim dalam mengusulkan perbaikan dan berbagi pengetahuan untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan. 7. Evaluasi ulang dan perbarui target Secara berkala, evaluasi ulang target yang telah ditetapkan dan pastikan bahwa mereka tetap relevan dengan tujuan organisasi. Sesuaikan target jika diperlukan berdasarkan perkembangan dan perubahan yang terjadi.