Artikel Moh Juhdi - Ok
Artikel Moh Juhdi - Ok
Artikel Moh Juhdi - Ok
FEMINISME RADIKAL
GENDER WARS; SEX AS A MEDIA OF CONQUERATION IN THE PERSPECTIVE OF
RADICAL FEMINISM
Moh. Juhdi
Dr. Taufik Dermawan, M.Hum
Dr. Karkono, S.S.,MA
Abstract: This study aims to describe and describe how women carry out reactions and
actions to conquer men who have so far considered women as weak so that women
experience violence both in the household and in the public sphere. The research method
used in this study is descriptive qualitative, which is a method used to collect data which
is then analyzed by thoroughly and thoroughly describing the problem to be solved. The
results of the study show that sexuality has become a medium for rebellion and at the
same time a medium for women's subjugation of the patriarchy, which has so far looked
down on women.
1
PENDAHULUAN wacana kritis atas fenomena laki-laki
Karya sastra merupakan karya dan perempuan tidak terlepas dari
imajinatif yang dibangun dari realitas nostalgia yang terbangun melalui
social dalam sekumpulan fenomena sistem kultural sehingga tidak ada
masyarakat melalui kontemplasi atau ruang untuk meperbaikinya.
perenungan yang didasarkan Jensen, (2017:4) menyatakan
berdasarkan pengalaman pengarang bahwa budaya dalam patriarki yang
baik secara individual maupun menjebak kita dalam perjuangan tak
kelompok, sehingga karya sastra bisa berujung untuk kontrol, dominasi dan
memberikan nilai tawar yang lebih penaklukan. Masalahnya bukanlah
sesuai dengan fungsi sastra itu sendiri kegagalan saya untuk memenuhi
terhadap perkembangan budaya standar maskulinitas tetapi sifat racun
masyarakat saat ini. maskulinitas dalam patriarki. Dan
Karya sastra tidak hanya sebatas melalui feminisme, saya menjadi
tulisan yang bergulat dengan makna mengerti bahwa cara saya digunakan
dan metafor akan tetapi karya sastra sebagai seorang anak anak laki-laki
memberikan ruang diskursus yang luas dan orang dewasa lain bukanlah hasil
dan bebas terhadap wacana dari kelemahan atau kegagalan saya
kebudayaan yang berkembang dalam tetapi semua ini adalah produk dari
konteks ini maka pengarang dikatakan sistem seks/gender brutal patriarki
sebagai seseorang yang mempunyai yang menseksualisasikan dominasi dan
kepekaan rasa social dan ketajaman subordinasi.
pikiran (sense of crisis) sebab Sejak zaman Renaisans dunia
pengarang selalu merekonstruksi dibentuk sedemikian rupa dengan
wacana kebudayaan dan selalu manusia yang mencoba membebaskan
membuka jalan di antara kebuntuan. dirinya dari hukum alam bahkan dari
Puisi yang dihadirkan dalam hukum kekudusan, dari sini manusia
wacana kritis Thahyadi (2022:17) membentuk alam sampai pada tingkat
mengatakan bahwa Puisi bukan hanya penguasaan patriarki, dan hal ini
persoalan estetika, melainkan juga menjadi warisan dari genarisi ke
persoalan kewacanaan yang generasi.
dihadirkan oleh seorang penyair Feminisme mencoba untuk
sekaligus untuk mengkomunikasikan pembebasan manusia terhadap nilai-
gagasan dan ide seorang penyair, nilai dan mengubah konfigurasi sistem
untuk menyampaikan gagasan dan ide nilai kebudayaan patriarki yang
yang berkaitan dengan ketabuan ini mulanya budaya maskulinitas yang
membutuhkan keberanian. Sebab dikuasai oleh nilai-nilai agama dan
persoalan yang diangkat adalah estetik menjadi kebudayaan yang
persoalan kelamin yang terstruktur didasari oleh ilmu pengetahuan akan
dan dibangun melalui sistem kultural kesteraan antar laki-laki dan
yang sangat kuat. perempuan baik dalam ranah privat
Dalam kebudayaan yang maupun dalam ranah publik. Hal ini
dibangun dari berbagai macam sudut sangat besar dampaknya terhadap
pandang akhirnya memberikan perkembangan pemikiran dan
pencerahan yang baru atas pembentukan karakter manusia
perkembangan zaman bahkan atas bahkan terhadap kepekaan social
kesadaran diri kita sendiri, mungkin dalam hal kesetaraan gender.
2
Keamanan, usaha, bahkan jalan dalam
Seiring dengan perkembangan menentukan nasibnya.
ilmu pengetahuan dan ekonomi yang Anshori (2019) mengatakan
menjadi dasar dari bentuk kebebasan bahwa Antologi puisi “Ngaceng” karya
kebudayaan progresif kita selaku Mashuri, secara teks bahasa yang
manusia membuat hukum agama dipilih sebagai judul adalah bahasa
menjadi absurd. Hal ini dapat kita lihat daerah Lamongan yang artinya adalah
dengan fenomena masyarakat yang tidak jauh dengan persoalan
selama ini menjadikan kepentingan perkelaminan dan di dalam teks puisi,
pribadi adalah segala-galanya bahkan diksi-diksi yang menjadi pilihan lebih
manusia sekarang mengangkat dan kepada kata-kata yang tabu untuk
menentang sesuatu hal yang tabu, diwacanakan dalam tataran publik,
misalnya persoalan seksualitas. namun secara tidak sadar justru kata
Dalam hal ini masyarakat dalam imaji inilah yang melahirkan
“modern” memberikan persoalan yang nuansa baru untuk menjadi wacana
cukup serius terhadap wacana dalam realitas publik untuk saat ini.
seksualitas bahkan hal itu sering kali Ketegangan sekaligus fantasi
menjadi perbincangan yang menarik di yang dihadirkan oleh seorang Mashuri
manapun saja misalnya di warung membuka ruang terhadap persoalan
kopi, di trotoar, atau di temapt-tempat perempuan yang selama ini dianggap
yang lain. sebagai objek seksual oleh kaum laki-
Kate Millet (2000:2) mengatakan laki.
bahwa seks adalah bagian dari politik Berdasarkan persoalan yang ada
untuk menguasai tubuh perempuan. di dalam puisi-puisi Mashuri persoalan
konsep politik seksual. Konsep politik objektivikasi seksual yang berkaitan
seksual (Sexual Politics) Kate Millet dengan wacana perkelaminan
dianggap penting dan sesuai untuk memberikan perbedaan terhadap
dimanfaatkan dalam penelitian puisi perkembangan Kesusastraan
antologi “Ngaceng” karya mshuri ini khususnya dalam konteks perpuisian
(Kuswandarti, 2016:3). Sebab di Indonesia, berbeda dengan novel-
Pernyataan dalam tulisan ini yang novel yang dihadirkan sebagai
menjadi ketika harus muncul gerakan pertentangan terhadap persoalan
feminisme, akan tetapi masyarakat realitas social seperti novel saman
modern kalangan perempuan karya Ayu Utami, Cerpennya Jenar
gerakannya menyuarakan tuntutan mahesa Ayu dengan tema-tema yang
terhadap kedudukan perempuan harus cukup dibilang berani dan vulgar. Akan
disamaratakan dengan kaum laki-laki, tetapi berbeda dengan struktur Puisi
dengan alasan bahwa selama ini kaum yang memiliki kekentalan akan kata.
perempuan terhegemoni, Ketika mewacanakan persoalan
terdiskriminasi oleh kaum patriarki. seksualitas yang tergambar adalah
Dalam konteks ke-Indonesia-an, kekerasan terhadap perempuan
kaum perempuan (feminisme) sebagaimana yang telah disampaikan
mengatakan bahwa kaum perempuan oleh Cunningham dalam
tidak hanya bergulat di atas rajang dan Kusumaningrum (2020:194)
dapur akan tetapi perempuan juga memaparkan bahwa Pernikahan
memiliki hak atas dirinya sendiri. adalah satu hal yang paling dikritisi
dan dapat dikatakan pernikahan
3
adalah ‘andalan’ karya sastra berlatar kualitatif artinya yang menganalisis
era Victoria, sebagaimana hukum bentuk deskripsi, tidak berupa angka
pernikahan di Inggris yang sangat atau koefisien tentang hubungan antar
mendiskreditkan perempuan, bahkan variabel. Penelitian kualitatif
pernikahan dianggap sebagai sistem melibatkan ontologis. Data yang
untuk superioritas laki-laki dan bentuk dikumpulkan berupa kosakata,
dari sikap penundukan perempuan. kalimat, dan gambar yang mempunyai
Sungkowati (2013:59) arti.
mengatakan kritik sastra feminis mulai Pengumpulan data di lakukan
merambah wilayah yang lebih luas dengan teknik Membaca, memahami
dalam kaitannya dengan masyarakat data primer serta mempelajari
karena perempuan sebagai manusia literatur, referensi atau kepustakaan
hidup di tengah masyarakat lain yang mempunyai korespodensi
bersanding dengan kaum laki‐laki. dan menunjang terhadap persoalan
Kajian feminis kemudian diarahkan penelitian ini, dan melakukan analisis
pada upaya mempertanyakan kembali naskah antologi puisi yang berjudul
asumsi-asumsi teoritis yang telah ”Ngaceng” Karya Mashuri.
diinternalisasi oleh masyarakat dengan
kecenderungan mebaca dan menulis HASIL DAN PEMBAHASAN
yang didasarkan pada pengalaman Eksplorasi Tubuh Perempuan
laki‐laki. Untuk melihat hal itu secara Melihat perempuan adalah tubuh
lebih adil, kajian feminis kemudian atau fisik, munculnya kekerasan
membuka diri dan memperkaya terhadap perempuan penyebab
kajiannya dengan teori‐teori yang utamanya adalah tubuh, sebab tubuh
dapat memecahkan masalah tersebut. perempuan seringkali dipandang
Teori yang memberikan sumbangan sebelah mata, khsusnya dalam ranah
besar terhadap kajian feminis ini, keluarga. Dalam tatanan keluarga
antara lain teori dekonstruksi yang aktivitas perempuan dianggap tidak
menolak adanya makna sentral bisa mengangkat harkat dan martabat
Perempuan keluarga, hal ini dikarenakan aktivitas
Berdasarkan permasalahan di perempuan dengan tugas utamanya
atas maka dalam penelitian ini hanya untuk melayani suami,
dirumuskan fokus pembahasannya memasak, dan melahirkan dan
pada ekplorasi tubuh perempuan dan mengurus anak. Persoalan ini
perang gender: seks sebagai media seringkali dipandang sebelah mata
penaklukan dalam perspektif oleh kaum patriarki. Sehingga dalam
feminisme radikal. pemikiran kaum patriarki dalam
struktur keluarga yang paling berkuasa
METODE adalah laki-laki. Sehingga perempuan
Penelitian ini menggunakan dalam struktur keluarga
metode deskriptif kualitatif. Jenis termarjinalkan seolah-olah perempuan
penelitian ini menghasilkan data terasingkan dalam ruang privatnya.
deskriptif berupa kata-kata tertulis Perlakuan seorang suami
atau lisan dari orang-orang dan terrhadap istrinya dalam struktur
perilaku yang diamati. Kualitatif dalam keluarga yang lebih didominasi oleh
prosedur penelitian dapat dikatakan laki-laki menjadi persoalan tersendiri
juga sebagai metode deskriptif butuh penguraian dan konsentrasi
4
yang sangat serius untuk memahami, mencapai hasrat kepuasan biologis
peristiwa kekerasan dalam rumah yang dirangsang oleh budaya
tangga menjadi wacana seriuas dalam industrialisasi-kapitalis, namun dalam
persoalan domistik. Dan perempuan hal ini perempuan masih tetap
menjadi bagian terpenting dalam dipandang sebagai alat produksi.
persoalan ini, karena objek kekerasan Di balik tubuh perempuan yang
tersebut bukan hanya bentuk tekanan dianggap lemah memiliki kelebihan
secara idiologis akan tetapi persoalan untuk dijadikan kekuatan dalam kasus
utamanya adalah tubuh. ini. Secara tidak langsung tubuh
tubuh perempuan menjadi pintu perempuan menegaskan bahwa
masuk dari berbagai persoalan yang perempuan selalu memiliki kekuatan
muncul. Baik dalam ranah privat magis untuk selalu mendorong laki-
maupun dalam ranah publik. Di dalam laki melakukan hubungan seksual
ranah privat sering kali muncul (fetishisme), hal ini dapat ditemukan
kekerasan yang didasarkan pada dalam wacana dekonstruksi seksual.
persoalan tugas, fungsi yang terlihat Sebuah hegemoni sosial.
sepele serta postur tubuh perempuan laki-laki dan perempuan selalu
yang terlihat lemah lembut perempuan bergantian mendi subjek dan objek
sering mengalami intimidasi atas dalam pertarungan gender, perempuan
dominasi laki-laki. Sifat dan sikap sebagai objek dalam bentuk pemuasan
perempuan yang lemah lembut nafsu seorang laki-laki sehingga
ditafsirkan sebagai mahluk yang lemah lahirlah sebuah wacana kekerasan seks
yang diciptakan sebagai alat pemuas terhadap perempuan.
nafsu laki-laki. Sementara disisi lain dapat kita
“Seorang perempuan telah menjadi temukan bahwa di balik kelemahan
perahu seorang perempuan, ada kekuatan
telah menjadi lautan yang dapat menaklukkan seorang laki-
dan aku berharap hujan laki sehingga kaum laki-laki harus
sepeti kemarin bertekuk lutut terhadap perempuan.
Mungkin hanya sebagai lukisan “aku bercerita padamu tentang ular-
lalu memasang nama ;Eva ular, di pematang
Tapi aku ingat payudara, liang di ladang, juga di hamparan rumputan,
peranakan lalu aku
lalu gunung-gunung dan sebuah bertanya:
panorama “sudahkah kau bisa membaca” tapi kau
atau tembang alam mengajakku
tentang persenggamaan kupu-kupu” bercinta
………… Ngaceng (Hal 1-2) padahal aku sudah berkali-kali
mencintaimu
Mungkin sudah kodratnya di lemari, di buku, bahkan di sudut-
seorang perempuan yang memiliki sudut pisau
sikap lemah-lembut dengan yang mengkerucut ke susu
keterbatasan akan kemampuan dalam
bertidak dan bersikap mungkin kau sudah bisa membaca,
Begitu kerasnya kebudayaan sehingga kau
progresif dalam membetuk karakter bolak_balik
dan psikologis seseorang dalam
5
halaman itu, lalu kau sorongkan satu Tubuh perempuan yang
pilihan diekplorasi sedemikian rupa oleh
meski pisau, mawar, juga sajak-sajak struktur social, baik dalam ranah
samar privat maupun dalam ranah publik,
kutawarkan ke nampanmu: agar yang seringkali mengalami intimidasi
sesajiku bergetar dan kekerasan, baik kekerasan fisik,
melewati dada, lalu kau tutup jendela, seksual, reporduksi, dan lainnya. Maka
kaungsikan perempuan mencoba bangkit dan
anak-anak meneriakaan atas nama kebebasan
ke balik semak, sebab pertempuran tubuhnya. Melalui tubuhlah
bakal segera perempuan mengalami kekerasan
meledak” namun dengan tubuhlah perempuan
................ Membaca Ular di Kepala melakukan pembebasan dari strutur
(hal 141-142) patriarki, dan hegemoni laki-laki.
“Tapi aku ingat payudara, liang
Seks Sebagai media Penaklukan peranakan
Tubuh yang lemah lembut dari lalu gunung-gunung dan sebuah
seorang perempuan justru menjadi panorama
daya tarik tersendiri sehingga memiliki atau tembang alam
daya magis untuk menyihir mata laki- tentang persenggamaan kupu-kupu”
laki. Akan tetapi persoalan yang hadir ………… Ngaceng (Hal 1-2)
terhadap perempuan justru tubuhnya Tubuh yang menggiurkan, warna
terekploitasi secara fisik dalam ranah yang bersinar cerah dan rerumputan
domistik. (kekerasan dalam rumah yang bersemai di antara selangkangan
tangga) atau pun di ranah publik adalah senjata yang dapat
(Eksploitasi dalam bidang ekonomi) menaklukkan laki-laki. Fenomena ini
tapi lebih dari pada itu, eksploitasi hanya saja masih tertutup oleh
terhadap perempuan kini merambah ketabuan sebagai bentuk
dalam segala bidang kehidupan. Ketika pemberontakan perempuan terhadap
rumah tangga dan dunia kerja tidak bentuk kekerasan seks oleh kaum
cukup membuat kelompok lain patriarkal.
diuntungkan, maka eksploitasi itu Perempuan selalu dianggap
dimainkan dalam arena yang lebih sebagai kaum yang lemah dan
halus dan terkesan eksklusif, ekploitasi dipandang sebelah mata oleh laki-laki.
kini hadir dalam bentuk wajah baru Untuk memahami perang hegemoni
pada tiap sisi kehidupan bahkan tubuh laki-laki atas perempuan didasarkan
perempuan, hal ini menjadi bentuk pada perang jenis kelamin atau fungsi
penindasan baru dengan gaya dari reproduksi perempuan yang
kapitalis. Bagitu mulusnya jalan dilatarbelakangi oleh kondisi fisik
kapitalisme pasar menuju budaya (tubuh) perempuan.
konsumen yang ingin diwujudkan, dan Berdasarkan asumsi masyarakat
lagi-lagi perempuan yang menjadi seorang perempuan harus tunduk dan
sasaran dengan rekayasa pencitraan patuh terhadap suaminya jika tidak
yang mereka ciptakan, maka tidak tunduk terhadap suaminya maka
jarang perempuan menjadi objek seorang perempuan dianggap sebagai
kapitalisme. pembangkang terhadap norma-norma
6
yang berlaku baik norma masyarakat, sahwat, juga jarak di antara dau paha
agama, bahkan Negara. alangkah tuak dunia, saat seprei
Sungguh perempuan dihadapkan dihamparkan
dengan persoalan yang cukup serius dan kita bermain dakon
dan controversial sehingga posisi semalam
perempuan berada dalam keadaan ah, alangkah…..
dilematis dan sangat sulit untuk ……………………. Dilarang Kencing,
dicarikan solusinya. Kecuali Anjing (Hal:79-80)
Memang, secara sepihak jika
harus menghadirkan paham feminis Ternyata Ilmu pengatahuan
ditengah masyarakat yang masih (perindustrian dan tekhnologi) telah
merasa tabu akan semua persoalan ini mengantarkan kita pada sebuah pintu
maka persoalan tersebut akan menjadi yang menuju ruang yang begitu luas
tambah rumit meskipun kebanyakan dan sekarat. Dalam kehidupan kita
kaum perempuan menyetujui gerakan sehari-hari sering kali terjebak dengan
feminisme, disadari atau tidak. Sebab dunia mode yang bermunculan di
bentuk pemberontakan kaum televisi, internet, media cetak ataupun
perempuan terhadap kaum laki-laki media massa yang lainnya. Sehingga
yang bisa dilakukan oleh kaum cara berpikir kita terkontaminasi oleh
perempuan adalah dengan membawa budaya progresif yang lebih
laki-laki kedalam halusinasi alam menekankan pada persoalan
bawah sadarnya dan sampai libido materialisme-industrialis.
seorang laki-laki memuncak sehingga Sejak zaman Renaisans
pada akhirnya seorang laki-laki harus kebebasan manusia dalam berpikir
bertekuk lutut di hadapan seorang dibentuk baik kebebasan berideologi,
perempuan. Memang perempuan bertindak bahkan kebebasan dalam
secara biologis kalah terhadap laki-laki menentukan nasibnya sendiri. Seiring
begitu juga dalam struktur social dengan perkembangan dan kemajuan
perempuan tetap berada di nomor dua. zaman dan ketika semua disajikan
…… secara vulgar maka manusia tidak lagi
tapi kita masih sering terbuai kenal dengan kontemplasi, intuisi
oleh papan peringatan sehingga kepentingan manusia dan
: dilarang kencing di sini, kecuali anjing! kebutuhan manusia tersajikan secara
meski sekujur tubuh berbulu, lidah tak instant.
berbilang Dari persoalan inilah kemudian
dan taring berliur di sepanjang jalan manusia sampai pada titik kejenuhan
dan salak bergerak dari kubur ke kubur pada setiap aktivitas sehari-hari, di
mengenal liang dari hidung, farji mana manusia modern selalu mencari
sampai dubur kepuasan akan dirinya baik lahir
dan suara-suara kita ataupun batin. Dan dari sini kekerasan
serupa igau yang melampau ke waktu seks kerap kali terjadi, penindasan
ketika kita bercakap tanpa bahasa terhadap kaum perempuan, bahkan
kecuali dengan riuh tubuh pencabulan anak di bawah umur. Yang
setubuh kemudian merangsang gerakan
feminisme radikal, marxis,
ah, alangkah sengak segala; semisal psikoanalisis, sosialis dan gerakan
dengan kita- dibebalkan usia perempuan yang lainnya yang
7
menuntut hak seorang perempuan atas melingkupi norma keluarga. Sehingga
perlakuan laki-laki terhadap tubuhnya pengkultusan dari gerakan feminisme
harus muncul. radikal persoalan seksualitas menjadi
Sekilas kita memandang terhadap ranah privat yang tidak lagi tabu dan
fenomena masyarakat di sekitar kita bisa dikonsumsi oleh publik.
dan dapat ditarik kesimpulan bahwa Kebebasan seks tidak hanya menjadi
disatu sisi kehidupan kita tidak bisa konsumsi dalam ranah domistik akan
menghindar bahkan menolak dari yang tetapi perempuan berhak menentukan
namanya budaya progresif (modern) dengan siapa akan berhubungan. Baik
sebab kita juga sebagai konsumtif dari dangan laki-laki mapun dengan sesame
budaya modern itu sendiri bahkan kita perempuan (lesbi).
merupakan bagian di dalamnya dan
bentukan dari budaya modern. Akan DAFTAR PUSTAKA
tetapi disisi lain kita tidak harus Kate Millet, (2000). Sexsual Politic,
membuang budaya adiluhung (tradisi). New York: doubleday
Dalam artian kita selaku manusia yang Robert Jensen. (2017). The End of
hidup dan dibentuk oleh tekhnologi Patriarchy: Radical Feminism for
harus bisa memfilter budaya progresif Men. Spinifex Press.
dan mengambil sebagian yang bisa kita Sungkowati, Yulitin 2013. Perempuan
ambil manfaatnya tanpa meninggalkan Perempuan Pengarang Jawa
tradisi yang baik. Timur (Kajian Feminis).
Atavisme, Vol. 16, No. 1, Edisi
Juni 2013: 57—69
Simpulan Kusumaningrum, Ayu Fitri. (2020).
gerakan feminisme yang Symbolic Annihilation Terhadap
beranggapan bahwa seks adalah Tiga Tipe Perempuan Era Victoria
persoalan yang paling mendasar dan Dalam Hetty Feather Karya
tidak dapat direduksi menjadi poros Jacqueline Wilson. Atavisme, 23
organisasi sosial. Fokus pada seks (2), 2020, 189-205
sebagai prinsip pengatur kehidupan Kuswandarti. Yuni. (2016) Politik
sosial dimana relasi gender Seksual Dalam Novel Lemah
sepenuhnya dipengaruhi oleh relasi Tanjung, Pecinan Kota Malang,
kekuasaan. Gerakan ini mencoba untuk Dan 1998 Karya Ratna
mengangkat persoalan yang tabu yang Indraswari Ibrahim. Jurnal
benar-benar terjadi di hadapan mata, Lakon, 5 (1) 2016 (1-14)
namun dibiarkan begitu saja. Thayadi Indra. 2022. Analisis Struktur
kekeerasan dalam ranah privat dan Wacana Teks Puisi Karya
publik khususnya masalah seksualitas. Mashuri Di Harian Kompas;
Gerakan feminisme radikal menjadi Jurnal Kelasa Vol 17, No 1 (2022)
gerakan perempuan yang tidak lagi Ansori. Fatah, (2020). Ngaceng-Nya
memperhatikan rambu-rambu Mashuri: https://sastra-
kehidupan. Perempuan tak lagi indonesia.com/2020/03/ngacen
memperhatikan norma agama, social, g-nya-mashuri/
maupun norma masyarakat yang