Learning Journal Etika Publik A.N Her Afriy ST (Kelas A)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

PENUGASAN LEARNING JOURNAL

Widyaiswara: Hj. Yuniarti Ramli, SE., M.Si

LEARNING JOURNAL
Program Pelatihan Pelatihan Dasar CPNS
Angkatan CPNS 2018
Nama Mata Pelatihan ETIKA PUBLIK
Nama Peserta Her Afriyandi, ST
Nomor Daftar Hadir
Lembaga Penyelenggara Pelatihan BPSDM Provinsi Riau

A. Pokok pikiran

Kode Etik dan Perilaku Pejabat Publik

1. Pemahaman Konsep Etika Publik, terdiri dari dua sub materi pokok yaitu :

Pengertian Etika :
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang
harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan
moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang
seharusnya dilakukan.

2. Pengertian Kode Etik :


Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.

3. Kode Etik Aparatur Sipil Negara

Berdasarkan UU ASN, beberapa Kode Etik dan Kode Perilaku ASN yakni
sebagai berikut :
 Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi.
 Melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin.
 Melayani dengan sikap hormat, sopan dan tanpa tekanan.
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
 Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintah.

Selanjutnya Nilai-Nilai Dasar Etika Publik beberapa diantaranya ialah:

 Memegang taguh nilai-nilai dalam ideology Negara Pancasila.


 Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak.
 Membuat keputusan bersdasarkan prinsip keahlian.
 Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
 Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
 Mendoorong kesetaraan dalam pekerjaan.
 Meningkatkan efektivitas system pemerintahan yang demokratis sebagai
system perangkat karir.
4. Definisi dan Lingkup Etika Publik

Fokus utama dalam pelayanan publik :


 Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan;
 Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam
menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi.
 Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.

5. Dimensi Etika Publik

 Dimensi Kualitas Pelayanan Publik


 Dimensi Modalitas
 Dimensi Tindakan Integritas Publik

6. Tuntutan Etika Publik dan Kompetensi

Pelayanan Publik yang profesional membutuhkan tidak hanya kompetensi


teknik dan leadership, namun juga kompetensi etika. Tanpa kompetensi etika,
pejabat cenderung menjadi tidak peka, tidak peduli dan diskriminatif, terutama
pada masyarakat kalangan bawah.
7. Perilaku Pejabat Publik
Sebagian besar pejabat publik, baik di pusat maupun di daerah, masih
mewarisi kultur kolonial yang memandang birokrasi hanya sebagai sarana untuk
melanggengkan kekuasaan dengan cara memuaskan pimpinan.
Oleh karena itu perlu ada perubahan mindset dari seluruh pejabat publik.
Perubahan mindset ini merupakan reformasi birokrasi yang paling penting,
setidaknya mencakup tiga aspek penting yakni: Pertama, berubah dari penguasa
menjadi pelayan; Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga,
menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus
dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.
Perubahan mindset yang juga harus dilakukan adalah perubahan sistem
manajemen, mencakup kelembagaan, ketatalaksanaan, budaya kerja, dan lain-
lain untuk mendukung terwujudnya good governance.

Bentuk-Bentuk Kode Etik dan Implikasinya


1. Pentingnya Etika dalam Urusan Publik
Pemahaman awam mengenai kode etik (ethical codes) biasanya merujuk
kepada kodifikasi etika publik yang berlaku di dalam profesi tertentu. Namun
bagi PNS yang merupakan jabatan generik tidak ada rumusan kode etik yang
berlaku bagi semua jenis pekerjaan. Maka kode etik administrasi negara
biasanya dirujuk posisinya berada diantara etika profesi dan etika politik.
Kebutuhan profesionalisme Aparatur Sipil Negara sekarang ini menuntut
dirumuskannya kode etik yang berlaku bagi semua jenis pekerjaan sebagai
pelayan publik (public servants), rumusan kode etik harus benar-benar dipahami
dan dilaksanakan dengan baik karena memiliki ketentuan dan sistem sanksi yang
jelas.
Dengan rumusan kode etik yang baik dan diikuti sebagai pedoman bertindak
dan berperilaku, para pejabat akan melihat kedudukan mereka sebagai alat, dan
bukan sebagai tujuan. Di satu sisi, nilai-nilai sebagai pelayan publik yang
bermartabat dan luhur akan dapat dipertahankan. Dan di sisi lain, warga
masyarakat akan memiliki kepercayaan (trust) yang tinggi kepada aparatur
pemerintah karena pelayanan yang profesional dan sekaligus mengandung nilai-
nilai afeksi yang kuat.
2. Penggunaan Kekuasaan : Legitimasi Kebijakan
Kekuasaan yang memiliki legitimasi paling kuat adalah yang memenuhi
landasan legitimasi etis. Ada tiga alasan mengapa legitimasi etis ini demikian
penting. Pertama, karena landasan etis memiliki basis yang sangat kuat bagi
perilaku manusia, maka keabsahan penggunaan kekuasaan akan pasti terjamin
jika sudah memenuhi kaidah-kaidah etis. Kedua, legitimasi etis berada di
belakang setiap tatanan normatif dalam perilaku manusia. Ketiga, karena etika
tidak mendasarkan diri pada pandangan-pandangan moral de facto yang berlaku
dalam masyarakat saja, legitimasi etis tidak akan pernah dibatasi oleh ruang dan
waktu.
3. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah tercampurnya kepentingan pribadi dengan
kepentingan organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian
tujuan organisasi.
4. Sumber-Sumber Kode Etik Bagi ASN
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai
Negeri Sipil dan Anggota Angkatan Perang, Peraturan Pemerintah Nomor 21
Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil,
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun
2010 tentang Disiplin PNS, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN).
5. Implikasi Kode Etik dalam pelayanan Publik
Mengenai pelaksanaan Kode Etik dalam perilaku nyata, tergantung kepada
niat baik dan sentuhan moral yang ada dalam diri para pegawai atau pejabat
sendiri. Namun karena kode etik dirumuskan untuk menyempurnakan pekerjaan
di sektor publik, mencegah hal-hal buruk, dan untuk kepentingan bersama
dalam organisasi publik, setiap pegawai dan pejabat diharapkan menaatinya
dengan kesadaran yang tulus.

Aktualisasi Etika Aparatur Sipil Negara


Beberapa Kasus yang didalamnya perlu ditanamkan nilai-nilai etika bukan
hanya pada posisi sebagai ASN namun juga warga Negara :
1. Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Publik.
2. Absensi Kehadiran.
3. Penerimaan Tenaga Honorer.
4. Pemberian Hadiah dan Cindera Mata
5. Konflik Kepentingan dalam Pengadaan

Contoh Kasus ditempat kerja :


Kasus yang dijumpai salah satunya atasan saya langsung sering berkata yang tidak
baik (bercarut), tapi bagi kami bawahan yang sering mendengar hal tersebut sudah
biasa, takutnya karena keseringan mengucapkan kata tersebut akan terbawa kedepan
orang yang jarang mendengar hal tersebut dan akan memandang buruk terhadap atasan
saya tersebut.

Contoh Profil Tokoh :


Anies Baswedan, memilki sikap ramah dan selalu tersenyum dan mengucapkan kata-
kata yang bagus dan tidak memaki dan mencaci dengan rekan sejawat sehingga
mengimplementasikan nilai dasar etika publik ASN menghargai komunikasi, konsultasi
dan kerjasama sehingga bawahan akan bekerja dengan semangat dan tanpa tekanan.
B. Tentukan isu berdasarkan pokok pikiran diatas dan tentukan
gagasan/penerapan kegiatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik/perilaku peserta ditempat kerja.

LATIHAN
MD ETIKA PUBLIK (Hj. Yuniarti Ramli, SE., M.Si)

Unit Kerja : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Identifikasi Isu : 1. Kurangnya pengendalian pelaksanaan mutu pekerjaan di lapangan.
2. Masih rendahnya pengawasan konsultan pengawas di lapangan.

Isu Yang diangkat : Pengendalian Pelaksanaan Mutu Pekerjaan Di Lapangan


Gagasan Pemecahan Isu
1. Item Keterangan

2 Kegiatan 1 Meningkatkan Koordinasi dan Komunikasi yang


Efektif dengan Penyedia Jasa
3 Tahapan kegiatan 1. Berkomunikasi dengan baik kepada
atasan (PPTK dan KPA)dan teman sejawat
dan menerima arahan dari atasan untuk
berkoordinasi dengan pihak Penyedia
Jasa.
2. Pengecekan dan pengawasan di
lapangan.
3. Melakukan rapat evaluasi ritin bulanan
dan menanyakan kendala-kendala di
lapangan, dan mengingatkan akan
pentinganya mutu pekerjaan.
4 Output (Hasil) Terciptanya pekerjaan yang berkualitas di
lapangan sesuai spesifikasi sehingga aman dari
aparat hukum dan pekerjaan dilapangan tersebut
tidak cepat hancur sehingga tercapai umur
rencana pekerjaan.
5 Keterkaitan dg substansi Mata Akuntabilitas
Pelatihan Nasionalisme
Etika Publik (Membuat keputusan berdasarkan
prinsip keahlian)
Dalam kegiatan ini saya akan selalu melakukan
koordinasi dengan atasan (PPTK dan KPA) dengan
komunikasi yang baik maupun teman sejawat
yang terlibat dalam pekerjaan tersebut.
Apabila atasan memerintah saya berkoordinasi
dengan Penyedia Jasa, saya akan berkomunikasi
dengan baik dan tidak akan mengutamakan
kepentingan pribadi (konflik kepentingan),
berkoordinasi dengan tugas yang diberikan dan
tidak mau menerima segala bentuk gratifikasi
dan lain sebagainya. Akan berkoordinasi dalam
hal pekerjaan saja.

Komitmen Mutu
Anti Korupsi
Pelayanan Publik
Mgt ASN
Whole of Government
6 Konstribusi terhadap Visi Misi Terwujudnya sarana dan prasaran ke PU an yang
handal dan berhasil.
7 Penguatan Nilai Organisasi(manfaat Dengan pengendalian mutu pekerjaan
dari ‘keterkaitan substansi mata dilapangan akan meningkatkan Dinas PU yang
diklat terhadap Kegiatan) handal dan berhasil.
8 Analisis Dampak untuk Golongan III Kondisi sebelumnya: Masih banyak didapatakan
((Kondisi sebelum dan setelah Penyedia Jasa yang mengabaikan mutu pekerjaan
penerapan nilai dasar) dilapangan dan tidak pernah diadakan rapat
koordinasi rutin bulanan antara Pengguna Jasa
dan Penyedia jasa.
Kondisi setelahnya: Pekerjaan di lapangan sesuai
spesifikasi yang telah disepakati dan koordinasi
antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa lebih
intern dan kerjasama lebih didapatkan.
Meranti, 04 Juli 2020
Tandatangan

Her Afriyandi, ST
NIP. 19930421 201903 1 001

Anda mungkin juga menyukai