Makalah Torti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

HADIST DHAIF SEBAB SANAD TERPUTUS

Dosen pengampu :

Ahmad Sahal, Lc., M.Ag.

Di susun oleh :

1. Tirto Adi Wiyono

2. Sastro Ali

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS ILMU SYARIAH DAN USHULUDI

INSTITUT AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Tegal, 20 September 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...I

DAFTAR ISI………………………………………………………………..II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Dhaif ………………………………………………….. 2


B. Hadits Dhaif Berdasarkan Terputusnya Sanad ……….…………………………..
2,3,4,5
C. Urutan Hierarkis Antara Masing-Masing Hadits Tersebut Dilihat Dari Tingkat
Kedhaifannya……………………………………………………………………………5

BAB III PENUTUP

A.Simpulan……………………………………………………………………6
B. Saran………………………………………………………………………6
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Berdasarkan


sistematika pembagiannya, hadits dapat dilihat dari berbagai aspek, salah satunya adalah
dilihat dari segi kualitasnya.
Dilihat dari segi kualitasnya, hadits dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu hadits
shahih, hadits hasan,dan hadits dha’if. Hadist dha’if merupakan tingkatan hadist yang
tergolong lemah.
Berdasarkan sistematika pembagiaannya, hadits dha’if dapat dilihat dari segi
terputusnya sanad dan dari segi selain terputusnaya sanad. Dalam makalah
ini pemakalah hanya akan membahas pembagian hadits dha’if dari segi terputusnya
sanad.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud hadist dhaif?


2. Apa saja macam-macam hadist dha’if dilihat dari segi terputusnya sanad beserta alasan
terputusnya sanad yang menjadikan kedhaifan hadits tersebut?
3. Bagaimana urutan hierarkis antara masing-masing hadist tersebut dilihat dari tingkat
kedhaifannya?
1

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadist Dhaif


Yang dinamakan hadist dhaif, yaitu hadist yang tidak bersambung sanadnya atau
dalam sanadnya itu ada orang yang bercacat. Yang dimaksud orang yang bercacat disini
adalah rawi yang bukan Islam, belum baligh, berubah akalnya, buruk hafalannya, dituduh
dusta, biasa lalai, fasik (keluar dari batas agama), tetapi tidak sampai kepada batas kufur.
Disamping itu, hadits dhaif juga bisa disebut sebagai hadits yang kehilangan salah
satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang dapat diterima). Adapun syarat-syarat hadits
maqbul ialah rawinya adil, rawinya dhabit meskipun tidak sempurna, sanadnya bersambung,
tidak dapat suatu kerancuan, tidak terdapat ‘illat yang merusak, dan pada saat dibutuhkan
hadits yang bersangkutan menguntungkan (tidak mencelakakan).

B. Hadits Dhaif Berdasarkan Terputusnya Sanad


Maksud dari sanad terputus adalah apabila dalam periwayatan terdapat perawi yang
gugur dari rentetan sanad. Gugurnya perawi dalam sanad dapat berbeda-beda tempatnya. Ada
yang gugur dari awal, di tengah dan di akhir. Bisa juga gugurnya dibeberapa tempat secara
berurutan atau tidak berurutan.
Hadits dhoif berdasarkan terputusnya sanad terbagi menjadi tujuh bagian yaitu:
a) Hadits Mauquf
Hadis mauquf adalah adalah hadis yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrir.
Contoh hadits mauquf :
‫ اَل ِاْيَم اَن ِلَم ْن اَل َح َياَء َلُه‬: ‫َقاَل َيِزْيُد ْبُن َح اِر َثَة‬
“Yazid bin Haris berkata: Tidaklah beriman seseorang yang tidak mempunyai malu”
Disamping itu, sahabat yang menafsirkan sabda Nabi atau firman Allah, termasuklah
kepada mauquf.
b) Hadits Maqthu’
Hadis maqthu’ adalah hadis yang disandarkan kepada tabiin atau orang yang
sebawahnya, baik perkataan atau perbuatan.
Contoh hadits Maqtu’ :
‫ِم ْن َتَم اِم اْلَح ِّج َض ْر ُب ْالِج َم اِل‬
‫قاله االعمش‬
“Haji yang sempurna ialah dengan mengendarai unta.” Ini adalah perkataan dari salah
seorang tabi’in bernama A’masy.
c) Hadits Muallaq
Mu’allaq menurut bahasa adalah terikat atau tergantung. Sedangkan menurut istilah,
hadis mu’allaq adalah hadis yang seorang rawinya atau lebih gugur dari awal sanad secara
berurutan.
Contoh hadits muallaq :
‫ َك اَن الَّنِبُّى َيْذ ُك ُر َهللا على ُك ِّل َاْح واِلِه‬: ‫ قاَلْت َعائشة رضي هللا َع ْنَها‬: ‫َقاَل اْلُبَخارى‬
“Buchari berkata : Aisyah telah berkata : adalah Nabi selalu mengingat Allah pada
segala keadaanya”. (Riwayat Buchari)
2
Disini Bukhari tidak menyebutkan rawi sebelum Aisyah. Antara Buchari dengan Aisyah
ada beberapa orang yang tidak disebutkan namanya, sebab itu hadits tersebut dinamakan
Hadits Mu’allaq.

d) Hadits Mu’dhal
Adapun menurut istilah muhaditsin, hadis mu’dhal adalah hadis yang putus sanadnya dua
orang atau lebih secara berurutan.
Contoh dari hadits Mu’dhal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam
kitab “Ma’rifat Ulumil Hadits” dengan sanadnya yang terhubung kepada al-Qo’nabi dari
Malik bahwa telah sampai kepadanya bahwa Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata :
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
‫ِلْلَم ْم ُلوِك َط َع اُمُه َو ِكْس َو ُتُه بالمعروف َو ال ُيَك َّلُف ِمَن اْلَع َم ِل ِإال َم ا ُيِط يُق‬
“Hamba sahaya berhak mendapatkan makanan dan pakaiannya secara ma’ruf (yang
sesuai) dan tidak boleh dibebani pekerjaan, kecuali yang disanggupinya saja”
Al-Hakim berkata, “Hadis ini mu’dhal dari Malik dalam kitab Al-Muwatha.”
Hadis ini yang kita dapatkan bersambung sanadnya pada kita, selain Al-Muwatha’,
diriwayatkan dari Malik bin Anas dari Muhammad bin ‘Ajlan, dari bapaknya, dari Abu
Hurairah. Letak ke-mu’dhalan-nya karena gugurnya dua perawi dari sanadnya, yaitu
Muhammad bin ‘Ajlan dan bapaknya. Kedua rawi tersebut gugur secara berurutan.
e) Hadits Mursal
Secara etimologi mursal berarti ‘yang dilepaskan’. Menurut istilah, hadis mursal adalah
hadits yang dimarfu’kan (diangkat) oleh seorang tabi’i kepada Rasulullah saw, baik berupa
sabda, perbuatan dan taqrir, baik itu Tabi’i kecil ataupun besar.
Hadits Mursal adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seorang perawi sesudah
tabi’i. Maksud dari defenisi diatas dapat dipahami bahwa seorang tabi’i mengatakan
Rasulullah saw berkata demikian, den sebagainya, sementara Tabi’i tersebut jelas tidak
bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam hal ini Tabi’i tersebut menghilangkan sahabat
sebagai generasi perantara antara Rasulullah SAW dengan tabi’i.
Oleh karena itu, ditinjau dari segi siapa yang menggugurkan dan segi sifat-sifat
pengguguran hadis, hadis ini terbagi pada mursal jali, mursal shahabi, dan mursal khafi.
1. Mursal Jali, yaitu bila pengguguran yang telah dilakukan oleh rawi (tabiin) sangat jelas
untuk diketahui, bahwa orang yang menggugurkan itu tidak hidup sezaman/semasa dengan
orang yang digugurkan yang mempunyai berita.
2. Mursal Shahabi, yaitu pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, karena pada
saat itu sahabat tersebut masih kecil atau terakhir masuknya ke dalam agama Islam.
3. Mursal Khafi, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tabiin yang hidup sezaman dengan shahabi
tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadispun darinya.
Contoh hadits mursal :
‫ َبْيَننا َو َبْيَن اْلُم َناِفِقْيَن ُش ُهود اْلِع َش اِء و الُّص ْبِح‬: ‫ قال رسول هللا‬: ‫قال َسِع يٌد ْبُن اْلُمَس ّيِب و هو ِم ن الّتابعيَن‬
‫ال َيْسَتِط ْيُعونُه‬
Sa’id bin Musayyab berkata... : “Perbedaan antara kita dengan orang-orang munafik
ialah bahwa orang-orang munafik itu tidak suka (malas) mengerjakan sembahyang ‘Isya dan
Subuh”.
3
f) Hadits Mudallas
Hadis mudallas adalah hadis yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa
hadis tersebut tidak bernoda. Dengan kata lain bahwa hadits mudallas adalah hadis yang
diriwayatkan dengan tidak menyebutkan nama orang yang meriwayatkannya dan menukar
namanya dengan orang lain. Rawi yang berbuat demikian disebut mudallis. Hadis yang
diriwayatkan oleh mudallis disebut hadis mudallas, dan perbuatannya disebut dengan tadlis.

Macam-macam tadlis sebagai berikut :

1. Tadlis Isnad, yaitu bila seorang rawi yang meriwayatkan suatu hadis dari orang yang pernah
bertemu dengan dia, tetapi rawi tersebut tidak pernah mendengar hadis darinya. Agar
dianggap rawi tersebut pernah mendengarnya maka ia menggunakan lafadz ‘an
fulanin atau anna fulanan yaqulu.
Contoh hadits mudallas Isnad :
‫روى النعمان بن راشد عن الزهزي عن عروة عن عائشة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫لم يضرب امرأة قط وال خادما اال يجاهد فى سبيل هللا‬
“Diriwayatkan oleh nu’man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah, bahwasannya
rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang perempuan dan juga
tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan Allah”
Keterangan
Kalau diuraikan secara seder hana, maka sanadnya adalah: a. Al-Nu’man, b. al-Zuhri, c.
Urwah, d. Aisyah
Dengan kajian sederhana dari susunan sanad tersebut, maka dapat disimpulakan bahwa
zuhri mendengar riwayat diatas dari urwah, karena memang biasa zuhri meriwayatkan
darinya. Padahal anggapan itu salah, sebab imam hatim berkata, “zuhri tidak pernah
mendengar hadits diatas dari urwah….” hal ini dapat disimpulkan bahwa antara zuhri dan
urwah ada seorang yang tidak disebutkan oleh zuhri. Oleh karena itu hadits diatas disebut
mudallas, tetapi karena samarnya terjadi pada sandaran sanad hadits maka disebut mudallas
isnad.
2. Tadlis Syuyukh, yaitu bila seorang rawi meriwayatkan hadis yang didengarkan dari sang
guru dengan menyebutkan nama kauniyah-nya, nama keturunannya, atau dengan menyifati
guru tersebut dengan sifat-sifat yang tidak/belum dikenal banyak orang.
Contoh Hadits mudallas syuyukh
-‫روا ابو داود عن ابن جريج اخبرني بعض بنى ابو رافعي عن اكرمة عن ابن عباس قال طلق ابو يزيد‬
‫ام ركانة ونكح امرأة من مزينة‬-‫ابو ركانة واخواته‬
Diriwayatkan oleh abu daud dari ibn juraij memberitakan kepadaku sebagian bani abu rafi’
dari ikrimah dari ibnu abbas berkata: abu yazid mentalak ( abu rukanah dan saudar-
saudaranya) atau rukanah dan menikahi seorang wanita dari kabilah muzinah.
Ibnu juraij nama aslinya adalah abdul malik bin abdul aziz bin juraij, ia tsiqoh tapi disifati
tadlis sekalipun ia meriwayatkan hadits ini dengan ungkapan tegas tetapi ia menyembunyikan
nama syaikhnya yaitu bani abu rafi’. Para ulama’ berbeda pendapat tentang syaikhnya ini,
pendapat yang shahih adalah Muhammad ibn ubaidillah bin abu rafi’. Gelar tarjih-nya adalah
matruk (dusta).
4
3. Tadlis Taswiyah (tajwid), yaitu seorang rawi meriwayatkan hadis dari gurunya yang tsiqah
(dipercaya), yang oleh guru tersebut diterima dari gurunya yang lemah, dan guru yang lemah
ini menerima dari seorang guru yang tsiqah pula, tetapi si mudallis tersebut dalam
meriwayatkannya tanpa menyabutkan rawa-rawi yang lemah.
Contoh hadits mudallas taswiyah :
Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dalam kitab Al-‘Ilal, dia berkata,”Aku mendengar
bapakku – lalu ia menyebutkan hadits yang diriwayatkan Ishaq bin Rahawaih dari Baqiyyah
[Baqiyyah bin Al-Walid dikenal sebagai salah seorang perawi yang banyak melakukan
tadlis], (ia mengatakan) telah menceritakan kepadaku Abu Wahb Al-Asady dari Nafi’ dari
Ibnu ‘Umar sebuah hadits : “Janganlah engkau memuji keislaman seseorang hingga
engkau mengetahui simpul pendapatnya”.
Bapakku berkata : “Hadits ini mempunyai masalah yang jarang orang memahaminya. Hadits
ini diriwayatkan oleh ‘Ubaidillah bin ‘Amru dari Ishaq bin Abi Farwah dari Ibnu ‘Umar dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan ‘Ubaidillah bin ‘Amru ini gelarnya adalah Abu
Wahb dan dia seorang asady (dari Kabilah Asad). Maka Baqiyyah sengaja menyebutkan
namanya hanya dengan gelar dan penisbatannya kepada Bani Asad agar orang-orang tidak
mengetahuinya. Sehingga apabila dia meninggalkan Ishaq bin Abi Farwah, ia tidak dapat
dilacak.”
g) Hadits Munqathi’
Hadis munqathi’, yaitu hadis yang tidak disebutkan seorang rawinya sebelum sahabat.
Macam-Macam Pengguguran (Inqita’)
1. Perawi yang meriwayatkan Hadits jelas dapat diketahui tidak sezaman hidupnya dengan guru
yang memberikan Hadits padanya.
2. Dengan samar-samar yang hanya diketahui oleh orang yang mempunyai keahlian saja.
Diketahui dengan jalan lain dengan adanya kelebihan seorang rawi atau lebih dalam Hadits
riwayat orang lain.
Contoh hadits munqathi’ :
‫َم ْنهْو ماِن ال َيْش َبعاِن طاِلُب اْلِع ْلِم و طاِلُب الّد ْنيا‬
‫رواه البيهقى و قال انه منقطع‬
"Dua macam manusia yang tidak akan kenyang (puas) selama-lamanya, ialah penuntut ilmu
dan penuntut dunia”. (Riwayat Baihaqi, katanya Hadits Munqathi’). Kalau sekiranya dalam
sanad hadits itu tidak disebutkan seorang rawinya sebelum sahabat. Maka hadits itu dinamai
hadits munqathi’.

C. Urutan Hierarkis Antara Masing-Masing Hadits Tersebut Dilihat Dari Tingkat


Kedhaifannya
Karena sebab-sebab kedhaifan hadis itu berbeda-beda kekuatan dan pengaruhnya, maka
tingkatan hadis dhaif itu dengan sendirinya berbeda-beda. Ada yang kadar kelemahannya
kecil sehingga hampir-hampir dihukumi sebagai hadis hasan dan ada yang terlalu dhaif.
Ilustrasi sanad : Pencatat Hadits > penutur 4> penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur
1(Para sahabat) > Rasulullah SAW
 Hadits Mauquf
 Hadits Mursal. Bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in
menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW (contoh: seorang tabi'in (penutur2)
mengatakan "Rasulullah berkata" tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan
kepadanya).
 Hadits Maqthu’
 Hadits Munqati' . Bila sanad putus pada salah satu penutur yakni penutur 4 atau 3.

BAB II
PENUTUP
SIMPULAN

Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil ialah
sebagai berikut :
 Hadits dhaif ialah hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang
dapat diterima).
 Hadits dhoif berdasarkan terputusnya sanad terbagi menjadi tujuh bagian yaitu :
1. Hadits Mauquf
2. Hadits Maqthu’
3. Hadits Mu’allaq
4. Hadits Mu’dhal
5. Hadits Mursal
6. Hadits Mudallas
7. Hadits Munqathi’
 Karena sebab-sebab kedhaifan hadis itu berbeda-beda kekuatan dan pengaruhnya, maka
tingkatan hadis dhaif itu dengan sendirinya berbeda-beda. Ada yang kadar kelemahannya
kecil sehingga hampir-hampir dihukumi sebagai hadis hasan dan ada yang terlalu dhaif.

SARAN

Demikianlah makalah yang dapat kami buat, pemakalah menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini sangat pemakalah harapkan. Berikutnya besar harapan
pemakalah semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah pada khususnya. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Mahmud dan Mahmud Junus. Ilmu Musthalah Hadist. Jakarta: P.T Djadjamurni. 1958.
Mudasir. Ilmu Hadits. Pustaka Setia.
Nuruddin. Ulumul Hadits. Bandung : PT Remaja Posdakarya. 2012.
Suyadi, Agus. Ulumul Hadits. Bandung : PT Shantika. 2008.
Umi Sumbulah. Buku Ajar Ulumul Hadits I. UIN Malang
6

Anda mungkin juga menyukai