Makalah Torti
Makalah Torti
Makalah Torti
Dosen pengampu :
Di susun oleh :
2. Sastro Ali
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...I
DAFTAR ISI………………………………………………………………..II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A.Simpulan……………………………………………………………………6
B. Saran………………………………………………………………………6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
d) Hadits Mu’dhal
Adapun menurut istilah muhaditsin, hadis mu’dhal adalah hadis yang putus sanadnya dua
orang atau lebih secara berurutan.
Contoh dari hadits Mu’dhal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam
kitab “Ma’rifat Ulumil Hadits” dengan sanadnya yang terhubung kepada al-Qo’nabi dari
Malik bahwa telah sampai kepadanya bahwa Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu berkata :
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda :
ِلْلَم ْم ُلوِك َط َع اُمُه َو ِكْس َو ُتُه بالمعروف َو ال ُيَك َّلُف ِمَن اْلَع َم ِل ِإال َم ا ُيِط يُق
“Hamba sahaya berhak mendapatkan makanan dan pakaiannya secara ma’ruf (yang
sesuai) dan tidak boleh dibebani pekerjaan, kecuali yang disanggupinya saja”
Al-Hakim berkata, “Hadis ini mu’dhal dari Malik dalam kitab Al-Muwatha.”
Hadis ini yang kita dapatkan bersambung sanadnya pada kita, selain Al-Muwatha’,
diriwayatkan dari Malik bin Anas dari Muhammad bin ‘Ajlan, dari bapaknya, dari Abu
Hurairah. Letak ke-mu’dhalan-nya karena gugurnya dua perawi dari sanadnya, yaitu
Muhammad bin ‘Ajlan dan bapaknya. Kedua rawi tersebut gugur secara berurutan.
e) Hadits Mursal
Secara etimologi mursal berarti ‘yang dilepaskan’. Menurut istilah, hadis mursal adalah
hadits yang dimarfu’kan (diangkat) oleh seorang tabi’i kepada Rasulullah saw, baik berupa
sabda, perbuatan dan taqrir, baik itu Tabi’i kecil ataupun besar.
Hadits Mursal adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seorang perawi sesudah
tabi’i. Maksud dari defenisi diatas dapat dipahami bahwa seorang tabi’i mengatakan
Rasulullah saw berkata demikian, den sebagainya, sementara Tabi’i tersebut jelas tidak
bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam hal ini Tabi’i tersebut menghilangkan sahabat
sebagai generasi perantara antara Rasulullah SAW dengan tabi’i.
Oleh karena itu, ditinjau dari segi siapa yang menggugurkan dan segi sifat-sifat
pengguguran hadis, hadis ini terbagi pada mursal jali, mursal shahabi, dan mursal khafi.
1. Mursal Jali, yaitu bila pengguguran yang telah dilakukan oleh rawi (tabiin) sangat jelas
untuk diketahui, bahwa orang yang menggugurkan itu tidak hidup sezaman/semasa dengan
orang yang digugurkan yang mempunyai berita.
2. Mursal Shahabi, yaitu pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, karena pada
saat itu sahabat tersebut masih kecil atau terakhir masuknya ke dalam agama Islam.
3. Mursal Khafi, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh tabiin yang hidup sezaman dengan shahabi
tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadispun darinya.
Contoh hadits mursal :
َبْيَننا َو َبْيَن اْلُم َناِفِقْيَن ُش ُهود اْلِع َش اِء و الُّص ْبِح: قال رسول هللا: قال َسِع يٌد ْبُن اْلُمَس ّيِب و هو ِم ن الّتابعيَن
ال َيْسَتِط ْيُعونُه
Sa’id bin Musayyab berkata... : “Perbedaan antara kita dengan orang-orang munafik
ialah bahwa orang-orang munafik itu tidak suka (malas) mengerjakan sembahyang ‘Isya dan
Subuh”.
3
f) Hadits Mudallas
Hadis mudallas adalah hadis yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa
hadis tersebut tidak bernoda. Dengan kata lain bahwa hadits mudallas adalah hadis yang
diriwayatkan dengan tidak menyebutkan nama orang yang meriwayatkannya dan menukar
namanya dengan orang lain. Rawi yang berbuat demikian disebut mudallis. Hadis yang
diriwayatkan oleh mudallis disebut hadis mudallas, dan perbuatannya disebut dengan tadlis.
1. Tadlis Isnad, yaitu bila seorang rawi yang meriwayatkan suatu hadis dari orang yang pernah
bertemu dengan dia, tetapi rawi tersebut tidak pernah mendengar hadis darinya. Agar
dianggap rawi tersebut pernah mendengarnya maka ia menggunakan lafadz ‘an
fulanin atau anna fulanan yaqulu.
Contoh hadits mudallas Isnad :
روى النعمان بن راشد عن الزهزي عن عروة عن عائشة ان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
لم يضرب امرأة قط وال خادما اال يجاهد فى سبيل هللا
“Diriwayatkan oleh nu’man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah, bahwasannya
rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang perempuan dan juga
tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan Allah”
Keterangan
Kalau diuraikan secara seder hana, maka sanadnya adalah: a. Al-Nu’man, b. al-Zuhri, c.
Urwah, d. Aisyah
Dengan kajian sederhana dari susunan sanad tersebut, maka dapat disimpulakan bahwa
zuhri mendengar riwayat diatas dari urwah, karena memang biasa zuhri meriwayatkan
darinya. Padahal anggapan itu salah, sebab imam hatim berkata, “zuhri tidak pernah
mendengar hadits diatas dari urwah….” hal ini dapat disimpulkan bahwa antara zuhri dan
urwah ada seorang yang tidak disebutkan oleh zuhri. Oleh karena itu hadits diatas disebut
mudallas, tetapi karena samarnya terjadi pada sandaran sanad hadits maka disebut mudallas
isnad.
2. Tadlis Syuyukh, yaitu bila seorang rawi meriwayatkan hadis yang didengarkan dari sang
guru dengan menyebutkan nama kauniyah-nya, nama keturunannya, atau dengan menyifati
guru tersebut dengan sifat-sifat yang tidak/belum dikenal banyak orang.
Contoh Hadits mudallas syuyukh
-روا ابو داود عن ابن جريج اخبرني بعض بنى ابو رافعي عن اكرمة عن ابن عباس قال طلق ابو يزيد
ام ركانة ونكح امرأة من مزينة-ابو ركانة واخواته
Diriwayatkan oleh abu daud dari ibn juraij memberitakan kepadaku sebagian bani abu rafi’
dari ikrimah dari ibnu abbas berkata: abu yazid mentalak ( abu rukanah dan saudar-
saudaranya) atau rukanah dan menikahi seorang wanita dari kabilah muzinah.
Ibnu juraij nama aslinya adalah abdul malik bin abdul aziz bin juraij, ia tsiqoh tapi disifati
tadlis sekalipun ia meriwayatkan hadits ini dengan ungkapan tegas tetapi ia menyembunyikan
nama syaikhnya yaitu bani abu rafi’. Para ulama’ berbeda pendapat tentang syaikhnya ini,
pendapat yang shahih adalah Muhammad ibn ubaidillah bin abu rafi’. Gelar tarjih-nya adalah
matruk (dusta).
4
3. Tadlis Taswiyah (tajwid), yaitu seorang rawi meriwayatkan hadis dari gurunya yang tsiqah
(dipercaya), yang oleh guru tersebut diterima dari gurunya yang lemah, dan guru yang lemah
ini menerima dari seorang guru yang tsiqah pula, tetapi si mudallis tersebut dalam
meriwayatkannya tanpa menyabutkan rawa-rawi yang lemah.
Contoh hadits mudallas taswiyah :
Diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dalam kitab Al-‘Ilal, dia berkata,”Aku mendengar
bapakku – lalu ia menyebutkan hadits yang diriwayatkan Ishaq bin Rahawaih dari Baqiyyah
[Baqiyyah bin Al-Walid dikenal sebagai salah seorang perawi yang banyak melakukan
tadlis], (ia mengatakan) telah menceritakan kepadaku Abu Wahb Al-Asady dari Nafi’ dari
Ibnu ‘Umar sebuah hadits : “Janganlah engkau memuji keislaman seseorang hingga
engkau mengetahui simpul pendapatnya”.
Bapakku berkata : “Hadits ini mempunyai masalah yang jarang orang memahaminya. Hadits
ini diriwayatkan oleh ‘Ubaidillah bin ‘Amru dari Ishaq bin Abi Farwah dari Ibnu ‘Umar dari
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Dan ‘Ubaidillah bin ‘Amru ini gelarnya adalah Abu
Wahb dan dia seorang asady (dari Kabilah Asad). Maka Baqiyyah sengaja menyebutkan
namanya hanya dengan gelar dan penisbatannya kepada Bani Asad agar orang-orang tidak
mengetahuinya. Sehingga apabila dia meninggalkan Ishaq bin Abi Farwah, ia tidak dapat
dilacak.”
g) Hadits Munqathi’
Hadis munqathi’, yaitu hadis yang tidak disebutkan seorang rawinya sebelum sahabat.
Macam-Macam Pengguguran (Inqita’)
1. Perawi yang meriwayatkan Hadits jelas dapat diketahui tidak sezaman hidupnya dengan guru
yang memberikan Hadits padanya.
2. Dengan samar-samar yang hanya diketahui oleh orang yang mempunyai keahlian saja.
Diketahui dengan jalan lain dengan adanya kelebihan seorang rawi atau lebih dalam Hadits
riwayat orang lain.
Contoh hadits munqathi’ :
َم ْنهْو ماِن ال َيْش َبعاِن طاِلُب اْلِع ْلِم و طاِلُب الّد ْنيا
رواه البيهقى و قال انه منقطع
"Dua macam manusia yang tidak akan kenyang (puas) selama-lamanya, ialah penuntut ilmu
dan penuntut dunia”. (Riwayat Baihaqi, katanya Hadits Munqathi’). Kalau sekiranya dalam
sanad hadits itu tidak disebutkan seorang rawinya sebelum sahabat. Maka hadits itu dinamai
hadits munqathi’.
BAB II
PENUTUP
SIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil ialah
sebagai berikut :
Hadits dhaif ialah hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang
dapat diterima).
Hadits dhoif berdasarkan terputusnya sanad terbagi menjadi tujuh bagian yaitu :
1. Hadits Mauquf
2. Hadits Maqthu’
3. Hadits Mu’allaq
4. Hadits Mu’dhal
5. Hadits Mursal
6. Hadits Mudallas
7. Hadits Munqathi’
Karena sebab-sebab kedhaifan hadis itu berbeda-beda kekuatan dan pengaruhnya, maka
tingkatan hadis dhaif itu dengan sendirinya berbeda-beda. Ada yang kadar kelemahannya
kecil sehingga hampir-hampir dihukumi sebagai hadis hasan dan ada yang terlalu dhaif.
SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, pemakalah menyadari dalam penulisan
makalah ini banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif
demi kesempurnaan makalah ini sangat pemakalah harapkan. Berikutnya besar harapan
pemakalah semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
pemakalah pada khususnya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Mahmud dan Mahmud Junus. Ilmu Musthalah Hadist. Jakarta: P.T Djadjamurni. 1958.
Mudasir. Ilmu Hadits. Pustaka Setia.
Nuruddin. Ulumul Hadits. Bandung : PT Remaja Posdakarya. 2012.
Suyadi, Agus. Ulumul Hadits. Bandung : PT Shantika. 2008.
Umi Sumbulah. Buku Ajar Ulumul Hadits I. UIN Malang
6