Ringkasan Singkat Buku Mengenal Anak Tuna Rungu
Ringkasan Singkat Buku Mengenal Anak Tuna Rungu
Ringkasan Singkat Buku Mengenal Anak Tuna Rungu
Definisi
Umumnya istilah tuli mengacu pada mereka yang tidak dengan cukup baik
mengandalkan pendengaran untuk mengartikan atau mengolah informasi dari luar
(memiliki pendengaran secara tidak sempurna, dalam audiologi adalah orang yang
memiliki gangguan ringan sampai sedang). Adpula, orang kurang dengar disebut
sebagai hard of hearing adalah seorang yang kehilangan pendengaran secara nyaa
yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian khusus. Baik tuli maupun kurang dengar
itu dikatakan sebagai gangguan pendengaran (hairing impaired).
Penyebab paling umum gangguan pendengaran :
1. Penyakit anak (meningitis tulang belakang dan rubella/campak Jerman
adalah contoh paling umum)
2. Terkait penyakit kehamilan (rubella/campak jerman, penyakit
ketergantungan pada obat dan alkohol)
3. Cedera (pukulan keras pada kepala)
4. Terlalu sering atau terlalu dalam kebisingan
5. Keturunan (Ilmuwan yg terlibat dalam pemetaan proyek gen manusia
memiliki identifikasi sekitar 50 gen tuli sampai saat ini dan mereka bekerja
untuk mengidentifikasikan 350 sisa gen tuli)
6. Penuaan (penurunan pendengaran pada orang tua, hal ini alami dari proses
penuaan.
B. Penyebab Tunarungu
Drs. Anton Subarto, Dipl. Aud., menjelaskan ada beberapa faktor yang
menyebabkan ketulian pada anak :
1. Ketulian disebabkan karena virus Toxoplasma Rubella atau campak,
Herpes, dan Sipillis. Terkadang kedua orang tua tidak menyadari bahwa
dirinya telah mengidap virus tersebut sehingga menyebabkan ketulian pada
anaknya kelak.
2. Lahir secara prematur (lahir belum waktunya sehingga kemungkinan
pada perkembangan telinga dalam kandungan belum maksimal)
3. Sang ibu berusaha menggugurkan janin yang ada dalam kandungan
4. Anak yang baru lahir dan kekurangan oksigen
5. Pemberian obat dosis tinggi pada masa perkembangan anak sehingga hal
tersebut bisa menyerang fungsi pendengaran telinga sang anak. (cont obat
yg dapat mengalami efek samping tertentu dan dapat menggangu fungsi
pendengaran : pil kina dan aspirin yang mempunyai pengaruh besar pada
telinga)
6. Penyakit yang diderit sang ibu yang sedang mengandung sangat riskan
untuk kandungan (campak, tipes, penyakit dengan panas tinggi)
7. Faktor genetik
8. Anak yang terlahir dengan bantuan alat (vakum, cesar)
Tuli konduktif yang disebebakan karena infeksi dapat disembuhkan, tetapi
ketuliannya belum tentu sembuh secara sempurna. Sedangkan tuli saraf (yang
mengalami kerusakan adalah saraf dalam labirin yang sangat kecil) maka tidak
bisa dioperasi dan tidak bisa disembuhkan.
C. Mendeteksi Gangguan Pendengaran Usia Dini
Ada dua cara untuk mendeteksi gangguan pendengaran yaitu :
a. Dapat dilakukan dengan permainan bunyi, seperti tepuk tangan, batuk,
menabuh kaleng, dll. Bayi normal akan memberikan respon thd bunyi
(bisa berupa mengedipkan mata, mimik wajah berubah, kaget, bereaksi
mengangkat tangan atau kaki).
b. Pada bayi yang lebih besar, bayi akan merespon dengan menoleh pada
sumber suara atau paling tidak melirikkan mata ke arah sumber. Jika tidak
bereaksi ya... periksa.
Tanda-tanda gangguan pendengaran pada bayi dan anak (terkadang anak-anak
dapat memiliki gangguan pendengaran ketika mengalami infeksi atau cedera) :
1. Bayi tidak merespon thd suara pada saat ia berusia 3 atau 4 bulan.
2. Bayi tidak mengatakan kata-kata pendek seperti papa/mama saat usia
sudah setahun.
3. Bayi tidak meniru apa yang anda buat
4. Bayi tidak merespon musik atau cerita
5. Anak tidak mendengar televisi pada volume keras
6. Anak tidak merespon ketika dipanggil namanya
7. Anak menderita masalah berbiara
8. Si anak menunjukkan masalah belajar
9. Anak mengeluh kepada anda tentang penderitaan dari earachers
D. Gangguan Pendengaran pada Bayi dan Anak
Penyebab gangguan pendengaran pada anak biasnaya dibedakan menjado 3
berdasarkan saat terjadinya gangguan pendengaran yaitu :
1. Pre-Natal
Ada yang berkaitan dengan keturunan (genetik) dan ada yang tidak, di
antaranya adalah infeksi pada kehamilan terutama pada awal
kehamilan/trimester pertama (toxo, rubella, cytomegalovirus, herpes,
sifillis), kekurangan zat gizi, kelainan struktur anatomi, pengaruh obat-
obatan yang dikonsumsi selama kehamilan yang berpotensi mengganggu
proses pembentukan organ dan merusak sel-sel rambut di rumah siput
(koklea)
2. Peri Natal
Proses kelahiran yang menggunakan alat, bayi lahir prematur (< 37
minggu, BBLR (<2500 gr), bayi lahir tidak menangis (asfiksia), bayi lahir
kuning (hiperbilirubinemia). Biasanya jenis gangguan pendengaran yang
terjadi akibat daktor pre natal dan peri natal ini adalah tipe saraf/sensori
neural dengan tingkatan umumnya berat dan sangat berat dan sering terjadi
di kedua telinga.
3. Post Natal
Pada saat pertumbuhan, bayi dapat terkena infeksi bakteri maupun
virus rubella, morbili (campakk), parotitis, meningitis, otitis media
(radang telinga tengah) dan trauma kepala. Bayi yg punya faktor risiko
di atas memiliki kecenderungan lebih besar dibanding bayi yang tidak
punya faktor risiko tsb.
E. Cara Mencegah dan Mengatasi
Gangguan penedengaran dapat diwaspadai dengan melakukan skrining.
Skrining digunakan untuk menemukan gangguan pendengaran sedini mungkin.
Melkukan respons auotrik. Dengan begitu anak yang mengalami gangguan
pendengaran bisa dicarikan jalan yang terbaik.
Rehabilitasi/habilitasi pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
masih mahal dan belum merata.
Gejala-gejala gangguan pada pendengaran : Anak sulit menangkap
pembicaraan pada lingkungan ramai, ucapan anak sulit dimengerti, anak bicara terlalu
lemah/keras, kemampuan bicara yang tidak lengkap atau kata-katanya banyak yang
hilang, dan nolai di sekolah turun terutama nilai bahasa indonesia.
F. Klasifikasi Tunarungu
1. Klasifikasi Umum
a. The deaf (tuli), yaitu penyandang tunarungu berat dan sangat berat dengan
tingkat ketulian di atas 90 Db
b. Hard of hearing (kurang dengar), yaitu penyandang tunarungu ringan atau
sedang dengan tingkat ketulian 20-90 Db.
2. Klasifikasi Khusus
a. Tunarungu ringan, yaitu penyandang tunarungu yang memiliki tingkat ketulian
25-45 dB. Kesulitan untuk merespons suara yang datangnya agak jauh. Pada
kondisi demikian, secara psikologis anak memerlukan perhatian khusus dalam
belajarnya di sekolah (menempatkan diri di dekat guru)
b. Tunarungu sedang, yaitu penyandang yang memiliki tingkat ketulian 46-70
dB. Hanya mengerti percakapan pada jarak 3-5 feet secara berhadapan (tp tdk
dapat mengikuti diskusi di kelas). Memerlukan alat bantu dengar dan
memerlukan pembinaan komunikasi, persepsi bunyi, dan irama.
c. Tunarungu berat, tingkat ketulian 71-90 db. Yang memiliki tuna rungu saraf
berat ini hanya dapat merespon bunyi bunyi dalam jarak yang sangat dekat dan
diperkeras. Memerlukan alat bantu dengar dalam mengikuti pendidikan di
sekolah. Memerlukan pembinaan atau latihan komunikasi dan pengembangan
bicaranya.
d. Tunarungu sangat berat, yaitu penyandang yang memiliki tingkat ketulian 90
db. Sudah tidak dapat merespons suara sama sekali, tapi mungkin masih bisa
respons melalu getaran. Untuk kegiatan pendidikan dll lebih mengandalkan
kemampuan visual.
3. Tuna rungu berdasarkan tempat terjadinya kehilangan
a. Gangguan telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan gangguan
pendengaran tipe konduktif (conductive hearing loss), yang dalam kondisi itu
terdapat hambatan hantaran gelombang suara karena kelainan atau penyakit
telinga luar dan tengah.
b. Sementara gangguan telinga dalam dapat menyebabkan gangguan
pendengaran tipe sensori neural (sensori neural hearing loss).
Jika terdapat kelainan atau penyakit tipe konduksi disertai sensori neural maka
kelainan tersebut termasuk tipe campuran (mixed hearing loss).
4. Berdasarkan saat terjadinya kehilangan
a. Tunarungu bawaan, ketika lahir anak sudah mengalami atau menyandang
tunarungu dan indera pendengaran sudah tidak berfungsi
b. Tunarungu setelah lahir, karena kecelakaan atau suatu penyakit
5. Berdasarkan taraf penguasaan bahasa
a. Tuli prabahasa (prelingually deaf), mereka yang menjadi tuli sebelum
dikuasainya suatu bahasa (1,6 tahun) artinya anak menyamakan tanda tertentu
seperti mengamati, menunjuk, meraih dan sebagainya namun belum
membentuk sistem lambang.
b. Tuli purnabahasa (post lingually deaf), mereka yang menjadi tuli setelah
menguasai bahasa, telah menerapkan dan memahami sistem lambang yang
berlaku di lingkungan.
G. Dampak Ketunarunguan
Ketunarunguan dapat berdampak pada masalah kognisi anak dan bahasa :
1. Masalah Kognisi
a. Kemampuan verbal (verbal IQ) anak tunarungu lebih rendah daripada
kemampuan verbal anak dengar
b. Perfomance IQ anak tunarungu sama dengan anak dengar
c. Daya ingat jangka pendek anak tunarungu lebih rendah daripada anak
dengar terutama pada info yang bersifat suksesif atau berurutan
d. Informasi serempak anak tunarungu tidak berbeda dengan anak dengar,
e. Daya ingat jangka panjang anak tuna rungu tidak beda dengan anak
dengar, walaupun prestasi akhir biasanya ttp lebih rendah
2. Masalah Bahasa
a. Miskin dalam kosakata
b. Terganggu bicarany
c. Dalam berbahasa dipengaruhi oleh emosi atau visual order (apa yang
dirasakan dan yang dilihat)
d. Tunarungu cenderung pemata
e. Bahasa merupakan hasil interaksi mereka dengan hal hal yang konkret