Rangukuan Sendiri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Materi kuliah Pancasila 8

Pokok-Pokok Pikiran di dalam Pembukaan UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung Pokok-Pokok Pikiran yang
meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945. Pokok-Pokok Pikiran
ini mewujudkan cita-cita hukum (Rechtsidee) yang menguasai
hukum dasar baik hukum dasar tertulis (UUD/konstitusi) maupun
hukum dasar yang tidak tertulis (konvensi). Pokok pikiran
tersebut:
1. Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas
persatuan dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pokok pikiran ini merupakan
penjabaran dari sila ketiga.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat (penjabaran sila kelima).
3. Negara yang berkedaulatan rakyat berdasar atas
kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan
(penjabaran sila keempat).
4. Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab
(penjabaran sila pertama dan kedua).
Pokok pikiran 1, 2 dan 3 sebagai Asas Politik Negara (asas di dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan) dan pokok pikiran
keempat sebagai Asas Moral Negara. Asas Moral Negara menjiwai
Asas Politik Negara. Artinya di dalam menyusun peraturan
perundang-undangan seperti UUD, Tap MPR, UU, Perppu, PP dll,
harus dijiwai dan berdasar kepada asas Ketuhanan Yang Maha Esa
dan Kemanusiaan yang adil dan beradab dengan kata lain dapat
dipertanggung jawabkan kepada Tuhan dan nilai-nilai
kemanusiaan.
Resume:
1. Pembukaan UUD 1945 merupakan suasana kebatinan
dari UUD 1945
2. Pembukaan UUD 1945 mewujudkan cita-cita hukum
yang menguasai hukum dasar negara baik hukum dasar
yang tertulis (UUD/konstitusi) maupun hukum dasar
yang tidak tertulis (konvensi)
3. Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber semangat
bagi pelaksanaan UUD 1945
Materi Kuliah Pancasila 7 6. Keppres (Keputusan Presiden)
7. Kepmen (Keputusan Menteri) atau Permen (Peraturan
Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 Menteri)
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan UUD 1945 8. Pergub (Peraturan Gubernur)
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan 9. Perwal (Peraturan Walikota) atau Perbup (Peraturan
diundangkan dalam Berita RI tahun II No. 7 tahun 1946. Bupati)
Pembukaan UUD 1945 mempunyai 4 alinea yang dapat 10. Percam (Peraturan Camat)
diklasifikasikan menurut isinya: Alinea pertama, kedua dan ketiga 11. Perdes (Peraturan Desa)
memuat pernyataan keadaan sebelum Indonesia merdeka dan Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara
Alinea keempat memuat pernyataan keadaan setelah Indonesia Fundamental
merdeka dan hal-hal yang harus dilakukan sebagai konsekuensi Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang
setelah merdeka: 1. UUD ditentukan akan ada, 2. Tujuan Negara: Fundamental (PKNF) atau disebut juga sebagai
a. Tujuan umum, terkait hubungan bangsa Indonesia dengan Staatsfundamentalnorm karena memiliki unsur mutlak: 1. Dari
negara-negara lain di dunia, Untuk memajukan kesejahteraan segi terjadinya, ditentukan oleh pembentuk negara dan terjelma
umum dan Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang dalam bentuk pernyataan lahir sebagai penjelmaan kehendak
berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, b. pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertentu sebagai
Tujuan khusus, terkait untuk kepentingan bangsa Indonesia dasar-dasar negara yang dibentuknya, 2. Dari segi isinya, memuat
sendiri, Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah dasar pokok negara yang dibentuk yang meliputi: a. Tujuan
Indonesia, Mencerdaskan kehidupan bangsa serta Mewujudkan negara (tujuan umum dan khusus), b. Ketentuan akan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, 3. Bentuk diadakannya UUD, c. Bentuk negara, d. Dasar falsafah negara
negara Republik yang berkedaulatan rakyat, 4. Dasar falsafah (asas kerokhanian) Pancasila.
(asas kerokhanian) negara yaitu Pancasila. Sehingga hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh
Hakikat Pembukaan UUD 1945 UUD 1945 bersifat “terpisah” karena :
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum tertinggi 1. Sebagai PKNF dalam ilmu hukum memiliki hakikat dan
2. Pembukaan UUD 1945 memenuhi Syarat Adanya kedudukan terlekat pada kelangsungan hidup negara
Tertib Hukum Indonesia yang telah dibentuk,
Syarat-syarat bagi adanya tertib hukum: 2. Dalam jenjang hierarki tertib hukum adalah yang
1. Adanya kesatuan subyek (pemerintah yang sah) tertinggi dan batang tubuh UUD 1945 terpisah dan
2. Adanya kesatuan daerah (daerah Indonesia yang berada di bawahnya
meliputi dari Sabang sampai Merauke) Pembukaan UUD 1945 sebagai pernyataan kemerdekaan yang
3. Adanya kesatuan waktu (sejak Pembukaan UUD 1945 terinci:
ditetapkan tgl. 18 Agustus 1945 sampai tak terhingga) 1. Suatu pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia
4. Adanya kesatuan asas kerokhanian (Dasar Negara kepada dunia
Pancasila yang diakui oleh seluruh rakyat Indonesia) 2. Tindakan yang harus dilakukan berkaitan dengan
Maka kedudukan Pembukaan UUD 1945 dalam tertib proklamasi tersebut.
hukum Indonesia:
1. Menjadi dasarnya karena Pembukaan UUD 1945
memberikan faktor-faktor mutlak (UUD ditentukan
akan ada, Tujuan negara, Bentuk negara dan Asas
kerokhanian negara yaitu Pancasila) bagi adanya tertib
hukum di Indonesia
2. Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri di dalamnya
sebagai ketentuan yang tertinggi
Struktur peraturan perundang-undangan di Indonesia:
1. Pembukaan UUD 1945/Pancasila, karena pada alinea
keempat dari Pembukaan UUD 1945 memuat naskah
dasar negara Pancasila
2. UUD 1945 (disebut juga Batang Tubuh UUD 1945)
3. Tap MPR
4. Undang-Undang (UU)  Perppu (Perturan Pemerintah
Pengganti UU)
5. PP (Peraturan Pemerintah)

Materi kuliah Pancasila 12


Pengamalan Pancasila
Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup bangsa
harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari baik bagi
penyelenggara negara maupun sebagai warga negara.
Jenis-jenis pengamalan Pancasila:
1. Pengamalan Pancasila secara Obyektif
Pengamalan Pancasila dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara baik di bidang eksekutif, legislatif dan
yudikatif dan semua bidang kenegaraan terutama dalam bentuk
peraturan perundang-undangan (UUD, Tap MPR, UU, Perppu, PP,
Keppres dsb.)
2. Pengamalan Pancasila secara Subyektif
Pengamalan Pancasila yang dilaksanakan oleh setiap individu
bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan
kemampuan dan profesi masing-masing.
Justru pengamalan Pancasila secara subyektif ini sangat penting
karena akan memunculkan kesadaran dan ketaatan dalam
pengamalan Pancasila secara obyektif, dengan kata lain
pengendalian diri sebagai pangkal tolak penghayatan dan
pengamalan Pancasila.
Hubungan pengamalan Pancasila secara obyektif dan subyektif:
Pengamalan Pancasila secara obyektif dijabarkan dalam
Pancasila sebagai Dasar Negara yang kemudian dijabarkan dalam
peraturan perundang-undangan yang ada di bawahnya.
Konsekuensinya menimbulkan wajib hukum.
Sedang pengamalan Pancasila secara subyektif merupakan
penjabaran Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa.
Konsekuensinya menimbulkan hukum moral.
Di dalam pengamalan Pancasila yang obyektif dan subyektif akan
menimbulkan hukum moral dan hukum wajib yang kita taati
selama ini.

Materi kuliah Pancasila 13

Revitalisasi Pendidikan Pancasila : Menuju Pembangunan


Karakter Bangsa
Urgensi dan eksistensi Pancasila kembali menjadi
wacana akademik bahkan politik akhir-akhir ini. Wacana itu dipicu
oleh kondisi empiris masyarakat pasca reformasi yang tak kunjung
memberikan perubahan positif yang signifikan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Masyarakat seakan terjangkiti
disorientasi yang parah. Sistem kelembagaan negara dan
pemerintahan mengalami malfungsi. (Jimly Asshidiqie:2011).
Pancasila yang merupakan jati diri dan kepribadian bangsa
sebagai ideologi pemersatu, menunjukkan kecenderungan
dipersepsi secara keliru seakan-akan hanya mencerminkan
ideologi kekuasaan orde baru. Sehingga seluruh yang bernuansa
orde baru harus disapu bersih, termasuk menghilangkan
keberadaan Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Pendidikan
Nasinal.
Sejak lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 37, maka secara formal
material eksistensi Pancasila dalam kehidupan pendidikan
menjadi hilang, digabung dengan Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn), tetapi sebenarnya merupakan bentuk pengerdilan
Pancasila. Tapi kita patut bersyukur sudah ada revisi muatan
kurikulum tersebut. Di dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, disebutkan bahwa mata kuliah Pancasila
diberikan terpisah dengan mata kuliah Kewarganegaraan dan
menjadi mata kuliah yang wajib diberikan di Perguruan Tinggi.
Disadari atau tidak, pembelajaran Pancasila pada masa
lalu (Orba) yang berorientasi pada hafalan (aspek kognisi) dan
mengabaikan aspek afeksi turut berkontribusi menjadikan nilai-
nilai Pancasila semakin termarginalkan. Metodologi pembelajaran
pendidikan Pancasila harus aktual dan kontekstual serta
menyenangkan. Perangkat pembelajarannya harus kompatibel
(berkesesuaian) dengan norma-norma dasar pembelajaran yang
memerdekakan.
Salah satu ikhtiar bangsa Indonesia yang akan datang yang
memerlukan perhatian serius adalah pendidikan karakter bangsa.
Dan karakter bangsa adalah Pancasila. Upaya untuk membangun
perilaku karakter dalam pendidikan diantaranya:
1. Menanamkan rasa cinta pada Tuhan dan kebenaran
2. Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kedisiplinan dan
kemandirian
3. Menumbuhkan siakp amanah dan kejujuran
4. Menumbuhkan rasa hormat dan sopan santun
5. Mengembangkan sikap kasih sayang, kepedulian, kerja
sama dan pantang menyerah
Membumikan kembali Pancasila sebagai pandangan hidup
dan jiwa kepribadian bangsa yang produktif pada masa datang
membutuhkan satu gerakan yang sistematis dan terencana dari
semua elemen bangsa. Dibutuhkan rencana aksi nasional dalam
membudayakan kembali nilai-nilai Pancasila.
Tetapi dalam pelaksanaannya proses pembelajaran
Pendidikan Pancasila menghadapi kendala kurikuler dan sosial
kultural untuk menghasilkan suatu totalitas hasil belajar yang
mencerminkan pencapaian secara komprehensif (menyeluruh)
dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang koheren.
Untuk mengantisipasi kendala tersebut perlu dilakukan
reposisi proses pembelajaran Pendidikan Pancasila: pertama,
perlu proses pembinaan warga negara yang melibatkan aspek
psikopedagogis (kurikuler); kedua, perlu proses pembinaan warga
negara yang melibatkan pranata sosial kultural yang berunsurkan
sistem nilai dan norma; ketiga, perlu proses pembinaan warga
negara melalui pendidikan politik kebangsaan.
Ketiga peran tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan.
Program kurikuler merupakan pembuka cakrawala ideologi
negara, gerakan sosial kultural sebagai pendobrak sekat-sekat
pandangan hidup bangsa dan pendidikan politik kebangsaan
merupakan penegas paritisipasi warga negara dalam
pembangunan nasional.
Sampai saat ini Pendidikan Pancasila sudah menjadi bagian
inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor
value based education. Konfigurasi atau kerangka sistemik
pendidikan Pancasila dibangun atas dasar paradigma sbb:
pertama, Pend. Pancasila secara kurikuler dirancang sebagai
subyek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia berakhlak
mulia, cerdas dan bertanggung jawab; kedua, Pend. Pancasila
secara teoritik dirancang sebagai subyek pembelajaran yang
memuat dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat
konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks
substansi ide, nilai dan moral Pancasila; ketiga, Pend. Pancasila
secara pragmatik dirancang sebagai subyek pembelajaran yang
menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman
belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Materi kuliah Pancasila 15 Pancasila semakin termarginalkan. Metodologi pembelajaran


pendidikan Pancasila harus aktual dan kontekstual serta
Peran Pancasila Dalam Upaya Reaktualisasi Pendidikan di menyenangkan. Perangkat pembelajarannya harus kompatibel
Perguruan Tinggi (berkesesuaian) dengan norma-norma dasar pembelajaran yang
Berkaitan dengan upaya menyeimbangkan antara hak dan memerdekakan.
kewajiban diantaranya membela tanah air yakni patriotisme, Salah satu ikhtiar bangsa Indonesia yang akan datang yang
maka diperlukan upaya untuk mewujudkan dalam bentuk sikap memerlukan perhatian serius adalah pendidikan karakter bangsa.
kesadaran warga negara untuk berpartisipasi dalam kegiatan Upaya untuk membangun perilaku karakter dalam pendidikan
sehari-hari di berbagai tingkatan. Warga negara yang baik disebut diantaranya:
juga warga negara yang efektif yaitu seseorang yang 1. Menanamkan rasa cinta pada Tuhan dan kebenaran
menggunakan waktu jauh dari pengejaran kebahagiaan mereka 2. Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kedisiplinan dan
dalam melakukan sesuatu yang mendukung kebebasan kita dan kemandirian
menjaga keamanan negara atau dengan kata lain warga negara 3. Menumbuhkan sikap amanah dan kejujuran
yang baik memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab 4. Menumbuhkan rasa hormat dan sopan santun
terhadap masyarakat, lingkungan dan hukum. 5. Mengembangkan sikap kasih sayang, kepedulian, kerja
Pengertian dan dimensi pendidikan mempunyai ciri sebagai sama dan pantang menyerah
bentukan dari nilai-nilai spiritual dan moral, melayani terhadap Membumikan kembali nilai-nilai karakter bangsa sebagai
tanah air dan umat manusia. Aktualisasi Pendidikan lebih pandangan hidup dan jiwa kepribadian bangsa yang produktif
mengarah kepada perilaku kesadaran warga negara dalam pada masa datang membutuhkan satu gerakan yang sistematis
bentuk peduli dan melakukan tindakan bekerja ke arah perbaikan dan terencana dari semua elemen bangsa. Dibutuhkan rencana
masyarakat dan terhadap isu-isu nasional. aksi nasional dalam membudayakan kembali nilai-nilai karakter
Kesadaran warga negara (civic consciousness) adalah perasaan bangsa dan menumbuhkembangkan rasa cinta tanah air agar
kasih sayang atau cinta yang positif dan penuh dengan arti dari semangat dan jiwa nasionalisme meningkat untuk
seseorang yang berkembang terhadap negaranya. memberdayakan masyarakat dan berpartisipasi dalam
Rekonstruksi pendidikan menghendaki bahwa perasaan kasih pembangunan nasional.
sayang atau penuh dengan arti, tidak hanya berbasis nilai-nilai Untuk mengantisipasi kendala tersebut perlu dilakukan reposisi
religi, spiritual dan moral, tetapi juga ditumbuhkembangkan dan proses pembelajaran Pancasila: pertama, perlu proses pembinaan
ditujukan kepada perbaikan kualitas individu, masyarakat, negara warga negara yang melibatkan aspek psikopedagogis (kurikuler);
dan umat manusia serta nilai-nilai kemanusiaan. kedua, perlu proses pembinaan warga negara yang melibatkan
Urgensi dan eksisitensi Pancasila kembali menjadi wacana pranata sosial kultural yang berunsurkan sistem nilai dan norma;
akademik bahkan politik akhir-akhir ini. Wacana itu dipicu oleh ketiga, perlu proses pembinaan warga negara melalui pendidikan
kondisi empiris masyarakat pasca reformasi yang tak kunjung politik kebangsaan.
memberikan perubahan positif yang signifikan dalam kehidupan Ketiga peran tersebut harus dilihat sebagai satu kesatuan.
berbangsa dan bernegara. Masyarakat seakan terjangkiti Program kurikuler merupakan pembuka cakrawala Pancasila,
disorientasi yang parah. Sistem kelembagaan negara dan gerakan sosial kultural sebagai pendobrak sekat-sekat
pemerintahan mengalami malfungsi. (Jimly Asshidiqie:2011). warganegara dan pendidikan politik kebangsaan merupakan
Dasar Negara Pancasila yang merupakan jati diri dan kepribadian penegas partisipasi Pancasila.
bangsa sebagai ideologi pemersatu, menunjukkan
kecenderungan dipersepsi secara keliru seakan-akan hanya
mencerminkan ideologi kekuasaan orde baru. Sehingga seluruh
yang bernuansa orde baru harus disapu bersih, termasuk
menghilangkan keberadaan Pendidikan Pancasila dalam
Kurikulum Pendidikan Nasional.
Sejak lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 37, maka secara formal material
eksistensi Pancasila dalam kehidupan pendidikan menjadi hilang,
digabung dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), tetapi
sebenarnya merupakan bentuk pengerdilan Pancasila. Tapi kita
patut bersyukur sudah ada revisi muatan kurikulum tersebut. Di
dalam UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
disebutkan bahwa mata kuliah Pancasila diberikan terpisah
dengan mata kuliah Kewarganegaraan dan menjadi mata kuliah
yang wajib diberikan di Perguruan Tinggi
Pendidikan Pancasila berbasis karakter harus berhubungan
dengan aspek politik, sosial, budaya dalam kegiatan sehari-hari
tetap berpijak kepada kebaikan, kebenaran dan kejujuran sebagai
aktualisasi nilai-nilai patriotisme (warga negara yang baik).
Disadari atau tidak, pembelajaran pendidikan Pancasila pada
masa lalu (Orba) yang berorientasi pada hafalan (aspek kognisi)
dan mengabaikan aspek afeksi turut berkontribusi menjadikan
nilai-nilai
Bagan Pengamalan Pancasila

Pancasila

Pengamalan pancasila Pengamalan pancasila


secara objektif secara subjektif

Dasar Negara

Pandangan Hidup
Dijabarkan dalam
Perundang-undangan :
 Pembukaan UUD 1945
 BT UUD 1945
 Tap MPR
 UU – Perppu Dijabarkan dalam perilaku
 PP setiap individu warga
 Keppres / Inpres negara
 Kepmen
Dst
Perdes

Kompromi
Berlaku secara definitif dan
mengikat

Hukum Positif (bersifat Sanksi sosial :


tegas dan jelas)  Diasingkan dari
masyarakat
 Tidak punya teman
Sanksi Hukum
(Hukum pidana dan
perdata)

Bangsa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai