Makalah Mengapa Di Perlukan Wawasan Nusantara Fiks

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MENGAPA DI PERLUKAN

WAWASAN NUSANTARA
(SENGKETA BUDAYA INDONESIA DAN
MALAYSIA)

KELAS 1B D4-JASA KONSTRUKSI


KELOMPOK 3:
Muh Sabir Almarya (41223026)

Muhammad Fajrin Maulana (41223031)

Naswa Nadlifah (41223036)

Andhini Anna’ (41223044)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI D4 – JASA KONSTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini. Makalah yang berjudul “Dinamika dan Tantangan Integrasi Nasional”

ini kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas Pendidikan

Kewarganegaraan kami yang diajarkan oleh Bapak Dr. Dahsan Hasan S.H, M.H.

Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini sehingga

makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tak lupa kami memohon maaf

atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada makalah yang kami

susun. Maka dari itu, kami mengharap kritik ataupun saran dari para pembaca

agar ke depannya makalah yang kami susun dapat lebih baik lagi.

Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat

memberikan kontribusi kecil bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Makassar, 11 Desember 2023

Kelompok 3

ii
SAMPUL……………………………………………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.1 Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Landasan Teori............................................................................................................. 4
1. Pengertian Wawasan Nusantara ................................................................................ 4
2. Fungsi Wawasan Nusantara........................................................................................ 8
3. Asas Wawasan Nusantara........................................................................................... 9
4. Implementasi Wawasan Nusantara……………………………………………………………………....11
2.2 Analisis Masalah.........................................................................................................12
1. Penyebab Terjadinya Sengketa Budaya Antara Indonesia dan Malaysia ................. 12
2. Solusi Kasus Sengketa Budaya Antara Indonesia dan Malaysia ................................ 18
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 26
2.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 26
2.2 SARAN ......................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki

keanekaragaman suku bangsa dan budaya. Negara Indonesia memiliki

unsur-unsur kekuatan. Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan

geografi yang sangat strategis dan kaya akan sumber daya alam.

Disamping itu negara Indonesia juga memiliki tantangan, yakni wujud

kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam

satu bangsa dan satu tanah air.

Oleh karena itu diperlukan cara pandang, cara pandang yang di

maksud adalah cara pandang wawasan Nusantara untuk mewujudkan

cita-cita nasional, terbentuknya negara Indonesia yang merdeka, bersatu,

berdaulat, adil dan makmur. Berbangsa dan bernegara merupakan suatu

konsep atau istilah yang menunjukkan seseorang individu terikat dan

menjadi bagian dari suatu bangsa dan negara tertentu.

Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia mempunyai makna

bahwa individu yang hidup dan terikat dalam kaidah dan naungan di

bawah negara kesatuan Republik Indonesia harus mempunyai sikap dan

perilaku diri yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi keikhlasan

atau kerelaan bertindak dan berkorban demi kebaikan bangsa dan

negara. Era globalisasi telah memberi banyak tantangan bagi negara

Indonesia. Peran pemerintah dalam memberikan pemahaman kepada


1
rakyat mengenai kesadaran berbangsa dan bernegara sangat diperlukan.

Pemerintah ikut bertanggung jawab dalam mengemban amanat

untuk memberikan penguatan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Perkembangan kesadaran berbangsa dan bernegara tidak selalu bersifat

positif, karena dipengaruhi oleh faktor dalam negeri salah satunya seperti

dinamika kehidupan warga negara dan dinamika kehidupan bangsa lain di

berbagai belahan dunia. Faktor penyebab lainnya yaitu perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah dipelajari dan di salah

artikan oleh generasi penerus bangsa, sehingga terjadi penyimpangan

perilaku.

Sebagai generasi penerus cita-cita bangsa para pemuda dituntut

untuk selalu loyal kepada bangsa dan mempererat persatuan dan

kesatuan bangsa guna mewujudkan kesadaran berbangsa dan bernegara.

Sebab, di dalam penerapan wawasan Nusantara rasa kesadaran akan

berbangsa dan bernegara sangat diperlukan untuk mencapai cita-cita dan

tujuan bangsa. Tanpa adanya rasa tersebut maka tujuan dan penerapan

dari wawasan Nusantara tidak akan bisa terwujud.

2
1.2 Rumusan Masalah

a) Apa yang menyebabkan terjadinya sengketa budaya antara

Indonesia dan Malaysia?

b) Apa solusi dari kasus sengketa budaya antara Indonesia dan Malaysia

1.3 Tujuan Penulisan

a) Untuk mengetahui penyebab terjadinya sengketa budaya antara

Indonesia dan Malaysia.

b) Untuk mengetahui solusi dari kasus sengketa budaya antara Indonesia

dan Malaysia

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara merupakan sebuah konsep yang mewakili cara

pandang Indonesia terhadap bangsa, masyarakat, dan wilayah negara, termasuk

tanah, laut, udara, dan ruang di atasnya, sebagai satu kesatuan politik, ekonomi,

dan budaya. Menekankan pada kesatuan dan keutuhan nusantara, bertujuan

untuk membangun kesadaran dan persatuan nasional yang kokoh, serta

mengutamakan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan pribadi,

kelompok, atau kepentingan tertentu. Konsep tersebut diterapkan dalam

berbagai aspek seperti pendidikan, ekonomi, budaya, seni, pertahanan, dan

keamanan untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.

Istilah "Wawasan Nusantara" berasal dari bahasa Jawa, dimana

"wawasan" berarti perspektif dan "nusantara" mengacu pada nusantara, yang

mencerminkan pandangan geopolitik fundamental Indonesia. Berlandaskan pada

asas Pancasila dan UUD 1945 serta menjadi pedoman penyelenggaraan negara di

pusat dan daerah, serta bagi seluruh rakyat.

4
a) Secara Politis

berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang

GBHN, Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang

bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945adalah cara

pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya

dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan

wilayah dalam menyelengarakan kehidupan berbangsa, dan bernegara

untuk mencapai tujuan nasional.

b) Secara Etimologi

berasal dari bahasa Jawa “wawas” yang berarti pandangan,

”nusa” yang berarti kesatuan kepulauan

5
Berikut adalah pendapat para ahli tentang Wawasan Nusantara

1. Prof. Wan Usman


Menurut Prof. Wan Usman, wawasan nusantara adalah cara pandang

bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah air sebagai negara kepulauan dalam

segala aspek kehidupan yang beragam.

2. Munadjat Danusaputro

Menurut Munadjat Danusaputro, wawasan nusantara adalah cara

pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensi yang

saling berhubungan serta penerapannya di tengah lingkungan berdasarkan asas

nusantara.

Asas nusantara sendiri merupakan suatu ketentuan dasar yang harus

ditaati, dipatuhi dan dipelihara agar kepentingan nasional dapat terwujud.

3. Sumarsono

Menurut Sumarsono, wawasan nusantara merupakan nilai yang

menjiwai segenap peraturan perundang-undangan pada setiap strata di seluruh

wilayah negara, sehingga menggambarkan sikap dan perilaku, paham serta

semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi dan merupakan identitas

atau jati diri Bangsa Indonesia.

Wawasan nusantara sebagai cara pandang Bangsa Indonesia tentang

merupakan gejala sosial yang dinamis dengan tiga unsur, Wadah dari wawasan

nusantara adalah wilayah negara kesatuan RI, wawasan nusantara adalah inspirasi

bangsa, tata laku dari wawasan nusantara adalah tindakan Bangsa Indonesia

untuk melaksanakan falsafah Pancasila

6
4. Samsul Wahidin

Menurut Samsul Wawasan Nusantara merupakan cara memahami, cara

menghayati, cara bersikap, cara bertindak, cara berpikir dan bertingkah laku

bagi bangsa Indonesia sebagai hasil dari interaksi psikologis, sosiokultural

dalam arti luas dengan aspek-aspek astagatra.

5. M. Panggabean

Menurut M. Panggabean, wawasan nusantara merupakan doktrin politik

bangsa Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan hidup NKRI

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan mempertimbangkan pengaruh

ekonomi, geografi, demografi, teknologi dan peluang strategis lainnya.

6. Sabarti Akhadiah MK, 1997

Menurut Sabarti Akhadiah, wawasan nusantara adalah cara pandang

bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sesuai dengan Pancasila

serta UUD 1945 sebagai bentuk aspirasi bangsa yang merdeka, berdaulat dan

bermartabat yang menjiwai kebijakan dalam mencapai tujuan bangsa.

7. Srijanti, Kaelan, dan Achmad Zubaidi, 2007

Menurut Srijanti, Kaelan, dan Achmad Zubaidi, wawasan nusantara ialah

cara pandang bangsa terhadap diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945, serta sesuai wilayah geografis nusantara yang menjiwai

kehidupan bangsa demi mencapai tujuan dan cita-cita nasional.

7
2. Fungsi Wawasan Nusantara

Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan Nasionalisme

yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat yang lebih mengutamakan

kepentingan nasional dibanding kepentingan individu, kelompok,

golongan, suku, atau daerah. Kedudukan Wawasan Nusantara sendiri

berada dalam Hirarki Paradigma Sosial, dimulai dari Dalam mewujudkan

nasionalisme yang tinggi itu bukanlah hal yang mudah, dimana dengan

adanya globalisasi saat ini mengakibatkan liberalisasi serta dominasi

pasar bebas. Buku berjudul Nasionalisme dan Ketahanan Budaya

Indonesia: Sebuah Tantangan yang dibuat oleh M. Azzam Manan

berupaya mencari sebuah solusi untuk menyelesaikan permasalahan

tersebut.

Hirarki I = Landasan Ideologi atau Pancasila sebagai falsafah, ideologi


bangsa, dasar negara

Hirarki II = Landasan Konstitusionalnya UUD 1945

Hirarki III = Landasan Visional adalah Wawasan Nusantara

Hirarki IV = Landasan Konsepsional merupakan Ketahanan Nasional

Hirarki V = Landasan Operasional adalah GBHN (Garis-garis


Besar Haluan Negara).

Jika mengacu pada pengertian wawasan nusantara, sebenarnya fungsi

utama dari wawasan nusantara adalah sebagai panduan, pedoman,

acuan bagi bangsa Indonesia dalam bernegara. Fungsi wawasan

nusantara sendiri terbagi lagi ke dalam 4 kategori, yaitu:

8
a) Wawasan Pertahanan dan Keamanan nasional: Mengarah pada

pandangan geopolitik Negara Indonesia. Pandangan tersebut mencakup

tanah air serta segenap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b) Wawasan Kewilayahan Indonesia: Termasuk pemahaman mengenai batas

wilayah Indonesia agar terhindar dari potensi sengketa dengan negara

lain.

c) Wawasan Pembangunan: Dengan beberapa unsur di dalamnya, seperti

sosial politik, kesatuan politik, pertahanan serta keamanan negara,

ekonomi, dan sosial ekonomi.

d) Konsep Ketahanan Nasional: Konsep ketahanan sosial yang memegang

peranan penting dalam perencanaan pembangunan, kewilayahan, serta

pertahanan keamanan nasional

3. Asas Wawasan Nusantara

a. Asas Solidaritas

Solidaritas adalah perasaan emosional dan moral yang terbentuk pada

hubungan antar individu atau kelompok berdasarkan rasa saling percaya,

kesamaan tujuan dan cita-cita, adanya kesetiakawanan dan rasa

sepenanggungan. Sikap solidaritas sendiri merupakan bentuk kepedulian

terhadap orang lain. Sikap solidaritas sudah selayaknya dijalankan oleh seluruh

masyarakat Indonesia, tanpa membeda-bedakan dari dan kepada siapa.

Kesetiaan menjadi tonggak utama dalam menciptakan persatuan serta

kesatuan suatu negara. Rasa setia kawan atau solidaritas dapat menjadi

kekuatan tersendiri untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional.

9
b. Asas Kejujuran

Kejujuran dalam berpikir serta bertindak menjadi sebuah asas wawasan

nusantara yang sangat penting. Berani berpikir dan bertindak hanya yang sesuai

dengan fakta serta kenyataan, wajib dilakukan demi tercapainya kemajuan.

c. Asas Kesamaan Tujuan

Mempunyai tujuan serta kepentingan yang sama. Sebagai contoh, di

masa kemerdekaan saat semua rakyat Indonesia melakukan berjuang bersama-

sama mengusir para penjajah.

d. Asas Keadilan

Seluruh elemen masyarakat mempunyai hak yang sama dalam

mendapatkan keadilan dan mewujudkan tujuan serta cita-cita nasional tidak

boleh merugikan pihak tertentu maupun mengutamakan kepentingan

kelompok atau golongan sendiri. Hal ini berlaku dalam segala aspek kehidupan

bernegara, baik keadilan secara hukum, ekonomi, politik, serta sosial.

e. Asas Kerja Sama

Dengan adanya kesadaran pada tujuan serta kepentingan yang sama akan

menciptakan kerjasama antar elemen masyarakat. Kerjasama serta koordinasi

tersebut dapat dilaksanakan atas dasar kesetaraan agar terciptanya efektivitas

dalam mencapai tujuan bersama.

10
4. Implementasi Wawasan Nusantara

a) Implementasi di Bidang Pertahanan dan Keamanan

Implementasi wawasan nusantara di bidang pertahanan dilakukan

dengan membentuk sikap dan kedisiplinan diri dalam membela Tanah Air,

serta melaporkan segala hal yang mengganggu keamanan pada aparat yang

berwenang, meningkatkan rasa persatuan serta solidaritas baik dalam satu

daerah yang sama atau daerah yang berbeda. Terakhir membangun sarana

serta prasarana bagi kegiatan atau aktivitas pengamanan wilayah Indonesia.

b) Implementasi di Bidang Politik

Implementasinya ada dalam Pelaksanaan kehidupan berpolitik Indonesia.

Terdapat juga dalam Undang-Undang, misalnya UU Partai Politik, dan UU

Pemilu. Implementasi wawasan nusantara di bidang politik juga dimaksudkan

untuk menciptakan pemerintahan yang kuat, bersih, dan dapat dipercaya

oleh masyarakatnya. Contoh implementasi wawasan nusantara di bidang

politik yakni:

Menjalankan komitmen politik pada lembaga pemerintahan serta partai

politik dalam rangka meningkatkan persatuan serta kesatuan bangsa.

Keikutsertaan Indonesia di dalam politik luar negeri, dan memperkuat korps

diplomatik untuk menjaga seluruh wilayah Indonesia.

Pelaksanaan Pemilu dengan sistem demokrasi yang menjunjung tinggi

keadilan. Mengembangkan sikap pluralisme dan HAM untuk mempersatukan

keberagaman di Indonesia

11
c) Implementasi di Bidang Ekonomi

Implementasi wawasan nusantara di bidang ekonomi terdapat pada

pemanfaatan kekayaan alam di indonesia sambil menjaga kelestarian

lingkungan hidupnya. Kekayaan dan letak geografis Indonesia yang strategis

dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk perekonomian negara.

Orientasi bidang ekonomi di sektor pemerintahan, industri, serta

pertanian. Pembangunan ekonomi yang seimbang serta adil di tiap-tiap

daerah Indonesia sehingga tidak terjadi kemiskinan di daerah tertentu.

Otonomi daerah sendiri diharapkan dapat atau bisa menciptakan segala

macam upaya keadilan ekonomi ini partisipasi seluruh masyarakat Indonesia

dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. Hal ini kemudian akan didukung

dengan pemberian fasilitas kredit mikro guna mengembangkan usaha kecil.

d) Implementasi di Bidang Sosial

Implementasi wawasan nusantara di bidang sosial berada pada saling

menghargai dan menghormati setiap perbedaan atau keragaman yang ada di

Tanah Air. Mulai dari perbedaan, suku, ras, agama hingga budaya.

2.2 Analisis Masalah

1. Penyebab terjadinya sengketa budaya antara Indonesia dan


Malaysia
Dalam lingkup wawasan nusantara, ada berbagai masalah yang menjadi

sorotan publik. Salah satunya adalah yang akan kita bahas dalam pengangkatan

kasus saat ini, yaitu “Sengketa Budaya Indonesia vs Malaysia”. Mengapa kita

mengangkat kasus ini? Karena kita pasti sudah tidak asing lagi dengan sengketa

12
budaya yang berhubungan dengan negara tetangga yaitu Malaysia. Sengketa ini

sudah berlangsung sejak lama (tahun 1960) dan masih diperdebatkan hingga

sekarang.

Kedutaan besar Malaysia di Jakarta kerap kali menjadi sasaran

pengunjukrasa yang marah dan para pengunjukrasa mengatakan ‘Malaysia

mencuri budaya Indonesia’. Salah seorang pelajar Indonesia di Monash

University Malaysia mengatakan “Di Malaysia ketika saya membawa teman –

teman saya ke museum, ini adalah batik Jogja, batik Solo. Ini bukanlah berasal

dari Negara Anda (Malaysia). Ia menjelaskan kepada teman – temannya bahwa

semua itu berasal dari negaranya sendiri yaitu Indonesia bukan milik Negara

Malaysia.

Masalah kepemilikan budaya sudah mendera hubungan kedua

negara tersebut. Kontroversi tari Pendet 2009 adalah konflik dalam

hubungan antara Indonesia dan Malaysia disebabkan oleh sebuah iklan

yang mengiklankan pariwisata negara Malaysia menampilkan fitur penari

pendet Bali yang sebetulnya memang bukan tarian Malaysia, sehingga

menyebabkan kemarahan bagi warga Indonesia.

Iklan ini ditayangkan dalam sebuah stasiun televisi swasta Singapura

bernama Discovery Channel di Malaysia ini menyebabkan aksi protes di

Indonesia. Permintaan ini dibuat oleh para pemerintah daerah, sejarawan

budaya, serta pelayanan pariwisata di Indonesia untuk Malaysia demi

mengklarifikasikan situasi. Pemerintah Malaysia menyatakan permintaan

maaf mereka, namun ditolak oleh menteri pariwisata Indonesia, karena

permintaan maaf itu diberikan secara informal melalui telepon, menteri


13
pariwisata Indonesia menuntut permintaan maaf secara tertulis agar terlihat

lebih akuntabel.

Pemerintah Malaysia mengatakan bahwa mereka tidak memiliki

tanggung jawab untuk iklan tersebut, dan kemudian pihak Discovery TV

mengirimkan surat permintaan maaf kepada kedua negara, yang

mengatakan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas periklanan

tersebut. Banyak berita dan editorial Indonesia terus melaporkan bahwa

klip menyinggung tersebut adalah iklan permintaan maaf pemerintah

Malaysia meskipun dari kantor Discovery Singapura.

Orang Indonesia yang amat nasionalis yang kemudian

mengadakan demonstrasi anti-Malaysia. Kelompok Gemars mulai

pendaftaran untuk perang melawan Malaysia dan telah mempersiapkan

stok makanan, obat-obatan dan senjata termasuk pedang samurai dan

bintang untuk ninja lempar. Sekelompok orang bersenjata mendirikan

blokade jalan untuk memeriksa orang Malaysia di jalan Jakarta sebelum

para polisi mulai melakukan aktivitas mereka. Kelompok ini kemudian

tersebar secara sendirinya tanpa menemukan orang Malaysia

satupun. Para mahasiswa Universitas Gadjah Mada asal Malaysia di

Yogyakarta dilempari telur busuk oleh para mahasiswa setempat.

Pada bulan Agustus 2009, Rektor Universiti Susilo Wibowo

menyatakan bahawa Universitas Diponegoro Semarang sudah berhenti

menerima pelajar Malaysia bagi tahun akademik 2009-10. Hal itu turut

mendapat perhatian penerbitan University World News edisi Global. Hal

ini diputus walaupun pegawai pendidikan pemerintah menggesa ia

14
dibatalkan dengan mendakwa "Kami tahu akan akibatnya. Kementerian

Pendidikan Malaysia tidak lama kemudian mengeluarkan Undip dari daftar

universitas yang diiktiraf untuk para mahasiswa kedokterannya karena

universitas tersebut dianggap gagal memenuhi persyaratan dari Malaysia

Medical Council (MMC).

Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia kemudian dihubungi

oleh Menteri Luar Negeri Malaysia untuk mencari kabar tentang orang

Malaysia terhadap isu yang mengakibatkan memburuknya hubungan

bilateral kedua negara. Duta Besar Indonesia telah dihubungi Menteri Luar

Negeri Indonesia serta Kepala Kepolisian Republik Indonesia, yang

meyakinkan bahwa langkah-langkah yang diperlukan akan diambil untuk

menjamin keamanan warga Malaysia di Indonesia.

Sekretaris Dewan Keamanan Nasional, Datuk Mohamed Tajudeen

Abdul Wahab telah menginstruksikan untuk semua perbatasan Malaysia,

yang diawaki oleh militer, telah diperketat dan lembaga penegakan hukum

yang telah diberitahu untuk bersiaga dari kemungkinan warga Indonesia

yang protes melewati pantai Malaysia. Hal ini dibuat karena dalam

menanggapi ancaman Benteng di Demokrasi Rakyat Indonesia (Bendera)

yang akan berperang dengan mengirim 1.500 tentara - bersenjata dengan

bambu runcing - ke Malaysia melalui udara, darat dan laut (10/08/2009).

Kelompok ini merupakan kelompok yang sama dengan yang telah

mendirikan blokade jalan di Menteng, Jakarta Pusat bulan lalu, untuk

mencari orang Malaysia.

15
sekitar pertengahan Juni 2012, Malaysia mengklaim Tortor dan

Gordang Sambilan etnis Mandailing, yang merupakan kesenian asli dari

Sumatera Utara (Sumut), sebagai warisan budaya negeri jiran. Dapat

dikatakan, isu pengklaiman budaya Indonesia oleh Malaysia ini menjadi

isu besar yang melibatkan perhatian mayoritas rakyat Indonesia.

Pengklaiman budaya ini juga akhirnya menjadi pro kontra di mata publik

Sumatera Utara (Sumut). Saat isu Malaysia mendaftarkan Tortor dan

Gordang Sambilan sebagai warisan budayadalam Akta Warisan

Kebangsaan 2005, mengemuka di media massa, kontroversi semakin

meningkat. Ditandai dengan aksi unjukrasa besar di depan kantor

Konsulat Jenderal (Konjen) Malaysia di Kota Medan.

Kelompok masyarakat di Sumatra Utara juga meminta Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara menyampaikan nota protes ke Malaysia atas

pengklaiman Tortor dan Gordang Sambilan tersebut. Tortor dan Gordang

Sambilan merupakan seni budaya dari Mandailing, salah satu etnis besar

di Sumatera Utara.

Lalu kasus sengketa budaya yang terjadi baru baru ini adalah lagu

"Halo-Halo Bandung" lagu ini diduga dijiplak oleh Malaysia, yang

menyebabkan ketegangan antara Indonesia dan Malaysia terkait klaim

kebudayaan. Lagu ini merupakan ciptaan Ismail Marzuki dan pertama kali

diumumkan pada tanggal 1 Mei 1946. Saat ini lagu tersebut telah tercatat

di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum

dan HAM. Lagu "Halo-Halo Bandung" dijiplak oleh kanal YouTube asal

Malaysia bernama Laku Kanak TV, yang diduga telah melanggar hak cipta

16
atas karya lagu "Halo-Halo Bandung" ciptaan Ismail Marzuki karena

dianggap mengambil musik dan mengubah lirik aslinya.

Konflik ini menunjukkan pentingnya menjaga dan melindungi

warisan budaya masing-masing negara serta menyelesaikan perselisihan

secara bijaksana. Upaya promosi kebudayaan dan kerjasama antar

negara dapat menjadi langkah untuk meningkatkan pemahaman dan

mengurangi potensi konflik terkait klaim kebudayaan

Konflik klaim kebudayaan antara Indonesia dan Malaysia

dilatarbelakangi oleh dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan sosial-politik

kedua negara. Pertama, secara ekonomi Malaysia mulai mengembangkan

ekonomi kebudayan dalam bentuk industri pariwisata berbasis

kebudayaan. Dengan demikian, keanekaragaman kebudayaan yang

terdapat di Malaysia yang tadinya berada di luar konteks ekonomi berubah

menjadi industri kebudayaan dalam bentuk berbagai aksi pertunjukan,

festival dan pameran kebudayaan sebagai paket pariwisata.

Masyarakat Indonesia sebagai negeri serumpun ketika mengetahui

hal tersebut spontan menjadi marah, karena hampir semua bentuk

produk-produk kebudayaan yang diakui oleh Malaysia di Indonesia secara

terun temurun juga dipraktikkan dan diakui sebagai kebudayaan warisan

leluhur. Maka, sebagai bentuk respon atas kebijakan Malaysia tersebut,

pemerintah Indonesia baik pusat maupun daerah bergegas mematenkan

kebudayaan-kebudayaan Indonesia.

17
Kedua, secara politik iklan pariwisata Malaysia selain dimaksudkan

sebagai promosi wisata kebudayaan juga digunakan untuk menarik

simpati etnis Melayu dalam menghadapi pemilu Malaysia (2008) serta

untuk mempertahankan kekuasaan UMNO (United Malays National

Organization) di pemeritahan. Karena Malaysia ketika di bawah

pemerintahan Perdana Menteri Abdullah Badawi (2004-2008) dihadapkan

pada persoalan tuntutan ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah

UMNO dan hal ini merupakan kesempatan Anwar Ibrahim untuk

mencalonkan diri sebagai perdana menteri. Sementara di Indonesia,

situtasi ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok politik tertentu untuk

menggoyang pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudoyono yang

baru terpilih dalam pemilu 2009.

Suasana politik dalam negeri menjadi semakin keruh ketika media-

media baik elektronik maupun cetakan beramairamai memberitakan klaim-

klaim kebudayaan apa yang saja yang telah direbut oleh Malaysia.

Akibatnya, masyarakat Indonesia menjadi semakin marah ketika

mengetahui identitas kebudayaan mereka dicaplok negara tentangga

sendiri hal inilah yang membuat hubungan Indonesia dan Malaysia

menjadi semakin memanas.

2. Solusi kasus sengketa budaya antara Indonesia dan malaysia


Melakukan perlindungan Warisan Budaya bangsa bukanlah pekerjaan

yang mudah. Hal tersebut sama halnya seperti upaya membangkitkan kembali

kebesaran bangsa Indonesia di zaman Majapahit. Mengapa demikian? Sebuah

negara yang mampu melindungi dan mempromosikan Warisan Budayanya

18
dengan baik pada umumnya akan menjadi bangsa yang besar.

Sebuah contoh menarik adalah Jepang. Di saat mereka baru saja kalah

perang setelah berakhirnya Perang Dunia II dan semua orang sibuk berusaha

untuk bertahan hidup, Pemerintah Jepang pada tahun 1950 justru mengeluarkan

sebuah undang-undang tentang perlindungan Warisan Budaya Takbenda (WBT).

Mereka berkeyakinan bahwa jika WBT-nya hilang, maka bangsa Jepang tidak

akan pernah menjadi bangsa yang besar. Hari ini setelah 73 tahun lebih berlalu-

mereka membuktikan bahwa keputusan Pemerintah Jepang pada waktu itu

adalah tepat.

Pemerintah RI telah berusaha untuk melakukan berbagai upaya, antara

lain: membuat inventarisasi WBT milik bangsa Indonesia; mendaftarkan mata

budaya Indonesia sebagai warisan budaya dunia di UNESCO; menjadi anggota

UNESCO Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage

2003; dan, menyusun RUU tentang Perlindungan dan Pemanfaatan PT dan EBT.

Namun demikian, semua itu tidak akan memadai, karena perlindungan Warisan

Budaya esensinya adalah upaya penanaman kembali keyakinan di dalam diri

bangsa Indonesia bahwa kebudayaan asli kita adalah sesuatu yang sangat luhur

dan membanggakan.

Dibutuhkan biaya yang sangat besar dan keterlibatan seluruh anggota

masyarakat secara serentak dan berkelanjutan. Mengandalkan sepenuhnya

kepada upaya Pemerintah dengan anggaran yang terbatas untuk saat ini tidak

mungkin dapat dilakukan. Sebagai contoh, media massa elektronik televisi perlu

mengalokasikan sebagian dari prime time-nya untuk memberikan ruang kepada


19
acara-acara yang mengedepankan pentingnya perlindungan dan promosi

Warisan Budaya bangsa. Jika tidak, maka masyarakat Indonesia akan “dicuci

otak” dengan berbagai tayangan yang berbau budaya Barat.

Seorang kawan yang juga budayawan, Gaura Mancacaritadipura, pernah

menyampaikan bahwa saat ini sudah terlalu banyak anak muda Indonesia yang

memiliki american brain dalam pengertian mengabaikan nilai-nilai luhur yang

dimiliki oleh kebudayaan bangsa sendiri. Dalam jangka pendek, upaya untuk

melindungi Warisan Budaya bangsa dari klaim oleh pihak asing adalah

mempromosikannya baik di dalam maupun di luar negeri melalui berbagai

macam cara. Aktivitas tersebut harus dilakukan secara intensif dan berkelanjutan

hingga terbentuk citra (image) bahwa suatu mata budaya adalah identik dengan

Indonesia, seperti halnya baju Kimono dengan Jepang, atau bela diri Kungfu

dengan Cina. Sebagai contoh, jika kita hendak melindungi dan mempromosikan

mata budaya Tari Pendet, maka perlu dilakukan berbagai hal di bawah ini secara

berkelanjutan:

1. Sebanyak mungkin misi kebudayaan ke luar negeri menampilkan

kesenian Tari Pendet;

2. Seluruh perwakilan RI di luar negeri dalam berbagai kesempatan

diupayakan untuk mengenakan pin atau atribut lainnya yang

menggambarkan kesenian Tari Pendet;

3. Diupayakan agar iklan komersial dapat seoptimal mungkin menunjukkan

kesenian Tari Pendet;

20
4. Menayangkan cerita tentang Tari Pendet di media TV internasional

seperti Discovery Travel and Living (Cina, India, Singapura dan Malaysia

seringkali menggunakan jaringan TV tersebut untuk mempromosikan

Warisan Budayanya);

5. Diproduksi berbagai macam produk barang yang menggambarkan

kesenian Tari Pendet, seperti suvenir, kaos, kemeja, CD musik, film, dan

sebagainya.

Namun demikian, semua upaya itu hanya berhenti dalam waktu yang

relatif pendek jika rasa memiliki terhadap Warisan Budaya itu sendiri tidak

tertanam secara mendalam di dalam diri masyarakat. Oleh karena itu, secara

paralel -oleh seluruh pemangku kepentingan terkait- perlu dilakukan berbagai

upaya lainnya yang justru jauh lebih penting, antara lain:

1. Meningkatkan upaya untuk menggali kembali pengetahuan mengenai

berbagai Warisan Budaya bangsa untuk menemukan berbagai nilai luhur

yang dikandungnya dan dapat memberikan kebanggaan berbangsa dan

bernegara.

2. Memberikan penghargaan yang tinggi -material dan non material- kepada

para maestro atau human living treasure yang telah berjasa melestarikan

dan mengembangkan Warisan Budaya bangsa;

3. Secara sistematis dan berkelanjutan menanamkan kembali nilai-nilai

luhur dari Warisan Budaya bangsa ke dalam perilaku keseharian

masyarakat;
21
4. Mengintegrasikan kearifan lokal di dalam berbagai perencanaan

kebijakan pembangunan dan pengembangan usaha, dan sebagainya.

Persoalannya sekarang adalah, seberapa besar perhatian kita terhadap

perlindungan dan promosi Warisan Budaya bangsa? Seberapa besar

kebanggaan kita terhadap Warisan Budaya milik bangsa sendiri? Satu hal yang

harus direnungkan adalah apakah reaksi masyarakat kita terhadap klaim oleh

pihak asing -seperti Malaysia- hanya sekedar upaya untuk mempolitisasi

berbagai ketidakberesan yang terjadi di Indonesia ataukah kita memang sangat

mencintai dan bangga dengan Warisan Budaya bangsa sehingga harus

dilindungi dari pengakuan oleh pihak manapun yang bukan pemiliknya, seperti

halnya yang dilakukan oleh bangsa Jepang.

Selain upaya – upaya yang dapat di lakukan oleh masyarakat dalam

mencegah terjadinya sengketa budaya , upaya dari kedua belah pihak negara

juga sangat di butuhkan contohnya antara lain yaitu;

1. Dialog dan Diplomasi Intensif

Mendorong dialog terbuka dan berkesinambungan

antara pemerintah, budayawan, dan masyarakat sipil dari kedua

negara untuk memahami perbedaan, membangun kepercayaan,

dan mencari titik kesepakatan.

22
2. Forum Budaya Bersama

Mendirikan forum atau platform budaya bersama yang

melibatkan perwakilan dari berbagai lapisan masyarakat untuk

berbagi pandangan, menyelesaikan ketidaksepahaman, dan

merancang program kerja sama budaya.

3. Kerjasama Budaya Tangible

Meningkatkan kerjasama konkret dalam bidang seni,

sastra, musik, dan bidang budaya lainnya melalui pertukaran

seniman, pameran bersama, dan proyek kolaboratif untuk

memperkaya dan mempromosikan keberagaman budaya.

4. Komitmen Bersama untuk Pemeliharaan Warisan Budaya

Menyusun kesepakatan resmi yang menetapkan

tanggung jawab bersama dalam pemeliharaan warisan budaya

yang dipersengketakan, termasuk langkah-langkah untuk

melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian.

5. Penyusunan Pedoman dan Etika Bersama

Mengembangkan pedoman bersama dan etika terkait

dengan pengelolaan warisan budaya bersama, hak cipta, dan

23
penggunaan yang menghormati serta adil bagi kedua belah

pihak.

6. Pendidikan Budaya Bersama

Melibatkan pendidikan dan kampanye kesadaran

masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang

keberagaman budaya antara Indonesia dan Malaysia, serta

memerangi stereotip dan prasangka.

7. Kolaborasi dalam Industri Kreatif

Mendorong kolaborasi dalam industri kreatif seperti film,

televisi, dan teknologi digital untuk menciptakan narasi bersama

yang menggambarkan kekayaan budaya dan sejarah kedua

negara.

8. Penggunaan Media Sosial Positif

Memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan pesan

positif dan mengurangi potensi konflik, mengedepankan narasi

persatuan dan saling penghargaan.

9. Keterlibatan Pihak Ketiga Netral

Melibatkan lembaga-lembaga internasional atau


24
mediator budaya yang netral untuk memfasilitasi proses

penyelesaian sengketa dan memberikan pandangan objektif.

10. Monitoring dan Evaluasi Periodik

Menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi untuk

memastikan implementasi solusi dan membuat penyesuaian

jika diperlukan.

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. sengketa budaya antara Indonesia dan Malaysia mencerminkan kompleksitas

hubungan bilateral di tingkat budaya. Isu-isu seperti klaim atas warisan

budaya, kontroversi dalam iklan pariwisata, dan klaim kebudayaan yang

saling bertentangan telah memicu ketegangan antar kedua negara. Konflik ini

tidak hanya melibatkan aspek sejarah dan budaya, tetapi juga dipengaruhi

oleh faktor ekonomi, politik, dan sosial.

2. Penyelesaian sengketa budaya ini memerlukan pendekatan yang bijaksana,

dialog intensif, dan komitmen dari kedua belah pihak untuk mencapai

kesepakatan yang saling menguntungkan. Pendidikan publik dan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya keberagaman budaya dapat membantu

meredakan ketegangan dan membangun pemahaman yang lebih baik antara

negara-negara yang terlibat

3.2 SARAN

Sebagai mahasiswa dalam pengembangan dan penerapan wawasan

nusantara sangat penting untuk memperkuat kesadaran akan keberagaman

budaya, sejarah, dan tantangan bersama di wilayah Nusantara. Dengan aktif

terlibat dalam berbagai kegiatan, mahasiswa dapat menjadi agen perubahan

yang membantu memperkuat wawasan nusantara dan membangun keterlibatan

yang positif dalam pembangunan masyarakat dan keberlanjutan di

wilayah Nusantara

26
DAFTAR PUSTAKA

Pranoto, Suhartono W. 2005. Budaya Daerah dalam Era Desentralisasi.


(Online) (https://media.neliti.com/media/publications/11812-ID-budaya-daerah-
dalam-era-desentralisasi.pdf) diakses tanggal 10 Desember2023

Ratih, L. D., & Najicha, F. U. (2020). Wawasan nusantara sebagai upaya


membangun rasa dan sikap nasionalisme warga negara: sebuah tinjauan
literatur. Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan
Kewarganegaraan, 10(2), 59-64.

Sunarti, L. (2013). Menelusuri akar konflik warisan budaya antara Indonesia


dengan Malaysia. Sosiohumanika, 6(1).

27

Anda mungkin juga menyukai