P3 - Ipk - Kelompok A - Gol 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOLOGI DAN PATOLOGI KLINIK


( P3. GAGAL GINJAL )

GOLONGAN 2 KELOMPOK A
ANGGOTA : METHA WULANDARI (200500288)
MINAKHUR ROHMAN (200500289)
MUHAMMAD NURUDDIN AMIEN (200500290)
NADIA TUS SAROYA (200500292)
TANGGAL PRAKTIKUM : Rabu 17 November 2021
DOSEN : apt. Nurul Kusumawardani M. Farm.

LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN PATOLOGI


PRODI SARJANA FARMASI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A DEFINISI PENYAKIT

Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk seperti kacang yang berada di
bawah tulang rusuk dengan panjang sekitar 11 cm, lebar 6 cm, tebal 3 cm, dan berat
sekitar 150 g (Waugh, et al., 2011). Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang mempunyai
fungsi untuk menyaring atau membersihkan darah, mengatur atau mengeluarkan
kelebihan cairan tubuh, sebagai penyeimbang kadar kimia darah, mengeluarkan hormon
yang mengatur tekanan darah, dan lain sebagainya. Ginjal juga memproduksi bentuk
aktif dari vitamin D yang mengatur penyerapan kalsium dan fosfor. Selain itu ginjal
memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang sumsum tulang untuk produksi sel
darah merah, serta renin yang berfungsi mengatur volume darah dan tekanan darah.
Pada intinya, ginjal merupakan organ yang sangat vital dan penting untuk menjaga
kesehatan tubuh pada manusia dan jika terjadi penurunan fungsi ginjal maka dapat
beresiko terjadinya penyakit ginjal (Cahyaningsih, 2011).

Struktur ginjal

Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut
kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa
yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah
merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah.
Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula
Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-
zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi
penambahan zat-zat sampah metabolisme lain kedalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini
adalah urin (air seni).
Penyakit ginjal atau yang biasa disebut gagal ginjal adalah kelainan organ ginjal
yang diakibatkan oleh berbagai faktor, misal infeksi, tumor, kelainan bawaan, dan lain-
lain (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Gagal ginjal tersebut dapat mempengaruhi
fungsi serta struktur ginjal yang memiliki tingkat keparahan berbeda. Menurut
Indonesian Renal Registry, pada tahun 2014 pasien penyakit gagal ginjal di Indonesia
mencapai 12.770 jiwa, dan yang terbanyak disebabkan karena hipertensi. Jika pasien
sudah terdiagnosis gagal ginjal, maka penanganannya adalah dengan cara melakukan
hemodialisis atau cuci
darah secara berkala serta bisa juga melakukan transplantasi ginjal untuk menggantikan
ginjal sebelumnya yang telah rusak atau tidak berfungsi. Gagal ginjal adalah salah satu
penyakit mematikan dan penyebab kematian utama di dunia (Indra, 2006).
Ginjal yang sakit ditandai dengan pengeluaran kotaran atau racun dan
pengaturan air, keseimbangan asam-basa yang terganggu, tekanan darah tinggi, anemia
dan sakit tulang (Budiyanto, 2002). Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal
itu sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa,
terlebih pada kaum lanjut usia. Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari
serangkaian penyakit yang menyerang traktus urinarius.
Penyakit gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut
dan gagal ginjal kronis, adapun :
1. Gagal ginjal akut
Gagal ginjal akut atau dikenal dengan Acute Renal Failure (ARF) adalah
sekumpulan gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak. Secara
epidemologi, gagal ginjal akut (Acute Renal Felure) merupakan gangguan ginjal
yang sering dikarenakan adanya perubahan usia. Gagal ginjal akut dapat ditandai
dengan fungsi ginjal berhenti secara mendadak yang dapat terjadi pemulihan
secara berangsur-angsur. Merupakan kondisi fungsi ginjal mengalami perubahan
dalam waktu singkat yaitu beberapa jam sampai beberapa minggu, gangguan ini
bersifat reversible atau dapat kembali normal apabila ditanggani dengan cepat dan
baik. Gagal ginjal akut biasanya disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke
ginjal misalnya pada kondisi kekurangan cairan (dehidrasi) pada diare atau pada
pasien luka bakar, kekurangan volume darah misalnya pada pasien perdarahan,
pasien dalam keadaan penyakit infeksi pada ginjal, obat-obatan misalnya
penggunaan obat antinyeri yang berlebihan, dan penumpukan zat kimia yang
berlebih di dalam tubuh (misalnya, logam berbahaya atau alkohol). Selain itu,
gagal ginjal akut dapat disebabkan karena tersumbatnya urin yang akan keluar
misalnya karena batu ginjal, batu di kandung kemih, dan pembesaran prostat pada
pria.
2. Gagal ginjal kronis
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irrevesibel. Dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang disebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). gagal ginjal kronis ditandai dengan hilangnya proses dari fungsi nefron
secara progresif sehingga penurunan fungsi ginjal menurun secara bertahap.
(Indra, 2006). Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menetap
selama lebih dari 3 bulan atau menahun. Berdasarkan data dari Renal Registry
KEMENKES RI tahun 2013, jumlah penyakit gagal ginjal kronis di indonesia
sebanyak 0,2% dari total penduduk indonesia. 8000 penderita disebabkan karena
komplikasi diabetes dan 4000 pasien dari komplikasi hipertensi (darah tinggi).
B ETIOLOGI PENYAKIT
1. Gagal ginjal akut
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar,yaitu :
a. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status
penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui saluran
gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau anafilaksis), dan gangguan fungsi
jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif atau syok kardiogenik).
b. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat
benturan, dan infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosistubulus
akut (ATN) dan berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan
menyebabkan pembesaran hemoglobin dan mioglobin (protein yangdilepaskan dari
otot keika cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau keduanya. Reaksi
perfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal, heglobin dilepaskan
melalui mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di
tubulus ginjal menjadi factor pencetus terbentuknya emoglobin. Penyebab lain
adalah pemakaian obat-obatan antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama pada
pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal
melindungi aliran darah renal, menyebakan iskemia ginjal.
c. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi dibagian distal ginjal. Tekanan ditubulus ginjal meningkat, akhirnya laju
fitrasi glomerulus meningkat. Eskipun pathogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan
oliguria belum diketahui, namun terdapat masalah mendasar yang menjadi
penyebab. Beberapa factor mungkin reversible jika diidentifikasi dan ditangani
secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu .Beberapa kondisi yang menyebabkan
pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :
 Hipovolemia
 Penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif
 Obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, ekuan darah, atau batu
ginjal, dan,
 Obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal.
2. Gagal ginjal kronis
a. Gangguan pembuluh darah ginjal : berbagai jenis lesi vaskular dapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis
pada arteri renalisis yang benar, dengan kontriksi skleratik progresif pada
pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular padasatu atau lebih arteri besar yang
juga menimbulkan sumbatan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi
yang di sebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, di karakteristikkan oleh
penebalan, hilangnya elastisitassistem, perubahan darah ginjal mengakibatkan
penurunan aliran darah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : seperti glomerulonefritis dan SLE
c. Enfeksi : dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E. Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada fraktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai
ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus
urinarius lewat ureter ke ginjal sehingga dapat menimbulkan kerusakan irefersibel
ginjal yang di sebut plenlinefritis.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga terjadi penebalan membran kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan
disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amiloidosis yang di sebabkan oleh
endapan zat-zat proteinnemia abnormal pada dinding pembuluh darah secara serius
merusak membran glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksik akibat analgesik atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius : oleh batu ginjal, hipertropi prostat, dan konstriksiuretra.
g. Kelainan kongelital 8 penyakit polikistik = kondisi keturunan yang
dinkarateristikkan oleh terjadinya kista atau kontong berisi cairan di dalam ginjal
dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital (
hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.

C PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Gagal ginjal akut dibagi dua tingkatan.
a. Fase mula
Ditandai dengan penyempitan pembuluh darah ginjal dan menurunnya
aliran darah ginjal, terjadi hipoperfusi dan mengakibatkan iskemi tubulus renalis.
Mediator vasokonstriksi ginjal mungkin sama dengan agen neurohormonal yang
meregulasi aliran darah ginjal pada keadaan normal yaitu sistem saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, prostaglandin ginjal dan faktor-faktor natriuretik atrial.
Sebagai akibat menurunnya aliran darah ginjal maka akan diikuti menurunnya
filtrasi glomerulus
b. Fase maintenance
Pada fase ini terjadi obstruksi tubulus akibat pembengkaan seltubulus dan
akumulasi dari debris. Sekali fasenya berlanjut maka fungsi ginjal tidak akan
kembali normal walaupun aliran darah kembali normal. Vasokonstriksi ginjal aktif
merupakan titik tangkap patogenesis gagal ginjal dan keadaan ini cukup untuk
mengganggu fungsi ekskresi ginjal. Macam-macam mediator aliran darah ginjal
tampaknya berpengaruh. Menurunnya cardiac output dan hipovolemi merupakan
penyebab umum oliguri perioperative. Menurunnya urin mengaktivasi sistem saraf
simpatis dan sistem renin-angiotensin. Angiotensin merupakan vasokonstriksi
pembuluh darah ginjal dan menyebabkan menurunnya aliran darah ginjal.
Gagal ginjal kronik.
Pada gagal ginjal kronik, terjadi banyak nephron-nephron yang rusak
sehingga nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal.
Dalam keadaan normal, sepertiga jumlah nephron dapat mengeliminasi sejumlah
produk sisa dalam tubuh untuk mencegah cegah penumpukan di cairan tubuh. Tiap
pengurangan nephron berikutnya, bagaimanapun juga akan menyebabkan retensi
produk sisa dan ionkalium. Bila kerusakan nephron progresif maka gravitasi urin
sekitar 1008. Gagal ginjal kronik hampir selalu berhubungan dengan anemi berat.
Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan selanjutnya
terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan dengan hipertensi.
Hipertensi akan berlanjut bila salah satu bagian dari ginjal mengalami iskemi.
Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan sejumlah besar renin , yang selanjutnya
membentuk angiotensin II , dan seterusnya terjadi vasokonstriksi dan hipertensi.
D PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN LAIN UNTUK
MENEGAKKAN DIAGNOSI
Pemeriksaan klinis yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal
akut adalah :
a. Kadar kimia darah
Meliputi natrium, kalium, ureum, kreatinin dan bikarbonat. Biasanya natrium
mengalami penurunan ( 20 mmol / l). Sedangkan urea akan mengalami
peningkatan (>8) yang akan mempengaruhi sistem RAA (Renin Angiotensin
Aldosteron).
b. Urinalisis
Pemeriksaan analisa kimia pada urine untuk melihat fungsi ginjal.
c. Ultrasonografi (USG)
Hal ini untuk mendapatkan data yang mendukung tentang ukuran ginjal, adanya
obstruksi pada tract urinary. Hidronephosis, dan penyakit pada saluran kemih
bagian bawah. USG juga diperuntuhkan adanya komplikasi dari ginjal,misalnya
adanya kardiomegali dan edema pulmonal.
d. Darah lengkap
Adapun hasil darah yang spesifik dari hasil pemeriksaan daerah lengkap pada klien
gagal ginjal akut adalah :
1) Peningkatan kadar BUN (Blood Area Nitrogen)
2) Peningkatan kadar serum kratinin
3) Peningkatan kadar kalium
4) Penurunan pH darah
5) Penurunan kadar bikarbonat
6) Penurunan kadar hematrokit dan kadar hemoglobin pada gagal ginjal akut
jarang terjadi anemia normokrom. Namun, pada gagal ginjal kronik sering
terjadi. Biasanya sering didapatkan trombositopenia, fragmentasi sel darah
merah dan hemolitik uremic syndrome.
7) ECG (electrocardiogrsphy)
Biasanya menunjukkan adanya iskhemia jantung dengan gejala bardikardia
dan pelebaran kompleks QRS.

Gagal ginjal kronik


a. Urine
1) Volume : 400 ml/ 24 jam (oliguria) atau anuria
2) Warna : urine keruh
3) Berat jenis 1,015
4) Osmolalitas 350 m osm/ kg
5) Klirens kfeatinin : turun
6) Na ++ >40 mEq/lt
7) Protein : proteinuria (4-3+)

b. Darah
1) BUN / kreatinin :
2) Hitung darah lengkap : Ht , Hb  7-8 gr %
3) Ritrosit : waktu hidup
4) GDA, Ph : asidosis metabolik
5) Na ++ serum
6) K+
7) Mg+ / fosfat :
8) Protein ( khisusalbumin)
9) Oamolalitas serum > 285 m osm / kg.

c. GFR
Laju filtrasi glomerular GFR (gromerular filtration rate) adalah laju rata-
rata penyaringan darah yang terjadi diglomerulus yaitu sekitar 25% dari total
curah jantung per menit ± 1.330ml. LFG digunakan sebagai salah satu
indikator menilai fungsi ginjal. Biasanyadigunakan untuk menghitung
bersihan kreatinin yang selanjutnya dimasukkan kedalam formula.
Komposisi dari hasil filtrasi glomerulus adalah kalsium, asamlemak,
dan mineral. LFG di hitung dari hasil koefisien filtrasi dan tekanan filtrasi
bersih. Koefisien filtrasi adalah 12,5 ml/min/mmHg. Sedangkan tekanan
filtrasi bersih dapat dihitung dengan mencari selisih antara tekanan
hidrostatik glomerulus dikurangi hasil penjumlahan tekanan onkotik
glomerulus dengan tekanan kapsula bowman.
Nilai GFR normal adalah 90-120 ml/min/1.73 m2.
Rumus menghitung GFR-Rumus Glomerular filtration rate berdasarkan alat
kalkulasi GFR adalah sebagai berikut :
GFR for male : (140-age) x wt (kg) / 72 x serum creatinine
GFR for female : GFR (females) = GFR (males) x 0.85
Keterangan: GFR normal adalah jika nilai GFR berada diatas 60 ml/min
selama 3bulan, ini menandakan pasien tersebut sehat dan tidak mempunyai
masalah ginjal.c
BAB II
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A STUDI DAN KASUS
Pasien Ny TC 70 tahun adalah pasien yang pernah dirawat inap sebelumnya karena
gagal jantung kongestif (CHF) pada 2 bulan yang lalu. Saat ini kondidi Ny TC kembali
memburuk namun keluhan yang dirasakan saat ini adalah sesak nafas, nafas pendek,
mual, mudah mengantuk dan merasa kelelahan yang sangat amat. Dari pemeriksaan
tanda vital diketahui bahwa HR: 101x/menit, Suhu 39C, RR 50x/menit, TD
150/92mmHg. Dokter mencurigai adanya tanda-tanda gagal ginjal karena komplikasi
gagal jantung sebelumnya yang kuirang dapat tertangani.
Dari kasus tersebut, pemeriksaan apa saja yang diperlukan? Jelaskan mengapa
pemeriksaan tersebut dapat mendukung diagnosis! Jika benar pasien menderita gagal
ginjal, bagaimanakah kira-kira hasil pemeriksaan laboratoriumnya?
B PEMBAHASAN
1. Etiologi dan Patologi :
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Penyakit ginjal atau yang biasa disebut gagal ginjal adalah
kelainan organ ginjal yang diakibatkan oleh berbagai faktor, misal infeksi, tumor,
kelainan bawaan, dan lain-lain. Ginjal yang sakit ditandai dengan pengeluaran kotoran
atau racun dan pengaturan air, keseimbangan asam-basa yang terganggu, tekanan darah
tinggi, anemia dan sakit tulang.
Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of National
Kidney Foundation (2016), ada dua penyebab utama dari penyakit ginjal kronis yaitu
diabetes dan tekanan darah tinggi, yang bertanggung jawab untuk sampai dua- pertiga
kasus. Diabetes terjadi ketika gula darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak
organ dalam tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata.
Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap dinding
pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol, atau kurang terkontrol, tekanan darah
tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan jantung, stroke dan penyakit ginjal
kronis.
Begitupun sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
Patofisiologi GGK (Gagal Ginjal Kronik) pada awalnya tergantung dari penyakit
yang mendasarinya. Namun, setelah itu proses yang terjadi adalah sama. Pada diabetes
melitus, terjadi hambatan aliran pembuluh darah sehingga terjadi nefropati diabetik,
dimana terjadi peningkatan tekanan glomerular sehingga terjadi ekspansi mesangial,
hipertrofi glomerular. Semua itu akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang
mengarah pada glomerulosklerosis. Tingginya tekanan darah juga menyebabkan terjadi
GGK. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan perlukaan pada arteriol aferen ginjal
sehingga dapat terjadi penurunan filtrasi

2. Tanda dan Gejala :


Gejala gagal ginjal kronis biasanya akan lebih jelas jika penurunan fungsi ginjal
sudah memasuki tahap lanjut. Berikut ini adalah gejala yang bisa muncul ketika
fungsi ginjal sudah turun cukup signifikan:
- Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
- Hilang nafsu makan
- Berat badan menurun
- Gangguan tidur atau insomnia
- Sering merasa lelah
- Buang air kecil lebih sering, terutama di malam hari
- Terdapat darah atau busa dalam urine
- Kulit kering dan gatal (pruritus) yang berkepanjangan
- Sering mengalami kram otot
- Mual dan muntah
- Buang air kecil semakin sedikit (tanda sudah memasuki gagal ginjal tahap akhir)
- Pembengkakan pada kaki atau pergelangan kaki yang dapat memburuk,
bahkan hingga tangan, wajah, atau seluruh tubuh (edema anasarka)
- Berat badan meningkat akibat penumpukan cairan
- Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan di jaringan jantung
- Sesak napas, jika ada penumpukan cairan di paru-paru

3. Interpretasi hasil pemeriksaan :


4. Hasil pemeriksaan tanda vital :
1. Tekanan darah : 150/92mmHg
2. Nadi : 101x/menit
3. Suhu : 39oC
4. Laju pernafasan : 50x/menit

Hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan


NO Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan
1
2
3

5. Pemeriksaan penunjang :
DAFTAR PUSTAKA

Cahyaningsih, N. D., 2011. Hemodialisis (Cuci Darah). Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Waugh, A., Grant, A., Nurachmah, E. & Angriani, R., 2011. Dasar-Dasar Anatomi dan
Fisiologi. Singapore: Elsevier.
Indra, M. R., 2006. Fisiologi Ginjal. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Budiyanto, M. A. K., 2002. Gizi dan Kesehatan (Relevensi Gizi dengan Obesitas, Penyakit
Ginjal, Penyakit Jantung, Diabetes Mellitus, Hipertensi, Kanker, Osteoporosis, Penyakit
Saluran Cerna, Anemia, dan Penyakit pada Bayi dan Anak). Malang: Bayu Media dan UMM
Press.

Anda mungkin juga menyukai