Iato Seskuiterpen
Iato Seskuiterpen
Iato Seskuiterpen
“SESKUITERPEN”
Penyusun
1. ELEAZAR LU UMARATU (27216700A)
2. FATIKAH RAHMA DUHITTA (27216703A)
3. BUNGA SAFITRI (27216704A)
4. ENY SULASTRI (27216705A)
5. AFIF RUSHAN FIKRI (27216706A)
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar guna memenuhi tugas
kelompok untuk mata kuliah Isolasi dan analisis tumbuhan obat. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai senyawa seskuiterpen.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan penulisan kami berikutnya. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
3.1. Kesimpulan 10
DAFTAR PUSTAKA 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berkut.
1. Apa yang dimaksud dengan senyawa seskuiterpen?
2. Apa saja klasifikasi dari senyawa seskuiterpen?
3. Apa saja sifat fisika kimia senyawa seskuiterpen?
4. Apa saja tanaman penghasil seskuiterpen?
5. Bagaimana proses isolasi senyawa seskuiterpen?
6. Bagaimana analisis kualitatif senyawa seskuiterpen?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2. Klasifikasi senyawa seskuiterpen
Berdasarkan kerangka karbonnya, seskuiterpen dibagi menjadi 3 unit yaitu:
A. Seskuiterpen asiklik
Seskuiterpen asiklik banyak ditemukan dalam minyak atsiri, termasuk isomer nerolidol
dan farnesol, bahkan isomer struktur alfa dan beta dari farnesene. Di alam isomer (E)
lebih umum dibandingkan isomer (Z), dan (E)-nerolidol lebih banyak ditemukan dalam
minyak atsiri yang bernilai ekonomis, seperti minyak neroli dari Citrus aurantium.
B. Seskuiterpen monosiklik
Seskuiterpen monosiklik seperti asam absisat, -bisabolena, dan turunan teroksigenasinya
dapat ditemukan dalam jumlah besar pada minyak kamomil (Ganzera et al, 2006)
C. Seskuiterpen bisiklik
Seskuiterpen bisiklik contohnya eudesmol, widdrol, guaiol, dan azulenes (bertanggung
jawab sebagai warna biru dalam minyak atsiri) (Sinico et al, 2005)
4
2.4. Tanaman penghasil seskuiterpen
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soerya Dewi et al, 2018 proses
isolasi senyawa seskuiterpen dengan menggunakan serbuk kering rimpang C. soloensis
Val. sebanyak 1.16 kg diekstraksi Soxhlet dengan pelarut aseton sebanyak 2.2 L selama
18 jam. Masing-masing ekstraksi dilakukan 25 kali sirkulasi dengan jumlah sampel ±50
g. Filtrat yang diperoleh dievaporasi sampai pekat hingga dihasilkan ekstrak aseton.
Selanjutnya, terhadap ekstrak tersebut dilakukan proses pemisahan dan pemurnian
dengan menggunakan berbagai teknik kromatografi seperti, KVC, KKT, dan KLT.
5
digabungkan, kemudian dipisahkan lebih lanjut dengan teknik kromatografi kolom tekan
menggunakan campuran eluen n-heksana dan etil asetat (9.5:0.5 s/d 8:2) menghasilkan 27
fraksi. Berdasarkan hasil analisis menggunakan KLT, maka fraksi ke-3 dari proses
farksinasi ini sudah berupa isolat murni yang berwujud cairan berwarna kekuningan
sebanyak 20 mg (1). Isolat murni (1) selanjutnya dikarakterisasi rumus strukturnya
menggunakan metode spektroskopi, yang meliputi NMR 1D (1H dan 13C), NMR 2D
(HSQC dan HMBC).
Hasil analisis data 1D NMR didukung oleh data 2D NMR yaitu data HSQC.
Berdasarkan hasil analisis data 1D, dan 2D NMR, maka dapat disimpulkan bahwa
senyawa 1 hasil isolasi adalah senyawa golongan terpenoid, dari kelompok sesquiterpen
yang dikenal sebagi ar-tumeron. Berdasarkan penelusuran literatur, penemuan senyawa
ar-turmeron merupakan pertama kali pada tanaman C. soloensis Val. tetapi pernah
ditemukan pada beberapa species curcuma lainnya. Ar-turmeron telah ditemukan pada C.
longa, C. yunnanensis, C. rubescens Roxb (Lateef et al. 2016; Xiang et al., 2018;
Widyowati et al., 2018). Ditemukannya senyawa ar-turmeron yang termasuk golongan
seskuiterpen dalam ekstrak rimpang C. soloensis Val. semakin memperkuat bahwa
golongan seskuiterpen merupakan komponen utama dalam genus Curcuma.
6
peralatan NMR sering membutuhkan perawatan dan kalibrasi yang cermat, yang dapat
menjadi tantangan dalam pengoperasian sehari-hari. Biaya awal dan biaya perawatan
perangkat NMR juga bisa menjadi faktor pembatas, terutama untuk laboratorium dengan
anggaran terbatas.
7
sebagai senyawa seskuiterpen (Rf 0,89; 0,94 dan 0,96) dan ekstrak fraksi n-heksana
dihasilkan 7 noda dengan 3 noda berwarna ungu yang diduga sebagai seskuiterpen (Rf
0,49; 0,8 dan 0,99).
Pemisahan dan identifikasi kasar ekstrak seskuiterpen menggunakan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) memiliki beberapa kelebihan yaitu:
- Kecepatan Pemisahan: KLT dapat memberikan hasil pemisahan dengan cepat,
memungkinkan identifikasi komponen secara efisien.
- Biaya Rendah: Metode KLT cenderung lebih ekonomis dibandingkan metode
kromatografi lainnya.
- Sensitivitas: KLT dapat digunakan untuk mendeteksi komponen dalam konsentrasi
rendah, membuatnya berguna dalam analisis sampel yang mungkin hanya tersedia
dalam jumlah terbatas.
- Sederhana dan Portabel: KLT tidak memerlukan peralatan yang rumit, dan hasilnya
dapat dilihat secara langsung. Ini membuatnya cocok untuk penggunaan lapangan
atau di laboratorium dengan sumber daya terbatas.
- Kepekaan terhadap Struktur Molekuler: KLT dapat memberikan informasi awal
tentang struktur molekuler berdasarkan pola relatif dari komponen-komponen
ekstrak.
Meskipun Kromatografi Lapis Tipis (KLT) memiliki beberapa kelebihan, ada juga
kekurangan yang perlu diperhatikan yaitu:
- Ketidakakuratan Kuantitatif: KLT lebih cocok untuk analisis kualitatif daripada
kuantitatif. Hasilnya sering kali sulit diukur secara akurat, dan perbandingan
kuantitatif mungkin tidak seakurat teknik analisis kuantitatif lainnya seperti
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC).
- Keterbatasan Resolusi: KLT mungkin memiliki keterbatasan dalam pemisahan
komponen-komponen yang sangat mirip secara struktural, karena resolusinya
mungkin tidak sebaik teknik kromatografi berkinerja tinggi.
- Tingkat Sensitivitas yang Rendah: KLT mungkin kurang sensitif daripada beberapa
teknik analisis lainnya, sehingga sulit mendeteksi senyawa dalam konsentrasi
rendah.
8
- Keterbatasan Fase Stasioner dan Bergerak: Pemilihan fase diam dan bergerak dalam
KLT dapat membatasi kemampuan pemisahan, terutama untuk senyawa-senyawa
dengan sifat polaritas yang serupa.
- Keterbatasan dalam Aplikasi Massa Besar: Untuk sampel dengan massa yang besar,
KLT mungkin tidak praktis dan teknik lain seperti Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(HPLC) atau kromatografi gas mungkin lebih sesuai.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seskuiterpen adalah terpenoid C15 yang dibangun dari tiga unit isoprena.
Seskuiterpen terdapat dalam bentuk hidrokarbon atau dalam bentuk teroksigenasi termasuk
lakton, alkohol, asam, aldehida, dan keton. Seskuiterpen terbagi menjadi seskuiterpen
asiklik, monosiklik, dan bisiklik. Proses isolasi dan analisis seskuiterpen dilakukan dengan
ekstraksi soxhlet kemudian dilakukan pemisahan dan pemurnian secara KCV, KKT, dan
KLT. Adapun uji kualitatif seskuiterpen dilakukan dengan Uji Fitokimia dengan
Kromatografi Lapis Tipis.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Lampiran Jurnal Isolasi dan Analisis
Marliyana, S. D. et al. (2018). Isolasi dan Identifikasi Senyawa Seskuiterpen dari Curcuma
soloensis Val. (Temu Glenyeh). Jurnal Kimia VALENSI: Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Ilmu Kimia, 4(2), 137-142.
https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/valensi/article/view/7443/pdf
Muti’ah, R. et al. (2013). Pemisahan Dan Identifikasi Ekstrak Kasar Seskuiterpen Daun Bunga
Matahari (Helianyhus annuus L.) Dengan Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal
penelitian kimia, 2(3), 190-194
https://www.researchgate.net/publication/285609982_PEMISAHAN_DAN_IDE
NTIFIKASI_EKSTRAK_KASAR_SESKUITERPEN_DAUN_BUNGA_MATA
HARI_Helianyhus_annuus_L_DENGAN_KROMATOGRAFI_LAPIS_TIPIS
12