TPG 231431007 T2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KESTABILAN NYALA API (STABILITY FLAME)

Disusun oleh :

Budi Sulistya

231431007

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kestabilan Nyala
Api (Stability Flame)”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memebrikan sumabngan baik pikiran maupun materi. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.

Bagi kami sebagia penyusun merasa bahwa masih banyak kekuarangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Magelang, 3 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
A. Latar Bekalang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Pembakaran............................................................................................................................... 2
B. Nyala Api.................................................................................................................................... 2
1. Nyala Api Premix................................................................................................................... 3
2. Nyala Api Difusi .................................................................................................................... 3
C. Stabilitas Nyala Api................................................................................................................... 3
1. Fenomena Flashback ............................................................................................................ 4
2. Fenomena Lift-Off ................................................................................................................. 5
3. Fenomena Blow-Off............................................................................................................... 5
4. Fenomena Lift-Up.................................................................................................................. 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................... 7
1. Kesimpulan ................................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 8

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Bekalang
Pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses/reaksi oksidasi yang sangat
cepat antara bahan bakar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan nyala dan panas.
Bahan bakar merupakan segala substansi yang melepaskan panas ketika dioksidasi dan
secara umum mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), dan sulfur (S). Sementara oksidator adalah segala substansi yang mengandung
oksigen (misalnya udara) yang akan bereaksi dengan bahan bakar.
Nyala api sebagai hasil pembakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan aspek
yang berbeda. Berdasarkan kondisi oksidator dan bahan bakar mencapai daerah reaksi
nyala maka nyala dapat diklasifikasikan menjadi nyala non premix, partially premix dan
fully premix. Berdasarkan kondisi daerah reaksi, nyala dapat diklasifikasikan menjadi well
stirred reactor (WSR) dan plug flow reactor. Sedangkan berdasarkan karakteristik aliran
reaktan yang masuk, dapat diklasifikasikan menjadi nyala laminer dan nyala turbulen.
Kualitas pembakaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas pembakaran adalah kestabilan nyala api. Kestabilan nyala api
dapat mempengaruhi proses pembakaran, api dijaga pada posisi tertentu agar alirannya
tetap stasioner. Kondisi ini dapat terjadi jika kecepatan aliran gas reaktan sama dengan
kecepatan rambat api.

B. Rumusan Masalah
Pembakaran akan terjadi ketika ada 3 sumber, yaitu bahan bakar, udara, dan
sumber nyala/panas. Pembakaran yang mendekati sempurna akan menghasilkan kalor
yang maksimal serta polusi yang dilepaskan akan berkurang. Untuk mendekati
pembakaran sempurna dibutuhkan nyala api yang stabil. Kestabilan tersebut dapat dicapai
dengan memperhatikan berbagai faktor. Adapun jenis ketidakstabilan nyala api adalah Lift-
off, blow-off, dan flashback. Hal ini sebisa mungkin dihandiri saat terjadi pembakaran.

C. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kestabilan nyala api yang dampak yang ditimbulkan dari nyala api.

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pembakaran
Pembakaran adalah suatu proses atau reaksi kimia yang terjadi antara bahan
bakar dengan oksidator (oksigen atau udara) dengan bantuan energi dari luar (energi
aktivasi) yang menghasilkan cahaya dan energi panas (Wardana, 2008). Energi aktivasi
adalah energy minimum yang dibutuhkan untuk melangsungkan terjadinya suatu reaksi
yang merupakan energi yang digunakan untuk mengaktifkan molekul bahan bakar. Enegi
aktivasi didapatkan dari pemantik yang memiliki tegangan tinggi atau dengan kompresi
yang memiliki temperatur yang tinggi.
Proses pembakaran yang sempurna akan menghasilkan tingkat konsumsi bahan
bakar yang lebih ekonomis dan berkurangnya besar kepekatan asap hitam gas buang karena
pada pembakaran sempurna campuran bahan bakar dan udara dapat seluruhnya terbakar
dalam waktu dan kondisi yang tepat. Kualitas bahan bakar perlu diperhatikan agar sesuai
dengan karakteristiknya agar didapatkan homogenitas campuran bahan bakar dengan udara
yang dapat bercampur secara sempurna dan terjadi pembakaran yang sempurna Kondisi ini
disebut juga kondisi stiokiometri yang mana produk dari hasil pembakaran senyawa
hidrokarbon adalah CO2, H2O, dan N2 yang merupakan inert gas. Inert gas adalah suatu
gas yang memiliki bentuk senyawa yang lebih stabil dimana gas tersebut tidak ikut bereaksi
dengan oksigen maupun bahan bakar.
Proses reaksi pembakaran akan terjadi jika unsur bahan bakar teroksidasi.
Proses ini akan menghasilkan panas sehingga akan disebut sebagai proses oksidasi
eksothermis. Jika jumlah oksigen yang dibutuhkan pada proses pembakaran dari udara,
dimana udara itu sendiri tersusun atas 21% oksigen, 79% bahan bakar dan udara (oksidator)
telah mendekati kondisi stoikiometrik, dan api melepaskan panas di daerah pencampuran
tersebut sudah cukup maka pembakarannya akan berlangsung.

B. Nyala Api
Dalam bidang Teknik pembakaran terdapat berbagai macam kategori nyala, dan
Sebagian diantaranya belum sepenuhnya terdefiniskan. Tapi pada dasarnya nyala itu dapat
dikelompokkan menjadi dua kategori nyala berdasarkan metode pencampuran dari reaktan,
yaitu nyala api premix sdan nyala api difusi.

2
1. Nyala Api Premix
Pada pembakaran premixed, bahan bakar gas dan oksidan secara sempurna
diacmpur terlebih dahulu sebelum pangapian. Pengapisan diperlukan untuk
memberikan sejumlah energi dalam bentuk yang sesuai, sehingga dapa menilai suatu
proses pembakaran. Selanjutnya akan terjadi penjalaran (Propagation) ke campuran,
sebagai suatu nyala atau deflagration.
Energi minimum yang diperlukan untuk melakukan pengapian suatu campuran
bahan bakar dan udara, yang dapat tebakar disebut sebagai Minimum Ignition Energy
(MIE). Laju pembakaran pada premixed flame pada umumnya tinggi, ditentukan oleh
kinetika kimiawi dari proses oksidasi (chemical kinetics of oxidation). Nyala api premix
dengan sepenuhnya jarang digunakan karena alasan keselamatan. Bunsen burner,
kompor gas, mesin otto, dan mesin turbin gas merupakan beberapa contoh aplikasi dari
nyala api premix.

2. Nyala Api Difusi


Pada pembakaran Diffusion Flame, bahan bakar dan oksidan (udara) pada
awalnya terpisah. Pembakaran akan berlangsung pada daerah dimana bahan bakar dan
udara kemudian bercampur. Aliran bahan bakar yang keluar dari ujung nosel akan
bercampur dengan udara secara difusi. Jika diberi pengapian campuran ini akan
terbakar bila konsentrasi bahan bakar dan udara terdapat dalam jangkauan batas
nyalanya. Pemunculan dari nyala akan bergantung pada sifat dari bahan bakar dan
kecepatan pancaran bahan bakar terhadap udara disekitarnya. Laju pencampuran bahan
bakar dengan udara lebih rendah dari laju reaksi kimia. Nyala difusi pada suatu
pembakaran cenderung mengalami pergerakan nyala lebih lama dan menghasilkan asap
lebih banyak daripada nyala premix. Nyala difusi dapat berupa nyala laminar atau nyala
turbulen.

C. Stabilitas Nyala Api


Kestabilan nyala api dapat dinyatakan dari berbagai macam parameter antara lain
batas mampu nyala, gradient kecepatan nyala, kerugian kalor dan daerah stabilitas nyala.
Daerah stabilitas nyala adalah luasan pada Grafik Fuidge yang dibatasi oleh daerah flash
back, yellow tip dan blow off seperti pada Gambar 1. Daerah operasi sebelah kiri
mengakibatkan terjadinya flashback, sementara itu untuk menghindari terjadinya flashback
daerah kerja dirancang pada sisi kanannya yaitu pada daerah stabilitas nyala.

3
Gambar 1. Diagram Stabilitas flash back, yellow tip dan blow off

1. Fenomena Flashback
Flashback terjadi ketika kecepatan pembakaran lebih cepat daripada kecepatan
campuran udara-bahan bakar sehingga nyala api merambat kembali ke dalam tabung
pembakar. Fenomena ini kadang disebut juga back fire atau light back. Flashback tidak
hanya mengganggu, tetapi juga dari sisi keamanan bisa menjadi berbahaya. Fenomena
flashback berhubungan dengan kecepatan nyala laminar lokal dan kecepatan aliran
lokal. Flashback secara umum merupakan kejadian sesaat jika aliran bahan bakar
dikurangi atau ditutup. Ketika kecepatan nyala lokal melebihi kecepatan aliran lokal,
perambatan nyala menjauh melalui tabung. Saat aliran bahan bakar dihentikan, nyala
akan membalik atau flashback.
Kajian eksperimental maupun numerik tentang flash back pada burner dengan
penambahan media yang porous dilakukan dengan pendekatan model perpindahan
kalor yang sederhana dan stasioner. Kajian flash back dengan simulasi numerik 1D
untuk kondisi tunak dan transient juga dilakukan pada burner dengan penambahan busa
berbahan keramik . Simulasi numerik pada kondisi tunak menunjukkan terdapat kondisi
operasi yang solusinya tidak terselesaikan. Hal ini terlihat pada simulasi transient
sebagai daerah terjadinya flash back. Flash back terjadi karena kenaikan kecepatan
pembakaran pada daerah porous akibat dari ketidakseimbangan kalor radiasi dengan
kalor konveksi di dalam media porous tersebut.

4
2. Fenomena Lift-Off
Lift-off adalah kondisi dimana nyala api tidak menyentuh permukaan mulut
tabung pembakar, tetapi agak stabil pada jarak tertentu dari tabung pembakar. Sama
seperti halnya flashback, fenomena lift-off juga berhubungan dengan kecepatan nyala
api laminar lokal dan kecepatan aliran lokal yang sebanding.
Fenomena nyala api terangkat (lift-off) sangat tergantung pada nyala api lokal
dan sifat aliran dekat ujung (mulut) tabung pembakar. Apabila kecepatan aliran cukup
rendah, ujung bawah nyala api berada sangat dekat dengan ujung tabung pembakar dan
hal ini dikatakan menempel. Jika kecepatan dinaikkan, maka sudut kerucut nyala turun
sesuai dengan kondisi dan ujung nyala bergeser sedikit ke bawah.
Dengan meningkatkan kecepatan aliran hingga tercapai kecepatan kritis dan
jika kecepatan aliran terus dinaikkan, maka nyala secara kasar akan padam dan kondisi
ini tidak diinginkan.

3. Fenomena Blow-Off
Fenomena ini adalah padamnya api oleh karena kecepatan aliran melebihi
kecepatan kritis yang diizinkan untuk berlangsungnya fenomena lift-off, dengan kata
lain jauh lebih besar dari kecepatan nyala api laminar. Peristiwa ini dihindari. Penelitian
tentang fenomena blow-off dilakukan bersamaan dengan fenomena lift-off.
Kenyataannya, seiring dengan dikuranginya fraksi massa bahan bakar, kecepatan aliran
untuk menimbulkan blow-off juga ikut berkurang secara linier, dan pada suatu saat
menjadi lebih rendah dari kecepatan lift-off. Dengan kata lain, pada fraksi massa bahan
bakar yang sangat kecil, fenomena lift-off tidak mungkin terjadi – penambahan
kecepatan aliran akan langsung menimbulkan fenomena blow-off . Salah satu metode
untuk memperluas daerah stabilitas nyala (dengan menarik ke atas garis blow-off atau
lift-off pada grafik stabilitas) ialah dengan memasang ring pada ujung keluaran burner.

4. Fenomena Lift-Up
Fenomena lift-up merupakan kondisi di mana pangkal nyala api berpindah,
dari yang semula berada di ujung mulut burner menjadi hinggap pada benda
penghalang. Pada kondisi nyala premix, fenomena lift-up terjadi ketika campuran
adalah miskin bahan bakar. Penelitian akan benda penghalang yang menjadi tempat
hinggapnya api cenderung terbatas pada bentuk ring. Fenomena lift-up dipengaruhi
oleh posisi ring dari ujung burner. Semakin besar jarak antara ring dengan ujung burner,
maka nilai AFR untuk terjadinya lift-up semakin besar. Faktor lainnya yang
mempengaruhi fenomena lift-up adalah temperatur dan material benda penghalang

5
tersebut. Aspek tersebut berhubungan dengan laju kehilangan kalor benda penghalang
seperti pada kondisi flame stabilized by a large bluff body.
Telah diketahui bahwa nyala api dapat dihasilkan dari pembakaran campuran
bahan bakar gas dan udara dengan kandungan tertentu atau bisa di sebut inflammability
limits atau batas mampu nyala. Pergerakan penjalaran nyala api dan bentuk dari kestabilan
nyala api selalu dipengaruhi oleh kesetimbangan antara laju aliran massa dinamik gas yang
melibatkan perhitungan kekekalan massa, kekekalan momentum dan kekekalan energy.
Ada beberapa ketidakstabilan dalam pembakaran Bunsen, yaitu :
• Ketidakstabilan system, meliputi interaksi aliran pada komposisi reaksi system yang
berbeda
• Ketidakstabilan akustik, meliputi interaksi gelombang suara dengan proses pembakaran
• Ketidakstabilan Taylor, meliputi efek gaya apung atau percepatan fluida dengan
perubahan densitas
• Ketidakstabilan Landau, Ketidakstabilan hidrodinamika dari bentuk pembakaran yang
diasosiasikan tidak meliputi akustik ataupun buoyancy tetapi hanya meliputi penurunan
kerapatan yang dihasilkan oleh pembakaran aliran tak mampu padat (incompressible)
• Ketidakstabilan difusivitas termal, meliputi hubungan reaksi difusi dan kalor dengan
nyala primer
Kestabilan nyala api dapat dinyatakan dari berbagai macam parameter antara lain
batas mampu nyala, gradient kecepatan nyala, kerugian kalor dan daerah stabilitas nyala.
Daerah stabilitas nyala dibatasi oleh daerah flash back, yellow tip dan blow off .

6
BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan
Untuk menghasilkan nyala api dari pembakaran yang maksimal, beberapa faktor
haru diperhatikan seperti bahan bakar, laju udara, laju bahan bakar, dan temperature.
Dalam proses pembakaran stabilitas api akan berpengaruh terhadap kalor yang dihasilkan
dan keamanan selama proses pembakaran tersebut. Kestabilan nyala api dapat dinyatakan
dari berbagai macam parameter antara lain batas mampu nyala, gradient kecepatan nyala,
kerugian kalor dan daerah stabilitas nyala. Jika faktor-faktor pembakaran tidak tepat, maka
akan menimbulkan ketidakstabilan nyala api yang sering dikenal dengan fenomena
flashback, lift-off, blow-off, dan lift-up.

7
DAFTAR PUSTAKA

Diputra, I. M. (2014). Analisis Pengaruh Swirl Number Terhadap Peningkatan Stabilitas


Nyala Premix Dan Karakteristik Lift-Up Flame Pada Modifikasi Bunsen Burner
Menggunakan Rotating Swirl Fan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Teknik
Mesin.
Mahandari, C. P. (2010). Fenomena Flame Lift-Up pada Pembakaran Premixed Gas
Propana. Depok: Universitas Indonesia Library.
SARIN, P. R. (2018). SIMULASI PENGARUH VARIASI DIAMETER BUNSEN BURNER
TERHADAP KARAKTERISTIK NYALA API PREMIX GAS METANA. Malang:
Universitas Brawijaya Repository.

8
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai