Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian Acara 4
Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian Acara 4
Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian Acara 4
MIKROBIOLOGI PERTANIAN
ACARA IV
ISOLASI MIKROBA RHIZOSFER
Oleh:
Imam Rajuna
A1D022027
Rombongan 1
A. Latar Belakang
1
Pengetahuan dan keterampilan mengenai teknik isolasi merupakan dasar yang
harus dipahami untuk dapat menumbuhkan bakteri rhizosfer sebagai kultur murni.
B. Tujuan
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
3
biasanya menempel pada permukaan suatu objek dan memiliki kemungkinan yang
sangat kecil atau tidak ada mikroba yang menempel pada objek tersebut. Alat
yang biasanya digunakan untuk teknik swab adalah cotton-tiped swab stick.
Hafsan (2014) menyatakan bahwa teknik pengenceran bertujuan untuk
memperoleh kuantitas bakteri dalam jumlah yang bisa dihitung. Teknik
pengenceran yang umumnya digunakan adalah teknik pengenceran secara berseri.
Sementara itu, teknik penanaman atau inokulasi adalah suatu kegiatan
memindahkan suatu mikroba dari suatu suspensi ke dalam medium pertumbuhan
yang telah disiapkan. Terdapat beberapa metode inokulasi, yaitu metode streak,
agar tuang atau pour plate, serta agar sebar atau spread plate. Jufri (2020)
menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam
melakukan isolasi mikroba, yaitu sifat setiap jenis mikroba yang akan diisolasi,
lingkungan asal mikroba, medium pertumbuhan mikroba yang sesuai, teknik
inokulasi mikroba, teknik menetaskan mikroba, metode pengujian untuk
menentukan mikroba yang diisolasi sudah menjadi kultur murni, serta
mempertahankan mikroba yang sudah diisolasi tetap menjadi biakan murni.
B. Rhizosfer
4
pengikat nitrogen. Bakteri rizosfer umumnya mampu mempengaruhi ketersediaan
dan siklus nutrisi bagi tanaman dengan menjaga konsistensi tekstur tanah
(Khairani et al., 2019). Beberapa jenis bakteri rhizosfer yang dapat memacu
pertumbuhan tanaman atau biasa disebut dengan Plant Growth Promoting
Rhizobacteria (PGPR) adalah Enterobacter, Azotobacter, Bacillus, Azospirillum,
dan Serratia yang mampu meningkatkan produksi hormon IAA (Achmad, 2019).
Bakteri Azotobacter dan Azospirillum adalah bakteri penambat N yang bersifat
non simbiotik yang dapat bertahan hidup di daerah perakaran baik pada tanah
subur, tanah marginal, tanah salin ataupun di tanah masam (Widawati, 2015).
5
III. METODE PRAKTIKUM
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara empat ini adalah sampel
tanah, akuades, alkohol, spirtus larutan induk pengenceran, media PDA, media
NA. Sementara itu, alat yang dibutuhkan meliputi cawan petri, mikropipet, tip
biru, bunsen, batang L/Drigalsky, seal, kapas, vortex, rak tabung reaksi, tabung
reaksi, dan jarum ose.
B. Prosedur Kerja
6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
7
4. Larutan sampel tanah dimasukkan ke dalam
tabung reaksi pertama yang berisi 5 ml akuades
dengan menekan tombol penekan secara penuh.
Mulut tabung reaksi kemudian dipanaskan
dengan api bunsen dan ditutup dengan kapas
kembali.
5. Pengenceran pertama dilakukan dengan
menggunakan vortex selama 15 detik untuk
menghomogenkan larutan.
8
Tabel 4.2 Teknik Penanaman Metode Spread Plate
No Dokumentasi Prosedur Kerja
.
1. Bahan dan alat disiapkan. Bahan yang
digunakan meliputi larutan induk pengenceran
10-3 - 10-9, media NA, media PDA, alkohol, dan
spirtus. Sementara itu, alat yang digunakan
meliputi cawan petri, mikropipet, tip biru,
bunsen, batang L/Drigalsky, dan seal.
2. Cawan petri yang berisi media agar yang telah
padat dipanaskan terlebih dahulu dengan api
bunsen secara memutar dan cawan dalam
keadaan tertutup.
9
5. Batang Drigalsky disterilkan terlebih dahulu
dengan menggunakan api bunsen dan diangin-
anginkan selama beberapa detik agar tetap steril
dan tidak dalam kondisi panas.
10
2. Suspensi sel diambil dengan menggunakan
mikropipet ke dalam tabung reaksi. Larutan
pengencer 3 dan 4 untuk media PDA,
sedangkan larutan pengencer 8 dan 9 untuk
media NA.
11
6. Cawan petri dipanaskan kembali dengan api
bunsen untuk menghindari kontaminasi.
12
3. Kapas penutup tabung reaksi dibuka dengan jari
kelingking, kemudian tabung reaksi dipanaskan
dengan api bunsen untuk menghindari
kontaminasi.
13
7. Cawan petri dipanaskan kembali untuk
menghindari kontaminasi, kemudian cawan
petri ditutup rapat menggunakan seal supaya
tetap steril atau terjaga dari udara luar yang
dapat menyebabkan kontaminasi.
B. Pembahasan
14
protozoa, alga, nematoda, dan mikroartropoda. Bakteri yang biasanya berada di
sekitar rhizosfer yang menguntungkan dan pemacu pertumbuhan tanaman (PGPR)
dikenal sebagai rhizobakteri.
Rhizobakteri pemacu pertumbuhan tanaman merupakan bakteri tanah yang
mobile atau hidup bebas dan bersifat agresif dalam mengolonisasi akar tanaman.
bakteri rhizosfer dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya hasil atau
produktivitas tanaman apabila diaplikasikan pada benih dan tanaman
(Kumar et al., 2014)
. Bakteri rhizosfer umunya memproduksi metabolit tertentu yang dapat
memacu pertumbuhan tanaman secara langsung. Terdapat beberapa mekanisme
yang membuktikan bahwa bakteri rhizosfer sebagai PGPR yang menguntungkan
bagi tanaman inang, yaitu produksi zat pengatur tumbuh atau fitohormon seperti
asam indol asetat (IAA), fiksasi N2 asimbiotik, serta pelarutan fosfat anorganik
dan mineralisasi fosfat organik. Selain itu, bakteri rhizosfer juga dapat dijadikan
agen pengendali hayati karena memiliki sifat antagonisme terhadap
mikroorganisme penyebab penyakit atau patogen dengan menghasilkan senyawa
siderofor, sintesis antibiotik dan enzim degradatif tertentu, senyawa fungisida,
serta mekanisme persaingan dengan mikroorganisme patogen
(Majeed et al., 2015)
.
Teknik isolasi bakteri rhizosfer pada praktikum acara empat ini dimulai
dengan tahap preparasi suspensi dan tahap pengenceran. Menurut Zunairoh et al.
(2019), pengambilan sampel yang berasal baik dari bahan alam maupun suatu
produk tergantung pada tingkat cemaran mikroorganisme yang terdapat pada
sampel tersebut. Pada umumnya, suatu sampel mengandung banyak mikroba
sehingga teknik pengenceran harus dilakukan. Pengenceran juga bertujuan untuk
mereduksi jumlah mikroba yang tersuspensi di dalam cairan.
Tahap pengenceran dimulai dengan menyiapkan bahan dan alat yang
dibutuhkan terlebih dahulu. Bahan yang digunakan meliputi sampel tanah,
akuades, dan alkohol. Sementara itu, alat yang digunakan meliputi tabung reaksi,
tip, mikropipet, rak tabung reaksi, bunsen, kapas, dan vortex. Mikropipet diatur
volumenya sebesar 1000 µl. Tip biru kemudian dimasukkan pada tempat tip di
ujung mikropipet dengan ditekan secara perlahan. Setelah itu, larutan sampel
15
tanah diambil menggunakan mikropipet dengan menekan sebagian tombol
penekan. Tombol penekan dilepaskan untuk menarik larutan sampel tanah ke
dalam tip. Larutan sampel tanah kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi
pertama yang berisi 5 ml akuades dengan menekan tombol penekan secara penuh.
Setelah itu, mulut tabung reaksi kemudian dipanaskan dengan api bunsen dan
ditutup dengan kapas kembali. Pengenceran pertama dilakukan dengan
menggunakan vortex selama 15 detik untuk menghomogenkan larutan.
Pengenceran kedua diambil dari larutan pengenceran pertama dan seterusnya
hingga tabung reaksi kesembilan. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan
vortex selama 15 detik agar homogen. Pengenceran 3 dan 4 digunakan untuk
media PDA, sedangkan pengenceran ke 8 dan 9 untuk media NA.
Teknik isolasi dengan metode spread bertujuan merupakan teknik
penanaman mikroba dengan menyebarkan suspensi bakteri di permukaan agar.
Metode spread atau agar sebar dimulai dengan mempersiapkan bahan dan alat
yang diperlukan. Cawan petri yang berisi media agar yang telah padat kemudian
dipanaskan terlebih dahulu dengan api bunsen secara memutar dan cawan dalam
keadaan tertutup. Penggunaan larutan pengenceran dibedakan, yaitu larutan induk
pengenceran 3 dan 4 digunakan untuk media PDA serta larutan pengenceran ke 8
dan 9 untuk media NA. Setelah itu, larutan diambil sebanyak 0,1 ml dari tabung
reaksi menggunakan mikropipet dan diteteskan di atas permukaan agar media
yang telah memadat. Larutan induk disebarkan dengan menggunakan batang
Drigalsky yang digoreskan pada permukaan media NA untuk meratakan tetesan.
Menurut Prasetya & Dewi (2016), batang Drigalsky harus disterilkan
terlebih dahulu setiap akan meratakan larutan suspensi dengan dicelupkan ke
dalam alkohol, kemudian dibakar di atas api bunsen dan diangin-anginkan selama
beberapa detik sampai batang Drigalsky tidak terlalu panas. Penyebaran larutan
pengenceran lebih efektif apabila cawan petri diputar. Setelah disebarkan, cawan
petri kemudian ditutup dengan menggunakan seal untuk menghindari kontaminasi
mikroba dari luar.
Teknik penanaman dengan metode pour plate membutuhkan agar yang
belum padat yang dituang berbarengan dengan suspensi bakteri ke dalam cawan
16
petri. Metode agar tuang bertujuan untuk menyebarkan sel-sel bakteri secara
menyeluruh baik pada permukaan agar ataupun terendam di dalam agar. Metode
pour plate atau agar tuang menggunakan larutan pengencer 3 dan 4 untuk media
PDA, sedangkan larutan pengencer 8 dan 9 untuk media NA. Setelah alat dan
bahan disiapkan, cawan petri dipanaskan dengan api bunsen secara memutar dan
merata untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu, larutan suspensi mikroba
diambil menggunakan mikropipet, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri
dan digoyangkan untuk meratakan larutan. Media NA atau PDA selanjutnya
dimasukkan ke dalam cawan petri dengan perlahan dan hati-hati, kemudian cawan
petri digoyangkan untuk meratakan media dengan larutan suspensi. Cawan petri
kemudian dipanaskan kembali dengan api bunsen untuk menghindari
kontaminasi. Setelah itu, cawan petri ditutup dengan menggunakan seal untuk
menghindari kontaminasi mikroba dari luar.
Teknik penanaman metode streak merupakan teknik isolasi yang bertujuan
memindahkan atau membiakkan suatu sel bakteri ke dalam media baru. Metode
streak hanya dilakukan apabila koloni campuran telah tumbuh di media hasil
teknik isolasi pour plate dan spread plate sehingga koloni yang akan tumbuh di
media baru benar-benar satu jenis mikroba. Metode penanaman streak dimulai
dengan memanaskan cawan petri dan jarum ose menggunakan api bunsen terlebih
dahulu untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu, kapas penutup tabung reaksi
dibuka dengan jari kelingking, kemudian tabung reaksi dipanaskan dengan api
bunsen untuk menghindari kontaminasi. Jarum ose kemudian dicelupkan ke dalam
larutan sampel tanah untuk mengambil suspensi bakteri atau jamur. Cawan petri
dibuka dengan hati-hati, kemudian suspensi mikroba dimasukkan ke dalam cawan
petri. Jarum ose kemudian digoreskan membentuk goresan sinambung pada
permukaan agar atau media PDA atau NA secara cepat dan dengan perasaan
untuk menghindari kerusakan. Setelah itu, cawan petri dipanaskan kembali untuk
menghindari kontaminasi, kemudian cawan petri ditutup rapat menggunakan seal
supaya tetap steril atau terjaga dari udara luar yang dapat menyebabkan
kontaminasi. Cawan petri kemudian diberi label nama dan ukuran larutan
pengencer yang digunakan (10-3/10-4 dan 10-8/10-9).
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum acara empat ini adalah sebagai
berikut:
1. Isolasi bakteri adalah suatu teknik memindahkan bakteri dari lingkungan
alaminya dan menumbuhkan di suatu media buatan sehingga biakan murni
dapat didapatkan. Biakan murni yang tumbuh tersebut nantinya akan
digunakan untuk identifikasi morfologi koloni mikroba.
2. Terdapat tahapan yang harus dilewati sebelum tahap isolasi bakteri, yaitu
teknik propagasi atau preparasi suspensi dan teknik pengenceran. Teknik
preparasi suspensi bertujuan untuk melarutkan atau melepaskan
mikroorganisme dari substratnya ke dalam air, sedangkan teknik pengenceran
bertujuan untuk memperoleh kuantitas bakteri dalam jumlah yang bisa
dihitung. Teknik penanaman terdiri dari tiga metode, yaitu metode streak, agar
tuang atau pour plate, serta agar sebar atau spread plate.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, A., Maurya, B. R., & Raghuwanshi, R. 2014. Isolation and characterization of
PGPR and their effect on growth, yield and nutrient content in wheat
(Triticum aestivum L.). Biocatalysis and Agricultural Biotechnology, 3(4):
121–128.
Lestari, P. B., & Hartati, T. W. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Malang: Gunung
Samudera.
Majeed, A., Abbasi, M. K., Hameed, S., Imran, A., & Rahim, N. 2015. Isolation and
characterization of plant growth-promoting rhizobacteria from wheat
rhizosphere and their effect on plant growth promotion. Frontiers in
Microbiology, 6: 1–10.
Mikdarullah, M., & Nugraha, A. 2017. Teknik isolasi bakteri proteolitik dari
sumber air panas Ciwidey, Bandung. Buletin Teknik Litkayasa
Akuakultur, 15(1): 11-14.
Prasetya, A. W., & Dewi, L. 2016. Deteksi kandungan rhodamin b pada saus serta
cemaran boraks dan bakteri Salmonella sp. pada cilok keliling
Salatiga. Agric, 28(1): 69-78.
Prashar, P., Kapoor, N., & Sachdeva, S. 2014. Rhizosphere: Its structure, bacterial
diversity and significance. Reviews in Environmental Science and
Biotechnology, 13(1): 63–77.
Sabbathini. G. C., Pujiyanto, S., Wijanarka., & Lisdiyanti, P. 2017. Isolasi dan
identifikasi bakteri genus Sphingomonas dari daun Padi (Oryza sativa) di Area
Persawahan Cibinong. Jurnal Biologi, 6(1): 59-64.
Zunairoh, A., Syauqi, A., & Rahayu, T. 2019. Isolasi dan analisis koloni bakteri
rizosfer untuk agen pengendali penyakit layu Fusarium pada tanaman stroberi
(Fragaria sp). Biosaintropis, 5(1): 45-52.
19
Widawati, S. 2015. Uji bakteri simbiotik dan nonsimbiotik pelarutan Ca vs. P dan efek
inokulasi bakteri pada anakan turi (Sesbania grandiflora L. Pers.). Jurnal
Biologi Indonesia, 1192): 295-307.
20
LAMPIRAN
21
22
23
24
25
26
27
Lampiran 4.2 Dokumentasi Praktikum Acara IV
28