Laporan Kasus Apikal Fenestrasi Fadhla Ariny

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

“APIKAL FENESTRASI PADA GIGI DESIDUI”

Disusun Oleh
drg. Fadhla Ariny

Dokter Pendamping
drg. Heizin Herniza
NIP: 19851109 201704 2 010

Program Internship Dokter Gigi Indonesia


UPTP Puskesmas Lubuk Basung
Kabupaten Agam

Periode Mei - November 2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... i


BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakanng ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Definisi Apikal Fenestrasi .......................................................................... 3
2.2 Etiologi ....................................................................................................... 3
2.3 Patogenesis dan Histopatologi ................................................................... 3
2.4 Diagnosis .................................................................................................... 4
2.5 Diagnosis Banding ..................................................................................... 5
2.6 Penatalaksanaan ......................................................................................... 5
2.7 Komplikasi ................................................................................................. 6
2.8 Prognosis .................................................................................................... 6
BAB III. LAPORAN KASUS.......................................................................... 7
3.1 Identitas Pasien........................................................................................... 7
3.2 Deskripsi Umum ........................................................................................ 7
3.3 Tanda Vital ................................................................................................. 7
3.4 Pemeriksaan Subjektif................................................................................ 7
3.5 Pemeriksaan Objektif ................................................................................. 8
3.6 Diagnosis .................................................................................................... 9
3.7 Rencana Perawatan .................................................................................... 9
3.8 Alat dan Bahan ........................................................................................... 9
3.9 Prosedur Kerja ............................................................................................ 12
3.10 Edukasi Pasien ......................................................................................... 12
BAB IV. PEMANTAUAN KASUS ................................................................ 13
BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 14
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 14
5.2 Saran ........................................................................................................... 14

i
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


World Health Organization (WHO) yang merupakan organisasi kesehatan
dunia mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan mental, fisik dan kesejahteraan
sosial yang berfungsi secara normal, yang berarti bahwa kesehatan tidak hanya
dinilai dari tidak adanya suatu penyakit saja. Salah satu kesehatan yang terpenting
bagi kehidupan manusia adalah kesehatan gigi dan mulut yang merupakan bagian
dari penunjang kesehatan secara keseluruhan yang harus diperhatikan setiap orang.
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat
secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak. Setiap orang tua
menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat
dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain
kesehatan tubuh secara umum juga kesehatan mulut dan gigi, karena kesehatan
mulut dan gigi dapat mempengaruhi kesehatan umum secara menyeluruh. Dengan
kata lain bahwa kesehatan mulut dan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan
tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara
umum
Pada tahun 2006 telah dilakukan penelitian oleh Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) dan ditemukan bahwa penyakit yang sering diderita masyarakatnya
juga merupakan karies gigi dan penyakit periodontal, dengan catatan 63% rakyat
Indonesia masih mengalami kerusakan gigi aktif yaitu masih belum ditangani atau
diberi penatalaksanaan. Menurut WHO, kira-kira 60-90% anak-anak sekolah di
Amerika Serikat mengalami karies dan penyakit periodontal dijumpai pada 5-20%
usia dewasa muda
Anak pra-sekolah (4–6 tahun) dinilai paling rawan terhadap penyakit atau
kerusakan gigi, salah satunya karies karena kurangnya pendidikan kesehatan, serta
perawatan tentang gigi dan mulut masih rendah (Pratiwi, 2007). Masalah pada gigi
anak dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu: kurangnya pengetahuan dan
pengawasan orang tua terhadap kesehatan gigi anak, dan kemalasan anak untuk

1
menggosok gigi. Bahkan ada anak yang mengikuti orang tuanya karena orang tua
tidak mnggosok gigi. Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara
anak, orang tua dan tenaga kesehatan.
Salah satu masalah gigi yang dialami anak-anak adalah apikal fenestrasi
yang terjadi karena masa pergantian gigi desidui dan permanen yang cukup
panjang. Apikal fenestrasi adalah kondisi dimana akar gigi terekspos kebagian
permukaan gusi. Luka atau lesi yang disebabkan dari apikal fenestrasi disebut
sebagai ulkus decubitus. Berikut dalam makalah ini akan membahas mengenasi
apikal fenestrasi serta contoh kasus yang diambil dari kunjungan pasien.

1.4 Tujuan
1) Untuk mengetahui cara diagnosis apikal fenestrasi yang tepat.
2) Untuk mengetahui penatalaksanaan apikal fenestrasi pada gigi desidui.

1.5 Rumusan Masalah


1) Apakah apikal fenestrasi merupakan kasus darurat?
2) Apakak penyebab apikal fenestrasi?
3) Bagaimana penatalaksanaan apikal fenestrasi pada gigi desidui?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Apikal Fenestrasi


Apikal fenestrasi menggambarkan defek atau lubang seperti jendela di pelat
kortikal tulang alveolar, yang dapat berkembang dari proses fisiologis atau
patologis. Ketika melibatkan daerah apikal akar, ini disebut sebagai fenestrasi
apikal. Apikal fenestrasi bersifat darurat dan membutuhkan penanganan segera.
Fenestrasi mukosa bersamaan dapat mengakibatkan paparan ujung akar ke
lingkungan mulut yang menyebabkan kondisi ulkus dekubitus.
Ulkus Dekubitus merupakan salah satu contoh trauma fisik yaitu iritasi pada
jaringan lunak rongga mulut disebabkan karena iritasi kronis gigi. Lokasi ulkus
dekubitus dapat dimana saja dalam mulut namun paling sering ditemukan pada
mukosa buccal, bibir, fossa labioalveolar, buccalveolar dan tepi lateral lidah.

2.2 Etiologi
Fenestrasi apikal dapat timbul dari proses fisiologis dan patologis. Beberapa
kasus juga dapat dianggap sebagai variasi anatomi di mana ketebalan tulang di atas
apeks akar secara alami kurang.
Fenestrasi apikal telah dikaitkan dengan beberapa faktor risiko termasuk
cedera traumatik masa lalu, penyakit periodontal, akar miring bukal, trauma
oklusal, perawatan ortodontik, ketipisan tulang alveolar di atasnya dan pathosis
endodontik.

2.3 Patogenesis dan Histopatologi


Ricucci et al. (16) mengeksplorasi lebih lanjut fitur histologis apikal
fenestrasi dan menemukan sel inflamasi kronis dengan jaringan ikat fibrosa di
hadapan struktur biofilm bakteri yang berat. Akumulasi biofilm bakteri juga
ditemukan di foramen apikal dan di antara sementum yang retak dan terlepas,
sementara resorpsi sementum juga terdeteksi di beberapa area permukaan gigi yang

3
mengalami apikal fenestrasi. Sementara pada jaringan lunak yang terkena dampak
fenestrasi terdapat gambar sel inflamasi dalam jumlah meningkat.

2.4 Diagnosis
Riwayat medis dan gigi dibutuhkan untuk menetapkan diagnosis yang tepat.
Pemeriksaan klinis sangat penting dalam membantu diagnosis. Gambaran klinis
apikal fenestrasi adalah terlihat adanya akar yang keluar pada rongga mulut, jika di
palpasi akan terasa jaringan keras pada defek tersebut, jaringan lunak di area sekitar
akar yang terekspos tersebut akan mengalami tanda-tanda inflamasi, dan sering kali
menyebabkan luka pada jaringan lunak yang bersentuhan langsung pada akar yang
terekspos karena kondisi akar tersebut biasanya tajam.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk dapat menegakkan
diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang tepat adalah dengan
pemeriksaan radiografi.
Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan adalah radiografi periapikal
dan orthopantomogram (OPG). Dimana pada kasus gigi desidui radiografi ini
berfungsi untuk menegakkan diagnosis karena dapat melihat apakah jaringan keras
yang terekspos tersebut merupakan apikal fenestrasi atau gigi permanen yang akan
erupsi. Selain itu dapat menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan, pada
kasus pasien dengan gigi desidui erupsi gigi permanen dan resorpsi gigi desidui
sangat berperan untuk tindakan pencabutan atau ekstraksi.

Gambar 7. Contoh radiografi periapikal gigi bercampur.

4
2.5 Diagnosis Banding
Anamnesis menyeluruh dan temuan klinis sangat penting dalam
membedakan antara patologi mulut lainnya. Beberapa diagnosis banding dari apikal
fenestrasi adalah traumatik ulser, stomatitis aftosa reccurent, dental intrusi.
1) Traumatik ulser dapat disebabkan oleh trauma fisik berupa tergigit, adanya
permukaan gigi yang tajam akibat karies, tepian restorasi yang tajam karena
kurang baiknya finishing polishing, tumpatan yang pecah, memakan
makanan yang masih panas, reccurent aphtous stomatitis, trauma kimia
seperti aspirin burn, serta kekurangan zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
2) Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan lesi mukosa oral bercirikan
kehilangan jaringan mukosa yang terjadi tiba-tiba, disertai rasa sakit, terjadi
berulang (rekurensi), non infeksius, non vesikular, dan terkait imunologi.
Serangan SAR dapat ditimbulkan oleh trauma lokal, stres, obat-obatan,
perubahan hormonal, defisiensi vitamin dan trace element serta
mikronutrien, faktor imunologi, berhenti merokok, infeksi, faktor herediter
dan genetik, faktor mikroba, hipersensitivitas terhadap makanan, defisiensi
hematinik, dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV).
3) Intrusi gigi adalah perpindahan apikal gigi ke tulang alveolar. Cedera ini
disertai dengan kerusakan ekstensif pada ligamen periodontal, sementum,
gangguan suplai neurovaskular ke pulpa, dan komunikasi atau fraktur soket
alveolar. Trauma intrusi telah ditemukan terdiri dari 0,3-1,9% dari trauma
yang mempengaruhi gigi permanen.

2.6 Penatalaksanaan
Apikal fenestrasi menyebabkan kondisi mukosa yang disebut sebagai ulkus
dekubitus. Penatalaksaan apikal fenestrasi terhadap ulkus bergantung pada
penyebab, ukuran, kronisitas, tingkat keparahan, dan lokasinya. Terapi Ulkus yang
disebabkan oleh trauma secara umum adalah menghilangkan faktor penyebab.
Pada Ulkus yang disebabkan trauma mekanik atau trauma suhu, biasanya
akan sembuh sendiri dalam 10-14 hari. Lesi traumatik pada mukosa oral dapat
diatasi dengan menghilangkan faktor penyebab. Trauma kimia dan suhu
menyebabkan nyeri yang hebat pada mukosa oral, sehingga memerlukan analgesic

5
selama penyembuhan. Terapi suportif seperti memperbaiki oral hygiene dan
penggunaan obat kumur sangat disarankan. Sedangkan bila penyebab ulkus
dekubitus adalah gigi maloklusi atau supraposisi, dapat dilakukan ekstraksi gigi
penyebab sesuai prosedur tetap.
Pada gigi permanen penatalaksanaan dapat dilakukan dengan pemakaian
alat ortodonti cekat serta perawatan endodonti jika terdapat keterlibatan kelainan
endodonti.

2.7 Komplikasi
Jika tidak diobati, apikal fenestrasi akan menyebabkan trauma kronis pada
jaringan lunak atau disebut ulkus dekubitus yang menyebabkan rasa sakit, rasa tidak
nyaman, sulit berbicara, dan mengalami gangguan pencernaan karena rasa sakit saat
makan. Pada kasus apikal fenestrasi gigi permanen akan menyebabkan dampak
fatal karena bergesernya sumbu pergerakan gigi yang dapat menyebabkan
kehilangan gigi permanen dan bergesernya lengkung rahang atau maloklusi.

2.8 Prognosis
Apikal fenestrasi yang ditangani segera akan memberikan prognosis yang
sangat baik atas keluhan pasien. Penanganan yang tepat disesuaikan dengan faktor
etiologi atau penyebabnya. Menghilangkan faktor penyebab adalah kunci
keberhasilan perawatan apikal fenestrasi. Waktu untuk menangani apikal fenestrasi
juga harus secepatnya dan segera karena apikal fenestrasi bersifat gawat darurat.

6
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Naura Syakira
Nomor Rekam Medis : 003634
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 7 tahun
Agama : Islam
Alamat : Monggong, Agam, Sumatera Barat
Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2023

3.2 Deskripsi Umum


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis

3.3 Tanda Vital


Tekanan darah : 110/80 mmHg
Pernapasan : 20x/60s
Nadi : 80x/60s
Berat badan : 20 kg
Tinggi badan : 120 cm

3.4 Pemeriksaan Subjektif


1. Keluhan Utama
Seorang pasien anak perempuan datang bersama orang tuanya karena terdapat
akar gigi yang keluar dan tajam hingga melukai bibir depan atas. Keluhan ini
dialami sudah 7 hari. Pasien merasakan sakit pada bibirnya yang luka dan kesulitan
berbicara serta sulit makan.

2. Riwayat medis gigi dan mulut


Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya.

7
3. Riwayat medis umum
Pasien tidak dalam perawatan dokter dan tidak mengkonsumsi obat-obatan,
serta tidak memiliki riwayat alergi.

4. Riwayat kesehatan gigi dan mulut


a. Menyikat gigi
• Interval : 1 kali sehari
• Waktu : pagi dan sore hari
• Gerakan : horizontal
• Yang disikat : semua gigi
b. Pasta : Pepsodent
c. Obat kumur : tidak ada

3.5 Pemeriksaan Objektif

3.5.1 Pemeriksaan Intra Oral

- Perkusi : Negatif (-)

- Palpasi : Negatif (+)

- Sondasi : Negatif (-)

- Vital : Negatif (-)

Gambar 9. Contoh gambaran apikal fenestrasi.

8
3.5.2 Pemeriksaan Ekstral Oral
Tidak ada kelainan

3.6 Diagnosis
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan didapatkan diagnosisnya adalah gigi
62 apikal fenestrasi disertai ulcus decubitus.

3.7 Rencana Perawatan


Rencana perawatan yang dilakukan pada pasien adalah melakukan grinding
pada akar yang tajam. Tidak dilakukan pencabutan karena gigi permanen 22 belum
waktunya erupsi, jadi sebaiknya gigi 62 tetap dipertahankan namun akarnya yang
tajam dihaluskan.

3.8 Alat dan Bahan


1. Kaca Mulut

Gambar 11. Kaca mulut

Kegunaanya :

- Melihat permukaan gigi yang tidak dapat dilihat langsung dengan mata
- Membantu memperluas daerah pekerjaan yaitu dengan menahan pipi,lidah dan
bibir
- Mengetahui adanya debris, karang gigi, lubang gigi

9
- Melihat kelainan di dalam rongga mulut, lidah, gusi dan palatum

2. Pinset

Gambar 12. Pinset

Kegunaaanya :
- menjepit kapas, kasa, tanpon, cotton roll, cotton pellete, mata bur gigi.
- cek kedalaman karies
- mobilitas gigi

3. Sonde

Gambar 13. Sonde

Kegunaanya :
- Mencari karies dan mengukur kedalamannya

10
- Memeriksa adanya debris dan kalkulus
- Memeriksa adanya perforasi pulpa
- Tangkainya dapat untuk perkusi
- Mengetahui tumpatan/tepi tumpatan sudah rata atau belum

4. Excavator

Gambar 14. Ekskavator

Kegunaannya:
- Membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran-kotorannya atau sisa
makanan yang terdapat di dalam kavitas.
- Membongkar tumpatan sementara.
- Mengambil kelebihan-kelebihan semen, amalgam.

5. Knable tang yaitu untuk melakukan grinding pada akar yang tajam.

6. Alat pelindung diri operator dan pasien


• Masker
• Sarung tangan
• Gown
• Face shield
• Polibib

7. Povidone iodine untuk asepsis

11
8. Gelas kumur untuk kumur-kumur pasien

3.9 Prosedur Kerja


- Melakukan informed consent pada pasien
- Mempersilahkan pasien duduk di dental unit kemudian atur posisi pasien
dan operator.
- Persiapan pasien memakai polibib dan sediakan gelas kumur
- Persiapan operator dengan alat pelindung diri lengkap
- Asepsis daerah kerja dengan povidone iodine
- Lakukan penghalusan akar yang tajam dengan knable tang
- Lakukan pengecekan dengan palpasi bagian akar yang terekspos apakah
masih tajam atau tidak
- Tanyakan pada pasien apakah masih ada yang tajam atau tidak
- Jika sudah tidak ada, maka prosedur sudah selesai
- KIE

3.10 Edukasi Pasien

- Jelaskan kepada pasien bahwa masalah apikal fenestrasi sudah ditangani


yaitu dengan penghalusan akar yang tajam
- Jelaskan bahwa keadaan ini tidak berbahaya selama tidak terdapat infeksi
- Minta orang tua untuk memperhatikan masa dan benih tumbuh gigi
pernanen agar segera setelah erupsi gigi yang mengalami apikal
fenestrasi dapat diekstraksi
- Jika masih terdapat keluhan tajam atau terekspos nya gingiva lebih besar
maka harap datang kembali atau cari perawatan gigi segera

12
BAB IV

PEMANTAUAN PASIEN

Tabel 1. Kunjungan Pasien


Kunjungan Pasien
11 September 2023
S: Pasien datang bersama orang tua Dilakukan grinding atau penghalusan
karena mengeluh akar gigi ada yang tajam akar yang tajam pada gigi 62
keluar dari gusi dan menyakiti bibir atas
depan.

O: - EO: Tidak ada kelainan


- IO:
Inspeksi: ulkus dekubitus
Sondasi: (-)
Perkusi: (-)
Palpasi: (+)

A: Gigi 62 apikal fenestrasi

P: Grinding

13
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Salah satu masalah gigi yang dialami anak-anak adalah apikal fenestrasi
yang terjadi karena masa pergantian gigi desidui dan permanen yang cukup
panjang. Apikal fenestrasi adalah kondisi dimana akar gigi terekspos kebagian
permukaan gusi. Luka atau lesi yang disebabkan dari apikal fenestrasi disebut
sebagai ulkus decubitus. Pada keadaan ini, penanganan untuk menghilang faktor
etiologi sangat diperlukan secara cepat.

5.2 Saran
Pengetahuan orang tua dan kepekaan anak terhadap rasa sakit sangat
penting untuk menunjukkan kebutuhan perawatan terhadap masalah gigi anak.
Selain itu orang tua juga harus mengetahui usia tumbuh atau erupsi gigi permanen
yang menggantikan gigi desidui. Ketika terjadi kasus apikal fenestrasi orang tua
harus segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi karena akar yang
tajam dapat membuat inflamasi kronis dan keadaan mukosa yang luka atau disebut
ulkus dekubitus.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. American Association of Endodontists. Glossary of endodontic terms. 10th ed.


[Accessed Jul 21 2020]. Avaliable at: https://www.aae.org/specialty/clinical-
resources/glossary-endodontic-terms/
2. Sawes WL, Barnes IE. The surgical treatment of fenestrated buccal roots of an
upper molar--a case report. Int Endod J. 1983;16(2):82–6. [PubMed] [Google
Scholar]
3. Boucher Y, Sobel M, Sauveur G. Persistent pain related to root canal filling and
apical fenestration:a case report. J Endod. 2000;26(4):242–4. [PubMed] [Google
Scholar]
4. Jhaveri HM, Amberkar S, Galav L, Deshmukh VL, Aggarwal S. Management
of mucosal fenestrations by interdisciplinary approach:a report of three cases. J
Endod. 2010;36(1):164–8. [PubMed] [Google Scholar]
5. Nimigean VR, Nimigean V, Bencze MA, Dimcevici-Poesina N, Cergan R,
Moraru S. Alveolar bone dehiscences and fenestrations:an anatomical study and
review. Rom J Morphol Embryol. 2009;50(3):391–7. [PubMed] [Google Scholar]
6. Stahl SS, Cantor M, Zwig E. Fenestrations of the labial alveolar plate in human
skulls. Periodontics. 1963;1(3):99–102. [Google Scholar]
7. Jorgić-Srdjak K, Plancak D, Bosnjak A, Azinović Z. Incidence and distribution
of dehiscences and fenestrations on human skulls. Coll Antropol.
1998;22(Suppl):111–6. [PubMed] [Google Scholar]
8. Juwita Ratna Rahayu, Heidy Stefanie Yonathan, Prof. Dr. Yetty Herdiyati
Sumantadireja. Management of Apical Fenestration in Children: A Case Report.
Journal of Applied Dental and Medical Sciences NLMID: 101671413 ISSN:2454-
2288 Volume 5 Issue 2 April-June 2019; hal: 59-65.
9. Aslihan Akbulut. Assessment of dehiscence and fenestration in children and
adolescents using cone beam computed tomography. Dent 3000 Vol 9 No 1 (2021).

15