Laporan Kasus Fenetrasi Apikal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

Penatalaksanaan Fenetrasi Apikal Pada Gigi Desidui

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Laporan Kasus Program Internsip

Oleh :

drg. Syaidatul Fauziah

Dokter Pendamping :

drg. Dian Ekawati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER GIGI INDONESIA


RSUD SITI AISYAH KOTA LUBUK LINGGAU
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Portofolio Perorangan

Dengan Judul

Penatalaksanaan Fenetrasi Apikal Pada Gigi Desidui

Oleh :

drg. Syaidatul Fauziah

Pendamping :

drg. Dian Ekawati

Wahana :

RSUD Siti Aisyah Kota Lubuklinggau

Telah diterima sebagai salah satu syarat dalam mengikuti

Program Internsip Dokter gigi Indonesia

Lubuk Linggau, 03 November 2023

Pendamping

drg. Dian Ekawati


NIP. 19791213 200604 2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-

Nya peneliti dapat menyelesaikan makalah laporan kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan

Fenetrasi Apikal Pada Gigi Desidui “ ini sebagai salah satu syarat dalam melengkapi tugas

laporan kasus program internsip.

Perkenankanlah saya untuk mengucapkan terima kasih dengan tulus dan ikhlas yang

sebesar – besarnya kepada drg. Dian Ekawati selaku pendamping yang telah membantu dalam

menyelesaikan laporan kasus ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-nya kepada kita

semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Lubuk Linggau, 03 November 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

BAB III LAPORAN KASUS...................................................................................7

BAB IV PENUTUP................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jenis trauma dental pada gigi anterior yang terjadi pada anak kecil

merupakan salah satu pengalaman terburuk, namun sering diabaikan. Trauma

dental merupakan masalah serius yang dapat membahayakan kesehatan gigi dan

mengganggu estetis, psikologis, perilaku dan masalah terapeutik yang dapat

mempengaruhi anak dan orang tua jika tidak dirawat.¹

Trauma dental yang paling sering terjadi pada gigi insisivus sulung adalah

subluksasi, intrusi dan avulsi. Fraktur mahkota dan akar juga dapat terjadi namun

sangat jarang. Prevalensi terjadinya trauma insisivus sulung dilaporkan berkisar

antara 4-30% dan bergantung pada umur dan jenis kelamin. Kondisi trauma dapat

menyebabkan fenestrasi apikal dimana apikal akar gigi terpapar lingkungan

rongga mulut, oleh karena kerusakan tulang alveolar dan mukosa sekitar apikal

gigi.²

Fenestrasi apikal yang berhubungan dengan intrusi gigi yang disebabkan oleh

tekanan oklusal, merupakan kasus yang jarang didokumentasikan oleh klinisi

terutama pada gigi desidui. Kasus intrusi gigi sering tidak membutuhkan

perawatan karena dapat erupsi kembali ke posisi semula, namun pada kasus gigi

non vital tentu berbeda. Gigi non vital akan mengalami perubahan resorpsi

fisiologis sehingga dapat mengganggu eruspi benih gigi permanen serta

menyebabkan infeksi periapikal. Umumnya, fenestrasi apikal cenderung

didiagnosis sebagai periodontitis apikal kronis atau abses apikal kronis ketika

tidak ditemukan adanya tanda patologis.³

1
Gigi pada anak atau gigi yang pertama kali tumbuh dinamakan gigi sulung.

Gigi sulung berfungsi sebagai alat pengunyah, alat bicara dan untuk memperindah

wajah. Selain itu, gigi sulung juga berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi gigi tetap

yang ada dibawahnya.⁴

Gigi sulung yang tidak tanggal ketika seharusnya sudah tanggal disebut

Persistensi. Gigi sulung tampak masih ada ketika gigi tetap pengganti muncul,

sehingga terlihat berjejal atau berlapis. Pada kasus persistensi gigi sulung anterior

rahang atas, sering muncul ulkus dekubitus (fenestrasi mukosa). Pentingnya

mengumpulkan riwayat yang lengkap dan kemampuan melakukan pemeriksaan

sangat dibutuhkan untuk menentukan diagnosis kasus fenestrasi apikal dan

persistensi untuk memudahkan dalam penentuan rencana perawatan.⁴

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi sulung

Gigi yang pertama kali tumbuh dinamakan gigi sulung. Gigi sulung berfungsi

sebagai alat pengunyah, alat bicara dan untuk memperindah wajah. Selain itu, gigi

sulung juga berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi gigi tetap yang ada dibawahnya. ⁵

Secara garis besar, gigi itu ada dua macam yaitu gigi sulung dan gigi tetap.

Gigi sulung merupakan gigi yang tumbuh pada usia 6-30 bulan dan akan tanggal pada

usia 6-12 tahun dan digantikan oleh gigi tetap. Gigi sulung terdiri dari 8 gigi seri, 4

gigi taring dan 8 gigi geraham (molar) sehingga totalnya ada 20 gigi. ⁶

2.2 Ulkus Dekubitus

1. Definisi

Ulkus Dekubitus merupakan salah satu contoh trauma fisik yaitu iritasi pada

jaringan lunak rongga mulut disebabkan karena iritasi kronis gigi. Gigi malposisi, gigi

supraposisi yang tidak mempunyai antagonis, sisa akar gigi yang tajam, dan perforasi

radiks sulung juga dapat menyebabkan Ulkus Dekubitus. Lokasi Ulkus Dekubitus

dapat dimana saja dalam mulut namun paling sering ditemukan pada mukosa buccal,

bibir, fossa labioalveolar, buccalveolar dan tepi lateral lidah. ⁷

2. Perawatan

Penatalaksaan terhadap Ulkus bergantung pada penyebab Ulkus, ukuran,

kronisitas, tingkat keparahan, dan lokasinya. Terapi Ulkus yang disebabkan oleh

trauma secara umum adalah menghilangkan faktor penyebab. Pada Ulkus yang

disebabkan trauma mekanik atau trauma suhu, biasanya akan sembuh sendiri dalam
3
10-14 hari.

Lesi traumatik pada mukosa oral dapat diatasi dengan menghilangkan faktor

penyebab. Trauma kimia dan suhu menyebabkan nyeri yang hebat pada mukosa oral,

sehingga memerlukan analgesic selama penyembuhan. Terapi suportif seperti

memperbaiki oral hygiene dan penggunaan obat kumur sangat disarankan. Sedangkan

bila penyebab Ulkus Dekubitus adalah gigi maloklusi atau supraposisi, dapat

dilakukan ekstraksi gigi penyebab sesuai prosedur tetap. ⁷

2.3 Apikal Fenetrasi

1. Definisi

Fenestrasi digambarkan sebagai cacat atau lubang seperti jendela pada

tulang kortikal alveolar, yang dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis.

Ketika proses ini melibatkan daerah apikal akar, maka disebut sebagai fenestrasi

apikal. ⁸

2. Etiologi

Fenestrasi apikal dapat dikaitkan dengan beberapa faktor risiko yang

mencakup injuri pasca trauma, penyakit periodontal, inklinasi akar gigi yang lebih

ke lingual, trauma oklusal, struktur tulang alveolar yang menutupi akar gigi yang

terlalu tipis, serta kelainan endodontik. Pada gigi sulung, faktor risiko fenestrasi

apikal dihubungkan dengan trauma intrusi, tekanan oklusal dan gangguan resorpsi

akar. Fenestrasi apikal yang berhubungan dengan penyakit endodontik merupakan

hasil dari proses patologis yang mencakup inflamasi periradikular resorpsi tulang

kortikal. Lesi karies dan trauma merupakan faktor etiologi yang menghasilkan

proses inflamasi atau infeksi yang parah. ⁸


4
3. Gambaran Klinis

Fenestrasi apikal biasanya ditemukan pada gigi sulung non vital baik karena

karies, trauma. Pada pemeriksaan klinis biasanya ditemukan protusi mukosa

gingiva akibat perforasi tulang kortikal alveolar, posisi apeks lebih inferior dari

gigi kontralateral, ulserasi (ulkus dekubitus) pada gingiva juga dapat ditemukan.

Terpaparnya apeks ke lingkungan oral menyebabkan ulser menjadi tempat retensi

plak dan mukosa sekitar apeks biasanya mengalami inflamasi. ⁸

2.4 Persistensi

1. Definisi

Persistensi gigi susu adalah suatu keadaan dimana gigi susu masih berada di

mulut belum lepas, tetapi gigi tetap yang akan menggantikannya sudah tumbuh.

Pada keadaan persistensi, terkadang gigi susu juga tidak goyang. Hal ini bisa kita

temukan pada gigi mana saja, tetapi sering kali orang tua menemukan gigi depan

rahang bawah yang terlihat bertumpukdan gigi tersebut harus segera dicabut, apabila

tidak dicabut akan bertumpuk kotoran dan tidak akan terbersihkan pada saat sikat

gigi. ⁹

Gigi sulung berfungsi sebagai alat pengunyah, alat bicara, selain itu juga

berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi gigi tetap yang ada dibawahnya untuk tumbuh.

Gigi sulung yang tidak tanggal ketika seharusnya sudah tanggal disebut Persistensi.

Gigi sulung tampak masih ada ketika gigi tetap pengganti muncul, sehingga terlihat

berjejal atau berlapis.Pada kasus persistensi gigi sulung anterior rahang atas, sering

muncul ulkus decubitus. ⁹

2. Akibat Persistensi

5
Persistensi menyebabkan pertumbuhan gigi tetap terganggu, sehingga gigi

tetap dapat erupsi ke sebelah lingual, labial, bukal, dan tidak erupsi sama sekali.

Gangguan erupsi gigi tetap akibat persistensi dapat menimbulkan anomaly seperti

gigitan terbalik anterior, yaitu gigi anterior atas tetap berada disebelah lingual dari

gigi anterior bawah, gigi impaksi yaitu gigi tetap yang terpendam karena jalan

erupsinya terhalang gigi yang persistensi dan juga dapat terjadi gigi-gigi yang

berjejal. ¹º

6
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama: Nn. Y

Umur: 6 Tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Status: Pelajar

Agama: Islam

Alamat: Bandung

3.2 Pemeriksaan Subjektif

 Keluhan Utama : Seorang pasien perempuan datang bersama ibunya mengeluhkan gigi
kanan atas depannya menonjol pada gusi, ibu menjelaskan bahwa saat umur 4 tahun gigi
tersebut mengalami trauma, usia 5 tahun gigi tersebut berwarna semakin gelap dari
sebelumnya. Karena kondisi tersebut pasien sering mengeluhkan sariawan namun
pasien tidak mengeluhkan kemerahan ataupun nyeri. Pasien menginginkan perawatan
untuk gigi tersebut

 Riwayat Penyakit Sistemik : Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan atau tidak sedang
dalam perawatan dokter serta tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan atau obat
- obatan.

 Riwayat Penyakit Keluarga : TAK

 Riwayat Alergi : TAK

7
 Riwayat Dental : Pasien belum pernah ke dokter gigi sebelumnya.
3.3 Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Ekstra Oral

Tidak ada kelainan

Pemeriksaan Intra Oral

Skor plak pada pasien adalah 1,5 (medium). Pasien sedang dalam masa periode gigi

sulung. Tidak ditemukan anomali dental, maloklusi, dan premature loss. Terdapat

karies media pada gigi 53, 73, 85 dan karies profunda pada gigi 52, 61 serta resorpsi

fisiologis pada gigi 71, 72, 82. Gigi 51 mengalami sisa akar disertai ulkus dekubitus.

Perkusi (+), Palpasi (-), Vitalitas (-), Inflamasi (+) di sekitar ujung apeks dan ditemukan

ulser.

3.4 Assesment

Dari hasil pemeriksaan diagnosis gigi 51 adalah fenetrasi apikal

3.5 Plan

Dilakukan pencabutan dengan anastesi infiltrasi

3.6 Alat dan Bahan

• OD Set (kaca mulut, sonde, ekskavator, pinset)

• Cheeck retractor

• Cotton roll

• Cotton pellet

• Tampon

8
• Povidon iodine 10%

3.7 Prosedure

1. Mempersiapkan peralatan: sonde halfmoon, ekskavator, kaca intraoral, tweezers, check

retractor, cotton roll, cotton pellet, kassa steril, betadine, alcohol, tang anterior untuk

eksodonsi gigi sulung, 1cc syringe, Pehacain®.

2. Melakukan asepsis dengan mengoleskan povidone iodine 10% secara sirkuler dari

dalam ke luar pada daerah kerja

3. Keringkan daerah kerja dengan threeway syringe, aplikasikan topical gel anesthesia

(Precaine®, Lidocaine 8%, Dibucaine 0.8%) pada gingiva labial.

4. Melakukan injeksi dengan Pehacain® (Lidocain HCL 20 mg dan Epinephrine 0.0125

dalam 1 mg) dengan 1cc syringe pada mukosa labial gingiva gigi 51.

5. Cek apakah anastesi telah bekerja dengan menyentuhkan ekskavator pada ligament

periodontal gigi 51

6. Melakukan ektraksi gigi 51 dengan tang ektraksi untuk anterior gigi sulung, hindari

menekan bagian koronal ke apikal untuk mencegah intrusi lebih dalam dari apeks ke

benih gigi permanen.

7. Lakukan pendarahan dengan kasa steril pasca ekstraksi

8. Pasien diberi KIE pasca ekstraksi dan pasien diminta untuk kontrol 1 minggu

kemudian, dan kontrol kedua 3-4 minggu, kontrol ketiga 6-8 minggu, kontrol 6 bulan

kemudian.

9
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan Riwayat medis dan pemeriksaan klinis, pasien di diagnosis

fenetrasi apikal karena intrusi. Berdasarkan klasifikasi Ellis dan Davey, kasus ini

termasuk kelas IX karena terjadi pada gigi desidui. Perawatan pada pasien dengan

kasus fenetrasi apical akibat trauma intrusi adalah ekstraksi gigi terkait

4.2 Saran

Penanganan trauma dental pada gigi desidui sering kali diabaikan, namun

seharusnya mendapat perhatian khusus karena dapat menyebabkan masalah pada

gigi pengganti. Pemeriksaan lengkap dan penanganan yang tepat dibutuhkan

untuk prognosis yang lebih baik pada gigi yang terlibat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu JR, Yonathan HS, Sumantadireja YH. Management of apical fenestration in


children: A case report. Journal of Apllied Dental and Medical Sciences
2019;5(2):59-65.
Edney MB. Ineteresting presentation of a retained upper deciduous incisor with apical
fenestration. British ddent J 2000;188(7):369-70.
Wong J, Lee AH, Zhang C. Diagnosis and management of apical fenestrations associated
with endodontic disease: A literature review. Eur Endod J 2021; 6: 25- 33.
Nimegian VR, Nimegian V. Combined mucosal and alveolar fenestration: a clinical
report and literature review. Rom J Morphol Embryol 2013;54(2):437-41.
Suryawati, 2010. 100 Perawatan Penting Perawatan Gigi Anak. Jakarta : PT. Dian Rakyat
Nita. 2013. Macam Jumlah Waktu Tumbuh dan Tanggal Gigi. http://nynita.com diakses
pada tanggal 13 Februari 2015.
Maria, dkk. 2010. Seorang Wanita Dengan Ulkus Dekubitua Et Causa Trauma Oklusi 3.7.
Semarang : PT. Dian Rakyat
Triches TC, Paula LP, Filho MX, Bolan M. Apical fenestration and ectopic eruption –
effect from trauma to primasty tooth: a clinical case report. dental Trumatology
2011; 27:74-6.
Usri.K, dkk. 2012. Diagnosis dan Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Edisi 2. Bandung :
Percetakan sono offset
Siagian, Erna Yenita. 2004. ‘’Beberapa Anomali Yang Disebabkan Persistensi beserta
perawatannya’’. http://repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 13 februari 2015.
Yousefi Y, Meldrum J, Jan AH. Periodontal Abcess. [updated 2022 Jun 17]. In:
StatPearls [Internet]. Treasire Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.
Mandari GJ, Kahabuka FK. Classification of traumatic dental injuries. Dent Maxillofac
Trauma – Challenges Low Middle Income Countries. 2018; 1(1):11-31

11

Anda mungkin juga menyukai