KSPN Kintamani
KSPN Kintamani
KSPN Kintamani
Bab 3
GAMBARAN WIL AYAH KSPN
KINTAMANI-DANAU BATUR DAN
SEKITARNYA
3.1 Kondisi Fisik Kawasan
3.1.1. Administrasi dan Batas Wilayah Perencanaan KSPN Kintamani-
Danau batur dan Sekitarnya
Kecamatan Kintamani merupakan salah satu dari empat kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Bangli dengan luas wilayah sebesar 36.692 Ha atau sekitar 70,45
% dari luas Kabupaten Bangli dan 6,51 % dari luas Bali. Berdasarkan luasan wilayah
desa terluas adalah Desa Sukawana yaitu 3.361 Ha, kemudian desa Teruyan 1.963 Ha,
desa Songan A 1.701 Ha, desa Pinggan 1.653 Ha dan desa Kintamani 1.513 Ha.
Secara geografis Kecamatan Kintamani terletak di bagian Timur Laut Provinsi
bali dan bagian utara dari Kabupaten Bangli dan terletak di kawasan perbukitan dan
pegunungan Bali. Batas administrasi kawasan perencanaan adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Desa Siakin, Desa Kutuh, Desa Subaya, dan Kecamatan
DPL) dan titik terendah sama dengan permukaan air danau, rata-rata yaitu 1.031 meter
DPL. Daerahnya meliputi tubuh bagian puncak dari Gunung Batur dan beberapa tempat
bagian tengah dari Gunung Abang dan Gunung Penulisan. Ada beberapa kawasan di
Kecamatan Kintamani yang datar hanya terdapat di kawasan permukiman di kaki
Gunung Batur seperti Desa Songan A-B, Kedisan, Buahan dengan kemiringan 0-20%.
Kondisi geologi dan litologi pada kawasan sekitar Kintamani, berupa endapan
vulkanologi muda dan tua. Endapan vulkanologi muda terdiri dari lahar pasir dan lapili
yang umumnya belum mengeras serta agak lepas, dan setempat-setempat juga terdapat
breksi lava yang bersifat kompak dan keras.
Batuan (lithology) yang terdapat di Kawasan Kintamani-Danau Batur dan
Sekitarnya, kesemuanya berupa batuan hasil Gunung api, yang terdiri dari 3 (tiga)
kelompok batuan semua batuan terbentuk pada kala Holosen, berturut-turut dari yang
tua adalah sebagai berikut : Batuan Gunung Api kelompok Buyan-Bratan Purba ; Batuan
Gunung Api kelompok Buyan-Bratan-Batur ; dan Batuan Gunung Api Batur, terdiri dari
aglomerat, lava, tufa dan lahar.
3.1.3. Iklim
Temperatur udara kawasan perencanaan berkisar antara 180-230 C.
Berdasarkan data pos pengamatan hujan Kintamani, curah hujan di kawasan atas
sebesar 1840 mm./tahun dan jumlah curah hujan di kawasan bawah relatif kecil, karena
terlindung oleh tebing-tebing yang sangat tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
3.1.4. Hidrologi
Pada Kawasan Kintamani-Danau Batur dan Sekitarnya terdapat 3 (tiga) daerah
air tanah, yaitu : daerah air tanah setempat terdapat akuifer produktif ; daerah air tanah
dengan produktivitas kecil ; serta daerah air tanah langka. Kondisi hidrologi di kawasan
perencanaan, khususnya Kintamani, Batur Utara, Batur Selatan, dan Batur Tengah
kandungan air tanahnya sangat terbatas yaitu ± 0,5 lt./dtk. Untuk daerah lava
kandungan air tanahnya sangat kecil sekali, yaitu ± 0,1 lt./dtk . Kandungan air tanah
yang relatif lebih besar berkisar 10 lt./dtk terdapat pada daerah pinggir Danau Batur,
yaitu di Desa Terunyan, Kedisan, Buahan dan Songan A-B. Di daerah Toyabungkah
terdapat sumber air panas yang digunakan sebagai obyek wisata pemandian air panas.
Mengingat adanya resiko Gunung Batur yang termasuk gunung berapi yang
masih aktif ini, maka Direktorat Geologi menetapkan Kawasan di Dalam Kaldera Batur
sebagai kawasan rawan bencana yang dikelompokkan dalam ; daerah terlarang (Zona
III/Desa Batur Selatan, Batur Tengah, dan Batur Utara) ; daerah bahaya (Zona II/Desa
Songan A-B) ; dan daerah waspada (Zona I/desa lainnya).
Gunung Batur merupakan salah satu gunung yang tergolong gunung berapi di
Provinsi Bali. Menurut catatan Direktorat Vulkanologi Bandung Tahun 1979, Gunung
Batur menunjukkan kegiatan vulkanis diantaranya telah mengalami letusan sejak 1804
hingga tahun 1974 dengan letusan abu dan letusan lahar panas. Mengingat adanya
resiko Gunung Batur yang termasuk gunung berapi yang masih aktif ini, maka oleh
Direktorat Geologi ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana yang dikelompokkan
dalam daerah terlarang, daerah bahaya dan daerah waspada.
1. Daerah Bahaya
Berdasarkan catatan sejarah lutusan Gunung Batur mempunyai masa istirahat
tersingkat satu tahun dan terpanjang 40 tahun. Kegiatan letusannya mulai tercatat sejak
tahun 1804 yang umumnya mengerupsi lelehan lava basalan. Peta daerah bahaya yang
dibuat terutama di dalam kaldera, karena selama kegiatannya terbatas di dalam kaldera,
walaupun hujan pasir dan abu adakalanya jatuh dikaldera tetapi tidak menimbulkan
bahaya. Selain pembuatan peta daerah bahaya juga dilakukan pengamatan visual dan
seismik secara terus menerus oleh petugas-petugas pos pengamatan sebagai salah satu
usaha penanggulangan kegiatan gunung api ini.
2. Daerah Bahaya I
Daerah bahaya I meliputi wilayah yang mungkin tertanda oleh lelehan lava sebagai
bahaya utama di samping bahaya jatuhan piroklastika. Luas daerah bahaya ini
39.550.000 meter di tiga desa yaitu Batur Selatan, Batur Tengah, Batur Utara.
3. Daerah Bahaya II
Daerah ini meliputi dua desa yaitu Desa Songan A dan Songan B. Daerah ini
merupakan wilayah yang kemungkinannya kecil sekali terkena lelehan lava, tetapi akan
tertimpa jatuhan piroklastika terutama bila terjadi letusan di kawah utama. Luas daerah
bahaya II ini seluas16.750 M2.
4. Daerah Waspada
Daerah ini meliputi sektor antara batas kaldera I dan batas kaldera II, dipengaruhi
oleh bahaya lontaran atau jatuhan piroklastika, tetapi tidak akan tertanda aliran lava. Di
beberapa tempat di daerah ini juga terancam bahaya longsor. Bom vulkanik dan eflata
lainnya mungkin sampai ke daerah ini bila letusannya kuat. Daerah ini meliputi 12
sebagai berikut :
a. Desa Kintamani meliputi 4 banjar, Banjar Sukakarma, Banjar Jayamaruti, Banjar
Wiradarma dan Banjar Sudiarti.
b. Desa Sukawana meliputi 2 banjar yaitu Banjar Kutadalem dan Banjar Paketan.
c. Desa Pinggan
d. Desa Blandingan
e. Desa Truyan
f. Desa Abang Songan
g. Desa Abang Batu Dinding
h. Desa Suter
i. Desa Buahan
j. Desa Kedisan
k. Desa Penelokan
l. Desa Batur Selatan meliputi 4 banjar : Banjar Kertabudi, Banjar Tandang Buana,
Banjar Masem dan Banjar Bubungbayung.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Sejak kegiatan terakhirnya (tahun 1974), Gunung Batur tidak menunjukan
kelainan pemantauan, namun masih aktif.
b. Gunung Batur sejak pertama kali tercatat kegiatannya (tahun 1804) sampai
kegiatan terakhir (tahun 1974) letusannya bersifat efusif (leleran lava) dan
strombolian.
c. Leleran lava yang berkecepatan 4 sampai 70 meter per jam menjadi peluang bagi
penduduk untuk menghindar dari ancamannya.
d. Letusan mendatang mungkin serupa dengan letusan sebelumnya, yaitu leleran
lava dan semburan viroklastika yang terbatas sebarannya di dalam kaldera.
dengan berbagai fungsi, dari yang berfungsi sebagai Kahyangan Jagat hingga Swagina.
Pura-Pura tersebut di antaranya adalah : Pura Puncak Penulisan ; Pura Dalem
Balingkang ; Pura Petirthan ; Pura Hulun Danu Batur di Songan ; Pura Dalem Desa
Terunyan ; Pura Pancering Jagat ; Pura Dukuh ; Pura Tegeh Kaler ; Pura Abang ; Pura
Tuluk Biu ; Pura Danu Kuning ; Pura Dalem Pingit ; Pura Cempaga ; Pura Jati ; Pura Pasar
Agung Alit ; Pura Pasar Agung ; Pura Payogan ; Pura Penataran Agung Tampurhyang ;
Pura Dalem Desa Songan ; Pura Pemapagan ; Pura Penataran Agung Desa Songan ; Pura
Mas Mampeh ; Pura Pandan ; Pura Bukit Mentik ; Pura Batu Rumpit ; Pura Tirta Mas
Mundik ; Pura Ulun Danu Batur ; Pura Toyabungkah ; dan Pura Munggu.
Tabel 3.2. Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Pertanian Lahan Basah, Kering dan Perkebunan
Jenis
No. Faktor Lahan Basah Lahan Kering Perkebunan
S $ N S $ N S $ N
1 Kedalaman > 50 Cm 10 – 50 Cm <10 Cm > 50 Cm 10 – 50 Cm <10 Cm > 50 Cm 10 – 50 Cm <10 Cm
efektif
2 Tekstur Berliat, Berdebu Berkuarsa Berliat, Berdebu Berkuarsa Berliat, Berdebu Berkuarsa
berdebu halus halus dan berdebu halus dan berdebu halus dan
berlempung kasar, ber halus kasar, ber halus kasar, ber
halus kuarsa berlempung kuarsa berlempung kuarsa
sedang halus sedang halus sedang
3 Porositas Rendah Agak rendah, Tinggi, Tinggi, sangat Sedang dan Sangat Tinggi, sangat Sedang dan Sangat
agak tinggi sangat tinggi rendah rendah tinggi rendah rendah
tinggi
4 Prosentase <5% 5 – 75 % > 75 % <5% 5 – 75 % > 75 % <5% 5 – 75 % > 75 %
batu-batu di
permukaan
5 Kesuburan Tinggi Rendah – Sangat Tinggi Rendah – Sangat Tinggi Rendah – Sangat
tanah sedang rendah sedang rendah sedang rendah
6 Tingkat 5,5 – 7,5 4,0 – 5,5 < 4,0 – dan 5,5 – 7,5 4,0 – 5,5 < 4,0 – dan 5,5 – 7,5 4,0 – 5,5 < 4,0 dan
keasaman 7,5 – 8,0 > 8,0 7,5 – 8,0 > 8,0 7,5 – 8,0 > 8,0
7 Tingkat
keracunan tanah < 30 % 80 – 100 % > 100 % < 20 % 20 – 60 % > 60 % < 20 % 20 – 70 % > 70 %
a. Kejenuhan < 100 Cm 50 – 100 Cm < 50 Cm < 100 Cm 50 – 100 Cm < 50 Cm < 150 Cm 50 – 150 Cm < 50 Cm
A1
b. Kedalaman
pirit
8 Kemiringan <3% 3–8% >8% <3% 3 – 1,5 % > 1,5 % <8% 8 – 40 % >8%
lahan
9 Erodibilitas Sangat brendah Rendah – Tinggi, Sangat Rendah – Tinggi, sangat Sangat Rendah – Tinggi, sangat
sedang sangat brendah sedang tinggi brendah sedang tinggi
tinggi
10 Iklim
- Curah hujan 1.000 - 5.000 - <1000 & 1.000 - 5.000 - <1000 & 400 - 5.000 - < 400 & >5000
(mm/th) <4/<7 - >5000 <4/<7 - >5000 1-12 / < -
- Bulan <4/<7 <4/<7
basah/kering
11 Kelas drainase Terhambat Agak Baik, agak Baik Agak cepat Cepat, sangat Baik Agak cepat Cepat, sangat
tanah terhambat, cepat, cepat, cepat,
sangat sangat terhambat, terhambat,
terhambat cepat sangat sangat
terhambat terhambat
12 Banjir dan Tanpa Antara 2-7 Lebih dari 7 Tanpa Antara 2-7 Lebih dari 7 Tanpa Lebih dari 7 Lebih dari 7
genangan bulan tanpa dan atau bulan tanpa dan atau dan atau dan atau
musiman ada genangan genangan ada genangan genangan genangan genangan
permanen permanen permanen permanen permanen permanen
13 Ketinggian <500 M > 1000 M > 1000 M <500 M 500 - 1500 M > 1500 M <500 M 500 - 1500 M > 1500 M
14 Ketebalan < 50m 50 – 100 Cm > 100 M < 50m 30 – 100 Cm > 100 M < 50m 50 – 100 Cm > 150 M
gambut
2. Jeruk Bali
Kintamani sangat terkenal dengan daerah
pengasil jeruk di Bali. Dengan luas lahan sebesar
7,538,176 Ha., dan hasil produksinya untuk
tahun 2009 sebesar 144,978.20 ton. Potensi yang
kedua adalah tanaman pisang dengan luas lahan
sebesar 4,118,644 Ha. dan produksi 61,779.60
ton, produktivitasnya sebesar 1,5 ton/ha.
3. Anjing Kintamani
Kintamani juga memiliki anjing kintamani yang
merupakan anjing ras asli kawasan. Secara fenotipe anjing
Kintamani mudah dikenal, dapat dibandingkan dengan
anjing-anjing lokal yang ada, atau anjing hasil persilangan
antara ras yang sama maupun persilangan lainnya.
3.5 Kondisi Kependudukan
Berdasarkan data statistik, di akhir tahun 2015 jumlah penduduk kawasan
perencanaan tercatat sejumlah 49.310 jiwa yang terdiri dari 25.131 jiwa penduduk laki-
laki dan 24.179 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di kawasan
perencanaan mencapai rata-rata 19,14 jiwa/km2. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.3. Luas Wilayah, Jumlah penduduk dan kepadatan Kawasan KSPN Kintamani-
Danau Batur dan Sekitarnya
toleransi yang tinggi antara sesama warga dalam rangka mewujudkan pembangunan di
Kawasan Kintamani. Budaya masyarakat di kawasan perencanaan bersifat terbuka
terhadap masuknya nilai positif budaya lain untuk mewujudkan jatidiri dan meningkatkan
harkat dan martabat dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Nilai-
nilai tersebut kemudian berakulturasi membentuk pandangan integralistik masyarakat
dan prinsip kekeluargaan sehingga sangat strategis sebagai landasan untuk mewujudkan
kehidupan yang aman dan damai.
Selain berlakunya nilai-nilai kearifan lokal tersebut, juga berlaku falsafah Tri Hita
Karana yaitu Parahyangan (hubungan yang selaras antara manusia dengan Tuhan),
Palemahan (hubungan selaras manusia dengan lingkungan) dan Pawongan (hubungan
selaras manusia dengan manusia) sehingga terwujud suatu keseimbangan tata hubungan
diantara ketiganya. Pengembangan nilai-nilai ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor
pendukung yang ada di wilayah setempat. Adapun faktor pendukung tersebut antara lain
organisasi tradisional seperti : banjar, desa adat, subak, dan sekehe.
Falsafah budaya yang juga menata tata kehidupan masyarakat setempat adalah
penerapan konsep dualistis (rwa bhineda). Konsep ini bermakna adanya dua hal
bertentangan yang sama-sama mempunyai arti penting dalam pandangan dan
kepercayaan hidup orang Bali. Konsep dualistis tersebut khususnya dalam ruang wilayah
perencanaan terwujud dalam tata arah: Utara-Selatan (kaja-kelod), Gunung-Lautan (luan-
teben/ hulu-hilir), Timur-Barat (kangin-kauh), Atas-Bawah (baduur beten) dan
seterusnya.
Tabel 3.4. Jumlah pura setingkat kahyangan jagati sad kahyangan, dhang kahyangan dan
kahyangan tiga/ sejenisnya Di wilayah perencanaan dilihat per-desa adat
Sad Dhang Kahyangan/ Kahyangan
No Desa Adat
Kahyangan Kahyangan Jagat Tiga/Sejenisnya
1 Sukawana - 1 14
2 Kintamani - - 8
3 Kayu Kapas - - 3
4 Gelaga Linggah - - 3
5 Abang Songan - - 5
6 Buahan - - 3
7 Abang Batu Dingding - - 7
8 Songan A dan B - 1 10
9 Terunyan - 1 3
10 Satra - - 3
Bhakti Pakelem di Gunung dan Danau Batur pada waktu tertentu serta
upacara Panca Wali Krama di Danau, yang pelaksanaannya menurut keadaan.
Dengan demikian Danau Batur dan sekitarnya termasuk dalam areal kawasan
suci. Disamping itu kegiatan-kegiatan upacara di atas perlu mendapatkan
perhatian di dalam penataan tata ruang budaya kawasan wisata Kintamani.
Hal ini menyangkut penataan sarana dan prasarana upacara dengan tetap
mempertahankan kondisi daerah-daerah peruntukan kegiatan upacara
tersebut dengan tetap memperhatikan radius kesucian pura dan nilai estetika.
Beberapa tempat suci dan kehidupan sosial budaya yang terkait dengan perencanaan
kawasan adalah sebagai berikut:
tahun dan Negara (yang lain) berdatangan tunduk menghormati kepada Cri
Macula-maculi oleh karena beliau raja besar di Bali…………………. Lalu datanglah Cri
Danawanaraja (Raja Cri Danawana) menggantikan kerajaan Bidacirsa (menjadi
raja di Bali), selesai”.
b. Lontar Usana Bali
“ada lagi yang bertahta menjadi raja di Bali ; bahwa diceritakan raja Jayapangus
bertahta lebih dahulu. Setelah itu lalu raja Daitya bertahta di Balingkang.
c. Foklore
Di Bali terdapat suatu cerita rakyat yang menceritakan bahwa dahulu kala pernah
terjadi perkawinan Raja Bali, dengan Putri Cina, sebagaimana dikisahkan dalam
tarian Barong Landung.
d. Arsitektur
Poal dari palemahan Pura Dalem Balingkang menuju suatu kelainan dengan pura-
pura yang ada pada umumnya di Bali, dimana terdapat pintu gerbang tertutup
dengan ukur-ukiran Patra Cina. Bangunan yang disebut gedongsari atau paruman
agung yang terletak dihalaman tengah yang pertama dan menyerupai balairung.
Pada halaman dalam, terdapat bangunan yang disebut Bale Mas bertiang 16 dan
didalamnya menyerupai semacam Kelenteng.
Disebelah utara Pura Dalem Belingkang didalam komplek Pura itu terdapat tempat
Pabasmian (tunon) menyerupai suatu bukit kecil. tempat ini dulunya merupakan
suatu benteng pertahanan
e. Hubungan Pura Tegeh Koripan dengan Pura Dalem Balingkang
Secara konseptual Pura Dalem Balingkang mempunyai hubungan erat antar Pura
Panarajon di puncak Bukit Penulisan yang merupakan bagian dari Pura Tegeh
Koripan dengan Pura Dalem Balingkang.
f. Identitas Penyiwi
Suatu kenyataan bahwa penyiwi pokok (muwed) dari Pura Dalem Balingkang itu
adalah masyarakat Bali Mula (Bali Aga).
g. Peninggalan Arkeologi
Di dalam Pura Dalem Balingkang terdapat sebuah megalitikum yang bentuknya
bulat dan bagian dalamnya terbelah menjai dua bagian sehingga menyerupai
bentuk vagina. Batu itu sebagai perwujudan dari Ida Ratu Ayu Subandar.
Kutipan Prasati Sading (C) menyebutkan nama Raja Cri Danawa atau Cri
Danawaraja yang menggantikan raja Macula Maculi memerintah Bali pada tahun
1255 M. Di dalam Lontar Ucana Bali disebutkan Ratu Daitya berkeraton di
Balingkang.
Dengan persembahan ini maka Cri Danawa Raja dalam Prasati Sading (C) identik
dengan Ratu Daitya dalam Lontar Ucana Bali yang tiada lain dari pada Raja
Mayadanawa.
Kata Balingkang berarti Raja Bali. Kang sangat mungkin berasal dari kata
Cina Kuno yang berarti Raja. Di Pura Panarajon di atas Bukit Penulisan,
terdapat sepasang arca perwujudan suami istri yang dibuat terpisah. Arca
yang pria profilnya sebagai orang Bali pegunungan, sedangkan arca yang
wanita profilnya sebagai putri Cina. Orang-orang Cina yang bertempat
tinggal di sekitar Kintamani yang memuja arca tersebut menyebut arca
suami istri itu adalah arca Ratu Chung Kang, berarti Raja dari Dinasti Chung
di negeri Cina. Menurut cerita rakyat di Bali, konon ada Raja Bali yang
mengambil putri Cina dijadikan permaisuri. Boleh jadi putri Cina itu adalah
dari Dinasti Chung di negeri Cina yang kawin dengan Raja Bali Kuno yang
berkeraton di Balingkang.
Foklore tentang perkawinan Raja Bali dengan Putri Cina itu kemudian
disimbulkan di dalam tarian Barong Landung yang kini masih ada di Bali. Di
Pura Dalem Balingkang ada peninggalan yang bermotif Cina dan pelinggih
gedong Mas, yang ada unsur kelentengnya dan pelinggih Ida Ratu Ayu
Subandar, memperkuat cerita rakyat tersebut.
Jero Gde Dalem Balingkang (menurut sebutan masyarakat Pinggan yang
mengemongnya) terletak di Desa Pinggan dikelilingi oleh sungai dan bukit
sehingga berbentuk benteng alam. Menurut masyarakat Pinggan, bahwa
Pura Panarajon di Bukit Penulisan adalah sebagai hulu (kepala) dari Jro Gde
Dalem Balingkang. Hal itu memberikan petunjuk bahwa Pura Tegeh Koripan
dimana termasuk pula Pura Panarajon di Bukit Penulisan adalah suatu
tempat suci yang menjadi pujaan Raja Bali Kuno zaman dahulu.
Pola Pura Dalem Balingkang mencerminkan pola keraton seorang raja.
Adanya tunon atau tempat pembakaran jenazah untuk bangsawan, sebagai
tempat bekas dihuni oleh penghuni keraton. Sehingga masyarakat Pinggan
yang ngemong Pura itu menyebutkan Jro Gde Dalem Balingkang yang berarti
keraton besar Raja Bali.
Berdasarkan kajian data di atas diperoleh petunjuk bahwa Pura Dalem
Balingkang pada mulanya adalah keraton Raja Mayadenawa yang menguasai
Pulau Bali tahun 1255 M.
Fungsi kawasan sebagai Fungsi Konservasi dan Kawasan Lindung karena sebagian
besar kawasan merupakan kawasan rawan bencana.
Kecenderungan alih fungsi lahan dengan kemiringan tinggi yang terus berlanjut
menjadi pertanian lahan kering atau akomodasi wisata yang mengurangi fungsi
konservasi.
Kurang stabilnya struktur tanah sehingga sering terjadi tanah longsor di beberapa
tempat.
Adanya pemanfaatan kawasan sempadan danau dan kawasan rawan bencana
untuk kegiatan budidaya.
Makin sulitnya menerapkan aturan sempadan danau yang ideal di kawasan
perencanaan karena alih fungsi lahan.
Pengembangan kawasan terbatas karena sebagian wilayah merupakan kawasan
rawan bencana seperti pengembangan kawasan hutan wisata, kawasan terbangun
dan kawasan budidaya.
Sedangkan permasalahan dalam aspek sosial budaya dengan potensi tersebut diatas
diantaranya :
Menyempitnya radius kawasan suci pada beberapa pura yang berdekatan dengan
aktivitas pariwisata.
Bercampurnya lokasi melasti dengan aktivitas pariwisata di sempadan danau.
Tabel 3.7
Potensi dan Permasalahan Kawasan
No. Potensi Permasalahan
1 Perumahan dan Permukiman
▪ Adanya variasi pola permukiman : ▪ Terbatasnya lahan pengembangan perumahan
tradisional, semi tradisional, dan yang aman dan tidak dalam kawasan rawan
permukiman baru; bencana, dan tidak berada pada kemiringan
yang berfungsi lindung.
▪ Konsentrasi permukiman padat di Kawasan
perkotaan di Kawasan Perkotaan Kintamani
cenderung mengarah ke permukiman kumuh.
▪ Perkembangan pesat cenderung linier
sepanjang jalan Kintamani – Penelokan dan
bahkan mengganggu view ke arah danau serta
di kawasan terjal.
5 Kehutanan
▪ Tersedianya hutan lindung, cagar ▪ Terjadinya degradasi fungsi hutan di beberapa
alam, dan taman wisata alam lokasi, seperti perambahan, kebakaran, dan
▪ Terdapat hutan produksi milik tanah longsor.
penduduk di sekitar Kawasan
Lindung
6 Transportasi
▪ Menurunnya tingkat pelayanan jalan terutama
pada hari libur, dan seringnya terjadi
kemacetan pada jalan menuju Kintamani -
Sukawana
▪ Lalu lalangnya kendaraan besar (bus) ke obyek-
obyek wisata
▪ Terbatasnya tempat parkir pada obyek-obyek
wisata dan stop-stop over yang memiliki view
menarik
TABEL 3.7
POTENSI DAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN KINTAMANI
NO POTENSI PENGEMBANGAN PERMASALAHAN PENGEMBANGAN
A FISIK
1 Daya Dukung Lahan dan Lingkungan
▪ Bentang alam berbukit dan terdapat ▪ Fungsi kawasan sebagai Fungsi Konservasi
gunung Batur dengan view bagus dan Kawasan Lindung karena sebagian besar
sebagai potensi pariwisata alam. kawasan merupakan kawasan rawan
▪ Memiliki Danau Batur sebagai potensi bencana.
pengembangan wisata air. ▪ Kecenderungan alih fungsi lahan dengan
▪ Memiliki daya tarik pemandangan kemiringan tinggi yang terus berlanjut
alam, danau, lembah, perkebunan menjadi pertanian lahan kering atau
sebagai daya tarik investasi akomodasi wisata yang mengurangi fungsi
pengembangan pariwisata konservasi;
▪ Kurang stabilnya struktur tanah sehingga
sering terjadi tanah longsor di beberapa
tempat
B SOSIAL
1 Kependudukan
▪ Meningkatnya jumlah penduduk ▪ Pertambahan penduduk relatif tinggi pada
kawasan perencanaan merupakan Desa Songan A, Desa Abangsongan, Desa
sumber daya pembangunan Teruyan dan Batur Utara.
▪ Toleransi kehidupan masyarakat yang
mendukung aktivitas pariwisata
2 Kebudayaan
▪ Masih kuatnya peran Desa Adat; ▪ Menyempitnya radius kawasan suci pada
▪ Bertahannya tradisi budaya Bali beberapa pura yang berdekatan dengan
▪ Tersebarnya pura-pura dan kawasan aktivitas pariwisata
suci di kawasan ▪ Bercampurnya lokasi melasti dengan
aktivitas pariwisata di sempadan danau
3 Pemerintahan
▪ Otonomi memberikan peluang yang ▪ Otonomi menimbulkan ketidakserasian
lebih besar pada Kabupaten Bangli pengembangan kawasan dan antar wilayah;
untuk mengelola potensi yang ada di contohnya ketidaksamaan rekomendasi
Kawasan terhadap beberapa proyek wisata di kawasan
▪ Rendahnya koordinasi antar instansi
terutama pada masalah penyediaan sarana
dan prasarana lintas kabupaten.
▪
C EKONOMI
1 Perumahan dan Permukiman
5 Kehutanan
▪ Tersedianya hutan lindung, cagar ▪ Terjadinya degradasi fungsi hutan di
alam, dan taman wisata alam beberapa lokasi, seperti perambahan,
▪ Terdapat hutan produksi milik kebakaran, dan tanah longsor.
penduduk di sekitar Kawasan
Lindung
6 Transportasi
▪ Menurunnya tingkat pelayanan jalan
terutama pada hari libur, dan seringnya
terjadi kemacetan pada jalan menuju
Kintamani - Sukawana
▪ Lalu lalangnya kendaraan besar (bus) ke
obyek-obyek wisata
▪ Terbatasnya tempat parkir pada obyek-obyek
wisata dan stop-stop over yang memiliki
view menarik
D JARINGAN UTILITAS