Bab 3
Bab 3
Bab 3
Bab
Sarawak (Malaysia)
- Timur :
- Selatan
- Barat
Wilayah
Pesisir
dan
Pulau-pulau
Kecil
(WP-3-K).
Ke-7
Kabupaten/ Kota tersebut antara lain Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab.
Bengkayang, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab.
Ketapang. Adapun untuk lebih jelasnya, administrasi wilayah pesisir per
Kecamatan di Propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Administrasi Wilayah Pesisir per Kecamatan
Propinsi Kalimantan Barat
No
A
1
2
3
4
5
6
7
No
D
No
B
1
2
3
4
C
1
2
Kota Singkawang
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang Selatan
Kab. Bengkayang
Kec. Sungai Raya
Kec. Sungai Raya Kepulauan
Kecamatan Pesisir
Kab. Pontianak
No
F
Kecamatan Pesisir
Kab. Kayong Utara
Kecamatan Pesisir
III-1
1
2
3
4
Kec.
Kec.
Kec.
Kec.
Sungai Kunyit
Mempawah Hilir
Sungai Pinyuh
Segedong
1
2
3
4
5
G
1
2
3
4
5
6
Kec. Siantan
Kec. Mempawah Timur
Kab. Kubu Raya
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
Kec. P. Maya
Kec. Tel. Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
Kec. Kep. Karimata
Kab. Ketapang
Kec. Matan Hilir Utara
Kec Muara Pawan
Kec. Delta Pawan
Kec. Benua Kayong
Kec. Matan Hilir Selatan
Kec. Kendawangan
Pusat
seiring
dengan
dikeluarkannya
Kebijakan
tentang
Hingga akhir tahun 2010, dampak dari pemekaran wilayah yang timbul di
Kalimantan Barat adalah munculnya konflik tata batas antar Kabupaten/
Kota. Hal ini terjadi karena sebelum pemekaran terjadi batas antar
kecamatan belum selesai ditetapkan sehingga berdampak luas setelah
pemekaran.
2.3.
langsung
dengan
laut
atau
memiliki
pantai
adalah
III-2
Kecamatan
pesisir.
Sedangkan
untuk
penentuan
wilayah
lautan,
III-3
Wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Barat terdiri dari 34 (tiga puluh empat)
kecamatan pesisir yang tersebar pada 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di
Kalimantan Barat yaitu Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab. Bengkayang,
Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab. Ketapang
(lihat Tabel 3.1.). Sedangkan peta wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Berdasarkan UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penetapan
batas Propinsimerupakan kewenangan Pemerintah Pusat (Kementerian
Dalam Negeri). Secara umum, Pesisir dan Laut Propinsi Kalimantan Barat
berbatasan dengan Prov. Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah,
Kepulauan Riau, Jambi, dan Bangka Belitung. Sayangnya, hingga akhir
tahun 2010 batas PROPINSIpada wilayah Pesisir dan Laut ini belum
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Kondisi ini menimbulkan potensi konflik
horizontal antar masyarakat yang bermukim pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Untuk itu maka sudah selayaknya batas wilayah ini harus
secepatnya diselesaikan oleh Pemerintah Pusat.
2.4.
Ketapang
memiliki
luas
daratan
terbesar.
Wilayah
ini
menghadap Laut Jawa dan Selat Karimata. Potensi daratan yang cukup
besar
ini
merupakan
potensi
yang
dapat
dimanfaatkan
dalam
Kabupaten/Kotadan
Kecamatan Pesisir
Kab. Sambas**
Kec. Paloh
Luas
(Ha)
1148,84
No
E
1
Kabupaten/Kotadan
Kecamatan Pesisir
Kab. Kubu Raya**
Kec. Sungai Kakap
Luas (Ha)
453,17
III-4
Kec.
Kec.
Kec.
Kec.
Kec.
2
Kec. Selakau
129,51
Kota Singkawang**
3
Kec. Singkawang Utara
66,65
4
Kec. Singkawang Tengah
31,57
5
Kec. Singkawang Barat
15,04
G
Kec. Singkawang
1
Selatan
224,48
Kec. Matan Hilir Utara
Kab. Bengkayang
2
Kec. Muara Pawan
Kec.Sungai Raya
3
Kepulauan
394,00
Kec. Delta Pawan
Kec. Sungai Raya
75,85
4
Kec. Benua Kayong
Kab. Pontianak*
5
Kec. Matan Hilir Selatan
Kec. Sungai Kunyit
156,00
6
Kec. Kendawangan
Total
Kec. Mempawah Hilir
133,48
Kec. Mempawah Timur
120,92
Kec. Sungai Pinyuh
121,12
Kec. Segedong
164,00
Kec. Siantan
160,30
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
B
1
2
3
4
C
1
2
D
1
2
3
4
5
6
2.5.
Tangaran
Jawai
Jawai Selatan
Pemangkat
Salatiga
186,67
193,99
93,51
111
82,75
2
3
4
F
1
291,9
1211,6
2002,70
424,82
764,60
654,77
1.538,99
1.027,07
720,00
611,00
74,00
349,00
1.813,00
5.859,00
21.405,30
Tipologi Pantai
Sebagian besar pantai di pesisir Kalimantan Barat adalah bertipe lumpur dan
lumpur berpasir. Adapun tipe pantai berpasir dan berbatu dapat ditemui
pada beberapa tempat dengan luasan yang relative lebih kecil. Kondisi
pantai ini sangat di pengaruhi oleh kondisi geomorfogi daratan maupun
kondisi hidrooceanografi seperti pola arus dan gelombang.
Perairan laut di Kalimantan Barat pada umumnya landai dan dangkal
menyebabkan energi arus dan gelombang yang menuju ke daerah pantai
tertransformasi dan berkurang sehingga mengakibatkan sebagian besar
tipe pantainya berlumpur. Tipe pantai yang terbentuk di wilayah pesisir
sebagian besar dipengaruhi oleh besar kecilnya energi arus dan gelombang
yang menghantam daerah pantai. Pada tipe pantai berbatu, umumnya
energi arus dan gelombang yang menuju pantai sangat kuat. Pantai yang
memiliki energi arus dan gelombang sedang, biasanya tipe pantai yang
terbentuk berupa pasir. Sedangkan pada pantai berlumpur, umumnya
memiliki energi arus dan gelombang yang lemah.
Dengan dominasi pantai berlumpur, maka ekosistem mangrove tumbuh
dengan subur di wilayah pantai tersebut.
Ekosistem mangrove di
III-5
Bengkayang,
Pontianak,
Kuburaya,
Kayong
Utara
dan
berlumpur
teridentifikasi
dengan
adanya
kenampakan
hutan
pemukiman,
tambak,
pertanian,
perkebunan
maupun
Aksesibilitas Kawasan
Kota
Singkawang,
dan
Sambas.
Kondisi
infrastruktur
transportasi darat (jalan) menuju wilayah ini relatif baik dan lancar.
Sedangkan untuk mencapai wilayah pesisir bagian selatan (kabupaten
Kubu Raya, Kayong Utara, dan Ketapang) relatif sulit ditempuh dengan jalur
darat. Alternatif yang dapat ditempuh untuk mengakses wilayah ini adalah
III-6
Route Trayek
Kapasitas
(GT)
Trip
Operasional
15
20
20
20
10
10
1
1
1
1
1
20
40
10
1 kali/hari
1 kali/hari
PP
200-125
1 kali/hari
0.8-2
2
2
PP
kali/hari
kali/hari
kali/hari
kali/hari
kali/hari
PP
1 kali/hari
1 kali/hari
Adapun akses menuju WP-3-K Kalimantan Barat dari luar Kalimantan Barat
dapat melalui beberapa rute perhubungan laut maupun perhubungan
udara (lihat Tabel 3.5.).
III-7
2.7.
Panjang
(km)
1086
Melawi
Sambas
Sekayam
Pawan
Ketungau
Landak
Jelai
Kendawanga
n
Sumber: Kalimantan
471
233
221
197
186
178
135
128
Kapuas,
sehingga
keberlangsungannya
terus
dijaga
oleh
Solusional
yang
terdapat
di
Kabupaten
Kapuas
Hulu
Pulau kecil merupakan pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.
III-8
Suatu daratan dapat dikatakan sebagai pulau jika pada waktu pasang
tertinggi daratan tersebut masih muncul atau tidak terendam air laut.
Di wilayah Propinsi Kalimantan Barat, terdapat 212 pulau-pulau kecil yang
tersebar di 7 Kabupaten/ Kota pesisir dan 8 pulau bermasalah (nasional 3
pulau (Nibung Besar, Nibung Kecil dan Burung) dan Propinsi5 pulau
(Meresak, Dua Barat, Dua Timur, Mastiga Darat dan Mastiga Laut)). Pulaupulau kecil ini tentunya memiliki berbagai potensi sumberdaya alam yang
potensial untuk berbagai pengembangan sekaligus rawan terhadap
kerusakan.
Berbagai potensi sumberdaya alam yang ada di pulau-pulau kecil ini
antara lain sumberdaya perikanan yang melimpah, ekosistem perairan
(terumbu karang, lamun dan mangrove), pantai yang indah, perairan
yang jernih, bahan tambang, dll. Dengan berbagai potensi tersebut, maka
pulau-pulau
kecil
sangat
potensial
untuk
berbagai
pengembangan
Lemukutan
III-9
Temajo
(Kabupaten
Pontianak)
merupakan
pulau
yang
III-10
Satai). Sarana transportasi umum sudah ada yaitu motor air jurusan
Dusun Besar Batu Ampar Rasau Jaya (Pontianak) seminggu 3 kali.
Desa Tanjung Satai merupakan arel transit nelayan-nelayan yang akan
beroperasi di kepulauan Karimata. Di desa ini terdapat sarana
pendukung berupa Pabrik Es yang menyediakan es-es balok untuk
keperluan operasional nelayan tangkap.
Pulau Bawal merupakan pulau yang paling besar diantara pulaupulau
yang
ada
di
selatan
Kabupaten
Ketapang.
Pulau
ini
Di pulau ini
3.2.1.Demografi/ Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2010 maka didapatkan luas wilayah pesisir
Kalimantan Barat yang tercakup dalam 7 Kabupaten yang terbagi atas 30
Kecamatan
pesisir
adalah
seluas
21.408,87
Km 2.
Adapun
jumlah
Luas
wilayah
1148,84
186,67
Jumlah
Penduduk
24.136
22.000
Kepadat
an
21
118
III-11
193,99
93,51
111
82,75
129,51
1.946,27
Luas
wilayah
66,65
34.777
17.407
44.579
14.704
30.447
188.050
Jumlah
Penduduk
22.971
Kepadat
an
345
31,57
15,04
59.475
49.012
1.884
3.259
224,48
337,74
Luas
wilayah
43.308
174.766
Jumlah
Penduduk
193
394,00
75,85
469,85
Luas
wilayah
156,00
133,48
120,92
121,12
164,00
160,30
855,82
Luas
wilayah
453,17
291,9
1211,6
2002,70
3.959,37
Luas
wilayah
424,82
21.425
18.557
39.982
Jumlah
Penduduk
22.305
34.845
25.487
48.048
20.410
41.301
192.396
Jumlah
Penduduk
106.846
19.404
37.252
34.252
197.754
Jumlah
Penduduk
3.103
764,60
654,77
1.538,99
1.027,07
4.410,25
Luas
wilayah
720,00
611,00
13.803
19.748
29.893
22.458
89.005
Jumlah
Penduduk
14.943
13.347
179
186
402
178
235
Kepadat
an
54
245
Kepadat
an
143
261
211
397
124
258
Kepadat
an
236
66
31
17
Kepadat
an
7
18
30
19
22
Kepadat
an
21
22
III-12
73.938
36.098
31.046
33.111
202.483
999
103
17
6
1.084.436
dan
Kecamatan
Bengkayang
Singkawang
(Kecamatan
Sungai
Utara
Raya
22.971
Kepulauan
jiwa),
21.425
59.475
Kabupaten
jiwa
dan
Teluk
Pakedai
19.404
jiwa),
Kabupaten
Kayong
Utara
(Kecamatan Simpang Hilir 29.893 jiwa dan Kecamatan Kep. Karimata 3.103
jiwa), dan yang terakhir Kabupaten ketapang (Kecamatan Delta Pawan
73.938 jiwa dan Kecamatan Muara Pawan 13.347 jiwa).
Persebaran
penduduk
yang
tidak
merata
menyebabkan
kepadatan
III-13
A
2.871
-
Bengkayang
Pontianak
Kubu Raya
183
2.131
77
-
20.432
1.20
4
1.28
1
Kayong Utara
Ketapang
Jumlah
Kabupaten/Kota
H
I
Sambas
Singkawang
Bengkayang
Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang
Sumber : BPS, 2010.
Keterangan :
A : Pertanian
Angkutan
B : Pertambangan
Keuangan
B
-
25.617
A
14
6
19
28
68
5
579
Jumlah Perusahaan
B
C
4
1
54
16
57
22
17
18
1
4
2
2
(orang)
F
G
224
21
355
-
234
I
76
-
375
606
376
54
96
401
1.008
294
101
153
255
1.85
4
552
483
1.74
0
D
15
1
2
E
43
34
30
15
43
F
3
5
2
3
G
14
33
11
4
8
14
7
28
16
D : Kontruksi
III-14
: Jasa-
3.2.3.Pendidikan
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan sumber
daya manusia adalah melalui sektor pendidikan. Perkembangan dunia
pendidikan di Kalimantan Barat khususnya kabupaten pesisir tampaknya
mencukupi dalam hal penyediaan sarana pendidikan. Hal ini dapat dilihat
dari fasilitas gedung, jumlah murid dan jumlah guru yang mengajar.
Jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Banyaknya Sekolah, Murid Dan Guru Menurut Tingkat Pendidikan
Di Kabupaten/Kota Pesisir Propinsi Kalimantan Barat
No
A
Kab/Kota
Kecamatan Pesisir
Kabupaten Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang Selatan
Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
Kabupaten Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
Kec. Mempawah Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
Kabupaten Kubu Raya**
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
Kec. Pulau Maya Karimata
Kec. Teluk Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
Jml Sekolah
SD/MI
SLTP/
MTS
SMU/
SMK/MA
24
18
28
20
34
17
22
7
5
7
3
9
3
6
3
1
4
2
6
1
14
21
25
24
3
13
12
8
2
10
11
5
17
20
22
27
19
29
17
22
5
4
3
7
4
5
3
6
2
3
1
1
50
27
44
30
22
9
13
6
10
4
3
2
5
11
20
37
22
4
6
6
11
7
2
3
4
3
III-15
No
Jml Sekolah
Kab/Kota
Kecamatan Pesisir
SLTP/
MTS
SD/MI
Kabupaten Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan
Kec. Delta Pawan
Kec. Benua Kayong
Kec. Matan Hilir Selatan
Kec. Kendawangan
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
17
13
32
24
27
42
SMU/
SMK/MA
4
4
11
8
10
7
1
1
13
6
3
4
3.2.4.Kesehatan
Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan adalah dengan
menyediakan
berbagai
infrastruktur
dan
pengadaan
tenaga-tenaga
Kab/ Kota
Kec. pesisir
Kabupaten
Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang
Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang
Selatan
Kabupaten
Bengkayang**
Rum
ah
Saki
t
Pusk
esmas
Puskes
mas
Pemban
tu
Puske
smas
Kelilin
g
Balai
Pengob
atan
Polind
es
1
-
1
1
1
1
1
1
1
7
2
5
5
3
4
3
3
1
1
2
-
11
7
10
9
4
5
9
1
10
5
18
1
-
18
3
-
1
1
2
5
III-16
N0
Kab/ Kota
Kec. pesisir
Rum
ah
Saki
t
-
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
D Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
1
Kec. Mempawah Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
E Kabupaten Kubu
Raya**
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
F Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
Kec. Pulau Maya
Karimata
Kec. Teluk Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
G Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan
Kec. Delta Pawan
2
Kec. Benua Kayong
Kec. Matan Hilir
Selatan
Kec. Kendawangan
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
Puskes
mas
Pemban
tu
3
Puske
smas
Kelilin
g
1
2
1
2
2
1
2
Pusk
esmas
Balai
Pengob
atan
Polind
es
2
3
5
3
1
3
2
1
2
3
2
1
11
-
8
8
8
6
3
1
1
3
8
7
12
4
14
12
16
14
1
1
3
3
18
22
1
1
2
2
10
3
20
1
27
1
2
3
1
2
3
5
3
4
5
1
2
3
1
2
12
Kabupaten/Kota
Kecamataan peesisir
Tena
ga
medi
s
Peraw
at
&
bidan
Farm
asi
gi
zi
Tekni
si
medi
s
sanit
asi
Kesm
as
III-17
Kabupaten/Kota
Kecamataan peesisir
Tena
ga
medi
s
Kabupaten Sambas**
Kec. Paloh
3
Kec. Tangaran
7
Kec. Jawai
17
Kec. Jawai Selatan
2
Kec. Pemangkat
2
Kec. Salatiga
1
Kec. Selakau
1
B Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
7
Kec. Singkawang Tengah
33
Kec. Singkawang Barat
36
Kec. Singkawang
4
Selatan
C Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
4
D Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
15
Kec. Mempawah Timur
1
Kec. Sungai Pinyuh
8
Kec. Segedong
Kec. Siantan
1
E Kabupaten Kubu
Raya**
Kec. Sungai Kakap
4
Kec. Teluk Pakedai
3
Kec. Kubu
3
Kec. Batu Ampar
2
F Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
1
Kec. Pulau Maya
2
Karimata
Kec. Teluk Batang
1
Kec. Simpang Hilir
3
Kec. Sukadana
4
G Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan
2
Kec. Delta Pawan
2
Kec. Benua Kayong
4
Kec. Matan Hilir Selatan
2
Kec. Kendawangan
2
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
Peraw
at
&
bidan
Farm
asi
gi
zi
Tekni
si
medi
s
sanit
asi
Kesm
as
11
7
11
23
19
13
22
46
323
478
44
21
18
15
29
10
21
11
5
39
31
31
34
8
23
28
28
52
24
46
80
40
51
40
III-18
Berdasarkan Tabel 3.11 diatas, jumlah tenaga medis masih sangat sedikit
dan tidak merata.
semua dari jenis tenaga medis yang dibutuhkan, hal ini tentu saja
mempengaruhi jasa medis yang bisa diterima masyarakat. Dengan
demikian masyarakat ditunutut mengeluarkan biaya lebih besar untuk
menjaga kesehatannya.
3.2.5.Agama
Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945,
Indonesia
menjamin
kehidupan
beragama
dan
senantiasa
mengatasi
menghambat
berbagai
kemajuan
masalah
bangsa.
Untuk
sosial
itu,
budaya
yang
diperlukan
sarana
dapat
dan
Kabupaten/Kota
Kecamatan Pesisir
Kabupaten
Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau
Isla
m
Mas
jid
Su
ra
u
Khat
olik
Gerej
a
Ka
pel
Protes
tan
Gereja
Hind
u
Pura
Bud
ha
Vih
ara
Kongh
ucu
Klenth
eng
26
28
45
21
30
30
41
25
22
33
9
24
8
1
1
1
3
1
2
3
2
5
8
2
7
6
3
7
2
12
III-19
Su
ra
u
Khat
olik
Gerej
a
Ka
pel
Protes
tan
Gereja
Hind
u
Pura
Bud
ha
Vih
ara
Kongh
ucu
Klenth
eng
22
15
10
39
24
45
15
15
10
114
30
16
14
60
28
19
13
21
24
32
27
29
39
52
74
98
1
4
-
2
6
-
3
3
1
5
-
33
11
9
29
58
3
3
128
11
Kec. Sungai Kakap
7
Kec. Teluk Pakedai
47
23
Kec. Kubu
76
90
Kec. Batu Ampar
43
74
F Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
4
3
Kec. Pulau Maya
13
12
Karimata
Kec. Teluk Batang
12
30
Kec. Simpang Hilir
28
24
Kec. Sukadana
29
38
G Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
17
17
Kec. Muara Pawan
14
27
Kec. Delta Pawan
38
76
Kec. Benua Kayong
30
59
Kec. Matan Hilir
23
65
Selatan
Kec. Kendawangan
23
54
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
16
7
3
3
11
1
5
2
14
2
1
1
1
1
-
2
3
1
1
1
1
4
4
1
1
1
1
1
4
1
2
-
7
-
4
-
11
No
B
Kabupaten/Kota
Kecamatan Pesisir
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang
Utara
Kec. Singkawang
Tengah
Kec. Singkawang
Barat
Kec. Singkawang
Selatan
Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
Kec. Mempawah
Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
Kabupaten Kubu
Raya**
32
44
III-20
adalah
sesuatu
yang
akan
mempengaruhi
tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan "Robo-robo" salah satu pagelaran budaya masyarakat pesisir
Kalimantan Barat pada setiap Rabu terakhir pada bulan Shafar. Tujuan
digelarnya kegiatan Robo-robo, salah satunya untuk melestarikan Budaya
Melayu yang ada di Landak agar tidak punah. Robo-robo juga bukan hanya
dirayakan bagi masyarakat Melayu di Landak, tetapi di daerah lain di
Kalbar juga digelar, dan dikemas sesuai daerah masing-masing.
Tradisi Robo-robo sebagaimana yang ditulis dalam situs resmi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar, sebagai napak tilas kedatangan Opu
Daeng Manambon sebagai pendiri Kota Mempawah, Kabupaten Pontianak.
Robo-robo diyakini sarat dengan pesan persatuan dari semua etnis dan
agama yang ada di Kalbar. Pesan itu merupakan warisan yang ditinggalkan
Opu Daeng Manambon ketika mendirikan Kota Mempawah.
Warga di Mempawah, Kabupaten Pontianak, juga Ngabang (Kabupaten
Landak) dan Kabupaten Kubu Raya berkumpul pada hari Rabu terakhir
bulan Syafar guna memperingati pembangunan Kota Mempawah tersebut.
Bukti lain dari adanya keharmonisan
III-21
wilayah
Aktivitas
Pesisir
penangkapan
Kalimantan
pada
Barat
awal
tidak
mula
pernah
III-22
- Perlindungan
ekosistem.
Dewasa
ini
masyarakat
pesisir
mulai
Kalimantan
atas
kata
Kali
dengan
di
selatan
katulistiwa.
Keadaan
demikian
III-23
Stasiun Meteorologi
Paloh
Siantan
Pangsuma
Susilo
Nanga
Kab.
Kab.
Putusibau
Kab.
Pinoh
Samba Pontiana
Sintang
Melawi
s
k
480,2
103,7
324,4
214,2
389,4
129,6
264,8
316,9
465,5
220,6
70,4
164,5
623,6
317,1
549,9
189,5
113,5
544,8
245,0
421,7
194,3
221,0
517,3
276,1
241,4
131,6
449,2
452,6
234,2
389,4
281,7
474,8
457,9
541,2
415,6
194,8
234,2
776,8
347,0
456,5
316,9
463,1
470,8
372,8
400,0
431,1
212,6
480,2
326,1
368,6
351,6
364,2
553,9
317,3
376,5
375,5
433,1
516,7
404,9
455,5
Sumber: Kalimantan Barat Dalam Angka 2010
Rahadi
Usman
Kab.
Ketapang
228,3
252,2
366,2
130,1
259,0
305,0
289,2
312,7
350,9
397,7
378,3
275,0
Supadio
Kab.
Kubu
Raya
233,5
274,1
286,1
210,4
320,8
381,2
320,0
173,9
423,7
242,1
449,9
202,6
Maritim
Kota
Pontian
ak
207,2
272,4
357,6
124,5
151,8
274,3
449,9
310,2
336,7
177,3
364,7
280,5
Wilayah dengan curah hujan di bawah 2.500 mm per tahun terdapat di tepi
pantai muara Sungai Sambas dan Kapuas, sedangkan curah hujan di atas
4.500 mm per tahun terjadi di daerah daerah sebelah Timur Laut Hulu
III-24
Sungai Sambas (di Pegunungan Niut), sekitar hulu Sungai Ketungau (di
Daerah
Aliran
Sungai
Kapuas
Tengah
pada
subwilayah
Rentangan
C sampai 33,3
C sedangkan suhu
minimun tahunan rata rata berkisar antara 20,3 C sampai 23,9 0C.
Pada musim barat, secara umum suhu permukaan laut di perairan barat
Kalimantan semakin tinggi ke arah selatan kecuali pada bulan Januari.
Pada bulan Desember perbedaan suhu antara daerah utara, daerah
ekuator dan selatan ekuator sekitar 0.25 OC. Di daerah Kabupaten
Bengkayang, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sambas
suhu
III-25
bulan
Maret,
suhu
permukaan
laut
di
perairan
Kabupaten
Pontianak, Kubu Raya dan Kayong Utara sekitar 28.25 OC, suhu di
Kabupaten Ketapang sekitar 28OC.
Pada musim peralihan kedua, sebaran spasial suhu permukaan laut di
perairan barat Kalimantan relatif seragam kecuali pada bulan September
dimana suhu permukaan laut cenderung semakin meningkat dari ke arah
selatan.
Pada bulan September, suhu permukaan laut di perairan Kabupaten
Bengkayang, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sambas berkisar
sekitar 28.25OC, perairan Kabupaten Pontianak, Kubu Raya dan
Kayong Utara sekitar 28.5OC dan perairan Kabupaten Ketapang sekitar
28-28.25OC.
Pada bulan Oktober dan November suhu rata-rata di seluruh perairan
barat Kalimantan berturut-turut 28.93OC dan 29.08OC.
3.3.2. Topografi Wilayah Pesisir
Secara keseluruhan wilayah Kalimantan Barat terdiri dari dataran rendah
sampai bergelombang dan berbukit dengan kemirinyan 0 % - > 60 %. Variasi
III-26
kemiringan yang besar ini juga dijumpai pada kawasan pesisir Propinsi
Kalimantan Barat.
Meskipun hampir saluruh wilayah pesisir Kalimantan Barat berupa dataran
rendah dan rawa-rawa dengan ketinggian < 10 m dan kemiringan < 2 %,
namun sesuai dengan kondisi geologis dan geomorfologisnya masih dapat
dijumpai daerah-daerah dengan relief
> 10
faktor
utama
yang
menentukan
pengelolaan
dan
III-27
kandungan asam sulfat yang tinggi dan lapisan pirit berada pada
kedalaman < 50 cm. Lahan gambut dinamakan demikian apabi!a
ketebalan lapisan gambutnya > 50 cm. Lahan gambut dapat dibedakan
atas : (a) gambut dangkal (50-100 cm), (b) gambut sedang (100-2C0 cm),
(c) gambut dalam (200-300 cm) dan (iv) gambut sangat dalam (> 300 cm).
Sedangkan lahan sa!in adalah lahan yang mendapat resapan atau instruksi
air pasang dari laut, terutama pada musim panas sekitar bulan Juii September.
Sesuai dangan hasil kajian terhadap hasil-hasil penelitian - yang dilakukan di
kawasan pesisir dan berdasarkan hasil analisis data sekunder serta
pengecekan lapangan dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis tanah
dominan di kawasan pesisir Kalimantan Barat yaitu Aluvial, Gleisol, dan
Regosol. Ketiga jenis tanah ini tergolong tanah muda dimana secara alami
pembentukan tanahnya belum bekembang, hal ini dikarenakan faktor
lingkungan yang tidak memungkinkan, misalnya pengendapan yang terjadi
secara terus menerus menyebabkan pembentukan horison tanah lebih
lambat dari pada pengendapan.
Tanah-tanah Aluvial dan Gleisol mempunyai sifat fisik yang beragam
tergantung dari bahan induknya. Distibusi ukuran pertikel tanahnya
berhubungan erat (positif) dengan kecepatan air yang mengalir diatas
suatu hamparan lahan. Air mengalir tersebut umumnya akan membawa
pertikel-pertikel kecil pada tingkat kecepatan rendah dan sebaliknya makin
cepat alirannya maka akan semakin besar ukuran pertikal yang terangkut.
Secara umum, tanah-tanah Aluvial dan Gleisol lapisan atas dan bawahnya
bertekstur agak halus sampai halus; kecuali pada sebagian tanah Gleisol
pada lahan tertentu, mungkin lapisan atasnya tertutup oleh gambut tipis.
Kedua jenis tanah ini dibedakan berdasarkan sifat/ciri hidromorfiknya
(pengaruh air). Tanah Gleisol memiliki ciri hidromorfik (pengaruh air) clad
lapisan permukaannya sehingga kadar airnya tinggi dan massa tanahnya
lembek
dan
kadang
berlumpur,
sedangkan
tanah
Aluvial
sifat
III-28
soilnya Regosol pada lahan basah ini biasanya terluapi oleh banjir secara
periodik.
Disamping ketiga jenis tanah utama tersebut pada kawasan pesisir
Kalimantan Barat juga terdapat jenis tanah lain dalam luasan kecil dan
tersebar/terpencar sesuai kondisi fisiografisnya yang berupa dataran
berombak hingga bergelombang maupun perbukitan. Jenis tanah tersebut
meliputi Podsolik, Kambisol, Podsol dan Oksisol. Untuk lebih jelasnya, peta
jenis tanah di wilayah pesisir Kalimantan Barat dapat dilihat pada peta.
3.3.4. Geomorfologi
Wilayah Kalimantan Barat berdasarkan hasil studi RePPProT (1987) terdiri dari
9 unit wilayah fisiografis, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri fisik dan
geografis yang hampir sama. BerdasAarkan pembagian tersebut, maka
wilayah pesisirKalimantan Barat dapat dibagi menjadi 2 unit wilayah fisiografis
yaitu:
a) Dataran Rawa Pantai
Dataran ini membentang dari Tanjung Datu di sebelah Utara (Kabupaten
Sambas) sampai Sungai Kendawangan di sebela:h selatan (Kabupaten
Ketapang) sepanjang lebih kurang 500 kin dan mencakup areal seluas
20.780 km2. Wilayah ini mempunyai ketinggian berkisar antara 0-100 m
dengan kemiringan lahannya berkisar antara 0-2 % serta terbagi menjadi
tiga sub-wilayah, yaitu Dataran Rawa Pantai Sambas, Dataran Rawa
Pantai Kapuas, dan Dataran Rawa Pantai Pawan.
Dari segi klimatologi wilayah ini mempunyai curah hujan berkisar antara
2.500 - 3000 mm/tahun, suhu maksimum berkisar antara 29-33 OC dan
minimum 22-26OC, serta bulan basah tiap tahun antara 5-8 bulan. Dalam
sistem hidrologi, wilayah ini tercakup dalam daerah aliran sungai (DAS)
Palch, Sambas, Sebangkau, Selakau, Sungai Raya, Duri, Mempawah,
Landak, Kapuas, Mendawak, Lida, Simpang, Tulak dan Pawan.
Berrnacam-macam formasi pengendapan terdapat di wilayah ini, seperti
rawa bergambut, batuan komplek dasar Kalimantan, rawa bakau, dan
batuan intrusi dari jaman mesozoikum. Jenis tanahnya terdiri dari Aluvial,
Organosol dan Podsol.
b) Dataran Rendah Pantai Selatan
Wilayah ini terletak di belahaNujung selatan Kalimantan Barat (Kabupaterl
Ketspang) mencakup areal seluas 7.180 km2 dengan ciri fisik utama
III-29
Pantai
Rawa
System
lahan
Deskripsi umum
Putting
(PTG)
Kejapa
Lere
ng
(%)
<2
<2
Bentuk lahan
Reli
Punca Lemba
ef
k (m)
h (m)
(m)
2-10
<50
25-100
<2
Tidak
Tidak
III-30
No fisiografi
3
4
5
6
pasang
surut
Dataran
alluvial
Rawarawa
Terasteras
Terasteras
Dataran
Dataran
Perbukita
n
10 Perbukita
n
System
lahan
h (KJP)
Kahaya
n (KHY)
Klaru
(KLR)
Segintu
ng
(SGT)
Pakau
(PKU)
Rangan
kau
(RGK)
Honja
(HJA)
Pakalu
nai
(PLN)
Maput
(MPT)
11 Pegunung
an
Bukit
Pandan
(BPD)
12 Pegunung
an
Telawi
(TWI)
Deskripsi umum
Lere
ng
(%)
Bentuk lahan
Reli
Punca Lemba
ef
k (m)
h (m)
(m)
ada
ada
<2
2-10
Tidak
ada
Tidak
ada
5012000
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
<2
<2
<2
2-10
2-8
2-10
5002000
<50
25-200
2-8
1150
1625
1150
<50
25-200
4160
51300
<50
25-200
4160
51300
<50
25-200
>60
>30
0
<50
Tidak
ada
40>60
>30
0
<50
Tidak
ada
25-200
III-31
Kota Singkawang
Kabupaten
Bengakayang
Nama kecamatan
1 Paloh
2 Telok Keramat
3 Jawai
4 Jawai Selatan
5 Pemangkat +
Salatiga*
6 Selakau
1 Singkawang selatan
2 Singkawang utara
3 Singkawang barat
4 Singkawang Tengah
1 Sungai Raya
2 Sungai Raya
System lahan
PTG, KJP, KHY, PKU, TWI
PTG
PTG, KJP, PLN
PTG, KJP, PLN
PTG, KJP, KHY, PLN
PTG, KJP, KHY, PLN
KJP, KHY, HJA, PLN
KJP
KHY
KHY
KHY, HJA, PLN
KHY, HJA, PLN
III-32
Kabupaten
Utara
Kayong
Kabupaten Ketapang
Nama kecamatan
Kepulauan
1 Sungai Kunyit
2 Mempawah Hilir +
Mempawah Timur*
3 Sungai Pinyuh
4 Segedong
5 Siantan
1 Sungai Kakap
2 Teluk Pakedai
3 Kubu
4 Batu Ampar
1 Sukadana
2 Simpang Hilir
3 Teluk Batang
4 P. Maya Karimata
Matan Hilir Utara
1
2
3
4
5
6
Muara Pawan
Delta Pawan
Benua Kayong
Matan Hilir Selatan
Kendawangan
System lahan
KJP, KHY
KJP, KHY, PLN
KJP, KHY
KJP, KHY
KJP, KHY
KJP, KHY
PTG, KJP, KHY
KJP
KJP, KHY, MPT
PTG, KJP, PLN, TWI, BPD
KJP, KHY, PLN
KJP, KHY, PLN
KJP, KHY, RGK, PLN
PTG, KJP, KHY, SGT, RGK,
HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
375.723
Ha
yaitu
dataran
III-33
sedimen
tersebut
membentuk
plato
dan
puncak-puncak
III-34
III-35
Kalimantan
Barat
membentang
mulai
dari
bagian
utara
III-36
pulau-pulau Jawa, Sumatra dengan daratan Asia dan mencakup Laut Cina,
Teluk Thailand, Selat Malaka dan Laut Jawa (Nontji, 1987). Untuk lebih
jelasnya pola aliran sungai purba (paparan sunda) dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Peta pola aliran sungai purba daerah Paparan Sunda mulai dari laut
Cina Selatan sampai Laut Jawa berdasarkan data batimetri
(Molengraaft, 1922)
Paparan Sunda ini dahulunya merupakan daratan yang utuh dan menyatu
dengan Jawa, Kalimantan, Sumatra dan daratan Asia.
Bekas-bekasnya
hingga kini masih dapat ditelusuri di dasar laut degan menggunakan alat
pengukur gema (echo sounder). Di Paparan Sunda saat ini masih terdapat
jejak dua sistem aliran sungai yang kini terbenam dalam laut (downer river
system) yang masing-masing disebut Sungai Sunda Utara dan Sungai
Sunda Selatan. Kedua jenis sungai ini sering disebut Sistem Sungai
Molengraff sesuai dengan nama penemunya.
III-37
Kalimantan tidak dijumpai hal yang demikian. Paparan Sunda di Laut Cina
Selatan mempunyai dasar yang rata dengan kedalaman sekitar 40 m di
sebelah dekat pantai dan semakin ke tengah kedalamnnya bertambah
hingga kira-kira 100 m.
Berdasarkan
kajian
Pusat
Pengembangan
Geologi
Kelautan
(1991),
sedimen permukaan dasar laut sekitar Kalimantan Barat terdiri dari : (1)
sedimen lumpur (endapan hasilrombakan asal darat yang berbutir halus
mengandung sedikitnya 20 % partikel berukuran pasir, lanau dan lempung.
Arealnya berada sekitar pesisir Kalimantan Barat dan tengah Laut Cina
Selatan / Natuna), (2) sedimen pasir dan lanau (sedimen yang terdiri dari
partikel yang bergaris tengah antara 2 m dan 2 mm diantaranya pasir,
lanau, bintil-bintil kecil mangan, pasir koral, pasir cangkang moluska dan
gelas gunung api) penyebarannya agak ke tengah laut melebar dan luas,
(3) sedimen batu keras dan kerikil (endapan yang terdiri dari batuan atau
partikel
yang
bergaris
tengah
lebih
dari
mm),
dan
(4)
koral,
Thailand
dan
Semenanjung
Malaysia
menembus
Bangka
III-38
dengan arah barat laut. Contoh urat ini per-tonnya mengandung 3,2 g
emas dan 37, 6 g perak.
3.4.
KONDISI HIDRO-OCEANOGRAFI
3.4.1. Batimetri
Penentuan
melakukan
III-39
laut
pada
sebuah
peta.
dengan
Rentang
kedalaman
wilayah
studi
rata-rata
berkisar
dari
Arah
dan
ukuran
zona-zona
tersebut
semakin
ke
selatan
III-40
Keadaan pasang
tertinggi akan terjadi bila posisi Bumi - Bulan dan Matahari tepat berada
pada satu garis lurus yakni pada bulan baru atau bulan purnama. Keadaan
surut akan terjadi pada kuartal terakhir tiap bulan.
Pasang surut (pasut) adalah gerakan naik turunnya air laut yang dominan
dipengaruhi oleh gaya tarik benda-benda angkasa (Bulan dan Matahari)
terhadap bumi yang selalu berubah secara teratur. Pasang surut yang
terjadi satu (1) kali dalam dua puluh empat (24) jam dikatakan tipe pasut
tunggal (diurnal), sedangkan jika perairan mengalami dua (2) kali pasang
dan dua (2) kali surut dalam 24 jam dikatkan tipe pasut ganda
(semidiurnal). Apabila terjadi jenis pasut diantara keduanya maka dikatkan
bertipe campuran. Ciri pasut juga dipengaruhi oleh topografi dasar laut
seperti adanya palung, laut dangkal, gunung/tonjolan bawah laut, teluk
sempit dan sebagainya. Dengan adanya topografi yang berbeda, pasut
yang ada juga berbeda. Selain topografi, benda angkasa (posisi bumi
bulan dan matahari) juga mempengaruhi perubahan tinggi pasut. Hasil
analisis data yang dilakukan oleh LIPI (1991) mengemukakan bahwa secara
umum sifat pasang surut yang terjadi di sekitar Khatulistiwa Kalimantan
Barat adalah campuran dengan dominansi diurnal, yakni kejadian pasang
surut yang terjadi dalam satu hari (24 jam) hanya dua kali.
Kondisi pasang surut Khususnya perairan Kalimantan Barat pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Selat Karimata, Laut Cina Selatan
dan Laut Natuna. Keadaan pasang surut di wilayah Kalimantan Barat
adalah pasang surut campuran cenderung semidiurnal, yakni kejadian
III-41
pasang surut yang terjadi dua kali dalam satu hari ( 2 x dalam 24 jam).
Perambatan gelombang di kawasan ini berasal dari Samudra Pasifik yang
merambat melalui Laut Cina Selatan dan masuk ke perairan Indonesia
bagian Barat.
Hasil peramalan elevasi pasang surut untuk tanggal 1 s.d. 31 Juli 2011 dari
komponen pasang surut yang diberikan pada Tabel 21 ditunjukkan oleh
Gambar 2.17. Puncak tertinggi pasut terjadi pada tanggal 1-3; 15-17; dan
28-31 Juli dan menurun setelah tanggal tersebut. Garis merah yang tampak
pada grafik (Gambar 3.17) menandakan MSL (mean Sea Level) yang
merupakan titik nol. MSL pada perkiraan pasut Sungai Kapuas Kecil
menunjukkan angka 90 cm. Perbedaan tinggi pasang surut rata-rata adalah
180 Cm.
Gambar 3.5. Grafik Ramalan Pasang Surut di Stasiun Sungai Kapuas Kecil
periode 1 s/d 31 juli 2011
III-42
panjang seperti pasang surut laut. Di laut terbuka, arah dan kecepatan
arus di permukaan sangat dipengaruhi oleh angin permukaan.
Wilayah Perairan Propinsi Kalimantan Barat (termasuk wilayah Kubu Raya)
terletak di perairan Laut Natuna. Kondisi oseanografi pada wilayah tersebut
dipengaruhi oleh pergerakan massa air dari Laut Cina Selatan dan Laut
Jawa melalui mekanisme monsun. Pada periode musim timur, angin bertiup
dari Benua Australia menuju Asia melalui Laut Natuna. Periode musim
timur tersebut terjadi pada bulan Juni September. Kondisi sebaliknya
terjadi pada musim barat, dimana angin bertiup dari Benua Asia menuju
Australia. Periode musim barat terjadi pada bulan Desember Maret. Angin
musim
barat
tersebut
menyebabkan
tingginya
membawa
intensitas
udara
curah
yang
hujan
lembap,
pada
sehingga
wilayah
yang
dilewatinya.
Pola perubahan monsun tersebut selanjutnya akan berpengaruh pula pada
pola arus permukaannya. Secara umum, pada saat musim timur (Juni
hingga
September),
arus
permukaan
di
wilayah
perairan
Propinsi
Kalimantan Barat bergerak dari Laut Jawa menuju ke Laut Cina Selatan.
Seiring dengan berubahnya musim, arus permukaan akan bergerak dengan
arah sebaliknya, yaitu dari Laut Cina Selatan menuju ke Laut Jawa pada
saat musim barat (Desember hingga Maret). Gambaran menyeluruh variasi
pola arus permukaan di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat dapat
dilihat pada Gambar 2.6.
(a) Januari
(b) Pebruari
III-43
(c) Maret
(d) April
(e) Mei
(f) Juni
(g) Juli
(h) Agustus
(i) September
(j) Oktober
III-44
(k) Nopember
(l) Desember
wilayah
perairan
Propinsi
Dari Gambar 3.6. dapat dilihat bahwa pada bulan Januari arus permukaan
bergerak dari Selat Karimata menuju ke Laut Jawa dengan kecepatan
berkisar antara 0,05 m/det di dekat pantai hingga 0,2 m/det di lepas
pantainya. Di bulan Maret
Jawa ini mulai melemah dengan kecepatan maksimum sekitar 0,15 m/det
dan mulai bergerak berbalik arah dari Laut Jawa menuju ke Selat Karimata
di bulan April. Di bulan Mei kecepatan arus semakin menguat dan
mencapai maksimumnya di bulan Agustus. Kemudian di bulan September
arus dari Laut Jawa ke Selat Karimata mulai melemah dan kembali berbalik
arah di bulan Nopember dan mencapai maksimumnya di bulan Januari.
III-45
Gambar 3.7. Pola arus permukaan di Selat Karimata (a) Februari yang mewakili
monsun barat, (b) April yang mewakili peralihan monsun baratmonsun tenggara, (c) Juni yang mewakili monsun tenggara, dan (d)
Oktober yang mewakili peralihan monsun tenggara-barat (Sumber:
Wyrtki, 1961).
Pola arus permukaan ini sesuai dengan apa yang telah digambarkan oleh
Wyrtki (1961), dimana pada saat monsun barat (Desember-JanuariPebruari), pola arus laut permukaan yang terjadi secara umum bergerak
mengalir dari Laut China Selatan menuju ke arah perairan Laut Jawa
(Gambar 2a). Sementara itu pada bulan Maret, April dan Mei yang
merupakan musim peralihan dari monsun barat ke monsun tenggara, arus
permukaan di sekitar Selat Karimata mulai melemah (Gambar 2b). Pada
bulan Juni, Juli dan Agustus atau monsun tenggara, arus laut permukaan
disekitar Selat Karimata mengalir berbalik arah, yaitu dari Laut Jawa
menuju ke arah perairan Laut China Selatan (Gambar 2c) dengan
puncaknya terjadi pada bulan Agustus dan kemudian melemah kembali
pada bulan Oktober yang merupakan masa peralihan dari monsun
tenggara ke monsun barat (Gambar 2d).
Pola arus permukaan ini menyebabkan perairan di wilayah Propinsi
Kalimantan Barat cukup kaya akan nutrien, terutama ketika massa air dari
Laut Jawa (yang kaya akan nutrien karena bermuaranya sungai-sungai
besar) masuk ke Selat Karimata. Kondisi ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat memiliki
potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar.
3.4.4. Gelombang Laut
III-46
Selatan
juga
dipengaruhi
oleh
sistem
peredaran
arus
global
III-47
Gambar 3.8.
Grafik Rata-rata suhu permukaan laut bulanan di
wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat periode Juli
2010 Juni 2011.
Hasil pengolahan data suhu bulanan pada Gambar 3.8. menampilkan pola
sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Propinsi Kalimantan
Barat periode Juli 2010 s.d. Juni 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa suhu permukaan laut pada bulan Desember hingga Maret relatif
lebih rendah daripada bulan-bulan lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan
pola angin dan arus permukaan yang terjadi pada saat itu, sehingga massa
air dari Laut China Selatan yang relatif lebih dingin mengalir masuk ke
Selat Karimata. Sementara itu, pada bulan-bulan lainnya suhu permukaan
laut di Selat Karimata menjadi lebih hangat akibat dari masuknya massa air
laut dari Laut Jawa ke Selat Karimata mengikuti pola angin dan arus
permukaannya. Massa air laut di laut Jawa relatif hangat karena perairan
tersebut merupakan perairan yang dangkal sehingga pengolakan yang
terjadi di perairan tersebut menyebabkan radiasi sinar matahari yang
diserap permukaan laut tercampur sempurna di dalam badan air.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa secara umum kondisi
oseanografis dan karakteristik perairan di wilayah Propinsi Kalimantan
Barat sangat dipengaruhi oleh Laut China Selatan dan Laut Jawa.
III-48
III-49
Gambar 3.9. Pola sebaran suhu permukaan laut bulanan dari bulan Juli 2010 s.d.
Juni 2011 di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat
setebal
50-70
meter
atau
lebih
tergantung
dari
intensitas
III-50
Secara umum, salinitas air laut di Laut China Selatan dan Laut Jawa relatif
lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah perairan Indonesia lainnya.
Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya sungai-sungai yang bermuara
ke perairan ini.
Di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat, tingginya curah hujan pada
saat musim barat berpengaruh sangat signifikan terhadap salinitasnya. Hal
ini terjadi karena adanya limpasan air tawar dari muara-muara sungai ke
laut (coastal discharge). Akibatnya, pada saat musim barat salinitas akan
cenderung lebih rendah daripada saat musim timur (Gambar 3). Namun
demikian, dari data yang ada, variasi salinitas yang terjadi di wilayah
perairan Propinsi Kalimantan Barat tidak terlalu besar. Rata-rata salinitas
tertinggi tejadi pada bulan Oktober, yaitu 31,9 dan terendah pada bulan
Desember, yaitu sebesar 31,58.
Gambar 3.10.
Grafik Rata-rata salinitas bulanan di wilayah perairan Propinsi
Kalimantan Barat bulan Januari hingga Desember.
III-51
(a) Januari
(b) Pebruari
(c) Maret
(d) April
(e) Mei
(f) Juni
(g) Juli
(h) Agustus
III-52
(i) September
(j) Oktober
(k) Nopember
(l) Desember
Gambar 3.11. Pola sebaran salinitas permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat
oleh
flora
(tumbuhan
laut)
untuk
pertumbuhan
dan
III-53
Konsentrasi nutrien di perairan ini memiliki pola yang relatif mengikuti pola
konsentrasi klorofil-a, kecuali untuk silikat. Konsentrasi rata-rata nitrat dan
fosfat pada saat musim timur cenderung lebih tinggi daripada saat musim
barat (Gambar 4 dan 5). Konsentrasi nitrat dan fosfat tertinggi terjadi pada
bulan September dan Oktober, masing-masing sebesar 0,34 dan 0,13
mol/kg. Sedangkan konsentrasi terendah terjadi pada bulan April dan
Desember, masing-masing sebesar 0,02 dan 0,03 mol/kg.
Konsentrasi silika menunjukkan pola yang berbeda dengan nitrat dan
fosfat. Pada periode musim barat, rata-rata konsentrasi silika cenderung
lebih tinggi daripada saat musim timur (Gambar 6). Konsentrasi silika
tertinggi ditemukan pada bulan Pebruari, yaitu sebesar 4,29 mol/kg dan
terendah pada bulan Nopember, yaitu 1,12 mol/kg.
III-54
Barat
hampir
selalu
tinggi
sepanjang
tahun.
Tingginya
(a) Januari
(b) Pebruari
(c) Maret
(d) April
III-55
(e) Mei
(f) Juni
(g) Juli
(h) Agustus
(i) September
(j) Oktober
(k) Nopember
(l) Desember
Gambar 3.15. Pola sebaran nitrat permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat
III-56
(a) Januari
(b) Pebruari
(c) Maret
(d) April
(e) Mei
(f) Juni
III-57
(g) Juli
(h) Agustus
(i) September
(j) Oktober
(k) Nopember
(l) Desember
Gambar 3.16. Pola sebaran fosfat permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat
III-58
(a) Januari
(b) Pebruari
(c) Maret
(d) April
(e) Mei
(f) Juni
(g) Juli
(h) Agustus
III-59
(i) September
(j) Oktober
(k) Nopember
(l) Desember
Gambar 3.17. Pola sebaran silikat permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat
dan
oseanografinya.
sangat
dipengaruhi
pula
oleh
kondisi
dinamika
sebagai
indikator
banyaknya
III-60
besar daripada saat musim barat (0,16 mg/m 3). Wilayah-wilayah perairan
dengan nilai klorofil yang tinggi biasanya memiliki hubungan yang erat
dengan proses penaikan massa air atau upwelling (contohnya di Laut
Banda, Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa), pengadukan dan pengaruh
sungai-sungai (Laut Jawa, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan).
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan di wilayah perairan Propinsi
Kalimantan Barat,rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a pada saat musim
timur lebih tinggi darpada saat musim barat . Rata-rata konsentrasi klorofila tertinggi diperoleh pada bulan Agustus 2010, yaitu sebesar 1,32 mg/m 3.
Sedangkan rata-rata konsentrasi klorofil-a terendah terjadi pada bulan
Maret 2011, yaitu sebesar 0,54 mg/m 3. Tingginya konsentrasi klorofil-a
pada musim timur tersebut disebabkan oleh pergerakan massa air yang
kaya akan nutrien dari Laut Jawa menuju ke Laut Cina Selatan. Berdasarkan
data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi klorofil-a di
wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat relatif cukup tinggi, bila
dibandingkan dengan nilai rata-rata perairan Indonesia pada musim timur
(0,24 mg/m3) dan musim barat (0,16 mg/m3) (Nontji, A.1974).
sehingga
III-61
III-62
Gambar 3.19. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a permukaan bulanan dari bulan Juli
2010 s.d. Juni 2011 di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat
III-63
III-64
III-65
Di perairan
hidup dengan baik pada perairan yang kaya akan unsur hara dan
mempunyai tingkat transparansi baik. Ekosistem ini merupakan tempat
hidup, berpijah dan berlindung ikan-ikan karang yang pada umumnya
mempunyai nilai ekonomis penting.
Jenis fitoplankton dan zooplankton yang paling banyak keragamannya
terdapat di perairan P. Cempedak 10 taxa (7 taxa fitoplankton dan 3 taxa
zooplankton). Sedagkan yang paling sedikit terdapat di P. Sireh, P. Buan, P.
Begunung, dan P. Bawal Bagian Utara. Jenis fitoplanktonyang sebarannya
paling banyak adalah Rhizosolenia sppada 11 perairan dan diikuti oleh
Coscodscus sp dan Leplocylindrus spyaitu pada 11 perairan. Sedangkan
zooplanktonyang paling banyak daerah sebarannya adalah Calamus sp.
Adapun perairan yang paling banyak jenis zooplanktonyaitu terdapat di P.
Cempedak. Kepadatan individu plankton yang paling banyak terdapat di P.
Randayan (1.155 individu/liter).
III-66
3.4.10.
telah
menentukan
diketahui,
jumlah
tingkat
biomass
kesuburan
sumberdaya
suatu
perairan
perikanan
yang
sangat
ada
di
oleh
fitoplankton
melalui
proses
fotosintesis,
dimana
level
rendah.
Kondisi
inilah
yang
memungkinkan
terjadinya
III-67
pengamatan
lain
menunjukkan
bahwa
perairan
laut
antara
Kalimantan dan Sumatera, Jawa dan Sulawesi, Selatan Jawa Timur, Bali dan
Nusa Tenggara, Laut Banda, Laut Arafuru dan Selat Malaka merupakan
wilayah dengan pola kesuburan rata-rata tahunan cukup subur ditemui
sepanjang tahun. Lebih detilnya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) Laut Cina Selatan merupakan wilayah perairan yang kurang subur
namun pada area/wilayah perairan antara Kepulauan Natuna dan Karimata
merupakan wilayah yang paling subur (Realino B. et al).
3.5.
lahan
daratan
WP3K
Kalimantan
Barat
secara
umum
Penggunaan Lahan
Coral
Hutan
Kebun
Ladang
Lahan Terbuka
Lokasi Wisata
Mangrove
Pemukiman
Rawa
Luas (Ha)
1,170.88
663,877.94
218,689.34
146,897.21
181,715.17
31.77
122,764.32
21,934.18
74,674.95
III-68
Penggunaan Lahan
Sawah
Semak Belukar
Tambak
Tambang
Tubuh Air
Total Jumlah
Sumber: Landsat 2009
Luas (Ha)
204,992.23
355,493.45
9,237.65
842.60
4,376.40
2,006,698.09
Gambar 3.20. penggunaan lahan baik daratan maupun lautan di wilayah pesisir
Propinsi Kalimantan Barat (A3)
III-69
Penggunaan
lahan
perairan
untuk
perikanan
tangkap
dikelompokan
tersebut
tersebar
Kabupaten
di
Pontianak,
Kabupaten
dan
Sambas,
Kabupaten
Kabupaten
Kayong
Utara.
Statusnya terdiri dari Suaka Alam Laut (SAL), Cagar Alam (CA), Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD/ KKP), Hutan Lindung (HL), dan Cagar Alam
Laut (CAL). Rincian kawasan konervasi di WP3K Propinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.17. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan PPK Propinsi
Kalimantan Barat
3.5.3. Perikanan
A. Potensi Perikanan laut Propinsi Kalimantan Barat
Salah satu potensi Perairan laut Propinsi Kalimantan Barat (perairan laut
12 mil dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)) yang sangat
besar adalah sumberdaya ikan. Potensi sumberdaya ikan di perarian laut
Propinsi Kalimantan Barat adalah lebih kurang 1.630.600 ton yang terdiri
III-70
dari 1.252.400 ton perairan Indonesia (12 mil laut) dan 378.200 ton
perairan ZEEI.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 01 tahun 2009
tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia,
perairan Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan termasuk
dalam WPP 711. Berdasarkan kepmen tersebut, WPP 711 di bagian utara
berbatasan dengan batas terluar ZEEI atau dengan kata lain berbatasan
dengan perairan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina
dan Vietnam.
Tingkat
Riset
III-71
tingkat pemanfaatan SDI di wilayah natuna dapat dilihat pada Tabel 3.18.
berikut:
Tabel 3.18. Tingkat pemanfaatan Sumberdaya perikanan tangkap di
wilayah WPP 711
WPP Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan
Sumberdaya
Produksi
MSY
JTB
F Opt
F Aktual
Demersal
70926
72310
57848
4910
4508
Udang
56582
58255
46604
6968
9465
126762
108622
86898
897
1137
49796
41553
33243
1568
2012
Pelagis Kecil
Pelagis Besar
Sumber: PRPT, 2008
Potensi SDI di perairan Laut Cina Selatan (LCS) (WPP 711) wilayah
Kalimantan Barat tersebut telah dimanfaatkan oleh nelayan-nelayan dari
PROPINSIRiau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat,
Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur, bahkan saat ini banyak nelayan asing yang beroperasi menangkap
di perairan LCS.
Saat ini, tingkat pemanfaatan SDI di LCS sudah mencapai lebih dari 65%
per tahun. Potensi SDI yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan Propinsi
Kalimantan Barat dengan garis pantai 1.163 km dari potensi perairan L.
Cina Selatan/Natuna adalah :
-
250.000 ton per tahun dan 35% perikanan pelagis (fauna permukaan
perairan) 1,3 ton per km2 atau 160 ton per tahun.
Penangkapan ikan permukaan (pelagik) yang penting di Kalimantan Barat
terdapat dilepas pantai Kalimantan Barat Daya dan meluas ke Utara. Jenis
ikan yang utama yang ditangkap di perairan ini adalah pelagik kecil yaitu
ikan Kembung (Rastrelliger sp), Tembang, Tongkol. Perkembangan produksi
ikan permukaan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimiawi perairan
setempat. Ikan permukaan ini bermigrasi menyesuaikan dengan keadaan
perubahan arus di Laut Cina Selatan hingga Laut Jawa. Perubahan arus di
Laut Cina Selatan akan membawa dampak terhadap keberadaan plankton
dan suhu serta salinitas perairan tersebut.
III-72
memperhatikan
data
sekunder
dan
informasi
nelayan
dan
Musim penangkapan ikan secara umum terbanyak antara bulan Juli September
2) Hasil tangkapan ikan yang tidak tergantung musim adalah jenis-jenis ikan:
a. Kembung (terbanyak bulan November-Maret)
b. Kerisi (terbanyak bulan September)
c. Mayok (terbanyak bulan April)
d. Tenggiri (terbanyak bulan Juni)
e. Talang (terbanyak bulan Juli)
f. Pari (terbanyak bulan Oktober)
g. Tongkol (terbanyak bulan September)
h. Duri (terbanyak bulan Maret)
i. Tamban (terbanyak bulan Juli - September)
j. Selar (terbanyak bulan Mei - Juni)
k. Semerah (terbanyak bulan April)
l. Udang Putih (terbamyak bulan Desember-Januari)
Daerah-daerah penangkapan ikan (fishing ground) di Kalimantan Barat
antara lain adalah Muara Sungai Mempawah. P. Temajok, Datok, Muara
Sungai Kapuas-Punggur Besar-Padang Tikar, Teluk Melano, Tanjung Satai, P.
Penembangan, P. Pelapis, Karimata Komplek, P.Leman, P.Layah, Muara
Kendawanyan, P. Sawi, P. Cempedak, P.Bawal, Muara S. Paloh, P. Merendam,
Muara S. Sambas - Sedau, P. Lemukutan Komplek.
Kegiatan perikanan budidaya yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir
adalah budidaya air payau (tambak) dan budidaya laut (rumput laut dan
ikan/fin fish).Potensi lahan dan perairan pesisir Kalimantan Barat untuk
kegiatan perikanan budidaya mencapai luas 42.224 hektar yang terbagi
menjadi lahan tambak 26.704 hektar dan perarian laut 15.520 hektar.
III-73
seluas 10.800
Kab/Kota
1
2
Kab. Sambas
Kab.
Bengkayang
3
Kab. Pontianak
4
Kab. Ketapang
5
Kab.
Kayong
utara
6
Kab. Kubu Raya
7
Kota
Singkawang
Jumlah
Sumber : BPS, 2011
Perikanan
laut
1841
613
Perairan
Umum
256
246
1345
2598
1387
201
564
539
539
859
73
2423
474
397
165
1608
336
10681
2368
4541
Perikanan Budidaya
1078
48
Kab/Kota Pesisir
Kabupaten Sambas**
Kota Singkawang**
Kabupaten
Perikanan
Laut
30.726.90
622,70
58.891,80
Perairan
Umum
140,80
401,70
4.344,00
Perikanan
Budidaya
4.935,44
577,14
3.815,00
Ikan Awetan
-
III-74
Bengkayang**
Kabupaten Pontianak*
5.143,80
72,70
Kabupaten Kubu Raya**
17,10
141,60
Kabupaten Kayong
Utara**
21.357,30
676,70
Kabupaten Ketapang*
12.563,00
2.042,50
Jumlah
129.322,60
7.820
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
1.561,80
1,152,90
238,10
13,12
12.293,50
6,258.20
13.12
6.271,32
Kab/Kota
1
2
3
4
5
Kab. Sambas
Kab. Bengkayang
Kab. Pontianak
Kab. Ketapang
Kab. Kayong
Utara
6
Kab. Kubu Raya
7
Kota Singkawang
Jumlah
Sumber : BPS, 2011
Perahu
tanpa
motor
206
238
167
367
Perikanan laut
Motor
Kapal
temp
motor
el
59
1 291
11
393
35
274
199
1 342
jumla
h
1 556
642
476
1 908
Perairan umum
Perahu Motor
jumla
tanpa
temp
h
motor
el
662
352
305
262
189
844
109
966
1349
321
530
193
289
255
719
1 263
309
959
987
283
147
1697
227
22
808
986
225
2597
1 496
394
1512
1516
150
3329
928
99
4023
430
474
4582
Tabel 3.22. Jumlah unit dan luas usaha budidaya Perikanan di WP-3-K
Kalimantan Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
Sumber :
Kab/Kota
Kab. Sambas
Kab.
Bengkayang
Kab. Pontianak
Kab. Ketapang
Kab.
Kayong
utara
Kab. Kubu Raya
Kota Singkawang
Jumlah
BPS, 2011
Unit
(petak)
10804
Luas (ha)
2925
802
20919
870.9
254.6
10454.02
535
6329
1133
43447
34.38
2803
68.69
19431.79
4946.2
3.5.4. Pertanian
Dibanding tahun 2008, produksi beberapa sub sektor Pertanian Tanaman
Pangan di Kalimantan Barat pada tahun 2009 ada yang mengalami
peningkatan dan ada yang mengalami penurunan. Total produksi padi
III-75
saja
Sementara
kacang kedelai dan kacang hijau produksi terbesar datang dari Kabupaten
Sambas yang mencapai 74,98 persen dan 82,89 persen dari total produksi
Kalimantan Barat.
Sub sektor Pertanian Hortikultura di Kalimantan Barat pada tahun 2009
umumnya
mengalami
penurunan
dibanding
tahun
2008.
Untuk
Untuk buah-buahan,
di
Kalimantan
Barat
cukup
tersebar
di
seluruh
III-76
Sementara itu, untuk komoditi kelapa dalam juga meningkat baik dari luas
tanam maupun hasil produksinya yakni masing-masing meningkat sebesar
0,78 persen dan 3,18 persen.
Selain ketiga jenis tanaman di atas, beberapa tanaman perkebunan yang
lain yang diusahan di Kalimantan Barat adalah tanaman kopi, lada, dan
kakao. Tahun 2009
masing sebesar 4.620 ton dan 4.275 ton atau turun msing-masing 5,25
persen dan 0,23 persen, demikian juga kakao produksi 1.397 ton atau
turun sebesar 28,58 persen.
3.5.6. Pariwisata
Seluruh wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat memiliki
potensi wisata, baik itu wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat
khusus. Wisata alam merupakan kegiatan wisata dengan menikmati
III-77
Bengkayang
Singkawang
Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang
Fishing
Fishing, Diving
Fishing
Robo-Robo
Robo-Robo
Banana Boat,
Fishing
Fishing
Fishing, Diving
Fishing
3.5.7. Pertambangan
Wilayah pesisir Kalimantan Barat memiliki potensi bahan tambang
terutama bahan tambang mineral yang tersebar di empat kabupaten.
Beberapa bahan tambang potensial tersebut antara lain :
1. Pada daratan Kecamatan Paloh (daerah Batupasir Kayan) 8 km dari
muara Sungai Paloh, berpotensi mengandung batu besi berlempung
dengan kadar yang sangat rendah.
2. Air raksa yang juga merupakan Sinabar di hulu Sungai Paloh.
3. Di Kecamatan Singkawang Selatan ada beberapa potensi sumber
mineral seperti emas, tembaga, kuarsa dan tumalin sedikit terdapat
disekitar Gunung Passi.
4. Bauksit berkadar rendah berpotensi di daerah pantai sekitar Pasir
Panjang dan di sekitar Roban.
III-78
pirit
selebar
1,0
m,
dengan
jurus
barat
laut,
produksi
terbatas
sebesar
2.445.985
ha
dan
2.265.800
ha
III-79
3.5.9. Pemukiman
Pengembangan pemukiman pada wilayah WP3K Kalimantan Barat masih
terfokus pada Ibukota Kabupaten/ Kota. hal ini belum menunjukkan bahwa
penyebaran penduduk dan aktivitas masyarakat terkonsentrasi hanya pada
wilayah wilayah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai
seperti Kota Sambas, Kota Singkawang, Kota Mempawah, Kota Sekadau,
dan Kota Ketapang.
Pemanfaatan ruang untuk pemukiman pada Ibukota Kecamatan cenderung
berkembang pada wilayah Sub-Urban seperti Kec. Pemangkat, Kec. Sungai
Kakap, dan Kec. Tel. Batang. Ibukota Kecamatan yang terdapat pada
wilayah Urban cenderung mengalami ketertinggalan.
Pada pulau-pulau kecil, pengembangan pemukiman berjalan lambat karena
kondisi fisik pulau-pulau kecil yang sulit untuk dihuni dan hanya sebagian
kecil saja yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pemukiman.
Pola perkembangan pemukiman pada wilayah pesisir cenderung mengikuti
pola perkembangan jalan. Hal ini dapat dilihat pada wilayah pemukiman
disepanjang jalan Pontianak Singkawang Sambas, dimana pemukiman
penduduk cenderung mendekati jalan. Pada pulau-pulau kecil, pola
pemukiman cenderung mendekati dermaga. Hal ini berhubungan dengan
kemudahan aksesibilitas, khususnya bagi masyarakat nelayan.
Dari aspek pemahaman, penerapan konsep Water Front City belum terlihat
muncul
di
Wilayah
Pesisir
dan
Pulau-pulau
Kecil.
Sebagian
besar
3.5.10.
Kawasan
Jasa,
Industri,
dan
Perdagangan
(JIP)
Kalimantan
Barat
III-80
3.5.11.
Perhubungan
Wilayah
laut
Kalimantan
Barat
banyak
dimanfaatkan
sebagai
alur
pelayaran. Hal ini dikarenakan posisi Kalimantan Barat yang strategis dan
dilintasi oleh kapal-kapal ekspedisi internasional. Adapun, salah satu alur
terbesar yang melewati wilayah laut Kallimantan Barat adalah ALKI (Alur
Laut Kepulauan Indonesia).
III-81
cenderung
memfasilitasi
keluarnya
Sumberdaya
Alam
Kalimantan Barat.
Terdapat 2 Rencana Pelabuhan Internasional yang sedang dikembangkan
saat ini yakni Pelabuhan Temajo di Kec. Sungai Kunyit, Kab Pontianak dan
Pelabuhan Tel. Batang Kec. Tel. Batang, Kab. Kayong Utara. Pada tahun
2011, Pelabuhan Temajo sedang menyusun Dokumen DED, sedangkan
Pelabuhan Tel. Batang sudang melaksanakan pembangunan Tahap IV dari
dana APBN Kementerian Perhubungan.
3.6.
ekowisata
bahari
(marine
ecotourism)
dengan
potensi
sebagai
kawasan
konservasi
(conservation
area).
Dengan
berbagai fungsi ini, maka ekosistem mangrove memiliki nilai yang tinggi
sehingga harus tetap di jaga kelestrian dan keutuhannya.
Propinsi
Kalimantan
Barat
memiliki
potensi
sumberdaya
ekosistem
III-82
pada
Kecamatan
Batu
Ampar
dan
Muara
Kubu.
Lainnya
Jenis mangrove
Kategori
1
2
Avicennia alba
Bruguiera
gymnorrhiza
Bruguiera parviflora
Ceriops tagal
Excoecaria
agallocha
Lumnitzera littorea
Lumnitzera
racemoza
Rhizophora
apiculata
Rhizophora
mucronata
Sonneratia alba
Mangrove Sejati
Mangrove Sejati
N
o
17
18
Mangrove Sejati
Mangrove Sejati
Mangrove Sejati
Sonneratia
caseoralis
Xylocarpus
granatum
Xylocarpus
moluccensis
Nypa fruticans
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jenis mangrove
Kategori
Ekoton
Ekoton
19
20
21
Arthocarpus rigidus
Archiedendron
elipticum
Beluchia axinanthera
Caryota mitos
Dillenus suftruticosa
Mangrove Sejati
Mangrove Sejati
22
23
Fikus firstulosa
Harpulua arborea
Ekoton
Ekoton
Mangrove Sejati
24
Loea indica
Ekoton
Mangrove Sejati
25
Semecarpus gleucus
Ekoton
Mangrove Sejati
26
Ekoton
Mangrove Sejati
27
Syzyrgum
acutangulum
Syzyrgum..
Mangrove Sejati
28
Viler vestita
Ekoton
Mangrove Sejati
29
Terminalia catappa
Mangrove Sejati
30
Pandanus tectorius
Ekoton
Ekoton
Ekoton
Ekoton
Mangrove
Ikutan
Mangrove
Ikutan
III-83
Acrostichum aureum
Mangrove Sejati
31
Hibiscus tiliacous
Mangrove
Ikutan
16
Acrostichum
Mangrove Sejati
speciosum
Sumber: LPP Mangrove (2007)
Jenis tumbuhan mangrove yang dominan di wilayah Batu Ampar dan Muara
Kubu antara lain Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia
alba, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Excoecaria agallocha,
Xylocarpus granatum dan Xylocarpus moluccensis. Nilai kerapatan total
mangrove di Batu Ampar dan Muara Kubu adalah sebesar 478.92 pohon/ha
untuk tingkat pohon, untuk tingkat pancang sebesar 717.94 pohon/ha, dan
untuk tingkat semai sebesar 915.48 pohon/ha. Nilai kerapatan untuk
masing-masing jenis mangrove berkisar antara 0.54 362.66 pohon/ha
untuk tingkat pohon, untuk tingkat pancang 0.69 602.60 pohon/ha, dan
untuk tingkat semai 2.98 784.24 pohon/ha. Untuk lebih jelasnya,
gambaran kondisi vegetasi hutan mangrove di pesisir Batu Ampar dan
Muara Kubu Raya dapat dilihat pada Gambar 3.25.
Gambar 3.25. Kondisi vegetasi hutan mangrove di Batu Ampar dan Muara Kubu
Gambar 3.24. Peta Sebaran Mangrove Di Propinsi Kalimantan Barat
III-84
gymnorhiza)
dan
sedikit
nyirih
(Xylocarpus
Nyirih(Xylocarpus
granatum),
nyirih
batu(Xylocarpus
III-85
Avicennia
dengan
III-86
karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas
Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
Terumbu karang (coral reefs) merupakan kumpulan organism karang dan
ekosistemnya yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan kapur
(CaCO3) yang cukup kuat untuk menahan gaya gelombang. Organismorganisme yang dominan hidup di terumbu karang adalah binatangbinatang karang yang mempunyai kerangka kapur dan algae yang banyak
diantaranya juga mengandung kapur. Satu individu karang atau disebut
polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1
mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada
umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar
dijumpai pada karang yang soliter.
Selain dikagumi karena keindahannya, terumbu karang ternyata juga
menyimpan banyak manfaat. Salah satunya berfungsi melindungi pantai
dari
pengikisan
oleh
ombak
dan
arus.
sehingga
terumbu
karang
III-87
III-88
Kabupaten/ Kota
Sambas
Bengkayang
Kota Singkawang
Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang
Total
72,559.82
Kabupaten terlihat dalam pada Tabel 2.25 Luasan terumbu karang tertinggi
terdapat di Kayong Utara yaitu seluas 59,248.60. Sedangkan Kabupaten
dengan hamparan terumbu karang terkecil terdapat di Kubu Raya yaitu
seluas 38.08 ha sedangkan di kota singkawang tidak meemiliki terumbu
karang.
3.6.3. Kategori Lifefoam
Tutupan terumbu karang berdasarkan katagori lifefoam dari sampling di
bebarapa titik perairan sekitar pulau dan keterwakilan di perairan
Kalimantan Barat dapat duraikan berikut ini :
1. Utara kalimantan Barat
Terumbu karang yang di temukan di Pulau yang terdapat di sambas
sepereti tertera pada Diagram Gambar 3.26. di atas berbentuk
massive atau sering sebut karang batu atau bunder sebesar 15,55 %
III-89
III-90
(0,85%).
Gambar 3.29
yang
CODE
LIFE FORM
NBR
Hard Corals
( Acropora )
Branching
Tabulate
Encrusting
Submassive
Digitate
ACB
ACT
ACE
ACS
ACD
NBR. OF
OCCURANC
E
5
0
0
0
0
PERCE
NT
CATEGO
RY
COVER
TOTALS
15%
0%
0%
0%
0%
15.30%
CB
CM
CE
CS
CF
CMR
0
3
0
0
0
1
0%
9%
0%
0%
0%
3%
III-91
CODE
LIFE FORM
Millepora
Heliopora
NBR
CME
CHL
NBR. OF
OCCURANC
E
0
0
PERCE
NT
CATEGO
RY
COVER
0%
0%
TOTALS
12%
Dead Scleractinia
Dead Coral
( With Algal
Covering )
DC
0%
DCA
9%
9%
Algae
Macro
Turf
Coraline
Halimeda
Algal Assemblage
MA
TA
CA
HA
AA
8
8
2
0
0
21%
14%
3.20%
0%
0%
37.70%
Other Fauna
Soft Corals
Sponge
Zoanthids
Others
SC
SP
ZO
OT
3
1
0
4
9.40%
4.50%
0%
12%
26%
Abiotic
Sand
Rubble
Silt
Water
Rock
S
R
SI
WA
RCK
0
0
0
0
0
0%
0%
0%
0%
0%
Benthic
Totals
36
Sumber: Diolah dari data hasil survey lapangan 2011
0%
100%
Berdasarkan hasil survey terumbu karang yang dilakukan pada bulan Juli
2011, maka dapat diketahui persentase tutupan sponge, karang hidup, dan
karang mati di setiap area studi. Persen cover tutupansponge pada masingmasing pulau yang berdekatan dapat lihat pada Gambar 3.30.
III-92
Gambar 2.31. Grafik Tutupan Karang Hidup dan Mati di Pulau Gelam, Pulau Bawal,
dan Pulau Sawi
Pada gambar diatas hanya disajikan persen cover karang hidup dan karang
mati pada ketiga pulau yang dianggap pulau sejajar garis pantai yang
berdekatan dengan daratan Kalimantan. Kondisi terumbu karang pada
pulau yang saling berdekatan dengan pulau besar atau daratan kalimantan
III-93
Gambar 3.32. Grafik tutupan karang hidup dan mati di Pulau Meledang, Pulau
Lising, Pulau Gunung Karimata
III-94
Gambar 3.33. Grafik tutupan karang hidup dan mati di Pulau Serutu, Pulau Pelapis,
Pulau Sireh
Gambar 3.34. Grafik tutupan karang hidup dan mati di Tanjung Datok, Gosong
Neger, dan Pulau Merendem
III-95
Gambar 3.35. Grafik tutupan karang hidup, karang mati, karang bercabang, karang
tak bercabang, alga dan biota lain yang berasosiasi dengan karang di
Pulau Buan
Gambar 3.36. Grafik tutupan karang hidup, karang mati, karang bercabang, karang
tak bercabang, alga dan biota lain yang berasosiasi dengan karang di
Tanjung Senoa Karimata
III-96
(seagrass)
adalah
merupakan
tumbuhan
berbunga
pula
dengan
keberadaan
dugong
dan
penyu.
Didaerah
III-97
Tabel 3.27 Luasan Lamun dan Algae per Kabupaten Wilayah Perairan
Propinsi Kalimantan Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
Kabupaten/ Kota
Sambas
Bengkayang
Kota Singkawang
Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang
Luas lamun
(Ha)
299.60
318.60
0.00
0.00
0.00
15,806.20
12,921.10
Total
29,345.50
Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2011
Luas Algae
(Ha)
4.90
200.10
104.60
217.30
39.20
1,060.80
474.10
2,101.00
umum
keberadaan
ikan
pelagis
di
suatu
perairan
sangat
III-98
tinggi, dimana kondisi di musim dingin akan sangat berbeda jauh dengan
kondisi di musim panas.
Seperti
telah
menentukan
diketahui,
jumlah
tingkat
biomass
kesuburan
sumberdaya
suatu
perairan
perikanan
yang
sangat
ada
di
oleh
fitoplankton
melalui
proses
fotosintesis,
dimana
level
rendah.
Kondisi
inilah
yang
memungkinkan
terjadinya
III-99
bulan
April
yang
merupakan
musim
peralihan
terlihat
gerombolan ikan mulai meningkat dan terus terjadi hingga bulan Oktober
yang merupakan musim peralihan berikutnya.
Selanjutnya prediksi
sering
ditemukan
bergerombol
di
pertukaran
dekat
pantai.
Sedangkan untuk ikan-ikan demersal, seperti ikan sebelah atau ikan lidah;
ikan manyung (Tachyurus spp), hiu pari (Trigonidae), kuwe (Carangidae);
kakap (Lutjanus sp); kerapu (Epinephelus); gulamah (Scaencae), serta
III-100
pengamatan
lain
menunjukkan
bahwa
perairan
laut
antara
Kalimantan dan Sumatera, Jawa dan Sulawesi, Selatan Jawa Timur, Bali dan
Nusa Tenggara, Laut Banda, Laut Arafuru dan Selat Malaka merupakan
wilayah dengan pola kesuburan rata-rata tahunan cukup subur ditemui
sepanjang tahun. Lebih detilnya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) Laut Cina Selatan merupakan wilayah perairan yang kurang subur
namun pada area/wilayah perairan antara Kepulauan Natuna dan Karimata
merupakan wilayah yang paling subur (Realino B. et al).
(c) Juli2010
(d) Juli2010
III-101
III-102
III-103
III-104
III-105
B. Echinodermata
Echinodermata merupakan hewan laut yang memiliki kulit berduri/berbintil.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pulau wilayah
pesisir Kabupaten Bengkayang dan hasil pengamatan visual ditemukan
golongan echinodermata berupa teripang (Holocthuroidea), bintang laut
(Astoreidea), bintang mengular (Ophiuroidea), bulu babi (Echinodea) dan
lili laut (Crinoidea).
yang memiliki nilai ekonomis. Teripang biasa hidup di alam pada perairan
berpasir dan berbatu karang. Namun saat ini berdasarkan hasil wawancara
dengan
nelayan/penduduk
setempat
jumlahnya
makin
berkurang.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Siput timba
Nerita lineate
Siput bakau
Siput lumpur
Terabralia palustris
Siput kuning
Peristernia philberti
Siput kecil
Melonggena corona
Kepah
Arctica islandica
Ale-ale
Tellina radiate
Kerang Darah
Anadara granosa
Kerang bulu
Anadara inequevaluris
Kima Raksasa
Tridacna gigas
Kima Sisik
Tridakna scumosa
Survey lapangan dan Wawancara, 2011
III-106
golongan
pantai.
Fauna akuatik jenis krustacea yang banyak dijumpai di pesisir Kalimantan
Barat
terdiri
dari
jenis
kepiting
dan
udang-udangan.
Untuk
lebih
E. Reptilia
Jenis reptilia yang penting (dilindungi) dan terdapat di wilayah perairan laut
Kalimantan Barat adalah penyu dan buaya. Di wilayah ini ditemukan jenis
Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan
Penyu Belimbing.
Wilayah tempat ditemukan penyu-penyu tersebut hampir di semua lokasi
pulau yang memiliki perairan yang relatip baik dan jernih, namun dalam
hubungannnya dengan zona tempat bertelurnya hewan tersebut sangat
erat
kaitannya
dengan
karakteristik
pantai
yang
umumnya
sangat
III-107
Hal ini
b. Burung
III-108
Nama Ilmiah
Callocalia esculenta
Ceyx erithacus
Pelargopsis capensis
Todirhamphus chloris
Cyornis rufigastra
Pachycephala grisola
Streptopelia chinensis
Lymnodromus semipelmatus
Loriculus pusillus
Ardeola speciosa
Falco sp.
Hirundo tahitica
Passer montanus
Egretta spp.
Tringa sp.
Anhinga melanogaster
Prinia familiaris
Nama Lokal
Kadal
Kadal Mangrove
Ular
Cincin
Emas/Ular
Bakau
Ular Air
Biawak
Ular laut
Kodok
Penyu Hijau
Penyu Sisik
Penyu Belimbing
Observasi dan Wawancara, 2011
Nama Ilmiah
Eutropis multifasciata
Emonia atrocostata
Boiga dendrophylla
Cerberua rynchopa
Veranus salvator
Laticanda sp.
Buvo melanosticus
Chelonia mydas
Eretmochelys imbricata
III-109
KONDISI INFRASTRUKTUR
bagi
perkembangan
dan
pertumbuhan
wilayah.
Tanpa
infrastruktur dasar yang baik, maka akan sulit bagi suatu wilayah untuk
dapat berkembang walaupun daerah tersebut kaya akan sumberdaya
alam.
Secara umum, infrastruktur pada wilayah
pesisir Kalimantan
Barat
cenderung lebih baik dari pada wilayah lainnya (Tengah dan Perbatasan
Kalimantan Barat) karena pusat-pusat pemukiman pada abad ke-18
tumbuh
pertama
Mempawah,
dan
kali
mulai
Ketapang.
dari
wilayah
Adapun,
pesisir
ketika
Prov.
seperti
Sambas,
Kalimantan
Barat
infrastruktur
Propinsilain
seperti
tersebut
Jawa,
dibandingkan
Bali,
maupun
dengan
Sumatera,
infrastruktur
maka
di
kondisi
III-110
Gambar 3.39. Status Jalan di Propinsi Kalimantan Barat (Sumber: Kepmen PU Nomor 631 Tahun 2009)
III-111
lain
akan
berkembang
pesat
jika
Jembatan
Tayan
selesai
dikerjakan.
Untuk Jalan Provinsi, salah satu ruas yang memiliki kualitas bagus yakni
akses Sukadana Ketapang Kendawangan. Kualitas jalan pada wilayah ini
relatif lebih baik dari jalan PROPINSIpada wilayah lainnya.
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pelabuhan Pontianak ditetapkan sebagai Pelabuhan
Internasional dan Pelabuhan Ketapang sebagai Pelabuhan Nasional. Aturan
ini akan direvisi mengingat alur pada muara Sungai Kapuas tidak lanyak
untuk dilalui kapal dengan berat > 10.000 Ton dan Rencana Pelabuhan
Internasional Kalimantan Barat akan dibangun di Kec. Sungai Kunyit, Kab.
Pontianak.
Dari aspek perhubungan udara, hingga saat ini pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil (WP3K) baru terdapat 2 bandara yakni Supadio (Kab.
Kubu Raya) dan Rahadi Oesman (Kab. Ketapang). Adapun, sedang dalam
tahap perencanaan akan dibangun Bandara Singkawang (Kota Singkawang)
dan Bandara Sukadana (Kab. Kayong Utara). Sayangnya, belum terdapat
bandara lain pada wilayah pulau-pulau kecil.
Kondisi Kelistrikan Kalimantan Barat tidak jauh berbeda dengan kondisi
infrastruktur dasar lainnya. Sampai dengan akhir tahun 2010 Ratio Desa
Berlistrik dan Ratio Elektrifikasi di Kalimantan Barat masing-masing
mencapai 58,0 % dan 45 %. Propinsi Kalimantan Barat memiliki potensi
sumberdaya mineral (uranium), batubara, dan panas bumi yang cukup
III- 112
III- 113
Sistem
Kelistrikan
(Sumber:
Dinas
Secara kuantitas, WP3K Kalimantan Barat memiliki sumber daya air yang
melimpah. Namun, secara kualitas potensi tersebut kurang memadai
karena faktor tanah yang cenderung bersifat asam dan adanya pengaruh
intrusi air laut yang mengakibatkan sulitnya pemanfaatan air yang
tersedia. Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya pelayanan yang dapat
diberikan PDAM kepada masyarakat. Khusus untuk pulau kecil, beberapa
pulau belum memiliki instalasi pengolahan air minum sehingga masyarakat
mengalami kendala dalam melakukan aktivitas rumah tangga sehari-hari
yang berdampak pada buruknya kualitas hidup pada wilayah pulau-pulau
kecil.
3.7.2. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir
III- 114
perikanan
yang
layak
seperti
pelabuhan
Teluk
Batang,
Kabupaten/Kota
Pesisir
Kab. Sambas
PPN Pemangkat
PPI Selakau
2
Kab. Bengkayang
PPI Teluk Suak
PPI Sungai Duri
3
Kab. Pontianak
PPI Kuala Mempawah
PPI Jungkat
4
Kab. Ketapang
PPI Suka Bangun
PPI Kuala Pesaguan
PPI Muara Kendawangan
5
Kab. Kayong Utara
PPP Teluk Batang
PPI Dusun Besar
PPI Tanjung Satai
PPI Sukadana.
6
Kab. Kubu Raya
PPP Sungai Rengas
PPI Sungai Kakap
PPI Sepok Laut
PPI Kuala Karang
PPI Medan Seri (Padang Tikar)
7
Kota Singkawang
PPI Kuala Singkawang
PPI Sedau
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat
1
Gambar 3.41 Peta Pelabuhan Perikanan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kalimantan Barat
III- 115
3.8.
Struktur
menggambarkan
yang
terbentuk
dari
nilai
tambah
yang
diciptakan,
III- 116
tersier
(perdagangan/hotel/restoran,
angkutan/komunikasi,
tahun
tersebut
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya
ekonomi
paling
tinggi
sebesar
5,87%
dibandingkan
III- 117
Kabupaten/Kota
Pesisir
Kab. Sambas
Kab. Bengkayang
Kab. Pontianak
Kab. Ketapang
Kab. Kayong Utara
Kab. Kubu Raya
Kota Singkawang
Jumlah
Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan
2000, kabupaten/kota pesisir yang memberi kontribusi terbesar terhadap
perekonomian Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kubu Raya. Tahun 2009,
PDRB atas dasar harga berlaku
Kabupaten Kubu Raya masing-masing mencapai Rp. 7,61 trilyun dan Rp.
6,2 trilyun . Sedangkan Kabupaten Kayong Utara memiliki nilai PDRB atas
dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan terendah yang
masing-masing sebesar Rp. 794 miliar dan Rp. 411 miliar (Tabel 3.34).
3.8.4. Laju Inflasi
Inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu
daerah, karena dapat menggambarkan naik turunnya harga. Keadaan
ekonomi yang makin stabil ditunjukkan oleh perkembangan laju inflasi
yang kecil. Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas ekonomi yang lebih
stabil jika tingkat inflasi lebih rendah dibandingkan daerah lain dalam suatu
kurun waktu tertentu. Iinflasi yang tinggi berarti terjadi perlonjakan harga
yang tajam, bisa menunjukkan penurunan daya beli masyarakat.
Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator makro perekonomian yang
penting sehingga dalam penyusunan APBN inflasi dijadikan salah satu
variabel yang menentukan APBN. Sebagai salah satu indikator makro
III- 118
juga
pemerintah
daerah
harus
berperan
serta
dalam
mengendalikan inflasi.
Salah satu indikator stabilitas perekonomian adalah tingkat inflasi dalam
tahun tertentu. Untuk Propinsi Kalimantan Barat pengukuran tingkat inflasi
selain dilakukan di Kota Pontianak juga di kota Singkawang. Adapun
kumulatif inflasi di Kota Singkawang 2009 berdasarkan tahun Kalender
(Januari Desember) sebesar 1,15 persen.
3.8.5. Konstribusi Sektor Kelautan dan Perikanan
Secara geografis, Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup bagus di
bidang perikanan, jumlah rumahtangga perikanan baik perikanan laut
maupun perikanan budidaya pada tahun 2009 yang terbanyak berada di
Kabupaten Sambas sebanyak 1.841 orang dan 1.676 orang. Sedangkan
jumlah rumah tangga perikanan terbanyak untuk perairan umum berada di
Kabupaten Ketapang. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tangga
perikanan di Kabupaten /Kota Propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada
Tabel 3.35.
Table 3.35. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Menurut Kabupaten/Kota
Pesisir Propinsi Kalimantan Barat tahun 2010
No
Kab/Kota Pesisir
Perikanan
Laut
1
Kab. Sambas
1841
2
Kab. Bengkayang
613
3
Kab. Pontianak
1345
4
Kab. Ketapang
2598
5
Kab. Kayong Utara
1387
6
Kab. Kubu Raya
2423
7
Kota Singkawang
474
Jumlah
10681
Sumber : BPS Kalimantan Barat, 2011
Perairan
Umum
256
246
201
564
539
397
165
2368
Perikanan
Budidaya
1078
48
539
859
73
1608
336
4541
III- 119
ikan
terbesar
di
Propinsi
Kalimantan
Barat
dibandingkan
Kab/Kota Pesisir
Perikanan
Laut
30.726.90
622,70
Kabupaten Sambas
Kota Singkawang
Kabupaten
Bengkayang
58.891,80
Kabupaten Pontianak
5.143,80
Kabupaten Kubu Raya
17,10
Kabupaten Kayong
Utara
21.357,30
Kabupaten Ketapang
12.563,00
Jumlah
129.322,60
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka.
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013
Perairan
Umum
140,80
401,70
Perikanan
Budidaya
4.935,44
577,14
Ikan Awetan
4.344,00
72,70
141,60
3.815,00
1.561,80
1,152,90
676,70
2.042,50
7.820
238,10
13,12
12.293,50
6,258.20
13.12
6271,3
Tabel 3.36 menunjukkan bahwa total produksi perikanan laut paling tinggi
dalam memberikan kontribusi jumlah ikan yang dihasilkan di Kalimantan
Barat dibandingkan ikan yang dihasilkan dari perairan umum dan
perikanan budidaya.
3.8.6. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Perekonomian
Di
Wilayah Pesisir
Secara historis, pembangunan di Kalimantan Barat berawal dari wilayah
pesisir ataupun sepadan sungai-sungai besar. Beberapa kota yang telah
lama tumbuh antara lain Pontianak, Sambas, Singkawang, dan Ketapang.
Sayangnya, perkembangan perekonomian pada wilayah ini tidaklah
secepat perkembangan perekonomian wilayah pesisir pada regional
lainnya. Adapun, terdapat beberapa faktor pendukung dan
faktor
III- 120
memiliki
dimanfaatkan
potensi
untuk
SDA
yang
melimpah
pengembangan
yang
sector
dapat
pariwisata,
ini
secara
tidak
langsung
meruntuhkan
sendiri-sendi
tetangga.
Kondisi
ini
menyebabkan
adanya
tarik
ulur
III- 121
melakukan
transformasi
dari
negara
produsen
yang
III- 122
faktor manusia. Pengaruh faktor alam yaitu kuatnya arus laut yang
datang dari arah Laut Cina Selatan (arus barat). Arus dan gelombang
besar ini biasanya terjadi pada bulan ke 8 (Agustus) sampai ke 12
(Desember). Selain faktor alam, penebangan pohon mangrove oleh
menusia untuk berbagai keperluan (kayu bakar, cerucuk, alih fungsi
lahan) juga menyebabkan degradasi ekosistem mangrove. Dengan
adanya degradasi ekosistem mangrove, maka pantai kehilangan
pelindung (vegetasi mangrove), sehingga pada daerah ini terjadi abrasi
dan intrusi air laut.
Selain mangrove, ekosistem pesisir yang mengalami degradasi adalah
ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang berperan besar
dalam menjaga keberlanjutan siklus hidup bagi berbagai biota perairan.
Terumbu karang yang sehat identik dengan sehatnya suatu perairan.
Terumbu karang juga berperan sebagai pelindung pantai dari arus
bawah yang kuat.
Penyebab utama degradasi ekosistem terumbu karang di pesisir
Kalimantan Barat ini ada 2 (dua) yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Pengaruh faktor alam yaitu tingginya sedimentasi, pemanasan global,
dan perubahan iklim. Selain faktor alam, pencemaran, pengeboman
ikan, penggunaan sianida dalam menangkap ikan, alat tangkap yang
merusak, pengambilan batu coral oleh menusia untuk berbagai
keperluan
(kerajinan,
bahan
bangunan,
dll)
juga
menyebabkan
tangkap
yang
menggunakan
lampara
dasar
biasanya
perikanan
di
daerah
tersebut.
Selain
itu
dengan
pengoperasian alat tangkap ini, maka semua biota yang tersapu juga
tidak bisa lolos termasuk bibit ikan.
III- 123
perlindungan
terhadap
sempadan
pantai
dilakukan
untuk
melindungi
sungai
dari
kegiatan
manusia
yang
dapat
menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Pada pasal 14 KEPRES RI No. 32 Tahun 1990, kriteria sempadan pantai
adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya propesional dengan
III- 124
bentuk kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi
ke arah darat. Sedangkan menurut pasal 16, kriteria sempadan sungai
adalah sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan
50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.
Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 15 meter.
Pada wilayah pesisir Kalimantan Barat, sebagian besar pemukiman
nelayan berada pada sempadan pantai dan sungai serta langsung
menempel pada bibir sungai/pantai
e.
sampah
yang
banyak
terdapat
di
dekat
permukiman
f.
III- 125
tekanan
temperature
udara
dan
secara
tekanan
spasial.
udara
Semakin
antar
tinggi
daerah,
perbedaan
maka
akan
g.
Overfishing.
Kondisi terjadi dimana tingginya penangkapan sumberdaya perikanan
yang tidak didukung dengan laju pertumbuhan sumberdaya perikanan.
Overfishing terjadi karena kurangnya pengawasan dan penindakan
terhadap
penangkapan
ikan
illegal,
serta
kurangnya
upaya
di
daerah
pemberdayaan
tertentu
ekonomi
tidak
masyarakat
ada
sama
pesisir
sekali.
banyak
Program
yang
tidak
III- 126
mengenai
sasaran
dan
masih
belum
mampu
mengangkat
wilayah
pesisir
kesadaran
masyarakat
untuk
meningkatkan
Tingkat
Pertama
(SLTP),
sehingga
sistem
pengelolaan
kualitas
SDM
tersebut
erat
hubungannya
dengan
III- 127
hasil
perikanan.
Aktivitas
nelayan
tangkap,
petani
kuantitas
penduduk
yang
seimbang
dan
merata
serta
kawasan
hutan
lindung
bakau
(berdasarkan
SK
Menhut
III- 128
tidak jarang juga terjadi konflik dalam pengelolaannya. Oleh karena itu
diperlukan suatu pengelolaan yang bersifat terpadu dari berbagai
instansi yang terkait, agar pengelolaan sumber daya wilayah pesisir
dapat dilakukan secara optimal dengan tetap mengutamakan aspek
kelestarian fungsi lingkungan di wilayah pesisir.
Dukungan peraturan di tingkat daerah terhadap pengelolaan sumber
daya di wilayah pesisir juga kurang, sehingga di tingkat implementasi
sering terjadi benturan kepentingan dan kewenangan, terutama
menyangkut kepentingan dan kewenangan antara Kabupaten/Kota
yang satu dengan yang lain, atau antara Kabupaten/Kota dengan
Provinsi.
e.
pembangunan
dengan
nelayan.
di
daerah
banyak
wilayah
lain
pesisir
jauh
tertinggal
(daratan)
terutama
pada
daerah-daerah
potensial
untuk
III- 129
Lamun,
Hutan
Mangrove,
Kawasan
Konservasi,
maupun
Rawan banjir
Beberapa wilayah pesisir di Provinsi Kalimantan Barat sangat rawan
terhadap bencana alam banjir. Banjir yang terjadi di pesisir Provinsi
Kalimantan Barat terdiri dari banjir rob (akibat pasang tinggi), banjir
akibat curah hujan yang tinggi dan gabungan antara keduanya.
Kawasan yang rawan mengalami banjir rob (banjir akibar pasang
laut) meliputi kawasan yang merupakan cekungan dan merupakan
dataran rendah. Musim penghujan dengan curah hujan diatas ratarata terjadi pada bulan November-Januari. Intensitas curah hujan
yang tinggi dapat mengakibatkan banjir disekitar muara-muara
sungai (daerah dataran rendah). Banjir akan semakin besar jika
diikuti oleh pasang laut yang meningkat.
Banjir juga sangat erat kaitannya dengan kerusakan bagian hulu
daerah aliran sungai (DAS), topografi lahan yang rendah, pasang air
III- 130
bencana
ini
dapat
dimitigasi
dengan
peningkatan
Rawan kekeringan
Musim kemarau dapat terjadi pada saat jumlah curah hujan di bawah
rata-rata dan umumnya terjadi pada bulan Juli-September. Pada
musim tersebut dapat mengakibatkan kurangnya persediaan air
(kekeringan) di daratan. Jika wilayah pesisir (daratan) mengalami
kekeringan yang cukup lama, maka sumber air tawar didalam tanah
menjadi kering dan kosong. Bila terjadi kekosongan air tawar dalam
tanah, maka dapat menyebabkan masuknya air laut kedalam tanah
(daratan). Hal ini dikenal dengan instrusi air laut.
Pada musim kemarau/kering juga sering terjadi kebakaran lahan baik
lahan
gambut
maupun
kawasan
hutan.
Kebakaran
lahan
dan
juga
mengganggu
navigasi
pelayaran
karena
III- 131
kuatnya arus dan gelombang laut yang datang dari arah Laut Cina
Selatan (arus barat) pada bulan ke 8 (Agustus) sampai ke 12
(Desember). Selain itu kondisi pantai yang kurang stabil (bersubstrat
lumpur dan tidak ada mangrove) juga menjadi salah satu penyebab
terjadinya abrasi.
Kebalikannya abrasi, akresi merupakan fenomena bertambahnya
daratan pantai akibat suplai sedimen/material yang terbawa oleh
arus laut dari daerah lain. Akresi bisanya terbentuk jika daerah lain
mengalami abrasi. Selain itu, vegetasi mangrove di pantai juga
memiliki
peran
yang
cukup
besar
dalam
akresi
terkait
gerak
deklinasi
matahari,
sehingga
memiliki
hujan
III- 132
Illegal fishing.
Angka kehilangan sumber daya ikan akibat kejadian illegal fishing ini
utamanya pencurian ikan baik oleh kapal ikan Indonesia maupun oleh
kapal
ikan
asing,
sungguh
sangat
besar
dan
hal
ini
dapat
disepakatinya
International
plan
of
action
on
illegal
perikanan
yang
tidak
teratur
sehingga
mengancam
Barat
harus
dapat
melakukan
penataan
terhadap
praktek
IUU
fishing,
maka
akan
mendapat
sanksi
perdagangan Internasional.
Dalam upaya penanganan illegal fishing yang telah merugikan daerah
dan negara yang sangat besar, maka perlu dilakukan penanganan
segera dan prioritas. Penanganan tersebut sulit dilakukan sendirisendiri khususnya Departemen atau Dinas Kelautan dan Perikanan,
akan tetapi harus dilakukan secara terpadu dan bersama dengan
berbagai unsur keamanan di laut, seperti TNI-AL, POLAIR, Bea Cukai
serta aparat penegak hukum seperti Kejaksaan dan kehakiman didalam
melakukan proses peradilan. Oleh karena itu peran instansi terkait
tersebut sangat diharapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
guna menunjang pengamanan, penertiban dan penegakan hukum
dalam bidang perikanan. Berkenaan dengan itu, maka dalam upaya
meningkatkan penegakan hukum secara tegas dan konsisten dilakukan
kerjasama operasi di lapangan dan proses peradilan terhadap para
pelaku tindak pidana perikanan.
III- 133
kapal
nelayan
asing
dikarenakan
wilayah
perairan
Selain
itu,
rendahnya
kemampuan
nelayan
kita
dalam
yang
menangkap
ikan
di
perairan
pantai
karena
c.
diselesaikan.
Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan tingkat kesadaran hukum
masyarakat.
III- 134
d.
e.
perbatasan
dengan
wilayah
pusat
g.
menyebabkan
terbatasnya
kegiatan
pemantauan
dan
penjagaan perbatasan.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
pertahanan dan keamanan, walaupun pada satu sisi pemahaman akan
hukum meningkat.
maupun
regional
yang
berdampak
pada
terbatasnya
mobolitas manusia dan sumber daya alam baik masuk maupun keluar
dari Kalimantan Barat.
c. Meningkatkan keandalan pasokan pembangkit tenaga listrik, tidak
ekonomisnya
ketenagalistrikan
penggunaan
yang
kurang
PLTD,
efektif
sarana
serta
dan
prasarana
kurang
efisiennya
pembangkit, transmisi dan distribusi mulai dari hulu sampai hilir, serta
proses dan penyalurannya.
d. Belum tereksplorasinya sumber-sumber energi baru yang tersedia di
daerah seperti halnya tenaga air, angin dan matahari maupun tenaga
uap.
e. Pemenuhan kebutuhan perumahan/ permukiman terkendala belum
adanya perencanaan yang terpadu dan harmonis dengan tata ruang
daerah dalam menempatkan daerah permukiman yang baru dan masih
kurangnya ketersediaan lahan bagi permukiman.
III- 135
III- 136