Bab 3

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 136

Bab 3.

Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Bab

PROFIL WP3K PROVINSI KALIMANTAN


BARAT
3.1.

GAMBARAN UMUM WP3K


2.2.

Kondisi Geografis dan Administratif

Propinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di


antara garis 208 LU serta 302 LS serta diantara 10830 BT dan 11410
BT. Berdasarkan letak geografis yang spesifik ini maka, daerah Kalimantan
Barat tepat dilalui oleh garis Khatulistiwa. Batas-batas geografis wilayah
Propinsi Kalimantan Barat antara lain:
- Utara

Sarawak (Malaysia)

- Timur :

Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah

- Selatan

- Barat

Laut Jawa dan Kalimantan Tengah

Laut Natuna dan Selat Karimata

Kalimantan Barat memiliki 14 Kabupaten/ Kota, 7 (tujuh) diantaranya


merupakan

Wilayah

Pesisir

dan

Pulau-pulau

Kecil

(WP-3-K).

Ke-7

Kabupaten/ Kota tersebut antara lain Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab.
Bengkayang, Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab.
Ketapang. Adapun untuk lebih jelasnya, administrasi wilayah pesisir per
Kecamatan di Propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Administrasi Wilayah Pesisir per Kecamatan
Propinsi Kalimantan Barat
No
A

1
2
3
4
5
6
7

No
D

Kab/Kota dan Kecamatan


Pesisir
Kab. Sambas
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Selakau
Kec. Salatiga

No
B
1
2
3
4
C
1
2

Kota Singkawang
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang Selatan
Kab. Bengkayang
Kec. Sungai Raya
Kec. Sungai Raya Kepulauan

Kecamatan Pesisir
Kab. Pontianak

No
F

Kecamatan Pesisir
Kab. Kayong Utara

Kecamatan Pesisir

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-1

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


1
2
3
4
5
6
E

1
2
3
4

Kec.
Kec.
Kec.
Kec.

Sungai Kunyit
Mempawah Hilir
Sungai Pinyuh
Segedong

1
2
3
4
5
G
1
2
3
4
5
6

Kec. Siantan
Kec. Mempawah Timur
Kab. Kubu Raya
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar

Kec. P. Maya
Kec. Tel. Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
Kec. Kep. Karimata
Kab. Ketapang
Kec. Matan Hilir Utara
Kec Muara Pawan
Kec. Delta Pawan
Kec. Benua Kayong
Kec. Matan Hilir Selatan
Kec. Kendawangan

Sumber :Kab/Kota di Kalimantan Barat Dalam Angka 2012

Pada awal mulanya, 7 (tujuh) Kabupaten Kota tersebut tergabung ke dalam


3 (tiga) Kabupaten. Namun, seiring dengan perubahan kebijakan di tingkat
Pemerintah

Pusat

seiring

dengan

dikeluarkannya

Kebijakan

tentang

Otonomi Daerah serta inisiasi daerah, maka ke-3 Kabupaten tersebut


memekarkan diri menjadi 7 Kabupaten/ Kota. Kondisi Kabupaten/Kota
Pesisir pra pasca UU No 32 tahun 2004 dan UU No 22 tahun 2009 dapat
dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kondisi Kabupaten/Kota Pesisir di Kalimantan Barat pra pasca UU
No 32 tahun 2004 dan UU No 22 tahun 2009
Kondisi Pra-UU 22/2009 dan
Pra-UU 32/2004
Kabupeten Sambas
Kabupaten Pontianak
Kabupaten Ketapang

Kondisi Pasca UU 22/2009 dan


Pasca UU 32/2004
Kabupaten Sambas
Kabupaten Bengkayang
Kota Singkawang
Kabupaten Pontianak
Kabupaten Kubu Raya
Kabupaten Ketapang
Kabupaten Kayong Utara

Hingga akhir tahun 2010, dampak dari pemekaran wilayah yang timbul di
Kalimantan Barat adalah munculnya konflik tata batas antar Kabupaten/
Kota. Hal ini terjadi karena sebelum pemekaran terjadi batas antar
kecamatan belum selesai ditetapkan sehingga berdampak luas setelah
pemekaran.
2.3.

Tata Batas Wilayah Pesisir

Dalam menentukan batas wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Barat, maka


pendekatan yang digunakan untuk penentuan wilayah daratan adalah
dengan pendekatan administrasi Kecamatan, yaitu Kecamatan yang
berhubungan

langsung

dengan

laut

atau

memiliki

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

pantai

adalah

III-2

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Kecamatan

pesisir.

Sedangkan

untuk

penentuan

wilayah

lautan,

pendekatan yang digunakan adalah batas yuridiksi laut Propinsiyaitu


sejauh 12 (duabelas) mil laut (1 mil laut = 1.825 m) ke arah laut dari garis
pantai.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Pesisir Provinsi Kalimantan Barat

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-3

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Barat terdiri dari 34 (tiga puluh empat)
kecamatan pesisir yang tersebar pada 7 (tujuh) Kabupaten/Kota di
Kalimantan Barat yaitu Kab. Sambas, Kota Singkawang, Kab. Bengkayang,
Kab. Pontianak, Kab. Kubu Raya, Kab. Kayong Utara, dan Kab. Ketapang
(lihat Tabel 3.1.). Sedangkan peta wilayah pesisir Propinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Berdasarkan UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penetapan
batas Propinsimerupakan kewenangan Pemerintah Pusat (Kementerian
Dalam Negeri). Secara umum, Pesisir dan Laut Propinsi Kalimantan Barat
berbatasan dengan Prov. Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah,
Kepulauan Riau, Jambi, dan Bangka Belitung. Sayangnya, hingga akhir
tahun 2010 batas PROPINSIpada wilayah Pesisir dan Laut ini belum
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Kondisi ini menimbulkan potensi konflik
horizontal antar masyarakat yang bermukim pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Untuk itu maka sudah selayaknya batas wilayah ini harus
secepatnya diselesaikan oleh Pemerintah Pusat.
2.4.

Panjang Garis Pantai, Luas Daratan, dan Perairan Laut

Berdasarkan analisis Citra Landsat Tahun 2009, panjang garis pantai


Kalimantan Barat diperkirakan sebesar 1.398 km yang membentang dari
sambas (utara) sampai Ketapang (selatan) dengan luas daratan WP-3-K
sebesar 2,06 Juta Ha. Adapun, luas wilayah laut Propinsi Kalimantan Barat
sejauh 12 mil laut dari pantai sebesar 3,2 Juta Ha. Untuk lebih jelasnya,
luas wilayah pesisir daratan di Propinsi Kalimantan Barat per Kab/Kota dan
Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Kabupaten

Ketapang

memiliki

luas

daratan

terbesar.

Wilayah

ini

menghadap Laut Jawa dan Selat Karimata. Potensi daratan yang cukup
besar

ini

merupakan

potensi

yang

dapat

dimanfaatkan

dalam

pengembangan sektor perikanan dan kelautan.


Tabel 3.3. Luas wilayah pesisir daratan di Propinsi Kalimantan Barat per
Kab/Kota dan Kecamatan
No
A.
1

Kabupaten/Kotadan
Kecamatan Pesisir
Kab. Sambas**
Kec. Paloh

Luas
(Ha)
1148,84

No
E
1

Kabupaten/Kotadan
Kecamatan Pesisir
Kab. Kubu Raya**
Kec. Sungai Kakap

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Luas (Ha)
453,17

III-4

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


2
3
4
5
6

Kec.
Kec.
Kec.
Kec.
Kec.

2
Kec. Selakau
129,51
Kota Singkawang**
3
Kec. Singkawang Utara
66,65
4
Kec. Singkawang Tengah
31,57
5
Kec. Singkawang Barat
15,04
G
Kec. Singkawang
1
Selatan
224,48
Kec. Matan Hilir Utara
Kab. Bengkayang
2
Kec. Muara Pawan
Kec.Sungai Raya
3
Kepulauan
394,00
Kec. Delta Pawan
Kec. Sungai Raya
75,85
4
Kec. Benua Kayong
Kab. Pontianak*
5
Kec. Matan Hilir Selatan
Kec. Sungai Kunyit
156,00
6
Kec. Kendawangan
Total
Kec. Mempawah Hilir
133,48
Kec. Mempawah Timur
120,92
Kec. Sungai Pinyuh
121,12
Kec. Segedong
164,00
Kec. Siantan
160,30
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

B
1
2
3
4
C
1
2
D
1
2
3
4
5
6

2.5.

Tangaran
Jawai
Jawai Selatan
Pemangkat
Salatiga

186,67
193,99
93,51
111
82,75

2
3
4
F
1

Kec. Teluk Pakedai


Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
Kab. Kayong Utara**
Kec. Kep. Karimata
Kec. Pulau Maya
Karimata
Kec. Teluk Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
Kab. Ketapang*

291,9
1211,6
2002,70
424,82
764,60
654,77
1.538,99
1.027,07
720,00
611,00
74,00
349,00
1.813,00
5.859,00
21.405,30

Tipologi Pantai

Sebagian besar pantai di pesisir Kalimantan Barat adalah bertipe lumpur dan
lumpur berpasir. Adapun tipe pantai berpasir dan berbatu dapat ditemui
pada beberapa tempat dengan luasan yang relative lebih kecil. Kondisi
pantai ini sangat di pengaruhi oleh kondisi geomorfogi daratan maupun
kondisi hidrooceanografi seperti pola arus dan gelombang.
Perairan laut di Kalimantan Barat pada umumnya landai dan dangkal
menyebabkan energi arus dan gelombang yang menuju ke daerah pantai
tertransformasi dan berkurang sehingga mengakibatkan sebagian besar
tipe pantainya berlumpur. Tipe pantai yang terbentuk di wilayah pesisir
sebagian besar dipengaruhi oleh besar kecilnya energi arus dan gelombang
yang menghantam daerah pantai. Pada tipe pantai berbatu, umumnya
energi arus dan gelombang yang menuju pantai sangat kuat. Pantai yang
memiliki energi arus dan gelombang sedang, biasanya tipe pantai yang
terbentuk berupa pasir. Sedangkan pada pantai berlumpur, umumnya
memiliki energi arus dan gelombang yang lemah.
Dengan dominasi pantai berlumpur, maka ekosistem mangrove tumbuh
dengan subur di wilayah pantai tersebut.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Ekosistem mangrove di

III-5

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Kalimantan Barat tersebar merata di pantai Kabupaten Sambas, kota


Singkawang,

Bengkayang,

Pontianak,

Kuburaya,

Kayong

Utara

dan

Ketapang. Sekurangnya di Kalimantan barat ditemukan sebanyak 19 jenis


vegetasi mangrove yang terdiri dari 15 jenis pohon khas mangrove dan 4
jenis tumbuhan bawah. Di pesisir terbuka yang terlindung seperti di sekitar
pantai S. Raya, komunitas perintis umumnya didominasi oleh api-api
(Avicenia mariana), bogen (Avicenia alba) atau perepat (Sonneratia alba).
Di belakang dua asosiasi tersebut dan ke arah sungai-sungai, komunitas
tumbuhan didominasi oleh pohon bakau (Rhizopora), Rhizopora mucronata
membuka jalan bagi R. apiculata yang tumbuh lebih jauh ke arah daratan.
Berus (Bruguiera gymnorhiza) dan nyirih (Xylocarpus granatum) biasanya
berasosiasi dengan Rhizopora.
Pantai

berlumpur

teridentifikasi

dengan

adanya

kenampakan

hutan

mangrove. Tipe Pantai Berpasir dapat diinterpretasi dengan mudah melalui


citra satelit melalui pendekatan Warna dan Pola. Adapun, kenampakan
khas dari tipe pantai ini adalah adanya kerapatan vegetasi yang kurang
rapat. Berbeda dengan Tipe Pantai Berpasir, Tipe Pantai Berbatu dapat
diinterpretasi melalui pendekatan Bentuk dan Bayangan, serta kondisi
vegetasi yang jarang bahkan tanpa adanya vegetasi.
Tipe Pantai Berlumpur umumnya potensial untuk dimanfaatkan sebagai
kawasan

pemukiman,

tambak,

pertanian,

perkebunan

maupun

konservasi/lindung. Sedangkan Tipe Pantai Berpasir dan Berbatu cenderung


potensial dimanfaatkan untuk jasa, khususnya pariwisata. Beberapa objek
wisata yang terkenal pada WP3K Kalimantan Barat antara lain Pantai Pasir
Panjang, Sinka Island, Pantai Kijing, dan Pantai Tanjong Dato.
2.6.

Aksesibilitas Kawasan

Kawasan pesisir Kalimantan Barat memiliki aksesibilitas yang baik untuk


wilayah utara Equator dan terbatas (sulit) untuk wilayah selatannya. Untuk
mencapai kawasan pesisir utara dapat dilakukan perjalanan darat melalui
Pusat Kegiatan Nasional (Kota Pontianak) menuju Kabupaten Pontianak,
Bengkayang,

Kota

Singkawang,

dan

Sambas.

Kondisi

infrastruktur

transportasi darat (jalan) menuju wilayah ini relatif baik dan lancar.
Sedangkan untuk mencapai wilayah pesisir bagian selatan (kabupaten
Kubu Raya, Kayong Utara, dan Ketapang) relatif sulit ditempuh dengan jalur
darat. Alternatif yang dapat ditempuh untuk mengakses wilayah ini adalah

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-6

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

dengan menggunakan transportasi air baik melawati alur sungai maupun


laut melalui pelabuhan Senghi (pontianak) ataupun melalui Dermaga Ferry
Rasau Jaya (Kab. Kubu Raya) (lihat Tabel 3.4.). Selain itu untuk menuju
wilayah Ketapang, juga tersedia jadwal penerbangan pesawat perintis
(Pontianak-Ketapang PP) yang hanya 2 kali dalam seminggu. Kondisi
infrastruktur dasar transportasi darat untuk wilayah selatan ini tergolong
masih sangat buruk baik untuk jumlah maupun kualitasnya. Sebagian
besar masih berupa jalan kampung yang masih belum dikeraskan (diaspal).
Salah satu faktor penghambat adalah kondisi lahan yang masih berupa
rawa-rawa dan banyak dipisahkan oleh sungai-sungai besar maupun kecil.
Kondisi ini yang menyebabkan wilayah selatan relatif kurang maju
dibandingkan wilayah utara.
Tabel 3.4. Route trayek transportasi air di Wilayah Pesisir bagian Selatan.
No

Route Trayek

Kapal Motor Air


1.
Rasau Jaya-Batu Ampar
2.
Rasau Jaya-Paket
3.
Rasau Jaya-Padang Tikar*
4.
Rasau Jaya-Teluk Melano
5.
Rasau Jaya-Teluk Batang
6.
Rasau
Jaya-Sei
Nibung
(Sepuk)*
7.
Pontianak-Dusun (P.Maya)
8.
Pontianak-Ketapang
9.
Batu Ampar-Padang Tikar
Kapal Penyebrangan (Ferry-ASDP)
1.
Rasau Jaya-Teluk Batang
Speed Boat
1.
Rasau Jaya-Batu Ampar*
2.
Rasau Jaya-Teluk Batang
3.
Rasau Jaya-Teluk Melano
Sumber : NugrohoT.S., 2009

Kapasitas
(GT)

Trip
Operasional

15
20
20
20
10
10

1
1
1
1
1

20
40
10

1 kali/hari
1 kali/hari
PP

200-125

1 kali/hari

0.8-2
2
2

PP
kali/hari
kali/hari
kali/hari
kali/hari
kali/hari

PP
1 kali/hari
1 kali/hari

Tabel 3.5.Rute Perhubungan Laut Maupun Perhubungan Udara Menuju


WP-3K Kalimantan Barat dari luar Kalimantan Barat
Rute Perhubungan Laut
Jakarta Pontianak
Semarang Pontianak
Surabaya Pontianak
Babel Ketapang
Natuna Pemangkat
Medan Pontianak

Rute Perhubungan Udara


Jakarta Pontianak
Jakarta Ketapang
Surabaya Pontianak
Yogyakarta Pontianak
Semarang Ketapang
Pangkalanbun Ketapang

Adapun akses menuju WP-3-K Kalimantan Barat dari luar Kalimantan Barat
dapat melalui beberapa rute perhubungan laut maupun perhubungan
udara (lihat Tabel 3.5.).

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-7

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

2.7.

Sumberdaya Perairan Umum

Kalimantan Barat memiliki beberapa sungai besar dengan rata-rata lebar


>300 meter seperti Sungai Kapuas, Sungai Landak, Sungai Mempawah,
dan Sungai Sambas. Kondisi ini disebabkan tingginya curah hujan pada
wilayah Kalimantan Barat sehingga run-off yang ada cenderung tinggi
sehingga proses Fluvial berlangsung intensif. Proses tersebut didukung
dengan kondisi geologi Kalimantan Barat yang merupakan batuan genesis.
Berbagai sungai besar yang ada di Kalimantan Barat dapat dilihat pada
Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Sungai-Sungai Besar yang Terdapat di Propinsi Kalimantan Barat
Nama
Sungai
Kapuas

Panjang
(km)
1086

Melawi
Sambas
Sekayam
Pawan
Ketungau
Landak
Jelai
Kendawanga
n
Sumber: Kalimantan

471
233
221
197
186
178
135
128

Kabupaten/ Kota yang dilalui


Kapuas Hulu, Sintang, Sekadau,
Sanggau,
Kubu
Raya,
Kota
Pontianak
Melawi, Sintang
Sambas
Sanggau
Ketapang
Sintang
Landak, Kubu Raya
Ketapang
Ketapang

Barat Dalam Angka 2012

Danau terbesar yang terdapat di Kalimantan Barat adalah Danau Sentarum


dengan luas sekitar 117.500 Ha. Danau ini merupakan menara air bagi
Sungai

Kapuas,

sehingga

keberlangsungannya

terus

dijaga

oleh

stakeholder terkait dan masyarakat. Danau yang terdapat di Kabupaten/


Kota Persisir hanya Danau Sarantangan yang berlokasi di Kecamatan
Singkawang Selatan.
Tidak ditemukan adanya kenampakan bentuk lahan Solusional, Volkanik,
dan Denudasional pada wilayah Kalimantan Barat, sehingga kemungkinan
untuk ditemukannya mata air besar sangatlah kecil. Adapun, pada
bentuklahan

Solusional

yang

terdapat

di

Kabupaten

Kapuas

Hulu

diperkirakan terdapat mata air, namun potensinya kecil.


2.8.

Sumberdaya Pulau-Pulau Kecil

Pulau kecil merupakan pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan
2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-8

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Suatu daratan dapat dikatakan sebagai pulau jika pada waktu pasang
tertinggi daratan tersebut masih muncul atau tidak terendam air laut.
Di wilayah Propinsi Kalimantan Barat, terdapat 212 pulau-pulau kecil yang
tersebar di 7 Kabupaten/ Kota pesisir dan 8 pulau bermasalah (nasional 3
pulau (Nibung Besar, Nibung Kecil dan Burung) dan Propinsi5 pulau
(Meresak, Dua Barat, Dua Timur, Mastiga Darat dan Mastiga Laut)). Pulaupulau kecil ini tentunya memiliki berbagai potensi sumberdaya alam yang
potensial untuk berbagai pengembangan sekaligus rawan terhadap
kerusakan.
Berbagai potensi sumberdaya alam yang ada di pulau-pulau kecil ini
antara lain sumberdaya perikanan yang melimpah, ekosistem perairan
(terumbu karang, lamun dan mangrove), pantai yang indah, perairan
yang jernih, bahan tambang, dll. Dengan berbagai potensi tersebut, maka
pulau-pulau

kecil

sangat

potensial

untuk

berbagai

pengembangan

seperti ; pariwisata, budidaya pantai dan laut, penangkapan ikan,


pemukiman, konservasi, dll.
Berikut ini akan dipaparkan secara sepintas profil beberapa pulau-pulau
kecil di Kalimantan Barat yang memiliki potensi untuk pengembangan
ekonomi dan atau konservasi.
P.

Lemukutan

merupakan pulau yang terbesar di Kabupaten

Bengkayang diantara kelompoknya. Di pulau ini terdapat ibukota Desa


Lemukutan salah satu desa di Kec. Sungai Raya. Keadaan infrastruktur
(listrik PLN, air bersih, jalan desa, sarana pendidikan dan peribadatan)
sudah ada. Jarak ke daratan (Teluk Suak Desa Karimunting) 38 Km,
dapat ditempuh 3 jam perjalanan menggunakan kapal nelayan (5 GT).
Keadaan tanahnya subur dan
kelapa, cengkeh dan

potensi pertanian yang ada adalah

lada. Dasar perairan pulau ini ditumbuhi oleh

terumbu karang yang indah sehingga sering dijadikan sebagai


pointdive untuk para penyelam scuba dari Kalimantan Barat dan
daerah lainnya.
P. Kabung merupakan pulau berpenghuni terbanyak kedua di
Kabupaten Bengkayang. Tanahnya subur, kelas lerengnya berbukit,
komoditas pertanian yang potensial adalah cengkeh dan lada. Jarak ke
daratan (Teluk Suak Ds. Karimunting) 20 Km dan dapat ditempuh
selama 1-1,5 jam dengan menggunakan kapal berukuran 5 GT. Air
tawar cukup tersedia, listrik dengan menggunakan Solar Sel.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-9

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

P. Panatah Besar dan P. Penatah Kecil adalah dua pulau kecil


lainnya di Kabupaten Bengkayang. Letak keduanya berlapis dan
berseberangan dengan P. Lemukutan. Di kedua pulu ini tersedia air
tawar

dan keadaan tanahnya juga cukup subur. Masyarakat di P.

Penata Kecil juga banyak yang menanam pohon cengkeh meskipun


tidak sebanyak di P. Lemukutan dan P. Kabung.
P.

Temajo

(Kabupaten

Pontianak)

merupakan

pulau

yang

berpenghuni dan memiliki sumber air tawar, pantai berpasir dan


berkarang serta perairannya bagian barat jernih dan pada bagian
utara, barat dan selatan mempunyai gugs coral yang relative masih
baik.

Saat ini Pulau Temajo sedang dilakukan pengkajian untuk

dijadikan salah satu alternative dibangunnya pelabuhan samudra di


Kalimantan Barat. Kondisi Perairan sekitar pulau sebelah barat dan
utara masih dapat dikatakan baik dan diwilayah ini banyak terdapat
gugus karang. Pada hari-hari libur banyak wisatawan domestik yang
berkunjung ke pulau ini. Berdasarkan asal usul pembentukaknnya P.
Temajo terdiri dari jenis batuan Granodiorit Mensibau (Klm) di bagaian
barat-selatan, dan Endapan Aluvium Tertoreh (Qat) dan Endapan
Litoral (Qc) pada sisi baratnya.
P. Sentijan (Kabupaten Pontianak) mengandung jenis batuan Gabro
Sentijan yaitu suatu batuan yang terbentuk dari gabro hornblendepiroksen, setempat dengan biotit dan olivine. Di pulau ini terdapat
sumber mata air tawar dan dihuni oleh 4 kepala keluarga, dan
digunakan untuk beternak kambing yang dipelihara oleh penduduk
setempat. Perairan di sekitar pulau ini cukup jernih hingga agak keruh
terutama saat musim barat. Sekeliling pulau terdapat karang yang
relative masih cukup baik. Jarak ke daratan 18,5 Km tegak lurus
pulau Kalimantan.
P. Maya (Kabupaten Kayong Utara) merupakan pulau berpenghuni
dan terbesar di Kabupaten Ketapang. Pulau berpenghuni lainnya
adalah P. Masatiga dan Meresak. Jarak P. Maya dengan daratan (Pulau
Utama) paling dekat diantara pulau-pulau lainnya. Di Pulau terbesar
ini terdapat 4 desa yaitu Desa Dusun Besar, Tanjung Satai (merupakan
ibukota Kecamatan P. Maya Karimata), Desa Dusun Kecil dan Kemboja.
Infrasutruktur yang ada antara lain sarana pendidikan (hingga SMA),
kesehatan (Puskesmas), Listrik (PLN), jalan desa (beraspal di Tanjung

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-10

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Satai). Sarana transportasi umum sudah ada yaitu motor air jurusan
Dusun Besar Batu Ampar Rasau Jaya (Pontianak) seminggu 3 kali.
Desa Tanjung Satai merupakan arel transit nelayan-nelayan yang akan
beroperasi di kepulauan Karimata. Di desa ini terdapat sarana
pendukung berupa Pabrik Es yang menyediakan es-es balok untuk
keperluan operasional nelayan tangkap.
Pulau Bawal merupakan pulau yang paling besar diantara pulaupulau

yang

ada

di

selatan

Kabupaten

Ketapang.

Pulau

ini

berpenghuni dan letak pulau ini di selatan P. Cempedak. Ekosistem


pesisir di pulau ini sangat beragam mulai pantai berpasir, mangrove,
dan karang. Pada sisi timur pantai berpasir dan mempunyai perairan
yang tenang dan dihuni oleh penduduk setempat.

Di pulau ini

terdapat mercusuar dan padang rumput yang sangat luas di sisi


selatan dan wilayah barat daya pulau. Di bagian ini arah laut terdapat
gosong dan hamparan karang yang cukup luas. Pada sisi utara dan
hingga ke timur laut pulau terdapat hamparan mangrove yang
didominasi oleh jenis Rhizophora dan Avicennia. Pulau ini mempunyai
pantai berpasir yang cukup luas di bagian barat dan mempunyai jenis
karang dan ikan karang yang cukup indah. Pada

sore hari dari sisi

barat dapat melihat panorama yang sangat indah yaitu terbenamnya


matahari
3.2.

KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT

3.2.1.Demografi/ Kependudukan
Berdasarkan data BPS tahun 2010 maka didapatkan luas wilayah pesisir
Kalimantan Barat yang tercakup dalam 7 Kabupaten yang terbagi atas 30
Kecamatan

pesisir

adalah

seluas

21.408,87

Km 2.

Adapun

jumlah

penduduknya sebanyak 1.052.081 jiwa yang terbagi atas laki-laki sebanyak


505.841 jiwa dan perempuan sebanyak 546.240 jiwa, dengan rata-rata
kepadatan penduduknya sebesar 49,14 jiwa/Km 2. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7.
Jumlah Penduduk Pesisir Kalimantan Barat
Kabupaten Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran

Luas
wilayah
1148,84
186,67

Jumlah
Penduduk
24.136
22.000

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Kepadat
an
21
118

III-11

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau
Jumlah
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang
Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang
Selatan
Jumlah
Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
Jumlah
Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
Kec. Mempawah Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
Jumlah
Kabupaten Kubu
Raya**
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
Jumlah
Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
Kec. Pulau Maya
Karimata
Kec. Teluk Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
Jumlah
Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan

193,99
93,51
111
82,75
129,51
1.946,27
Luas
wilayah
66,65

34.777
17.407
44.579
14.704
30.447
188.050
Jumlah
Penduduk
22.971

Kepadat
an
345

31,57
15,04

59.475
49.012

1.884
3.259

224,48
337,74
Luas
wilayah

43.308
174.766
Jumlah
Penduduk

193

394,00
75,85
469,85
Luas
wilayah
156,00
133,48
120,92
121,12
164,00
160,30
855,82
Luas
wilayah
453,17
291,9
1211,6
2002,70
3.959,37
Luas
wilayah
424,82

21.425
18.557
39.982
Jumlah
Penduduk
22.305
34.845
25.487
48.048
20.410
41.301
192.396
Jumlah
Penduduk
106.846
19.404
37.252
34.252
197.754
Jumlah
Penduduk
3.103

764,60
654,77
1.538,99
1.027,07
4.410,25
Luas
wilayah
720,00
611,00

13.803
19.748
29.893
22.458
89.005
Jumlah
Penduduk
14.943
13.347

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

179
186
402
178
235

Kepadat
an
54
245
Kepadat
an
143
261
211
397
124
258
Kepadat
an
236
66
31
17
Kepadat
an
7
18
30
19
22
Kepadat
an
21
22

III-12

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


Kec. Delta Pawan
74,00
Kec. Benua Kayong
349,00
Kec. Matan Hilir Selatan
1.813,00
Kec. Kendawangan
5.859,00
Jumlah
9.426,00
Pesisir Kalimantan
Barat
21.405,30
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

73.938
36.098
31.046
33.111
202.483

999
103
17
6

1.084.436

Berdasarkan Tabel 2.7. diketahui jumlah penduduk tertinggi dan terendah


untuk tiap-tiap Kabupaten pesisir masing-masing adalah Kabupaten
Sambas (Kecamatan Pemangkat 44.579 jiwa dan Kecamatan Salatiga
14.704 jiwa), Kota Singkawang (Kecamatan Singkawang Tengah
jiwa

dan

Kecamatan

Bengkayang

Singkawang

(Kecamatan

Sungai

Utara
Raya

Kecamatan Sungai Raya 18.557 jiwa),

22.971

Kepulauan

jiwa),
21.425

59.475

Kabupaten
jiwa

dan

Kabupaten Pontianak (Kecamatan

Sungai Pinyuh 48.048 jiwa dan Kecamatan Segedong 20.410 jiwa),


Kabupaten Kubu Raya (Kecamatan Sungai Kakap 106.846 jiwa dan
Kecamatan

Teluk

Pakedai

19.404

jiwa),

Kabupaten

Kayong

Utara

(Kecamatan Simpang Hilir 29.893 jiwa dan Kecamatan Kep. Karimata 3.103
jiwa), dan yang terakhir Kabupaten ketapang (Kecamatan Delta Pawan
73.938 jiwa dan Kecamatan Muara Pawan 13.347 jiwa).
Persebaran

penduduk

yang

tidak

merata

menyebabkan

kepadatan

penduduk berbeda tiap wilayah kecamatan pesisir di tiap-tiap Kabupaten.


Kepadatan tertinggi dan terendah pada tiap Kabupaten masing-masing
adalah Kabupaten Sambas (Kecamatan Pemangkat 402 jiwa/Km2 dan
Kecamatan Paloh 21 jiwa/Km2), Kota Singkawang (Kecamatan Singkawang
Barat 3.259 jiwa/Km2 dan Kecamatan Singkawang Selatan 193 jiwa/Km2),
Kabupaten Bengkayang (Kecamatan Sungai Raya 245 jiwa/Km2 dan
Kecamatan Sungai Raya Kepulauan 54 jiwa/Km2), Kabupaten Pontianak
(Kecamataan Sungai Pinyuh 397 jiwa/Km2 dan Kecamatan Segedong 124
jiwa/Km2), Kabupaten Kubu Raya (Kecamatan Sungai Kakap 236 jiwa/Km2
dan Kecamatan Batu Ampar 17 jiwa/Km2), Kabupaten Kayong Utara
(Kecamatan Teluk Batang 30 jiwa/Km 2 dan Kecamatan Kep. Karimata 7
jiwa/Km2), dan terakhir Kabupaten Ketapang (Kecamatan Delta Pawan 999
jiwa/Km2 dan Kecamatan Kendawangan 6 jiwa/Km2).

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-13

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

3.2.2.Mata Pencaharian dan Pendapatan


Mata pencaharian penduduk Kalimantan Barat yang didasarkan atas
lapangan usaha utama dibagi menjadi 9 jenis pekerjaan yakni, pertanian,
pertambangan, industri, listrik, gas dan air, kontruksi, perdagangan,
angkutan dan komunikasi, keuangan, dan jasa. Dari ke sembilan jenis
pekerjaan terseebut pertanian menjadi mata pencaharian utama karena
jumlah penduduk yang bekerja pada sektor tersebut paling besar yakni
sebesar 25.617orang, yang dilanjutkan industri sebanyak 13.384 orang,
perdagangan dengan 1.854 orang, sektor jasa sebanyak 1.740 orang,
pertambangan sebanyak 1.281 orang, kontruksi sebanyak 685 orang,
listrik, gas dan air sebanyak 579 orang, angkutan dan komunikasi
sebanyak 552 orang, dan yang terakhir adalah keuangan sebanyak 483
orang. Untuk lebih jelasnya jumlah perusahaan dan pekerjaan menurut
lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Jumlah Perusahaan dan Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha
Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas di Kabupaten Pesisir
Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2009
Kabupaten/Kota
Sambas
Singkawang

A
2.871
-

Bengkayang
Pontianak
Kubu Raya

183
2.131

77
-

20.432

1.20
4
1.28
1

Kayong Utara
Ketapang
Jumlah

Kabupaten/Kota
H
I
Sambas
Singkawang
Bengkayang
Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang
Sumber : BPS, 2010.
Keterangan :
A : Pertanian
Angkutan
B : Pertambangan
Keuangan

B
-

25.617

A
14
6
19
28

Jenis lapangan Usaha


C
D
E
460
- 196
206
11
80
9
1.932
- 100
7.610
50 114
4
3.176
62
89
13.38
4

68
5

579

Jumlah Perusahaan
B
C
4
1

54
16
57
22
17

18
1
4
2
2

(orang)
F
G
224
21
355
-

234

I
76
-

375
606

376
54

96

401
1.008

294

101

153

255

1.85
4

552

483

1.74
0

D
15
1
2

E
43
34
30
15
43

F
3
5
2
3

G
14
33
11
4
8

14
7
28
16

D : Kontruksi

E : Listrik, air dan Gas

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-14

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


C : Industri
jasa

F : Perdagangan, Hotel dan restoran

: Jasa-

3.2.3.Pendidikan
Salah satu indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan sumber
daya manusia adalah melalui sektor pendidikan. Perkembangan dunia
pendidikan di Kalimantan Barat khususnya kabupaten pesisir tampaknya
mencukupi dalam hal penyediaan sarana pendidikan. Hal ini dapat dilihat
dari fasilitas gedung, jumlah murid dan jumlah guru yang mengajar.
Jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Banyaknya Sekolah, Murid Dan Guru Menurut Tingkat Pendidikan
Di Kabupaten/Kota Pesisir Propinsi Kalimantan Barat
No
A

Kab/Kota
Kecamatan Pesisir
Kabupaten Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang Selatan
Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
Kabupaten Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
Kec. Mempawah Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
Kabupaten Kubu Raya**
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
Kec. Pulau Maya Karimata
Kec. Teluk Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana

Jml Sekolah
SD/MI

SLTP/
MTS

SMU/
SMK/MA

24
18
28
20
34
17
22

7
5
7
3
9
3
6

3
1
4
2
6
1

14
21
25
24

3
13
12
8

2
10
11
5

17

20

22
27
19
29
17
22

5
4
3
7
4
5

3
6
2
3
1
1

50
27
44
30

22
9
13
6

10
4
3
2

5
11
20
37
22

4
6
6
11
7

2
3
4
3

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-15

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

No

Jml Sekolah

Kab/Kota
Kecamatan Pesisir

SLTP/
MTS

SD/MI

Kabupaten Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan
Kec. Delta Pawan
Kec. Benua Kayong
Kec. Matan Hilir Selatan
Kec. Kendawangan
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

17
13
32
24
27
42

SMU/
SMK/MA
4
4
11
8
10
7

1
1
13
6
3
4

3.2.4.Kesehatan
Salah satu kebijaksanaan pemerintah di bidang kesehatan adalah dengan
menyediakan

berbagai

infrastruktur

dan

pengadaan

tenaga-tenaga

kesehatan dalam usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan umum.


Usaha ini ditujukan untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat, sekaligus
dalam rangka usaha pembinaan dan peningkatan mutu fisikal sumber daya
manusia dan Indonesia Sehat 2010.
Rumah sakit merupakan salah satu prasarana kesehatan yang paling vital
di Kalimantan Barat. Sarana kesehatan lain yang tidak kalah pentingnya
adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Table 3.10. berikut
menunjukkan jumlah fasilitas kesehatan yang ada di kabupaten pesisir.
Tabel 3.10.Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Pesisir Propinsi
Kalimantan Barat
N0
A

Kab/ Kota
Kec. pesisir
Kabupaten
Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
Kec. Singkawang
Tengah
Kec. Singkawang Barat
Kec. Singkawang
Selatan
Kabupaten
Bengkayang**

Rum
ah
Saki
t

Pusk
esmas

Puskes
mas
Pemban
tu

Puske
smas
Kelilin
g

Balai
Pengob
atan

Polind
es

1
-

1
1
1
1
1
1
1

7
2
5
5
3
4
3

3
1
1
2
-

11
7
10
9
4
5
9

1
10

5
18

1
-

18

3
-

1
1

2
5

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-16

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

N0

Kab/ Kota
Kec. pesisir

Rum
ah
Saki
t
-

Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
D Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
1
Kec. Mempawah Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
E Kabupaten Kubu
Raya**
Kec. Sungai Kakap
Kec. Teluk Pakedai
Kec. Kubu
Kec. Batu Ampar
F Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
Kec. Pulau Maya
Karimata
Kec. Teluk Batang
Kec. Simpang Hilir
Kec. Sukadana
G Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan
Kec. Delta Pawan
2
Kec. Benua Kayong
Kec. Matan Hilir
Selatan
Kec. Kendawangan
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

Puskes
mas
Pemban
tu
3

Puske
smas
Kelilin
g
1

2
1
2
2
1
2

Pusk
esmas

Balai
Pengob
atan

Polind
es

2
3
5
3
1
3

2
1
2
3
2
1

11
-

8
8
8
6

3
1
1
3

8
7
12
4

14
12
16
14

1
1

3
3

18
22

1
1
2

2
10
3

20
1
27

1
2
3
1
2

3
5
3
4
5

1
2
3
1
2

12

Jumlah Tenaga kesehatan berperan penting dalam melayani masyarakat


untuk berobat. Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan mengindikasikan
pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat semakin baik karena
masyarakat yang berobat lebih cepat tertangani penyakitnya. Berikut Tabel
2.11 menunjukkan jumlah tenaga medis yang ada di Kabupaten Pesisir
tahun 2012.
Tabel 3.11. Banyaknya Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Pesisir Propinsi
Kalimantan Barat Tahun 2012
N
o

Kabupaten/Kota
Kecamataan peesisir

Tena
ga
medi
s

Peraw
at
&
bidan

Farm
asi

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

gi
zi

Tekni
si
medi
s

sanit
asi

Kesm
as

III-17

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


N
o
A

Kabupaten/Kota
Kecamataan peesisir

Tena
ga
medi
s

Kabupaten Sambas**
Kec. Paloh
3
Kec. Tangaran
7
Kec. Jawai
17
Kec. Jawai Selatan
2
Kec. Pemangkat
2
Kec. Salatiga
1
Kec. Selakau
1
B Kota Singkawang**
Kec. Singkawang Utara
7
Kec. Singkawang Tengah
33
Kec. Singkawang Barat
36
Kec. Singkawang
4
Selatan
C Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
4
D Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
15
Kec. Mempawah Timur
1
Kec. Sungai Pinyuh
8
Kec. Segedong
Kec. Siantan
1
E Kabupaten Kubu
Raya**
Kec. Sungai Kakap
4
Kec. Teluk Pakedai
3
Kec. Kubu
3
Kec. Batu Ampar
2
F Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
1
Kec. Pulau Maya
2
Karimata
Kec. Teluk Batang
1
Kec. Simpang Hilir
3
Kec. Sukadana
4
G Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
Kec. Muara Pawan
2
Kec. Delta Pawan
2
Kec. Benua Kayong
4
Kec. Matan Hilir Selatan
2
Kec. Kendawangan
2
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

Peraw
at
&
bidan

Farm
asi

gi
zi

Tekni
si
medi
s

sanit
asi

Kesm
as

11
7
11
23
19
13
22

46
323
478
44

21

18

15
29
10
21
11
5

39
31
31
34

8
23

28
28
52

24
46
80
40
51
40

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-18

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Berdasarkan Tabel 3.11 diatas, jumlah tenaga medis masih sangat sedikit
dan tidak merata.

Hampir semua kecamatan yang ada tidak memiliki

semua dari jenis tenaga medis yang dibutuhkan, hal ini tentu saja
mempengaruhi jasa medis yang bisa diterima masyarakat. Dengan
demikian masyarakat ditunutut mengeluarkan biaya lebih besar untuk
menjaga kesehatannya.
3.2.5.Agama
Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945,

Indonesia

menjamin

kehidupan

beragama

dan

senantiasa

mengembangkan kerukunan hidup antar pemeluk agama dan kepercayaan.


Kehidupan beragama diarahkan kepada peningkatan akhlak dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, membangun masyarakat yang religius dan
sekaligus

mengatasi

menghambat

berbagai

kemajuan

masalah

bangsa.

Untuk

sosial
itu,

budaya

yang

diperlukan

sarana

dapat
dan

prasarana yang memadai bagi semua umat serta peningkatan pelayanan


bagi kepentingan pelaksanaan ibadah keagamaan. Di bidang prasarana
sampai 2009 tampaknya semakin banyak berdiri prasarana beribadah.
Pada table 3.12 menunjukkan banyaknya tempat ibadah menurut jenisnya
di kabupaten/kota pesisir Propinsi Kalimantan Barat tahun 2009.
Jumlah masjid dan surau terbanyak berada di Kecamatan Kubu masingmasing berjumlah 77 dan 95 buah, Gereja dan Kapel Khatolik terbanyak
masing-masing di Kecamatan Singkawang Selatan sebanyak 14 buah dan
Kecamatan Sungai Kakap sebanyak 6 buah, Gereja Protestan terbanyak
pada 3 kecamatan yakni Kecamatan Kubu, Kecamatan Sukadana dan
Kecamatan Delta Pawan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.12.
Tabel 3.12. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya Di Kabupaten/Kota
Pesisir Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2009
No
A

Kabupaten/Kota
Kecamatan Pesisir
Kabupaten
Sambas**
Kec. Paloh
Kec. Tangaran
Kec. Jawai
Kec. Jawai Selatan
Kec. Pemangkat
Kec. Salatiga
Kec. Selakau

Isla
m
Mas
jid

Su
ra
u

Khat
olik
Gerej
a

Ka
pel

Protes
tan
Gereja

Hind
u
Pura

Bud
ha
Vih
ara

Kongh
ucu
Klenth
eng

26
28
45
21
30
30
41

25
22
33
9
24
8

1
1
1

3
1
2
3
2

5
8
2
7
6
3

7
2
12

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-19

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


Isla
m
Mas
jid

Su
ra
u

Khat
olik
Gerej
a

Ka
pel

Protes
tan
Gereja

Hind
u
Pura

Bud
ha
Vih
ara

Kongh
ucu
Klenth
eng

22

15

10

39

24

45

15

15

10

114

30

16

14

60

28

19

13

21

24

32

27
29
39

52
74
98

1
4
-

2
6
-

3
3
1

5
-

33

11
9
29
58

3
3

128
11
Kec. Sungai Kakap
7
Kec. Teluk Pakedai
47
23
Kec. Kubu
76
90
Kec. Batu Ampar
43
74
F Kabupaten Kayong
Utara**
Kec. Kep. Karimata
4
3
Kec. Pulau Maya
13
12
Karimata
Kec. Teluk Batang
12
30
Kec. Simpang Hilir
28
24
Kec. Sukadana
29
38
G Kabupaten
Ketapang*
Kec. Matan Hilir Utara
17
17
Kec. Muara Pawan
14
27
Kec. Delta Pawan
38
76
Kec. Benua Kayong
30
59
Kec. Matan Hilir
23
65
Selatan
Kec. Kendawangan
23
54
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

16

7
3

3
11
1

5
2

14
2

1
1

1
1
-

2
3
1

1
1
1

4
4
1

1
1
1

1
4
1

2
-

7
-

4
-

11

No
B

Kabupaten/Kota
Kecamatan Pesisir
Kota Singkawang**
Kec. Singkawang
Utara
Kec. Singkawang
Tengah
Kec. Singkawang
Barat
Kec. Singkawang
Selatan
Kabupaten
Bengkayang**
Kec.Sungai Raya
Kepulauan
Kec. Sungai Raya
Kabupaten
Pontianak*
Kec. Sungai Kunyit
Kec. Mempawah Hilir
Kec. Mempawah
Timur
Kec. Sungai Pinyuh
Kec. Segedong
Kec. Siantan
Kabupaten Kubu
Raya**

32
44

Dari Tabel 3.12., diketahui keanekaragaman rumah ibadah hampir dimiliki


tiap kecamatan pesisir. Hal ini tentunya menunjukkan kerukunan antar
Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-20

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

umat agama sangat dijunjung tinggi, sehingga terjadi interaksi yang


harmonis di masyarakat. Tentunya keadaan ini bisa menghindarkan konflik
sosial karena SARA (Suku, Agama, Ras dan Adat).
3.2.6.Budaya dan Kearifan Lokal
Kebudayaan

adalah

sesuatu

yang

akan

mempengaruhi

tingkat

pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan "Robo-robo" salah satu pagelaran budaya masyarakat pesisir
Kalimantan Barat pada setiap Rabu terakhir pada bulan Shafar. Tujuan
digelarnya kegiatan Robo-robo, salah satunya untuk melestarikan Budaya
Melayu yang ada di Landak agar tidak punah. Robo-robo juga bukan hanya
dirayakan bagi masyarakat Melayu di Landak, tetapi di daerah lain di
Kalbar juga digelar, dan dikemas sesuai daerah masing-masing.
Tradisi Robo-robo sebagaimana yang ditulis dalam situs resmi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kalbar, sebagai napak tilas kedatangan Opu
Daeng Manambon sebagai pendiri Kota Mempawah, Kabupaten Pontianak.
Robo-robo diyakini sarat dengan pesan persatuan dari semua etnis dan
agama yang ada di Kalbar. Pesan itu merupakan warisan yang ditinggalkan
Opu Daeng Manambon ketika mendirikan Kota Mempawah.
Warga di Mempawah, Kabupaten Pontianak, juga Ngabang (Kabupaten
Landak) dan Kabupaten Kubu Raya berkumpul pada hari Rabu terakhir
bulan Syafar guna memperingati pembangunan Kota Mempawah tersebut.
Bukti lain dari adanya keharmonisan

itu bisa dilihat di kompleks

pemakaman Opu Daeng Manambon. Di makam tersebut juga terdapat


makam Panglima Hitam orang Dayak, Patih Humantir dan Damarwulan
orang Jawa, Lo Tai Pak orang Tionghoa, dan beberapa makam etnis lainnya.
Pelaksanaan Robo-robo di Landak, selain digelar di Karangan, juga digelar
di Kota Ngabang dengan pembacaan doa tolak balak dan makan bersama
di teras-teras rumah dengan mengundang keluarga dan tetangga untuk

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-21

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

bersama-sama menikmati makanan yang sudah disediakan. Suguhan


makanan berbagai jenis, mulai dari nasi putih, lauk pauk, sayur, buahbuahan dan kue serta air putih. Selain itu, juga ada warga yang menggelar
acara makan-makan di atas jembatan. Khusus di Kecamatan Mandor
seperti di Desa Simpang Pongok, Kayuara, warga merayakan Robo-robo
dengan membawa makanan ke masjid atau mushola dan dimakan bersama
setelah membaca doa selamat dan tolak balak. Acara Robo-robo sudah
menjadi kalender wisata budaya Kabupaten Landak.
Awal mula perkembangan pemukiman di Kalimantan Barat bermula dari
wilayah Pesisir.

Oleh karena itu, kearifan lokal sudah terlihat dalam

kehidupan masyarakat. Beberapa diantaranya antara:


- Aksitektur rumah. Sebagian besar bentuk rumah pada wilayah pesisir
menerapkan struktur rumah panggung. Kondisi ini dikarenakan wilayah
pesisir cenderung menghadapi banjir akibat aktivitas laut yang
berlangsung sepanjang tahun. Sayangnya, kondisi ini berangsur-angsur
berkurang seiring dengan berkembangnya konsep mitigasi bencana
seperti pembuatan tanggul dan reklamasi kanal sehingga bentuk
rumah masyarakat pun berangsur-angsur berubah. Selain daripada itu,
pemilihan rumah panggung dianggap tidak menunjukkan kemapanan
ekonomi suatu keluarga. Akibatnya, masyarakat cenderung enggan
untuk kembali menerapkan perumahan panggung tersebut.
- Prasarana pemukiman. Pusat-pusat pemukiman pada sebuah kota
pesisir di Kalimantan Barat pada awal mulanya tidak dihubungkan oleh
jalan secara konvensional, melainkan oleh gertak, sebuah jalan yang
terbuat dari susunan kayu dan dibangun lebih tinggi dari permukaan
tanah. Hal ini dikarenakan kondisi tanah pada pesisir Kalimantan Barat
yang cenderung berlumpur sehingga tidak dapat mengembangkan
bentuk jalan yang konvensional.
- Sayanganya, perkembangan teknoloni ke-Bina Marga-an menyebabkan
pembangunan jalan meninggalkan konsep gertak. Hal ini juga
dikarena jalan gertak membutuhkan biaya untuk bahan baku yang
lebih besar dari jalan konvensional, walaupun secara ekologi lebih
ramah lingkungan.
- Aktivitas penangkapan.
perkembangan

wilayah

Aktivitas
Pesisir

penangkapan
Kalimantan

pada

Barat

awal

tidak

mula
pernah

memanfaatkan pukat harimau. Kondisi ini menyebabkan ekosistem


perairan laut tetap terjaga hingga saat ini.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-22

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

- Perlindungan

ekosistem.

Dewasa

ini

masyarakat

pesisir

mulai

memahami bahwa perlindungan ekosistem, khususnya mangrove,


dapat melestarikan dan menjaga stok ikan di perairan laut dan pesisir.
Hal ini ditandai dengan maraknya kegiatan penanaman mangrove oleh
masyarakat, sebagai salah satu aktivitas penting selain mengakap ikan
dan memasarkannya.
- Sistem transportasi. Selama ini transportasi air merupakan kunci utama
aksesibilitas di wilayah pesisir Kalimantan Barat. Kondisi ini secara
tidak langsung dapat mengangkat profesi pemandu sampan/ perahu
sebagai pekerjaan terhormat yang tidak dapat dipandang sebelah
mata. Selain daripada itu, karena transportasi air merupakan kunci
dalam aktivitas masyarakat sehari-hari maka model struktur jembatan
yang terdapat di Pesisir Kalimantan
transportasi air.
- Sistem perekonomian.

Kalimantan

dapat dilewati oleh moda


tersusun

atas

kata

Kali

(sungai/air) dan Mantan (hutan/pohon). Hal ini karena Kalimantan


(termasuk Kalimantan Barat) kaya akan sumberdaya laut dan sungai
serta sumberdaya daratan dan hutan. Sistem perekonomian yang
menerapkan sistem barter pernah berkembang di Pesisir Kalimantan
Barat. Aktivitas ini berupa interaksi yang melibatkan masyarakat Dayak
yang memiliki sumberdaya hutan dengan masyarakat Malayu yang
memiliki sumberdaya laut. Dewasa ini, sistem barter tidak lagi terlihat
dipermukaan, namun kerjasama antar daerah masih tetap berjalan.
3.3.

KONDISI FISIK DASAR WILAYAH PESISIR

3.3.1. Kondisi Iklim


Pembentukan cuaca/iklim di Indonesia, apabila ditinjau dari dinamika
atmosfernya sangat dipengaruhi oleh system Equatorial yaitu gerak
deklinasi matahari yang melintas ke utara-selatan sejauh 23,5 LS/LU
sepanjang tahun. Manakala matahari berada di utara akan menimbulkan
suhu relative panas dan tekanan rendah, sehingga pada belahan bumi
bagian utara tekanan udara naik mengakibatkan awan dan memungkinkan
terjadinya hujan. Begitu juga akan sebaliknya jika matahari berada di
bagian selatan.
Permukaan bumi di sebelah utara katulistiwa lebih banyak daratan
dibandingkan

dengan

di

selatan

katulistiwa.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Keadaan

demikian

III-23

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

mengakibatkan energi yang diterima dari matahari tidak merata, sehingga


menimbulkan gerakan massa udara arah utara-selatan. Pada saat matahari
berada di sebelah utara katulistiwa, terjadi tekanan lebih rendah, sehingga
terjadi aliran udara dari selatan - utara. Akibatnya di sebelah utara banyak
hujan dibanding di selatan katulistiwa, demikian juga sebaliknya jika
matahari berada di selatan katulistiwa. System peredaran udara atau angin
dalam kurun waktu tertentu dalam setahun yang berbalik arah dari
keadaan semula dalam meteorology dikenal sebagai pengaruh system
Monsun.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas, pesisir Kalimantan Barat jika dilihat
dari letak geografisnya berada pada daerah katulistiwa/equator (terutama
pada bagian tengah seperti kab Pontianak dan Kubu Raya). Untuk daerah
yang berdekatan dengan garis equator, maka perbedaan antara musin
penghujan dan kemarau tidak terlalu tegas.
Menurut sistem Koopen, iklim di Kalimantan Barat dikelompokkan sebagai
tipe iklim Afaw, yaitu iklim isotermal hujan tropik dengan musim kemarau
yang panas (suhu rata rata dalam bulan terpanas lebih tinggi dari 26
derajat) dan dengan maksimum curah hujan ganda. Curah hujan rata rata
berkisar antara 2.500 sampai 4.500 mm per tahun.
Tabel 3.13. Curah Hujan (mm) di Kalimantan Barat Tahun 2011
Bula
n
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des

Stasiun Meteorologi
Paloh
Siantan
Pangsuma
Susilo
Nanga
Kab.
Kab.
Putusibau
Kab.
Pinoh
Samba Pontiana
Sintang
Melawi
s
k
480,2
103,7
324,4
214,2
389,4
129,6
264,8
316,9
465,5
220,6
70,4
164,5
623,6
317,1
549,9
189,5
113,5
544,8
245,0
421,7
194,3
221,0
517,3
276,1
241,4
131,6
449,2
452,6
234,2
389,4
281,7
474,8
457,9
541,2
415,6
194,8
234,2
776,8
347,0
456,5
316,9
463,1
470,8
372,8
400,0
431,1
212,6
480,2
326,1
368,6
351,6
364,2
553,9
317,3
376,5
375,5
433,1
516,7
404,9
455,5
Sumber: Kalimantan Barat Dalam Angka 2010

Rahadi
Usman
Kab.
Ketapang
228,3
252,2
366,2
130,1
259,0
305,0
289,2
312,7
350,9
397,7
378,3
275,0

Supadio
Kab.
Kubu
Raya
233,5
274,1
286,1
210,4
320,8
381,2
320,0
173,9
423,7
242,1
449,9
202,6

Maritim
Kota
Pontian
ak
207,2
272,4
357,6
124,5
151,8
274,3
449,9
310,2
336,7
177,3
364,7
280,5

Wilayah dengan curah hujan di bawah 2.500 mm per tahun terdapat di tepi
pantai muara Sungai Sambas dan Kapuas, sedangkan curah hujan di atas
4.500 mm per tahun terjadi di daerah daerah sebelah Timur Laut Hulu

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-24

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Sungai Sambas (di Pegunungan Niut), sekitar hulu Sungai Ketungau (di
Daerah

Aliran

Sungai

Kapuas

Tengah

pada

subwilayah

Rentangan

Klingkang) dan bagian paling timur Kalimantan Barat (di Pegunungan


Kapuas Hulu bagian utara dan timur dan Pegunungan Muller bagian timur),
di mana Sungai Kapuas dan anak anak sungai berhulu.
Wilayah Kalimantan Barat sebagian besar memiliki 5 sampai 12 bulan
basah (rata rata curah hujan per bulan > 200 mm) per tahun. Jumlah
bulan basah ini turun sampai kurang dari 4 di daerah daerah pantai
sebelah utara muara Sungai Kendawangan, sebelah selatan muara Sungai
Mempawah dan sepanjang pantai yang membentang dari ujung utara
Kalimantan Barat sampai muara Sungai Sambas (sebelah barat Dataran
Rawa Pantai Sambas).
Sebagian besar wilayah Kalimantan Barat tidak memiliki bulan kering (rata
rata curah hujan perbulan <100mm). Hanya daerah daerah pantai barat
dan selatan seperti Dataran Rawa Pantai dan Daerah Rendah Pantai
Selatan yang memiliki rata rata satu bulan kering. Bahkan di daerah
daerah seperti muara Sungai Kedawangan, Air Hitam Besar dan Sungai
Jelai, Dataran Rawa Pantai Kapuas bagian barat, daerah pantai antara
Siantan dan Mempawah, serta daerah sekitar muara Sungai Sambas Besar
Memiliki rata rata 2 bulan kering. Bulan Temperatur di Kalimantan Barat
cukup bervariasi menurut tempat dan waktu. Suhu maksimum tahunan
rata rata berkisar antara 31,0

C sampai 33,3

C sedangkan suhu

minimun tahunan rata rata berkisar antara 20,3 C sampai 23,9 0C.
Pada musim barat, secara umum suhu permukaan laut di perairan barat
Kalimantan semakin tinggi ke arah selatan kecuali pada bulan Januari.
Pada bulan Desember perbedaan suhu antara daerah utara, daerah
ekuator dan selatan ekuator sekitar 0.25 OC. Di daerah Kabupaten
Bengkayang, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sambas

suhu

permukaan laut berada pada isoterm 28 C, perairan Kabupaten


Pontianak, Kubu Raya dan Kayong Utara sekitar 28.25 OC dan perairan
Kabupaten Ketapang sekitar 28.5OC.
Pada bulan Januari suhu tertinggi di daerah ekuator sekitar 28.25 OC,
diikuti daerah utara ekuator sekitar 28OC dan paling rendah di selatan
ekuator sekitar 27.75OC.
Pada bulan Februari dimana suhu daerah utara ekuator, daerah
ekuator dan selatan ekuator berturut-turut adalah 27.25-27.5 OC;

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-25

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

27.75OC dan 28OC. Posisi matahari sedikit bergeser ke arah selatan


ekuator.
Pada musim peralihan pertama, sebaran temporal suhu permukaan laut di
perairan barat Kalimantan semakin meningkat dari bulan Maret hingga Mei,
dan ebaran spasialnya semakin tinggi ke arah selatan pada bulan Maret.
Pada

bulan

Maret,

suhu

permukaan

laut

di

perairan

Kabupaten

Bengkayang, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sambas berkisar sekitar


27.25-27.5OC, perairan Kabupaten Pontianak, Kubu Raya dan Kayong Utara
sekitar 27.75-28OC dan perairan Kabupaten Ketapang sekitar 28 OC. Pada
bulan April dan Mei suhu rata-rata di seluruh perairan barat Kalimantan
berturut-turut 29.29OC dan 29.62OC.
Pada musim timur, secara umum suhu permukaan laut di perairan barat
Kalimantan semakin turun ke arah selatan.
Pada bulan Juni suhu rata-rata sekitar 29.49OC.
Pada bulan Juli suhu rata-rata sekitar 28.77OC.
Pada bulan Agustus di perairan Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang,
dan Kabupaten Sambas

sekitar 28.5 OC, suhu di perairan Kabupaten

Pontianak, Kubu Raya dan Kayong Utara sekitar 28.25 OC, suhu di
Kabupaten Ketapang sekitar 28OC.
Pada musim peralihan kedua, sebaran spasial suhu permukaan laut di
perairan barat Kalimantan relatif seragam kecuali pada bulan September
dimana suhu permukaan laut cenderung semakin meningkat dari ke arah
selatan.
Pada bulan September, suhu permukaan laut di perairan Kabupaten
Bengkayang, Kota Singkawang, dan Kabupaten Sambas berkisar
sekitar 28.25OC, perairan Kabupaten Pontianak, Kubu Raya dan
Kayong Utara sekitar 28.5OC dan perairan Kabupaten Ketapang sekitar
28-28.25OC.
Pada bulan Oktober dan November suhu rata-rata di seluruh perairan
barat Kalimantan berturut-turut 28.93OC dan 29.08OC.
3.3.2. Topografi Wilayah Pesisir
Secara keseluruhan wilayah Kalimantan Barat terdiri dari dataran rendah
sampai bergelombang dan berbukit dengan kemirinyan 0 % - > 60 %. Variasi

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-26

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

kemiringan yang besar ini juga dijumpai pada kawasan pesisir Propinsi
Kalimantan Barat.
Meskipun hampir saluruh wilayah pesisir Kalimantan Barat berupa dataran
rendah dan rawa-rawa dengan ketinggian < 10 m dan kemiringan < 2 %,
namun sesuai dengan kondisi geologis dan geomorfologisnya masih dapat
dijumpai daerah-daerah dengan relief

> 10

m dan dengan kemiringan

berkisar antara 2 - > 60 %.


Daerah yang terakhir ini umumnya dijumpai pada pulau-pulau kecil yang
tersebar wilayah laut Kalimantan Barat atau sebagai dataran dan bukit-bukit
kecil yang muncul atau menyembul diantara dataran rendah dan rawa-rawa.
Selain pada wilayah pulau-pulau kecil, daerah dengan relief >10m terdapat
pula di wilayah Kota Singkawang, Kab. Bengkayang, dan Kab. Kayong Utara.
3.3.3. Jenis Tanah Wilayah Pesisir
Tanah-tanah di wilayah pesisir Kalimantan Barat hampir seluruhnya termasuk
dalam kriteria lahan basah dan hanya sebagian kecil yang termasuk lahan
kering. Lahan basah (wetland) diartikan sebagai suatu lahan yang terdiri dari
tanah-tanah terpengaruh air (hydric) dan ditumbuhi oleh vegetasi atau
tanaman yang beradaptasi dengan kondisi basah. Tanah pada lahan basah
tersebut bervariasi - dari tanah organik hingga mineral.
Lahan basah di Kalimantan Barat sebagian besar terdiri dari lahan-lahan
rawa pasang surut, dan selebihnya terdiri dari lahan-lahan rawa belakang
(back swamp) maupun lahan alluvial. Dari segi tipe fisiografinya lahanlahan basah di Kalimantan Barat dapat berada pada tipe rawa pasang
surut, jalur meander, dataran aluvial, lembah aluvial, rawa-rawa maupun
teras. Lahan-lahan rawa pasang surut berada disepanjang pantai barat
Kalimantan Barat, memanjang dari Sambas di bagian utara hingga
Kendawangan di bagian Selatan. Lahan tersebut melebar dari beberapa
meter dari pantai dekat Sungai Raya (Singkawang) hingga 100 km masuk
ke pedalaman di delta Kapuas (Re PPProT, 1987)
Berdasarkan

faktor

utama

yang

menentukan

pengelolaan

dan

pengembangannya, lahan rawa pasang surut dapat dibedakan alas


beberapa tipologi utama, yaitu lahan potensiaI, lahan sulfat masam, lahan
gambut dan lahan salin. Lahan potensial dicirikan oleh tanah Hat rawa dan
lapisan pisit (FeS2) pada kedalaman > 50 cm, serta N dan P tersedia
rendah dan pH berkisar antara 3,5 - 5,5. Lahan sulfat masam dicirikan oleh

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-27

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

kandungan asam sulfat yang tinggi dan lapisan pirit berada pada
kedalaman < 50 cm. Lahan gambut dinamakan demikian apabi!a
ketebalan lapisan gambutnya > 50 cm. Lahan gambut dapat dibedakan
atas : (a) gambut dangkal (50-100 cm), (b) gambut sedang (100-2C0 cm),
(c) gambut dalam (200-300 cm) dan (iv) gambut sangat dalam (> 300 cm).
Sedangkan lahan sa!in adalah lahan yang mendapat resapan atau instruksi
air pasang dari laut, terutama pada musim panas sekitar bulan Juii September.
Sesuai dangan hasil kajian terhadap hasil-hasil penelitian - yang dilakukan di
kawasan pesisir dan berdasarkan hasil analisis data sekunder serta
pengecekan lapangan dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga jenis tanah
dominan di kawasan pesisir Kalimantan Barat yaitu Aluvial, Gleisol, dan
Regosol. Ketiga jenis tanah ini tergolong tanah muda dimana secara alami
pembentukan tanahnya belum bekembang, hal ini dikarenakan faktor
lingkungan yang tidak memungkinkan, misalnya pengendapan yang terjadi
secara terus menerus menyebabkan pembentukan horison tanah lebih
lambat dari pada pengendapan.
Tanah-tanah Aluvial dan Gleisol mempunyai sifat fisik yang beragam
tergantung dari bahan induknya. Distibusi ukuran pertikel tanahnya
berhubungan erat (positif) dengan kecepatan air yang mengalir diatas
suatu hamparan lahan. Air mengalir tersebut umumnya akan membawa
pertikel-pertikel kecil pada tingkat kecepatan rendah dan sebaliknya makin
cepat alirannya maka akan semakin besar ukuran pertikal yang terangkut.
Secara umum, tanah-tanah Aluvial dan Gleisol lapisan atas dan bawahnya
bertekstur agak halus sampai halus; kecuali pada sebagian tanah Gleisol
pada lahan tertentu, mungkin lapisan atasnya tertutup oleh gambut tipis.
Kedua jenis tanah ini dibedakan berdasarkan sifat/ciri hidromorfiknya
(pengaruh air). Tanah Gleisol memiliki ciri hidromorfik (pengaruh air) clad
lapisan permukaannya sehingga kadar airnya tinggi dan massa tanahnya
lembek

dan

kadang

berlumpur,

sedangkan

tanah

Aluvial

sifat

hidromorfiknya berada pada lapisan bawah.


Tanah Regosol umumnya dijumpai pada bibir pantai dan teras-teras
berpasir utamanya di bagian selatan Kalimantan Barat (Kendawangan dan
sekitarnya). Regosol terbentuk dari bahan induk aluvium tua yang telah
mengalami berbagai macam proses, sehingga sifat fisik dominannya
adalah bertekstur kasar dibagian atasnya dan agak kasar di bagian sub

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-28

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

soilnya Regosol pada lahan basah ini biasanya terluapi oleh banjir secara
periodik.
Disamping ketiga jenis tanah utama tersebut pada kawasan pesisir
Kalimantan Barat juga terdapat jenis tanah lain dalam luasan kecil dan
tersebar/terpencar sesuai kondisi fisiografisnya yang berupa dataran
berombak hingga bergelombang maupun perbukitan. Jenis tanah tersebut
meliputi Podsolik, Kambisol, Podsol dan Oksisol. Untuk lebih jelasnya, peta
jenis tanah di wilayah pesisir Kalimantan Barat dapat dilihat pada peta.
3.3.4. Geomorfologi
Wilayah Kalimantan Barat berdasarkan hasil studi RePPProT (1987) terdiri dari
9 unit wilayah fisiografis, yaitu suatu wilayah yang memiliki ciri fisik dan
geografis yang hampir sama. BerdasAarkan pembagian tersebut, maka
wilayah pesisirKalimantan Barat dapat dibagi menjadi 2 unit wilayah fisiografis
yaitu:
a) Dataran Rawa Pantai
Dataran ini membentang dari Tanjung Datu di sebelah Utara (Kabupaten
Sambas) sampai Sungai Kendawangan di sebela:h selatan (Kabupaten
Ketapang) sepanjang lebih kurang 500 kin dan mencakup areal seluas
20.780 km2. Wilayah ini mempunyai ketinggian berkisar antara 0-100 m
dengan kemiringan lahannya berkisar antara 0-2 % serta terbagi menjadi
tiga sub-wilayah, yaitu Dataran Rawa Pantai Sambas, Dataran Rawa
Pantai Kapuas, dan Dataran Rawa Pantai Pawan.
Dari segi klimatologi wilayah ini mempunyai curah hujan berkisar antara
2.500 - 3000 mm/tahun, suhu maksimum berkisar antara 29-33 OC dan
minimum 22-26OC, serta bulan basah tiap tahun antara 5-8 bulan. Dalam
sistem hidrologi, wilayah ini tercakup dalam daerah aliran sungai (DAS)
Palch, Sambas, Sebangkau, Selakau, Sungai Raya, Duri, Mempawah,
Landak, Kapuas, Mendawak, Lida, Simpang, Tulak dan Pawan.
Berrnacam-macam formasi pengendapan terdapat di wilayah ini, seperti
rawa bergambut, batuan komplek dasar Kalimantan, rawa bakau, dan
batuan intrusi dari jaman mesozoikum. Jenis tanahnya terdiri dari Aluvial,
Organosol dan Podsol.
b) Dataran Rendah Pantai Selatan
Wilayah ini terletak di belahaNujung selatan Kalimantan Barat (Kabupaterl
Ketspang) mencakup areal seluas 7.180 km2 dengan ciri fisik utama

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-29

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

adanya teras-teras berpasir yang rendah dan rawa-rawa gambut yang


luas dengan potensi pengembangan rendah. Wilayah ini dibedakan atas
dua sub-wilayah, yaitu Dataran Rawa Jelai disebelah timur seluas 1.710
km2 (termasuk Pulau Gelam yang kecil dan berawa) dan teras-teras
Kendawangan seluas 5.470 km2 disebelah barat yang meliputi Putau
Bawal yang berbukit kecil dekat pantai. Karena letaknya di dataran
rendah, wilayah ini mempunyai ketinggian berkisar antara 0 sampai 100
m dan mempunyai kemiringan sangat landai yaitu 0-2 %.
Dari segi klimatologi wilayah ini mempunyai curah hujan berkisar antara
2.300 - 3.300 mm/tahun, suhu maksimum berkisar antara 30-32 oC dan
minimum 23-25 oC, setta bulan basah tiap tahun antara 5-7 bulan. Dalam
sistem hidrologi, wilayah ini merupakan bagian wilayah 7 (iujuh) buzh
DAS, yaitu Pesaguan, Tengar, Kendawangan, Simbar, Air Hitam Kecil, Air
Hitam Besar dan Jelai. Dengan banyaknya rawa dan sungai yang
mengalir, wilayah ini mempunyai potensi banjir oan genangan, juga air
tanah dangkal.
3.3.5. Sistem Lahan Wilayah Pesisir
Berdasarkan pembagian wilayah fisiografis tersebut, kondisi geomorfologis
wilayah pesisir Kalimantan Barat dapat dibagi lebih rinci menjadi unit-unit
sistem lahan (land system) yang mencerminkan kesamaan fisiografis, lereng,
tanah dan sifat-sifat fisik lainnya (RePPProT, 1987). Dalam pengelompokan
tersebut, secara makro Wilayah Pesisir Kalimantan Barat dike!ompokkan
beberapa unit fisiografis yaitu (1) pantai, (2) rawa pasang surut, (3) dataran
aluvial, (4) rawa-rawa, (5) teras-teras, (6) dataran, (7) pebukitan, dan (8)
pegunungan. Dari unit-unit fisiografis ini selanjutnya dirinci menjadi unit-unit
sistem lahan. Adapun Deskripsi beberapa System Lahan yang ada di
Wilayah Pesisir Kalimantan Barat dapat dilihat pada Table 2.14.

Table 3.14. Deskripsi Beberapa System Lahan di Wilayah Pesisir Kalimantan


Barat
No fisiografi
1

Pantai

Rawa

System
lahan

Deskripsi umum

Putting
(PTG)
Kejapa

Pantai-pantai dan lembahlembah diantaranya


Dataran lumpur di daerah

Lere
ng
(%)
<2

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

<2

Bentuk lahan
Reli
Punca Lemba
ef
k (m)
h (m)
(m)
2-10
<50
25-100
<2

Tidak

Tidak

III-30

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

No fisiografi

3
4
5
6

pasang
surut
Dataran
alluvial
Rawarawa
Terasteras

Terasteras
Dataran

Dataran

Perbukita
n

10 Perbukita
n

System
lahan
h (KJP)
Kahaya
n (KHY)
Klaru
(KLR)
Segintu
ng
(SGT)
Pakau
(PKU)
Rangan
kau
(RGK)
Honja
(HJA)
Pakalu
nai
(PLN)
Maput
(MPT)

11 Pegunung
an

Bukit
Pandan
(BPD)

12 Pegunung
an

Telawi
(TWI)

Deskripsi umum

Lere
ng
(%)

pasang surut di bawah


bakau dan nipah
Dataran pantai/sungai
yang tergabung
Datran banjir yang selalu
tergenang
Teras berpasir tergenang
air
Teras-teras berpasir
berombak
Datran batuan bukan
endapan, berombak
hingga bergelombang
Dataran batuan
beku/metarmofik berbukit
kecil
Perbukitan batuan bukan
endapan yang tidak
teratur
Perbukitan batuan bukan
endapan yang tidak
simetris atau teratur
Kelompok punggung
gunung, batuan
metamorfik yang tidak
teratur
Kelompok punggung
batuan granit yang
teratur

Bentuk lahan
Reli
Punca Lemba
ef
k (m)
h (m)
(m)
ada
ada

<2

2-10

Tidak
ada
Tidak
ada
5012000

Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada

<2

<2

<2

2-10

2-8

2-10

5002000
<50

25-200

2-8

1150

1625

1150

<50

25-200

4160

51300

<50

25-200

4160

51300

<50

25-200

>60

>30
0

<50

Tidak
ada

40>60

>30
0

<50

Tidak
ada

25-200

Gambar 3.2 Peta Sistem Lahan WP3K Propinsi Kalimantan Barat

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-31

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Tabel 3.15. System Lahan di Wilayah Pesisir Kalimantan Barat


Kabupaten/kota
Kabupaten Sambas

Kota Singkawang

Kabupaten
Bengakayang

Nama kecamatan
1 Paloh
2 Telok Keramat
3 Jawai
4 Jawai Selatan
5 Pemangkat +
Salatiga*
6 Selakau
1 Singkawang selatan
2 Singkawang utara
3 Singkawang barat
4 Singkawang Tengah
1 Sungai Raya
2 Sungai Raya

System lahan
PTG, KJP, KHY, PKU, TWI
PTG
PTG, KJP, PLN
PTG, KJP, PLN
PTG, KJP, KHY, PLN
PTG, KJP, KHY, PLN
KJP, KHY, HJA, PLN
KJP
KHY
KHY
KHY, HJA, PLN
KHY, HJA, PLN

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-32

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


Kabupaten/kota
Kabupaten Pontianak

Kabupaten Kubu Raya

Kabupaten
Utara

Kayong

Kabupaten Ketapang

Nama kecamatan
Kepulauan
1 Sungai Kunyit
2 Mempawah Hilir +
Mempawah Timur*
3 Sungai Pinyuh
4 Segedong
5 Siantan
1 Sungai Kakap
2 Teluk Pakedai
3 Kubu
4 Batu Ampar
1 Sukadana
2 Simpang Hilir
3 Teluk Batang
4 P. Maya Karimata
Matan Hilir Utara
1
2
3
4
5
6

Muara Pawan
Delta Pawan
Benua Kayong
Matan Hilir Selatan
Kendawangan

System lahan
KJP, KHY
KJP, KHY, PLN
KJP, KHY
KJP, KHY
KJP, KHY
KJP, KHY
PTG, KJP, KHY
KJP
KJP, KHY, MPT
PTG, KJP, PLN, TWI, BPD
KJP, KHY, PLN
KJP, KHY, PLN
KJP, KHY, RGK, PLN
PTG, KJP, KHY, SGT, RGK,
HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN
PTG, KJP, KHY, HJA, PLN

Catatan : * = Kec. Pemekaran

Secara keseluruhan di wilayah Propinsi Kalimantan Barat terdapat 37 sistem


lahan, namun yang terdapat di wilayah pesisir yang berbatasan langsung
dengan laut adalah 25 sistem lahan. Dari 25 sistem lahan tersebut, hanya 4
sistem lahan yang paling banyak dijumpai di wilayah pesisir yakni :
- Sistem lahan Mendawai (MDW) seluas 451.658 Ha yaitu rawa-rawa
gambut yang dangkal, kemiringan <2%,
- Sistem lahan Kahayan (KHY) seluas

375.723

Ha

yaitu

dataran

pantai/sungai yang tergabung yang menempati fisiografi dataran alluvial,


- Sistem lahan Gambut (GBT) seluas 268.246 Ha yaitu rawa-rawa gambut
yang dalam, dengan permukaan berupa lempung, dan
- Sistem lahan Kajapah (KJP) seluas 207.409 Ha yaitu dataran lumpur di
daerah pasang surut, dibawah bakau dan nipah.
Untuk lebih jelasnya, system lahan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
Propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel 3.15. dan Gambar 3.1.
3.3.6. Geologi
A. Geologi Daratan
Sebagian besar wilayah daratan Kalimantan Barat merupakan dataran
rendah Lembah Kapuas yang dialiri oleh ratusan sungai yang diapit oleh
dua jajaran pegunungan yaitu Pegunungan Kalingkang di bagian utara dan
Pegunungan Geologi Schwaner di belahan selatan sepanjang perbatasan
Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-33

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

dengan Kalimantan Tengah. Daerah Kalimantan Barat juga dapat dijuluki


"Propinsiseribu sungai", selaras dengan kondisi wilayah yang memiliki
ratusan sungai besar dan kecil. Beberapa sungai besar seperti S. Kapuas,
S. Melawi, S. Pawan, S. Kendawangan, S. Jew, S. Sambas dan S. Landak
sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk
angkutari daarah pedalaman. Gunung yang berada di wilayah Kalimantan
Barat umumnya non aktif dan memiliki ketinggian yang relatif rendah.
Secara umum kondisi geologis Kalimantan Barat dapat dibedakan menjadi
3 (tiga) bagian :
- Bagian Tengah dan Barat Propinsiyang merupakan dataran luas terdiri
dari komplek batuan sedimen dan metamorf berumur tua (pre-tersier);
magma granit intrusif dan batuan-batuan vulkanik ektrusif yang
mencapai permukaan membentuk bukit-bukit dan pegunungan rendah.
- Perbatasan bagian utara dan timur Kalimantan Barat terdiri dari
batuan-batuan sedimen berumur lebih muda hingga akhir tersier.
Batuan

sedimen

tersebut

membentuk

plato

dan

puncak-puncak

gunung yang tinggi dengan lereng terjal.


- Bagian barat dan selatan terdiri dari endapan-endapan laut dan sungai
baru berumur paling muda dan menempati seluruh zona pertanian
bagian barat Kalimantan Barat dan juga menempati depresi-depresi di
Kapuas Hulu. Zona pantai terdiri dari cekungai, liat yang tertutup oleh
rawa-rawa gambut dan dilintasi danau-danau dangkal dan payapaya/rawa yang terkena banjirsecara periodik yang berada diantara
teras-teras tertutup gambut.
Wilayah Propinsi Kalimantan Barat secara fisik terbentuk oleh berbagai
macam formasi geologi yang pada umumnya berumur antara jaman
karbon sampai pliosen, secara keseluruhan terdapat 68 jenis formasi
geofogi dengan penyebaran luas yang bervariasi. Formasi geologi yang
paling dominan adalah endapan aluvial-rawa dengan luasan mencapai
3.599,434 (24,52 %) dari total luas wilayah Provinsi. Urutan selanjutnya
adalah tonalit sepauk
Gambar 3.3 Peta Geologi

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-34

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(Kls) dengan jenis batuan granodiorit, tonalis biotit hornblenda, diorit


kuarsa, diorit dan monzogranit, se!uas 1.141.205 ha (7,77 %). Beberapa
formasi geologi lain yang banyak terdapat adalah kelompok embaloh (Kte)
6,29 %, granit sukadana (Kus) 4,75 % serta endapan aluvial-danau (Qal)
4,62 %.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-35

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Dengan formasi geologi seperti itu, maka PropinsiKalirnantan Barat kaya


akan variasi dan potensi alam, baik potensi lahan maupun potensi bahan
tambang. Bahan tambang yang ada diwilayah ini antara lain emas,
tembaga, perak, baiu bara dan besi, yang tersebar di berbagai tempat.
Formasi endapan litoral (Qc) menyebar sepanjang bibir pantai utara
Kalimantan Barat mulai dari Sambas hingga muara sungai Kapuas, dan
dibelakang formasi tersebut membentang luas formasi Qa yaitu endapan
aluvial dan rawa-rawa. Formasi Qa ini mendominasi sebagian besar wilayah
pesisir

Kalimantan

Barat

membentang

mulai

dari

bagian

utara

Propinsiyaitu Paloh hingga mencapai muara sungai Pesaguan di kabupaten


Ketapang.
Selanjutnya dari muara sungai Pesaguan hingga perbatasan selatan
Propinsi didominasi oleh formasi Qs yaitu pengendapan talus yang tersusun
dari batuan kerikil dan pasir. Diantara formasi Qs di bagian selatan Propinsiini
terdapat beberapa blok formasi Oa yang berasosiasi antara endapan laut dan
endapan sungai yang berada di muara sungai Tapah dekat sungai Pesaguan,
muara sungai Tengar dan muara sungai Kendawangan.
Selain ketiga formasi geologi sebagaimana diuraikan di atas, formasi-formasi
geologi lainnya muncul ditempat-tempat tertentu dalam skala yang sangat
kecil. Formasi Toms dijumpai sebagai blok-blok kecil yang menyebar diantara
formasi Qa atau Qs; atau menempati pulau-pulau kecii yang tersebar di
wilayah laut Kalimantan Barat. Formasi Toms ini muncul sebagai bukit-bukit
keci! yang berada diantara hamparan luas endapan laut dan sungai. Demikian
juga dengan formasi Kus, hanya bedanya formasi ini umumnya berupa
gunung-gunung seperti G. Ambawang, dan gunung-gunung di sekitar
Sukadana yang dijadikan kawasan Taman Nasional Gunung Palung. Formasi
geologi liannya yaitu Klr, Klm, Kuk, Kuse, dan Jkke umumnya dijumpai pada
pulau-pulau kecil yang berada di tengah perairan Kalimantan Barat. Untuk
lebih jelasnya, peta geologi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Propinsi
Kalimantan Barat dapat dilihat pada Gambar 2.1.
B. Geologi Lepas Pantai
Kalimantan bagian Barat menurut Margono dan Sanyoto (1996) serta
menurut Rustandi dan De Keyser (1993), keduanya dalam Yudhicara dkk
(2000), menyebutkan bahwa wilayah ini terdiri dari beberapa satuan

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-36

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

batuan yang berumur Resen sampai Mesozoikum yaitu aluvium dan


endapan rawa, batu pasir Serutu, garnit Sukadana dan batuan malihan
Pinoh. Berdasarkan kajian geologi wilayah pesisir dan lautan di perairan
Nusantara, perairan laut Kalimantan Bagian Barat termasuk kedalam
lempengan benua perairan dangkal (Paparan) yang disebut Paparan
Sunda. Paparan ini merupakan paparan benua yang terluas di dunia yang
meliputi luas sekitar 1,8 juta km persegi.

Paparan ini menghubungkan

pulau-pulau Jawa, Sumatra dengan daratan Asia dan mencakup Laut Cina,
Teluk Thailand, Selat Malaka dan Laut Jawa (Nontji, 1987). Untuk lebih
jelasnya pola aliran sungai purba (paparan sunda) dapat dilihat pada
Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Peta pola aliran sungai purba daerah Paparan Sunda mulai dari laut
Cina Selatan sampai Laut Jawa berdasarkan data batimetri
(Molengraaft, 1922)

Paparan Sunda ini dahulunya merupakan daratan yang utuh dan menyatu
dengan Jawa, Kalimantan, Sumatra dan daratan Asia.

Bekas-bekasnya

hingga kini masih dapat ditelusuri di dasar laut degan menggunakan alat
pengukur gema (echo sounder). Di Paparan Sunda saat ini masih terdapat
jejak dua sistem aliran sungai yang kini terbenam dalam laut (downer river
system) yang masing-masing disebut Sungai Sunda Utara dan Sungai
Sunda Selatan. Kedua jenis sungai ini sering disebut Sistem Sungai
Molengraff sesuai dengan nama penemunya.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Sungai Sunda Utara

III-37

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

mempunyai daerah hulu di Sumatra dan Kalimantan Barat dan bermuara


ke Laut Cina, sedangkan Sungai Sunda Selatan mempunyai hulu di Jawa
dan Kalimantan Selatan dan bermuara di Selatan Makasar.
Lembah sungai yang terbenam ini sebagian sudah tertimbun oleh
endapan-endapan. Bukti yang menarik dengan adanya Sungai Sunda ini di
zaman dahulu kala adalah adanya persamaan jenis ikan air tawar di
sungai-sungai pesisir timur Sumatra dengan yang terdapat di pesisir barat
Kalimantan sekarang ini.

Padahal antara pesisir barat dan timur

Kalimantan tidak dijumpai hal yang demikian. Paparan Sunda di Laut Cina
Selatan mempunyai dasar yang rata dengan kedalaman sekitar 40 m di
sebelah dekat pantai dan semakin ke tengah kedalamnnya bertambah
hingga kira-kira 100 m.
Berdasarkan

kajian

Pusat

Pengembangan

Geologi

Kelautan

(1991),

sedimen permukaan dasar laut sekitar Kalimantan Barat terdiri dari : (1)
sedimen lumpur (endapan hasilrombakan asal darat yang berbutir halus
mengandung sedikitnya 20 % partikel berukuran pasir, lanau dan lempung.
Arealnya berada sekitar pesisir Kalimantan Barat dan tengah Laut Cina
Selatan / Natuna), (2) sedimen pasir dan lanau (sedimen yang terdiri dari
partikel yang bergaris tengah antara 2 m dan 2 mm diantaranya pasir,
lanau, bintil-bintil kecil mangan, pasir koral, pasir cangkang moluska dan
gelas gunung api) penyebarannya agak ke tengah laut melebar dan luas,
(3) sedimen batu keras dan kerikil (endapan yang terdiri dari batuan atau
partikel

yang

bergaris

tengah

lebih

dari

mm),

dan

(4)

koral,

penyebarannya sedikit terletak di Kepulauan Karimata.


Dasar laut kawasan tersebut di atas merupakan anak sungai purba daerah
Paparan Sunda yang berpotensi membawa sumber daya sekunder dari
intrusi granit lepas pantai dan daratan Bangka-Belitung dengan mineral
tambahannya seperti monasik, zircon, senotim, ilmenit, magnetit dan pirit.
Di perairan bagian barat

Pulau Kalimantan terdapat jalur batuan granit

mengandung timah. jalur ini memanjang dari Cina Selatan melalui


Myanmar,

Thailand

dan

Semenanjung

Malaysia

menembus

Bangka

Belitung dan membelok ke Timur sampai perairan Barat daya Kalimantan


Barat.
Di perairan Kepulauan Karimata terkandung deposit antara lain malakit,
obsidian, kuarsit, emas`dan perak. Di tengah-tengah pantai barat daya
Pulau Pelapis ditemukan juga urat yang mengandung pirit selebar 1 m

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-38

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

dengan arah barat laut. Contoh urat ini per-tonnya mengandung 3,2 g
emas dan 37, 6 g perak.

3.4.

KONDISI HIDRO-OCEANOGRAFI

3.4.1. Batimetri
Penentuan

kedalaman laut (batimetri) dilakukan dengan

melakukan

interpolasi terhadap Citra Satelite SRTM laut. Hasil interpolasi tersebut


selanjutnya di bandingkan dengan pengukuran kedalam di lapangan.
Penggunaan peta batimetri dari hidros tahun 2004 dilakukan untuk sebagai
bahan pembanding.

Gambar 3.5 . Peta batimetri perairan laut Propinsi Kalimantan Barat(A3)

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-39

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk membuat kontur-kontur


kedalaman

laut

pada

sebuah

peta.

Perairan laut Kalimantan Barat

merupakandaerah yang memiliki batimetri laut yang relatif dangkal dan


datar. Gradient kemiringan dasar perairan kurang dari 30%

dengan

karakteristik perairan yang agak keruh. Dengan karakteristik wilayah daratan


yang banyak memiliki muara sungai, maka wilayah perairan laut ini dangkal
dan memiliki kekeruhan yang tinggi, kadar garam yang rendah, dan bahan
organic yang cukup tinggi.
Bentuk garis kontur kedalaman mengikuti bentuk garis pantai. Semakin
jauh dari garis pantai, nilai kontur kedalaman semakin besar (semakin
dalam).

Rentang

kedalaman

wilayah

studi

rata-rata

berkisar

dari

kedalaman 1 m 50 m. Kedalaman tersebut bertambah kearah barat dan


barat daya yaitu bekisar antara 10 hingga 45 meter. Morfologi dasar laut
bervariasi dari kemiringan relative landai hingga bergelombang lemah.
Di beberapa tempat, morfologi dasar laut memperlihatkan kontur yang
menutup membentuk morfologi negative dengan kedalaman sekitar 15
meter yang terdapat di bagian timur laut Pulau Karimata yang memanjang
dengan arah barat laut tenggara dan di barat daya Pulau Serutu yang
memanjang kearah utara selatan. Beberapa zona sempit memanjang
hingga kedalaman 40 meter terdapat di perairan Pulau Bawal sampai Teluk
Sampit.

Arah

dan

ukuran

zona-zona

tersebut

semakin

ke

selatan

menunjukan adanya kemungkinan pembentukan sungai purba yang


merupakan cabang utama dari daerah utara di pulau Kalimantan (gugus
paparan sunda).
Kedalaman Laut maksimum di wilayah Kabupaten/Kota Pesisir Propinsi
Kalimantan Barat berkisar antara 34 meter sampai dengan 60 meter.
Kedalaman maksimum 34 sampai 41 meter terdapat Kabupaten Sambas

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-40

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

dan Bengkayang, 40 meter sampai 48 meter (kabupaten Keteapang dan


Kayong Utara) dan 50 meter sampai 60 meter (kabupaten Pontianak).Pada
beberapa wilayah pantai, juga banyak dijumpai gundukan pasir (beting
pasir) yang mana ketika surut terendah gundukan pasir tersebut timbul
menjadi daratan.
Untuk lebih jelasnya, kondisi batimetri perairan laut Propinsi Kalimantan
Barat dapat dilihat pada Gambar 3.4.
3.4.2. Pola Pasang Surut (Pasut)
Gerakan air laut selalu berubah-ubah secara periodik akibat adanya gaya
tarik dari benda-benda ruang angkasa terhadap bumi seperti matahari dan
bulan. Kedua benda tersebut tadi menimbulkan gaya yang mempengaruhi
perubahan tinggi rendahnya muka air laut di bumi.

Keadaan pasang

tertinggi akan terjadi bila posisi Bumi - Bulan dan Matahari tepat berada
pada satu garis lurus yakni pada bulan baru atau bulan purnama. Keadaan
surut akan terjadi pada kuartal terakhir tiap bulan.
Pasang surut (pasut) adalah gerakan naik turunnya air laut yang dominan
dipengaruhi oleh gaya tarik benda-benda angkasa (Bulan dan Matahari)
terhadap bumi yang selalu berubah secara teratur. Pasang surut yang
terjadi satu (1) kali dalam dua puluh empat (24) jam dikatakan tipe pasut
tunggal (diurnal), sedangkan jika perairan mengalami dua (2) kali pasang
dan dua (2) kali surut dalam 24 jam dikatkan tipe pasut ganda
(semidiurnal). Apabila terjadi jenis pasut diantara keduanya maka dikatkan
bertipe campuran. Ciri pasut juga dipengaruhi oleh topografi dasar laut
seperti adanya palung, laut dangkal, gunung/tonjolan bawah laut, teluk
sempit dan sebagainya. Dengan adanya topografi yang berbeda, pasut
yang ada juga berbeda. Selain topografi, benda angkasa (posisi bumi
bulan dan matahari) juga mempengaruhi perubahan tinggi pasut. Hasil
analisis data yang dilakukan oleh LIPI (1991) mengemukakan bahwa secara
umum sifat pasang surut yang terjadi di sekitar Khatulistiwa Kalimantan
Barat adalah campuran dengan dominansi diurnal, yakni kejadian pasang
surut yang terjadi dalam satu hari (24 jam) hanya dua kali.
Kondisi pasang surut Khususnya perairan Kalimantan Barat pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan Selat Karimata, Laut Cina Selatan
dan Laut Natuna. Keadaan pasang surut di wilayah Kalimantan Barat
adalah pasang surut campuran cenderung semidiurnal, yakni kejadian

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-41

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

pasang surut yang terjadi dua kali dalam satu hari ( 2 x dalam 24 jam).
Perambatan gelombang di kawasan ini berasal dari Samudra Pasifik yang
merambat melalui Laut Cina Selatan dan masuk ke perairan Indonesia
bagian Barat.
Hasil peramalan elevasi pasang surut untuk tanggal 1 s.d. 31 Juli 2011 dari
komponen pasang surut yang diberikan pada Tabel 21 ditunjukkan oleh
Gambar 2.17. Puncak tertinggi pasut terjadi pada tanggal 1-3; 15-17; dan
28-31 Juli dan menurun setelah tanggal tersebut. Garis merah yang tampak
pada grafik (Gambar 3.17) menandakan MSL (mean Sea Level) yang
merupakan titik nol. MSL pada perkiraan pasut Sungai Kapuas Kecil
menunjukkan angka 90 cm. Perbedaan tinggi pasang surut rata-rata adalah
180 Cm.

Gambar 3.5. Grafik Ramalan Pasang Surut di Stasiun Sungai Kapuas Kecil
periode 1 s/d 31 juli 2011

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasang surut di perairan Kalimantan Barat


cenderung merupakan tipe pasut Campuran cenderung Semi diurnal
(dua kali dalam 24 jam). Artinya lokasi studi mempunyai tipe pasut dua kali
air tinggi dan dua kali air rendah dalam selang waktu 24 jam, namun tinggi
muka air yang ada tidak beraturan dan terdapat perbedaan yang jelas
antara dua air tinggi atau dua air terendah yang berurutan. Perbedaan
tinggi antara pasang tertinggi dan surut terendah adalah 180 cm.
3.4.3. Pola Arus Permukaan
Arus merupakan gerakan mengalirnya massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut, maupun gelombang

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-42

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

panjang seperti pasang surut laut. Di laut terbuka, arah dan kecepatan
arus di permukaan sangat dipengaruhi oleh angin permukaan.
Wilayah Perairan Propinsi Kalimantan Barat (termasuk wilayah Kubu Raya)
terletak di perairan Laut Natuna. Kondisi oseanografi pada wilayah tersebut
dipengaruhi oleh pergerakan massa air dari Laut Cina Selatan dan Laut
Jawa melalui mekanisme monsun. Pada periode musim timur, angin bertiup
dari Benua Australia menuju Asia melalui Laut Natuna. Periode musim
timur tersebut terjadi pada bulan Juni September. Kondisi sebaliknya
terjadi pada musim barat, dimana angin bertiup dari Benua Asia menuju
Australia. Periode musim barat terjadi pada bulan Desember Maret. Angin
musim

barat

tersebut

menyebabkan

tingginya

membawa
intensitas

udara
curah

yang
hujan

lembap,
pada

sehingga

wilayah

yang

dilewatinya.
Pola perubahan monsun tersebut selanjutnya akan berpengaruh pula pada
pola arus permukaannya. Secara umum, pada saat musim timur (Juni
hingga

September),

arus

permukaan

di

wilayah

perairan

Propinsi

Kalimantan Barat bergerak dari Laut Jawa menuju ke Laut Cina Selatan.
Seiring dengan berubahnya musim, arus permukaan akan bergerak dengan
arah sebaliknya, yaitu dari Laut Cina Selatan menuju ke Laut Jawa pada
saat musim barat (Desember hingga Maret). Gambaran menyeluruh variasi
pola arus permukaan di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat dapat
dilihat pada Gambar 2.6.

(a) Januari

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

(b) Pebruari

III-43

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(c) Maret

(d) April

(e) Mei

(f) Juni

(g) Juli

(h) Agustus

(i) September

(j) Oktober

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-44

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(k) Nopember

(l) Desember

Gambar 3.6. Pola arus permukaan bulanan di


Kalimantan Barat selama tahun 2010

wilayah

perairan

Propinsi

Dari Gambar 3.6. dapat dilihat bahwa pada bulan Januari arus permukaan
bergerak dari Selat Karimata menuju ke Laut Jawa dengan kecepatan
berkisar antara 0,05 m/det di dekat pantai hingga 0,2 m/det di lepas
pantainya. Di bulan Maret

pergerakan arus dari Selat Karimata ke Laut

Jawa ini mulai melemah dengan kecepatan maksimum sekitar 0,15 m/det
dan mulai bergerak berbalik arah dari Laut Jawa menuju ke Selat Karimata
di bulan April. Di bulan Mei kecepatan arus semakin menguat dan
mencapai maksimumnya di bulan Agustus. Kemudian di bulan September
arus dari Laut Jawa ke Selat Karimata mulai melemah dan kembali berbalik
arah di bulan Nopember dan mencapai maksimumnya di bulan Januari.

(a) Monsun barat (Februari)

(b) Monsun barat-tenggara (April)

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-45

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(c) Monsun tenggara (Juni)

(d) Monsun tenggara barat


(Oktober)

Gambar 3.7. Pola arus permukaan di Selat Karimata (a) Februari yang mewakili
monsun barat, (b) April yang mewakili peralihan monsun baratmonsun tenggara, (c) Juni yang mewakili monsun tenggara, dan (d)
Oktober yang mewakili peralihan monsun tenggara-barat (Sumber:
Wyrtki, 1961).

Pola arus permukaan ini sesuai dengan apa yang telah digambarkan oleh
Wyrtki (1961), dimana pada saat monsun barat (Desember-JanuariPebruari), pola arus laut permukaan yang terjadi secara umum bergerak
mengalir dari Laut China Selatan menuju ke arah perairan Laut Jawa
(Gambar 2a). Sementara itu pada bulan Maret, April dan Mei yang
merupakan musim peralihan dari monsun barat ke monsun tenggara, arus
permukaan di sekitar Selat Karimata mulai melemah (Gambar 2b). Pada
bulan Juni, Juli dan Agustus atau monsun tenggara, arus laut permukaan
disekitar Selat Karimata mengalir berbalik arah, yaitu dari Laut Jawa
menuju ke arah perairan Laut China Selatan (Gambar 2c) dengan
puncaknya terjadi pada bulan Agustus dan kemudian melemah kembali
pada bulan Oktober yang merupakan masa peralihan dari monsun
tenggara ke monsun barat (Gambar 2d).
Pola arus permukaan ini menyebabkan perairan di wilayah Propinsi
Kalimantan Barat cukup kaya akan nutrien, terutama ketika massa air dari
Laut Jawa (yang kaya akan nutrien karena bermuaranya sungai-sungai
besar) masuk ke Selat Karimata. Kondisi ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat memiliki
potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar.
3.4.4. Gelombang Laut

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-46

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Tiupan angin di permukaan laut di dunia ini sebagian besar dapat


mengakibatkan terjadinya gelombang laut. Selain itu gelombang laut dapat
diakibatkan oleh pasang surut, gerakan tektonik dan vulkanik. Gelombang
laut yang terjadi di sekitar parairan Kalimantan Barat pada umumnya
disebabkan oleh angin sehingga tinggi gelombang dan periode gelombang
akan bergantug dari kekuatan dan arah angin yang bertiup di sekitar
perairan tersebut. Selain itu yang mempengaruhi karakter gelombang
adalah kedalaman perairan dan bentuk topografi dasar perairan. Selain
faktor di atas perairan terbuka yang langsung berhadapan dengan Laut
Cina

Selatan

juga

dipengaruhi

oleh

sistem

peredaran

arus

global

kontinental Asia dan Lautan Pasifik serta Samudra Hindia. Umumnya


gelombang di perairan Kalbar didominasi oleh perambatan gelombang dari
Selat Karimata dan Laut Cina Selatan.
Di wilayah perairan Kalimantan Barat terdapat tipe gelombang angin (wind
wave) dan alun (swell) serta campuran keduanya (mixing). Tipe gelombang
yang ada Frekuensi tinggi gelombang di wilayah studi bervariasi sesuai
lokasi dan waktu. Di wilayah Paloh - Pemangkat frekuensi tinggi gelombang
berkisar antara 10 60 cm dengan arah gelombang datang dari Barat Laut
dan Utara. Tinggi gelombang tersebut besarnya relatif sama antara di
pinggir pantai (0-4 mil) hingga 4-8 mil, sedangkan lepas 8 mil frekuensi
tinggi gelombang bisa mencapai 10 120 cm.
Di wilayah Sungai Duri Sungai Pinyuh frekuensi tinggi gelombang berkisar
10 30 cm dengan arah gelombang datang dari Barat Laut pada pinggir
pantai hingga 8 mil. Arah datangnya gelombang ini hampir tegak lurus
pantai dan berkaitan erat dengan refraksi gelombang oleh perubahan
kontur kedalaman perairan yang secara umum hampir sejajar dengan garis
pantai. Tinggi frekuensi gelombang lepas 8 mil laut bisa mencapai 10
100 cm tergantung dari kecepatan angin dan arus.
Di wilayah kuala Sungai Kapuas, frekuensi tinggi gelombang berkisar 30
40 cm pada perairan di 8 12 mil laut dan makin berkurang ke arah pantai
(10 30 cm). Di wilayah Padang Tikar frekuensi tinggi gelombang berkisar
30 40 cm dengan arah gelombang datang dari Barat Laut. Di wilayah
Kepulauan Karimata, frekuensi tinggi gelombang berkisar 20 60 cm
dengan arah gelombang datang dari Utara. Wilayah Muara Sungai Pawan
Muara Kendawangan frekuensi tinggi gelombang berkisar antara 30 40
cm dengan arah dari Utara Barat Laut.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-47

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

3.4.5. Suhu Permukaan Laut


Variasi suhu permukaan laut di perairan sekitar Propinsi Kalimantan Barat
cenderung mengikuti pola monsun dan pola arusnya (Gambar2.2). Suhu
permukaan laut tertinggi terjadi pada bulan September 2010, yaitu sebesar
30,95C, dan terendah pada bulan November 2010 dan Januari 2010, yaitu
sebesar 28C.

Gambar 3.8.
Grafik Rata-rata suhu permukaan laut bulanan di
wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat periode Juli
2010 Juni 2011.
Hasil pengolahan data suhu bulanan pada Gambar 3.8. menampilkan pola
sebaran suhu permukaan laut di wilayah perairan Propinsi Kalimantan
Barat periode Juli 2010 s.d. Juni 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa suhu permukaan laut pada bulan Desember hingga Maret relatif
lebih rendah daripada bulan-bulan lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan
pola angin dan arus permukaan yang terjadi pada saat itu, sehingga massa
air dari Laut China Selatan yang relatif lebih dingin mengalir masuk ke
Selat Karimata. Sementara itu, pada bulan-bulan lainnya suhu permukaan
laut di Selat Karimata menjadi lebih hangat akibat dari masuknya massa air
laut dari Laut Jawa ke Selat Karimata mengikuti pola angin dan arus
permukaannya. Massa air laut di laut Jawa relatif hangat karena perairan
tersebut merupakan perairan yang dangkal sehingga pengolakan yang
terjadi di perairan tersebut menyebabkan radiasi sinar matahari yang
diserap permukaan laut tercampur sempurna di dalam badan air.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa secara umum kondisi
oseanografis dan karakteristik perairan di wilayah Propinsi Kalimantan
Barat sangat dipengaruhi oleh Laut China Selatan dan Laut Jawa.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-48

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(a) Januari 2011

(b) Pebruari 2011

(c) Maret 2011

(d) April 2011

(e) Mei 2011

(f) Juni 2011

(g) Juli 2010

(h) Agustus 2010

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-49

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(i) September 2010

(j) Oktober 2010

(k) Nopember 2010

(l) Desember 2010

Gambar 3.9. Pola sebaran suhu permukaan laut bulanan dari bulan Juli 2010 s.d.
Juni 2011 di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat

3.4.6. Salinitas Permukaan


Sebaran salinitas di laut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pola sirkulasi arus laut, penguapan, curah hujan, dan aliran air dari sungai.
Di perairan lepas pantai yang relatif dalam, angin dapat pula melakukan
pengadukan lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen sampai kirakira

setebal

50-70

meter

atau

lebih

tergantung

dari

intensitas

pengadukannya. Di lapisan dengan salinitas homogen suhu juga biasanya


homogen, baru di bawahnya terdapat lapisan pegat dengan degradasi
densitas yang besar yang menghambat pencampuran antara lapisan atas
dengan lapisan bawah (Nontji. A., 2005).
Salinitas permukaan air laut sangat erat kaitannya dengan proses
penguapan dimana garam-garam akan mengendap atau terkonsentrasi.
Daerah-daerah yang mengalami penguapan yang cukup tinggi akan
mengakibatkan salinitas tinggi. Berbeda dengan keadaan suhu yang relatif
kecil variasinya, salinitas air laut dapat berbeda secara geografis akibat
pengaruh hujan lokal dan banyaknya air sungai yang masuk ke laut.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-50

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Secara umum, salinitas air laut di Laut China Selatan dan Laut Jawa relatif
lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah perairan Indonesia lainnya.
Hal ini terutama disebabkan oleh banyaknya sungai-sungai yang bermuara
ke perairan ini.
Di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat, tingginya curah hujan pada
saat musim barat berpengaruh sangat signifikan terhadap salinitasnya. Hal
ini terjadi karena adanya limpasan air tawar dari muara-muara sungai ke
laut (coastal discharge). Akibatnya, pada saat musim barat salinitas akan
cenderung lebih rendah daripada saat musim timur (Gambar 3). Namun
demikian, dari data yang ada, variasi salinitas yang terjadi di wilayah
perairan Propinsi Kalimantan Barat tidak terlalu besar. Rata-rata salinitas
tertinggi tejadi pada bulan Oktober, yaitu 31,9 dan terendah pada bulan
Desember, yaitu sebesar 31,58.

Gambar 3.10.
Grafik Rata-rata salinitas bulanan di wilayah perairan Propinsi
Kalimantan Barat bulan Januari hingga Desember.

Uraian pada Gambar 5 menampilkan pola sebaran salinitas permukaan


bulanan laut di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat. Dapat dilihat
bahwa salinitas permukaan di dekat pantai relatif lebih rendah daripada di
lepas pantai. Hal ini terjadi karena adanya pasokan air tawar dari sungaisungai yang bermuara ke laut. Terlihat mulai di bulan April, massa air laut
dari Laut Jawa cukup berpengaruh signifikan pada salinitas di pantai barat
wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat dan mencapai puncaknya di
bulan Oktober.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-51

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(a) Januari

(b) Pebruari

(c) Maret

(d) April

(e) Mei

(f) Juni

(g) Juli

(h) Agustus

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-52

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(i) September

(j) Oktober

(k) Nopember

(l) Desember

Gambar 3.11. Pola sebaran salinitas permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat

3.4.7. Kandungan Nutrien


Unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) merupakan unsur hara (nutrisi) yang
diperlukan

oleh

flora

(tumbuhan

laut)

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan hidupnya. Unsur-unsur tersebut ada dalam bentuk nitrat


(NO3) dan fosfat (PO4). Unsur-unsur kimia ini bersama-sama dengan unsurunsur lainnya seperti belerang (S), kalium (K) dan karbon (C) disebut juga
unsur hara (nutrien).
Zat-zat hara ini dibutuhkan oleh fitoplankton maupun tanaman yang hidup
di laut untuk pertumbuhan. Fitoplankton selanjutnya akan dimakan oleh
zooplankton (fauna kecil yang hidup di permukaan air). Selanjutnya
zooplankton dan tanaman akan dimakan oleh ikan-ikan kecil, ikan-ikan kecil
akan dimakan oleh ikan besar dan seterusnya. Tanaman dan binatang yang
hidup di laut akan mati dan tenggelam ke dasar perairan, lalu membusuk
dan nutrien yang terkandung akan kembali terdekomposisi dan kembali ke
dalam badan air. Akibatnya dasar perairan akan lebih kaya akan nutrien
daripada di permukaan.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-53

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Konsentrasi nutrien di perairan ini memiliki pola yang relatif mengikuti pola
konsentrasi klorofil-a, kecuali untuk silikat. Konsentrasi rata-rata nitrat dan
fosfat pada saat musim timur cenderung lebih tinggi daripada saat musim
barat (Gambar 4 dan 5). Konsentrasi nitrat dan fosfat tertinggi terjadi pada
bulan September dan Oktober, masing-masing sebesar 0,34 dan 0,13
mol/kg. Sedangkan konsentrasi terendah terjadi pada bulan April dan
Desember, masing-masing sebesar 0,02 dan 0,03 mol/kg.
Konsentrasi silika menunjukkan pola yang berbeda dengan nitrat dan
fosfat. Pada periode musim barat, rata-rata konsentrasi silika cenderung
lebih tinggi daripada saat musim timur (Gambar 6). Konsentrasi silika
tertinggi ditemukan pada bulan Pebruari, yaitu sebesar 4,29 mol/kg dan
terendah pada bulan Nopember, yaitu 1,12 mol/kg.

Gambar 3.12. Grafik Rata-rata konsentrasi nitrat permukaan bulanan di perairan


Propinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.13. Grafik Rata-rata konsentrasi fosfat permukaan bulanan di perairan


Propinsi Kalimantan Barat

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-54

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Gambar 3.14. Grafik Rata-rata konsentrasi silikat permukaan bulanan di perairan


Propinsi Kalimantan Barat

Pola Sebaran Nitrat


Hasil interpretasi Gambar 3.15. menunjukkan pola konsentrasi nitrat
permukaan laut bulanan di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat.
Terlihat bahwa konsentrasi nutrien di sekitar pantai barat Propinsi
Kalimantan

Barat

hampir

selalu

tinggi

sepanjang

tahun.

Tingginya

konsentrasi nutrien inilah yang menyebabkan tingginya tingkat kesuburan


dan produktivitas primer di perairan tersebut.

(a) Januari

(b) Pebruari

(c) Maret

(d) April

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-55

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(e) Mei

(f) Juni

(g) Juli

(h) Agustus

(i) September

(j) Oktober

(k) Nopember

(l) Desember

Gambar 3.15. Pola sebaran nitrat permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-56

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Pola Sebaran Fosfat


Lebih lanjut Gambar 3.16. menunjukkan pola sebaran fosfat di wilayah
perairan Propinsi Kalimantan Barat. Dari gambar tersebut dapat dilihat
bahwa pola sebaran fosfat di perairan ini mengikuti pola arusnya, dimana
pengaruh dari Laut China Selatan dan Laut Jawa cukup signifikan. Pengaruh
dari Laut China Selatan terjadi pada bulan Januari hingga April, sementara
pengaruh yang signifikan dari Laut Jawa terjadi pada bulan Agustus hingga
Nopember.

(a) Januari

(b) Pebruari

(c) Maret

(d) April

(e) Mei

(f) Juni

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-57

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(g) Juli

(h) Agustus

(i) September

(j) Oktober

(k) Nopember

(l) Desember

Gambar 3.16. Pola sebaran fosfat permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat

Pola Sebaran Silikat


Uraian pada Gambar 3.17. menunjukkan pola sebaran silikat di wilayah
perairan Propinsi Kalimantan Barat sangat dipengaruh oleh Laut China
Selatan.Sementara itu pengaruh dari Laut Jawa relatif kecil. Konsentrasi
silikat yang cukup besar terlihat terjadi pada bulan Januari hingga Juni.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-58

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(a) Januari

(b) Pebruari

(c) Maret

(d) April

(e) Mei

(f) Juni

(g) Juli

(h) Agustus

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-59

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(i) September

(j) Oktober

(k) Nopember

(l) Desember

Gambar 3.17. Pola sebaran silikat permukaan laut bulanan di wilayah perairan
Propinsi Kalimantan Barat

3.4.8. Konsentrasi Klorofil-a


Sebaran dan konsentrasi klorofil-a di laut sangat bervariasi secara
geografis

dan

oseanografinya.

sangat

dipengaruhi

pula

oleh

kondisi

dinamika

Namun demikian, secara umum variasi konsentrasi

klorofil-a di perairan pantai dan pesisir lebih tinggi daripada di perairan


lepas pantai.
Tingginya konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir disebabkan
karena adanya suplai nutrien dalam jumlah yang besar melalui run-off dari
daratan. Namun demikian, di daerah-daerah tertentu di perairan lepas
pantai dapat dijumpai pula konsentrasi klorofil-a dalam jumlah yang cukup
tinggi yang disebabkan oleh transpor massa air yang mengakibatkan
tingginya konsentrasi nutrien.
Konsentrasi

klorofil-a dapat digunakan

sebagai

indikator

banyaknya

fitoplaknton di suatu perairan dan dapat digunakan untuk mengetahui


produktivitas primer suatu perairan. Berdasarkan penelitian Nontji A.
(1974), nilai rata-rata konsentrasi klorofil di perairan Indonesia adalah 0,19
mg/m3, dimana nilai rata-rata pada saat musim timur (0,24 mg/m3) lebih
Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-60

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

besar daripada saat musim barat (0,16 mg/m 3). Wilayah-wilayah perairan
dengan nilai klorofil yang tinggi biasanya memiliki hubungan yang erat
dengan proses penaikan massa air atau upwelling (contohnya di Laut
Banda, Arafura, Selat Bali dan selatan Jawa), pengadukan dan pengaruh
sungai-sungai (Laut Jawa, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan).
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan di wilayah perairan Propinsi
Kalimantan Barat,rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a pada saat musim
timur lebih tinggi darpada saat musim barat . Rata-rata konsentrasi klorofila tertinggi diperoleh pada bulan Agustus 2010, yaitu sebesar 1,32 mg/m 3.
Sedangkan rata-rata konsentrasi klorofil-a terendah terjadi pada bulan
Maret 2011, yaitu sebesar 0,54 mg/m 3. Tingginya konsentrasi klorofil-a
pada musim timur tersebut disebabkan oleh pergerakan massa air yang
kaya akan nutrien dari Laut Jawa menuju ke Laut Cina Selatan. Berdasarkan
data tersebut, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi klorofil-a di
wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat relatif cukup tinggi, bila
dibandingkan dengan nilai rata-rata perairan Indonesia pada musim timur
(0,24 mg/m3) dan musim barat (0,16 mg/m3) (Nontji, A.1974).

sehingga

potensi perikanan tangkapnya pun cukup besar.

Gambar 3.18. Grafik Rata-rata konsentrasi klorofil-a bulanan di wilayah perairan


Propinsi Kalimantan Barat periode Juli 2010 Juni 2011.

Lebih luas pada Gambar 3 menunjukkan pola sebaran konsentrasi klorofil-a


permukaan bulanan di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa konsentrasi klorofil-a di pantai barat
Propinsi Kalimantan Barat cenderung tetap tinggi sepanjang tahun.
Tingginya konsentrasi klorofil-a ini diperkirakan terjadi karena adanya
proses pengadukan dan pengaruh dari sungai-sungai yang bermuara ke
perairan tersebut.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-61

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(a) Januari 2011

(b) Pebruari 2011

(c) Maret 2011

(d) April 2011

(e) Mei 2011

(f) Juni 2011

(g) Juli 2010

(h) Agustus 2010

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-62

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(i) September 2010

(j) Oktober 2010

(k) Nopember 2010

(l) Desember 2010

Gambar 3.19. Pola sebaran konsentrasi klorofil-a permukaan bulanan dari bulan Juli
2010 s.d. Juni 2011 di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat

3.4.9. Kondisi Kualitas Perairan Laut


Propinsi Kalimantan Barat memiliki kondisi perairan laut yang cukup
bervariasi, mulai dari ujung utara(Sambas) hingga ke ujung selatan
(Ketapang). Kondisi kualitas perairan laut di wilayah Kalimantan Barat
tentunya sangat dipengaruhi oleh kondisi daratan serta geomorfologi
pantai dan dasar perairan. Secara umum, kondisi kualitas air laut di
perairan Kalimantan Barat masih tergolong relative baik.
A)Sifat Fisika Air
Diantara karakteristik fisik perairan (alamiah) yang dianggap penting
adalah suhu air, kekeruhan, dan salinitas serta transparansi cahaya.
Berdasarkan hasil penelitian Dinamika Pantai dan Penelitian pemanfaatan
Mintakat Pantai Kalimantan Barat (LIPI, 1993).
Pengamatan terhadap suhu perairan laut Kalimantan Barat mempunyai
suhu berkisar 28,2 - 31,2OC. Kekeruhan perairan berkisar antara 0,75 - 48,4
skala NTU. Salinitas di perairan laut berkisar antara 11,07 - 35,66 ppt. Total
padatan terlarut berkisar antar 1970 - 2090 ppm.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-63

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Kekeruhan dan warna perairan serta sedimentasi mempunyai kisaran yang


besar dan hubungan erat satu dengan yang lain. Warna air laut di wilayah
pesisir pada umumnya agak keruh hingga jernih sejalan dengan jarak dari
pinggir pantai ke tengah. Perairan di pinggir pantai warna air agak keruh
karena tercampurnya lumpur dan air, terlebih-lebih bila di daratan terjadi
hujan, perairan di sekitaran muara sungai di Kalimantan Barat berubah
menjadi kecoklat-coklatan. Perairan yang mempunyai nilai kekeruhan dan
warna air yang kurang baik terdapat pada muara perairan Sungai Paloh,
Sambas Besar (Sambas), Sungai Raya dan Sungai Duri (Bengkayang),
Muara S. Kapuas, Muara Selat Padang Tikar (Kab. Pontianak), Teluk Melano,
Pesaguan (Ketapang).
Kekeruhan dan sedimentasi perairan Kalbar erat kaitannya dengan
masukkan air dari arah daratan (bagian hulu sungai) terutama sungaisungai besar. Banyak sedimentasi dan partikel lainnya yang terbawa
masuk ke perairan tersebut yang mengakibatkan nilai kekeruhan dan
warna perairan tersebut tinggi (nilai kekeruhan 48,4 Skala NTU dan nilai
warna air 16,04 Unit PtCo) lebih tinggi jika dibandingkan dengan areal
perairan lainnya (Perairan lainnnya mempunyai nialai kekeruhan 0,75 5,52 skala NTU dan nilai warna air 0,07 - 6,00 Unit PtCo). Nilai kekeruhan
dan sedimentasi erat kaitannya dengan nilai transparansi cahaya matahari
yang masuk kedalam air. Transparansi cahaya yang tidak tertutup oleh
kekeruhan dan warna air yang jernih akan menguntungkan terhadap
aktifitas biota air terutama plankton dan tumbuhan air lainnya.
Di perairan Kalimantan Barat transparansi di pinggir pantai pada umumnya
lebih rendah jika ditandingkan dengan di perairan agak ketengah laut. Hal
ini berkaitan dengan masuknya sedimen atau bahan organik lainnya (air
gambut dan lainnya) serta di perairan yang dangkal dimana umumnya
sedimen dan zat terlarut lainnya tercampur merata sehingga airnya keruh.
Nilai transparansi cahaya diperairan Kalimantan Barat berkisar 60 cm -140
cm di pinggiran dan 60 - 320 cm di sebelah luar pesisir.
B)Sifat Kimia Air
Kisaran oksigen terlarut (dissoloved oxygen/DO) di pinggir pesisir perairan
Kalimantan Barat antara 1,504.2 mg/lt. Nilai ini umumnya lebih rendah jika
diperuntukkan bagi kehidupan organisme air. Nilai DO menurut baku mutu
yang dikeluarkan MENEG-KLH untuk keperluan perikanan disarankan lebih

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-64

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

besar dari 3 mg/lt. Rendahnya kadar DO ini erat kaitannya dengan


rendahnya Plankton dan tumbuhan hijau lainnya yang dapat memperkkaya
kadar DO dari hasil fotosintesa Selain itu kadar DO erat kaitannya dengan
kadar amonia yang ada di perairan. Kadar amonia yang ada di perairan
pesisir berkisar antara 1,75 - 10,42 mg/lt. Tingginya kadar amoniak ini
diduga berasal dari pembusukali gambut dan bahan organik iainnya di
dasar perairan.
Kualitas perairan laut lainnya seperti di Kepulauan Karimata, P. Lemukutan,
P. Sawi, P. Gelam dan Bawal menunjukkan bahwa parameter-parameter
yang ada sesuai dengan baku mutu. Di kawasan perairan laut tersebut
diatas memperlihatkan bahwa kualitas perairan ini sesuai perntukannya
untuk kegiatan budidaya perikanan laut. Transparansi cahaya baik (7-9 m),
warna sesuai dengan baku mutu yang diinginkan (0,07-6,0 Unit PtCo),
kosentrasi pospat rendah (0-0,25 ppm), kosentrasi nitrit sedang ( 0,025
ppm), kosentrasi amoniak rendah (0 - 0,15 ppm), kandungan Ca cukup
tinggi ( 1153-1341 ppm), E;onsentrasi sulfida tidak terdeteksi, kandungan
bahan organik cukup tinggi (40,2 - 51,2 ppm), senyawa logam Cu dan Zn
tidak terdeteksi, kandungan arsen sedikit (1,1 - 2,1 ppb). Melihat
kandungan bahan-bahan kimia di perairan tersebut dapat dikatakan bahwa
perairan tersebut masih dikatakan bersih dan subur.
Kepulauan Karimata, P. Sawi, P.Randayan dan P. Merendam dengan pantai
pasir dan berbatu di dalamnya dapat dijadikan kawasan wisata bahari
Peruntukan kawasan ini sebagai daerah wisata sangat cocok. Hal ini dapat
dilihat dari kejernihan dan warna air lautnya dengan nilai kekeruhan 0,75
NTU dan 0,3 6 Unit PtCo, merupakan perairan yang jemih di antara
perairan lainnya. Kandungan logam Cu dan Zn tidak terdeteksi, arsen
sedikit terkandung, dengan demikian perairan ini sangat cocok untuk
wisata bahari (renang dan menyelam).

C)Biologi Air (Kesuburan Perairan)


Kesuburan perairan dapat dilihat dari kandungan bahan-bahan organik
yang ada di suatu perairan.

Bahan-bahan tersebut merupakan hara

utama yang dapat mensuply kebutuhan zat hara mahluk penghasil


(produsen), yang akhirnya produsen tersebut merupakan sumber
makanan dari anak-anak ikan, udang, mahluk perairan lainnya.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-65

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Selain itu proses kesuburan suatu perairan sangat ditentukan oleh


transparansi (daya tembus sinar matahari ke dalam suatu perairan)
yang akhirnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh produsen. Dengan
demikian kesuburan dapat dilihat apakah produsen yang ada cukup
tersedia dengan baik di suatu perairan.
Kelompok produsen terbesar di perairan pesisir biasanya hampir
didominasi oleh jenis Diatom, Chlorophyceae, Cyanophyceae dan
Dinoflogelata. Mikroflagellata yang ada biasanya merupakan campuran
berbagai jasad yang tidak jelas taksonominya. Seringkali di perairan ini
ditemukan alga multiseluler atau yang disebut dengan rumput laut yang
mentautkan diri di perairan dangkal yang bersubtrat.
Pada umumnya perairan Kalimantan Barat didominasi oleh masingmasing plankton menurut keragaman dan kelimpahannya yaitu oleh,
Diatom, Cyanophyceae (Alga hijau-biru), Chlorophyceae (alga hijau),
Dinoflagellata, dan Euglenophyta.
Selain plankton, kesuburan perairan dapat diindikasikan juga dari jumlah
dan keberadaan lamun (sea grass) dan terumbu karang.

Di perairan

sekitar P. Bawal .P Gelam, P Sawi, Kepulauan Karimata Bagian Utara, P.


Dato serta di P. Merendam banyak terdapat lamun dan terumbu karang.
Seperti telah dijelaskan di atas, lamun dan terumbu karang merupakan
ekosistem yang sangat tinggi produktivitasnya.

Ekosistem ini dapat

hidup dengan baik pada perairan yang kaya akan unsur hara dan
mempunyai tingkat transparansi baik. Ekosistem ini merupakan tempat
hidup, berpijah dan berlindung ikan-ikan karang yang pada umumnya
mempunyai nilai ekonomis penting.
Jenis fitoplankton dan zooplankton yang paling banyak keragamannya
terdapat di perairan P. Cempedak 10 taxa (7 taxa fitoplankton dan 3 taxa
zooplankton). Sedagkan yang paling sedikit terdapat di P. Sireh, P. Buan, P.
Begunung, dan P. Bawal Bagian Utara. Jenis fitoplanktonyang sebarannya
paling banyak adalah Rhizosolenia sppada 11 perairan dan diikuti oleh
Coscodscus sp dan Leplocylindrus spyaitu pada 11 perairan. Sedangkan
zooplanktonyang paling banyak daerah sebarannya adalah Calamus sp.
Adapun perairan yang paling banyak jenis zooplanktonyaitu terdapat di P.
Cempedak. Kepadatan individu plankton yang paling banyak terdapat di P.
Randayan (1.155 individu/liter).

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-66

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

3.4.10.

Keterkaitan Kondisi Oseanografis dan Perikanan

Keberadaan ikan pelagis di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kondisi


bio-fisik perairan tersebut. Perairan Indonesia yang umumnya sangat
dipengaruhi oleh pola angin monsun memiliki pola sirkulasi dan transpor
massa air yang berbeda dan bervariasi antar musim. Selain itu, kondisi
yang terjadi di Samudera Pasifik dan Atlantik juga turut memberikan
peranan yang signifikan terhadap keberadaan ikan pelagis. Namun
demikian, karena lokasinya yang berada di daerah tropis, beda variasi yang
terjadi secara umum tidak terlalu mencolok. Hal ini sangat berbeda dengan
kondisi yang terjadi di perairan lintang menengah dan tinggi, dimana
kondisi di musim dingin akan sangat berbeda jauh dengan kondisi di musim
panas.
Seperti

telah

menentukan

diketahui,
jumlah

tingkat

biomass

kesuburan

sumberdaya

suatu

perairan

perikanan

yang

sangat
ada

di

dalamnya. Tingkat kesuburan perairan ini biasanya diindikasikan oleh


konsentrasi nutrien di dalam badan air. Keberadaan nutrien ini akan
dimanfaatkan

oleh

fitoplankton

melalui

proses

fotosintesis,

dimana

kemampuan fotosintesis berkaitan erat dengan kandungan klorofil yang


dimiliki oleh fitoplankton. Salah satu jenis klorofil yang keberadaannya
hampir terdapat di semua jenis fitoplankton adalah klorofil-a (Nontji, A.,
2005).
Salah satu parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan ikan
si suatu perairan adalah ada tidaknya sumber makanan yang dibutuhkan.
Menurut hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, menginformasikan
sumber makanan ikan terkonsentrasi di wilayah perairan yang subur.
Daerah perairan yang subur memiliki kandungan nutrien yang tinggi,
seperti orthoposphat, nitrat, nitrit dan unsur hara lainnya. Daerah ini
biasanya diindikasikan dengan kelimpahan fitoplankton yang tinggi dan
konsentrasi klorofil-a yang tinggi pula.
Konsentrasi klorofil-a di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat secara
umum cukup tinggi sepanjang tahun. Kondisi klorofil-a yang relatif tinggi ini
selanjutnya berdampak pada terpenuhinya kebutuhan esensial pada rantai
makanan pada ekosistem biota di kawasan ini, terutama untuk ikan pada
tropic

level

rendah.

Kondisi

inilah

yang

memungkinkan

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

terjadinya

III-67

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

kelimpahan ikan di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat cukup tinggi


sepanjang tahun.
Dari ulasan gambar dan beberapa keterangan yang telah dijelaskan diatas,
beberapa nutrien esensial yang menentukan tingkat kesuburan perairan
seperti fosfat, silikat, dan nitrat cukup tersedia sepanjang tahunnya
diperairan barat Kalimantan ini. Keberadaan nutrien esensial ini juga erat
kaitannya dengan aktivitas di daratan, seperti pertanian, perkebunan,
pemukiman, dan industri. Serta adanya pengaruh dari Laut China Selatan
dan Laut Jawa yang dalam transpor massa airnya yang membawa pula
nutrien di dalam badan air, sehingga menyebabkan konsentrasi nutrien
esensial yang berperan penting dalam meningkatkan kesuburan perairan
dapat terpenuhi sepanjang tahun
Hasil

pengamatan

lain

menunjukkan

bahwa

perairan

laut

antara

Kalimantan dan Sumatera, Jawa dan Sulawesi, Selatan Jawa Timur, Bali dan
Nusa Tenggara, Laut Banda, Laut Arafuru dan Selat Malaka merupakan
wilayah dengan pola kesuburan rata-rata tahunan cukup subur ditemui
sepanjang tahun. Lebih detilnya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) Laut Cina Selatan merupakan wilayah perairan yang kurang subur
namun pada area/wilayah perairan antara Kepulauan Natuna dan Karimata
merupakan wilayah yang paling subur (Realino B. et al).
3.5.

PEMANFAATAN RUANG EKSISTING WILAYAH PESISIR DARATAN


DAN PERAIRAN

3.5.1. Penggunaan lahan


Penggunaan

lahan

daratan

WP3K

Kalimantan

Barat

secara

umum

didominasi oleh Hutan. Adapun, Hutan tersebut adalah kenampakan


vegetasi dengan tingkat kerapatan tinggi. Dari 2 Juta Ha luas WP3K
Kalimantan Barat, 33% diantaranya berupa Hutan.
Tabel 3.16. Penggunaan Lahan di Propinsi Kalimantan Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Penggunaan Lahan
Coral
Hutan
Kebun
Ladang
Lahan Terbuka
Lokasi Wisata
Mangrove
Pemukiman
Rawa

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Luas (Ha)
1,170.88
663,877.94
218,689.34
146,897.21
181,715.17
31.77
122,764.32
21,934.18
74,674.95

III-68

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


No
10
11
12
13
14

Penggunaan Lahan
Sawah
Semak Belukar
Tambak
Tambang
Tubuh Air
Total Jumlah
Sumber: Landsat 2009

Luas (Ha)
204,992.23
355,493.45
9,237.65
842.60
4,376.40
2,006,698.09

Adapun pengunaan lahan lautan di Propinsi Kalimantan Barat sebagian


besar masih hanyak untuk keperluan perikanan tangkap, budidaya dan alur
pelayaran.

Gambar 3.20. penggunaan lahan baik daratan maupun lautan di wilayah pesisir
Propinsi Kalimantan Barat (A3)

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-69

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Penggunaan

lahan

perairan

untuk

perikanan

tangkap

dikelompokan

menjadi 4 (empat), yaitu : areal penangkapan ikan (fishing ground), areal


bagan (alat tangkap jermal dan belat) dan areal belat. Untuk lebih jelasnya,
penggunaan lahan baik daratan di wilayah pesisir Propinsi Kalimantan
Barat dapat dilihat pada Gambar 3.20.
3.5.2. Status Lahan (Kawasan Konservasi Dan Kawasan Lindung)
Propinsi Kalimantan Barat memiliki kawasan konservasi dan kawasan
lindung di perairan laut dan hutan seluas 268.186 hektar. Lokasi kawasan
konservasi
Bengkayang,

tersebut

tersebar

Kabupaten

di

Pontianak,

Kabupaten
dan

Sambas,

Kabupaten

Kabupaten

Kayong

Utara.

Statusnya terdiri dari Suaka Alam Laut (SAL), Cagar Alam (CA), Kawasan
Konservasi Laut Daerah (KKLD/ KKP), Hutan Lindung (HL), dan Cagar Alam
Laut (CAL). Rincian kawasan konervasi di WP3K Propinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.17. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan PPK Propinsi
Kalimantan Barat

3.5.3. Perikanan
A. Potensi Perikanan laut Propinsi Kalimantan Barat
Salah satu potensi Perairan laut Propinsi Kalimantan Barat (perairan laut
12 mil dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)) yang sangat
besar adalah sumberdaya ikan. Potensi sumberdaya ikan di perarian laut
Propinsi Kalimantan Barat adalah lebih kurang 1.630.600 ton yang terdiri

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-70

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

dari 1.252.400 ton perairan Indonesia (12 mil laut) dan 378.200 ton
perairan ZEEI.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 01 tahun 2009
tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia,
perairan Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan termasuk
dalam WPP 711. Berdasarkan kepmen tersebut, WPP 711 di bagian utara
berbatasan dengan batas terluar ZEEI atau dengan kata lain berbatasan
dengan perairan negara lain seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina
dan Vietnam.

Pada bagian barat perairan ini dibatasi PropinsiJambi,

Bangka Belitung, dan Propinsi Sumatera Selatan, bagian timur berbatasan


dengan garis sepanjang Kalimantan Barat, sedangkan bagian selatan
berbatasan dengan PropinsiSumatera Selatan dan perairan Laut Jawa
(Gambar 3.21).

Gambar 3.21. Peta Perairan WPP 711

Tingkat

(Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut China Selatan)


Pemanfaatan yang direkomendasikan oleh Pusat

Pengembangan Perikanan Tangkap, Litbang

Riset

DKP tahun 2008, bahwa di

perairan Natuna untuk pengembangan perikanan tangkap masih bisa


diusahakan karena nilainya masih dibawah MSY, kecuali ikan pelagis kecil
yang produksinya telah melebihi masa lestarinya. Untuk lengkapnya

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-71

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

tingkat pemanfaatan SDI di wilayah natuna dapat dilihat pada Tabel 3.18.
berikut:
Tabel 3.18. Tingkat pemanfaatan Sumberdaya perikanan tangkap di
wilayah WPP 711
WPP Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan
Sumberdaya

Produksi

MSY

JTB

F Opt

F Aktual

Demersal

70926

72310

57848

4910

4508

Udang

56582

58255

46604

6968

9465

126762

108622

86898

897

1137

49796

41553

33243

1568

2012

Pelagis Kecil
Pelagis Besar
Sumber: PRPT, 2008

Potensi SDI di perairan Laut Cina Selatan (LCS) (WPP 711) wilayah
Kalimantan Barat tersebut telah dimanfaatkan oleh nelayan-nelayan dari
PROPINSIRiau, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kalimantan Barat,
Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur, bahkan saat ini banyak nelayan asing yang beroperasi menangkap
di perairan LCS.
Saat ini, tingkat pemanfaatan SDI di LCS sudah mencapai lebih dari 65%
per tahun. Potensi SDI yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan Propinsi
Kalimantan Barat dengan garis pantai 1.163 km dari potensi perairan L.
Cina Selatan/Natuna adalah :
-

Wilayah dekat pantai (sampai dengan 12 mil) : standing stock sekitar


1,3 2,3 ton per km2 dan diperkirakan mempunyai potensi lestari
75.000 ton per tahun.

Wilayah lepas pantai terdiri dari 65% perikanan damersal (hewan


dasar perairan) potensi yang ada sebesar

2,0 ton per km 2 atau

250.000 ton per tahun dan 35% perikanan pelagis (fauna permukaan
perairan) 1,3 ton per km2 atau 160 ton per tahun.
Penangkapan ikan permukaan (pelagik) yang penting di Kalimantan Barat
terdapat dilepas pantai Kalimantan Barat Daya dan meluas ke Utara. Jenis
ikan yang utama yang ditangkap di perairan ini adalah pelagik kecil yaitu
ikan Kembung (Rastrelliger sp), Tembang, Tongkol. Perkembangan produksi
ikan permukaan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimiawi perairan
setempat. Ikan permukaan ini bermigrasi menyesuaikan dengan keadaan
perubahan arus di Laut Cina Selatan hingga Laut Jawa. Perubahan arus di
Laut Cina Selatan akan membawa dampak terhadap keberadaan plankton
dan suhu serta salinitas perairan tersebut.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-72

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Sedangkan penangkapan ikan damersal (dasar) di kawasan perairan


Kalimantan Barat yang perairannya relatif dangkal serta berlumpur, ikanikan yang banyak ditangkap adalah ikan-ikan manyong, hiu, pari, bawal
hitam. Untuk ikan-ikan karang penangkapan jenis ikan tidak tergantung
dari musim. Jenis-jenis ikan yang banyak ditangkap adalah Kerapu sunu,
memerah, ekor kuning, dan kakatua.
Dengan

memperhatikan

data

sekunder

dan

informasi

nelayan

dan

mempelajari hasil produksi penangkapan ikan, alat penangkapan ikan dan


kapal perikanan yang digunakan nelayan, dapat diperkirakan hal-hal sebagai
berikut :
1)

Musim penangkapan ikan secara umum terbanyak antara bulan Juli September

2) Hasil tangkapan ikan yang tidak tergantung musim adalah jenis-jenis ikan:
a. Kembung (terbanyak bulan November-Maret)
b. Kerisi (terbanyak bulan September)
c. Mayok (terbanyak bulan April)
d. Tenggiri (terbanyak bulan Juni)
e. Talang (terbanyak bulan Juli)
f. Pari (terbanyak bulan Oktober)
g. Tongkol (terbanyak bulan September)
h. Duri (terbanyak bulan Maret)
i. Tamban (terbanyak bulan Juli - September)
j. Selar (terbanyak bulan Mei - Juni)
k. Semerah (terbanyak bulan April)
l. Udang Putih (terbamyak bulan Desember-Januari)
Daerah-daerah penangkapan ikan (fishing ground) di Kalimantan Barat
antara lain adalah Muara Sungai Mempawah. P. Temajok, Datok, Muara
Sungai Kapuas-Punggur Besar-Padang Tikar, Teluk Melano, Tanjung Satai, P.
Penembangan, P. Pelapis, Karimata Komplek, P.Leman, P.Layah, Muara
Kendawanyan, P. Sawi, P. Cempedak, P.Bawal, Muara S. Paloh, P. Merendam,
Muara S. Sambas - Sedau, P. Lemukutan Komplek.
Kegiatan perikanan budidaya yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir
adalah budidaya air payau (tambak) dan budidaya laut (rumput laut dan
ikan/fin fish).Potensi lahan dan perairan pesisir Kalimantan Barat untuk
kegiatan perikanan budidaya mencapai luas 42.224 hektar yang terbagi
menjadi lahan tambak 26.704 hektar dan perarian laut 15.520 hektar.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-73

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Potensi lahan tambak tersebar di Kabupaten Sambas (4.020 hektar),


Kabupaten Bengkayang (949 hektar), Kabupaten Pontianak (10.935 hektar),
serta Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Ketapang

seluas 10.800

hektar. Besarnya potensi lahan/peraian untuk kegiatan budidaya perikanan


dikarenakan kondisi umum pantai pesisir yang relatif landai, kawasan pesisir
Kalimantan Barat memiliki potensi budidaya pantai (tambak) yang tersebar
di seluruh kabupaten pesisir Kalimantan Barat.
B. Kondisi Perikanan di WP-3-K PROPINSI Kalimantan Barat
Secara geografis, Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup bagus di
bidang perikanan, baik perikanan laut maupun perairan umum. Jumlah
rumahtangga perikanan pada tahun 2011 di ketahuji jumlah rumah
tanggga perikanan laut dengan jumlah 10681, perikananumum dengan
jumlah 2368 dan perikanan budidaya dengan jumlah 4541, (Tabel 3.19.).
Tabel 3.19. Jumlah Rumah Tangga Perikanan di WP-3-K Kalimantan Barat
No

Kab/Kota

1
2

Kab. Sambas
Kab.
Bengkayang
3
Kab. Pontianak
4
Kab. Ketapang
5
Kab.
Kayong
utara
6
Kab. Kubu Raya
7
Kota
Singkawang
Jumlah
Sumber : BPS, 2011

Perikanan
laut
1841
613

Perairan
Umum
256
246

1345
2598
1387

201
564
539

539
859
73

2423
474

397
165

1608
336

10681

2368

4541

Perikanan Budidaya
1078
48

Berdasarkan data tahun 2012 jumlah produksi perikanan wilayah pesisir


Kalimantan Barat terbesar dihasilkan oleh Kabupaten Bengkayang untuk
jumlah produksi perikanan laut dengan jumlah produksi sebesar 58.891,80
ton sedangkan nilai produksi untuk perikanan laut terendah dihasilkan
Kabupaten Kayong Utara dengan nilai produksi 17,10 ton. Untuk nilai
produksi ikan awetan hanya terdapat di Kabupaten Kayong Utara dan
Kabupaten Ketapang, dimana nilai produksi tertinggi terdapat di Kabupaten
Kayong Utara dengan nilai produksi 6.258,20 ton (Tabel 3.20.).
Tabel 3.20. Jumlah Produksi Perikanan di WP-3-K Kalimantan Barat
N
o
1
2
3

Kab/Kota Pesisir
Kabupaten Sambas**
Kota Singkawang**
Kabupaten

Perikanan
Laut
30.726.90
622,70
58.891,80

Perairan
Umum
140,80
401,70
4.344,00

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Perikanan
Budidaya
4.935,44
577,14
3.815,00

Ikan Awetan
-

III-74

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


4
5
6
7

Bengkayang**
Kabupaten Pontianak*
5.143,80
72,70
Kabupaten Kubu Raya**
17,10
141,60
Kabupaten Kayong
Utara**
21.357,30
676,70
Kabupaten Ketapang*
12.563,00
2.042,50
Jumlah
129.322,60
7.820
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

1.561,80
1,152,90

238,10
13,12
12.293,50

6,258.20
13.12
6.271,32

Jika dilihat dari alat penangkapannya, rumahtangga perikanan di parairan


laut sudah didominasi dengan kapal motor, berbeda dengan perairan
umum yang masih didominasi perahu tanpa motor.
Tabel 3.21. Jumlah perahu di WP-3-K Kalimantan Barat
No

Kab/Kota

1
2
3
4
5

Kab. Sambas
Kab. Bengkayang
Kab. Pontianak
Kab. Ketapang
Kab. Kayong
Utara
6
Kab. Kubu Raya
7
Kota Singkawang
Jumlah
Sumber : BPS, 2011

Perahu
tanpa
motor
206
238
167
367

Perikanan laut
Motor
Kapal
temp
motor
el
59
1 291
11
393
35
274
199
1 342

jumla
h
1 556
642
476
1 908

Perairan umum
Perahu Motor
jumla
tanpa
temp
h
motor
el
662
352
305
262
189
844
109
966
1349
321
530
193

289

255

719

1 263

309

959

987

283
147
1697

227
22
808

986
225
2597

1 496
394
1512

1516
150
3329

928
99
4023

430
474
4582

Tabel 3.22. Jumlah unit dan luas usaha budidaya Perikanan di WP-3-K
Kalimantan Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
Sumber :

Kab/Kota

Kab. Sambas
Kab.
Bengkayang
Kab. Pontianak
Kab. Ketapang
Kab.
Kayong
utara
Kab. Kubu Raya
Kota Singkawang
Jumlah
BPS, 2011

Unit
(petak)
10804

Luas (ha)

2925
802
20919

870.9
254.6
10454.02

535
6329
1133
43447

34.38
2803
68.69
19431.79

4946.2

3.5.4. Pertanian
Dibanding tahun 2008, produksi beberapa sub sektor Pertanian Tanaman
Pangan di Kalimantan Barat pada tahun 2009 ada yang mengalami
peningkatan dan ada yang mengalami penurunan. Total produksi padi

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-75

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

menurun dikarenakan produksi padi ladang mengalami penurunan. Pada


tanaman Palawija, hanya kacang tanah, kedelai dan kacang hijau

saja

yang mengalami peningkatan produksi, sementara komoditi utama dari


Palawija yaitu jagung, ubi kayu dan ubi jalar mengalami penurunan.
Variasi luas panen dan tingkat produktivitas antar kabupaten/kota yang
cukup tinggi membuat beberapa kabupaten/kota mendominasi produksi
komoditi tertentu. Pertanian tanaman padi misalnya, pada tahun 2009
didominasi produksi dari Kab. Sambas, Kab. Landak, Kab. Kubu Raya, Kab.
Bengkayang dan Kab. yang mencapai 60,00 persen dari total produksi
PROPINSIsebesar 1.300.798 ton .
Produktivitas padi pada tahun 2009 ini tidak berbeda jauh dengan tahun
2008, yaitu dari 3,12 ton per hektar menjadi 3,11 ton per hektar. Untuk
tanaman palawija, produksi jagung terbesar di Kabupaten Bengkayang
yaitu 71,45 persen dari 166.833 ton total produksi jagung di Kalimantan
Barat atau turun 8,03 persen dari tahun 2008. Sedangkan untuk kacang
tanah naik 4,72 persen dengan produksi terbesar dari Kabupaten Landak
yaitu 37,87 persen dari 2.107 ton produksi kacang tanah di Kalimantan
Barat.
Produksi ubi kayu dan ubi jalar pada tahun 2009 masing-masing sebesar
166.586 ton dan 11.735 ton atau menurun 21,64 persen dari 2.107 ton
produksi kacang tanah Kalimantan Barat. sebesar 14,04 persen dan 8,82
persen dibanding tahun 2008. Produk ini didominasi oleh Kabupaten
Landak dan Kabupaten Sintang sebagai penghasil terbesar.

Sementara

kacang kedelai dan kacang hijau produksi terbesar datang dari Kabupaten
Sambas yang mencapai 74,98 persen dan 82,89 persen dari total produksi
Kalimantan Barat.
Sub sektor Pertanian Hortikultura di Kalimantan Barat pada tahun 2009
umumnya

mengalami

penurunan

dibanding

tahun

2008.

Untuk

sayursayuran sebagian besar terjadi penurunan luas panen, yang otomatis


terjadi penurunan produksi, seperti kacang panjang, terung, kangkung,
bawang daun, tomat, buncis, cabe dan bayam.

Untuk buah-buahan,

hampir seluruh komoditi mengalami peningkatan produktivitas, kecuali


pepaya dan salak mengalami penurunan yang cukup sgnifikan. Produksi
buah-buahan

di

Kalimantan

Barat

cukup

tersebar

di

seluruh

Kabupaten/Kota, hanya beberapa komoditi yang terpusat di beberapa

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-76

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Kabupaten/Kota, seperti jeruk di Kabupaten Sambas, pisang di Kabupaten


Pontianak, durian di Kabupaten Sambas dan nenas di Kota Singkawang.
3.5.5. Perkebunan
Berdasarkan data Dinas Perkebunan propinsi, dari beberapa jenis tanaman
yang diusahakan oleh. Data yang disajikan pada sub bab ini adalah data
tanaman perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Perkebunan besar
(diantaranya karet, kelapa sawit dan kelapa hibrida), hanya kelapa sawit
yang sudah beroperasi secara konsisten.
Untuk komoditi kelapa sawit khusus perkebunan besar selama kurun waktu
2005-2009, luas tanaman mempunyai trendnya meningkat. Luas tanaman
tahun 2009 naik 26,16 persen dari tahun sebelumnya, sementara
produksinya naik 3,95 persen. Untuk perkebunan rakyat pertumbuhan luas
tanaman dan produksi naik sebesar 6,53 persen dan 0,56 persen.
Perbandingan produktivitas perkebunan besar dan perkebunan rakyat
tahun 2009 yaitu 1,86 ton per Ha berbanding 1,21 ton per Ha. Penghasil
kelapa sawit terbesar adalah Kabupaten Sanggau yang mencapai 288.064
ton atau 33,29 persen dari total produksi Kalimantan Barat.
Luas tanam dan produksi tanaman karet pada tahun 2009 meningkat
dibandingkan sebelumnya. Penambahan luas tanaman pada perkebunan
rakyat

sebesar 3,43 persen dengan produktivitas 0,41 ton per Ha.

Sementara itu, untuk komoditi kelapa dalam juga meningkat baik dari luas
tanam maupun hasil produksinya yakni masing-masing meningkat sebesar
0,78 persen dan 3,18 persen.
Selain ketiga jenis tanaman di atas, beberapa tanaman perkebunan yang
lain yang diusahan di Kalimantan Barat adalah tanaman kopi, lada, dan
kakao. Tahun 2009

produksi tanaman lada dan kopi mencapai masing-

masing sebesar 4.620 ton dan 4.275 ton atau turun msing-masing 5,25
persen dan 0,23 persen, demikian juga kakao produksi 1.397 ton atau
turun sebesar 28,58 persen.
3.5.6. Pariwisata
Seluruh wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat memiliki
potensi wisata, baik itu wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat
khusus. Wisata alam merupakan kegiatan wisata dengan menikmati

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-77

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

ataupun mengunjungi kenampakan fisik alam. Wisata budaya merupaka


kegiatan wisata dengan menikmati hasil kreativitas dan pemikiran suatu
individu ataupun masyarakat, sedangkan wisata minat khusus adalah
wisata dengan fokus kegiatan pada pengembangan hobi dan skill tertentu.
Tabel 3.23. Jenis-Jenis Tempat Wisata di WP-3-K Kalimantan Barat
Kabupaten/
Wisata Alam
Wisata Budaya
Wisata Minat
Kota
Khusus
Sambas

Bengkayang

Singkawang

Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang

Pantai Tj. Batu,


Pantai
Sinam,
Pantai
Selimpai,
Pantai
Dungun
Laut, Pantai Camar
Wulan, Pantai Tj.
Datok
P. Randayan, P.
Lumukutan,
P.
Penata,
Pantai
Gosong,
Pantai
Batu Payung
Pantai Samudera
Indah, Pantai Pasir
Panjang,
Pantai
Mak Jentu
Pantai Kijing, P.
Temajo
Mangrove
Batu
Ampar
Pantai P. Dato,
Kep. Karimata
Pantai
Kendawangan

Fishing

Fishing, Diving

Cap Goh Meh

Fishing

Robo-Robo
Robo-Robo

Banana Boat,
Fishing
Fishing

Fishing, Diving

Fishing

3.5.7. Pertambangan
Wilayah pesisir Kalimantan Barat memiliki potensi bahan tambang
terutama bahan tambang mineral yang tersebar di empat kabupaten.
Beberapa bahan tambang potensial tersebut antara lain :
1. Pada daratan Kecamatan Paloh (daerah Batupasir Kayan) 8 km dari
muara Sungai Paloh, berpotensi mengandung batu besi berlempung
dengan kadar yang sangat rendah.
2. Air raksa yang juga merupakan Sinabar di hulu Sungai Paloh.
3. Di Kecamatan Singkawang Selatan ada beberapa potensi sumber
mineral seperti emas, tembaga, kuarsa dan tumalin sedikit terdapat
disekitar Gunung Passi.
4. Bauksit berkadar rendah berpotensi di daerah pantai sekitar Pasir
Panjang dan di sekitar Roban.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-78

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

5. Kaolin berpotensi disekitar Panjitan dan Capkala, merupakan proses


sediman liat berkohesi dan berwarna putih pucat.
6. Perangkap gas bumi di daerah Pulau sepuk Laut, Kecamatan Sungai
Kakap
7. Di daerah kepulauan Karimata terdapat sumber daya mineral yang
terdiri dari malakit, obsidian, kuarsir, emas dan perak. Malakit juga
terdapat di Teluk Bijang dan Teluk Indah.

8. Obsidian terdapat di P. Papan


9. Kuarsit terdapat di P. Limas. Di pantai barat P. Pelapis ditemukan
mengandung

pirit

selebar

1,0

m,

dengan

jurus

barat

laut,

mengandung 3,2 mg emas dan 37,6 gr perak.


3.5.8. Kehutanan
Kalimantan Barat termasuk salah satu propinsi yang memiliki kawasan
hutan yang cukup luas setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan
Tengah, yaitu sekitar 6,39 persen dari luas kawasan hutan di Indonesia.
Luas kawasan hutan di Propinsi Kalimantan Barat berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan No.259/KPTS-II/2000 tanggal 31 Agustus
2001 adalah sebesar 9.178.760 ha yang terbagi atas kawasan lindung dan
kawasan budidaya.
Dalam kawasan lindung, hutan lindung memiliki luas terbesar yaitu
2.307.045 ha, setelah itu adalah hutan taman nasional seluas 1.252.895
ha. Selanjutnya dalam kawasan budidaya sebagian besar adalah untuk
hutan

produksi

terbatas

sebesar

2.445.985

ha

dan

2.265.800

ha

merupakan hutan produksi biasa. Sedangkan hutan produksi konversi


hanya mencapai 514.350 ha.
Untuk hasil hutan non kayu, produksi terbesar di Kalimantan Barat berupa
gaharun buaya yang mencapai 2.820,1 ton pada tahun 2008 dan pada
tahun 2009 hanya mencapai 447,50
Produksi kayu bulat pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,02 persen
dibandingkan tahun sebelumnya dimana terbanyak berasal dari Hak
Penguasa Hutan (HPH) sebesar 192.621.632,41 M 3. Demikian juga dengan
realisasi penerimaan iuran kehutanan dari provisi sumber daya hutan pada
tahun 2009 meningkat sebesar 10,54 persen

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-79

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

3.5.9. Pemukiman
Pengembangan pemukiman pada wilayah WP3K Kalimantan Barat masih
terfokus pada Ibukota Kabupaten/ Kota. hal ini belum menunjukkan bahwa
penyebaran penduduk dan aktivitas masyarakat terkonsentrasi hanya pada
wilayah wilayah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai
seperti Kota Sambas, Kota Singkawang, Kota Mempawah, Kota Sekadau,
dan Kota Ketapang.
Pemanfaatan ruang untuk pemukiman pada Ibukota Kecamatan cenderung
berkembang pada wilayah Sub-Urban seperti Kec. Pemangkat, Kec. Sungai
Kakap, dan Kec. Tel. Batang. Ibukota Kecamatan yang terdapat pada
wilayah Urban cenderung mengalami ketertinggalan.
Pada pulau-pulau kecil, pengembangan pemukiman berjalan lambat karena
kondisi fisik pulau-pulau kecil yang sulit untuk dihuni dan hanya sebagian
kecil saja yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pemukiman.
Pola perkembangan pemukiman pada wilayah pesisir cenderung mengikuti
pola perkembangan jalan. Hal ini dapat dilihat pada wilayah pemukiman
disepanjang jalan Pontianak Singkawang Sambas, dimana pemukiman
penduduk cenderung mendekati jalan. Pada pulau-pulau kecil, pola
pemukiman cenderung mendekati dermaga. Hal ini berhubungan dengan
kemudahan aksesibilitas, khususnya bagi masyarakat nelayan.
Dari aspek pemahaman, penerapan konsep Water Front City belum terlihat
muncul

di

Wilayah

Pesisir

dan

Pulau-pulau

Kecil.

Sebagian

besar

pemukiman masih membelakangi laut dan manjadikan laut sebagai area


pembuangan bagi limbah rumah tangga. Hal ini secara tidak langsung
akan menghambat pengembangan WP3K sebagai kawasan Ekowisata.

3.5.10.

Jasa, Industri, dan Perdagangan

Kawasan

Jasa,

Industri,

dan

Perdagangan

(JIP)

Kalimantan

Barat

berkembang pesat pada wilayah disekitar Ibukota Kabupaten/ Kota Pesisir


dan disekitar kawasan pelabuhan. Pemanfaatan ruang pada kawasan JIP ini
umumnya berupa pergudangan dan pasar.
Belum terlihat adanya kegiatan industrialisasi secara signifikan pada WP3K
Kalimantan Barat. Kegiatan industri yang umum terjadi hanya pengolahan
dari barang mentah menjadi barang setengah jadi, belum sampai menjadi
barang jadi (industri hilir).
Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-80

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

3.5.11.

Perhubungan

Wilayah

laut

Kalimantan

Barat

banyak

dimanfaatkan

sebagai

alur

pelayaran. Hal ini dikarenakan posisi Kalimantan Barat yang strategis dan
dilintasi oleh kapal-kapal ekspedisi internasional. Adapun, salah satu alur
terbesar yang melewati wilayah laut Kallimantan Barat adalah ALKI (Alur
Laut Kepulauan Indonesia).

Gambar. 3.23. Peta Alur Laut Wilayah Kalimantan Barat

ALKI I merupakan jalur keluar dan masuk Indonesia. Namun, Kalimantan


Barat tidak memiliki pelabuhan dengan standar Internasional sehingga
tidak ada kapal-kapal besar yang dapat merapat di Kalimantan Barat.
Pelabuhan terbesar yang terdapat di Kalimantan Barat adalah Pelabuhan
Pontianak. Namun, karena kondisi alur yang dangkal dan berlokasi di dekat
kawasan pemukiman maka Pelabuhan ini sulit dikembangkan sebagai
Pelabuhan Internasional walaupun berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2009 tentang RTRWN telah ditetapkan sebagai
Pelabuhan Internasional.
Pada wilayah utara WP3K Kalimantan Barat terdapat Pelabuhan Sintete
sebagai yang berfungsi sebagai Pelabuhan Regional untuk kawasan

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-81

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

tersebut. Sedangkan pada wilayah selatan terdapat pelabuhan Ketapang


sebagai Pelabuhan Regional untuk kawasan tersebut. Barang dan jasa yang
sering keluar masuk Pelabuhan Sintete umumnya berupa jasa penumpang,
dan belanja barang perlengkapan rumah tangga, sedangkan Pelabuhan
Ketapang

cenderung

memfasilitasi

keluarnya

Sumberdaya

Alam

Kalimantan Barat.
Terdapat 2 Rencana Pelabuhan Internasional yang sedang dikembangkan
saat ini yakni Pelabuhan Temajo di Kec. Sungai Kunyit, Kab Pontianak dan
Pelabuhan Tel. Batang Kec. Tel. Batang, Kab. Kayong Utara. Pada tahun
2011, Pelabuhan Temajo sedang menyusun Dokumen DED, sedangkan
Pelabuhan Tel. Batang sudang melaksanakan pembangunan Tahap IV dari
dana APBN Kementerian Perhubungan.
3.6.

KONDISI SUMBERDAYA HAYATI

3.6.1. Ekosistem Mangrove


Menurut Aksornkoae (1993), mangrove adalah tumbuhan halophit yang
hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi
sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di
daerah tropis dan subtropis. Hutan mangrove sebagai ekosistem pesisir
dan laut memiliki arti penting karena mempunyai fungsi ekologis, sosial
dan ekonomi.
Secara ekologis mangrove berfungsi sebagai tempat pemijahan ikan dan
udang (spawning area), pelindung pantai dari abrasi akibat arus dan
gelombang (coastal protection) dan penyuplai nutrient (nutrient source)
bagi lingkungan. Secara sosial ekonomi, mangrove menghasilkan kayu
untuk rumah penduduk dan industri, tempat sumber ikan bagi manusia.
Secara estetika, hutan mangrove mempunyai panorama yang indah
sebagai

ekowisata

bahari

(marine

ecotourism)

dengan

potensi

keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga sangat penting untuk


dijadikan

sebagai

kawasan

konservasi

(conservation

area).

Dengan

berbagai fungsi ini, maka ekosistem mangrove memiliki nilai yang tinggi
sehingga harus tetap di jaga kelestrian dan keutuhannya.
Propinsi

Kalimantan

Barat

memiliki

potensi

sumberdaya

ekosistem

mangrove yang sangat besar dan perlu dijaga kelestariannya. Sebaran


ekosistem mangrove hampir terdapat di seluruh kecamatan pesisir dengan
jumlah dan jenis yang bervariasi sesuai dengan kondisi wilayah.
Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-82

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Sebaran ekosistem mangrove terbesar di Propinsi Kalimantan Barat


terdapat

pada

Kecamatan

Batu

Ampar

dan

Muara

Kubu.

Lainnya

merupakan kawasan-kawasan pantai yang sempit dan memanjang seperti


Tanjung Bangkai deket muara sungai Mempawah sampai daerah pantai
Jungkat (kab Pontianak), pantai Sukadana sampai muara sungai Tulak
(Ketapang). Disamping itu, pantai berhutan bakau juga ditemukan di
beberapa muara sungai seperti Muara Sungai Kendawangan, Pawan,
Pesaguan dan Simpang (Ketapang), Muara Sungai Punggur dan Sungai
Ambawang (Kab Pontianak) dan Muara Sungai Sambas, Paloh (Kab
Sambas) dan lain-lain.
Berdasarkan hasil inventarisasi LPP Mangrove (2007), pada wilayah Batu
Ampar dan Muara Kubu ditemukan 50 jenis vegetasi, baik true mangrove
spesies, associate maupun jenis-jenis ekoton ataupun teresterial yang
masih berdekatan dengan vegetasi mangrove. Dari 50 jenis tersebut, 31
jenis ditemukan dalam transek dan 19 jenis di luar transek. Dari 31 jenis
yang ditemukan dalam transek tersebut 16 jenis merupakan mangrove
sejati, 12 jenis merupakan ekoton dan 3 jenis merupakan mangrove ikutan.
Untuk lebih jelasnya, berdasarkan hasil survei LPP Mangrove (2007), jenis
vegetasi mangrove (dalam transek) yang terdapat di Demosite Batu Ampar
dan Muara Kubu dapat dilihat pada Tabel 3.24.
Tabel 3.24. Jenis Vegetasi Mangrove (Dalam Transek) Yang Terdapat di
Pesisir Kabupaten Kubu Raya (Demosite Batu Ampar dan Muara
Kubu)
No

Jenis mangrove

Kategori

1
2

Avicennia alba
Bruguiera
gymnorrhiza
Bruguiera parviflora
Ceriops tagal
Excoecaria
agallocha
Lumnitzera littorea
Lumnitzera
racemoza
Rhizophora
apiculata
Rhizophora
mucronata
Sonneratia alba

Mangrove Sejati
Mangrove Sejati

N
o
17
18

Mangrove Sejati
Mangrove Sejati
Mangrove Sejati

Sonneratia
caseoralis
Xylocarpus
granatum
Xylocarpus
moluccensis
Nypa fruticans

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis mangrove

Kategori
Ekoton
Ekoton

19
20
21

Arthocarpus rigidus
Archiedendron
elipticum
Beluchia axinanthera
Caryota mitos
Dillenus suftruticosa

Mangrove Sejati
Mangrove Sejati

22
23

Fikus firstulosa
Harpulua arborea

Ekoton
Ekoton

Mangrove Sejati

24

Loea indica

Ekoton

Mangrove Sejati

25

Semecarpus gleucus

Ekoton

Mangrove Sejati

26

Ekoton

Mangrove Sejati

27

Syzyrgum
acutangulum
Syzyrgum..

Mangrove Sejati

28

Viler vestita

Ekoton

Mangrove Sejati

29

Terminalia catappa

Mangrove Sejati

30

Pandanus tectorius

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Ekoton
Ekoton
Ekoton

Ekoton

Mangrove
Ikutan
Mangrove
Ikutan

III-83

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


15

Acrostichum aureum

Mangrove Sejati

31

Hibiscus tiliacous

Mangrove
Ikutan

16

Acrostichum
Mangrove Sejati
speciosum
Sumber: LPP Mangrove (2007)

Jenis tumbuhan mangrove yang dominan di wilayah Batu Ampar dan Muara
Kubu antara lain Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Avicennia
alba, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Excoecaria agallocha,
Xylocarpus granatum dan Xylocarpus moluccensis. Nilai kerapatan total
mangrove di Batu Ampar dan Muara Kubu adalah sebesar 478.92 pohon/ha
untuk tingkat pohon, untuk tingkat pancang sebesar 717.94 pohon/ha, dan
untuk tingkat semai sebesar 915.48 pohon/ha. Nilai kerapatan untuk
masing-masing jenis mangrove berkisar antara 0.54 362.66 pohon/ha
untuk tingkat pohon, untuk tingkat pancang 0.69 602.60 pohon/ha, dan
untuk tingkat semai 2.98 784.24 pohon/ha. Untuk lebih jelasnya,
gambaran kondisi vegetasi hutan mangrove di pesisir Batu Ampar dan
Muara Kubu Raya dapat dilihat pada Gambar 3.25.

Gambar 3.25. Kondisi vegetasi hutan mangrove di Batu Ampar dan Muara Kubu
Gambar 3.24. Peta Sebaran Mangrove Di Propinsi Kalimantan Barat

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-84

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Di pesisir terbuka yang berhubungan dengan laut, komunitas perintis


umumnya di dominasi oleh perepat (Sonneratia alba) dan api-api/bogen
(Avicennia alba). Avicenia tumbuh di atas pasir berlumpur yang kokoh,
sedangkan Sonneratia berasosiasi dengan lumpur yang lunak. Di belakang
dua asosiasi tersebut di ikuti oleh jenis pohon bakau (Rhizophora
mucronata dan Rhizophora apiculata) dengan area penyebaran yang
sangat luas. Kearah daratan lebih jauh ditemukan beberapa jenis Tumu
(Bruguiera

gymnorhiza)

dan

sedikit

nyirih

(Xylocarpus

granatum&Xylocarpus moluccensis) yang berasosiasi dengan Rhizophora


apiculata.

Nyirih(Xylocarpus

granatum),

nyirih

batu(Xylocarpus

moluccensis) dan Buta-buta(Excoecaria agallocha) sedikit ditemui di


pinggiran/pematang sungai. Selanjutnya asosiasi yang ada dan mengarah

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-85

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

ke sumber air tawar adalah nipah. Nipah tumbuh subur di pinggir-pinggir


sungai kearah hulu sampai batas pasang surut maksimal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bengen (2004), bahwa daerah yang paling
dekat dengan laut, yang biasanya bersubstrat agak berpasir, sering
ditumbuhi oleh jenis

Avicennia

spp. Bisa pula berasosiasi

dengan

Sonneratia spp., yang dominan tumbuh pada lumpur dalam. Sementara


makin ke arah darat, hutan mangrove didominasi oleh jenis Rhizopora spp.,
juga Bruguiera spp. dan Xylocarpus. Sementara zonasi berikutnya banyak
diisi oleh Bruguiera spp. Zona transisi antara hutan mangrove dan dataran
rendah biasa ditumbuhi oleh nipah(Nypa fruticans) dan beberapa spesies
palem lainnya.
Pada wilayah pantai utara Kalimantan Karat (Mempawah, Bengkayang,
Singkawang dan Sambas), sebaran mangrove kebanyakan sempit dengan
ketebalan antara 50-300 m. komunitas dominan pada wilayah ini adalah
mangrove jenis perintis yaitu Avicennia spp, dan Sonneratia spp.
Berdasarkan hasil observasi/pengamatan pesisir Singkawang, tidak kurang
dari 7 (tujuh) jenis vegetasi mangrove ditemukan. Jenis vegetasi mangrove
yang hidup di pesisir Singkawang tersebut antara lain Avicennia alba,
Avicennia lanata, Sonneratia alba, Rhizophora apiculata, Rhizophora
mucronata, Bruguiera cylindrica, dan Excoecaria agallocha. Secara umum,
kerapatan vegetasi mangrove di Pesisir Singkawang adalah 327 btg/ha
untuk pohon, 11.275 btg/ha untuk pancang dan 50.625 btg/ha untuk
semai.
Menurut LPP Mangrove Bogor 2007, di perkirakan luas mangrove di
Indonesia adalah seluas 2,49 4,25 Juta Ha. Sedangkan luas mangrove
untuk wilayah Kalimantan Barat diperkirakan 280.875 Ha yaitu tersebar di
kabupaten Sambas, Singkawang dan Bengkayang dengan luas 875 Ha;
kabupaten Kubu Raya dan Pontianak seluas 234.000 Ha; serta kabupaten
Kayong utara dan Ketapang seluas 46.000 Ha. Untuk lebih jelasnya,
sebaran mangrove di Propinsi Kalimantan Barat dapat di lihat pada gambar
3.24.
3.6.2. Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa deposit kalsium
karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang
adalah hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum
Coelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria. Yang disebut sebagai

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-86

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas
Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.
Terumbu karang (coral reefs) merupakan kumpulan organism karang dan
ekosistemnya yang hidup di dasar perairan dan berupa bentukan kapur
(CaCO3) yang cukup kuat untuk menahan gaya gelombang. Organismorganisme yang dominan hidup di terumbu karang adalah binatangbinatang karang yang mempunyai kerangka kapur dan algae yang banyak
diantaranya juga mengandung kapur. Satu individu karang atau disebut
polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1
mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada
umumnya polip karang berukuran kecil. Polip dengan ukuran besar
dijumpai pada karang yang soliter.
Selain dikagumi karena keindahannya, terumbu karang ternyata juga
menyimpan banyak manfaat. Salah satunya berfungsi melindungi pantai
dari

pengikisan

oleh

ombak

dan

arus.

sehingga

terumbu

karang

merupakan pelindung bagi wilayah pelabuhan, dermaga, perahu, rumah,


dan masyarakat sekitar pesisir dari bahaya ombak maupun gelombang
badai.Terumbu karang yang sehat juga dapat menjadi tempat tinggal yang
baik bagi ribuan biota laut yang tinggal di dalamnya. Sayangnya, akibat
eksploitasi yang berlebihan keberadaanya kini semakin memprihatinkan.
Perlu ada upaya pelestarian yang lebih serius.
Sebaran terumbu karang di kalimantan barat terletak di pulau Merendem
(Utara), pulau Lemukutan, Pulau Randayan (Bengkayang), Pulau Datok,
Pulau Sentijan (Mempawah), Kepulauan Karimata dan pulau Gelam, pulau
Bawal, Pulau Cempedak, pulau Sawit (Ketapang). Di kepulauan karimata
hampir seluruh pulau-pulaunya mempunyai terumbu karang. Karena
mempunyai luas yang besar, maka kawasan ini dijadikan kawasan
konservasi dengan status Cagar Alam Laut seluas 77.000 ha.
Berdasarkan geomorfologisnya terumbu karang dibagi menjadi 3 tipe, yaitu
terubu karang tepi (fringing reef) yaitu karang yang tumbuh mulai dari
tepian pantai pulau, terumbu karang pengahalang (barrier reef) yaitu
terumbu karang yang dipisahkan dari daratan pantai oleh goba/lagun,
terumbu karang cincin/melingkar (atoll reef) yaitu karang yang melingkar
atau berbentuk oval yang melingkari goba. Terumbu karang yang ada di
perairan Kalimantan barat pada umumnya terumbu karang pinggiran dan

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-87

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

terumbu karang penghalang. Terumbu karang pinggiran banyak terdapat di


pulau karimata, pulau bawal dan Delam serta pulau Merendam.
Gambar 3.26. Peta Sebaran terumbu karang, lamun dan Algae Di Propinsi
Kalimantan Barat

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-88

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Sedangkan terumbu karang penghalang luasnya tidak terlalu luas,


menyebar dan tidak muncul di permukaan pada saat surut terendah.
Terumbu karang jenis penghalang banyak terdapat di pulau karimata
bagian selatan. Karang dan terumbu karang di Kalimantan barat pada
umumnya mempunyai daerah penutupan yang masih bagus sampai
sedang. Di beberapa tempat ada beberapa terumbu karang yang rusak
akibat penangkapan ikan dengan menggunakan bom. Umumnya karang
yang rusak tersebut letaknya agak jauh dari tempat pemukiman (pulau
berpenghuni).
Tabel 3.25 Luasan Terumbu Karang per Kabupaten Wilayah Perairan
Propinsi Kalimantan Barat
No

Kabupaten/ Kota

Sambas

Bengkayang

Kota Singkawang

Pontianak

Kubu Raya

Kayong Utara

Ketapang

Luas Terumbu Karang (Ha)


243.66
6,140.54
0.00
3,388.40
38.08
59,248.60
3,500.54

Total

72,559.82

Sumber: Hasil Olahan Data Citra Satelit 2011

Berdasarkan hasil olahan data citra satelit, terumbu karang di Propinsi


Kalimantan Barat seluas 72,559.82 hektar.

Luasan di masing masing

Kabupaten terlihat dalam pada Tabel 2.25 Luasan terumbu karang tertinggi
terdapat di Kayong Utara yaitu seluas 59,248.60. Sedangkan Kabupaten
dengan hamparan terumbu karang terkecil terdapat di Kubu Raya yaitu
seluas 38.08 ha sedangkan di kota singkawang tidak meemiliki terumbu
karang.
3.6.3. Kategori Lifefoam
Tutupan terumbu karang berdasarkan katagori lifefoam dari sampling di
bebarapa titik perairan sekitar pulau dan keterwakilan di perairan
Kalimantan Barat dapat duraikan berikut ini :
1. Utara kalimantan Barat
Terumbu karang yang di temukan di Pulau yang terdapat di sambas
sepereti tertera pada Diagram Gambar 3.26. di atas berbentuk
massive atau sering sebut karang batu atau bunder sebesar 15,55 %

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-89

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

persen, untuk karang yang bercabang atau sering disebut Acropora


sebesar 22,3 % persen dan yang kalah penting di pulau di sambas
juga di temukan Soft corals 0,85 %.

Gambar 3.27. Persentase lifefoam karang Utara kalimantan Barat

2. Tengah Kalimantan Barat


Kondisi tutupan lifefoam karang yang ada di Pulau bagian tengah
Kalimantan Barat lebih rapat di banding dengan Pulau di bagian
utara. Karang non Acropora 21,7 % dan karang bercabang atau
Acropora 34,8 %. Alga turf yang terdapat di pulau bagian tengah
kalimantan barat juga dapat dikatakan lebih rapat jika dibandingkan
dengan pulau yang terdapat di bagian utara yakni sebesar 28,1%,
demikian juga dengan Soft Coral-nya yakni 3% lebih rapat jika
dibandingkan dengan pulau bagian utara (0,85%). Diagram lifefoam
dapat dilihat pada Gambar 3.28,

Gambar 3.28 Persentase lifefoam karang Tengah Kalimantan Barat

3. Selatan kalimantan Barat


Kondisi tutupan lifefoam karang , kelompok
sebesar 25,5%

Karang non Acropora

dan karang bercabang atau Acropora 24,5 %.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-90

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Tutupan Alga Turf sebesar 18,75 %, Soft Coral-nya yakni 5.2 %


sangat rapat jika dibandingkan dengan bagian tengah kalimantan
barat

(0,85%).

Diagram tutupan lifefoam dapat dilihat pada

Gambar 3.29

Gambar 3.29 Persentase lifefoam karang Selatan Kalimantan Barat

3.6.4. Keanekaragaman Terumbu Karang


Keanekaragaman terumbu karang di perairan Kalimantan Barat

yang

berhasil identifikasi di perairan Kalimantan Barat dapat dilihat pada Tabel


3.26.
Tabel 3.26. Jumlah Jenis Terumbu Karang Yang Berhasil Diidentifikasi di
Perairan Propinsi Kalimantan Barat
BENTHIC

CODE

LIFE FORM

NBR

Hard Corals
( Acropora )
Branching
Tabulate
Encrusting
Submassive
Digitate

ACB
ACT
ACE
ACS
ACD

NBR. OF
OCCURANC
E

5
0
0
0
0

PERCE
NT

CATEGO
RY

COVER

TOTALS

15%
0%
0%
0%
0%
15.30%

Hard Corals ( Non


Acropora )
Branching
Massive
Encrusting
Submassive
Foliose
Mushroom

CB
CM
CE
CS
CF
CMR

0
3
0
0
0
1

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

0%
9%
0%
0%
0%
3%

III-91

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil


BENTHIC

CODE

LIFE FORM
Millepora
Heliopora

NBR
CME
CHL

NBR. OF
OCCURANC
E
0
0

PERCE
NT

CATEGO
RY

COVER
0%
0%

TOTALS

12%
Dead Scleractinia
Dead Coral
( With Algal
Covering )

DC

0%

DCA

9%
9%

Algae
Macro
Turf
Coraline
Halimeda
Algal Assemblage

MA
TA
CA
HA
AA

8
8
2
0
0

21%
14%
3.20%
0%
0%
37.70%

Other Fauna
Soft Corals
Sponge
Zoanthids
Others

SC
SP
ZO
OT

3
1
0
4

9.40%
4.50%
0%
12%
26%

Abiotic
Sand
Rubble
Silt
Water
Rock

S
R
SI
WA
RCK

0
0
0
0
0

0%
0%
0%
0%
0%

Benthic
Totals
36
Sumber: Diolah dari data hasil survey lapangan 2011

0%

100%

Berdasarkan hasil survey terumbu karang yang dilakukan pada bulan Juli
2011, maka dapat diketahui persentase tutupan sponge, karang hidup, dan
karang mati di setiap area studi. Persen cover tutupansponge pada masingmasing pulau yang berdekatan dapat lihat pada Gambar 3.30.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-92

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Gambar 3.30. Grafik kelimpahan sponge seluruh lokasi survey

Sponge akhir akhir ini diketahui merupakan komoditas mahal untuk


digunakan kepentingan farmasi. Kelimpahan sponge pada lokasi P. Sawi
sangat kaya keanekaragaman tidak sama seperti pada lokasi lain sponge
hanya temukan satu atau dua spesies saja .Lokasi P. Sawi ini sangat unik
karena sponge yang di temukan berbagai macam ukuran artinya selama ini
sponge yang ada dilokasi P. Sawi belum di ketahui atau belum tersentuk
oleh para pengusaha. Kondisi sponge ditemukan yang ukuran besar
menandakan sponge pada lokasi ini sudah berumur lama tidak terganggu.
Tutupan persen cover terumbu karang pada ke tiga pulau sisi timur Propinsi
Kalimatan Barat (Pulau Gelam, Pulau Bawal, dan Pulau Sawi) seperti
terlihat pada Gambar 3.31.

Gambar 2.31. Grafik Tutupan Karang Hidup dan Mati di Pulau Gelam, Pulau Bawal,
dan Pulau Sawi

Pada gambar diatas hanya disajikan persen cover karang hidup dan karang
mati pada ketiga pulau yang dianggap pulau sejajar garis pantai yang
berdekatan dengan daratan Kalimantan. Kondisi terumbu karang pada
pulau yang saling berdekatan dengan pulau besar atau daratan kalimantan

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-93

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

sangat mempengaruhi kepada keberadaan ekosistem terumbu karang.


Faktorfaktor utama yang mempengaruhi adalah tingginya sedimentasi
dari daratan terbawa oleh muara sungai besar, pengaruh manusia
langsung yaitu kedatangan nelayan nelayan pada pulau tersebut dengan
melakukan kegiatan yang tidak ramah lingkungan. Karang hidup yang
terdapat pada ketiga pulau tersebut angka tertingi berada pada pulau
lagan Bawal sebesar 30,6 % dengan karang mati 0,7 %. Urutan kedua
karang hidup tertinggi berada pada pulau Gelam ujung 5,6 % dengan
karang mati 8,8% sedangkan urutan ketiga berada pada pulau sawi 3,5 %
karang hidup dengan 1,9 % karang mati. Rendah karang hidup di Pulau
Sawi ini disebabkan oleh factor Ocenografi, besar gelombang, subtract
pasir sehingga tidak menempel planula bisa karang untuk menjadi besar,
namun pada lokasi isi banyak ditemukan othes sebutan lain dalam kode
transek dengan biota sebenarnya adalah berupa tali arus, putri malu, dll.
Pada lokasi ini juga jelas terlihat mencolok sangat dominan sponge di
temukan karena sponge lebih sesuai dengan lingkungan berarus kuat.
Untuk lebih jelasnya, kondisi tutupan karang hidup, karang mati, karang
bercabang, karang tak bercabang, alga dan biota lain yang berasosiasi
dengan karang pada masing-masing area studi dapat dilihat pada Gambar
3.32.; 3.33.; 2.34.; 3.35. dan 3.36.

Gambar 3.32. Grafik tutupan karang hidup dan mati di Pulau Meledang, Pulau
Lising, Pulau Gunung Karimata

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-94

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Gambar 3.33. Grafik tutupan karang hidup dan mati di Pulau Serutu, Pulau Pelapis,
Pulau Sireh

Gambar 3.34. Grafik tutupan karang hidup dan mati di Tanjung Datok, Gosong
Neger, dan Pulau Merendem

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-95

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Gambar 3.35. Grafik tutupan karang hidup, karang mati, karang bercabang, karang
tak bercabang, alga dan biota lain yang berasosiasi dengan karang di
Pulau Buan

Gambar 3.36. Grafik tutupan karang hidup, karang mati, karang bercabang, karang
tak bercabang, alga dan biota lain yang berasosiasi dengan karang di
Tanjung Senoa Karimata

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-96

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

3.6.5. Ekosistem Lamun


Lamun

(seagrass)

adalah

merupakan

tumbuhan

berbunga

(Spermatophytae) yang tumbuh bergerombol membentuk rumpun. Ciri-ciri


lamun adalah:
1. Mempunyai daun, batang, dan akar serta bunga
2. Batang tertanam di substrat (akar rizhom)
3. Penyerbukan dalam air
Lamun merupakan salah satu produsen yang paling tinggi produktifitasnya
jika dibandingkan dengan karang, mangrove serta ekosistem lainnya di
perairan pesisir dangkal. Kelompok tumbuhan ini merupakan kelompok
berbiji tunggal (monokotil). Tumbuhan ini diketahui pula mengandung efifit
algae biru hijau yang dapat memfiksasi nitrogen dalam air. Disekitar
ekosistem lamun biasanya ditumbuhi oleh hewan herbivora seperti ikan
beronang dan penyu.
Lamun merupakan salah satu produsen yang paling tinggi produktifitasnya
jika dibandingkan dengan Karang, mangrove serta ekosistem lainnya di
perairan pesisir dan laut dangkal. Kelompok tumbuhan ini, merupakan
tumbuhan berbiji tunggal (monokotil). Tumbuhan ini diketahui pula
mengandung efifit algae biru-hijau yang dapat memfiksasi nitrogen dalam
air. Di sekitar ekosistem Lamun biasanya ditumbuhi oleh hewan herbivora
seperti ikan beronang dan penyu.
Lamun yang dijumpai di perairan sekitar P. Bawal adalah : Thallasia
hemprecii, Enchalus acoroides.
Selain lamun, jenis produsen lainnya yang juga cukup berperan dan
memppunyai produtifitas tinggi adalah makroalgae. Jenis makroalgae yang
terdapat di wilayah perairan Kalbar adalah Caulerpa taxipola, Sargasum
spp, Padina gymnospora, Caulerpa spp (Anggur Laut), Subergogia mollis.
Keberadaan lamun biasanya juga berkaitan dengan penyebaran udang.
Demikian

pula

dengan

keberadaan

dugong

dan

penyu.

Didaerah

Kendawangan sering terlihat dugong sedang merumput. Lamun biasanya


terdapat dalam jumlah yang melimpah dan berbentuk padang yang lebat
dan luas. Lamun dapat hidup pada substrat berpasir atau lumpur berpasir
dan kadang berasosiasi dengan terumbu karang.
Berdasarkan hasil olahan data citra satelit dan survei lapangan, lamun di
Propinsi Kalimantan Barat seluas 29345,5 ha.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

Luasan lamun tertinggi

III-97

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

terdapat di Kayong Utara yaitu seluas 59,248.60 ha . Luasan lamun di


masing masing Kabupaten terlihat dalam pada Tabel 3.27.
Sebaran lamun diperairan Kalimantan Barat diantaranya terdapat di
perairan P. Bawal, Gelam, P. Sawi, Kepulauan Karimata bagian utara, P.
Dato dan P. Merendam. Jenis

Tabel 3.27 Luasan Lamun dan Algae per Kabupaten Wilayah Perairan
Propinsi Kalimantan Barat
No
1
2
3
4
5
6
7

Kabupaten/ Kota
Sambas
Bengkayang
Kota Singkawang
Pontianak
Kubu Raya
Kayong Utara
Ketapang

Luas lamun
(Ha)
299.60
318.60
0.00
0.00
0.00
15,806.20
12,921.10

Total
29,345.50
Sumber: Hasil Survey Lapangan Tahun 2011

Luas Algae
(Ha)
4.90
200.10
104.60
217.30
39.20
1,060.80
474.10
2,101.00

Untuk lebih jelasnya, sebaran lamun di Propinsi Kalimantan Barat dapat di


lihat pada gambar 3.37.
3.6.6. Biota Perairan
A. Sumberdaya Perikanan Laut
Perairan laut Kalimantan Barat membentang dari mulai Laut Natuna
sampai Selat Karimata dan berbatasan dengan laut PropinsiRiau. Kondisi
laut sangat dipengaruhi pola arus dari Laut Jawa dan Laut China Selatan
yang mengakibatkan perairan laut Kalimantan Barat memiliki kesuburan
cukup tinggi sepanjang tahunnya.
Secara

umum

keberadaan

ikan

pelagis

di

suatu

perairan

sangat

dipengaruhi oleh kondisi bio-fisik perairan tersebut. Perairan Indonesia


yang umumnya sangat dipengaruhi oleh pola angin monsun memiliki pola
sirkulasi dan transpor massa air yang berbeda dan bervariasi antar musim.
Selain itu, kondisi yang terjadi di Samudera Pasifik dan Atlantik juga turut
memberikan peranan yang signifikan terhadap keberadaan ikan pelagis.
Namun demikian, karena lokasinya yang berada di daerah tropis, beda
variasi yang terjadi secara umum tidak terlalu mencolok. Hal ini sangat
berbeda dengan kondisi yang terjadi di perairan lintang menengah dan

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-98

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

tinggi, dimana kondisi di musim dingin akan sangat berbeda jauh dengan
kondisi di musim panas.
Seperti

telah

menentukan

diketahui,
jumlah

tingkat

biomass

kesuburan

sumberdaya

suatu

perairan

perikanan

yang

sangat
ada

di

dalamnya. Tingkat kesuburan perairan ini biasanya diindikasikan oleh


konsentrasi nutrien di dalam badan air. Keberadaan nutrien ini akan
dimanfaatkan

oleh

fitoplankton

melalui

proses

fotosintesis,

dimana

kemampuan fotosintesis berkaitan erat dengan kandungan klorofil yang


dimiliki oleh fitoplankton. Salah satu jenis klorofil yang keberadaannya
hampir terdapat di semua jenis fitoplankton adalah klorofil-a (Nontji, A.,
2005).
Salah satu parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberadaan ikan
si suatu perairan adalah ada tidaknya sumber makanan yang dibutuhkan.
Menurut hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan, menginformasikan
sumber makanan ikan terkonsentrasi di wilayah perairan yang subur.
Daerah perairan yang subur memiliki kandungan nutrien yang tinggi,
seperti orthoposphat, nitrat, nitrit dan unsur hara lainnya. Daerah ini
biasanya diindikasikan dengan kelimpahan fitoplankton yang tinggi dan
konsentrasi klorofil-a yang tinggi pula.
Konsentrasi klorofil-a di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat secara
umum cukup tinggi sepanjang tahun. Kondisi klorofil-a yang relatif tinggi ini
selanjutnya berdampak pada terpenuhinya kebutuhan esensial pada rantai
makanan pada ekosistem biota di kawasan ini, terutama untuk ikan pada
tropic

level

rendah.

Kondisi

inilah

yang

memungkinkan

terjadinya

kelimpahan ikan di wilayah perairan Propinsi Kalimantan Barat cukup tinggi


sepanjang tahun.
Dari ulasan gambar dan beberapa keterangan yang telah dijelaskan diatas,
beberapa nutrien esensial yang menentukan tingkat kesuburan perairan
seperti fosfat, silikat, dan nitrat cukup tersedia sepanjang tahunnya
diperairan barat Kalimantan ini. Keberadaan nutrien esensial ini juga erat
kaitannya dengan aktivitas di daratan, seperti pertanian, perkebunan,
pemukiman, dan industri. Serta adanya pengaruh dari Laut China Selatan
dan Laut Jawa yang dalam transpor massa airnya yang membawa pula
nutrien di dalam badan air, sehingga menyebabkan konsentrasi nutrien
esensial yang berperan penting dalam meningkatkan kesuburan perairan
dapat terpenuhi sepanjang tahun

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-99

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Keberadaan gerombolan ikan dapat diprediksi dengan memperhatikan


hubungan antara konsentrasi klorofil, nutrient dan pola arus suatu
perairan. Berdasarkan sebaran klorofil a diperairan laut selanjutnya dapat
diprediksi sebaran ikan, seperti yang telah dipublikasikan oleh Balai Riset
Observasi Kelautan Kementerian Kelautan Perikanan melalui webnya
http://www.brok.kkp.go.id/peta-pdpi-nasional/ yang diterbitkan mingguan .
Terlihat prediksi sebaran ikan pelagis diperairan Kalimantan Barat sangat
berkorelasi dengan pembahasan beberapa nutrient dan khlorofil a diatas.
Kumpulan gambar-gambar prediksi distribusi gerombolan ikan tersebut
disarikan pada Gambar 9. Pola sebaran gerombolan ikan ditampilkan dalam
2 prediksi mulai bulan Juni 2010 sampai dengan Juli 2011. Pada musim
timur (bulan Juni-September), dimana air laut mengalir dari Laut Jawa ke
arah Laut China Selatan terlihat prediksi gerombolan ikan lebih banyak
dibandingkan gerombolan ikan yang terlihat pada bulan Desember hingga
Maret yang dikenal dengan musim barat.
Memasuki

bulan

April

yang

merupakan

musim

peralihan

terlihat

gerombolan ikan mulai meningkat dan terus terjadi hingga bulan Oktober
yang merupakan musim peralihan berikutnya.

Selanjutnya prediksi

gerombolan ikan menurun dan bahkan pada bulan November Februari


gerombolan sangat sedikit. Terlihat keberadaan gerombolan ikan ini terkait
dengan pola arus yang terjadi yaitu pada musim timur arus mengalir dari
arah Laut Jawa ke Laut China Selatan yang membawa nutrient cukup
banyak. Sedangkan sebaliknya pada musim barat arus mengalir dari Laut
China Selatan kea rah Laut Jawa yang kondisi nutriennya lebih sedikit
dibandingkan dari Laut Jawa.
Peta distribusi ikan tersebut menggambarkan gerombolan ikan ikan
pelagis. Beberapa komoditi perikanan yang banyak terdapat di perairan
Kalimantan Barat terdiri dari ikan-ikan pelagis besar, seperti tenggiri
(Scombridae), tongkol (Euthynnus spp) yang biasa terdapat di lapisan atas
permukaan agak jauh dari pantai. Sedangkan ikan pelagis kecil, seperti
ikan layang (Decapterus sp); kembung (Rastreflinger spp); selar (Atule
mate)

sering

ditemukan

bergerombol

di

pertukaran

dekat

pantai.

Sedangkan untuk ikan-ikan demersal, seperti ikan sebelah atau ikan lidah;
ikan manyung (Tachyurus spp), hiu pari (Trigonidae), kuwe (Carangidae);
kakap (Lutjanus sp); kerapu (Epinephelus); gulamah (Scaencae), serta

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-100

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

berbagai jenis udang (Peneaus spp), rajungan lebih banyak tertangkap di


dasar laut yang relatif dangkal dan berlumpur.
Hasil

pengamatan

lain

menunjukkan

bahwa

perairan

laut

antara

Kalimantan dan Sumatera, Jawa dan Sulawesi, Selatan Jawa Timur, Bali dan
Nusa Tenggara, Laut Banda, Laut Arafuru dan Selat Malaka merupakan
wilayah dengan pola kesuburan rata-rata tahunan cukup subur ditemui
sepanjang tahun. Lebih detilnya pada Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) Laut Cina Selatan merupakan wilayah perairan yang kurang subur
namun pada area/wilayah perairan antara Kepulauan Natuna dan Karimata
merupakan wilayah yang paling subur (Realino B. et al).

(a) Juni 2010

(b) Juni 2010

(c) Juli2010

(d) Juli2010

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-101

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(e) Agustus 2010

(f) Agustus 2010

(g) September 2010

(h) September 2010

(i) Oktober 2010

(j) Oktober 2010

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-102

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(k) November 2010

(l) November 2010

(m) Desember 2010

(n) Desember 2010

(o) Januari 2011

(p) Januari 2011

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-103

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(q) Februari 2011

(r) Februari 2011

(s) Maret 2011

(t) Maret 2011

(u) April 2011

(v) April 2011

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-104

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

(w) Mei 2011

(x) Mei 2010

(y) Juni 2011

(z) Juni 2011

(aa) Juli 2011

(bb) Juli 2011

Gambar 3.38. Prediksi gerombolan ikan di perairan Kalimantan bulan


Juni 2010 Juli 2011 (Sumber http://www.brok.kkp.go.id/petapdpi-nasional)

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-105

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

B. Echinodermata
Echinodermata merupakan hewan laut yang memiliki kulit berduri/berbintil.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar pulau wilayah
pesisir Kabupaten Bengkayang dan hasil pengamatan visual ditemukan
golongan echinodermata berupa teripang (Holocthuroidea), bintang laut
(Astoreidea), bintang mengular (Ophiuroidea), bulu babi (Echinodea) dan
lili laut (Crinoidea).

Dari golongan tersebut, teripang merupakan hewan

yang memiliki nilai ekonomis. Teripang biasa hidup di alam pada perairan
berpasir dan berbatu karang. Namun saat ini berdasarkan hasil wawancara
dengan

nelayan/penduduk

setempat

jumlahnya

makin

berkurang.

Penangkapan teripang banyak dilakukan nelayan pendatang dengan cara


menyelam.
C. Molusca
Fauna akuatik jenis molusca yang adadi pesisir Kalimantan Barat terdiri
dari jenis siput dan kerang-kerangan. Untuk lebih lengkapnya, berbagai
jenis Molusca yang ada di perairan Kalimantan Barat dapat dilihat pada
Tabel 3.28.
Tabel 3.28. Berbagai jenis Molusca yang ditemukan di Perairan Kalimantan
Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Sumber:

Nama Lokal
Nama Ilmiah
Siput timba
Nerita lineate
Siput bakau
Siput lumpur
Terabralia palustris
Siput kuning
Peristernia philberti
Siput kecil
Melonggena corona
Kepah
Arctica islandica
Ale-ale
Tellina radiate
Kerang Darah
Anadara granosa
Kerang bulu
Anadara inequevaluris
Kima Raksasa
Tridacna gigas
Kima Sisik
Tridakna scumosa
Survey lapangan dan Wawancara, 2011

Molusca merupakan binatang berkulit lunak. Menurut jenisnya moluska


yang memiliki nilai ekonomis terdiri dari jenis Gastropoda (keong dan
siput), Pelecypoda (kerang atau tiram) dan Cephalopoda (cumi-cumi,
sotong dan gurita). Berdasarkan hasil wawancara, jenis cumi dan sotong
banyak ditangkap di daerah ini pada bulan September hingga Desember.
Namun ukuran yang besar sudah jarang ditemukan/tertangkap.
D. Crustacea

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-106

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Jenis udang-udangan (crustacea) yang terdapat di kawasan ini adalah


rajungan (Portunus pelagicus), kepiting (Scylla cerata), udang

golongan

peneid, udang karang / lobster. Secara ekologis, pada stadium larva,


juvenil/anak-anak udang hidup di wilayah eustaria dan laut dangkal dan
umumnya bervegetasi (bakau). Daerah ini merupakan kawasan pemijahan
(spawning ground) dan daerah asuhan atau berlindung (nursery ground)
sedangkan saat dewasa

udang-udang tersebut bergerak ke arah lepas

pantai.
Fauna akuatik jenis krustacea yang banyak dijumpai di pesisir Kalimantan
Barat

terdiri

dari

jenis

kepiting

dan

udang-udangan.

Untuk

lebih

lengkapnya, berbagai jenis Krustacea yang ada di perairan Kalimantan


Barat dapat dilihat pada Tabel 3.29.
Tabel 3.29. Berbagai jenis Krustacea yang ada di Perairan Kalimantan Barat
N
o
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Kepiting Bakau
Scylla serrata
2
Kepiting
Uca spp.
3
Rajungan
Portunnus pelagicus
4
Udang Putih
Palaemonetes spp..
5
Udang kuning
6
Udang peci
7
Udang galah
Macrobarchium sp
8
Udang rebon
9
Udang getak sungai
Thalassernia anomala
10
Udang getak laut
11
Udang betang
Parapenaapsis sculptis
12
Udang wangkang
Penaeus sp.
13
Udang sungkur
14
Sotong
Sepia sp.
15
Cumi-cumi
Eutherynus sp
16
Ubur-ubur
Rhopilana sp.
Sumber: Observasi dan Wawancara 2011

E. Reptilia
Jenis reptilia yang penting (dilindungi) dan terdapat di wilayah perairan laut
Kalimantan Barat adalah penyu dan buaya. Di wilayah ini ditemukan jenis
Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) dan
Penyu Belimbing.
Wilayah tempat ditemukan penyu-penyu tersebut hampir di semua lokasi
pulau yang memiliki perairan yang relatip baik dan jernih, namun dalam
hubungannnya dengan zona tempat bertelurnya hewan tersebut sangat
erat

kaitannya

dengan

karakteristik

pantai

yang

umumnya

sangat

menyukai pantai yang berpasir. Di Kalimantan Barat wilayah yang paling

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-107

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

sering dijadikan tempat bertelurnya penyu terdapat di perairan sambas,


Pontianak, bengkayang
Biasanya penyu dewasa dari kedua jenis ini tinggal dan hidup tidak terlalu
jauh dari tempat bertelurnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan

masyarakat dan observasi saat melakukan analisis terumbu karang


keberadaan penyu di wilayah ini sudah jarang ditemukan.

Hal ini

kemunginan disebabkan oleh adanya gangguan terhadap ekosistem


pendukung kehidupan penyu seperti mulai rusaknya terumbu karang yang
ada, aktivitas penduduk yang mulai mencari telur-telur penyu untuk dijual
di pasaran (Batam dan Pontianak).
Seekor penyu jantan akan menghabiskankeseluruhan masa hidupnya di
dalam air, lain halnya penyu betina yang akan ke darat untuk bertelur.
Seekor penye betina dapat bertelur antara 4 6 kali sepanjang musim
bertelur. Biasanya selang waktu bertelur ialah 8 15 hari. Setelah masa
bertelur, penyu betina memerlukan 2 8 tahun untuk kembali bertelur di
pantai yang sama.
3.6.7. Biota Teresterial di Kawasan Pesisir
Biota terestrial merupakan biota yang hidupnya menempati bagian atas
yaitu kolom darat dan udara. Berdasarkan observasi/pengamatan langsung
dan wawancara dengan masyarakat, spesies yang sering ditemukan adalah
dari kelompok burung sedangkan untuk kelompok lainnya seperti reptil
keberadaannya sudah jarang ditemukan. berbagai biota teresterial di
pesisir Kaliamantan Barat terdiri dari :
a. Mamalia
Beberapa jenis mamalia yang sering ditemukan di perairan Kalimantan
Barat antara lain monyet, kelelawar dan musang. Untuk lebih
lengkapnya, berbagai jenis mamalia yang ada di pesisir Natuna dapat
dilihat pada Tabel 3.30.
Tabel 3.30. Berbagai jenis mamalia yang ada di pesisir Kalimantan Barat
N
o
Nama Lokal
Nama Ilmiah
1
Berang-Berang
Lutra sumatrana
2
Kelelawar
Myotis sp.
3
Kalong
Pamvirus sp.
4
Musang
Paradoxurus hermaproditus
5
Kucing bakau
Felis viverina
Sumber : Observasi dan Wawancara 2011

b. Burung

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-108

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Beberapa jenis burung yang sering ditemukan di perairan Kalimantan


Barat adalah jenis burung pantai, antara lain burung blekok, kuntul,
cangak, bambangan dan sirindit. Untuk lebih lengkapnya, berbagai
jenis burung yang ada di pesisir Kalimantan Barat dapat dilihat pada
Tabel 3.31.
Tabel 3.31. Berbagai jenis burung yang ada di pesisir Kalimantan Barat
N
o
Nama Lokal
1
Walet
2
Raja udang api
3
Pekaka emas
4
Cekakak sungai
5
Sikatan bakau
6
Kancilan bakau
7
Tekukur
8
Blekek Asia
9
sirindit
10
Blekok
11
Alap-alap
12
Layang-layang asia
13
Burung Gereja
14
Kuntul
15
Trinil
16
Pecuk ular asia
17
Perenjak sayap garis
Sumber: Observasi dan Wawancara, 2011

Nama Ilmiah
Callocalia esculenta
Ceyx erithacus
Pelargopsis capensis
Todirhamphus chloris
Cyornis rufigastra
Pachycephala grisola
Streptopelia chinensis
Lymnodromus semipelmatus
Loriculus pusillus
Ardeola speciosa
Falco sp.
Hirundo tahitica
Passer montanus
Egretta spp.
Tringa sp.
Anhinga melanogaster
Prinia familiaris

c. Reptilia dan Amphibia


Reptilia dan Amphibia

yang banyak di temui pada lokasi penelitian

antara lain biawak, kadal

dan berbagai jenis ular. Untuk lebih

lengkapnya, berbagai jenis Reptilia dan Amphibia yang ada di pesisir


Natuna dapat dilihat pada Tabel 3.32.Di wilayah ini ditemukan jenis
Penyu Hijau(Chelonia mydas), Penyu Sisik(Eretmochelys imbricata) dan
Penyu Blimbing
Tabel 3.32.
Berbagai jenis Reptilia dan Amphibia
Kalimantan Barat
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sumber:

Nama Lokal
Kadal
Kadal Mangrove
Ular
Cincin
Emas/Ular
Bakau
Ular Air
Biawak
Ular laut
Kodok
Penyu Hijau
Penyu Sisik
Penyu Belimbing
Observasi dan Wawancara, 2011

yang ada di pesisir

Nama Ilmiah
Eutropis multifasciata
Emonia atrocostata
Boiga dendrophylla
Cerberua rynchopa
Veranus salvator
Laticanda sp.
Buvo melanosticus
Chelonia mydas
Eretmochelys imbricata

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-109

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Mamalia terrestrial yang ditemukan di pulau-pulau kecil di Kalimantan Barat


adalah jenis fauna atau satwa liar antara lain Kekah (Presbytis natunae),
Kera (Macaca paticularis pumila) dan Kukang (Nyticebus coucang natunae)
.
3.7.

KONDISI INFRASTRUKTUR

3.7.1. Kondisi Infrastruktur Dasar Wilayah


Infrastruktur dasar merupakan komponen yang sangat penting dan
mendasar

bagi

perkembangan

dan

pertumbuhan

wilayah.

Tanpa

infrastruktur dasar yang baik, maka akan sulit bagi suatu wilayah untuk
dapat berkembang walaupun daerah tersebut kaya akan sumberdaya
alam.
Secara umum, infrastruktur pada wilayah

pesisir Kalimantan

Barat

cenderung lebih baik dari pada wilayah lainnya (Tengah dan Perbatasan
Kalimantan Barat) karena pusat-pusat pemukiman pada abad ke-18
tumbuh

pertama

Mempawah,

dan

kali

mulai

Ketapang.

dari

wilayah

Adapun,

pesisir

ketika

Prov.

seperti

Sambas,

Kalimantan

Barat

terbentuk dan menetapkan Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi,


infrastruktur di sekitar Kota Pontianak tumbuh cepat. Akan tetapi jika
kondisi

infrastruktur

Propinsilain

seperti

tersebut
Jawa,

dibandingkan

Bali,

maupun

dengan
Sumatera,

infrastruktur
maka

di

kondisi

infrastruktur di wilayah pesisir Kalimantan Barat relative jauh tertinggal


baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
Terdapat perbedaan yang mencolok antara kondisi infrastruktur dasar
seperti jalan antara wilayah pesisir bagian utara dan bagian selatan. Pada
wilayah pesisir bagian utara, kondisi infrastruktur dasarnya (jalan) relatif
lebih baik jika dibandingkan wilayah pesisir bagian selatan.

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-110

Bab 3. Profil Wilayah Pesisir & Pulau Pulau Kecil

Gambar 3.39. Status Jalan di Propinsi Kalimantan Barat (Sumber: Kepmen PU Nomor 631 Tahun 2009)

Dokumen Antara : Updating Data Dokumen RENZON

III-111

Profil WP3K Kalimantan Barat

Hal ini tentunya menyebabkan relatif tertinggalnya daerah bagian selatan


jika dibandingkan dengan daerah utara. Kondisi jalan di wilayah selatan
baik dari segi jumlah maupun kualitas sangat memprihatinkan. Kondisi ini
menyebabkan kesulitan dalam hal distribusi barang maupun jasa pada
wilayah ini. Untuk lebih jelasnya, status jalan di Propinsi Kalimantan Barat
dapat dilihat pada Gambar 3.39.
Jalan Nasional di Kalimantan Barat terdiri atas Jalan Lintas Kalimantan dan
Jalan Akses Perbatasan. Jalan Lintas Kalimantan terbagi 3 yakni Poros
Selatan, Poros Tengah, dan Pararel Perbatasan. Kondisi Jalan Poros Selatan
(paling banyak di wilayah pesisir) yang membentang dari Sambas sampai
dengan Batas Kalteng relatif lebih baik dibandingkan dengan Poros lainnya.
Hal ini membawa dampak positif bagi perkembangan wilayah dan
pertumbuhan ekonomi wilayah yang dilalui. Adapun, pertumbuhan pada
wilayah

lain

akan

berkembang

pesat

jika

Jembatan

Tayan

selesai

dikerjakan.
Untuk Jalan Provinsi, salah satu ruas yang memiliki kualitas bagus yakni
akses Sukadana Ketapang Kendawangan. Kualitas jalan pada wilayah ini
relatif lebih baik dari jalan PROPINSIpada wilayah lainnya.
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional, Pelabuhan Pontianak ditetapkan sebagai Pelabuhan
Internasional dan Pelabuhan Ketapang sebagai Pelabuhan Nasional. Aturan
ini akan direvisi mengingat alur pada muara Sungai Kapuas tidak lanyak
untuk dilalui kapal dengan berat > 10.000 Ton dan Rencana Pelabuhan
Internasional Kalimantan Barat akan dibangun di Kec. Sungai Kunyit, Kab.
Pontianak.
Dari aspek perhubungan udara, hingga saat ini pada wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil (WP3K) baru terdapat 2 bandara yakni Supadio (Kab.
Kubu Raya) dan Rahadi Oesman (Kab. Ketapang). Adapun, sedang dalam
tahap perencanaan akan dibangun Bandara Singkawang (Kota Singkawang)
dan Bandara Sukadana (Kab. Kayong Utara). Sayangnya, belum terdapat
bandara lain pada wilayah pulau-pulau kecil.
Kondisi Kelistrikan Kalimantan Barat tidak jauh berbeda dengan kondisi
infrastruktur dasar lainnya. Sampai dengan akhir tahun 2010 Ratio Desa
Berlistrik dan Ratio Elektrifikasi di Kalimantan Barat masing-masing
mencapai 58,0 % dan 45 %. Propinsi Kalimantan Barat memiliki potensi
sumberdaya mineral (uranium), batubara, dan panas bumi yang cukup

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 112

Profil WP3K Kalimantan Barat

besar, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal guna penyediaan energi


daerah. Masih banyak pula potensi energi baru terbarukan seperti air,
surya, angin, biomassa, dan biogas yang belum dimanfaatkan sebagai
pembangkit listrik. Adapun, dikarenakan kondisi geografisnya, hingga saat
ini listrik belum dapat dinikmati oleh seluruh wilayah Kalimantan Barat.
Secara umum, pembangkit utama yang digunakan Kalimantan Barat yakni
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Namun, dikarena biaya produksi
yang cenderung meningkat serta terbatasnya sumberdaya yang tersedia,
sehingga secara bertahap Kalimantan Barat melakukan tranformasi energi
melalui pemanfaatan energi baru terbarukan.
Berdasarkan Kalimantan Barat dalam Angka, jumlah pelanggan PLN pada
tahun 2009 sebanyak 549.408 pelanggan. Kondisi ini meningkat dari tahun
2008 sebanyak 535.209 pelanggan dan tahun 2007 sebanyak 517.348
pelanggan. Hingga tahun 2010, Kalimantan Barat telah memiliki 5 Gardu
Induk dengan kapasitas sebesar 150 Kv yang terdapat di Siantan, Sei Raya,
Parit Baru, Mempawah dan Singkawang. Adapun, total transmisi yang telah
terpasang sepanjang 146,77 km. Adapun rencana pengembangan sistem
kelistrikan di Propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada Gambar 3.40.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 113

Profil WP3K Kalimantan Barat

Gambar 3.40. Rencana Pengembangan


Pertamben Prov. Kalbar)

Sistem

Kelistrikan

(Sumber:

Dinas

Secara kuantitas, WP3K Kalimantan Barat memiliki sumber daya air yang
melimpah. Namun, secara kualitas potensi tersebut kurang memadai
karena faktor tanah yang cenderung bersifat asam dan adanya pengaruh
intrusi air laut yang mengakibatkan sulitnya pemanfaatan air yang
tersedia. Kondisi ini mengakibatkan terbatasnya pelayanan yang dapat
diberikan PDAM kepada masyarakat. Khusus untuk pulau kecil, beberapa
pulau belum memiliki instalasi pengolahan air minum sehingga masyarakat
mengalami kendala dalam melakukan aktivitas rumah tangga sehari-hari
yang berdampak pada buruknya kualitas hidup pada wilayah pulau-pulau
kecil.
3.7.2. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 114

Profil WP3K Kalimantan Barat

Terkait infrastruktur Perikanan, Kalimantan Barat memiliki beberapa


pelabuhan

perikanan

yang

layak

seperti

pelabuhan

Teluk

Batang,

pelabuhan Kuala Mempawah, dan pelabuhan Pemangkat. Sayangnya,


infrastruktur pendukung pelabuhan-pelabuhan tersebut dirasakan masih
kurang optimal. Akibatnya, pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
masih terbatas. Untuk lebih jelasnya infrastruktur kelautan dan pesisir
(pelabuhan perikanan) dapat dilihat pada tabel 3.33.
Tabel 3.33. Prasarana Perikanan (Pelabuhan Perikanan)Propinsi Kalimantan
Barat
No

Kabupaten/Kota
Pesisir
Kab. Sambas

PPN, PPP, dan PPI

PPN Pemangkat
PPI Selakau
2
Kab. Bengkayang
PPI Teluk Suak
PPI Sungai Duri
3
Kab. Pontianak
PPI Kuala Mempawah
PPI Jungkat
4
Kab. Ketapang
PPI Suka Bangun
PPI Kuala Pesaguan
PPI Muara Kendawangan
5
Kab. Kayong Utara
PPP Teluk Batang
PPI Dusun Besar
PPI Tanjung Satai
PPI Sukadana.
6
Kab. Kubu Raya
PPP Sungai Rengas
PPI Sungai Kakap
PPI Sepok Laut
PPI Kuala Karang
PPI Medan Seri (Padang Tikar)
7
Kota Singkawang
PPI Kuala Singkawang
PPI Sedau
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Barat
1

Gambar 3.41 Peta Pelabuhan Perikanan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil
Kalimantan Barat

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 115

Profil WP3K Kalimantan Barat

3.8.

KONDISI PEREKONOMIAN DI WILAYAH PESISIR

3.8.1. Struktur Perekonomian


Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya
peranan/kontribusi sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan
jasa.

Struktur

menggambarkan

yang

terbentuk

dari

nilai

tambah

yang

diciptakan,

ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan

produksi dari masing-masing sektor tersebut. Daerah dengan sektor


perekonomian yang di dominasi sektor primer/pertanian dapat digolongkan
masih tergolong tipe perekonomian tradisional, sebaliknya daerah dengan

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 116

Profil WP3K Kalimantan Barat

tipe perekonomian yang sudah maju struktur perekonomiannya didominasi


oleh sektor sekunder (pertambangan, industri, listrik dan bangunan) dan
sektor

tersier

(perdagangan/hotel/restoran,

angkutan/komunikasi,

keuangan dan jasa).


3.8.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka
panjang. Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Indikator
umum yang dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
yang terjadi di suatu wilayah adalaah Pendapataan Domestik Regional
Bruto (PDRB). Berapa persen perkembangan ataas nilai PDRB yang terjadi
pada

tahun

tersebut

dibandingkan

dengan

tahun

sebelumnya

mencerminkan tingkat pertumbuhhaan ekonomi yang terjadi di wilayah


tersebut. Berikut Gambar 3.39. menunjukkan pertumbuhan ekonomi
menurut Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Barat tahun 2009.

Gambar 3.42. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten / Kota


Pesisir Propinsi Kalimantan Barat tahun 2009. (Sumber : BPS
Kalimantan Barat , 2010.)

Dari Gambar 3.42 diketahui bahwa Kabupaten Kubu Raya mengalami


pertumbuhan

ekonomi

paling

tinggi

sebesar

5,87%

dibandingkan

Kabupaten/Kota pesisir lain. Sedangkan Kabupaten Ketapang mengalami


pertumbuhan ekonomi terendah yaitu sebesar -1,22 %.
3.8.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tiap sektor

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 117

Profil WP3K Kalimantan Barat

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tidak lepas dari pertumbuhan


sektoral. Pendapatan domestik regional bruto merupakan alat bantu untuk
melihat perubahan dan perkembangan tersebut. Dari penyajian ini dapat
juga dilihat perkembangan masing-masing sektor ekonomi yang ada di
wilayah Kabupaten/kota Pesisir. Pertumbuhan PDRB atas dasar harga
konstan, merupakan gabungan dari pertumbuhan sektor dan subsektor.
PDRB Kabupaten /Kota Pesisir disajikan pada Tabel 3.34 PDRB atas dasar
harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2009 .
Tabel 3.34. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan Menurut
Kabupaten/Kota Pesisir Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7

Kabupaten/Kota
Pesisir
Kab. Sambas
Kab. Bengkayang
Kab. Pontianak
Kab. Ketapang
Kab. Kayong Utara
Kab. Kubu Raya
Kota Singkawang
Jumlah

PDRB Atas Dasar


Harga Berlaku (Rp)
5.287.291,21
2.146.184,21
2.671.279,28
5.116.608,17
794.382,69
7.614.573,31
2.202.041,16
25.832.260,03

PDRB Atas Dasar


Harga Konstan (Rp)
2.771.4882,12
1.114.635,38
1.525.247,22
2.593.196,40
411.101,42
6.262.491,34
1.165.501,49
15.843.655,37

Sumber : BPS Kalimantan Barat 2010.

Berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan
2000, kabupaten/kota pesisir yang memberi kontribusi terbesar terhadap
perekonomian Kalimantan Barat adalah Kabupaten Kubu Raya. Tahun 2009,
PDRB atas dasar harga berlaku

dan PDRB atas dasar harga konstan

Kabupaten Kubu Raya masing-masing mencapai Rp. 7,61 trilyun dan Rp.
6,2 trilyun . Sedangkan Kabupaten Kayong Utara memiliki nilai PDRB atas
dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan terendah yang
masing-masing sebesar Rp. 794 miliar dan Rp. 411 miliar (Tabel 3.34).
3.8.4. Laju Inflasi
Inflasi adalah salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu
daerah, karena dapat menggambarkan naik turunnya harga. Keadaan
ekonomi yang makin stabil ditunjukkan oleh perkembangan laju inflasi
yang kecil. Suatu daerah dikatakan memiliki stabilitas ekonomi yang lebih
stabil jika tingkat inflasi lebih rendah dibandingkan daerah lain dalam suatu
kurun waktu tertentu. Iinflasi yang tinggi berarti terjadi perlonjakan harga
yang tajam, bisa menunjukkan penurunan daya beli masyarakat.
Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator makro perekonomian yang
penting sehingga dalam penyusunan APBN inflasi dijadikan salah satu
variabel yang menentukan APBN. Sebagai salah satu indikator makro

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 118

Profil WP3K Kalimantan Barat

stabilitas perekonomi tingkat inflasi harus diperhatikan dan dikendalikan.


Pengendalian inflasi tidak saja menjadi tanggung jawab pemerintah pusat
namun

juga

pemerintah

daerah

harus

berperan

serta

dalam

mengendalikan inflasi.
Salah satu indikator stabilitas perekonomian adalah tingkat inflasi dalam
tahun tertentu. Untuk Propinsi Kalimantan Barat pengukuran tingkat inflasi
selain dilakukan di Kota Pontianak juga di kota Singkawang. Adapun
kumulatif inflasi di Kota Singkawang 2009 berdasarkan tahun Kalender
(Januari Desember) sebesar 1,15 persen.
3.8.5. Konstribusi Sektor Kelautan dan Perikanan
Secara geografis, Kalimantan Barat memiliki potensi yang cukup bagus di
bidang perikanan, jumlah rumahtangga perikanan baik perikanan laut
maupun perikanan budidaya pada tahun 2009 yang terbanyak berada di
Kabupaten Sambas sebanyak 1.841 orang dan 1.676 orang. Sedangkan
jumlah rumah tangga perikanan terbanyak untuk perairan umum berada di
Kabupaten Ketapang. Lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tangga
perikanan di Kabupaten /Kota Propinsi Kalimantan Barat dapat dilihat pada
Tabel 3.35.
Table 3.35. Jumlah Rumah Tangga Perikanan Menurut Kabupaten/Kota
Pesisir Propinsi Kalimantan Barat tahun 2010
No

Kab/Kota Pesisir

Perikanan
Laut
1
Kab. Sambas
1841
2
Kab. Bengkayang
613
3
Kab. Pontianak
1345
4
Kab. Ketapang
2598
5
Kab. Kayong Utara
1387
6
Kab. Kubu Raya
2423
7
Kota Singkawang
474
Jumlah
10681
Sumber : BPS Kalimantan Barat, 2011

Perairan
Umum
256
246
201
564
539
397
165
2368

Perikanan
Budidaya
1078
48
539
859
73
1608
336
4541

Berdasarkan Tabel 3.35. diatas diketahui bahwa jumlah rumah tangga


perikanan untuk perikanan laut, perairan umum dan perikanan budidaya
masing-masing adalah 4.992 orang, 1.643 orang dan 4.957 orang. Jumlah
total produksi perikanan untuk perikanan laut sejumlah 129.322,60 ton,
dimana Kabupaten Bengkayang penyumbang terbesar sebanyak 58.891,80
ton. Untuk total produksi perairan umum mencapai

7.820 ton, dimana

Kabupaten Bengkayang memberikan kontribusi sebanyak 4.344,00 ton.


Sedangkan total produksi perikanan budidaya sebesar 12.293,50 ton,

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 119

Profil WP3K Kalimantan Barat

dimana Kabupaten Sambas penyumbang terbesar sebanyak 4.935,44 ton.


Dengan demikian Kabupaten Bengkayang merupakan penyumbang total
produksi

ikan

terbesar

di

Propinsi

Kalimantan

Barat

dibandingkan

kabupaten pesisir yang lain. Berikut Tabel 3.36 menunjukkan produksi


perikanan Kabupaten/Kota pesisir di Kalimantan Barat.
Tabel 3.36 Produksi Perikanan Menurut Kabupaten/Kota Pesisir Propinsi
Kalimantan Barat (Ton)
N
o
1
2
3
4
5
6
7

Kab/Kota Pesisir

Perikanan
Laut
30.726.90
622,70

Kabupaten Sambas
Kota Singkawang
Kabupaten
Bengkayang
58.891,80
Kabupaten Pontianak
5.143,80
Kabupaten Kubu Raya
17,10
Kabupaten Kayong
Utara
21.357,30
Kabupaten Ketapang
12.563,00
Jumlah
129.322,60
Sumber ; Kabupaten Dalam Angka.
Keterangan :
* KDA Tahun 2012
** KDA Tahun 2013

Perairan
Umum
140,80
401,70

Perikanan
Budidaya
4.935,44
577,14

Ikan Awetan

4.344,00
72,70
141,60

3.815,00
1.561,80
1,152,90

676,70
2.042,50
7.820

238,10
13,12
12.293,50

6,258.20
13.12
6271,3

Tabel 3.36 menunjukkan bahwa total produksi perikanan laut paling tinggi
dalam memberikan kontribusi jumlah ikan yang dihasilkan di Kalimantan
Barat dibandingkan ikan yang dihasilkan dari perairan umum dan
perikanan budidaya.

3.8.6. Faktor

Pendukung

dan

Penghambat

Perekonomian

Di

Wilayah Pesisir
Secara historis, pembangunan di Kalimantan Barat berawal dari wilayah
pesisir ataupun sepadan sungai-sungai besar. Beberapa kota yang telah
lama tumbuh antara lain Pontianak, Sambas, Singkawang, dan Ketapang.
Sayangnya, perkembangan perekonomian pada wilayah ini tidaklah
secepat perkembangan perekonomian wilayah pesisir pada regional
lainnya. Adapun, terdapat beberapa faktor pendukung dan

faktor

penghambat yang berpengaruh dalam perkembangan perekonomian


wilayah pesisir Kalimanan Barat, antara lain:
1. Faktor Pendukung
a. Ketersedian SDM. Konsentrasi penduduk Kalimantan Barat sebagian
besar tersebar di wilayah pesisir (barat). Kondisi ini merupakan
potensi berharga untuk pengembangkan perekonomian berbasis

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 120

Profil WP3K Kalimantan Barat

kelautan mengingat sektor kelautan tergolong sektor padat karya,


sehingga memerlukan SDM yang melimpah.
b. SDA yang melimpah. Selain daripada potensi perikanan, wilayah
pesisir

memiliki

dimanfaatkan

potensi
untuk

SDA

yang

melimpah

pengembangan

yang

sector

dapat

pariwisata,

pertambangan, kehutanan, energi, perkebunan, dan perkebunan.


c. Tata Pemerintahan yang mantap. Faktor kelembagaan merupakan
faktor pelengkap dalam perencanaan kebijakan dan pengaturan.
Kalimantan Barat memiliki Tata Pemerintahan yang mantap, hal ini
terlihat dari telah dilaksanakannya urusan wajib dan urusan pilihan
yang dibebankan kepada Pemerintah Propinsi Kalimantan Barat.
d. Laju investasi yang cukup besar. Investasi yang terjadi di Kalimantan
Barat, khususnya perkebunan dan pertambangan, tumbuh cepat dan
membutuhkan pelabuhan sebagai pintu keluar (outlet) dan lokasi
penjualan produk

lokal. Oleh karena itu, kawasan pesisir akan

semakin berkembang seiring dengan laju pertumbuhan investasi


daerah.
e. Adanya kebijakan pasar bebas. Kebijakan ini secara tidak langsung
meningkatkan aktivitas kegiatan di wilayah pesisir, khususnya aspek
perdagangan SDA.
2. Faktor Penghambat
a. Keterbatasan infrastruktur. Dengan kondisi infrastruktur saat ini,
perekonomian di wilayah pesisir tetap tumbuh, namun dengan
kecepatan yang tidak seharusnya. Sebagai contoh, buruknya kualitas
infrastruktur jalan menyebabkan pesisir utara cenderung lebih
berkembang daripada pesisir selatan. Contoh lainnya, kualitas
pelabuhan yang buruk menyebabkan pelayanan terbatas sehingga
menghambat perekonomian pesisir.
b. Ancaman dan pengalaman konflik. Era 1990-an sampai dengan awal
tahun 2000 Kalimantan Barat diliputi oleh konflik sosial antar etnis.
Kondisi

ini

secara

tidak

langsung

meruntuhkan

sendiri-sendi

perekonomian pada wilayah pesisir.


c. Tekanan luar negeri. Pesisir Kalimantan Barat berbatasan dengan
negara

tetangga.

Kondisi

ini

menyebabkan

adanya

tarik

ulur

kepentingan antara Pemerintah NKRI dengan Negara tetangga dalam


pengelolaan sumberdaya pada wilayah perbatasan. Sayangnya,
upaya diplomasi Indonesia cenderung lebih lemah sehingga upaya
pemerintah untuk mengembangkan wilayah perbatasan menjadi
terhambat.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 121

Profil WP3K Kalimantan Barat

d. Kekosongan hukum dan kebijakan. Hingga saat ini belum terdapat


peraturan yang mengatur tentang Rencana Zonasi ataupun Kebijakan
pemanfaatan ruang untuk wilayah pesisir. Hal ini secara tidak
langsung menghambat pelaksanaan pembangunan pada wilayah
pesisir.
e. Kualitas pendidikan masyarakat masih rendah
f. Jumlah penduduk yang melimpah, namun tidak didukung dengan
kualitas pendidikan masyarakat menyebabkan Kalimantan Barat sulit
untuk

melakukan

transformasi

dari

negara

produsen

yang

menyediakan bahan mentah bagi perekonomian global menuju


negara industri yang mampu meningkatkan nilau jual sumberdaya
alamnya. Transformasi ini harus dapat tercapai guna mempercepat
peningkatan perekonomian wilayah pesisir.
3.9.

ISU DAN PERMASALAHAN

3.9.1. Isu Lingkungan


Lingkungan adalah interaksi antara faktor biotik (flora-fauna), abiotik (fisik
alam) dan kultur (budaya manusia). Berbagai isu dan permasalahan
lingkungan pada Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan
Barat antara lain:
a.

Degradasi Sumber Daya Wilayah Pesisir


Lingkungan pesisir merupakan daerah yang sangat rentan terhadap
berbagai tekanan. Berbagai tekanan baik oleh alam maupun manusia
dapat menyebabkan degradasi sumberdaya lingkungan. Kerusakan
terumbu karang, padang lamun dan hutan mangrove (termasuk abrasi
pantai) jika tidak ditangani dengan baik akan memberikan masalah
yang serius bagi lingkungan.
Sebagai contoh adalah degradasi ekosistem mangrove. Degradasi
ekosistem mangove akan memberikan dampak yang buruk bagi
kehidupan di kawasan pesisir. Dampak negatif yang sering muncul dari
degradasi ekosistem mangrove adalah terjadinya abrasi dan interusi air
laut kedaratan, menurunnya produktifitas perairan, dan iklim mikro
kawasan terganggu.
Pada kawasan pesisir Provinsi Kalimantan Barat, degradasi ekosistem
mengove hampir terjadi di seluruh wilayah. Penyebab utama degradasi
ekosistem mangrove di wilayah ini ada 2 (dua) yaitu faktor alam dan

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 122

Profil WP3K Kalimantan Barat

faktor manusia. Pengaruh faktor alam yaitu kuatnya arus laut yang
datang dari arah Laut Cina Selatan (arus barat). Arus dan gelombang
besar ini biasanya terjadi pada bulan ke 8 (Agustus) sampai ke 12
(Desember). Selain faktor alam, penebangan pohon mangrove oleh
menusia untuk berbagai keperluan (kayu bakar, cerucuk, alih fungsi
lahan) juga menyebabkan degradasi ekosistem mangrove. Dengan
adanya degradasi ekosistem mangrove, maka pantai kehilangan
pelindung (vegetasi mangrove), sehingga pada daerah ini terjadi abrasi
dan intrusi air laut.
Selain mangrove, ekosistem pesisir yang mengalami degradasi adalah
ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang berperan besar
dalam menjaga keberlanjutan siklus hidup bagi berbagai biota perairan.
Terumbu karang yang sehat identik dengan sehatnya suatu perairan.
Terumbu karang juga berperan sebagai pelindung pantai dari arus
bawah yang kuat.
Penyebab utama degradasi ekosistem terumbu karang di pesisir
Kalimantan Barat ini ada 2 (dua) yaitu faktor alam dan faktor manusia.
Pengaruh faktor alam yaitu tingginya sedimentasi, pemanasan global,
dan perubahan iklim. Selain faktor alam, pencemaran, pengeboman
ikan, penggunaan sianida dalam menangkap ikan, alat tangkap yang
merusak, pengambilan batu coral oleh menusia untuk berbagai
keperluan

(kerajinan,

bahan

bangunan,

dll)

juga

menyebabkan

degradasi ekosistem terumbu karang.


b. Penangkapan ikan dengan metode dan alat tangkap yang merusak
Sebagian nelayan di Pesisir Kalimantan Barat masih menggunakan alat
tangkap lampara dasar maupun traw untuk menangkap ikan. Setiap
armada

tangkap

yang

menggunakan

lampara

dasar

biasanya

dioperasikan oleh 2 sampai 3 orang nelayan. Lampara dasar adalah


alat tangkap sejenis trawl dengan ukuran yang lebih kecil. Dengan
pengoperasian alat tangkap lampara dasar, maka dasar perairan
teraduk terus menerus dan mengalami kerusakan. Dengan rusaknya
ekosistem dasar perairan, maka akan mengakibatkan degradasi
sumberdaya

perikanan

di

daerah

tersebut.

Selain

itu

dengan

pengoperasian alat tangkap ini, maka semua biota yang tersapu juga
tidak bisa lolos termasuk bibit ikan.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 123

Profil WP3K Kalimantan Barat

Selain lampara dasar, penggunaan racun dan bom juga masih


digunakan dalam menangkap ikan. Sebagian nelayan di Kayong Utara
masih ada yang menggunakan bom untuk menangkap ikan. Selain itu
masih ada juga nelayan yang menggunakan racun sianida untuk
menangkap jenis-jenis ikan karang. Metode penangkapan ini jelas akan
merusak ekosistem di laut terutama terumbu karang. Penggunaan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan dan tidak selektif juga akan
mengakibatkan semakin menurunnya stok ikan di laut.
c.

Sedimentasi di perairan pesisir


Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu
lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di
dalam lingkungan. Pesisir Kota Singkawang dilalui beberapa sungai dan
memiliki perairan laut yang dangkal. Kondisi ini dapat menyebabkan
mudah teraduknya dasar perairan akibat arus dan gelombang.
Sehingga sedimen yang teraduk akan terbawa aliran air ke daerah
pantai yang selanjutnya menyebabkan pendangkalan di kawasan
pantai. Adanya limpasan sedimen dari daratan melalui aliran sungai
juga memiliki peran yang besar terhadap sedimentasi di kawasan
pesisir, khususnya di daerah muara sungai.
Di kawasan pesisir Kalimantan Barat, sedimentasi terjadi hampir di
semua muara Sungai. Suplay bahan material/ sedimen dari daratan
melaui aliran sungai

cukup tinggi sehingga menyebabkan muara

sungai menjadi dangkal akibat sedimentasi dari tumpukan material


tersebut (lumpur). Bahkan karena tingginya sedimentasi, kapal nelayan
untuk dapat melewati daerah tersebut harus menunggu air pasang.
d. Pemukiman nelayan di sempadan pantai dan sungai
Sempadan sungai dan pantai merupakan salah satu wilayah yang
harus dilindungi. Menurut KEPRES RI No. 32 Tahun 1990 pasal 13 dan
15,

perlindungan

terhadap

sempadan

pantai

dilakukan

untuk

melindungi wilayah pantai dari kegiatan menganggu kelestarian fungsi


pantai, sedangkan perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan
untuk

melindungi

sungai

dari

kegiatan

manusia

yang

dapat

menganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Pada pasal 14 KEPRES RI No. 32 Tahun 1990, kriteria sempadan pantai
adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya propesional dengan

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 124

Profil WP3K Kalimantan Barat

bentuk kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi
ke arah darat. Sedangkan menurut pasal 16, kriteria sempadan sungai
adalah sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar, dan
50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.
Untuk sungai di kawasan pemukiman berupa sempadan sungai yang
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 15 meter.
Pada wilayah pesisir Kalimantan Barat, sebagian besar pemukiman
nelayan berada pada sempadan pantai dan sungai serta langsung
menempel pada bibir sungai/pantai

yang seharusnya dilindungi.

Pemilihan bantaran sungai untuk pemukiman karena kemudahan akses


menuju laut maupu daratan (daerah menjual ikan). Selain itu juga
karena memudahkan nelayan menambatkan perahunya di sungai
belakang rumah masing-masing. Kondisi ini ini tentunya bertentangan
dengan KEPRES RI No. 32 Tahun 1990 pasal 16.

e.

Pencemaran Wilayah Pesisir


Wilayah pesisir merupakan tempat terakumulasinya segala macam
limbah yang dibawa melalui aliran air, baik limbah cair maupun padat.
Limbah cair disinyalir berupa merkuri yang berasal dari penambangan
emas tanpa izin (PETI) yang banyak dilakukan oleh masyarakat di
daerah hulu DAS, terbawa ke pesisir oleh aliran sungai. Sedangkan
limbah padat berupa sampah berasal dari limbah rumah tangga yang
dibuang masyarakat ke sungai selanjutnya sampai ke laut. Sampah ini
sering ditemukan berserakan di sepanjang pantai. Demikian pula
dengan

sampah

yang

banyak

terdapat

di

dekat

permukiman

masyarakat pesisir. Permukiman menjadi sangat kotor dan terlihat


kumuh dengan fasilitas sanitasi dan kebersihan lingkungannya sangat
buruk.

f.

Pemanasan Global (global warming)


Saat ini BMG membagi wilayah iklim di Indonesia menjadi tiga zona
yaitu zona A, zona B dan zona C. Provinsi Kalimantan Barat termasuk
dalam zona A. Zona A mempunyai puncak musim hujan pada bulan
Januari dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus. Akibat
terjadinya global warming, maka musim hujan dan kemarau dapat
bergeser mundur atau hingga dua bulan. Hal tersebut disebabkan

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 125

Profil WP3K Kalimantan Barat

penghangatan suhu permukaan air laut termasuk di perairan barat


Kalimantan sehingga pengupan dapat memicu terjadinya hujan.
Pemanasan global mengakibatkan tidak meratanya pola temperature
dan

tekanan

temperature

udara
dan

secara

tekanan

spasial.
udara

Semakin
antar

tinggi

daerah,

perbedaan

maka

akan

mengakibatkanpergerakan udara yang bisa memicu terbentuknya


badai. Dampak lain adalah terjadinya ketidak stabilan cuaca yang
ekstrim sehingga perhitungan musim tanam dan musim melaut tidak
lagi tepat.
Jika pemanasan global tidak terkendali, akibat yang dirasakan adalah
tengelamnya ribuan pulau-pulau di Indonesia. Hingga kini telah 23
pulau di Indonesia tenggelam. Dengan adanya kondisi seperti ini, maka
kita harus menjaga lingkungan hidup kita dengan benar dan menjaga
dari ekosistem kita dari kerusakan agar tidak terjadi pemanasan global.

g.

Overfishing.
Kondisi terjadi dimana tingginya penangkapan sumberdaya perikanan
yang tidak didukung dengan laju pertumbuhan sumberdaya perikanan.
Overfishing terjadi karena kurangnya pengawasan dan penindakan
terhadap

penangkapan

ikan

illegal,

serta

kurangnya

upaya

perlindungan dan konservasi ekosistem pesisir.


h. Eksploitasi pertambangan yang kurang terkontrol
Eksploitasi pertambangan yang kurang terkontrol pada wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil juga merupakan permasalahan yang serius bagi
lingkungan. Pertambangan menyebabkan tingginya laju sedimentasi
yang bertambang pada perubahan komposisi fisik dan kimia air,
khususnya pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
3.9.2. Isu Sosial Dan Ekonomi
Berbagai isu dan permasalahan sosial ekonomi pada Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Barat antara lain:
a.

Lemahnya Perekonomian Masyarakat Di wilayah Pesisir


Kondisi masyarakat pesisir (nelayan dan keluarganya) masih tergolong
miskin. Kelompok nelayan dan koperasi nelayan sangat sedikit dan
bahkan

di

daerah

pemberdayaan

tertentu

ekonomi

tidak

masyarakat

ada

sama

pesisir

sekali.

banyak

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

Program

yang

tidak

III- 126

Profil WP3K Kalimantan Barat

mengenai

sasaran

dan

masih

belum

mampu

mengangkat

perekonomian masyarakat pesisir.


Di

wilayah

pesisir

kesadaran

masyarakat

untuk

meningkatkan

perekonomian keluarga masih sangat rendah, sehingga mereka hanya


berpikiran mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
tanpa ada keinginan untuk mengelola keuangan dengan sistem yang
lebih baik lagi.
b. Kondisi sumberdaya manusia dan dukungan teknologi di wilayah
pesisir masih relatif rendah
Sumber daya manusia pengelola wilayah pesisir di Provinsi Kalimantan
Barat relatif masih rendah dibandingkan dengan besarnya potensi di
wilayah pesisir. Tingkat pendidikan formal pengelola (pemanfaat)
wilayah pesisir rata-rata berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah
Lanjutan

Tingkat

Pertama

(SLTP),

sehingga

sistem

pengelolaan

dan/atau pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir masih banyak yang


bersifat tradisional (baik itu perikanan tangkap maupun perikanan
budidaya) yang pada akhirnya bermuara pada pengelolaan yang tidak
ramah lingkungan.
Rendahnya

kualitas

SDM

tersebut

erat

hubungannya

dengan

rendahnya tingkat pendidikan masyarakat baik pendidikan formal


maupun non-formal. Hal tersebut ternyata ditunjang pula oleh masih
rendahnya perhatian pemerintah terhadap pengembangan kualitas
SDM masyarakat pesisir, yang selama ini sebagian besar merupakan
kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah hingga
miskin.
Secara keseluruhan pengembangan tingkat pendidikan dan kesehatan
sangat tersendat-sendat karena sangat minimnya sarana dan prasarana
pendidikan dan kesehatan yang tersedia di wilayah pesisir. Penyebab
utama rendahnya kualitas SDM adalah :
-

Rendahnya taraf pendidikan masyarakat

Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya


tenaga guru baik di SD maupun SLTP.

Rendahnya tingkat kesehatan lingkungan permukiman

Minimnya sarana dan prasarana kesehatan, serta kurangnya tenaga


medis.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 127

Profil WP3K Kalimantan Barat

Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga sebagian


besar masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.

Masih kurangnya prioritas pemerintah untuk memacu peningkatan


kualitas SDM masyarakat pesisir.

Dukungan teknologi di wilayah pesisir dirasakan sangat minim, baik itu


teknologi penangkapan ikan, budidaya perikanan, maupun teknologi
pengolahan

hasil

perikanan.

Aktivitas

nelayan

tangkap,

petani

budidaya maupun pengolahan hasil perikanan hanya mengandalkan


pengalaman yang didapat secara turun temurun, sehingga hasilnya
belum optimal.
Menata

kuantitas

penduduk

yang

seimbang

dan

merata

serta

meningkatkan kualitas mereka yang kompetitif dan berkemampuan


unggul. Pengendalian kuantitas dan laju pertumbuhan penduduk
penting diperhatikan untuk menciptakan komposisi penduduk tumbuh
seimbang dan merata dalam rangka mendukung terjadinya nilai
tambah demografis yang ditandai dengan jumlah penduduk usia
produktif lebih besar daripada jumlah penduduk usia non-produktif.
Kondisi tersebut perlu ditargetkan secara optimal untuk meningkatkan
kualitas SDM, daya saing, dan kesejahteraan rakyat. Di samping itu,
persebaran dan mobilitas penduduk perlu pula mendapatkan perhatian
sehingga ketimpangan persebaran dan kepadatan penduduk antar
wilayah atau kawasan dapat dikendalikan.
c.

Konflik Pemanfaatan Ruang


Isu dan permasalahan utama terkait dengan konflik pemanfaatan ruang
di wilayah pesisir Kalimantan barat adalah konflik antara kepentingan
konservasi dengan kepentingan pemanfaatan umum (pemukiman,
pertanian, perkebunan dan perikanan). Sebagai contoh adalah konflik
antara

kawasan

hutan

lindung

bakau

(berdasarkan

SK

Menhut

259/kpts-II/2000) dengan pemukiman, lahan garapan dan tambak


masyarakat di Kabupaten Kubu Raya. Bahkan akibat kasus ini sebanyak
58 masyarakat petambak (Desa Dabong) di jadikan tersangka akibat
melakukan kegiatan yang budidaya di kawasan hutan lindung.
d. Lemahnya Kelembagaan dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
Instansi yang terkait dengan pengelolaan sumber daya di wilayah
pesisir cukup banyak, seringkali pengelolaannya tumpang tindih dan

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 128

Profil WP3K Kalimantan Barat

tidak jarang juga terjadi konflik dalam pengelolaannya. Oleh karena itu
diperlukan suatu pengelolaan yang bersifat terpadu dari berbagai
instansi yang terkait, agar pengelolaan sumber daya wilayah pesisir
dapat dilakukan secara optimal dengan tetap mengutamakan aspek
kelestarian fungsi lingkungan di wilayah pesisir.
Dukungan peraturan di tingkat daerah terhadap pengelolaan sumber
daya di wilayah pesisir juga kurang, sehingga di tingkat implementasi
sering terjadi benturan kepentingan dan kewenangan, terutama
menyangkut kepentingan dan kewenangan antara Kabupaten/Kota
yang satu dengan yang lain, atau antara Kabupaten/Kota dengan
Provinsi.
e.

Kurangnya Perkembangan Pembangunan Wilayah Pesisir


Perkembangan
dibandingkan
perkampungan

pembangunan
dengan
nelayan.

di

daerah
banyak

wilayah
lain

pesisir

jauh

tertinggal

(daratan)

terutama

pada

daerah-daerah

potensial

untuk

pengembangan kawasan perikanan, pertanian dan pariwisata, namun


selama ini masih belum dikembangkan secara optimal (selama ini ada
daerah yang kurang potensial tetapi dipaksakan untuk dikembangkan
menjadi daerah/kawasan perikanan, dan lain sebagainya)
Hal yang mendasar lainnya adalah minimnya infrastruktur dasar di
wilayah pesisir. Pembangunan jalan, listrik dan instalasi air (PDAM) juga
masih sangat minim. Sulitnya aksebilitas diwilayah pesisir juga akan
mempengaruhi perkembangan di kawasan ini. Sebagian masyarakat
pesisir mengandalkan transportasi air (melalui sungai-sungai) untuk
berinteraksi dengan daerah lain. Hal ini di karenakan infrastruktur jalan
masih sangat minim.
Di daerah pesisir terdapat beberapa pelabuhan umum dan pelabuhan
perikanan/PPI, namun masih berskala kecil dan minim fasilitasnya;
Tingkat pelayanan kesehatan dan prasarana air bersih bagi masyarakat
di wilayah pesisir masih sangat kurang; kondisi perumahan nelayan
masih jauh dari sederhana; kondisi jalan, jaringan irigasi dan rawa di
wilayah pesisir belum mencukupi untuk menunjang kawasan pesisir;
dan fasilitas pasca panen belum tersedia untuk meningkatkan mutu
hasil perikanan.
f.

Minimnya Informasi Mengenai Potensi Sumber Daya Pesisir

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 129

Profil WP3K Kalimantan Barat

Informasi potensi sumber daya yang terdapat di wilayah pesisir Provinsi


Kalimantan Barat sebagaimana yang telah diuraikan dalam Profil
Daerah Pesisir dan Laut Provinsi Kalimantan Barat minim sekali, baik itu
menyangkut Perikanan Tangkap dan Budidaya, Terumbu Karang,
Padang

Lamun,

Hutan

Mangrove,

Kawasan

Konservasi,

maupun

Kawasan Pariwisata. Minimnya informasi terutama menyangkut jumlah


dan luas daerah budidaya perikanan (banyak pembukaan lahan untuk
budidaya perikanan yang tidak ada izin, lokasinya di tempat terpencil
dan sulit untuk dijangkau oleh aparat penegak hukum), jumlah
terumbuk karang dan padang lamun, beserta daerah penyebarannya,
dan daerah-daerah yang berpotensi untuk pengembangan daerah
wisata (ecowisata). Potensi sumber daya wilayah pesisir di lapangan
jauh lebih besar dan potensial dibandingkan dengan data yang
tersedia.
g. Rawan Bencana Alam
Bencana alam merupakan fenomena alam yang memberikan dampak
negatif bagi segenap kehidupan. Antisipasi dini terhadap bencana alam
(mitigasi bencana) sangat diperlukan untuk memperkecil dampak
negatif dari bencana tersebut. Beberapa kawasan pesisir di Provinsi
Kalimantan Barat juga rawan terhadap bencana alam seperti banjir,
abrasi, akresi dan badai. Berbagai isu dan permasalahan terkait dengan
bencana alam di wilayah pesisir Singkawang antara lain:
-

Rawan banjir
Beberapa wilayah pesisir di Provinsi Kalimantan Barat sangat rawan
terhadap bencana alam banjir. Banjir yang terjadi di pesisir Provinsi
Kalimantan Barat terdiri dari banjir rob (akibat pasang tinggi), banjir
akibat curah hujan yang tinggi dan gabungan antara keduanya.
Kawasan yang rawan mengalami banjir rob (banjir akibar pasang
laut) meliputi kawasan yang merupakan cekungan dan merupakan
dataran rendah. Musim penghujan dengan curah hujan diatas ratarata terjadi pada bulan November-Januari. Intensitas curah hujan
yang tinggi dapat mengakibatkan banjir disekitar muara-muara
sungai (daerah dataran rendah). Banjir akan semakin besar jika
diikuti oleh pasang laut yang meningkat.
Banjir juga sangat erat kaitannya dengan kerusakan bagian hulu
daerah aliran sungai (DAS), topografi lahan yang rendah, pasang air

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 130

Profil WP3K Kalimantan Barat

laut, daerah resapan air yang berkurang dan buruknya sistem


drainase (saluran air). Mitigasi bencana banjir sangat diperlukan
untuk mencegah dampak buruk dari bencana banjir tersebut.
-

Kebakaran Hutan dan Lahan


Kasus kebakaran hutan dan lahan umumnya terjadi akibat proses
pembukaan lahan. Karena kondisi tanah yg cenderung organosol.
Orgabosol adalah jenis tanah yang bahan penyusunnya berupa
material organic atau dikenal dengan istilah gambut.
Sebagian besar kasus kebakaran hutan terjadi di Kab. Kubu Raya,
khususnya kecamatan Sungai Kakap, Batu Ampar, dan Tel. Pakedai.
Namun,

bencana

ini

dapat

dimitigasi

dengan

peningkatan

pengawasan ketika proses pembukaan lahan.


-

Rawan kekeringan
Musim kemarau dapat terjadi pada saat jumlah curah hujan di bawah
rata-rata dan umumnya terjadi pada bulan Juli-September. Pada
musim tersebut dapat mengakibatkan kurangnya persediaan air
(kekeringan) di daratan. Jika wilayah pesisir (daratan) mengalami
kekeringan yang cukup lama, maka sumber air tawar didalam tanah
menjadi kering dan kosong. Bila terjadi kekosongan air tawar dalam
tanah, maka dapat menyebabkan masuknya air laut kedalam tanah
(daratan). Hal ini dikenal dengan instrusi air laut.
Pada musim kemarau/kering juga sering terjadi kebakaran lahan baik
lahan

gambut

maupun

kawasan

hutan.

Kebakaran

lahan

menyebabkan asap tebal di udara/ atmosfir sehingga mengganggu


penafasan

dan

juga

mengganggu

navigasi

pelayaran

karena

pendeknya jarak pandang.


-

Rawan abrasi dan akresi


Abrasi merupakan terkikis dan tergerusnya wilayah daratan pantai
oleh energi arus dan gelombang air laut. Abrasi biasanya terjadi
pada daerah yang memiliki pantai kurang stabil dan memiliki arus
laut yang cukup kuat. Daerah rawan abrasi terjadi hampir di wilayah
pesisir Provinsi Kalimantan Barat.
Sebagai contoh adalah abrasi yang terjadi di Sungai Duri, sungai
Kunyit, Kuala Karang, Tanjung Bunga, Tasikmalaya, Setapuk besar,
dan setapuk kecil. Penyebab utama abrasi di wilayah ini adalah

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 131

Profil WP3K Kalimantan Barat

kuatnya arus dan gelombang laut yang datang dari arah Laut Cina
Selatan (arus barat) pada bulan ke 8 (Agustus) sampai ke 12
(Desember). Selain itu kondisi pantai yang kurang stabil (bersubstrat
lumpur dan tidak ada mangrove) juga menjadi salah satu penyebab
terjadinya abrasi.
Kebalikannya abrasi, akresi merupakan fenomena bertambahnya
daratan pantai akibat suplai sedimen/material yang terbawa oleh
arus laut dari daerah lain. Akresi bisanya terbentuk jika daerah lain
mengalami abrasi. Selain itu, vegetasi mangrove di pantai juga
memiliki

peran

yang

cukup

besar

dalam

akresi

terkait

memperangkap sedimen/material di akar-akarnya. Sebagai contoh


daerah rawan akresi yang ada di pesisir Provinsi Kalimantan Barat
meliputi wilayah pantai di Sei Wei dan Mempawah.
-

Rawan angin kencang dan badai


Berdasarkan peta lokasi daerah rawan bencana Provinsi Kalimantan
barat tahun 2006 yang dikeluarkan oleh Badan Kesbang dan Linmas
Provinsi Kalimantan barat, berkenaan dengan kondisi cuaca ekstrim
menunjukan bahwa wilayah kota Singkawang dan Bengkayang
merupakan daerah rawan banjir, rawan angin ribut dan rawan
abrasi.
Pesisir Provinsi Kalimantan Barat jika ditinjau dari dinamika atmosfer
akan dipengaruhi oleh sistem equatorial yang mengalami dua kali
dilintasi

gerak

deklinasi

matahari,

sehingga

memiliki

hujan

maksimum dua kali dalam setahun sebagai type hujan equatorial.


Sementara itu keberadaan laut Natuna yang berhubungan langsung
kearah utara dengan laut cina selatan sebagai tempat munculnya
siklon tropis pada periode gerak deklinasi di belahan utara pada
periode April Oktober yang perlu diwaspadai karena dapat
mempengaruhi keadaan cuaca, angin dan gelombang di pesisir
Provinsi Kalimantan Barat. Kewaspadaan terjadinya angin kencang
yaitu bila terdapat adanya awan-awan Cb (Cumuloimbus), yaitu jenis
awan rendah dan tebal menjulang. Kondisi ini berpotensi timbulnya
puting beliung yang dapat terjadi dimana saja dalam skla local
terutama pada saat peralihan musim (basah kemarau).

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 132

Profil WP3K Kalimantan Barat

3.9.3. Isu Landasan Hukum, Hankam, Dan Kedaulatan


Berbagai isu dan permasalahan Hukum, Hankam, dan Kedaulatan pada
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Barat antara lain:
a.

Illegal fishing.
Angka kehilangan sumber daya ikan akibat kejadian illegal fishing ini
utamanya pencurian ikan baik oleh kapal ikan Indonesia maupun oleh
kapal

ikan

asing,

sungguh

sangat

besar

dan

hal

ini

dapat

menempatkan Indonesia pada negara yang kurang peduli terhadap


kelestarian sumberdaya perikanan sebagaimana diamanatkan dalam
UNCLOS, maupun code of conduct for responsible Fisheries. Terlebih
dengan

disepakatinya

International

plan

of

action

on

illegal

unreported and unregulated (IUU) fishing yang mengatur :


- Praktek illegal seperti pencurian ikan,
- Praktek perikanan yang tidak dilaporkan atau laporannya salah atau
laporannya di bawah standar, dan
- Praktek

perikanan

yang

tidak

teratur

sehingga

mengancam

kelestarian stok ikan global (Dirjen PSKP, 2003: 1).


Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Indonesia termasuk Provinsi
Kalimantan

Barat

harus

dapat

melakukan

penataan

terhadap

pengelolaan penangkapan ikan agar terhindar dari katagori IUU fishing


sebab dengan menempatkan Indonesia pada salah satu negara yang
melakukan

praktek

IUU

fishing,

maka

akan

mendapat

sanksi

perdagangan Internasional.
Dalam upaya penanganan illegal fishing yang telah merugikan daerah
dan negara yang sangat besar, maka perlu dilakukan penanganan
segera dan prioritas. Penanganan tersebut sulit dilakukan sendirisendiri khususnya Departemen atau Dinas Kelautan dan Perikanan,
akan tetapi harus dilakukan secara terpadu dan bersama dengan
berbagai unsur keamanan di laut, seperti TNI-AL, POLAIR, Bea Cukai
serta aparat penegak hukum seperti Kejaksaan dan kehakiman didalam
melakukan proses peradilan. Oleh karena itu peran instansi terkait
tersebut sangat diharapkan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan
guna menunjang pengamanan, penertiban dan penegakan hukum
dalam bidang perikanan. Berkenaan dengan itu, maka dalam upaya
meningkatkan penegakan hukum secara tegas dan konsisten dilakukan
kerjasama operasi di lapangan dan proses peradilan terhadap para
pelaku tindak pidana perikanan.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 133

Profil WP3K Kalimantan Barat

Perairan Laut Cina Selatan mempunyai potesi perikanan yang cukup


tinggi sehingga menjadi incaran bagi nelayan dari berbagai daerah
termasuk bangsa asing. Pencurian ikan oleh nelayan asing diduga
kebanyakan dari Thailand, Malaysia, Filipina, cina dan Vietnam.
Masuknya

kapal

nelayan

asing

dikarenakan

wilayah

perairan

Kalimantan barat berbatasan dengan perairan Negara lain dan


lemahnya upaya pengamanan laut oleh aparat baik polisi maupun TNIAL.

Selain

itu,

rendahnya

kemampuan

nelayan

kita

dalam

mamanfaatkan sumberdaya perikanan juga diduga menjadi penyebab


tingginya illegal fishing. Nelayan kita kebanyakan adalah nelayan
tradisional

yang

menangkap

ikan

di

perairan

pantai

karena

keterbatasan kapal dan teknologi. Sehingga perairan laut kita banyak


dimanfaatkan oleh nelayan asing.
- Terhadap kasus illegal fishing di atas, sangat erat kaitannya dengan
penegakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan, dan tentu saja
melibatkan tingkah laku manusia yang pada akhirnya juga menyoroti
tingkah laku aparat penegak hukum khususnya dalam perkara tindak
pidana perikanan, baik TNI AL, PPNS, jaksa maupun hakim. Penyebab
terjadinya illegal fishing antara lain :
- Meningkat dan tingginya permintaan ikan,
- Habisnya sumberdaya ikan di negara lain,
- Lemahnya armada perikanan nasional,
- Ijin dan dokumen pendukung dikeluarkan oleh lebih dari satu
instansi,
- Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di laut,
- Lemahnya delik tuntutan dan putusan pengadilan,
- Belum adanya visi yang sama dari aparat penegak hukum,
- Lemahnya peraturan perundang-undangan dan ketentuan pidana.
b.

Potensi transnational crime dan pelanggaran patok batas antar negara


Semakin besarnya potensi tindakan yang mengarah pada transnational
crime dan pelanggaran patok batas antar negara di wilayah perbatasan
Kalimantan Barat dengan Sarawak Malaysia Timur. Hal ini masih terjadi
beberapa waktu lalu dan merupakan potensi konflik yang harus

c.

diselesaikan.
Kurangnya pengetahuan, pemahaman dan tingkat kesadaran hukum
masyarakat.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 134

Profil WP3K Kalimantan Barat

d.

Terjadinya kekosongan hukum dalam pengelolaan wilayah pesisir dan


pulau-pulau kecil seperti Perda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir

e.

dan Pulau-pulau Kecil.


Disparitas antara wilayah

perbatasan

dengan

wilayah

pusat

pemerintahan menyebabkan tingginya kasus pelanggaran pelanggaran


f.

kedaulatan berupa penyelundupan hasil sumber daya alam.


Keterbatasan prasarana-sarana pendukung keamanan dan kedaulatan
negara

g.

menyebabkan

terbatasnya

kegiatan

pemantauan

dan

penjagaan perbatasan.
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan
pertahanan dan keamanan, walaupun pada satu sisi pemahaman akan
hukum meningkat.

3.9.4. Isu Infrastruktur


Berbagai isu dan permasalahan Infrastruktur pada Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Provinsi Kalimantan Barat antara lain:
a. Sarana pengairan, air bersih, dan air baku sampai saat ini terasa masih
kurang di berbagai daerah. Adapun, beberapa pulau kecil masih belum
memiliki fasilitas instalasi pengolahan air bersih yang layak.
b. Lambatnya pengembangan sistem transportasi Kalimantan Barat yang
efisien dan efektif, terjangkau, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Kondisi ini termasuk diantaranya fasilitas kepelabuhanan internasional,
nasional,

maupun

regional

yang

berdampak

pada

terbatasnya

mobolitas manusia dan sumber daya alam baik masuk maupun keluar
dari Kalimantan Barat.
c. Meningkatkan keandalan pasokan pembangkit tenaga listrik, tidak
ekonomisnya
ketenagalistrikan

penggunaan
yang

kurang

PLTD,
efektif

sarana
serta

dan

prasarana

kurang

efisiennya

pembangkit, transmisi dan distribusi mulai dari hulu sampai hilir, serta
proses dan penyalurannya.
d. Belum tereksplorasinya sumber-sumber energi baru yang tersedia di
daerah seperti halnya tenaga air, angin dan matahari maupun tenaga
uap.
e. Pemenuhan kebutuhan perumahan/ permukiman terkendala belum
adanya perencanaan yang terpadu dan harmonis dengan tata ruang
daerah dalam menempatkan daerah permukiman yang baru dan masih
kurangnya ketersediaan lahan bagi permukiman.

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 135

Profil WP3K Kalimantan Barat

Dokumen Data dan Analisa: Updating Data Dokumen RENZON

III- 136

Anda mungkin juga menyukai