PROGRAM TdBA SACI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PROGRAM

KEGIATAN TATANEN DI BALE ATIKAN


(TdBA)

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURWAKARTA


SMP NEGERI SATU ATAP CIAWI
2023

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 1


LEMBAR PENGESAHAN

Program Gerakan Tatanen di Bale Atikan di SMPN Satu Atap Ciawi Tahun 2023
Disusun sebagai Pedoman Pelaksanaan TdBA di SMPN Satu Atap Ciawi

Disahkan :

Penanggung Jawab Purwakarta, Januari 2023


Kepala SMPN Satu Atap Ciawi Pelaksana

Yuni Sundari, S.Pd, Saleh Muslim, S.Pd.I


NIP. 197606132006042007

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 2


KATA PENGANTAR

Pendidikan merupakan katalisator utama dalam upaya pembangunan


sumberdaya manusia sehingga diharapkan mampu menanamkan dan membina nilai-
nilai karakter bagi peserta didik. Melalui pendidikan, proses pembentukan
karakterakan terjadi pada diri seseorang.

Penanaman nilai-nilai karakter akan lebih efektif apabila dilakukan melalui


proses pendidikan baik pendidikan formal, informal, maupun non formal. Pada
pendidikan formal, penanaman nilai-nilai karakter dapat dilakukan melalui kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler pada jenjang sekolah dasar dan
menengah. Implementasi pendidikan karakter di Kabupaten Purwakarta telah
dicanangkan seiring terbitnya Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 69 tahun
2015Tentang Pendidikan Berkarakter.Implementasi pendidikan berkarakter di
Kabupaten Purwakarta dikembangkan melalui beberapa kebijakan yaitu: (1) Tujuh
Poé Atikan PurwakartaIstimewa;(2) Agama Keagamaan dan Pendalaman Kitab-
Kitab;(3) Sekolah Ramah Anak;(4) Zona Pendidikan Anti Korupsi;(5) Tatanén di
BaléAtikan.

Tatanen di Bale Atikan merupakan gerakan pendidikan karakter untuk


menumbuhkan kesadaran hidup ekologis dalam merawat bumi dan berguru pada bumi
yang terintegrasi dalam kegiatan pertanian berbasis Pancaniti, sehingga peserta didik
tumbuh dan berkembang sesuai kodrat dirinya, kodrat alamnya, dan kodrat zamannya.
Kegiatan Tatanen di Bale Atikandapat dilaksanakan secara optimal melalui sinergitas
semua warga sekolah dan pemangku kepentingan.

Penyusun

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 3


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Dasar Hukum 2

C. Tujuan dan Sasaran 4

BAB II IMPLEMENTASI PROGRAM EKSTRAKULIKULER 5

A. Tahapan Implementasi Ekstrakulikuler Berbasis TdBA5

B. Peran dan Fungsi Pelaksanaan TdBA 9

C. Ruang Lingkup Pelaksanaan TdBA 12

D. Pembiayaan Ektrakulikuler TdBA 16

BAB III PENUTUP 17

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong peradaban
manusia memasuki era moderinasi dan globalisasi. Perkembangan ini memiliki
dua sisi yang tidak hanya bedampak positif bagi kehidupan manusia, namun
ternyata memiliki dampak negative terhadap peradaban manusia saat ini.
Menurut Siahaan (2007), penemuan berbagai teknologi telah mengubah
lingkungan alam sesuai dengan keperluan manusia.
Permasalahan saat ini seperti fenomena puncak gunung es dimana
permasalahan yang nampak hanya sebagian kecil dari permasalahan yang
terjadi sebenarnya. Fenomena ini merupakan lanskap masalah yang
menimbulkan tiga kesenjangan, yaitu kesenjangan ekologis (the ecologycal
divide); kesenjangan sosial (the social divide); dan kesenjangan spiritual (the
spiritual divide).
Kesenjangan ekologi tercermin dengan timbulnya kerusakan lingkungan
yang mengarah pada situasi yang sangat mengkhawatirkan. Perubahan iklim,
pemanasan global, habisnya energi bahan bakar fosil, polusi, privatisasi dan
kelangkaan air, berkurangnya keanekaragaman hayati, penggundulan hutan,
penurunan dan rusaknya kualitas tanah produktif, dan rusaknya beberapa
habitat baik secara langsung maupun tidak langsung mengancam peradaban
umat manusia.
Pergeseran paradigma menjadi faktor utama pemicu kondisi saat ini.
Perubahan persepsi manusia yanghanya mendudukkan alam sebagai sumber
daya untuk dieksploitasi, pembangunan yang hanya berorientasi pada
modernitasdan industrialis,kesuksesan yang hanya dimanifestasikan sebagai
kemakmuran finansial/material, serta persepsi terhadap kearifan lokal yang
diposisikan sebagai suatu aturan yang mengikat, kuno,dan tabu.
Seharusnya manusia mulai memandang alam sebagai sumber hidup dan
penghidupan, di mana orientasi pembangunan manusia ditentukan oleh

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 5


masyarakat berdasarkan potensi dan tata nilai masyarakat setempat dan aspirasi
bersama. Keadaan seperti itu diyakini menciptakan kualitas hidup yang
holistik, harmoni dengan diri, harmoni dengan sesama, harmoni dengan alam.
Sehingga alam dijadikan sebagai sumber nilai hidup dan kehidupan manusia.
Upaya untuk membangun harmoni, kesadaran, dan karakter manusia
dapat dilakukan melalui pendidikan yang holistik, integral dan sistemik.
Pemerintah Daerah Kabupaten Purwakarta melalui Dinas Pendidikan merespon
hal tersebut dengan membuat kebijakan pendidikan berbasis semesta untuk
menumbuhkan kesadaran hidup ekologis melalui Tatanén di Balé Atikan.
Program ini diinisiasi sebagai upaya untuk menjadikan sekolah sebagai
laboratorium pembelajaran yang memberi pengalaman belajar bermakna
kepada peserta didik berbasis model pembelajaran pancaniti. Program Tatanén
di Balé Atikan bukan hanya sekedar program bercocok tanam di sekolah,
namun juga sebagai program penguatan pendidikan karakter yang sejalan
dengan kompetensi pembelajaran abad 21, sehingga memiliki karakter yang
sesuai dengan kodrat dirinya, kodrat alamnya, dan kodrat jamannya.
Regulasi pendidikan karakter di kabupaten Purwakarta tertuang dalam
Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015. Dalam Peraturan Bupati Purwakarta
Nomor 69 Tahun 2015 Pasal 2 yang menyebutkan bahwa, pendidikan
berkarakter adalah untuk membentuk generasi anak bangsa yang cerdas,
terampil, cinta tanah air dan daerahnya, mandiri, mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, berwawasan luas, dan berbudi pekerti luhur.
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, SMP Negeri Satu Atap Ciawi
Kabupaten Purwakarta akan melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler yang
berbasis Tatanén di Balé Atikan (TdBA) dengan nama Holtikultur SACI .

B. Dasar Hukum
Penyelenggaraan program Tatanén di Balé Atikan ini berlandaskan pada
aturan perundangan yang berlaku. Adapun yang menjadi dasar hukum Tatanén
di Balé Atikan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 6


2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
5. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
62 Tahun 2014 tentang Ekstrakurikuler;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi;
9. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor
47 Tahun 2016 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah Bidang
Pendidikan dan Kebudayaan;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016
tentang Komite Sekolah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2018
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pada
Kurikulum 2013;

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 7


15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.52/Menlhk/Setjen/Kum.1/9/2019 tentang Gerakan Peduli dan
Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah;
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
8 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah
Reguler;
17. Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan
Berkarakter;
18. Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 110 Tahun 2019 tentang
Implementasi Zona Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Jenjang SD dan
SMP di Kabupaten Purwakarta.

C. Tujuan dan Sasaran


Program Tatanén di Balé Atikan ini disusun dengan tujuan untuk:
1. Menumbuhkan kesadaran hidup ekologis melalui Tatanén di Balé Atikan

2. Menjadikan sekolah sebagai laboratorium pembelajaran yang memberi


pengalaman belajar bermakna kepada peserta didik berbasis model
pembelajaran pancaniti

3. Program penguatan pendidikan karakter yang sejalan dengan kompetensi


pembelajaran abad 21, sehingga memiliki karakter yang sesuai dengan kodrat
dirinya, kodrat alamnya, dan kodrat jamannya.

4. Menumbuhkan sikap peduli terhadap linkungan

5. menggelola potensi alam berbasis kearifan lokal

Adapun yang menjadi sasaran pelaksanaan Tatanén di Balé Atikan adalah seluruh
warga sekolah yang terdiri dari dari peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, penjaga sekolah, dan orang tua siswa.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 8


BAB II

IMPLEMENTASI PROGRAM EKSTRAKULIKULER

A. Tahapan Implementasi Ekstrakulikuler Berbasis TdBA

Tatanén di Balé Atikan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya


penguatan Pendidikan karakter di sekolah. Keberhasilannya sangat tergantung
pada kesiapan, komitmen, dan konsistensi para pemangku kepentingan di
sekolah. Karena itu, implementasinya harus didesain secara serius mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
1. Perencanaan
Tahapan proses Tatanén di Balé Atikan dalam struktur lingkungan terdiri
atas tahapan Survei, Analisis, Desain, dan Rencana Aksi (SADAR).
a. Survei
Mengadakan survei di lingkungan sekolah untuk mengetahui kondisi
lahan yang akan dijadikan tempat Tatanén di Balé Atikan;
1) Menentukan waktu kegiatan survei
2) Menetapkan personil survei
3) Penetapan lokasi yang disurvei
4) Membuat instrument survei
5) Mengadakan survei di lingkungan sekolah
6) Penguatan konsep hasil survei tentang
a) Struktur tanah;
b) Relief tanah;
c) Tekstur tanah;
d) Pencahayaan matahari;
e) Kadar air;
f) Ph tanah;
g) Ketersediaan air;
h) Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan;
i) Jenis tanaman pengalih hama;

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 9


j) Kehidupan liar.
b. Analisis
1) Keterbatasan luas lahan dapat diatasi dengan cara:
a) Membuat bedengan di selasar kelas;
b) Memanfaatkan pagar dan dinding dengan sistem tanam vertical garden.
2) Tanah tidak subur diatasi dengan cara:
a) Mencampur tanah dengan sekam bakar dan pupuk kandang;

b) Melakukan penyiraman sesuai kebutuhan;

c) Menambahkan cacing hidup pada media tanam.


3) Kelebihan luas lahan diatasi dengan cara
a) Pemetaan lahan tanam berdasar jenis tanaman yang akan
dibudidayakan;

b) Menentukan tata letak dan jenis tanaman dengan memperhatikan


pencahayaan matahari, keterjangkauan sumber air, dan kontur tanah.
4) Jejak ekologis, menganalisis kondisi dan riwayat pengolahan lahan
untuk memperoleh data sebagai bahan tindaklanjut.

5) Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oportunity, Treatment) terhadap


ruang ekologi yang akan dikelola.
a) Strength (Kekuatan);

b) Weakness (Kelemahan);

c) Oportunity (Kesempatan);

d) Treatment (Perawatan);
6) Analisis Biaya yang diperlukan pada program Tatanén di Balé Atikan;
a) Pengadaan Bahan dan Alat;

b) Penerapan dan Perawatan;

c) Pengolahan dan pengemasan hasil panen.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 10


c. Desain
Menyusun desain lahan/zona kebun sekolah diperlukan sebagai
laboratorium pembelajaran pada program Tatanén di Balé Atikan

d. Rencana Aksi
1) Pengolahan sampah dan pemanfatannya
a) Memilah sampah organik dan anorganik;

b) Mengolah sampah organik menjadi kompos/Pupuk Organik Cair


(POC)/Mikro Organisme Lokal (MOL);

c) Mengolah sampah anorganik menjadi wadah tanam, ecobrick dll;

d) Membuat kerajinan tangan;

e) Mendaur ulang sampah plastik yang memiliki nilai jual.

2) Terwujudnya laboratorium pembelajaran, yang dibuat dan dikelola


sesuai kebutuhan dan kondisi sekolah;

3) Membuat tempat pembenihan dan pembibitan tanaman (Green


House);

4) Menyediakan penampungan air hujan (Rain Water Harvesting);

5) Memanfaatkan limbah air seperti Aquaculture dan Banana Circle;

6) Membudayakan barter benih antar peserta didik, guru, dan sekolah;

8) Mengembangkan Permaculture (sistem tatanen lestari);

9) Melestarikan kembali benih warisan (lokal) dengan cara


membudidayakannya;

2. Pengorganisasian
Susunan pengurus ekstrakulikuler TdBA SMPN Satu Atap Ciawi ;
Nama Ekstrakulikler : Holtikultur SACI
a) Penanggung Jawab Kegiatan : Uci Sanusi,S.Pd,.M.Pd
b) Pembina : Saleh Muslim,S.Pd

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 11


c) Tim Pelaksana PREO ;
Tim Penerapan : Ketua dan Wakil OSIS
Tim Rawat : Siswa dan OSIS
Tim Evaluasi : Bendahara dan Guru Prakarya
Tim Oprek : Siswa dan OSIS

3. Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan Tatanén di Balé Atikan dalam struktur lingkungan
terdiri tahapan penerapan, rawat, evaluasi, dan oprek (PREO):
a. Penerapan
Tahapan mengaktualisasikan rencana aksi yang sudah dibuat berkaitan
dengan desain, persiapan lahan, pembenihan, dan penanaman.
b. Rawat
Tahapan pemeliharaan ekosistem dan habitatnya.
c. Evaluasi
Tahapan pengukuran dan penilaian terhadap ketercapaian/ keterlaksanaan
program Tatanén di Balé Atikan.
d. Oprek
Tahapan mencari, memperbaiki, mengembangkan, memodifikasi untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik (inovasi baru).
4. Pengawasan

Keberhasilan ekstrakulikuler Tatanén di Bale Atikan (TdBA) di SMPN Satu


Atap Ciawi sangat dipengaruhi oleh pengawasan terhadap proses
pelaksanaannya. Pengawasan bisa dilakukan oleh pengawas pembina,
pengawas mata pelajaran,kepala sekolah dan guru Prakarya sesuai dengan
kewenangannya masing-masing. Berbagai instrumen dan alat kendali bisa
digunakan untuk menjamin keterlaksanaan program.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 12


B. Peran dan Fungsi Pelaksanaan TdBA
Pelaksanaan Tatanén di Balé Atikan memerlukan partisipasi dari
berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan peran dan fungsinya masing-
masing. Adapun peran dan fungsi masing-masing dari berbagai pemangku
kepentingan tersebut adalah:
1. Dinas Pendidikan
a. Mengeluarkan kebijakan Tatanén di Balé Atikan;
b. Menerbitkan pedoman dan bahan ajar Tatanén di Balé Atikan;
c. Melakukan pembinaan, bimbingan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program Tatanén di Balé Atikan.
2. Pengawas
a. Melakukan pembinaan terhadap kepala sekolah dan guru;
b. Melakukan monitoring dan evaluasi keterlaksanaan program Tatanén di
Balé Atikan;

c. Memastikan program Tatanén di Balé Atikan dapat terlaksana sesuai


dengan standar mutu yang ditetapkan.
3. Kepala Sekolah
a. Menjadi penganggung jawab langsung penyelenggaraan program
Tatanén di Balé Atikan;
b. Menjelaskan secara terperinci kerangka konsep, pola operasional, dan

indikator ketercapaian program Tatanén di Balé Atikan kepada seluruh


warga sekolah;
c. Memastikan program Tatanén di Balé Atikan dapat membentuk perilaku

warga sekolah yang berkarakter;


d. Mengimplementasikan program Tatanén di Balé Atikan secara
menyeluruh pada kurikulum satuan pendidikan dengan
menginsersikannya secara kurikuler pada mata pelajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup, kokurikuler pada mata pelajaran lainnya, dan ekstra
kurikuler sebagai wadah untuk mengembangkan potensi, minat, dan
bakat peserta didik;

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 13


e. Menumbuhkan budaya semangat berbagi melalui barter/sedekah/
swadaya (benih, bibit, media tanam, wadah tanam, perkakas, dan lain-
lain) dalam menjalankan program Tatanén di Balé Atikan;
f. Mengapresiasi semangat berbagi yang ditunjukkan para guru, peserta

didik, orang tua, dan masyarakat dalam program Tatanén di Balé Atikan.
4. Guru
a. Memahami kerangka konsep, pola operasional, dan indikator
ketercapaian program Tatanén di Balé Atikan secara menyeluruh;
b. Melaksanakan kegiatan Tatanén di Balé Atikan sesuai kerangka konsep,
pola operasional, dan indikator ketercapaian dalam proses pembelajaran
yang diinsersikan secara kurikuler pada mata pelajaran Prakarya,
kokurikuler pada mata pelajaran lainnya, dan ekstra kurikuler sebagai
wadah untuk mengembangkan potensi, minat, dan bakat peserta didik;
c. Menumbuhkan budaya semangat berbagi antar peserta didik melalui
barter/sedekah/swadaya (benih, bibit, media tanam, wadah tanam, dan
lain-lain) dalam menjalankan program Tatanén di Balé Atikan;
d. Menyusun perangkat pembelajaran Prakarya yang terdiri dari Program
Tahunan, Program Semester, Silabus Pembelajaran, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, Jurnal Pembelajaran, Instrumen Penilaian,
Intrumen ketercapaian internalisasi nilai-nilai program Tatanén di Balé
Atikan, dan Instrumen Evaluasi;
e. Mendampingi peserta didik agar dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan pembelajaran bermakna dan pengalaman pribadi atas proses
kegiatan Tatanén di Balé Atikan yang telah dilaluinya dan menghasilkan
disiplin ilmu baru yang tidak bisa terbantahkan.
5. Tenaga Kependidikan
Berpartisipasi aktif membangun budaya kerja dalam pelaksanaan program
Tatanén di Balé Atikan bersama seluruh warga sekolah.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 14


6. Peserta Didik
a. Memahami konsep Tatanén di Balé Atikan untuk meningkatkan
kesadaran hidup ekologis bagi dirinya, sesama, dan lingkungannya
(bakti ka diri, ka sasama, ka alamna);
b. Mengenal ekosistem lingkungannya secara nyata;
c. Disiplin belajar merawat dan memelihara tanaman yang dibudidayakan;
d. Berperan aktif dalam proses pembelajaran berbasis Tatanén di Balé
Atikan (mengikuti tahapan tatanén, menyampaikan berbagai temuan dari
proses pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan dan mengumpulkan
tugas yang diberikan) seperti dalam bentuk portofolio;
e. Mengaplikasikan pengalaman belajar Tatanén di Balé Atikan dalam
kehidupan di lingkungan keluarga dan masyarakat serta menjadi bekal
hidupnya di masa yang akan datang.
7. Keluarga
Pelaksana di lingkungan keluarga terdiri atas beberapa pihak yaitu orang
tua/wali peserta didik dan peserta didik. Adapun peranan masing-masing
pelaksana dalam satuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memahami konsep Tatanén di Balé Atikan sebagai modal dasar untuk
memberikan dukungan dan bimbingan kepada putera puterinya dalam
pelaksanaan program Tatanén di Balé Atikan yang dilaksanakan di
sekolah;

b. Memantau kegiatan Tatanén di Bale Atikan yang dilaksanakan


putera/puterinya melalui pengisian buku kendali/penghubung sebagai
alat komunikasi dengan pihak sekolah;

c. Memberikan dorongan keterlaksanaan program Tatanén di Balé Atikan;

d. Memberikan dukungan kepada pihak sekolah dalam pelaksanaan


Tatanén di Balé Atikan berupa dukungan baik secara moril maupun
materil.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 15


8. Masyarakat
Pelaksana yang berasal dari unsur masyarakat terdiri atas beberapa pihak
yaitu Komite, Pemerintahan setempat (RT/RW). Adapun peranan masing-
masing pelaksana dalam satuan pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Berpartisipasi aktif membangun budaya kerja dalam pelaksanaan
program Tatanén di Balé Atikan bersama seluruh warga sekolah;
b. Memberikan dorongan keterlaksanaan program Tatanén di Balé Atikan;
c. Membangun kolaborasi dalam pelaksanaan Tatanén di Balé Atikan
berupa dukungan, baik secara moril maupun materil.
Selain keterlibatan tri sentra pendidikan dunia usahapun memiliki peran
penting dalam pelaksanaan program Tatanén di Balé Atikan, diantaranya:
a. Membantu mendukung program Tatanén di Balé Atikan melalui alokasi
dana bantuan CSR (Corporate Social Responsibility);
b. Memberikan dukungan bantuan pendampingan tenaga ahli pada program
Tatanén di Balé Atikan.

C. Ruang Lingkup Pelaksanaan TdBA


Terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur, dan
medium untuk implementasi program Tatanén di Balé Atikan, yaitu:
1. Struktur Program
Struktur program implementasi Tatanén di Balé Atikan adalah sebagai
berikut:

a. Workshop peningkatan kompetensi guru tentang program Tatanén di


Balé Atikan tingkat gugus;
b. In House Training (IHT) tentang program Tatanén di Balé Atikan
bagi kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, komite
sekolah, dan perwakilan peserta didik;
c. Penyusunan program Kegiatan Tatanén di Balé Atikan;
d. Penetapan Kelompok Kerja (Pokja) Pelaksanaan Tatanén di Balé
Atikan;

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 16


e. Penyusunan instrument untuk melaksanakan survei lahan yang akan
dijadikan tempat Tatanén di Balé Atikan;
f. Sosialisasi program Tatanén di Balé Atikan kepada Komite dan
orang tua peserta didik serta stakeholder pendidikan lainnya;
g. Penyusunan rencana anggaran untuk pelaksanaan program Tatanén
di Balé Atikan;
h. Penyusunan instrumen pemantauan keterlaksanaan pelaksanaan
Tatanén di Balé Atikan;
i. Penyusunan laporan tentang kegiatan Tatanén di Balé Atikan dalam
lingkup struktur program;
j. Pemberian apresiasi pelaksanaan program Tatanén di Balé Atikan
secara berjenjang.
2. Struktur Kurikulum

Pelaksanaan Program Tatanén di Balé Atikan disesuaikan dengan


kurikulum pada satuan pendidikan masing-masing dengan kegiatan sebagai
berikut:
a. Mengadakan In House Training (IHT)
b. Mengadakan Workshop
3. Struktur Lingkungan

Program Tatanén di Balé Atikan dilaksanakan dengan mengembangkan


lingkungan sekolah sebagai sekolah ekologi. Pengembangan sekolah
ekologi ini menekankan pada penataan lingkungan sekolah dengan prinsip-
prinsip permakultur yaitu:
a. Pengamatan dan Interaksi
Prinsip utama dalam pemanfaatan lahan sekolah adalah pemanfaatan
lingkungan sekolah untuk program Tatanén di Balé Atikan. Lingkungan
sekolah bisa digunakan untuk berkreasi dan berinovasi.
b. Tangkap dan Simpan Energi
Sinar matahari merupakan sumber energi utama bagi tanaman, namun
tidak semua jenis tanaman memiliki ketahanan dengan terik matahari.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 17


Karakteristik tanaman seperti ini dapat dikekola dalam program Tatanén
di Balé Atikan, sehingga menjadi ilmu yang sangat bermanfaat bagi
peserta didik terkait dengan pemanfaatan sinar matahari dalam proses
fotosintesis.
c. Strategi Panen
Hasil tatanén bukan merupakan tujuan utama, akan tetapi kalau tanaman
dirawat dengan baik dalam kadar tertentu pasti akan ada hasilnya. Hasil
tatanén ini dapat dikelola oleh pihak sekolah sebagai bahan edukasi bagi
peserta didik. Misalnya:
1) Melatih jiwa spiritual dan sosial peserta didik, hasil panennya
dibagikan kepada masyarakat sekitar;
2) Membentuk jiwa entrepreneur peserta didik, hasil panen dikemas
dengan menarik sehingga memiliki nilai jual.
d. Sistem Swatata dan Menerima Umpan Balik
Sistem swatata merupakan ‗penjaga kemurnian‘ dalam permakultur. Hal
ini dapat dilihat dalam desain kebun hutan, dimana intervensi
diminimalkan dengan penanaman tanaman selimut bumi (ground cover)
yang mengurangi gulma, memperbaiki nitrogen menggantikan pupuk
dan tanaman perennial yang berkembang biak secara mandiri (self-
seeding plants) untuk mengurangi tanaman bulanan atau musiman yang
berumur pendek. Sebuah sistem akan membangun sebuah iklim mikro
yang saling isi mengisi secara mandiri.
e. Sumber Daya Terbarukan (Biologis)
Sumber daya biologis dalam desain permakultur bertujuan
menggunakan sumber daya terbarukan dengan cara terbaik, untuk
menciptakan, mengelola dan merawat sistem panen, agar sistem menjadi
stabil dan berumur panjang. Permakultur menggunakan proses alamiah
tanaman dan perilaku binatang sebagai bagian dari desain.
f. Tanpa Sampah dan Residu
Program Tatanén di Balé Atikan diharapkan menjadi solusi terhadap
permasalahan sampah yang ada di sekolah dan lingkungan sekitar

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 18


dengan system 3R (reuse, reduce, recycle). Sampah organik yang ada di
sekolah bisa dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman, dari
sampah organik dapat menghasilkan pupuk organik padat (kompos) dan
Pupuk Organik Cair (POC). Demikian pula halnya dengan sampah
anorganik, terutama yang berbahan plastik dapat dikreasikan menjadi
kerajinan tangan yang sangat bermanfaat, misalnya dibuat eco brick
yang dapat difungsikan untuk bedengan dalam program Tatanén di Balé
Atikan.
g. Rancangan dan Pola Alam hingga Terperinci
Pola yang ditemukan di alam merupakan sumber inspirasi bagi
permakultur.

Pola-pola lokal atau regional, di antaranya:

a. Tipe lanskap, terutama hidrologi dan kemiringan. Hal ini


menentukan perencanaan zona;
b. Keanekaragaman hayati lokal dan habitat umum;
c. Pola sosial dan budaya, norma, dan nilai-nilai.

h. Konksitas (Keterkatan bukan Pemisah)


Permakultur berusaha mengintegrasikan unsur-unsur sehingga
kebutuhan satu unsur diberikan oleh unsur yang lain.
i. Skala
Skala pengelolaan lingkungan menggunakan solusi sederhana secara
perlahan dan langkah demi langkah. Hal ini mengingatkan bahwa sistem
semestinya didesain untuk memberikan fungsi dari skala terkecil yang
praktis dan efisien energi (daripada sistem yang besar).
j. Stabilitas (Menghargai Keanekaragaman)
Desain permakultur mempertimbangkan berbagai varietas tanaman
multifungsi, binatang dan beragam pendekatan- pendekatan.
Keanekaragaman tanaman juga menjadi kunci dari teknik yang dikenal
sebagai 'pengendalian hama terpadu‘. Permakultur merancang gilda

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 19


kebun, di mana satu pohon inti dapat berperan sebagai induk dari sebuah
iklim mikro.
k. Optimalisasi Lahan Tepian dan Marginal
l. Suksesi (Stacking dalam Ruang dan Waktu
Dengan memahami bagaimana ekosistem berubah bersama waktu, dapat
mempercepat proses dan mengkreasikan produktivitas ekosistem lebih
cepat.

D. Pembiayaan Ekstrakulikuler Tatanén di Balé Atikan (TdBA)


Dalam merancang program Tatanén di Balé Atikan, setiap sekolah dapat
memasukan anggaran pembiayaan pada rencana kegiatan dan anggaran sekolah
(RKAS). Sumber pendanaan Tatanén di Balé Atikan dapat diperoleh dari dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan sumber dana lain yang tidak
mengikat. Khusus dengan dana yang bersumber dari BOS penyusunan
anggaran biaya program Tatanén di Balé Atikan harus tetap memperhatikan
rambu-rambu penggunaan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 20


BAB III
PENUTUP

Program Tatanén di Balé Atikan merupakan kerja kolektif pihak terkait yang
peduli terhadap pendidikan dalam pembentukan karakter peserta didik. Karena itu
kepala sekolah dituntut untuk melakukan berbagai upaya dalam menciptakan soliditas
dan kerjasama semua unsur dalam menyukseskan program Tatanén di Balé Atikan.
Program ekstrakulikuler ini diharapkan menjadi referensi bagi pihak sekolah dalam
merancang dan mendesain program Tatanén di Balé Atikan sesuai dengan situasi dan
kondisi sekolah.

Pemahaman dan persepsi yang sama diantara semua stakeholder pendidikan


sangat menentukan tingkat keberhasilan program Tatanén di Balé Atikan. Karena itu,
disamping memahami program ini, pihak sekolah sebaiknya mempersiapkan guru dan
tenaga kependidikan di sekolah dengan keterampilan yang memadai dalam hal
Tatanén (bercocok tanam). Salah satunya melalui kegiatan In House Training (IHT)
atau mengikutsertakan guru pada kegiatan yang berorientasi pada peningkatan
kemampuan dalam bercocok tanam.

Tatanén di Balé Atikan (TdBA) 21

Anda mungkin juga menyukai