11.bab I Pendahuluan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United

Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan

empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni:

(1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live

together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-

tujuan IQ, EQ dan SQ. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu

bentuk satuan pendidikan kejuruan sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan

Pasal 15 UU Sisdiknas, merupakan pendidikan menengah yang bertujuan: 1)

menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja

mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia

industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi

program keahlian yang dipilihnya, 2) menyiapkan peserta didik agar mampu

memilih karier, ulet dan gigih dalam berkompetisi, cepat beradaptasi di

lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian

yang diminatinya, 3) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, agar mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik

secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi, 4)

membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi sesuai dengan

program keahlian yang dipilih. Sehingga siswa stelah lulus dari SMK siap

bekerja di dunia usaha maupun dunia industri. Tentunya dengan bekal ilmu dan

1
2

ketrampilan yang diajarkan di SMK sesuai dengan program keahliannya agar

mampu bersaing dengan lulusan lain.

Salah satu konsep pada pendidikan kejuruan adalah sistem magang

bagi peserta didik SMK. Di Jerman sistem ini disebut dengan Dual System,

sedangkan di Australia disebut dengan Apprentice System. Di Indonesia,

terutama dalam lingkungan Kementrian Pendidikan Nasional sistem magang

khususnya pada SMK disebut dengan Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Saat ini

disebut dengan PKL (Praktik Kerja Lapangan) atau Prakerin (praktik kerja

industri) yang merupakan bagian dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG).

Kemudian sistem PSG dikembangkan lagi menjadi sistem Teaching Factory.

Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana

sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara

kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang

inovatif dan praktik produktif merupakan konsep metode pendidikan yang

berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar

selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).

Program Teaching Factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran

yang sudah ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based

Training (PBT), dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau

keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan

standar bekerja yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai

dengan tuntutan pasar/konsumen.

Dalam pengertian sederhana teaching factory adalah pembelajaran

berorientasi bisnis dan produksi. Proses penerapan program teaching factory

adalah dengan memadukan konsep bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai

dengan kompetensi keahlian yang relevan, misalnya: pada kompetensi


3

multimedia melalui kegiatan produksi multimedia maka proses perekaman,

editing dan finishing dikerjakan oleh peserta didik.

PSG di SMK dilaksanakan mengacu pada Kepmendikbud RI

no.323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda Pada

Sekolah Menengah Kejuruan. Kebijakan pendidikan sistem ganda

dikembangkan berdasarkan konsep dual system di Jerman, yaitu suatu bentuk

penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara

sitematik dan sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaan keahlian

yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, dengan tujuan

untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah merencanakan,

mengorganisasikan, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan dan

pelatihan bagi siswa SMK yang melakukan praktik kerja industri, baik yang

dilaksanakan di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri (Depdikbud

3.1997:6) PSG pada dasarnya adalah suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan keahlian professional yang memadukan secara sistematis dan

sinkron program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian

yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk

mencapai suatu tingkat keahlian professional tertentu (Depdikbud 4, 1997:1).

PKL merupakan kompetensi yang harus ditempuh oleh setiap peserta

didik yang belajar pada SMK di dunia usaha/dunia industri. PKL merupakan

salah satu bentuk implementasi Kebijakan Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam konsep link and match melalui Pendidikan Sistem Ganda

antara pendidikan dan dunia kerja. Menurut kepala BPS Suryamin, mengatakan

angka pengangguran meningkat dibanding Agustus 2012 yang sebesar 9,87%.

Artinya tamatan SMK lebih banyak menjadi pengangguran dibanding yang

lainnya. “Tingkat penggangguran terbuka pada Agustus 2013 untuk pendidikan,


4

SMK menempati posisi tertinggi, yaitu sebesar 11,19%,” ungkapnya di Gedung

BPS, Jakarta, Rabu (6/11/2013). Sementara posisi kedua terbanyak adalah

tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 9,74% dari total

pengangguran. Pengangguran dari tamatan ini terus meningkat dibandingkan

Agustus 2012 yang sebesar 9,6%. (Sumber: http://edukasi.kompasiana.com)

Menurut Drs. Susanto mengatasi maraknya pengangguran dengan cara

meningkatkan kompetensi lulusan siswa SMK. Lulusan SMK diharapkan mampu

bersaing bahkan sampai ke kancah internasional. Materi-materi yang diberikan

tidak hanya materi ketrampilan dari masing-masing jurusan pada asal

sekolahnya, tetapi peserta Diklat juga akan dibekali dengan materi yang bisa

meningkatkan kepercayaan diri dalam bersaing di dunia kerja kelak. Diharapkan

bahwa pendidikan dan pelatihan seperti ini terus berlanjut agar terus bisa

meningkatkan SDM SMK yang handal di bidangnya. Perbandingan jumlah

SMK:SMA kelak diharapkan mencapai 70:30 karena dengan bersekolah di SMK

siswa mendapatkan pelajaran soft skills dan hard skills. (Sumber:

http://www.pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=v_berita&id_sub=3006)

Pelaksanaan PKL di SMKN 2 Depok dilaksanakan pada semester ke 7

atau pada tahun ke-4 semester gasal. Sebelum melaksanakan PKL semua

siswa diberi pembekalan tentang prosedur pelaksanaan PKL. Dan 6 bulan

sebelum atau pada waktu masih kelas XII siswa sudah harus mencari tempat

PKL, karena PKL dilaksanakan awal kenaikan kelas XIII semester 1 (gasal).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terdapat masalah

yang dihadapi mengenai praktik kerja industri antara lain, 1) sebagian besar

siswa yang mencari tempat PKL, sehingga siswa asal dapat saja, 2) siswa

kurang memperhatikan dalam pembekalan, sehingga prosedur PKL tidak

dipahami, 3) kurangnya monitoring yang dilakukan kepada siswa di tempat PKL

yang ada diluar kota, 4) terdapat siswa yang kurang serius dalam melaksanakan
5

PKL, sehingga ditarik dan harus PKL di Sekolah, 5) terdapat siswa PKL di lokasi

yang tidak sesuai dengan jurusannya, 6) terdapat siswa mendapat pekerjaan

saat PKL tidak sesuai dengan kompetensi kejuruannya. Menurut salah seorang

siswa siswa kelas XIII jurusan Teknik Pemesinan yang tengah melasanakan

PKL, 1) kesesuaian kompetensi yang dimiliki dengan pekerjaan ditempat PKL

kurang sesuai, sehingga perlu belajar lagi ditempat PKL dan proses

pembimbingan di tempat PKL sudah baik, 2) para pekerja ditempat PKL selalu

mengajarkan hal-hal yang belum diketahui oleh siswa, 3) siswa tidak dilepas

secara penuh dalam melaksanakan praktik, selalu didampingi/diawasi oleh

pembimbing dari perusahaan, dan 4) monitoring dari pembimbing sekolah

dilaksanakan 2 kali yang harusnya dilakukan minimal 4 kali.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 2 Depok, Sleman, DIY pada

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan mengenai program PKL atau Prakerin,

sehingga peneliti melakukan penelitian ini agar dapat menilai apakah

pelaksanaan PKL di SMK N 2 Depok pada Kompetensi Keahlian Teknik

pemesinan sudah berjalan baik atau belum dan pengaruhnya terhadap nilai uji

kompetensi kejuruan. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Praktik Kerja Lapangan terhadap nilai Uji Kompetensi Kejuruan pada

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan SMK N 2 Depok, Sleman, DIY”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Peningkatan pengangguran pada lulusan SMK

2. Banyaknya lulusan SMK tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan

3. Siswa kesulitan dalam mencari tempat PKL

4. Siswa kurang memperhatikan saat pembekalan, sehingga kurang

memahami prosedur PKL.


6

5. Proses monitoring kurang maksimal

6. Pemilihan lokasi PKL yang seadanya oleh siswa

7. tugas/pekerjaan yang diterima siswa selama PKL yang seadanya

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang muncul, maka

dirasa perlu adanya pembatasan masalah sehingga ruang lingkup

permasalahannya jelas. Permasalahan yang ada tidak dapat dibahas secara

keseluruhan dalam penelitian ini karena keterbatasan yang dimiliki. Pembatasan

dalam penelitian ini pada permasalahan pengaruh praktik kerja lapangan dalam

teknik pemesinan terhadap nilai kompetensi siswa dalam uji kompetensi

kejuruan siswa program keahlian teknik pemesinan kelas XIII di SMKN 2 Depok.

Permasalahan praktik kerja lapangan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada

permasalahan dalam jenis instansi tempat siswa melaksanakan PKL dan jenis

pekerjaan yang diterima dan dikerjakan siswa saat PKL. Uji kompetensi

kejuruan dalam penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa jauh siswa

memahami dan menerapkan prinsip kejuruan tersebut sehingga dapat untuk

mengukur kompetensi keahlian yang dimiliki siswa sebagai bekal untuk

memasuki dunia kerja.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah ditentukan, maka permasalahan

yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh jenis instansi praktik kerja lapangan terhadap

nilai Uji Kompetensi Kejuruan?

2. Bagaimanakah pengaruh jenis pekerjaan saat praktik kerja lapangan

terhadap nilai Uji Kompetensi Kejuruan?

3. Bagaimanakah pengaruh praktik kerja lapangan terhadap nilai Uji

Kompetensi Kejuruan?
7

4. Berapa besar sumbangan efektif yang diberikan oleh praktik kerja

lapangan terhadap nilai uji kompetensi kejuruan siswa teknik pemesinan

SMK N 2 Depok?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh jenis instansi praktik kerja lapangan terhadap nilai

Uji Kompetensi Kejuruan SMKN 2 Depok, Sleman, DIY khususnya pada

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

2. Mengetahui pengaruh jenis pekerjaan saat praktik kerja lapangan

terhadap nilai Uji Kompetensi Kejuruan SMKN 2 Depok, Sleman, DIY

khususnya pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

3. Mengetahui pengaruh praktik kerja lapangan terhadap nilai Uji

Kompetensi Kejuruan SMKN 2 Depok, Sleman, DIY khususnya pada

Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

4. Mengetahui besar sumbangan efektif yang diberikan oleh praktik kerja

lapangan terhadap nilai uji kompetensi kejuruan siswa teknik pemesinan

SMK N 2 Depok

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik secara

teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian ini dapat

menjadi bahan rujukan penelitian untuk meneliti lebih mendalam.


8

b. Penilitian ini diharapkan bisa menjadi menjadi bahan masukan

terhadap sekolah, khususnya pada kompetensi keahlian teknik mesin

dalam melaksanakan PKL pada tahun-tahun pelajaran berikutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

masalah kependidikan khususnya dalam melaksanakan PKL,

sebelum nantinya terjun dalam lapangan pekerjaan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat mendorong peniliti selanjutnya untuk

mengangkat masalah-masalah pendidikan khususnya pada

pelaksanaan PKL SMK dari tahun ketahunnya.

c. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan menjadi kritik dan

saran yang membangun untuk menjadi lebih baik lagi dimasa yang

akan datang.

d. Bagi pembimbing peserta PKL, hasil penelitian ini diharapkan

menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja pembimbing peserta

PKL selanjutnya.

e. Bagi SMKN 2 Depok, Sleman, DIY, hasil penelitian ini diharapakan

memberikan informasi dan saran untuk menentukan kebijakan-

kebijakan terkait PKL, agar pelaksanaan PKL selanjutnya dapat

menjadi lebih baik.

f. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta, penelitian ini diharapkan dapat

menambah koleksi perpustakaan sebagai referensi untuk mahasiswa

yang memiliki penelitian yang sejenis.

Anda mungkin juga menyukai