T2 - 942016039 - Bab Ii

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB II KAJIAN TEORI

Penelitian ini berfokus pada pelaksanaan program Praktek Kerja Industri


(Prakerin) dan evaluasi model CIPP. Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai
Prakerin dan juga evaluasi program dengan model CIPP.

2.1. Teori-Teori
2.1.1 Praktek Kerja Industri (Prakerin)
2.1.1.1 Pengertian Praktek Kerja Industri
Praktek Kerja Industri (Prakerin) adalah suatu program
pembelajaran yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik SMK.
Prakerin juga dapat diartikan sebagai suatu pola belajar dimana setiap
siswa mengalami proses bekerja secara langsung pada perkerjaan yangn
sesungguhnya. Dalam program tersebut peserta didik akan
mengimplementasikan ilmu yang didapatkan disekolah langsung pada
dunia industri. Setidaknya peserta didik dapat mengetahui tingkat
kesenjangan kemampuannya dengan kebutuhan dunia industri.
Wardiman Djojonegoro (1998:79) menjelaskan bahwa prakerin
merupakan bentuk dari kompetensi keahlian yang ada di sekolah secara
terpadu bersama Dunia Usaha Dunia Industri (DU/DI) agar peserta
didik mendapat keahlian secara profesional. Sedangkan menurut Oemar
Hamalik (2007:21) menjelaskan bahwa On the Job Training atau OJT
adalah model pelatihan yang dilaksanakan di lapangan, yang bertujuan
untuk memberikan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan
kemampuan pekerjaan. Program tersebut sangat bermanfaat bagi
peserta didik. Manfaat yang diperoleh adalah peserta didik dapat
merasakan kerja yang sesungguhnya pada saat mereka masih sekolah.
Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi rasa canggung pada saat
mereka benar-benar berkerja karena sudah mendapatkan pengalaman
sebelumnya.
Dalam pelaksanaanya program prakerin disusun bersama secara
sistematis dan saling mempengaruhi antara program pendidikan
disekolah dan DU/DI. Program prakerin diberlakukan dalam rangka
memberikan ruang kepada Industri dalam memperbaiki pendidikan
yang sekaligus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik akan
kompetensi profesionalnya.

2.1.1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri (Prakerin)


Tujuan Praktek kerja Industri menurut Hamalik (2007:92) adalah
untuk meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai kompetensi
keahliannya dengan 1) mengembakan pengetahuan ilmu dan teknologi;
2) memanfaatkan manajemen yang digunakan pada Industri; 3
memanfaatkan pendekatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
tenaga kerja bagi industri. Sedangkan menurut Dikmenjur (2013) tujuan
dari Praktek kerja Industri adalah untuk meningkatkan kompetensi
peserta didik sesuai dengan kebutuhan Industri. Meningkatkan
hubungan yang relevan antara Sekolahan dengan Industri.
Meningkatkan evisiensi proses belajar dan pelatihan yang berkualitas.
Sedangkan menurut pedoman pelaksanaan prakerin SMK
Saraswati Salatiga tujuan pelaksanaan prakerin adalah untuk
memberikan pengalaman kerja langsung untuk menanamkan iklim kerja
positif yang berorientasi pada mutu dan hasil kerja. Menumbuh
kembangkan etos kerja bagi peserta didik agar siap memasuki dunai
kerja. Memenuhi hal yang belum tersampaikan di sekolah agar tercapai
kebutuhan standar kompetensi lulusan. Sebagai bentuk aktualisasi
pendidikan dan Dunia Usaha atau Dunia Industri. sebagai paduan
sistem pendidikan SMK dan program pelatihan di Dunia Kerja.

2.1.1.3 Manfaat Praktek Kerja Industri


Depdinkas (2008:7) menjelaskan manfaat yang diperoleh siswa
dari kegiatan prakerin ini adalah: 1) Peserta didik mendapat keahlian
profesional untuk terjun didunia kerja dan juga sebagai modal dalam
mengembangkan kemampuan dirinya; 2) Tidak perlu latihan lanjutan
agar menjadi tenaga profesional; 3) Meningkatkan kepercayaan diri
peserta didik sehingga akan menjadi modal yang positif dalam
mendapatkan perkerjaan.
Manfaat prakerin menurut Depdiknas (2013:105) 1) Menyadarkan
peserta didik bahwa dalam keterampilan tidak hanya Soft Skill akan
tetapi bertujuan untuk penerapan pengetahuan secara langsung ilmu
yang didapat disekolah. 2) Sebagai bentuk latihan sekaligus praktik
yang dilakukan yang dilakukan secara mendasar; 3) Membantu
peningkatan kesejahteraan dalam bentuk fasilitas dan biaya operasional
SMK; 4) Menumbuh kembangkan enterpreneurhsip guru dan peserta
didik; 5) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemandirian melalui
kegiatan produksi; 6) Mejalin hubungan baik antara dunia Usaha atau
Dunia Industri dan juga masyarakat. Sedangkan bagi sekolah, mendapat
kerja sama dengan industri dalam mengembangakan kompetensi peserta
didik. Sehingga sekolahan akan terbantu dalam menyiapkan tenaga
kerja yang profesional dalam bidangnya. Sedangkan manfaat yang
diperoleh Industri dari kegiatan prakerin ini adalah sebagai bahan
evaluasi bagi kegiatan prakerin yang akan dilakukan mendatang.

2.1.1.4 Perencanaan Program Praktek Kerja Industri


Praktek Kerja Industri merupakan bentuk pembauran antara
lembaga pendidikan dengan Dunia Usaha atau Dunia Industri.
Sehingga dalam pelaksanaanya dibutuhkan kesiapan kedua belah pihak.
Program ini dibuat departemen pendidikan sebagai salah satu altenatif
sekolah dengan dunia industri. x`Dalam pelaksanaanya sekolah dan
industri akan melakukan kerja sama untuk membuat perencanaan,
pelaksanaan program, penilaian bagi peserta didik sebagai penentu
kelulusannya Dikmenjur (1997).
Dikmenjur (2013) Prakerin merupakan metode pembelajaran
yang mampu mengantarkan peserta didik pada kompetensi standar
Industri. Tahapan proses pencapaian melalui teknik penguasaan hasil
belajar secara menyeluruh baik dari aspek motorik, kognitif dan afektif.
Bagi sekolah program prakerin memiliki nilai strategis dalam
meningkatkan daya saing pada aspek kebutuhan pasar tenaga kerja baik
lokal maupun nasional. Hal tersebut dikarenakan program Prakerin
mempunyai mekanisme yang selalu beradaptasi pada perkembangan
Industri.
Dikmenjur (2008:3) menjelaskan ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan dalam melaksanakan program Prakerin antara lain: 1)
Membuat analisa pencapaian kompetensi peserta didik sebelum
mengikuti program prakerin; 2) Pemetaan dunia kerja; 3) Penyusunan
program prakerin; 4) pelaksanaan prakerin; 5) Pengawasan dan
penilaian.
Analisa pencapaian kompetensi di gunakan untuk penyesuaian
kompetensi peserta didik dengan kurikulum sekolah. Ketercapaian
kompetensi peserta didik menjadi tujuan utama dalam kegiatan
pembelajaran. Namun keterbatasan fasilitas yang dimiliki sekolah
menjadi batasan dalam pencapaian kompetensi peserta didik. Oleh
karenanya dibutuhkan DU/DI sebagai mitra sekolahan agar tujuan
tersebut dapat tercapai.
Pemetaan dunia kerja sangat penting dilakukan. Dengan
melakukan pemetaan dunia kerja akan mempermudah sekolah dalam
menentukan kesesuaan kompetensi peserta didik dengan pekerjaan di
Dunia Kerja atau Dunia Industri. Teknik yang dapat digunakan adalah
dengan melakukan survei terhadap DU/DI. Untuk menentukan
kelayakan DU/DI dapat dilihat dari: 1) Mempunyai fasilitas sesuai
standar yang ditetapkan oleh sekolah; 2) Bidang usaha dan pekerjaan
yang sesuai dengan kompetensi keahlian.
Menurut Dikmenjur (2008:12) Prakerin dilaksanakan berdasarkan
silabus yang diimplementasikan ke dalam pembelajaran yang telah
direncanakan dari kegiatan prakerin. Dalam penyusunannya
membuthkan metode, strategi dan evaluasi yang dilasanakan secara
selaras. Pelaksanaan program prakerin perlu memperhatikan kesiapan
dari industri sebagai mitra sekolah. Hal ini dilakukan agar dalam
penempatan pekserta didik tepat sasaran dan sesuai dengan kompetensi
keahlian peserta didik.
Penanggung jawab dalam program prakerin adalah sekolahan dan
juga Industri sebagai pasangan dalam pelaksanaan program. Persiapan
dalam pelaksanan program prakerin dilaksanakn oleh kedua belah
pihak, yaitu industri dan sekolah. Setelah proses berakhir industri akan
memberikan nilai kepada peserta didik atas apa yang telah dikerjakan
sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh sekolah. Nilai yang diberikan
oleh Industri akan menjadi bahan pertimbangan sekolah untuk kenaikan
kelas.
Tahapan awal prakerin dimulai dengan penyusunan program yang
dilakukan oleh kepala sekolah, ketua Humas, Kepala Jurusan dan Dunia
Usaha atau Dunia Industri. Penyusunan program prakerin bertujuan
untuk menentukan jenis kegiatan yang akan dilakukan selama peserta
didik mengikuti program prakerin. Hal tersbut sekaligus menjadi dasar
pedoman pelaksanan prakerin bagi peserta didik. Dikmenjur (2008:12)
menjelaskan ada tiga model yang dapat digunakan antara lain: 1) Day
Release model ini dilaksakan dengan cara sehari peserta didik di
sekolahan hari berikutnya mereka di tempat DU/DI; 2) Weak Release
model ini peserta didik akan belajar seminggu di sekolahan kemudian
seminggu belajar di DU/DI; 3) Blok Release merupakan bentuk
pembelajaran yang dilakukan sepenuhnya di tempat DU/DI. Pada
umumnya perusahaan lebih memilih model Block Release karena
dianggap paling efektif. Pengawasan dilakukan oleh Guru Pembimbing
melalui kegiatan monitoring yang dilakukan secara berkala. Selain itu
Pembimbing dari DU/DI juga akan memantau perkembangan peserta
didik secara intensif. Persiapan lain yang dilakukan sekolah sebelum
pelaksanaan Prakerin antra lain: 1) Menentukan tempat prakerin bagi
peserta didik; 2) Melengkapi administrasi; 3) Pembekalan baik peserta
didik maupun guru pembimbing.
Demi kelancaran program prakerin yang akan dijalankan, maka
harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Prosedurnya antra lain
analisa pada pencapaian kompetensi peserta didik, pemetaan tempat
prakerin, penyusunan program, pelaksanaan serta pengawasan dan
penilaian. Selain itu aspek penting untuk di laksanakan adalah
penjadwalan, peserta prakerin, pembiayaan dan administrasi lain terkait
program prakerin.

2.1.2 Evaluasi Program


2.1.2.1 Pengertian evaluasi program
Evaluasi merupakan proses yang dilakukan secara terstuktur
untuk mendeskripsikan, menyusun kebijakan maupun program
selanjutnya Matondang (2019:3). Evaluasi juga diartikan sebagai proses
sistematis yang berfungsi sebagai penentu atau pembuat keputusan,
sejauh mana tujuan program dapat tercapai. Sedangkan menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) evaluasi adalah suatu penilaian yang
dilakukan oleh orang yang lebih tinggi ilmunya kepada orang yang
lebih rendah baik dari unsur jabatan strukturnya atau keahliannya.
Sedangkan menurut Sisdiknas No 20 Tahun 2003 tujuan evaluasi
adalah untuk mengendalikan mutu pendidikan secara menyeluruh
sebagai bentuk tanggung jawab sekolah kepada masyarakat. Hasil dari
evaluasi dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu
program. Selain itu hasil evaluasi juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk membuat langkah selanjutnya.
Untuk dapat melakukan evaluasi dibutuhkan instumen evaluasi.
Instrument evaluasi yang dapat digunakan adalah kuisioner. Kuisioner
adalah sekumpulan pertanyaan yang diberikan kepada responden.
Tujuan dari kuisioner adalah mendapakan data yang relevan dan
reliabel dengan validitas setinggi mungkin.
2.1.2.2 Tujuan Evaluasi Program
Pada setiap kegiatan tentu mempunyai tujuan, termasuk pada
evaluasi program. Tujuan dari evaluasi program harus dirumuskan
sesuai dengan tujuan program tersebut. Hal tersebut dilakukan agar
pengukuran tujuan dapat diketahui tingkat keberhasilannya. Selain itu
evaluasi program juga bertujuan untuk mengetahui dampak positif dan
negatif serta penyebabnya.
Menurut Stufflebeam (2017:2) menjelaskan bahwa evaluasi pada
dasarnya memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum evaluasi adalah untuk menilai terhadap nilai suatu
program. Sedangkan tujuan khusus evaluasi adalah proses seleksi yang
dilakukansecara sistematis untuk memperoleh laporan secara deskriptif
dan menghakimi tentang suatu program. Hasil dari evaluasi akan
dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Dalam memperoleh
menyimpulkan evaluasi harus didasarkan pada data yang relevan, valid
dan juga secara spesifik pada instrumen evaluasi.

2.1.2.3 Model Evaluasi CIPP


Menurut Stufflebean (2003:2) menjelaskan evaluasi CIPP
merupakan singkatan dari evaluasi konteks, Input, proses dan produk.
Evaluasi konteks digunakan untuk menilai dan mengidentifikasi
kebutuhan, masalah, dan peluang guna pengambilan keputusan.
Evaluasi Input digunakan menilai kemungkinan pendekatan, rencana
program, ketersediaan peralatan, dan kecukupan dan kebergunaan dana
agar program dapat dilaksanakan. Evaluasi Proses adalah pelaksanaan
dari rencana yang telah dibuat sebelunya. Selain itu evaluasi proses juga
dipergunakan untuk membuat penfsiran hasil akhir program prakerin.
Evaluasi Produk akan menemukan dan menilai hasil kegiatan secara
keseluruhan. Hasil dari evaluasi produk akan difungsikan sebagai tolak
ukur dari kegiatan yang telah berlangsung.
Dari pendapat Stufflebean di atas evaluasi CIPP dilakukan untuk
mengevaluasi konteks, input, proses dan produk. Evaluasi konteks
digunakan untuk menilai kebutuhan, identifikasi masalah, kemungkinan
pengambilan keputusan. Evaluasi input digunakan untuk menilai
sumber daya yang digunakan, evaluasi proses digunakan untuk menilai
keberlangsungan suatu program. Dan evaluasi produk digunakan untuk
mengukur hasil program.
Menurut Spaulding (2013:48) meliputi:
a. Evaluasi konteks
Evalasi konteks adalah tahap pertama dari evaluasi CIPP. Pada
tahap ini evaluator akan mempelajari tentang program dan bagaimana
keberlangsungan program dijalankan. Hal ini digunakan untuk sebagai
langkah dasar sebuah evaluasi.
b. Evaluasi input
Evaluasi input digunakan untuk melihat hubungan antara sumber
daya (Dana, peralatan, siapa saja yang terlibat) yang tersedia dan
kegiatan yang harus laksanakan.
c. Evaluasi proses
Pada evaluasi proses digunakan untuk melihat pelaksanaan
program sudah sesuai renana? Pada tahap ini evaluator akan memantau
secara berkala dengan mengumpulkan data secara kuantitaf dan
kualitatif. Pada tahap ini evaluator akan selalu memastikan bahwa
program dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Selain
itu pada tahap ini evaluator juga akan melihat tentang aspek-aspek lain
dari implementasi program seperti permasalahan, kekuatan atau
kelemahan program. Dari data yang didapat akan digunakan sebagai
umpan balik sebagai bentuk keberlangsungan program dimasa
mendatang.
d. Evaluasi produk
Evaluasi produk dilakukan fokus pada hasil akhir program.
Evaluasi produk juga menjadi penentu apakah program sudah tercapai
atau belum. Pada dasarnya evaluasi produk digunakan untuk menjawab
pertanyaan apakah program berhasil atau tidak?
2.2. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Susanto (2015) dengan judul “Evaluasi
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Pada Mata Diklat Produkti Di Smk
Sunan Giri Menganti Gersik” tujuan penelitian ini untuk melihat kesesuaian
program prakerin dengan hasil yang dilaksanakan. Metode yang digunakan pada
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa adanya perubahan nilai dari sebelum dan sesudah melakukan prakerin.
Dari hasil angket yang diberikan oleh siswa dan tempat DU/DI menunjukan perlu
adanya evaluasi terhadap pembimbing guru prakerin. Ketika dilihat dari jumlah
skor jawaban, jawaban masuk dalam kategori “sangat baik”.
Penelitian yang dilakukan oleh Supadi (2017) dengan judul “Evaluasi
Program Praktek Kerja Industri Di Siswa Sekolah Menengah Kerjurusan (Smk)”.
Penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan konteks, input, proses dan
produk dari program prakerin pada program keahlian Administrasi Perkantoran
SMK BPS&K II Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah CIPP. Teknik
pengumpulan data menggunakan Observasi, Angket dan Wawancara. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pada variabel konteks tingkat pencapaian sebesar
85,16% dengan kategori baik. sedangkan pada aspek input sebesar 82,77%
kategori baik. Pada asepek Proses sebesar 85,03% dengan kategori baik. Terakhir
pada aspek Produk sebesar 96% dengan kategori sangat baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Niyati, A pada tahun 2018 dengan judul
“Evaluasi Program Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 3 Salatiga” dengan
menggunakan metode CIPP mendapatkan hasil bahwa. Aspek konteks prakeirn
sudah dijabarkan ke dalam rumusan kompetensi lulusan. Kurikulum SMK telah
dibuat dengan melibatkan DU/DI dan analisis kompetensi keahlian telah
dilakukan. Indentifikasi kebutuhan dan peluang telah dilaksanakan, namun kerja
sama dengan DU/DI yang relevan masih perlu di kembangkan. Peserta prakerin
adalah peserta didik kelas XI yang telah mencapai ketuntasan pada mata pelajaran
sebelumnya dengan kredit point di bawah 10. Pada aspek input strategi
pelaksanakan prakerin telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, prosedur
penempatan peserta didik, jadwal pelaksanaan program, dan pengelolaan
anggaran sudah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Aspek proses pelaksanaan prakerin secara keseluruhan identifikasi proses
pelaksanaan mengacu pada kesiapan panitia prakerin, pelaksanaan monitoring
guru dan saranana prasarana yang digunakan dalam kegiatan sudah dilaksanakan.
Faktor yang menghambat kegiatan prakerin adalah kedisiplinan, motivasi, bakat,
kemampuan dan partisipasi peserta didik. selain itu juga kurangnya kepercayaan
DU/DI pada kemampuan peserta didik dan kurangnya sarana dan prasarana.
Faktor pendukung kegiatan prakerin adalah dukungan dari DU/DI, fasilitas yang
dimiliki oleh DU/DI dan juga kersama dengan DU/DI. Sedangkan aspek produk
penilaian hasil capaian dilihat dari segi penguasaan kompetensi keahlian peserta
didik berdasarkan nilai yang diperoleh peserta didik yaitu di atas KKM=75.
Manfaat program prakerin dirasakan oleh DU/DI, Sekolah dan juga Peserta Didik.
dampak prakerin belum signifikan dilihat dari keterserapan di dunia Industri.
Untuk keberlansungan kegiatan prakerin hanya sebatas penerimaan peserta didik
untuk tahun berikutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sriwahyuni (2018) dengan judul evaluasi
pelaksanaan program prakerin SMK Negeri Kota Padang. Penelitian ini
dikarenakan belum efektifnya program praktik kerja Industri di SMK Negeri Kota
Padang. Hal ini diindikasikan oleh berbagai permasalahan dalam pelaksanaannya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai program Prakerin SMK Negeri Di
Kota Padang, apakah program yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
program yang ditetapkan. Evaluasi ini menggunakan model evaluasi CIPP+O
(Context, Input, Process, Product, dan Outcome) dengan metode penelitian
kombinasi memakai desain Concrurrent Embedded. Penelitian ini dilaksanakan di
SMK Negeri Di Kota Padang dengan data kualitatif dengan mewawancarai 18
orang informan yang terdiri dari seorang ketua panitia Prakerin, seorang
bendahara Prakerin, dan satu orang sekretaris lima orang ketua program
kompetensi keahlian, lima orang guru pembimbing dan lima orang instruktur dari
dunia usaha/industri. Hasil penilitian mengungkapkan masing-masing komponen
program Prakerin SMK Negeri Di Kota Padang yang di evaluasi, yaitu komponen
konteks dengan kategori cukup, komponen input dengan kategori baik, komponen
proses dengan kategori baik, komponen produk dengan kategori baik, dan
komponen outcome dengan kategori baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sapitri (2015) dengan judul “Evaluasi
Pelaksanaan Praktek Kerja Indnustri Siswa Kompetensi Keahlian Jasa Boga Smk
N 3 Purworejo” Penelitian ini bertujuan mengetahui dan mengevaluasi: 1)
komponen konteks; 2) komponen input; 3) komponen proses; dan 4) komponen
produk. Penelitian ini menggunakan model (CIPP). Subjek penelitian adalah 65
responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan angket, observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Data kuantitatif diolah secara deskriptif dengan
bantuan Program SPSS 16.00 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan;
komponen konteks, siswa yang sangat setuju 34,9%, setuju 61,5%. Guru
pembimbing yang sangat setuju 75,0%, setuju 25,0%. Pembimbing DU/DI
(100%) menyatakan sangat setuju. Komponen input, siswa yang sangat setuju
51,2%, setuju 48,8%. Guru pembimbing yang sangat setuju 87,5%, setuju 12,5%.
Pembimbing DU/DI (100%) menyatakan sangat setuju. Komponen proses, siswa
yang sangat setuju 30,2%, setuju 48,8%. Guru pembimbing yang sangat setuju
62,5%, setuju 37,5%. Pembimbing DU/DI (100%) menyatakan sangat setuju.
Komponen produk, siswa yang sangat setuju 41,9%, setuju 58,1%. Guru
pembimbing yang sangat setuju 75,0%, setuju 25,0%. Semua (100%) pembimbing
DU/DI menyatakan sangat setuju. Kesimpulannya: semua indikator pada masing-
masing komponen telah sesuai dengan pelaksanaan Prakerin di SMK N 3
Purworejo
Penelitian yang dilakukan oleh Tutiana (2017) dengan judul “Analisis
Keberhasilan Praktik Kerja Industri (Prakerin) Sebagai Implementasi Pendidikan
Sistem Ganda (Psg) Dengan Model Evaluasi CIPP (Context Input, Process,
Product) Di Smk Bardan Wasalaman Batang” jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian evaluatif dengan analisis deskriptif kuantitatif. Populasi pada
penelitian ini terdapat 91 responden terdiri dari 27 orang dari akuntansi dan 64
orang dari farmasi. Dan untuk mendukung jawaban responden peneliti juga
melakukan wawancara dengan 5 narasumber yang terdiri dari Wakil Kepala
Sekolah Bidang Humas, Ketua Program Studi Farmasi, Ketua Program Studi
Akuntansi, Guru Produktif Farmasi, dan Guru Produktif Akuntansi. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelian ini adalah statistik deskriptif
persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata aspek context dalam
prakerin sebesar 32,54 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata yang
terjadi pada aspek input sebesar 48,07 termasuk dalam kategori baik. Aspek
process dalam prakerin menunjukkan rata-rata sebesar 33,65 termasuk dalam
kategori baik. Sedangkan untuk rata-rata aspek product dalam prakerin sebesar
24,79 yang termasuk dalam kategori tinggi.
Dari penelitian terdahulu memberikan gambaran bahwa metode CIPP
cukup tepat untuk mengevaluasi program prakerin. Hal yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini sampai pada
tahap dampak dan keberlanjutan program.

2.3. Kerangka Berfikir


Evaluasi yang dilakukan di SMK Saraswati Salatiga bertujuan untuk melihat
sejauh mana efektivitas pelaksanaan program Prakerin yang dilaksanakan SMK
Saraswati Salatiga. Evaluasi dilaksanakan menggunakan model CIPP dinama
analisis dilakukan pada aspek context, input, process, dan product terhadap
program Prakerin SMK Saraswati Salatiga.
Evaluasi komponen Context meliputi kesesuaian pelaksanaan program
dengan dasar hukum yang digunakan, kesesuaian antara tujuan program dengan
visi dan misi, kesesuaian tujuan prakerin dengan kebutuhan akan kegiatan
prakerin. Evaluasi komponen Input meliputi apakah program prakerin sudah
terencana sebelumnya, apakah sudah dilakukan penjadwalan dalam melaksanakan
program prakerin, apakah langkah-langkah program sudah ditetapkan, apakah
sumber daya sudah mencukupi dari kebutuhan program, dan apakah tempat
prakerin sudah sesuai dengan yang diharapkan dari sekolahan. Evaluasi
komponen Process meliputi kesesuaian antara pelaksanaan prakerin dengan
rencana program, dan dinamika permasalahan yang terjadi selama program
dilaksanakan. Evaluasi Komponen Product meliputi sejauh mana tujuan program
dapat tercapai, program apa yang tercapai dengan hasil tinggi dan apa yang
tercapai dengan hasil rendah, bagaimana tingkat kepuasan pihak yang menjadi
sasaran program, apa dampak positif dan negatif program, apa program perlu
dilanjutkan, dilanjutkan dengan perbaikan, atau tidak dilanjutkan.

Prakerin SMK Saraswati Belum Pernah


Dievaluasi secara menyeluruh

Context Input Process Product


Visi, Misi dan Perencanaan, Pelaksanaan Hasil atau dampak
tujuan prakerin, jadwal prakerin dari program
dasar hukum, pelaksanaan, membandingkan prakerin kepada
kebutuhan siswa mekanisme, perencanaan dan siswa, guru
akan prakerin. sumber daya pelaksanaan pembimbing,
manusia yang program, DU/DI
terlibat, tempat penemuan masalah.
pelaksanaan
prakerin.

Rangkuman Hasil Evaluasi Prakerin


SMK Saraswati Salatiga

Rekomendasi untuk Program


Pakerin SMK Saraswati Salatiga

Gambar 2.1: Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai