Bab II Dan Bab III Rizky Fatwa Maolida 1962201463

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan

Teori keagenan didasarkan pada konsep pemisahan antara pemilik

perusahaan serta manajemen suatu perusahaan. Tujuan dari

dipisahkannya pengelolaan dari kepemilikan perusahaan yaitu agar

pemilik perusahaan memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin

dengan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolanya perusahaan

oleh tenaga-tenaga profesional yang lebih mengerti dalam menjalankan

bisnis perusahaan (Sutedi, 2011:13). Permasalahan yang akan muncul

dalam suatu perusahaan adalah pihak manajemen perusahaan atau agen

tidak selalu mementingkan serta membuat keputusan-keputusan yang

bertujuan untuk kepentingan dari pihak pemegang saham atau prinsipal,

selain itu juga permasalahan utama dari teori keagenan ini adalah tujuan

dari prinsipal dan tujuan dari agen perusahaan tidak sejalan.

2. Manajemen Laba

a. Pengertian Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan metode yang digunakan oleh

manajemen untuk memanipulasi laporan keuangan. Pemanipulasian

ini bertujuan agar laporan keuangan perusahaan tampak menjadi

lebih baik. Manajemen laba atau earnings management didefinisikan

oleh beberapa peneliti secara berbeda-beda,yaitu :


1) Merchant dan Rockness (1994) mendefinisikan manajemen laba

sebagai tindakan dari manajemen yang mempengaruhi

pendapatan tidak mengandung keuntungan ekonomis yang

sebenarnya dari perusahaan dan dapat menyebabkan efek negatif

untuk jangka panjang.

2) Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai

pengungkapan yang dilakukan oleh manajemen dengan

melakukan intervensi para laporan keuangan secara sengaja

dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi.

3) Rosenweig dan Fischer (1994) mendefinisikan manajemen laba

sebagai tindakan dari manajer yang berniat untuk menaikan atau

menurunkan pendapatan unit usaha pada periode berjalan yang

menjadi tanggungjawabnya, tanpa membuat kenaikan atau

penurunan profitabilitas untuk jangka yang panjang.

Meskipun terdapat beberapa definisi mengenai manajemen laba

yang berbeda-beda yang didefinisikan oleh para ahli, tetapi pada

dasarnya manajemen laba mempunyai pengertian yang sama yaitu

tindakan dari manajer secara langsung untuk mempengaruhi laba

atau pendapatan yang dilaporkan pada periode berjalan yang dapat

menimbulkan efek negatif bagi perusahaan untuk jangka panjang.

b. Teknik-Teknik Manajemen Laba

Terdapat beberapa teknik manajemen laba yang dilakukan oleh para

manajer dalam memanipulasi laporan keuangannya. Teknik-teknik


ini digunakan sesuai dengan harapan yang ingin dicapai oleh

manajer dalam pemanipulasian laporan keuagan ini. Disarikan dari

Dechow dan Skinner 2000; Healy dan Wahlen 1999; Levitt 1998

dan Lev 2003 metode manajemen laba dapat dikelompokan menjadi

dua bagian besar yaitu :

1) Manajemen laba yang melanggar prinsip akuntansi yang

berlaku. Contoh-contoh dari pelanggaran ini antara lain:

transaksi fiktif, pengakuan biaya sebagai aset, penghapusan

beban, pengakuan pendapatan lebih awal, dan sebagainya.

2) Manajemen laba yang sejalan dengan prinsip akuntansi yang

berlaku. Manajemen laba ini digolongkan lagi menjadi tiga cara

yaitu :

a) Pengubahan unsur estimasi, manajemen menggunakan

metode ini untuk memanipulasi laba dengan mengubah

estimasi dari akuntansi. Contohcontoh dari manajemen laba

ini antara lain: perubahan estimasi umur ekonomis suatu

aset, estimasi piutang yang tak tertagih, perubahan estimasi

impairment suatu aset, dan sebagainya.

b) Pemilihan metode, manajemen laba menggunakan cara ini

yaitu pengubahan metode akuntansi ke metode lain yang

lebih menguntungkan. Misalnya pengubahan metode alokasi

depresiasi dan pengubahan metode aliran biaya pada

persediaan.
c) Penstrukturan transaksi, cara ini dilakukan dengan

menyesuaikan unsurunsur dari transaksi. Contoh-contoh dari

manajemen laba ini antara lain: penstrukturan transaksi sewa

guna (operating lease atau capital lease), penstrukturan

investasi saham atau ekuitas, dan sebagainya.

Dari dua metode tersebut diatas, manajemen laba dapat

dibagi lagi menjadi beberapa teknik. Menurut Scott (2003)

teknik-teknik dari manajemen laba yaitu :

1) Taking a Bath

Teknik manajemen laba ini umumnya pada saat

terjadi pergantian CEO (chief executive officer) dan

umumnya terjadi pada saat perusahaan sedang

mengalami tekanan yang besar. Teknik ini akan

mengakui beban dimasa yang akan datang menjadi

beban dimasa kini dengan harapan laba dimasa yang

akan datang dapat dilaporkan lebih tinggi. Apabila

manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang lebih

tinggi, maka aktiva perusahaan akan dihapuskan dengan

harapan dapat memperkecil beban yang dilaporkan.

2) Income Minimization

Teknik manajemen laba ini dilakukan apabila laba

yang dilaporkan oleh perusahaan mengalami kenaikan

yang cukup tinggi dibandingkan dengan laba yang


dilaporkan tahun sebelumnya. Untuk menghindari

perhatian secara politis maka perusahaan mengecilkan

laba yang dilaporkan pada tahun berjalan. Income

minimization ini juga digunakan apabila perusahaan

ingin membayar pajak yang lebih kecil daripada jumlah

yang seharusnya dibayar. Metode ini dapat dilakukan

dengan penghapusan aktiva tidak berwujud,

penghapusan barang modal, serta pembebanan atas

bebanbeban yang diakui lebih cepat.

3) Income Maximation

Teknik manajemen laba ini merupakan salah satu

teknik yang sering digunakan oleh para manajer.

Motivasi dan dorongan untuk memperoleh bonus yang

diharapkan membuat manajer melaporkan laba periode

berjalan yang lebih tinggi daripada laba aktual yang

terjadi.

4) Income Smoothing

Teknik manajemen laba ini dilakukan dengan cara

malaporkan pendapatan dari perusahaan dengan stabil.

Perusahaan akan cenderung untuk melaporkan trend

pendapatannya secara stabil daripada melaporkan

kenaikan atau penurunan yang drastis. Sehingga laba

pada periode berjalan dilaporkan tidak jauh berbeda dari


laba tahun sebelumnya agar ekspektasi dan prediksi

pengguna laporan keuangan untuk laba tahun selanjutnya

tidak jauh meningkat.

5) Timing revenue dan expense recognition

Teknik manajemen laba ini dilakukan dengan

mengakui pendapatan dan beban secara salah. Misalnya

pendapatan diakui lebih cepat daripada yang seharusnya.

Atau beban dimasa depan dijadikan beban masa kini atau

sebaliknya.

Selain dari metode-metode manajemen laba diatas

Arthur Levitt (2009) ketua dari Securities exchange

commissions (SEC) juga menyatakan terdapat teknik-teknik

manajemen laba yang lain yang dapat dilakukan oleh para

manajer diantaranya :

1) Cookie jar reserves

Cookie jar reserves merupakan teknik manajemen

laba yang timbul karena asusmsi periodik dalam

kerangka konseptual akuntansi. Teknik ini dilakukan

dengan cara mengelola akun-akun cadangan pada

perusahaan. Sebagai contoh perusahaan mempunyai

cadangan kerugian piutang, cadangan kerugian piutang

ini akan dibebankan.

2) Abuse of materiality
Teknik manajemen laba ini menggunakan celah dari

tingkat materialitas yang dipakai oleh auditor. Pada

umumnya auditor akan kurang memperhatikan transaksi

yang nilainya dibawah dari nilai materialitas yang

dipakai oleh perusahaan. Oleh karena itu manajer

memanfaatkan celah ini untuk melakukan teknik

manajemen laba. Memang apabila dilihat dari jumlahnya

maka jumlah kecurangan ini tidak akan tampak material,

akan tetapi apabila nilai-nilai yang tidak material itu

banyak akan menyebabkan nilai yang cukup material.

3) Creative acquisition accounting

Teknik manajemen laba yang dilakukan dengan cara

menghapuskan biaya Riset dan pengembangan, biaya

investasi, biaya akuisisi dan biaya lain-lain untuk

mengurangi beban amortisasi pada laporan keuangan.

c. Motivasi Manajemen Laba

Ada berbagai macam motivasi dari manajemen untuk

melakukan manajemen laba. Motivasi dan tekanan kadang kali yang

menjadikan salah satu faktor dari para manajer dalam melakukan

manajemen laba. Menurut Scott (2003) motivasi dari para manajer

dalam melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut :

1) Motivasi bonus (bonus scheme)


Manajemen laba akibat dari motivasi ini terjadi jika

manajemen dijanjikan untuk mendapatkan bonus apabila

perusahaan mencapai laba tertentu. Tujuan dari

pemberian bonus untuk manajer ini diharapkan dapat

membawa dampak positif bagi para manajer, karena para

manajer akan termotivasi untuk terus meningkatkan dan

mengembangkan perusahaan. Akan tetapi terkadang

keinginan para manajer untuk memperoleh bonus yang

besar untuk kepentingan pribadi inilah yang menjadikan

salah satu motivasi bagi para manajer dalam melakukan

manajemen laba. Para manajer akan memanipulasi

laporan keuangan aktual sehingga manajer akan

mencapai laba yang diinginkan oleh direksi dan manajer

akan memperoleh bonus karena kinerja mereka telah

mencapai target.

2) Motivasi kontrak (debt covenant)

Motivasi ini menyatakan bahwa manajemen laba

akan dapat terjadi apabila manajer berkeinginan untuk

memperoleh pinjaman dari kreditur. Manajer akan

cenderung untuk meningkatkan laba sehingga mereka

mendapatkan pinjaman dari para kreditur.

3) Motivasi politik (political motivation)


Motivasi ini umumnya terjadi pada perusahaan besar

yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan

umumnya dilakukan apabila tingkat kemakmuran rakyat

sedang tinggi. Manajer akan cenderung melaporkan laba

yang lebih kecil dari laba yang seharusnya dengan

tujuan, agar perusahaan memperoleh subsidi dan

kemudahan dari pemerintah.

4) Motivasi perpajakan (taxation motivation)

Salah satu tujuan dari manajer dalam menurunkan

laba yang dilaporkan pada periode berjalan adalah pajak.

Manajer berupaya untuk melaporkan laba mereka lebih

rendah daripada laba aktual dengan tujuan agar

perusahaan membayar pajak lebih rendah daripada yang

seharusnya dia bayar.

5) Pergantian CEO (changes of chief executive officer)

Motivasi ini umumnya terjadi menjelang pergantian

direksi atau CEO. Para CEO akan berusaha

memaksimalkan laba perusahaan yang dilaporkan

dengan tujuan agar ia mendapatkan bonus. Selain itu

tujuan lain dari motivasi ini adalah agar terjadi

pembatalan pemecatannya

6) Penawaran saham perdana (initial public offering)


IPO atau penawaran saham perdana adalah suatu

keadaan dimana saham dari perusahaan pertama kali

ditawarkan kepada public. Motivasi manajer untuk

melakukan manajemen laba pada saat menjelang initial

public offering ini adalah karena manajer mengharapkan

respon positif dari para investor. Manajer akan

cenderung menaikan laba yang dilaporkan daripada laba

aktual dari perusahaan sehingga penawaran terhadap

saham akan mencapai harga tertinggi

3. Arus Kas Bebas

Brigham dan Houston (2010)memberikan penjelasan arus kas bebas

sebaga berikuti: “Arus kas yang berarti arus kas yang benar-benar

tersedia untuk dibayarkan kepada seluruh investor setelah perusahaan

menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produkproduk

baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi

yang sedang berjalan.”

Brigham dan Daves (2003) berpendapat bahwa aliran kas bebas

adalah aliran kas sesungguhnya yang tersedia untuk dibagikan kepada

pemegang saham dan kreditor setelah perusahaan menginvestasikan ke

dalam aktiva tetap dan modal kerja yang diperlukan untuk

mempertahankan operasional perusahaan. Selain itu dapat dilihat juga

bahwa arus kas bebas memiliki manfaat juga bagi pengelola atau

manajemen perusahaan :
1) Dapat digunakan sebagai pendanaan kegiatan investasi

perusahaan yang memiliki nilai net present value positif.

2) Dapat digunakan untuk membiayai pendanaan fasilitas kantor

dan pribadi. (Karsana dan Supriyadi, 2005).

3) Dapat digunakan untuk menambah investasi perusahaan dalam

bentuk laba ditahan.

Arus kas bebas selalu diharapkan untuk dapat meningkat dari

tiap periode tahun dengan harapan bahwa dengan semakin

meningkatnya arus kas bebas maka semakin meningkat juga manfaat

yang akan didapat oleh manajemen dam pemegang saham

4. Audit Tenure

Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan Publik (KAP)

dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, Menteri

Keuangan kemudian menetapkan Keputusan Menteri Keuangan nomor:

423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik yang direvisi dengan

Keputusan Menteri Keuangan nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21

Agustus 2003 mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa

penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga

tahun.

Pada tahun 2008, Menteri Keuangan merevisi kembali tentang audit

tenur yaitu Peraturan Menteri Keuangan No 17 Tahun 2008, isi

peraturan ini disebutkan batasan masa pemberian jasa audit selama tiga
tahun untuk auditor dan enam tahun untuk KAP (Kementerian

Keuangan RI, 2008).

Audit Tenure merupakan jangka waktu penugasan audit oleh KAP

tertentu di perusahaan klien yang sesuai dengan peraturan pemerintah

(Chi et al., 2010 serta Nihlati dan Meiranto, 2014).

Regulator memperlihatkan adanya hubungan positif antara tenur

auditor dengan pengurangan kualitas laba (Myers et al., 2003).

Alasannya adalah sebagai berikut :

1) Jika seorang Auditor mengaudit perusahaan yang sama dari

tahun ke tahun akan menjadi kurang kreatid dalam merancang

prosedur audit

2) Terjadi peningkatan kompetisi antara KAP didasarkan pada

kualitas jasa audit

3) Auditor tidak akan tergantung secara ekonomi kepada klien

4) Rotasi auditor akan menampukkan KAP untuk saling

mengawasi dengan yang lain (Holye,1978).

Giri (2010) menyebutkan bahwa menurut pendapat pendukung

rotasi mandotori auditor, hubungan dalam waktu yang lama dengan

manajer perusahaan merupakan alasan utama yang mengancam dan

merusak independensi auditor. Ada dua dasar argumentasi rotasi

yang bersifat mandatory umumnya dikelompokkan menjadi dua hal

:
1) Kualitas dan kompetensi pekerjaan audit cenderung menurun

secara signifikan dari waktu ke waktu

2) Independen si auditor dapat rusak oleh panjangnya hubungan

dengan manajemen (Giri,2010).

5. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme tata kelola yang

penting untuk mengendalikan masalah keagenan dalam perusahaan,

terutama pada lingkungan dimana tata kelola seperti market of corporate

control, external auditors, rating agencies dan kerangka kerja institusi

(sistem hukum dan lembaga keuangan) yang lemah (Budiarti dan

Sulistyowati, 2014).

1) Kepemilikan Manajerial

Menurut Boediono (2005) dalam Kusumawardhani (2012)

kepemilikan manajerial merupakan persentase saham yang

dimiliki oleh pihak manajemen, pihak manajemen sendiri

merupakan pengelola perusahan (direktur, manajer dan

karyawan). Dengan kepemilikan saham oleh manajerial,

diharapkan manajer akan betindak sesuai dengan keinginan para

principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan

kinerja dalam perusahaan (Fahdiansyah et al. 2018).

2) Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan jumlah saham

oleh perusahaan atau institusi lain, dan investor institusional

semestinya lebih dapat menggunakan informasi perusahaan

dalam memprediksi laba masa depan disbanding investor non

institusional (Sriyanto Putra dan Kurniawati, 2017).

6. Kualitas Audit

Istilah "kualitas audit" mempunyai arti yang berbeda-beda bagi

setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa

kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan

jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material

misstatements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan audite.

Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka

bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis

audite dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat

meminimalisasi ketidakpuasan audite dan menjaga kerusakan reputasi

auditor.

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai

probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan

tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi auditenya.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP)

yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih

besar dibandingkan dengan KAP yang kecil.


Wooten (2003) telah mengembangkan model kualitas audit dari

membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang

disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator

untuk kualitas audit, yaitu : deteksi salah saji, kesesuaian dengan SPAP,

kepatuhan terhadap SOP, risiko audit, prinsip kehati-hatian, proses

pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, dan perhatian yang

diberikan oleh manajer atau partner.

a. Ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP)

Ukuran KAP adalah besar kecilnya perusahaan audit. Ada

empat kelebihan skala auditor menurut Firth & Liau Tan (1998),

yaitu: besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP,

banyaknya ragam jasa yang ditawarkan, luasnya cakupan

geografis, termasuk adanya afiliasi international, dan banyaknya

jumlah staf audit dalam suatu KAP.

Menurut De Angelo (dalam Muhammad Dahlan, 2009),

ukuran auditor akan berpengaruh positif terhadap manajemen

laba. Dengan demikian, diperkirakan bahwa dibandingkan

dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang

lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu

menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi. Kualitas audit

yang lebih tinggi, diharapkan dapat menemukan dan melaporkan

kesalahan yang ditemukan.


Beberapa penelitian mengenai hubungan ukuran KAP

dengan manajemen laba. Becker et al., (1998), Francis et al.,

(1999) dan Krishnan (2003) menunjukkan bahwa auditor KAP

besar (big four) lebih baik dalam menghambat klien melakukan

manajemen laba dibandingkan dengan KAP kecil (non-big four),

selain itu mereka menemukan bahwa klien KAP kecil (non- big

four) memiliki tingkat discretionary accrual lebih tinggi. Selain

itu, Zhou (2003) dan Chen et al., (2005) menemukan bahwa

auditor KAP big four berhubungan sedikit dengan manajemen

laba perusahaan. Muhammad Dahlan (2009) mengatakan

terdapat hubungan negative antara ukuran KAP dengan

discretionary accrual.

B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel 2.1 sebagai

berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama

No Peneliti
Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
. dan

Tahun

Virga Putri Pengaruh Ukuran Variabel ukuran KAP tidak


1
Hermatika, Kap, Audit Dependen : memiliki pengaruh
Ni Tenure, Manajemen terhadap

Nyoman Spesialisasi Laba manajemen laba.

Alit Triani, Auditor dan audit tenure tidak

2022 Audit Capacity Variabel memiliki pengaruh

Stress terhadap Independen terhadap

Manajemen Laba : manajemen laba.

Ukuran spesialisasi auditor

KAP, Audit memiliki pengaruh

Tenure, negatif terhadap

Spesialisasi manajemen laba.

Auditor, audit capacity

Audit stress tidak

Capacity memiliki pengaruh

Stress terhadap

manajemen laba

Variabel
Ryu Ulina, ukuran KAP
Dependen :
Roza Pengaruh berpengaruh
Manajemen
Mulyadi, Kualitas Audit positif terhadap
Laba
2 Mazda Dan Komite manajemen laba.

Eko Sri Audit Terhadap spesialisasi


Variabel
Tjahjono, Manajemen Laba indsutri auditor
Independen
2018 tidak berpengaruh
:
Ukuran terhadap

KAP, manajemen laba.

Spesialisasi masa penugasan

Industri audit (audit tenure)

Auditor, tidak memiliki

Audit pengaruh

Tenure, signifikan terhadap

Ukuran manajemen laba.

Komite ukuran komite

Audit, audit tidak

Kompetens berpengaruh

i Komite terhadap

Audit, manajemen laba.

Frekuensi kompetensi komite

Pertemuan audit tidak

Komite memilki pengaruh

Audit terhadap

manajemen laba.

frekuensi

pertemuan komite

audit tidak

berpengaruh
signifikan terhadap

manajemen laba

arus kas bebas

Variabel berpengaruh

Dependen : signifikan positif

Manajemen terhadap

Laba manajemen laba.

kualitas auditor
ANALISIS
Variabel berpengaruh
PENGARUH
Independen signifikan negatif
ARUS KAS
: terhadap
Mardianto, BEBAS DAN
Arus Kas manajemen laba.
3 Jullystella, KUALITAS
Bebas, leverage
2021 AUDITOR
Kualitas berpengaruh
PADA
Auditor, signifikan positif
MANAJEMEN
Leverage, terhadap
LABA
Ukuran manajemen laba.

Perusahaan, ukuran perusahaan

Arus Kas berpengaruh

Operasiona signifikan negatif

l terhadap

manajemen laba.
arus kas operasi

berpengaruh

signifikan positif

terhadap

manajemen laba

Variabel adanya pengaruh

Dependen : positif pada

Manajemen pertumbuhan

PENGARUH Laba perusahaan

KARAKTERIST terhadap

IK Variabel manajemen laba.

PERUSAHAAN, Independen adanya


Cindy
STRUKTUR : pengaruh
Felicya,
KEPEMILIKAN Pertumbuh positifvariabel
4 Paulina
DAN an kinerja perusahaan
Sutrisno,
KUALITAS Perusahaan, terhadap
2020
AUDIT Kinerja manajemen laba.

TERHADAP Perusahaan, umur perusahaan

MANAJEMEN Umur tidak berpengaruh

LABA Perusahaan, terhadap

Ukuran manajemen laba.

Perusahaan, tidak adanya

Kualitas pengaruh ukuran


Audit, perusahaan

Ukuran terhadap

Dewan manajemen laba.

Komisaris, tidak adanya

Kepemilika pengaruh variabel

n kualitas audit

Manajerial, terhadap variabel

Kepemilika manajemen laba.

n adanya pengaruh

Institusiona dari variabel

l ukuran dewan

komisaris

terhadap

variabelmanajeme

n laba.

tidak adanya

pengaruh variabel

kepemilikan

manajerial

terhadap

manajemen laba.

tidak adanya

pengaruh dari
variabel

kepemilikan

institusional

terhadap

manajemen laba.

Variabel

Dependen : Financial distress

Manajemen tidak mempunyai

MANAJEMEN Laba pengaruh pada

LABA : manajemen laba.

FINANCIAL Variabel Manajemen laba

Jihan DISTRESS, Independen tidak dipengaruhi

Muthi'ah PERENCANAA : oleh perencanaan

Khairunnis N PAJAK, Financial pajak.


5
a, Majidah, UKURAN Distress, ukuran perusahaan

Kurnia, PERUSAHAAN, Perencanaa tidak dipengaruhi

2020 KOMITE n Pajak, oleh ukuran

AUDIT DAN Ukuran perusahaan.

KUALITAS Perusahaan, Komite audit ber

AUDIT Komite pengaruh negatif

Audit, terhadap

Kualitas manajemen laba..

Audit
Manajemen laba

tidak dipengaruhi

oleh kualitas audit

Leverage

berpengaruh

Variabel positif dan signifi-

Dependen : kan terhadap

Manajemen manajemen laba.

Laba Ukuran
Pengaruh
perusahaan tidak
Leverage,
Variabel berpengaruh
Nimas Ukuran
Independen terhadap
Arum Sari, Perusahaan,
: manajemen laba.
6 Yeye Profitabilitas,
Leverage, Profitabilitas tidak
Susilowati, Kualitas Audit,
Ukuran berpengaruh
2021 dan Komite
Perusahaan, terhadap
Audit terhadap
Profitabilita manajemen laba..
Manajemen Laba
s, Kualitas Kualitas audit

Audit, tidak berpengaruh

Komite terhadap

Audit manajemen laba.

Komite audit

berpengaruh
positif dan

signifikan terhadap

manajemen laba

Good Corporate

Variabel Governance

Dependen : berpengaruh

Manajemen negatif terhadap

Laba manajemen laba.

Pengaruh Good leverage tidak

Corporate Variabel berpengaruh

Suci Governance, Independen terhadap

Asyati, Leverage, : manajemen laba.


7
Farida, Profitabilitas dan Good profitabilitas

2020 Kualitas Audit Corporate mempunyai

terhadap Praktik Governanc pengaruh positif

Manajemen Laba e, terhadap praktik

Leverage, manajemen laba.

Profitabilita Kualitas tidak

s, Kualitas berpengaruh

Audit terhadap

manajemen laba

Fathihani, Analisis Faktor- Variabel Profitabilitas


8
Fitri Ayu faktor yang Dependen : berpengaruh
Kusuma Mempengaruhi Manajemen terhadap

Wijayanti, Manajemen Laba Laba Manajemen Laba.

2022 Ukuran

Variabel Perusahaan tidak

Independen berpengaruh

: terhadapManajeme

Profitabilita n Laba.

s, Ukuran Leverageberpengar

Perusahaan, uh

Leverage, terhadapManajeme

Kepemilika n Laba.

n Kepemilikan

Manajerial, Manajerialtidak

Kepemilika berpengaruh

n terhadapManajeme

Institusiona n Laba.

l Kepemilikan

Institusionaltidak

berpengaruh

terhadapManajeme

n Laba

Erma PENGARUH Variabel free cash flow


9
Setiawati, FREE CASH Dependen : berpengaruh
Mujiyati, FLOW DAN Manajemen signifikan terhadap

Erma LEVERAGE Laba Manajemen Laba

Marga TERHADAP Akrual.

Rosit, MANAJEMEN Variabel Leverage tidak

2019 LABA Independen berpengaruh

DENGAN : signifikan terhadap

GOOD Free Cash Manajemen Laba

CORPORATE Flow, Akrual.

GOVERNANCE Leverage Good Corporate

SEBAGAI Governance tidak

VARIABEL Variabel mampu

MODERASI Moderasi : memperkuat atau

Good memperlemah

Corporate hubungan antara

Governanc Free Cash Flow

e dengan

Manajemen Laba

Akrual.

Nisa PENGARUH Variabel free cash

Nazalia, FREE CASH Dependen : flowsecara parsial

10 Dedik Nur FLOW, Manajemen tidak berpengaruh

Triyanto, FINANCIAL Laba dengan arah

2018 DISTRESS, negatif terhadap


DAN Variabel variabel

EMPLOYEE Independen manajemen laba,

DIFFTERHADA : financial

P MANAJEMEN Free Cash distresssecara

LABA Flow, parsial

Financial berpengaruh

Distress, signifikan dengan

Employee arah positif

Diff terhadap variabel

manajemen laba,

employee

diffsecara parsial

berpengaruh

signifikan dengan

arah positif

terhadap

manajemen laba

C. Kerangka Pemikiran Hipotesis

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam

gambar berikut ini :


Arus Kas Bebas (X1)

Audit Tenure (X2) H


H1
Kepemilikan Manajerial (X3) 2 Manajemen Laba (Y)
H
Kepemilikan Institusional (X4) 3
H
4H
Kualitas Audit (X5)
5

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

D. Perumusan Hipotesis

Dengan mengacu pada rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh Arus Kas Bebas terhadap Manajemen Laba

Arus kas bebas merupakan ketersediaan kas yang dapat

didistribusikan untuk pihak investor (pemilik hutang dan pemegang

saham) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada

aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan

untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan

Houston, 2006:65). Agustina (2013) memiliki pendapat bahwa

mayoritas investor didalam perusahaan merupakan transient investors

(pemilik sementara perusahaan) yang lebih mengutamakan informasi

mengenai informasi mengenai jumlah arus kas yang dapat

menggambarkan kemampuan perusahaan.


Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan memiliki margin positif

tetapi aliran arus kas bebasnya nol atau negatif, namun ada juga

perusahaa yang mengalami kerugian namun arus kas operasi positif. Hal

ini menimbulkan persepsi bahwa laporan laba rugi dan neraca ternyata

tidak selalu mencerminkan nilai actual perusahaan, sehingga dewasa ini

banyak investor yang menggunakan laporan arus kas sebagai kriteria

penilaian dalam membuat keputusan investasi Dengan melihat uraian

diatas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

H1 : Arus kas bebas berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba.

2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Manajemen Laba

Menurut Mulyadi (2002), independensi berarti sikap mental yang

bebas pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung

pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri

auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang

objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan

menyatakan pendapatnya.

Isu yang muncul akibat lamanya audit tenure adalah isu

independensi auditor. Federasi Akuntan Internasional (IFAC)

mengeluarkan suatu dokumen Rebuilding Public Confidence in

Financial Reporting, dimana IFAC menganggap kekerabatan antara

auditor dengan klien sebagai suatu ancaman bagi independensi auditor.

Perhatian utama IFAC adalah kekerabatan yang berlebihan itu dapat


mengakibatkan keragu-raguan atau kepuasan auditor untuk menghadapi

tantangan sewajarnya, dengan demikian untuk mengurangi tingkat

keragu-raguan diperlukan suatu audit yang efektif (IFAC, 2003 dalam

Wijayanti, 2010).

Terdapat pandangan dari otoritas regulasi bahwa auditor dengan

kontrak kerja dalam waktu yang lebih lama, akan mengembangkan

hubungan yang kuat dengan klien, sehingga menghasilkan kemunduran

pada kualitas audit. Hal tersebut menyebabkan adanya kewajiban untuk

rotasi perusahaan audit di berbagai Negara (Geiger dan Raghunandan,

2002 dalam Fernando et al. 2010).Ketidakberesan dalam memeriksa

akuntansi klien merupakan akibat dari audit tenure yang lama, baik pada

perusahaan audit atau tingkat auditornya (Chi dan Huang, 2004 dalam

Al-Thuneibat et al. 2011).

Flint (1988) dalam Nasser et al. (2006) juga berpendapat bahwa

independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi

dengan klien, karena hal ini akan mempengaruhi opini dan sikap mental

mereka. Lamanya audit tenure dapat menyebabkan auditor

mengembangkan “hubungan yang lebih nyaman” dan kesetiaan yang

kuat atau hubungan emosional dengan klien mereka, sehingga

independensi auditor menjadi terancam. Audit tenuredalam jangka

waktu yang lama juga menimbulkan rasa “kekeluargaan yang lebih” dan

mengakibatkan kualitas dan kompetensi kerja auditor menurun ketika


auditor mulai membuat asumsi-asumsi yang tidak tepat daripada

evaluasi objektif dari bukti terkini.

H2 : Audit Tenure berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun

2013-2017 secara parsial

3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Manajemen Laba

Menurut Putri dan Yuyetta (2013) peningkatan kepemilikan

manajerial dalam perusahaan mampu mendorong manajer untuk

menghasilkan kinerja perusahaan secara optimal dan memotivasi

manajer dalam bertindak terhadap kegiatan akuntansi, karena mereka

akan ikut menanggung konsekuensi atas tindakannya, sehingga

kebijakan yang dilakukan dapat mengurangi praktik manajemen laba.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Yuyetta

(2013) serta Rahardi dan Prastiwi (2014).

H3 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap

Manajemen Laba

4. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen Laba

Menurut Bushee (1998) dalam Rahardi dan Prastiwi (2014) investor

institusional dikatakan sebagai investor yang berpengalaman

(sophisticated) sehingga dapat melakukan fungsi monitoring secara

lebih efektif dan tidak secara mudah diperdaya atau percaya dengan

tindakan manipulasi manajer seperti tindakan manajemen laba. Hal ini


sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahardi dan Prastiwi (2014)

serta Aljana dan Purwanto (2017).

H4 : Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap

Manajemen Laba

5. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba

Semakin besar auditor spesialisasi industri maka auditor/KAP yang

melakukan proses audit akan memiliki pengalaman yang lebih banyak

dan luas, dapat memahami risiko perusahaan serta memiliki pemahaman

yang lebih baik mengenai karakteristik suatu industri sehingga mampu

mendeteksi kesalahan maupun kecurangan dalam perusahaan, sehingga

dapat mengurangi praktik manajemen laba. Hal ini sesuai dengan

penelitian Christiani dan Nugrahanti (2014) serta Rachmawati dan Fuad

(2013).

H5 : Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Manajemen

Laba
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan basic research (penelitian dasar)

dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian dengan

menggunakan hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik untuk

menyimpulkan hipotesis yang menggunakan pengujian kausal (causal

hypothesis). Hipotesis penjelas (explanatory hypothesis) atau hipotesis

kausal (causal hypothesis) adalah hipotesis yang menyatakan hubungan satu

variabel yang menyebabkan perubahan variabel lain (Agustia, 2013).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2022. Penelitian ini

menggunakan media internet untuk memperoleh data dengan mengunduh

data laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan di website

resmi Bursa Efek Indonesia.

C. Definisi dan Pengukuran Variabel

1. Variabel Penelitian

Variable penelitian merupakan segala sesuatiyang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya


(Sugiyono, 2014:58). Adapun variable penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

a. Variabel Dependen

Variabel Dependen disebut juga sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014).

Variabel Dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

Variabel Independen yang kemudian dinotasikan dengan huruf Y.

Variabel Dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Manajemen Laba (Y).

b. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2014), variabel independent atau variabel bebas

sering disebut sebagai stimulus, predictor, antecedent. Variabel

bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnua variabel terikat (dependen).

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel bebas adalah Arus

Kas Bebas (X1), Audit Tenure (X2), Kepemilikan Manajerial (X3),

Kepemilikan Institusional (X4) dan Kualitas Audit (X5).

2. Definisi Operasional

Variabel dependen (terikat) adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah manajemen laba. Variabel dependen yang


digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. dimana

manajemen laba diukur dengan modified jones dengan skala rasio.

Berikut adalah Pengukuran discretionary accruals (DACC)

dihitung dengan rumus yang mengacu pada penelitian Debnath (2017)

DACCit = TACCit–NDACCitKeterangan:TACCit

= NIit-OCFitTACCit/Ait-1

= α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVit-ΔRECit) /Ait-1+

α3(PPEit/ Ait-1) + eNDACCit/ Ait-1

= β1(1/Ait-1) + β2(ΔREVit-ΔRECit) /Ait-1 +

β3(PPEit/ Ait-1)

Ait-1: Total Asset untuk perusahaan i

ΔREVit: perubahan operating revenue perusahaan i pada tahun t

ΔRECit: perubahan receivable untuk perusahaan i pada tahun t

PPEit: Property, Plant and Equipment perusahaan i pada

tahun t

(gross)

α1-α3: regression parameters

e: error term

Variabel independen (bebas) adalah tipe variabel yang menjelaskan

atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen yang digunakan


dalam penelitian ini yaitu Arus Kas Bebas (X1), Audit Tenure (X2),

Kepemilikan Manajerial (X3), Kepemilikan Institusional (X4) dan

Kualitas Audit (X5).

a. Arus Kas Bebas

Arus kas bebas diukur dengan menggunakan pendapatan

operasi sebelum depresiasi dikurangi dengan biaya-biaya seperti

pajak, bunga dan deviden (Lehn dan Poulsen,1989). Surplus arus

kas bebas dapat dilihat dari laporan arus kas (Akhmad, 2011) :

FCF = CFO - Net Capital Expenditure – Net Borrowing

Keterangan:

FCF = Free Cash Flow (Arus Kas Bebas)

CFO = Cash flow from operating

Net Capital Expenditure = diperoleh dari perubahan modal

kerja

= (WCt – WCt-1)

= (Alt- HLt) – (Alt-1 – HLt-1)

AL = Aktiva Lancar

HL = Hutang Lancar

Net Borrowing = diperoleh dari perubahan investasi asset tetap


b. Audit Tenure

Audit tenure adalah masa jabatan dari Kantor Akuntan

Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya.

Pada tahun 2008, Menteri Keuangan merevisi kembali tentang

audit tenure yaitu Peraturan Menteri Keuangan No 17 Tahun

2008, isi peraturan ini disebutkan batasan masa pemberian jasa

audit selama tiga tahun untuk auditor dan enam tahun untuk

KAP (Kementerian Keuangan RI, 2008).

Penelitian ini mengukur tenur dengan melihat lamanya

hubungan antara kantor akuntan publik dan kliennya, sampai

berganti dengan kantor akuntan publik lainnya. Pengukuran

tenur KAP diukur sebagai jumlah tahun KAP berturut-turut

mengaudit laporan keuangan klien.

TENURE = Lama perikatan perusahaan dengan KAP (dalam

tahun)

c. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan suatu kondisi seorang

manajer yang memiliki kepemilikan saham perusahaan atau

dapat dikatakan juga manajer sebagai pemegang saham

perusahaan sekaligus manajemen perusahaan (Christiawan

dan Tarigan 2007). Variabel ini dapat diukur

menggunakan rumus berikut :


Kepemilikan Manajerial = Saham yang dimiliki

manajemen : Total saham beredar

d. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham

dalam suatu perusahaan yang dimiliki oleh lembaga atau

insitusi seperti bank, perusahaan asuransi serta institusi

lainnya (Mahariana dan Ramantha 2014). Variabel ini

menggunakan rumus sebagai berikut:

Kepemilikan Institusional = Saham yang dimiliki

institusi : Total saham bereda

e. Kualitas Audit

Kualitas audit diukur dengan memberikan skor 0 untuk

perusahaan yang tidak diaudit oleh KAP Big4 dan skor 1 untuk

perusahaan yang diaudit oleh KAP Big4.

D. Metode Pengambilan Sampel

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal

dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018-2022. Populasi yang

dijadikan objek dalam penelitian ini yaitu perusahaan barang konsumsi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018 sampai
dengan 2022. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode purposive sampling yang dipilih dengan

berdasarkan pada kriteria sebagai berikut :

a. Perusahaan barang konsumsi yang terdaftar dan telah menerbitkan

laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (di situs www.idx.co.id)

maupun di situs pribadi perusahaan secara konsisten pada periode tahun

2018-2022

b. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan

secara lengkap dan jelas yang terkait dengan variabel-variabel yang

akan diuji

c. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan menggunakan mata

uang rupiah.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data

sekunder, yang mana data laporan keuangan yang terdapat di Bursa Efek

Indonesia tahun 2018 sampai dengan 2022. data diambil dari Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada idx.co.id untuk mendapatkan data variabel Arus Kas

Bebas, Audit Tenure, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional

dan Kualitas Audit yang dijalankan oleh perusahaan beserta studi pustaka

untuk mendapatkan teori-teori yang melatar belakangi penelitian ini.


F. Metode Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dilanjutkan

dengan analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode sebagai

berikut :

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

analisis regresi berganda (multiple regression). Analisis regresi berganda

digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel bebas (independen)

dengan variabel terikat (dependen). Persamaan regresi linier berganda

yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Y= β0 +β1 AKBit+ β2ATit+ β3KMit+ β4KIit+β5BIG4it+εit

Keterangan:

Y= Manajemen Laba

β0 = Konstanta

β1-β5= Koefisien Regresi

AKB= Arus Kas Bebas

AT = Audi Tenure

KM= Kepemilikan Manajerial

KI= Kepemilikan Institusional

BIG4= Kualitas Audit

εi= error
1. Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran

mengenai variabel-variabel dalam penelitian. Menurut Ghozali (2011:

19), statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu data

variabel dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

minimum, sum, range, kurtosis, serta skewness (kemencengan

distribusi). Variabel-variabel yang digambarkan adalah Manajemen

Laba sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independennya

meliputi variabel Arus Kas Bebas, Audit Tenure, Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit.

2. Uji Normalitas

Untuk menguji data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada

persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau

berdistribusi tidak normal. Jika distribusi data normal, maka analisis

data dan pengujian hipotesis digunakan statistik parametrik. Pengujian

normalitas data menggunakan uji kolmogorov-smirnov one sampel test

dengan rumus:

Dimana:

Fo(X) =Fungsi distribusi kumulatif yang ditentukan.


SN(X) =Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi dari suatu

sampel random dengan N observasi.

i =1,2,…N

Adapun kriteria uji : jika probabilitas signifikan > 0,05 maka data

berdistribusi normal.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara

suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana

adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara

variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi

antara observasi dengan data observasi sebelumnya. Sebagai contoh

adalah pengaruh antara tingkat inflasi bulanan terhadap nilai tukar

rupiah terhadap dollar. Data tingkat inflasi pada bulan tertentu,

katakanlah bulan Februari, akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi bulan

Januari. Berarti terdapat gangguan autokorelasi pada model tersebut.

Contoh lain, pengeluaran rutin dalam suatu rumah tangga. Ketika pada

bulan Januari suatu keluarga mengeluarkan belanja bulanan yang relatif

tinggi, maka tanpa ada pengaruh dari apapun, pengeluaran pada bulan

Februari akan rendah.

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut

waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada

kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara


serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian di

Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu tahun biasanya

memerlukan uji autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana

terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter

plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID

(nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola

tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit

kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji

statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.

Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi

heteroskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk

logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif.

Atau dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan

variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.


5. Uji Multikolinieritas

Ini digunakan untuk mengukur tingkat asosiasi (keeratan)

hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran

koefisien korelasi (r). Multikolinieritas terjadi jika koefisien korelasi

antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain: 0,50 dan 0,90).

Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar

variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r < 0,60). Dengan cara

lain untuk menentukan multikolinieritas, yaitu dengan :

1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang

dibenarkan secara statistik (a)

2) Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi

penyimpangan baku kuadarat

Nilai tolerance (a) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari

dengan, sebagai berikut :

Besar nilai tolerance

a. a = 1 / VIF Besar nilai variance inflation factor (VIF): VIF = 1 /

~ Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika a hitung VIF.

~ Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika a hitung

> a dan VIF hitung < VIF


6. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

regresi berganda. Metode analisis yang digunakan untuk menilai

variabilitas luas pengungkapan risiko dalam penelitian ini adalah

analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi

berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen. Analisis regresi berkenaan dengan studi

ketergantungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih

variabel bebas atau penjelas, dengan tujuan mengestimasi atau

memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Analisis ini juga

mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga

menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Model regresi yang dikembangkan untuk menguji

hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

Y= β0 +β1 AKBit+ β2ATit+ β3KMit+ β4KIit+β5BIG4it+εit

Keterangan:

Y= Manajemen Laba

β0 = Konstanta

β1-β5= Koefisien Regresi

AKB= Arus Kas Bebas

AT = Audi Tenure

KM= Kepemilikan Manajerial


KI= Kepemilikan Institusional

BIG4= Kualitas Audit

εi= error

7. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model

dalam menerangkan variabel independen. R2 mengandung kelemahan

mendasar yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang

dimasukkan dalam model. Oleh karena itu, pada penelitian ini

digunakan adjusted R2 yang berkisar antara nol dan satu. Jika nilai

adjusted R2 makin mendekati satu maka makin baik kemampuan model

tersebut dalam menjelaskan variabel dependen dan sebaliknya. Dengan

menggunakan model ini, kesalahan pengganggu diusahakan minimum

Sehingga R2 mendekati 1, sehingga perkiraan regresi akan lebih

mendekati keadaan yang sebenarnya.

8. Uji Statistik F

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model regresi mempunyai

pengaruh secara bersamasama (simultan) terhadap variabel dependen

(Ghozali,2012). Apabila nilai probabilitas signifikansi < 0,05, variabel

independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Ketentuan penolakan dan penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut :


1) Jika nilai signifikasi F > 0,05 atau Fhitung < Ftabel maka Ho

diterima dan menolak H1 (koefisien regresi tidak signifikan). Ini

berarti bahwa secara bersama-sama seluruh variabel independen

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

2) Jika nilai signifikansi F < 0,05 atau Fhitung > Ftabel maka Ho

ditolak dan menerima H1 (koefisien regresi signifikan). Ini

berarti bahwa secara bersama-sama seluruh variabel independen

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

9. Uji Statistik T

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi

variabel dependen (Ghozali,2012). Pengujian dilakukan dengan

menggunakan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (α=5%). Ketentuan

penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikasi t > 0,05 maka Ho diterima dan menolak H1

(koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara

parsial variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

2) Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka Ho ditolak dan menerima

H1 (koefisien regresi signifikan). Ini berarti bahwa secara parsial


variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai