RDK Neo

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 66

REFLEKSI DISKUSI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS


BAYI NY ”NW” UMUR 7 HARI NEONATUS ATERM

OLEH KELOMPOK :
1. Ni Putu Nusrani P07124323093
2. Ni Wayan Julia Damayanti P07124323094
3. Luh Desia Ridayanti P07124323095
4. A.A Putu Sherlin Regina AR P07124323096
5. Ni Wayan Eka Nopiarmi P07124323097
6. Ni Luh Ekawathi P07124323098
7. Ni Km Ari Cendani GP P07124323099
8. Sitri Arweli Nombala P07124322100
9. Maria Oktofia Ule P07124322101
10. Ni Wayan Ariyanti P07124322102
11. Ni Komang Juliani P07124322103

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida
Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis mampu
menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan pada “Bayi Ny ”NW” Umur 7 Hari
Neonatus Aterm”.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktik Kebidanan
Fisiologis bagi para mahasiswa Profesi Bidan Semester I Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ni Gusti Kompiang Sriasih,
S.ST.,M.Kes selaku pembimbing Praktik Kebidanan Holistik Fisiologis Pada
Neonatus, Bayi dan Balita yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis
tekuni. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari laporan yang dibuat ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan dinantikan demi
kesempurnaan laporan ini.

Denpasar, Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus ...................................................... 2
D. Manfaat Penulisan Laporan.......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
A. Adaptasi Fisiologis Neonatus....................................................................... 4
B. Konsep Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah16
C. Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah .............. 31
D. Imunisasi dan Nutrisi Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah ....... 36
E. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Dan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) .................................................................................................... 39
F. Data Fokus Yang Perlu Dikaji Pada Kasus ................................................ 43
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................... 52
BAB IV PEMBAHASAN KASUS ....................................................................... 57
A. Langkah I. Pengkajian Data Subyektif....................................................... 57
B. Langkah II. Pengkajian Data Obyektif....................................................... 57
C. Langkah III. Merumuskan Analisa ............................................................ 57
D. Langkah IV. Penatalaksanaan .................................................................... 58
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 60
A. Simpulan .................................................................................................... 60
B. Saran ........................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
Lampiran-lampiran ................................................................................................ 62

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Neonatus merupakan masa kehidupan pertama di luar rahim sampai
dengan usia 28 hari. Dalam masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan yang awalnya di dalam rahim serba bergantung pada ibu menjadi di luar
rahim yang harus hidup secara mandiri. Pada masa ini terjadi pematangan organ
hampir pada semua sistem. Bayi yang berusia kurang dari satu bulan memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul
sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Kunjungan
neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap bayi baru lahir yang meliputi
KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan
8- 28 hari (Riskesdas, 2013). Menurut Kemenkes RI (2016), Angka Kematian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
(AKABA) merupakan indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak.
Bayi baru lahir memiliki resiko ganggguan kesehatan paling tinggi,
berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat,
bisa berakibat fatal. Penelitian menunjukkan bahwa 50 % kematian bayi terjadi
pada periode neonatal yaitu di bulan pertama kehidupan. Pencegahan merupakan
hal terbaik yang harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus
sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal merupakan
periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi (Dewi,
2013).
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah masa
neonatus (bayi baru lahir 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi penyebab kematian
terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi. Menurut hasil
Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa 57% dari kematian neonatal terjadi pada umur
0-6 hari Profil Kesehatan Indonesia (Kemenkes, 2014). Pengkajian bayi baru lahir
dimulai dari riwayat kehamilan. Pengetahuan bidan dan tinjauan yang cermat
terhadap semua data yang tersedia pada periode prenatal menjadi patokan untuk

1
pengkajian bayi baru lahir. Riwayat persalinan dan kelahiran memberikan lebih
banyak informasi untuk pengkajian bidan pada bayi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka neonatus perlu diberikan asuhan
kebidanan pada neonatus sesuai dengan standar yang berlaku

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan bayi baru
lahir pada Bayi Ny ”Nw” Umur 7 Hari Neonatus Aterm.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif pada Bayi Ny ”Nw”
Umur 7 Hari Neonatus Aterm.
b. Mampu melakukan pengkajian data objektif pada Bayi Ny ”Nw”
Umur 7 Hari Neonatus Aterm.
c. Mampu merumuskan analisa pada Bayi Ny ”Nw” Umur 7 Hari
Neonatus Aterm
d. Mampu melakukan penatalaksanaan pada Bayi Ny ”Nw” Umur 7 Hari
Neonatus Aterm

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Asuhan kebidanan pada kasus ini dilakukan pada Ruang Kesehatan Anak
di Puskesmas Banjar I pada hari Kamis, 7 Desember 2023 pukul 10.05 WITA.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah wawasan penulis tentang asuhan kebidanan
komprehensif guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
b. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta pengembangan program
di bidang kesehatan yang mencakup kesehatan neonatus
c. Untuk acuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada neonatus,
sehingga diharapkan dapat memberikian kontribusi penting dalam

2
menurunkan AKN melalui manajemen asuhan kebidanan pada
neonatus
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di lapangan
dalam memberikan asuhan kebidanan pada neonatus
b. Bagi Lahan Praktik
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu
pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan
pada neonatus
c. Bagi Klien
Klien (orang tua neonatus) mendapat asuhan kebidanan masa neonatus
normal secara komprehensif yang sesuai dengan standar kebijakan
pemerintah, sehingga komplikasi selama masa neonatus dapat dicegah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan


seseorang. Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka
terhadap lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi
berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali (Departemen
Kesehatan, 2009). Usia perkembangan bayi terbagi 2 yaitu, neonatus sejak lahir
sampai usia 28 hari dan bayi dari usia 29 hari sampai 12 bulan ( WHO, 2013).

A. Adaptasi Fisiologis Neonatus


I. Adaptasi Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Adaptasi Bayi Baru Lahir
 Adalah periode adaptasi terhadap kehidupan keluar rahim
 Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa sistem tubuh bayi.
 Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan dan
sirkulasi, sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan
mengambil dan menggunakan glukosa.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Kehidupan Di Luar Uterus
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir
 Riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik,
sikap ibu terhadap kehamilannya dan pengalaman pengasuhan bayi.
 Riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan,
tipe analgesic atau anestesi intrapartum.
 Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi dari
kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.
 Kemampuan petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah
dengan tepat pada saat terjadi.
c. Perubahan Sistem Pernapasan
1. Perkembangan paru

4
a) Paru berasal dari benih yang tumbuh di rahim, yg bercabang-
cabang dan beranting menjadi struktur pohon bronkus.
b) Proses ini berlanjut dari kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun ketika
jumlah bronkiol dan alveol sepenuhnya berkembang, walaupun
janin memperlihatkan gerakan pernapasan pada trimester II dan III.
Ketidakmatangan paru terutama akan mengurangi peluang
kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia 24 minggu.
Keadaan ini karena keterbatasan permukaan alveol,
ketidakmatangan sistem kapiler paru dan tidak mencukupinya
jumlah surfaktan
2. Awal timbulnya pernapasan
Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan
luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.
b) Tekanan dalam dada, yang terjadi melalui pengempisan paru
selama persalinan, merangsang masuknya udara ke dalam paru
secara mekanik.
Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler, dan susunan
saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
Jadi sistem-sistem harus berfungsi secara normal.
Upaya napas pertama bayi berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru
b) Mengembangkan jaringan alveol paru untuk pertama kali.
Untuk mendapat fungsi alveol, harus terdapat surfaktan yang
cukup dan aliran darah melalui paru.
 Produksi surfaktan mulai 20 minggu kehamilan dan jumlahnya
meningkat sampai paru matang sekitar 30-34 minggu.
 Surfaktan mengurangi tekanan permukaan dan membantu
menstabilkan dinding alveol sehingga tidak kolaps pada akhir
persalinan.

5
 Tanpa surfaktan alveol akan kolaps setelah tiap kali
pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Untuk itu
diperlukan banyak energi pada kerja tambahan pernapasan.
Peningkatan energi memerlukan dan menggunakan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan ini menimbulkan
stress bayi.
 Pada waktu cukup bulan, terdapat cairan didalam paru bayi.
 Pada waktu bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar
sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru.
 Seorang bayi yang dilahirkan melalui SC (Sectio Caesarea)
kehilangan manfaat perasan thorax ini dapat menderita paru
basah dalam jangka waktu lama.
Pada beberapa tarikan napas pertama, udara ruangan
memenuhi trachea dan bronkus bayi baru lahir. Sisa cairan di
dalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh
limfe dan darah. Semua alveoli akan berkembang terisi udara
sesuai dengan perjalanan waktu.
Fungsi pernapasan dalam kaitan dengan fungsi kardiovaskuler
 Oksigenasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
 Jika terjadi hipoksia, pembuluh darah paru akan mengalami
vasokonstriksi.
 Pengerutan pembuluh darah ini berarti tidak ada pembuluh
darah yang berguna menerima oksigen yang berada dalam
alveol, sehingga terjadi penurunan oksigenasi ke jaringan,yang
memperburuk hipoksia
 Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran
gas dalam alveoli dan menyingkirkan cairan paru, dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim.

6
d. Perubahan Sistem Sirkulasi
Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk menyelenggarakan sirkulasi terbaik
mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi :
1. Penutupan foramen ovale jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
1. Saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun.
2. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium
kanan yang mengurangi volume dan tekanannya.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru utk menjalani proses oksigenasi ulang.
a) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan .
b) Oksigen pada pernapasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh paru (menurunkan resistensi pembuluh paru), ini akan
meningkatkan sirkulasi ke paru sehingga terjadi peningkatan volume darah
pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan pada atrium kanan ini dan
penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsi akan
menutup. Dengan pernapasan kadar oksigen darah akan meningkat,
sehingga mengakibatkan duktus arteriosus mengalami konstriksi dan
menutup.
c) Vena umbilikus, duktus arteriosus dan arteri hipogastrika tali pusat menutup
secara fungsi dalam beberapa menit setelah lahir dan tali pusat diklem.
d) Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan.

e. Sistem Thermoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu , sehingga akan mengalami
stress dengan adanya perubahan lingkungan.Suhu dingin menyebabkan air
ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada

7
lingkungan yang dingin, terjadi pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan jalan utama bayi yang kedinginan untuk mendapatkan
panas tubuh. Pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merujuk pada
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas
 Timbunan lemak coklat terdapat pada seluruh tubuh, mampu meningkatkan
panas sebesar 100%.
 Untuk membakar lemak coklat bayi membutuhkan glukosa guna
mendapatkan energi yang mengubah lemak menjadi panas.
 Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir.
Cadangan lemak coklat akan habis dalam waktu singkat karena stress
dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak
coklat pada bayi. Bayi yang kedinginan akan mengalami hipoglikemi, hipoksia
dan asidosis. Pencegahan kehilangan panas menjadi prioritas utama dan bidan
wajib meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir, dikarenakan :
 Fungsi otak memerlukan jumlah glukosa tertentu
 Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat.
 Koreksi penggunaan gula darah dapat terjadi 3 cara :
1. Melalui penggunaan ASI (setelah lahir bayi didorong untuk secepat
mungkin menyusu pada ibunya)
2. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenolisis)
3. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
(glukoneogenesis)
 Bayi baru lahir tidak dapat menerima makanan dalm jumlah yang cukup
akan membuat glukosa dari glikogen (glukoneogenesis). Hal ini dapat
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang
sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, terutama dalam hati
selama bulan-bulan terakhir kehidupan di rahim.
 Bayi lahir yang mengalami hipotermia yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kehidupannya.
 Sangat penting menjaga kehangatan bayi segera setelah lahir.
 Jika persediaan glukosa digunakan pada jam pertama kehidupannya maka
otak dalam keadaan berisiko.

8
Bayi baru lahir yang kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan
dalam rahim/IUGR dan stress janin merupakan risiko utama, karena
simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir. Gejala
hipoglikemi tidak khas dan tidak jelas. Gejala hipoglikemia tersebut antara
lain : kejang-kejang halus, sianosis, apne, tangis lemah, letargi, lunglai,
menolak makanan. Akibat jangka panjang hipoglikemia adalah kerusakan
yang tersebar seluruh sel-sel otak.
f. Sistem Gastro Intestinal
Sebelum lahir janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan batuk yang matang sudah mulai terbentuk. Dengan baik
pada saat lahir. Kemampuan bayi cukup bulan menerima dan menelan
makanan terbatas, hubungan esofagus bawah dan lambung belum sempurna
sehingga mudah gumoh terutama bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas
lambung terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi cukup bulan. Kapasitas lambung
akan bertambah bersamaan dengan tambah umur. Usus bayi masih belum
matang sehingga tidak mampu melindungi diri dari zat berbahaya, kolon bayi
baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air dibanding dewasa
sehingga bahaya diare menjadi serius pada bayi baru lahir.
g. Perubahan Sistem Imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir, masih belum matang sehingga rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
menyebabkan kekebalan alami dan buatan. Kekebalan alami terdiri dari
struktur tubuh yang mencegah dan meminimalkan infeksi. Beberapa contoh
kekebalan alami :
 Perlindungan oleh kulit membran mukosa
 Fungsi saringan saluran napas
 Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
 Perlindungan kimia oleh asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel darah yang membantu
bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi sel darah masih
belum matang sehingga bayi belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien. Kekebalan akan muncul kemudian. Reaksi bayi terhadap

9
antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan. Tugas
utama bayi dan anak-anak awal membentuk kekebalan.
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir
terhadap infeksi masih sangat lemah dan tidak memadai. Pencegahan pajanan
mikroba seperti praktik persalinan aman, menyusui ASI dini dan pengenalan
serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
h. Perubahan Sistem Ginjal
Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasnya kecil hingga
setelah lahir. Urine bayi encer, berwarna kekuning-kuningan dan tidak berbau.
Warna coklat dapat disebabkan oleh lendir bebas membrane mukosa dan udara
asam akan hilang setelah bayi banyak minum. Garam asam urat dapat
menimbulkan warna merah jambu pada urine, namun hal ini tidak penting.
Tingkat filtrasi glomerolus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular terbatas.
Bayi tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat mendapat
asupan cairan, juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi
rendah dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan kandung
kemih secara reflek. Urine pertama dibuang saat lahir dan dalam 24 jam , dan
akan semakin sering dengan banyak cairan.

II. Konsep Dasar Pencegahan Infeksi pada Neonatus


A. Pengertian Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi.
B. Prinsip Umum Pencegahan Infeksi
Dengan mengamati praktik pencegahan infeksi di bawah akan
melindungi bayi, ibu dan pemberi perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu
juga akan membantu mencegah penyebaran infeksi :
1. Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir
2. Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi
menularkan infeksi
3. Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan

10
4. Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.
5. Gunakan teknik aseptik.
6. Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan dan jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
7. Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
8. Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi
nosokomial.

C. Tindakan Umum Pencegahan Infeksi


Tindakan pencegahan pada bayi baru lahir, adalah sebagai berikut :
1. Mencuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak
dengan bayi.
2. Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
3. Memastikan semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali
pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan
bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah
menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
4. Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
5. Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, stetoskop,
dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setelah digunakan)
6. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudaranya
dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun).
7. Membersihkan muka, pantat dan tali pusat bayi baru lahir dengan air
bersih, hangat dan sabun setiap hari.
8. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan
orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya.

11
D. Jenis-Jenis Pencegahan Infeksi Pada Neonatus
1. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi
atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan di sebelah bawah talipusat.
Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan
sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa
tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoles ramuan, abu
dapur dan sebagainya pada luka talipusat, karena akan menyebabkan infeksi dan
tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali
pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar talipusat berwarna
kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera
melaporkan k edokter jika pada tali pusat ditemukan perdarahan,
pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk.
2. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit
bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan bayi di dada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi, sehingga menyebabkan terjadinya
kolonisasi mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta
adanya zat antibodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu
ibu.
3. Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata
bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua
mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau sapu tangan halus dan bersih
yang telah dibersihkan dengan air hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir,
berikan salep/obat tetes mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin
1%, Eritromisin 0.5% atau Nitrasn, Argensi 1%), biarkan obat tetap pada mata
bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan. Setelah selesai
merawat mata bayi, cuci tangan kembali. Keterlambatan memberikan salep
mata, misalnya bayi baru lahir diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir,

12
merupakan sebab tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi
baru lahir.
4. Imunisasi
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama tetesan polio
dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur 2 minggu. Maksud
pemberian imunisasi polio secara dini adalah untuk meningkatkan perlindungan
awal. Imunisasi Hepatitis B sudah merupakan program nasional, meskipun
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian
imunisasi Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.

III. Konsep Dasar Rawat Gabung


A. Pengertian Rawat Gabung
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-
sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu,
setiap saat ibu dapat menyusui anaknya. Rawat gabung adalah satu cara
perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan,
melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-
sama selama 24 jam penuh seharinya, hal ini merupakan waktu yang baik bagi
ibu dan bayi saling berhubungan dan dapat memberikan kesempatan bagi
keduanya untuk pemberian ASI.
B. Jenis Rawat Gabung
Jenis Rawat Gabung adalah :
1. Rawat Gabung continue : bayi tetap berada disamping ibu selama 24
jam.
2. Rawat Gabung parsial : ibu dan bayi bersama-sama hanya dalam
beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam
hari dirawat di kamar bayi.
C. Tujuan Rawat Gabung
1. Memberikan bantuan emosional :
a. Ibu dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya pada bayi.

13
b. Memberikan kesempatan pada ibu dan keluarga untuk
mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi.
2. Penggunaan ASI :
a. Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapat colostrom/ASI
b. Produksi ASI akan semakin banyak jika diberikan sesering
mungkin.
3. Pencegahan infeksi
a. Mencegah terjadinya infeksi silang
b. Pendidikan kesehatan
c. Dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan pada ibu.
d. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi.

D. Manfaat Rawat Gabung


1. Bagi Ibu
a. Aspek psikologi
1) Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early
infant mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan
antara ibu dan bayi.
2) Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat
bayinya.
3) Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya.
Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan,
sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa
sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh
orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI.
b. Aspek fisik
1) Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui
akan terjadi kontraksi rahim yang baik.
2) Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat
mobilisasi.

14
2. Bagi Bayi
a. Aspek psikologis
1) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi.
2) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini
merupakan dasar terbentuknya rasa percaya pada diri anak.
b. Aspek fisik
1) Bayi segera mendapatkan colostrom yang dapat memberikan
kekebalan/antibody
2) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
3) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
4) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
5) Alergi terhadap susu buatan berkurang
3. Bagi Keluarga
a. Aspek Psikologi
Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk
memberikan support pada ibu untuk member ASI pada bayi.
b. Aspek Ekonomi
Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan
bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit.
4. Bagi Petugas
a. Aspek Psikologis
Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang
dan dapat melakukan pekerjaan lainnya.
b. Aspek Fisik
Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya
diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan
susu buatan.

15
E. Sasaran Dan Syarat Rawat Gabung
Sasaran dan syarat rawat gabung :
1. Bayi lahir spontan, baik presentasi kepala atau bokong. Jika lahir
dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi
cukup sehat, reflek hisap baik dan tidak ada tanda infeksi.
2. Bayi yang lahir dengan anestesi umum, rawat gabung dilakukan setelah
ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)
3. Bayi tidak asfiksia 5 menit pertama (Nilai Apgar minimal 7)
4. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
5. Berat badan 2000-2500 gram atau lebih
6. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intra partum
7. Bayi dan ibu sehat

B. Konsep Tumbuh Kembang Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
I. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan
A. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan
1. Pengertian pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan
panjang dan berat (Kemenkes R.I, 2012). Perkembangan adalah
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar dan gerak halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian (Kemenkes R.I, 2012).
2. Ciri- ciri tumbuh kembang anak :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal
c. Menentukan perkembangan selanjutnya
d. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda
e. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
f. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

16
g. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
anak. Menurut pedoman SDIDTK Depkes (2012) tahapan tersebut sebagai
berikut.
1. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan)
Masa prenatal terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Masa zigot / mudigah: sejak konsepsi sampai umur kehamilan 2
minggu
b. Masa embrio : umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
c. Masa janin / fetus : umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan. Pada masa janin ada 2 periode :
a) Masa fetus dini yaitu sejak umur kehamilan 9 minggu sampai
trimester ke 2 kehamilan
b) Masa fetus lanjut yaitu trimester akhir kehamilan.
d. Masa bayi / infancy (umur 0-12 bulan)
Masa bayi terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Masa neonatal usia 0--28 hari, terbagi menjadi: Neonatal dini
(perinatal) : 0-7 hari dan Neonatal lanjut: 8-28 hari
b) Masa post (pasca) neonatal umur 29 hari sampai 12 bulan.
e. Masa balita dan prasekolah usia 1-6 tahun
Masa balita dan prasekolah terbagi menjadi:
a) Masa balita: mulai 12-60 bulan tahun dan
b) Masa Pra sekolah: mulai 60-72 bulan tahun
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak :
1. Faktor internal :
a. Ras/Etnik atau Bangsa
b. Keluarga
c. Umur
d. Jenis Kelamin
e. Genetik
f. Kelainan Kromosom

17
2. Faktor eksternal :
a. Faktor Prenatal
b. Faktor Persalinan
c. Faktor pasca salin

II. Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan


A. Pengertian Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini pertumbuhan dan perkembangan anak adalah kegiatan atau
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak pra sekolah (Kemenkes R.I, 2012).
1. Jenis Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembangan
Ada 3 jenis deteksi dini yang dapat dikerjakan oleh tenaga kesehatan
ditingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan
mikro/makrosefali. Jenis instrument yang digunakan:
a) Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak (BB/TB)
b) Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya
lihat, gangguan daya dengar.
Jenis instrumen yang digunakan:
a) Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)
b) Tes Daya Lihat (TDL)
c) Tes Daya Dengar Anak (TDD)
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autism, gangguan
pemusatan perhatian, dan hiperaktivitas. Instrumen yang digunakan:
a) Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME)
b) Checklist for Autism in Toddlers (CHAT)
c) Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
b)

18
2. Jadwal Kegiatan dan Jenis Skrining
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh
tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:

BB/TB : Berat Badan/Tinggi Badan


LK : Lingkar Kepala
KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan
TDD : Tes Daya Dengar
TDL : Tes Daya Lihat
KMME : Kuesioner Mental Emosional
CHAT : Checklist for Autism in Toddler
GPPH : Gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

3. Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan


Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa untuk mengetahui adanya
penyimpangan pertumbuhan, parameter yang digunakan adalah Berat
Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB) dan Lingkar Kepala Anak
(LKA). Parameter tersebut termasuk ukuran antropometri dan paling
mudah dilakukan di lapangan.
a. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi
anak apakah tergolong normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk.
Parameter BB/TB ini untuk mengetahui apakah proporsi anak

19
tergolong normal. Berat badan dan tinggi badan merupakan ukuran
antropometri yang paling sering digunakan untuk pertumbuhan
anak. Antropometri adalah ukuran fisik seorang anak yang diukur
dengan menggunakan alat ukur tertentu seperti timbangan dan pita
pengukur (meteran).
a) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang terpenting untuk mengetahui keadaan status gizi anak dan
untuk memeriksa kesehatan anak pada kelompok umur, misalnya,
apakah anak dalam keadaan normal dan sehat. Keuntungan lainnya
adalah pengukurannya mudah, sederhana dan murah. Oleh karena
itu, kegunaan BB adalah sebagai berikut.
 Sebagai informasi tentang keadaan gizi anak, pertumbuhan,
dan kesehatannya. Untuk monitoring kesehatan sehingga
dapat menentukan terapi apa yang sesuai dengan kondisi anak
 Sebagai dasar untuk menentukan dasar perhitungan dosis obat
ataupun diet yang diperlukan untuk anak.
Meskipun berat badan merupakan ukuran yang dianggap
paling penting, tapi mempunyai kelemahan, antara lain sebagai
berikut :
 Tidak sensitif terhadap proporsi tubuh. Pada anak yang
mempunyai berat badan yang sama, tetapi tinggi badan
berbeda akan terlihat postur tubuhnya berbeda. Anak yang satu
akan terlihat langsing, anak lainnya kemungkinan terlihat
gemuk.
 Terjadi perubahan secara fluktuasi setiap hari yang masih
dalam batas normal. Perubahan ini dapat terjadi akibat
pengaruh masukan (intake), seperti makanan/minuman dan
keluaran (output) seperti urine, keringat, dan pernafasan.
Besarnya fluktuasi tergantung kelompok umur dan sangat
individual berkisar antara 100-200 g sampai 500 – 1000 g
(Soetjiningsih, 2002).

20
Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami
penurunan yang sifatnya normal yaitu sekitar 10% dari berat badan
lahir. Hal ini disebabkan keluarnya mekonium dan air seni yang
belum diimbangi dengan asupan yang adekuat, misalnya, produksi
ASI yang belum lancar. Umumnya, berat badan akan kembali
mencapai berat lahir pada hari kesepuluh.
Pada bayi sehat, kenaikan berat badan normal pada triwulan
I sekitar 700-1000 g/bulan, triwulan II sekitar 500 – 600 g/bulan,
triwulan III sekitar 350 – 450 g/bulan, dan pada triwulan IV sekitar
250 – 350 g/bulan. Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa
pada usia enam bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar
1 kg/bulan, enam bulan berikutnya ± 0,5 kg/bulan. Pada tahun
kedua kenaikan ± 0,25 kg/bulan. Setelah dua tahun kenaikan berat
badan tidak tentu, yaitu sekitar 2 – 3 kg/tahun. Pada tahap
adolesens (masa remaja) akan terjadi pertumbuhan berat badan
secara cepat (growth spurt).
Selain dengan perkiraan tersebut, dapat juga
memperkirakan berat badan (BB) dengan menggunakan rumus
atau pedoman dari Behrman (1992) yang dikutip oleh Rekawati
dkk (2013), sebagai berikut :
 Berat badan lahir rata – rata: 3,25 kg
 Berat badan usia 3 – 12 bulan menggunakan rumus:
 Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus:

𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛) + 9 𝑛+9


=
2 2

(Umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8

Keterangan: n adalah usia anak

21
Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bila lebih 15
hari dibulatkan ke atas, sedangkan, kurang atau sama dengan 15
hari dihilangkan. Misalnya, ada bayi berumur 5 bulan 25 hari, maka
bayi dianggap berumur 6 bulan berat badan bayi diperkirakan 7,5
kg. Bila anak berumur 2 tahun 6 bulan, perkiraan berat badannya
adalah (2,5 tahun x 2 th) + 8 = 13 kg.
b) Pengukuran Berat Badan
Dalam menentukan pengukuran berat badan anak, hal yang
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
 Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang
telah ditera (distandarisasi/kalibrasi) secara berkala.
Timbangan yang digunakan timbangan bayi, timbangan injak
atau dacin.
 Untuk menimbang anak usia kurang dari satu tahun, dilakukan
dengan posisi berbaring. Usia 1 – 2 tahun dilakukan dengan
posisi duduk dengan menggunakan dacin. Lebih dari dua
tahun, penimbangan berat badan dapat dilakukan dengan
posisi berdiri.
4. Deteksi Penyimpangan Perkembangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat
dan gangguan daya dengar. Upaya deteksi dini perkembangan di tingkat
puskesmas, jenis instrumen yang digunakan adalah:
a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
b. Tes Daya Lihat (TDL)
c. Tes Daya Dengan Anak (TDD)
Deteksi perkembangan dengan menggunakan instrumen KPSP,
TDL dan TDD dapat dilakukan oleh semua tenaga kesehatan dan guru
TK terlatih. Bahkan keluarga dan masyarakat bisa melakukan upaya
deteksi perkembangan dengan menggunakan Buku KIA. Selain itu ada
instrumen yang juga sudah luas pemakaiannya yaitu Denver
Developmenttal Screening Test (DDST). DDST mudah dan cepat

22
penggunaannya, serta mempunyai validitas yang tinggi yang sering
digunakan di klinik/rumah sakit bagian tumbuh kembang anak.
Berikut ini akan dijelaskan masing-masing tes yaitu KPSP, TDL,
TDD dan DDST.
a. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)
KPSP merupakan skrining pendahuluan untuk menilai
perkembangan anak usia 0-72 bulan. Daftar pertanyaan singkat yang
ditujukan pada orang tua. KPSP adalah suatu daftar pertanyaan singkat
yang ditujukan kepada orang tua. Skrining/pemeriksaan dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK/PAUD terlatih. Alat yang
digunakan untuk pemeriksaan adalah formulir KPSP sesuai umur dan
alat untuk pemeriksaan yang berupa pensil, kertas, bola sebesar bola
tenis, kerincingan, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis,
kacang tanah dan potongan biscuit. Usia ditetapkan menurut tahun dan
bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.
Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi
menjadi dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh
orangtua/pengasuh dan perintah yang harus dilakukan sesuai dengan
pertanyaan KPSP. Pertanyaan dalam KPSP harus dijawab “ya” atau
“tidak” oleh orangtua.
Cara menggunakan KPSP:
a) Pada waktu pemeriksaan /skrining, anak harus dibawa
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun
anak lahir.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan
umur anak.
d) Daftar pertanyaan KPSP berjumlah sepuluh nomor yang dibagi
menjadi dua, yaitu pertanyaan yang harus dijawab oleh
orangtua/pengasuh dan perintah yang harus dilakukan sesuai dengan
pertanyaan KPSP

23
e) Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
Oleh karena itu pastikan orang tua/pengasuh mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
f) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban Ya atau Tidak. Catat jawaban
tersebut pada formulir.
g) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah orangtua/pengasuh
menjawab pertanyaan sebelumnya.
h) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interprestasi hasil pemeriksan KPSP adalah sebagai berikut:


a) Bila jawaban “ya” berjumlah 9-10 berarti perkembangan anak
normal sesuai dengan tahapan perkembangan
b) Bila jawaban ‘ya” kurang dari 9, maka perlu diteliti tentang:
 Cara menghitung usia dan kelompok pertanyaannya apakah
sudah sesuai
 Kesesuaian jawaban orangtua dengan maksud pertanyaan
Apabila ada kesalahan , maka pemeriksan harus diulang
c) Bila setelah diteliti jawaban “ya” berjumlah 7-8, berarti
perkembangan anak meragukan dan perlu pemeriksan ulang 2
minggu kemudian dengan pertanyaan yang sama. Jika jawaban tetap
sama maka kemungkinan ada penyimpangan.
d) Bila jawaban berjumlah “ya” berjumlah 6 atau kurang, kemungkinan
ada penyimpangan dan anak perlu dirujuk ke rumah sakit untuk
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

b. Test Daya Lihat (TDL)


Tes ini untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata
pada anak berusia 3-6 tahun yang dilakukan setiap enam bulan. Tujuan
tes ini untuk mendeteksi adanya kelainan daya lihat pada anak usia
prasekolah secara dini, sehingga jika ada penyimpangan dapat segera
ditangani.

24
Cara melakukan tes daya lihat:
a) Pilih ruangan dengan penyinaran yang baik, bersih, tenang
b) Gantungkan ’kartu E’ yang setinggi mata anak posisi duduk.
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari kartu “E” untuk
duduk anak.
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk
pemeriksa
e) Pemeriksa memberikan kartu “E” kepada anak. Latih anak
dalam mengarahkan kartu ‘E’ menghadap ke atas, bawah, kiri
dan kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E”oleh
pemeriksa.
f) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster, satu
persatu mulai baris pertama huruf “E “berukuran paling besar
sampai baris keempat atau baris ”E” terkecil yang masih dapat
dilihat.
g) Puji anak jika bisa mencocokan posisi kartu “E” yang
dipegangnya dengan huruf pada kartu “E” pada poster.
h) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara
yang sama.
Interpretasi hasil pemeriksaan daya lihat:
Secara normal anak dapat melihat huruf E pada baris ketiga.
Apabila pada baris ketiga, anak tidak dapat melihat maka perlu dirujuk
untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut. Selain tes daya lihat, anak
juga perlu diperiksakan kesehatan matanya. Perlu ditanyakan dan
diperiksa adakah hal sebagai berikut :
a) keluhan seperti mata gatal, panas, penglihatan kabur atau
pusing
b) perilaku seperti sering menggosok mata, membaca terlalu
dekat, sering mengkedipkedipkan
c) mata
d) kelainan mata seperti bercak bitot, juling, mata merah dan
keluar air

25
Intervensi
Apabila ditemukan satu kelainan atau lebih pada mata anak, minta
anak datang lagi untuk pemeriksaan ulang dan jika hasil pemeriksaan
anak tidak dapat melihat sampai baris yang sama maka anak tersebut
perlu dirujuk ke rumah sakit dengan menuliskan mata yang mengalami
gangguan ( kanan, kiri atau keduanya).
c. Test Daya Dengar (TDD)
Anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran
sekolah dengan baik tanpa pendengaran yang baik. Oleh karena itu
perlu deteksi dini fungsi pendengaran. Tujuan TDD adalah untuk
menemukan gangguan pendengaran secara dini, agar dapat segera
ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak. TDD dapat dilakukan setiap 3 bulan pada bayi usia < 12
bulan dan setiap 6 bulan pada anak oleh tenaga kesehatan, guru
TK/PAUD terlatih. Peralatan yang diperlukan adalah instrumen untuk
TDD sesuai usia anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing),
manusia dan mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir dan bola).
Tes Daya Dengar ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang
disesuaikan dengan kelompok usia anak. Jawaban ‘ya’ jika menurut
orang tua/pengasuh, anak dapat melakukan perintah dan jawaban
‘tidak’ jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah. Jika
anak dibawah 12 bulan, pertanyaan ditujukan untuk kemampuan 1
bulan terakhir. Setiap pertanyaan perlu dijawab ‘ya.’ Apabila ada satu
atau lebih jawaban ‘tidak’, berarti pendengaran anak tidak normal,
sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.
d. Denver Developmenttal Scining Test (DDST).
DDST merupakan salah satu metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak usia 1 bulan sampai 6 tahun. Pelaksanaan DDST
tergolog cepat dan mudah serta mempunyai validitas yang tinggi.
DDST bukan untuk mendiagnosa atau untuk test kecerdasan (IQ).

26
Perkembangan yang dinilai meliputi perkembangan personal sosial,
motorik halus bahasa dan motorik kasar.
5. Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah
mental emosional, autism, dan gangguan pemusatan perhatian, serta
hiperaktivitas pada anak agar segera dapat dilakukan intervensi. Bila
penyimpangan mental emosional terlambat diketahui, intervensi akan
lebih sulit dan berpengaruh pada tumbuh kembang.
a. Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
 Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendeteksi secara dini
adanya penyimpangan/ masalah mental emosional pada anak
prasekolah.
 Jadwal deteksi masalah mental emosional sebaiknya rutin
setiap enam bulan pada anak-anak umur 36 bulan sampai
dengan 72 bulan.
 Instrumen yang digunakan adalah KMME (Kuesioner
Masalah Mental Emosional).
Kuesioner berisi 12 pertanyaan untuk mengenal masalah
mental emosional anak usia 36 – 72 bulan.
 Cara melakukan:
a) Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan
nyaring, satu persatu perilaku yang tertulis pada KMME,
kepada orang tua/pengasuh.
b) Catat jawaban “Ya”, kemudian hitung jumlah jawaban
“Ya”
 Interprestasi
Jika ada jawaban “Ya”, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional
 Intervensi
a) Apabila jawaban “Ya” hanya 1 (satu)

27
- Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan
buku Pedoman Pola Asuh yang mendukung
perkembangan anak
- Lakukan evaluasi perkembangan anak.usia setelah 3
bulan, apabila tidak ada perubahan rujuk ke rumah
sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh
anak
b) Apabila jawaban “Ya” ditemukan 2 (dua) atau lebih Rujuk
ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai
informasi mengenai jumlah dan masalah mental
emosional yang ditemukan.
b. Deteksi Dini Autis pada Anak Prasekolah
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak
usia 18 – 36 bulan. Deteksi dilakukan jika ada indikasi atau keluhan
dari orang tua/pengasuh atau ada kecurigaan dari tenaga kesehatan,
kader, atau guru sekolah. Keluhan dapat berupa keterlambatan
berbicara, gangguan komunikasi/interaksi sosial, atau perilaku yang
berulang-ulang.
1) Alat atau instrument yang digunakan untuk mendeteksinya adalah
CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) yang berisi 2 jenis
pertanyaan yaitu:
- Ada 9 pertanyaan yang harus dijawab oleh ortu / pengasuh
secara berurutan dan tidak ragu- ragu atau takut menjawab
- Ada 5 pertanyaan berupa pengamatan/perintah bagi anak yang
harus dilakukan secara berurutan seperti yang tertulis pada
CHAT
2) Cara pelaksanaan
- Ajukan pertanyaandengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada CHAT kepada orangtua atau
pengasuhanak.

28
- Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas
pada CHAT.
- Catat jawaban orang tua/ pengasuh anak dan kesimpulan hasil
pengamatan kemampuan anak.
3) Interpretasi
- Anak mempunyai risiko tinggi Autism jika menjawab “Tidak”
pada pertanyaan A5 dan A7 serta tidak melaksanakan perintah
B2, B3 dan B4.
- Anak mempunyai risiko rendah menderita autis jika menjawab
“Tidak” pada pertanyaan A7serta tidak melaksanakan perintah
B4.
- Anak kemungkinan mengalami gangguan perkembangan lain
jika jawaban “Tidak” jumlahnya 3 atau lebih untuk pertanyan
ke 1,4,6,8,9 (A1,A4, A6, A8, A9) dan perintah B1 dan B5.
- Anak dalam batas normal bila tidak termasuk kategori diatas.
4) Intervensi
Apabila anak berisiko menderita autis atau kemungkinan ada
gangguan perkembangan, rujuk ke rumah sakit sakit yang memiliki
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh anak

c. Deteksi Dini gangguan pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas


(GPPH) pada anak Prasekolah
Deteksi GPPH dilakukan pada anak usia 36 bulan keatas dan
atas indikasi atau jika ada keluhan dari orang tua/pengasuh, serta
ada kecurigaan dari tenaga kesehatan/kader.
Keluhan dapat berupa:
1) Anak tidak bisa duduk tenang
2) Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3) Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini GPPH yang
berisi 10 pertanyaan yang harus dijawab oleh orangtua/pengasuh
dan perlu pengamatan pemeriksa tentang keadaan anak.

29
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
1) Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu
persatu perilaku yang tertulis pada formulir deteksi GPPH.
Jelaskan kepada orang tua/pengasuh anak untuk tidak ragu-
ragu dan takut menjawab.
2) Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan
pertanyaan.
3) Keadaaan yang ditanyakan/diamati pada anak dimanapun anak
berada (misal: di rumah, sekolah dll) dan setiap saat dan ketika
anak dengan siapa saja.
4) Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama
dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab.
Interpretasi:
Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot
nilai berikut dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi
nilai total.
Ketentuan bobot nilai sebagai berikut:
a) Skore 0 jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
b) Skore 1 jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan
pada anak
c) Skore 2 jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
d) Skore 3 jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Jika total skore 13 atau lebih, kemungkinan anak mengalami
GPPH. Jika total skore kurang 13 tetapi ragu, jadwalkan
pemeriksaan, jadwalkan pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian.
6. Intervensi dan Rujukan Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak
Melakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita
artinya melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas
otak anak untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembangnya
kembali normal atau penyimpangannya tidak semakin berat. Tindakan
intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang

30
dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti
dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. Sedangkan
rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak
tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi
dini.

C. Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah


I. Kebutuhan Asuh (Fisik-Biomedis)
A) Pengertian Asuh (Fisik-Biomedis)
 Asuh merupakan kebutuhan dasar fisik seperti makanan, tempat tinggal
 Asuh dititikberatkan pada asupan gizi anak yaitu saat di kandungan dan
sesudahnya. Misalnya ada seorang ibu, saat kehamilan anak pertama dan
kedua, saya menjaga kesehatan dan mempertahankan asupan yang saya
makan. Vitamin, susu, dan makanan bergizi saya lahap karena harapan
saya melahirkan anak yang cerdas dan sehat. Setelah lahir, saya juga
memperhatikan masa pertumbuhannya.
B) Menjelaskan Pemberian Pangan Atau Nutrisi
Pertumbuhan anak yang cepat sangat membutuhkan energi yang besar,
sehingga anak cenderung mudah lelah. Nutrisi ini harus terpenuhi sejak anak
masih dalam rahim. Ibu memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi
makanan yang bergizi dan menu seimbang. Air susu ibu (ASI) yang
merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi bayi terutama
pada 6 bulan pertama (ASI Ekslusif). Nutrisi yang adekuat dan seimbang
merupakan kebutuhan akan asuh yang terpenting. Jadi dapat dikatakan
bahwa nutrisi selain mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi
perkembangan otak.
C) Kebutuhan Perawatan Kesehatan Dasar
Perawatan kesehatan anak merupakan suatu tindakan yang
berkesinambungan dan terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan
tersier. Tindakan pencegahan primer dilakukan untuk mencegah risiko
tinggi terkena penyakit, seperti melakukan imunisasi dan penyuluhan pada
orang tua tentang diare.

31
D) Kebutuhan Pakaian
Pakaian yang layak, bersih dan aman (tidak mudah terbakar, tanpa pernik-
pernik yang mudah menyebabkan anak kemasukan benda asing).Kebutuhan
rasa aman dan nyaman yang diberikan pada anak dapatdiberikan melalui
pemenuhan kebutuhan pakaian pada anak. Pakaian merupakan sebuah
bentuk perlindungan dan kehangatan yang diberikan untuk mencegah dan
melindungi anak dari berbagai benda yang dapat membahayakan anak.
Pakaian juga dapat meningkatkan percaya diri anak dalam lingkungan
sosialnya.
E) Kebutuhan Perumahan
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, akan menjamin keselamatan dan kesehatan
penghuninya. Misalnya, ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tidak penuh
sesak, cukup leluasa untuk anak bermain, bebas polusi, maka akan
menjamin tumbuh kembang anak.
F) Higiene Diri Dan Sanitasi Lingkungan
Kebersihan, baik kebersihan perseorangan maupun lingkungan memegang
peranan penting pada tumbuh kembang anak. Kebersihan perorangan yang
kurang akan memudahkan terjadinya penyakit-penyakit kulit dan saluran
perncernaan seperti: diarhe, cacingan dll, sedangkan kebersihan lingkungan
erat hubungannya dengan penyakit saluran pernafasan, percernaan serta
penyakit akibat nyamuk. Pendidikan kesehatan kepada masayarakat harus
ditumjukkan bagaimana membuat lingkungan menjadi layak untuk tumbuh
kembang anak, sehingga meningkatkan rasa aman bagi ibu/pengasuh anak
dalam menyediakan kesempatan bagi anaknya untuk mengeksplorasi
lingkungan.

II. Kebutuhan Asih


A) Pengertian Asih
 Asih merupakan kebutuhan terhadap emosi
 Asih merupakan ikatan yang serasi dan selaras antara ibu dan anak

32
 Diperlukan pada tahun pertama kehidupan sejak dalam kandungan untuk
menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik, mental dan psikososial
anak
 Asih merupakan bagaimana mempercayakan dan mengasihi untuk
memberikan rasa aman kepada anak. Lebih kepada ikatan emosional
yang terjadi antara anak dan orang tua. Kadang selalu bertindak selaku
teman dan kadang juga orang tua yang protektif.
 Kelembutan dan kasih sayang adalah kunci untuk mendapatkan hati anak
sehingga mereka tidak segan untuk bercerita. Meluangkan waktu
bersama untuk bermain, berjalan-jalan, dan menikmati waktu hanya
berdua saja.
B) Macam-Macam Kebutuhan Asih
 Kasih sayang orang tua
 Menciptakan rasa aman dan nyaman, anak merasa dilindungi
 Harga diri
 Mandiri
 Dibantu, didorong atau dimotivasi
 Kebutuhan akan kesuksesan
 Kebutuhan mendapat kesempatan dan pengalaman
 Rasa memiliki

III. Kebutuhan Asah


A) Pengertian Kebutuhan Dasar Asah (Stimulasi Mental)
 Asah atau stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar
anak, yang berupa latihan atau bermain.
 Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang
terarah akan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang
mendapatkan stimulasi. Pemberian stimulasi ini sudah dapat dilakukan
sejak masa kehamilan, dan juga setelah lahir dengan cara menyusui anak
sedini mungkin.

33
 Asah merupakan proses pembelajaran bagi anak, agar anak tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang cerdas ceria dan berakhlak mulia, maka
periode yang menentukan sebagai masa keemasan (golden period),
jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa krisis (critical
period) yang mungkin tidak terulang. Anak terutama bayi merupakan
kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan dan tindak kekerasan
yang meliputi perlakukan salah (abuse), eksploitasi, penculikan dan
perdagangan bayi.
Upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan selama ini lebih
menekankan pada upaya pelayanan kesehatan semata, belum terorientasi
pada upaya perlindungan yang menyeluruh. Asah merupakan kebutuhan
untuk perkembangan mental psikososial anak yang dapat dilakukan
dengan pendidikan dan pelatihan. Anak perlu distimulasi sejak dini untuk
mengembangkan sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-
sosial, bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral
dan spiritual anak.
B) Dasar Perlunya Stimulasi Dini
 Milyaran sel otak dibentuk sejak anak di dalam kandungan usia 6 bulan
dan belum ada hubungan antar sel-sel otak (sinaps)
 Orang tua perlu merangsang hubungan antar sel-sel otak
 Bila ada rangsangan akan terbentuk hubungan-hubungan baru (sinaps)
 Semakin sering dirangsang akan makin kuat hubungan antar sel-sel otak
 Semakin banyak variasi maka hubungan antar se-sel otak semakin
kompleks/luas
 Merangsang otak kiri dan kanan secara seimbang untuk
mengembangkan multiple inteligen dan kecerdasan yang lebih luas dan
tinggi. Stimulasi mental secara dini akan mengembangkan mental-
psikososial anak seperti: kecerdasan, budi luhur, moral, agama dan
etika, kepribadian
 Keterampilan berbahasa, kemandirian, kreativitas, produktifitas, dan
seterusnya

34
 Orang tua perlu menganut pola asuh demokratik, mengembangkan
kecerdasan emosional, kemandirian, kreativitas, kerjasama,
kepemimpinan dan moral-spiritual anak. Selain distimulasi, anak juga
perlu mendapatkan kegiatan SDIDTK lain yaitu deteksi dini (skrining)
adanya kelainan/penyimpangan tumbuh kembang, intervensi dini dan
rujukan dini bila diperlukan. Orang tua harus mengetahui maksud dan
tujuan permainan sebelum permainan itu diberikan kepada anak. Fungsi
dari bermain diantaranya adalahmembantu perkembangan motorik dan
sensorik anak, membantu perkembangan kognitif anak, meningkatkan
kemampuan sosisalisasi anak, dan meningkatkan kreativitas
C) Asal-Usul Asah (Pendidikan)
 Pendidikan informal (di rumah, dalam keluarga)
 Pendidikan formal : SD, SMP, SMU, PT dan lain-lain
 Pendidikan nonformal (pendidikan ketiga), di masyarakat, kelompok
pengajian, sekolah minggu, pramuka, dan lain-lain.
Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan
yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisik/motorik kasar:
Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong
2. Motorik halus:
Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif:
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, radio.
4. Bahasa:
Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
5. Menolong diri sendiri:
Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6. Tingkah laku sosial:
Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak
pasir,bola, tali.

35
D. Imunisasi dan Nutrisi Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
I. Imunisasi Dasar
A) Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelaktertularpenyakit tersebut ia tidak
menjadi sakit (Gde Ranuh, dkk, 2011). Sedangkan menurut Marmi,S.ST
(2012), imunisasi adalah suatu proses untuk membuat sistem pertahanan tubuh
kebal terhadap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat
menyebabkan infeksi sebelum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan
unuk menyerang tubuh kita. Dengan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari
infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita.
B) Pengertian Vaksin
Vaksin adalah antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati, masih
hidup tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah berupa
toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid, protein rekombinan
yang jika diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik
secara aktif terhadap penyakit infeksi tertentu.
C) Tujuan Imunisasi
Tujuan dari pemberian imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan,
kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I).
D) Sasaran Imunisasi
Yang menjadi sasaran dalam pelayanan imunisasi rutin pada bayi dan
anak adalah sebagai berikut:
Tabel Imunisasi

II. Nutrisi Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah


A. Pengertian Gizi
Gizi adalah zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

36
B. Pengertian Asi Eksklusif
Kebutuhan penting pertama akan nutrisi pada bayi baru lahir adalah ASI.
Makanan untuk bayi sehat terdiri dari ASI, jika ASI tidak mencukupi dapat
diberikan susu formula. Selanjutnya sebagai makanan pelengkap setelah bayi
berusia 6 bulan terdiri dari buah buahan, biscuit, makanan padat bayi yaitu bubur
susu, nasi tim atau makanan lain yang sejenis, namun pemberiannya secara
bertahap sesuai dengan usia anak, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi
makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini
sesuai dengan rekomendasi UNICEF dan World Health Assembly (WHA) yang
menyarankan pemberian ASI Eksklusif hanya memberikan ASI saja tanpa
tambahan pemberian cairan (seperti : air putih, madu, susu formula, dan
sebagainya) atau makanan lainnya (seperti : buah, biskuit, bubur susu, bubur
nasi, tim, dan sebagainya) (Roesli, 2008).
C. Manfaat ASI
Ada berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari pemberian ASI
1) Manfaat ASI untuk Bayi
a) Komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi
b) Mengandung zat protektif
c) Mempercepat pengecilan kandungan
d) Mengurangi anemia
e) Dapat digunakan sebagai metode KB sementara
f) Mengurangi risiko kanker indung telur dan kanker payudara
g) Memberikan rasa dibutuhkan
3) Manfaat ASI untuk Keluarga
ASI sangat praktis dan ekonomis, karena ASI dapat diberikan
dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk membeli susu fomula dan peralatannya serta tidak repot untuk
menyiapkannya. ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang diperlukan
untuk membeli susu formuladapat digunakan untuk keperluan lain.
D. Frekuensi Menyusui
Sebaiknya bayi disusui secara on demand, karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan

37
sebab lain (kencing, kepanasan/ kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau ibu
sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat, ASI dalam lambungnya
akan kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan
akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Dengan menyusui
nir-jadwal, sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Ibu yang bekerja di luar rumah dianjurkan agar lebih sering menyusui pada
malam hari.
E. Cara Menyimpan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat. Ada perbedaan
lamanya disimpan dikaitkan dengan tempat penyimpanan.
- Di temperatur ruangan = 6-8 jamLemari es (4ºC) = 1 – 2 hari
- Freezer dalam lemari es (-4ºC) = 2 minggu – 4 bulan
ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus bila akan dipakai, karena
kualitasnya akan menurun, yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup
didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin; atau
dapat pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas.
Di dalam buku KIA jelas tertera jenis MP ASI, pemberian serta cara
pemberiannya. Berikut adalah tabel tahapan pemberian MP ASI pada anak
UMUR ASI MAKANAN MAKANAN MAKANAN
LUNAK LEMBEK KELUARGA
0-6 BLN
6-9 BLN
9-12 BLN
12-24 BLN
>24 BLN

38
E. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) Dan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS)
I. Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Kejadian kematian bayi pada umur muda khususnya umur 1 hari sampai
2 bulan relatif lebih tinggi dari umur yang lebih tua baik pada kondisi tanpa
penyulit maupun dengan penyulit seperti BBLR, asfi ksia, hipotermia, diare,
sepsis dan lain sebagainya. Sehingga memerlukan pemeriksaan dan
penanganan yang lebih baik, menyeluruh dan sistematis. Metode
penatalaksanaan yang dipakai dalam menangani bayi muda dikenal dengan
nama manajemen terpadu bayi muda (MTBM).
Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat, disebutkan bahwa
pada bayi muda usia 0 - 2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan
yang termasuk dalam MTBM:
a. Perawatan esensial bayi baru lahir
b. Pengenalan tanda bahaya bayi baru lahir dan persiapan rujukan bila
memang diperlukan
c. Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah (BBLR)
d. Penatalaksanaan infeksi pada bayi baru lahir
Keempat pelayanan ini diberikan tidak hanya sesaat setelah lahir saja,
namun hingga bayi mencapai usia 2 bulan bila suatu waktu mengalami
keluhan tertentu yang termasuk dalam 4 pelayanan tadi wajib segera
ditindaklanjuti.
Pada bayi baru lahir jagalah bayi supaya tetap kering di ruangan yang
hangat, hindarkan aliran udara, selimuti dengan baik. Bila tidak ada kondisi
bahaya pada bayi dan ibu telah cukup stabil bayi bisa tetap bersama ibunya
(rawat gabung). Lakukan inisiasi menyusui dini dalam jam pertama
kehidupan. Jika mampu mengisap, biarkan bayi minum ASI sesuai
permintaan. Jangan lupa untuk selalu menjaga tali pusar tetap bersih dan
kering.

39
A) Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir dan Bayi Muda
Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir
dan bayi muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau
sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah
sakit. Berikut adalah beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika
ditemukan pada bayi baru lahir ataupun bayi muda:
- Tidak bisa menyusu
- Kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang/letargis
- Frekuensi napas < 30 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti
selama >15 detik)
- Frekuensi napas > 60 kali/menit
- Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
- Ada pustule kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
- Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
- Timbul kuning dan atau tinja berwarna coklat
- BB menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
- BBLR
- Kelainan kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit
Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke
fasilitas pelayanan kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28
hari setelah melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi muda ke rumah sakit
perlu dilakukan beberapa pemeriksaan. Pada kunjungannya yang pertama
biasanya dilakukan pemeriksaan atau skrining awal. Pada kunjungan
berikutnya ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus follow up kondisi
bayi. Berikut adalah pemeriksaan yang dilakukan saat kunjungan bayi muda
ke fasilitas pelayanan kesehatan:
a. Periksa kemungkinan adanya penyakit sangat berat atau infeksi bakteri,
untuk kemudian diklasifikasikan sesuai tanda dan gejalanya

40
b. Menanyakan ibu apakah bayi muda mengalami diare dan tentukan
derajat dehidrasinya
c. Periksa adanya ikterus pada bayi, menggunakan metode KRAMER
- Kramer I : kuning pada daerah kepala dan leher
- Kramer 2 : kuning sampai dengan badan bagian atas (dari pusar
ke atas)
- Kramer 3 : kuning sampai badan bagian bawah hingga lutut atau
siku
- Kramer 4 : kuning sampai pergelangan tangan dan kaki
- Kramer 5: kuning sampai daerah tangan dan kaki
d. Periksa adanya kemungkinan berat badan rendah atau masalah
pemberian ASI. Bila ditemukan bayi memiliki berat badan rendah,
langsung lakukan penanganan atau rujukan tanpa melihat ada/ tidaknya
masalah pada pemberian ASI
e. Tanyakan dan tentukan status imunitas bayi muda, serta status
pemberian Vit.K1. Imunisasi pertama kali yang harusnya didapatkan
oleh bayi muda adalah Hb 0 pada hari 0-7 kelahiran. Selain itu bayi juga
harus mendapatkan imunisasi BCG dan polio setelah lahir
f. Tanyakan adanya masalah lain seperti kelainan kongenital, trauma
lahir, ataupun perdarahan tali pusat
g. Tanyakan adanya keluhan atau penyakit bayi yang disadari oleh ibu
B) Tatalaksana Kedaruratan
Tanda bahaya:
a. Beri oksigen melalui nasal prongs atau kateter nasal jika bayi muda
mengalami sianosis atau distres pernapasan berat
b. Beri VTP dengan balon dan sungkup, dengan oksigen 100% (atau udara
ruangan jika oksigen tidak tersedia) jika frekuensi napas terlalu lambat
(< 20 kali/menit).
c. Jika terus mengantuk, tidak sadar atau kejang, periksa glukosa darah.
Jika glukosa < 45 mg/dL koreksi segera dengan bolus 200 mg/kg BB
dekstrosa 10% (2 ml/kg BB) IV selama 5 menit, diulangi sesuai
keperluan dan infus tidak terputus (continual) dekstrosa 10% dengan

41
kecepatan 6-8 mg/kg BB/menit harus dimulai. Jika tidak mendapat
akses IV, berikan ASI atau glukosa melalui pipa lambung
d. Beri fenobarbital jika terjadi kejang
e. Beri ampisilin (atau penisilin) dan gentamisin jika dicurigai infeksi
bakteri berat.
f. Rujuk jika pengobatan tidak tersedia di rumah sakit ini.
g. Pantau bayi dengan ketat.
Rujukan dilakukan berdasarkan status warna pada kondisi bayi
sebelumnya. Jika termasuk dalam warna merah/ kondisi berat bisa langsung
dilakukan perujukan bila tidak tersedia pengobatan di faskes sebelumnya.
Selain itu rujukan biasanya dilakukan jika kasus yang dijumpai berupa
keracunan dengan penurunan kesadaran, luka bakar di mulut dan
tenggorokan, sesak napas berat, sianosis, dan gagal jantung.

II. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


A) Penilaian Anak Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun
Formulir pencatatan untuk bayi umur 2 bulan sampai 5 tahun, meliputi:
 memeriksa tanda bahaya umum kemungkinan tidak bisa minum atau
 menyusui, memuntahkan semuanya, kejang, letargis, atau tidak sadar;
 menanyakan empat keluhan utama, yaitu batuk atau sukar bernapas,
diare, demam, dan masalah telinga;
 memeriksa dan mengklasifikasi status gizi;
 memeriksa dan klasifikasi anemia;
 memeriksa status HIV;
 memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A;
 menilai masalah atau keluhan lain yang dihadapi anak.
1. Tindakan dan Pengobatan
Rujukan untuk klasifikasi berat dengan lajur berwarna merah muda:
pneumonia berat/penyakit berat, diare dehidrasi berat, diare persisten
berat, penyakit berat dengan demam, campak dengan komplikasi berat,
DBD, mastoiditis, sangat kurus dan atau edema, dan anemia berat
2. Konseling bagi Ibu

42
Konseling yang dapat diberikan:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Mengajari ibu cara mencampur dan memberi oralit
d. Anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit
e. Menilai cara pemberian makan anak
f. Menentukan masalah pemberian makan anak
g. Menasehati ibu tentang masalah pemberian makan anak
h. Menasehati ibu tentang pemberian cairan selama anak sakit

F. Data Fokus Yang Perlu Dikaji Pada Kasus


1. Data Subjektif
Data Subjektif merupakan data yang didapat langsung dari klien / pasien,
data ini bisa juga dari keluarga pasien. Untuk kasus neonatus, bayi dan balita
bisa didapat dari orang tua. Informasi berupa:
a. Catatan berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien
b. Ekspresi wajah pasien / keluarga tentang kekhawatiran dan keluhannya
yang dicatat sehingga kutipan langsung atau ringkasan yang
berhubungan dengan diagnosa (data primer)
c. Pada bayi atau anak kecil data subjektif dapat diperolah dari orang tua
(data sekunder)
d. Menguatkan diagnosa
e. Tanda gejala subjektif yang diperoleh (identitas umum, keluhan,
riwayat penyakit, riwayat persalinan, riwayat pertumbuhan dan
perkembangan, penyakit keturunan, psikososial dan aktivitas sehari-
hari)
f. Pada orang bisa di belakang “S” diberi tanda O atau X
2. Data Objektif
Data ini berisi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes
diagnosa lain yang mendukung assessment. Adapun komponen yang
diobservasi atau menegakkan diagnosa

43
a. Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa
b. Data dari hasil pemeriksaan : keadaan umum, fisik, khusus,
laboratorium
 Pemeriksaan Inspeksi (dengan pandang / melihat)
 Pemeriksaan palpasi (dengan meraba)
 Pemeriksaan auskultasi (dengan periksa dengar)
 Pemeriksaan perkusi (dengan periksa ketuk)
c. Data yang digolongkan dalam kategori ini antara lain: data psikologik,
hasil observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil
pemeriksaan laboratorium, R/O foto, CTG (cardiotokografi), USG
(ultrasonografi) dan lain-lain.
d. Anda mendapat yang memuaskan laporan dari keluarga yang masuk
kategori tinggi
e. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan atau perawat akan menjadi
komponen yang penting dari diagnosa yang ditegakkan.
 Karena keadaan neonatus/bayi/balita/apras terus berubah dan selalu
ada informasi baru baik subjektif , objektif dan sering diungkapkan
secara terpisah-pisah, maka proses pengkajian merupakan suatu
proses yang dinamis.
 Dalam membuat SO tidak semua keadaan atau kondisi dari anak
harus dikaji / ditanyakan. Saudara akan menanyakan dan akan
melakukan pengukuran sesuai dengan kondisi yang diperlukan saja.
 Berikut contoh data Subjektif dan Objektif format asuhan neonatus
dan bayi, & balita dan anak pra sekolah :

44
Contoh Asuhan Kebidanan

No. Register :
A. SUBYEKTIF
1. Identitas Anak
Nama :
Umur/tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Agama :
Anak ke- :

Ibu Ayah
Nama :
Umur :
Agama :
Status perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
No Telp/HP :
Alamat Rumah :
Jaminan kesehatan :
2. Keluhan utama/alasan kunjungan :
3. Riwayat prenatal (sumber Buku KIA pasien)
a. Riwayat pemeriksaan ANC ibu :
b. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu :
c. Kebiasaan buruk yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan :
d. Penyulit atau komplikasi yang dialami :
e. Tindakan pengobatan atau perawatan untuk mengatasi
penyulit/komplikasi :
4. Riwayat intranatal
a. Masa gestasi saat dilahirkan :
b. Kala I

45
1) Penyulit dan komplikasi yang dialami :
c. Kala II
1) Penyulit dan komplikasi yang dialami :
2) Penolong persalinan : dukun / perawat / bidan / dokter umum /
dokter Sp.OG *)
3) Cara bersalin : spontan / dengan alat / dengan obat / SC *)
4) Kondisi anak saat dilahirkan :
a) Bernafas spontan / megap-megap / tidak bernafas *)
b) Menangis / tidak *)
c) Tonus otot : tungkai / ekstremitas fleksi / gerak aktif *)
5) APGAR skor 1 menit 9-10 V menit 9-10*
6) Inisiasi menyusu dini : dilakukan / tidak dilakukan *)
5. Riwayat pascanatal (28 hari pertama)
a. Rawat gabung : yang dilakukan / tidak dilakukan *)
b. Antropometri baru lahir (6 jam pertama) : BB gram, PB cm,
LK cm, LD cm, LLA cm
6. Penyakit yang pernah atau sedang diderita anak termasuk
hospitalisasi serta tindakan orang tua terkait penyakit anak :
7. Riwayat imunisasi (Sumber buku KIA pasien)
Umur Anak Tanggal Jenis Imunisasi yang Efek samping yang
Pemberian didapat dialami

46
8. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas :
b. Nutrisi :
1) Jenis minuman
2) Frekuensi minum
3) Jumlah minum
4) Makanan lain yang diberikan
c. Eliminasi :
1) Buang air besar
a) Frekuensi dalam sehari
b) Konsistensi
c) Warna feses
d) Masalah
2) Buang air kecil
a) Frekuensi dalam sehari
b) Konsistensi
c) Jumlah
d) Masalah
d. Istirahat
a) Lama tidur dalam sehari
b) Masalah
e. Psikologi
1) Penerimaan orang tua terhadap anak
2) Pengasuhan anak dominan dilakukan oleh
3) Pola asuh anak yang dominan
f. Sosial
1) Hubungan intern keluarga
2) Pengambilan keputusan dalam keluarga
3) Sibling
4) Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak

47
5) Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak
g. Pengetahuan orang tua tentang
1)Tanda anak sakit
2) Asuhan dasar anak
3) Tumbuh kembang anak
4) Stimulasi perkembangan anak

B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum
b. Warna kulit
c. Kesadaran
d. Tanda vital
2. Pengukuran Antropometri
a. Berat badan
b. Panjang badan
c. Lingkar Kepala
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
a)Muka
b) Rambut
a) Kebersihan
b) Kondisi
c)Kelainan kongenital pada kepala
4) Mata : warna konjungtiva dan warna sklera
5) Hidung
a) Nafas cuping hidung
b) Pengeluaran pada hidung
c) Kelainan kongenital
6) Mulut

48
a) Mukosa mulut
b) Lidah
c) Kelainan kongenital
7) Telinga
a) Kesimetrisan
b) Kebersihan
c) Kelainan kongenital
8) Leher
a) Pembesaran kelenjar tiroid
b) Pembesaran kelenjar limfe
c) Bendungan vena jugularis
d) Kelainan kongenital
9) Dada dan aksila
a) Tarikan intercostal
b) Suara nafas
c)Payudara
d) Pengeluaran payudara
e)Pembesaran kelenjar limfe aksila
f) Kelainan lain yang ditemukan
10) Abdomen
a) Bentuk perut
b) Peristaltic usus
c) Distensi
d) Kelainan yang ditemukan
11) Anogenetalia :
a) Bayi laki-laki :
a. Terdapat pengeluaran pada uretra
b. Kelainan
b) Bayi perempuan
a. Labia mayor
b. Pengeluaran pada vulva
c. Kelainan pada genetalia

49
d. Lubang anus
12) Ekstremitas
a) Oedema
b) Kuku
c) Teraba
d) Kelainan pada bentuk kaki
e) Kelainan pada jari
13) Punggung
a) Kelainan

PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN DAN EMOSI ANAK


( memakai lembar kuesioner baku pada buku SDIDTK )
1. KPSP
skor...............
2. TDD
3. TDL
4. KMME
5. GPPH
6. CHAT

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. USG/RONTGEN

2. INTERPRETASI DATA PADA KASUS YANG DIASUH


Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan analisis dan
interpretasi, objektif dalam suatu identifikasi. Yaitu: Diagnosis/masalah,
antisipasi diagnosis lain/masalah potensial.
a. Neonatus
Contoh : Neonatus aterm umur 1 jam dengan vigorous baby dalam masa
adaptasi
b. Bayi

50
Contoh: By umur 6 bulan dengan demam bukan DBD
c. Balita/Apras
Contoh: Anak umur 2 tahun dengan imunisasi ulang DPT

3. PERENCANAAN ASUHAN KASUS YANG DIASUH


Dalam proses manajemen asuhan kebidanan dimana planning ini dilakukan
berdasarkan hasil kesimpulan dan evaluasi terhadap keputusan klien yang
diambil dalam rangka mengatasi masalah klien dan memenuhi kebutuhan
klien. Pemantauan ulang dilakukan pada bayi untuk mengetahui kondisi
apakah mengalami perubahan atau tidak dengan melakukan pemeriksaan fisik,
tanda-tanda vital: seperti denyut jantung, suhu, pernafasan serta pengukuran
antropometri yaitu: berat badan, lingkar kepala, panjang badan, lingkar dada,
lingkar perut, lingkar lengan atas dengan melakukan kunjungan rumah kurang
lebih selam 2 hari.
Pengembangan rencana yang komprehensif sesuai dengan kebutuhan ibu
mencakup komponen:
a. Penentuan kebutuhan untuk melakukan / menyingkirkan,
mengonfirmasi atau membedakan antara berbagai komplikasi yang
mungkin timbul.
b. Penentuan kebutuhan untuk melakukan konsultasi dengan dokter.
c. Penentuan kebutuhan untuk melakukan evaluasi dan intervensi.
d. Penentuan kebutuhan untuk mengatasi ketidak nyamanan atau upaya
terapi lain.
e. Penentuan kebutuhan untuk melibatkan orang terdekat lain untuk lebih
aktif dalam perencanaan perawatan.
f. Penjadwalan kunjungan ulang berikutnya.

51
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan pada Neonatus


Bayi Ny ”NW” umur 7 hari Neonatus Aterm

A. SUBYEKTIF
1. Identitas Anak
Nama : Bayi Ny “NW”
Umur/tanggal lahir : 7 hari/ 30-11-2023,
Jenis kelamin :♀
Agama : Hindu
Anak ke- :3

Ibu Ayah
Nama : Ny “NW” Tn “KK”
Umur : 34 thn 35 thn
Agama : Hindu Hindu
Status perkawinan : Kawin Kawin
Pendidikan : SD SD
Pekerjaan : IRT Petani
Penghasilan : tidak menentu tidak menentu
No Telp/HP :- 081338225xxx
Alamat Rumah : Br. Bangkiang Sidem, Br. Bangkiang Sidem
Desa Pedawa Desa Pedawa
Jaminan kesehatan : umum umum

2. Keluhan utama/alasan kunjungan : Ibu datang mengajak bayinya


untuk kontrol, tidak ada keluhan
3. Riwayat prenatal (sumber Buku KIA pasien)
a. Riwayat pemeriksaan ANC ibu : ANC 6 kali di bidan, 2 kali di dokter,
tidak ada tanda bahaya selama kehamilan

52
b. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu : obat yang pernah didapat tablet Fe
60 mg, asam folat 0,4 mg dan kalk 500 mg
c. Kebiasaan buruk yang berpengaruh terhadap kondisi kehamilan : tidak
ada
d. Penyulit atau komplikasi yang dialami : tidak ada
e. Tindakan pengobatan atau perawatan untuk mengatasi
penyulit/komplikasi : tidak ada
5. Riwayat intranatal
d. Masa gestasi saat dilahirkan : 38-39 minggu
e. Kala I
1) Penyulit dan komplikasi yang dialami : -
f. Kala II
1) Penyulit dan komplikasi yang dialami : -
2) Penolong persalinan : dr. SpOG
3) Cara bersalin : SC di RS Parama Sidhi Singaraja tanggal 30-
11-2023 pukul 14.15 WITA
4) Kondisi anak saat dilahirkan : bernafas spontas, segera
menangis, gerak aktif
7) APGAR skor 1 menit 9-10 V menit 9-10
8) Inisiasi menyusu dini : tidak dilakukan
9. Riwayat pascanatal (28 hari pertama)
a. Rawat gabung : dilakukan
b. Antropometri baru lahir (6 jam pertama) : BB 2710 gram, PB 49
cm, LK 34 cm, LD 33 cm, LLA 10 cm
10. Penyakit yang pernah atau sedang diderita anak termasuk
hospitalisasi serta tindakan orang tua terkait penyakit anak : tidak ada
11. Riwayat imunisasi (Sumber buku KIA pasien)

Umur Tanggal Jenis Imunisasi yang Efek samping yang


Anak Pemberian didapat dialami

0 hari 30-11-2023 Hb0 Tidak ada


12. Data bio-psiko-sosial-spiritual
a. Bernafas : tidak ada kesulitan

53
b. Nutrisi : ASI Ekslusif secara on demand
c. Eliminasi :
BAB : frekuensi 4x, konsistensi encer, warna kuning keemasan, tidak
ada masalah
BAK : frekuensi ±10 kali dalam sehari, warna jernih, masalah tidak ada
a. Istirahat : Lama tidur dalam sehari : > 15 jam, tidak ada masalah
b. Psikologi :
Penerimaan orang tua terhadap anak : diterima
Pengasuhan anak dominan dilakukan oleh : ibu dan ipar
Pola asuh anak yang dominan : situasional
a. Sosial
Hubungan intern keluarga : harmonis
Pengambilan keputusan dalam keluarga : ibu dan ayah
Sibling : tidak ada
Kebiasaan orang tua yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak :
tidak ada
Kepercayaan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak : tidak ada
b. Pengetahuan orang tua tentang
Tanda bahaya pada bayi : lupa
Asuhan dasar anak: tahu
Tumbuh kembang anak : tahu
Stimulasi perkembangan anak : tahu

B. OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Warna kulit : kemerahan
c. Kesadaran : compos mentis
d. Tanda vital : suhu 36,8 0C, RR 34x/ menit, HR 100x/ menit
2. Pengukuran Antropometri

54
a. Berat badan : BB 3050 gram, BB sebelumnya 2710 gram (tanggal 4-12-
2023)
b. Panjang badan : PB 48 cm, PB sebelumnya 48 cm (tanggal 4-12-2023)
c. Lingkar Kepala : LK 34 cm, LK sebelumnya 34 cm (tanggal 4-12-2023)
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
 Wajah : normal
 Rambut : bersih
 Ubun-ubun : datar
 Tidak ada kelainan kongenital
 Mata : tidak ada edema, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak
ada kelainan kongenital
 Hidung : tidak ada nafas cuping hidung, tidak ada pengeluaran, tidak
ada kelainan kongenital
 Mulut : mukosa mulut lembab, lidah bersih, tidak ada kelainan
kongenital
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada kelainan kongenital
 Leher : normal
b. Dada dan aksila
 Tidak ada tarikan dada, suara nafas normal
c. Abdomen
 Bentuk perut simetris, peristaltic usus ada, distensi tidak ada, tali
pusat kering, tidak ada kelainan
d. Anogenetalia :
 Labia mayor : sudah menutupi labia minora
 Pengeluaran pada vulva : tidak ada
 Kelainan pada genetalia : tidak ada
 Lubang anus : ada
e. Ekstremitas : Normal, tidak ada edema, tidak ada kelainan
f. Punggung : Tidak ada kelainan
g. Refleks-refleks
 Reflex Morrow: ada

55
 Reflex Glabella : ada
 Rooting Reflex : ada
 Sucking reflex : ada
 Swallowing reflex : ada
 Tonic neck reflex : ada
 Gallant Reflex : ada
 Grasp Reflex : ada
 Stapping Reflex: ada
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : tidak dilakukan
b. USG/RONTGEN : tidak dilakukan

A. ANALISA
Bayi Ny ”NW” umur 7 hari Neonatus aterm
Masalah :
- Ibu lupa tanda bahaya pada bayi

B. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan suami bahwa bayi dalam
keadaan sehat dan tidak ada kelainan, ibu dan suami mengerti penjelasan
bidan dan mengucapkan terima kasih
2. Memberikan KIE tanda bahaya pada bayi, ibu mampu menyebutkan 5 dari
11 tanda bahaya pada bayi
3. Membimbing ibu menyusui dengan cara yang benar dan teknik
menyendawakan bayi, ibu sudah bisa menyusui dengan cara yang benar
dan bisa menyendawakan bayinya
4. Memberitahu ibu untuk kontrol kembali saat jadwal imunisasi tanggal 9-
12-2021 atau jika ada keluhan, ibu bersedia datang kembali tanggal 9-12-
2021 atau jika keluhan
5. Melakukan dokumentasi hasil kegiatan, hasil kegiatan sudah dicatat pada
rekam medis dan buku KIA

56
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan


pada neonatus Bayi Ny ”NW” umur 7 hari Neonatus Aterm di Ruang Kesehatan
Anak dan Remaja Puskesmas Banjar I yang dilakukan pengkajian data subyekif,
data obyektif, merumuskan analisa dan masalah serta penatalaksanaan, kemudian
dikaitkan dengan teori yang ada.
A. Langkah I. Pengkajian Data Subyektif
Dalam tahapan pengkajian data subyektif, penulis tidak mendapat
hambatan. Hal ini dapat dilihat dari profesi ibu yang dapat menerima kehadiran
penulis saat pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan. Ibu
menunjukan sikap terbuka dan menerima anjuran serta saran yang diberikan
oleh penulis maupun tenaga medis lainnya dalam memberikan asuhan
kebidanan. Tindakan yang pertama kali dilakukan yakni pengumpulan data
subjektif yang terdiri dari keluhan utama, riwayat prenatal, riwayat intranatal,
riwayat pascanatal, riwayat penyakit, riwayat imunisasi, data bio psiko sosial
spiritual.
Dalam asuhan kebidanan Bayi Ny ”NW” umur 7 hari Neonatus Aterm,
ibu datang mengajak bayinya untuk kontrol dan tidak ada keluhan. Ini sesuai
dengan anjuran kunjungan neonatus lengkap sebaiknya diberikan kepada setiap
bayi baru lahir yang meliputi KN 1, KN 2, KN 3, yang dilakukan pada saat
bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari dan 8- 28 hari (Kemenkes, 2015).
B. Langkah II. Pengkajian Data Obyektif
Dalam pengkajian data obyektif, didapatkan hasil dalam batas normal.
Pemeriksaan umum dan tanda-tanda vital dalam batas normal tidak ada
permasalahan. Pemeriksaan fisik dan refleks bayi dalam kondisi normal, tidak
ada kuning, tidak ada tanda-tanda infeksi.
C. Langkah III. Merumuskan Analisa
Diagnosa pada kasus ini yaitu Bayi Ny ”NW” umur 7 hari Neonatus
Aterm. Penegakkan diagnosa tersebut dilakukan setelah mengumpulkan data
subjektif dan data objektif. Umur 7 hari ditegakkan berdasarkan perhitungan

57
dari tanggal bersalin pada tanggal 30 November 2023 sampai dengan tanggal
dilaksanakan pemeriksaan yaitu pada 7 Desember 2023, maka didapatkan 7
hari. Neonatus aterm ditegakkan karena umur 7 hari masih dalam masa
neonatus dan umur kehamilan saat bersalin 38-39 minggu masih dalam
kategori aterm. Jadi dalam kasus ini dalam kategori neonatus sehat.
Masalah yang dapat dirumuskan, yaitu ibu lupa tanda bahaya pada bayi.
Tanda bahaya pada bayi perlu diketahui, dikarenakan bisa dijumpai pada saat
atau sesudah bayi lahir, saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah
sakit ibu (Kemenkes, 2015).
D. Langkah IV. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kunjungan neonatus dengan
masalah ibu lupa tanda bahaya pada bayi yaitu memberikan KIE tentang tanda
bahaya pada bayi. Tanda bahaya pada bayi yang perlu diketahui, antara lain :
- Tidak bisa menyusu
- Kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang/letargis
- Frekuensi napas < 30 kali/menit atau apnu (pernapasan berhenti
selama >15 detik)
- Frekuensi napas > 60 kali/menit
- Merintih dan terlihat tarikan dada bawah ke dalam yang kuat
- Ada pustule kulit
- Nanah banyak di mata
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
- Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
- Timbul kuning dan atau tinja berwarna coklat
- BB menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
- BBLR
- Kelainan kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit
(MTBS Kemenkes RI, 2019).
Dalam kasus ini, walaupun ibu sudah mengetahui cara menyusui tetap
diberikan bimbingan teknik menyusui yang benar dan cara menyendawakan
bayi. Jadwal kontrol kembali saat jadwal imunisasi Puskesms Banjar I atau

58
jika ada keluhan. Imunisasi yang akan didapat yaitu imunisasi BCG dan polio
1 yang diberikan pada umur 1 bulan (sesuai anjuran program imunisasi).

59
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Adapun simpulan dari laporan ini, sebagai berikut :
1. Jadwal kontrol ibu sudah sesuai dengan anjuran kunjungan neonatus (KN)
walaupun tidak ada keluhan .
2. Hasil pemeriksaan dalam batas normal sesuai dengan hari masa neonatus
3. Diagnosa pada kasus di atas adalah Bayi Ny ”NW” umur 7 hari Neonatus
Aterm
4. Asuhan yang diberikan sudah sesuai dengan standar kunjungan neonatus
ke-2 (KN 2).

B. Saran
1. Bagi Ibu Dan Keluarga Ibu
Diharapkan dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan
sehingga dapat menambah pengalaman. Keluarga juga diharapkan dapat
membantu ibu dalam mengasuh bayinya, memberikan dukungan
psikologis, menjalankan peran dan fungsi keluarga untuk tetap
mempertahankan kesehatan ibu dan anak.
2. Bagi petugas kesehatan
Petugas kesehatan diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai
dengan standar asuhan kebidanan dan standar pelayanan kebidanan serta
mengikuti program pemerintah sebagai upaya untuk memantau dan
mendeteksi secara dini penyulit dan komplikasi pada proses kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru lahir
3. Bagi penulis
Penulis diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan
dalam menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan dan standar asuhan kebidanan.

60
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Pusdiklatnakes
Kemenkes RI.

__________. 2019. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta

Setiyani, dkk. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan : Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan Kemenkes RI.

61
Lampiran-lampiran
1. Foto Kegiatan

62

Anda mungkin juga menyukai