Budaya Melayu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAKAIAN MELAYU RIAU


(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Budaya Melayu Riau)

Dosen Pengampu
Muhammad Yogi Riantama Isjoni, S.E., MM

Disusun Oleh

1. Alya Ied Azizah 2307113059


2. Milati Azka 2307110509

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat, hidayah, dan karunia-Nya
sehingga kami diberi kesempatan dan kemudahan untuk menyelesaikan makalah ini dengan lancer
dan tepat waktu. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah limpahan Rahmat kepada nabi besar
kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Budaya Melayu dengan judul “Pakaian
Melayu Riau” Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kami kami para
pembaca. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Yogi Riantama Isjoni, S.E.,
M.M. , selaku dosen mata kuliah Budaya Melayu Riau dan semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan saran atas penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, untuk itu kami selaku penulis mengharapkan kritik saran, dan masukan
untuk perbaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru, 27 November 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pakaian secara umum dipahami sebagai alat untuk melindungi tubuh atau fasilitas untuk
memperindah penampilan. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makan dan tempat
berteduh (rumah). Pakaian digunakan sesuai kebutuhan dan keperluan pemakainya.

Indonesia adalah Negara dengan berbagai suku bangsa, demikian setiap suku bangsa
memiliki pakaian tersendiri yang menunjukkan kekhasan sukunya. Pakaian ini disebut dengan
pakaian adat. Pakaian adat adalah pakaian layaknya pakaian pada umumnya, tetapi memiliki
identitas tertentu yang diakui sebagai ciri khas suatu daerah tertentu. Ciri-ciri khas yang dimiliki
dan diakui sebagai milik daerah itu bisa berupa motif, warna, gambar atau model tertentu.

Pakaian tradisional melayu riau adalah salah satu khasnya budaya bangsa, pakaian
tradisional ini merupakan bagian dari nilai – nilai budaya bangsa yang menggambarkan
kepribadian masyarakat pemakainya. Adat istiadat yang berlaku adalah adat yang bersendikan
Syara’ penuh dengan akidah Islam.

Nilai – nilai budaya yang berkembang dimasyarakat ini perlu dipelihara, dilestarikan, dan
dihidupkan dalam rangka pembangunan seni budaya yang merupakan pilar dari pembangunan
budaya melayu. Menjaga warisan budaya melayu sebagai salah satu sarana pembinaan bagi
generasi bangsa untuk sekarang dan masa yang akan datang.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan ada beberapa rumusan sebagai
pertanyaan yang penulis berikan dalam makalah ini. Berikut adalah rumusan masalah dalam
makalah ini:

1. Pengertian Pakaian Adat Melayu Riau


2. Jenis Pakaian Adat Melayu Riau
3. Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau

C. TUJUAN MASALAH

Tujuan dari permasalahan ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan. Hal
tersebut untuk memudahkan hal yang harus dilakukan berdasarkan masalah yang akan dibahas.
Berikut tujuan dari permasalahan makalah ini:

1. Menjelaskan Pengertian Pakaian Adat Melayu Riau


2. Menjelaskan Jenis Pakaian Adat Melayu Riau

3. Menjelaskan Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pakaian Adat Melayu Riau

Bagi orang melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh
dari panas dan dingin, juga mengisyaratkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu
mewujudkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Dengan adanya lambang-lambang budaya yang tersematkan di pakaian melayu, maka


kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat penting dalam kehidupan orang melayu. Berbagai
ketentuan adat mengatur bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian.
Ketentuan-ketentuan itu di berlakuan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang
memakainya.

Pakaian melayu dari ujung kaki sampai ujung melayu ada makna dan gunanya. Semua
dikaitkan dengan norma sosial, agama, adat istiadat, sehingga pakaian berkembang dengan
makna yang beraneka ragam. Pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya yaitu:

1) Pakaian sebagai penutup malu, yang berarti pakaian berfungsi sebagai alat penutup aurat,
menutup aib dan malu dalam arti yang luas. Kalau salah memakai menimbulkan malu,
kalau salah corak juga menimbulkan malu, oleh karena itu pakaian harus dibuat, ditata
dan dikenakan sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku didalam masyarakat.
2) Pakaian sebagai penjemput budi, yang berarti pakaian berfungsi untuk membentuk budi
pekerti, membentuk kepribadian, membentuk watak sehingga si pemakai tahu diri dan
berakhlak mulia.
3) Pakaian penjunjung adat, yang berarti pakaian harus mencerminkan nilai-nilai luhur yang
terdapat didalam adat dan tradisi yang hidup dalam masyarakat.
4) Pakaian sebagai penolak bala, yang bermakna berpakaian dengan cara yang benar dan
patut akan menghindarkan pemakainya dari mendapat bahaya atau malapetaka
5) Pakaian menjunjung bangsa, yang berarti dengan bersepadunya lambang-lambang dan
nilai-nilai yang tertera dipakaian maka terjemalah kepribadian bangsa atau masyarakat
pemakainya. Pakaian dalam budaya melayu harus mampu menunjukkan jati diri
pemakainya.pakaian merupakan salah satu simbol yang mencerminkan karakter budaya
suatu kelompok sosial. Pakaian bukan hanya sekedar kain, melainkan rekam-jejak
sejarah, pemikiran, juga keyakinan suatu kelompok sosial. Seperti di indonesia, setiap
daerah memiliki pakaian khasnya masing-masing, tak terkecuali provinsi riau.

B. Jenis Pakaian Adat Melayu Riau

Beberapa jenis pakaian Adat Melayu Riau berdasarkan fungsinya:

1. Pakaian Harian

Pakaian harian merupakan sandang yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan
jenjang usia pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian
dewasa, dan pakaian orang tua.

a. Pakaian untuk anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah beranjak
besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang. Terkadang,
mereka juga memakai celana setengah, kopiah, dan ikat kepala dari kain segi empat.
Anak laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat mengaji dan beribadah.

b. Pakaian untuk anak perempuan yang belum dewasa mengenakan baju kurung yang
selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.
c. Baju anak laki-laki dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang, yang dilengkapi dengan
samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala.

d. Baju untuk perempuan dewasa memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan
Baju Kurung Tulang Belut. Pakaian ini dipadukan dengan kain sarung batik dan penutup
kepala berupa selendang atau tudung lingkup. Perempuan yang melakukan kegiatan di
ladang atau sawah biasanya menggunakan tutup kepala berupa selendang atau kain
belacu yang dinamakan tengkuluk.
e. Pakaian orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk atau Baju Kurung
Cekak Musang, yang biasanya terbuat dari kain katun atau kain lejo. Desannya longgar,
sehingga nyamain depakai.
f. Pakaian perempuan setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk
Belanga, Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai ke ladang.

2. Pakaian Resmi

Dulu, pakaian resmi dikenakan ketika menghadiri pertemuan resmi yang diadakan oleh
pihak kerajaan. Sedangkan hari ini, pakaian resmi dikenakan dalam berbafau acara pemerintah.

a. Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju Kurung Cekak Musang lengkap dengan
kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-
daerah lainny di Riau.Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain
berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain adalah kopiah dan kain
samping. Bahan untuk kain samping adalah bahan pilihan, seperti kain songket dan tenun
lainnya. Cara mengenakan kain samping ada dua macam, yakni ikat dagang dalam dan
ikat dagang luar.

b. Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju Kurung Cekak
Musang. Kedua jenis baju tersebut terbuat dari kain songket atau kain pilihan lainnya,
seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun Trengganu, dan lain-lain. Bentuk Baju
Kurung atau Kebaya Laboh ini disesuaikan dengan bentuk tubuh Si Pemakai, namun
tidak terlalu ketat. Panjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari di atas
lutut, sedangkan untuk orang tua banjang bajunya tiga jari dari bawah lutut.
3. Pakaian Upacara Adat

Dahulu, upacara adat diselenggarakan oleh pihak kerajaan Riau, namun kini peran tersebut
diambil alih oleh Lembaga Adat Melayu Riau atau oleh pemerintah daerah. Beberapa upacara
tersebut adalah upacara penobatan raja, upacara pelantikan, upacara penyambutan tamu, upacara
penerimaan anugerah, dan lain sebagainya.

Dalam prosesi upacara adat ini, jenis pakaian yang dikenakan perempuan yang masih gadis dan
yang sudah menikah berbeda. Perempuan gadis dan perempuan setengah baya adalah Baju
Kebaya Laboh Cekak Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutera, sementara
perempuan tua mengenakan Baju Kurung Tulang Belut.

4. Pakaian Upacara Perkawinan

Baju pengantin laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung
Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana pengantin laki-laki adalah kain
samping bermotif serupa dengan celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala,
sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang berbelit dua yang dikalungkan di leher, canggai
yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu burung serindit pendek
yang diselipkan di sebelah kiri.

Sementara busana yang dikenakan perempuan berbeda-beda, tergantung pada jenis upacara
adatnya. Pengantin perempuan dalam upacara Malam Berinai memakai Baju Kurung Teluk
Belanga. Sedangkan pada upacara Barandam, pengantin perempuan memakai Baju Kurung
Kebaya atau Kebaya Pendek. Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga.
Pakaian pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju
Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh
atau Baju Kurung Teluk Belanga.

C. Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau

Pakaian Adat Melayu Riau ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun ada beberapa macam-
macam namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau, yaitu Pakaian Adat Melayu Riau.

Nilai Filosofi, Makna Pakaian Melayu Riau terletak pada Suatu karya seni disebut indah apabila
pertama dibuat dengan baik dan kedua mempunyai makna. sebagai suatu hasil kebudayaan, Baju
Melayu Kepulauan Riau idealnya hendaklah molek dilihat dari jauh dan molek pula dipandang
dari dekat, indah menurut pemandangan mata dan hati, dibuat dengan baik dan mempunyai
makna-makna yang terkandung dalam lambang-lambang.
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari
panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan
nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian
menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur
tentang bentuk, corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan
adat itu diberlakukan untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.

Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. ”Semuanya
dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian berkembang dengan
makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya, yaitu
pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak
bala.

Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju melayu cekak musang
yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara keluarga
seperti kenduri. Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari
dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju
ini terdiri dari celana, kain samping dan penutup kepala atau songkok.

Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas
kain, baju dan selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di
leher pemakai. Dan kedua, baju kebaya labuh, yang terdiri atas kain, baju dan selendang.Panjang
lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum
perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Kedalaman
baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas.

Bagi perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas tiga
macam yaitu, siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. dan tudung atau penutup kepala.
D. Filosofi fungsi pakaian melayu Riau berdasarkan Fungsinya

1. Fungsi Budaya

Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara
umum, fungsi pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian muncul berbagai aksesori dan
ciri khas yang membedakan antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Di
masyarakat Riau, pakaian menjadi simbol yang dipakai dalam pelaksanaan upacara atau dalam
acara-acara tertentu. Setiap upacara mempunyai jenis pakaian yang berbeda yang tentu saja juga
berbeda dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari.

2. Fungsi Estetik

Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian
tersebut. Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian tradisional Riau juga mengandung
makna-makna tertentu. Misalnya, warna kuning mengandung arti kekuasaan. Pakaian dengan
warna seperti ini biasanya diperuntukkan bagi sultan atau raja. Warna hitam mengandung makna
keberanian. Pakaian dengan warna seperti ini biasanya dipakai oleh para hulubalang dan para
petarung yang melambangkan ketangkasan mereka.

3. Fungsi Religius

Pakaian tradisional daerah Riau mengandung makna dan berfungsi keagamaan. Pengaruh Islam
dalam tata cara berpakaian sedikit banyak berpengaruh pada pakaian daerah Riau, di mana fungsi
pakaian adalah untuk menutup aurat. Hal ini dapat kita lihat pakaian perempuan yang berbentuk
baju kurung, kerudung, dan menutupi hampir semua anggota tubuhnya. Selain dari bentuknya,
fungsi religius pakaian tradisional Riau juga terlihat dari simbol yang digunakan sebagai hiasan
yang berbentuk bulan dan bintang. Simbol tersebut mengandung makna ketakwaan terhadap
Tuhan. Fungsi religius busana Melayu di daerah Riau juga muncul di berbagai media yang
mereka gunakan untuk upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung tawar.
4. Fungsi Sosial

Pakaian tradisional Riau mengandung makna dan berfungsi secara sosial. Pakaian tradisional
Riau yang dipakai masyarakat, baik yang berasal dari golongan bangsawan maupun masyarakat
biasa adalah sama, yaitu baju kurung. Perbedaannya hanya terletak pada bahan dan warna yang
dipilih, dikarenakan dalam tradisi masyarakat Riau warna pakaian mempunyai lambang dan
makna tertentu.

5. Fungsi Simbolik

Pakaian tradisional mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat diterka lebih dahulu untuk
mengetahui maknanya. Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian tradisional, perhiasan,
serta kelengkapannya terdapat pada kostum yang dipakai dalam upacara-upacara tradisional.
Busana bukan hanya dimaknai sebagai pakaian yang dipakai, namun juga peralatan upacara yang
digunakan. Beberapa makna yang terkandung dalam busana tradisional masyarakat Melayu Riau
misalnya sirih (lambang persaudaraan dan kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung
(tempat bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-orang Melayu Riau memperlihatkan bahwa
hampir setiap apa yang mereka kenakan mengacu pada simbol-simbol tertentu.
E.Filosofi nilai yang Terkandung pada Pakaian Adat Melayu Riau

1. Nilai Tradisi

Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun.
Hal ini menjadi ciri khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari busana adat yang dikenakan,
maka dapat dipelajari mengenai tradisi masyarakat yang bersangkutan.

2. Nilai Pelestarian Budaya

Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari semakin
berkembang. Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan
warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan busana tradisional tersebut sama artinya
dengan melestarikan kekayaan budaya Melayu.

3. Nilai Sosial

Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status seseorang. Selain itu, lewat nilai-
nilai yang dikandungnya, pakaian Melayu juga bermakna sebagai media untuk menyatukan
masyarakat. Nilai-nilai sosial itu muncul karena dalam pakaian tradisional tersebut tersemat
makna-makna tertentu yang dinilai dan ditafsirkan oleh masyarakatnya
Pertanyaan dan jawaban

1. Rezicha suci berlianti

Pertanyaan : Pakaian adat resmi laki-laki adalah cekak musang kenapa dinamakan cekak
musang?

Jawaban : Asal usul cekak musang tidak dapat dipastikan dengan pasti, namun terdapat beberapa
teori yang mungkin menjelaskan asal muasal nya. Salah satu teori adalah bahwa nama ini berasal
dari bentuk leher baju kurung menyerupai leher musang. Musang adalah hewan yang dikenal
karena lehernya yang Panjang dan tegap, sehingga kemungkinan besar baju kurung ini

dinamakan demikian karena kesamaan bentuknya. Selain itu, ada juga teori lain yang
menyebutkan bahwa nama “cekak musang” berasal dari kata “cekak” yang berarti “tegang” atau
“kemas” dalam Bahasa melayu. Dalam konteks ini, kata “musang” mungkin ditambahkan untuk
memberikan kesan elegan dan anggun pada baju kurung tesebut.

2. Yehezkiel clarensius silaban

Pertanyaan: Alasan mengapa saat ini pakaiana melayu jarang digunakan di kehidupan sehari- hari?

Jawaban : Pakaian melayu jarang digunakan saat ini karena beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Perubahan gaya hidup, modernisasi, dan globalisasi adalah beberapa alas an
utama mengapa pakaian harian melayu jarang dikenakan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Muthia awaliyah

Pertanyaan: Bahan tradisional yang digunakan untuk membuat pakaian adat melayu?

Jawaban : Beberapa bahan tradisional yang umum digunakan untuk membuat pakaian melayu
antara lain

 Songket : songket adalah salah satu bahan tradisional yang paling terkenal dalam
pembuatan pakaian melayu. Bahan ini merupakankain tenun dengan pola-pola emas atau
perak yang indah. Songket biasanya terbuat dari sutra atau benang emas dan perak.
 Batik : batik juga merupakan bahan tradisional yang sering digunakan dalam pembuatan
pakaian melayu. Batik adalah Teknik pewarnaan kain dengan menggunakan lilin sebagai
penghalang untuk menciptakan pola-pola unik.
 Tenun : tenun adalah Teknik menenun benang menjadi kain yang telah ada sejak zaman
kuno. Pakaian melayu yang terbuat dari tenun memiliki keunikan dan keindahan
tersendiri. Bahan-bahan yang digunakan dalam tenun bervariasi, termasuk kapas,sutra,
atau serat alami lainnya. Motif-motif tenun melayu sering kali mencerminkan alam
sekitar atau cerita-cerita tradisional
KESIMPULAN

 Pakaian tradisional adalah satu bagian dari nilai-nilai yang menggambarkan kepribadian
masyarakat pemakainya, karena itu kita harus memelihara dan melestarikan nilai-nilai
budaya tersebut.
 Kita harus memperhatikan nilai, norma dan tata krama dalam berpakaian karena dengan
cara seperti apa seseorang berpakaian orang lain akan dapat menilai kepribadian dalam
dirinya.
 Kita harus dapat memilah dan memilih pakaian kita sesuai tempat dan keadaan sekitar
kita agar tercipta suasana yang damai dan selaras
 Pakaian adat melayu secara umum berpandangan pada aqidah islam, karena itu terdapat
pantangan-pantangan yang sesuai dengan ajaran islam yang sangat baik dan sopan untuk
kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai