Makalah Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Makalah Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobilalamin segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Puji dengan Ridho dan izin-
Nya kepada kami sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah dengan tepat waktu.

Makalah ini  berjudul “Makalah Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau”. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang apa saja yang ada dalam Makalah Filosofi Pakaian Adat
Melayu Riau tersebut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Dan dengan
makalah ini semoga bisa kita ambil pelajaran untuk kita terapkan dalam kehidupan kita yang sebenarnya.

Pekanbaru, 6 November 2017

Penyusun

 
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan

A.Latar Belakang

B.Rumusan Masalah

C.Tujuan

Bab II Pembahasan

A.Pakaian Adat Melayu Riau

B.Jenis Pakaian Adat Melayu Riau

C.Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau

D.Filosofi fungsi pakaian melayu Riau berdasarkan Fungsinya

E.Filosofi nilai yang Terkandung pada Pakaian Adat Melayu Riau

F.Cara Mengenakan Pakaian Adat Melayu Riau

Bab III Penutup

A.Kesimpulan

B.Saran

Daftar Pustaka

 
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Pakaian secara umum dipahami sebagai alat untuk melindungi tubuh atau fasilitas untuk memperindah
penampilan. Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makan dan tempat berteduh (rumah). Pakaian
digunakan sesuai kebutuhan dan keperluan pemakainya.

Indonesia adalah Negara dengan berbagai suku bangsa, demikian setiap suku bangsa memiliki pakaian
tersendiri yang menunjukkan kekhasan sukunya. Pakaian ini disebut dengan pakaian adat. Pakaian adat
adalah pakaian layaknya pakaian pada umumnya, tetapi memiliki identitas tertentu yang diakui sebagai ciri
khas suatu daerah tertentu. Ciri-ciri khas yang dimiliki dan diakui sebagai milik daerah itu bisa berupa motif,
warna, gambar atau model tertentu.

Dari uraian diatas penulis akan membahas salah satu pakaian adat suku bangsa Indonesia yaitu pakian adat
melayu. Sehingga judul makalah ini yaitu “Filosofi Pakaian Melayu Riau”.

B.Rumusan Masalah

1. Pakaian adat melayu Riau


2. Jenis pakaian ada melayu Riau
3. Filosofi pakaian ada melayu Riau

C.Tujuan

1. Memahami pakaian adat melayu Rau


2. Mengetahui jenis pakaian adat melayu Riau
3. Memahami Filosofi pakaian adat melayu Riau

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pakaian Adat Melayu Riau

Bagi orang melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan
dingin, juga mengisyaratkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai luhur yang
dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
 

Dengan adanya lambang-lambang budaya yang tersematkan di pakaian melayu, maka kedudukan dan peran
pakaian menjadi sangat penting dalam kehidupan orang melayu. Berbagai ketentuan adat mengatur bentuk,
corak (motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan itu di berlakuan untuk
mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.

Pakaian melayu dari ujung kaki sampai ujung melayu ada makna dan gunanya. Semua dikaitkan dengan
norma sosial, agama, adat istiadat, sehingga pakaian berkembang dengan makna yang beraneka ragam.
Pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya yaitu:

1. Pakaian sebagai penutup malu, yang berarti pakaian berfungsi sebagai alat penutup aurat,
menutup aib dan malu dalam arti yang luas. Kalau salah memakai menimbulkan malu, kalau
salah corak juga menimbulkan malu, oleh karena itu pakaian harus dibuat, ditata dan
dikenakan sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku didalam masyarakat.
2. Pakaian sebagai penjemput budi, yang berarti pakaian berfungsi untuk membentuk budi
pekerti, membentuk kepribadian, membentuk watak sehingga si pemakai tahu diri dan
berakhlak mulia.
3. Pakaian penjunjung adat, yang berarti pakaian harus mencerminkan nilai-nilai luhur yang
terdapat didalam adat dan tradisi yang hidup dalam masyarakat.
4. Pakaian sebagai penolak bala, yang bermakna berpakaian dengan cara yang benar dan patut
akan menghindarkan pemakainya dari mendapat bahaya atau malapetaka
5. Pakaian menjunjung bangsa, yang berarti dengan bersepadunya lambang-lambang dan nilai-
nilai yang tertera dipakaian maka terjemalah kepribadian bangsa atau masyarakat
pemakainya. Pakaian dalam budaya melayu harus mampu menunjukkan jati diri
pemakainya.pakaian merupakan salah satu simbol yang mencerminkan karakter budaya suatu
kelompok sosial. Pakaian bukan hanya sekedar kain, melainkan rekam-jejak sejarah,
pemikiran, juga keyakinan suatu kelompok sosial. Seperti di indonesia, setiap daerah
memiliki pakaian khasnya masing-masing, tak terkecuali provinsi riau.

B.Jenis Pakaian Adat Melayu Riau

Beberapa jenis pakaian Adat Melayu Riau berdasarkan fungsinya:

1.Pakaian Harian

Pakaian harian merupakan sandang yang dikenakan dalam aktivitas sehari-hari. Berdasarkan jenjang usia
pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian dewasa, dan pakaian orang
tua.

Pakaian untuk anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah beranjak besar, anak laki-laki
memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang. Terkadang, mereka juga memakai celana setengah,
kopiah, dan ikat kepala dari kain segi empat. Anak laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat mengaji
dan beribadah. Sedangkan bagi anak perempuan yang belum dewasa mengenakan baju kurung yang selaras
dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.

 
Baju anak laki-laki dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang, yang dilengkapi dengan samping berupa
sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala. Sedangkan perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju
Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut. Pakaian ini dipadukan dengan kain sarung batik dan
penutup kepala berupa selendang atau tudung lingkup. Perempuan yang melakukan kegiatan di ladang atau
sawah biasanya menggunakan tutup kepala berupa selendang atau kain belacu yang dinamakan tengkuluk.

Pakaian orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk atau Baju Kurung Cekak Musang,
yang biasanya terbuat dari kain katun atau kain lejo. Desannya longgar, sehingga nyamain depakai.
Sementara pakaian perempuan setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk Belanga,
Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai ke ladang.

2.Pakaian Resmi

Dulu, pakaian resmi dikenakan ketika menghadiri pertemuan resmi yang diadakan oleh pihak kerajaan.
Sedangkan hari ini, pakaian resmi dikenakan dalam berbafau acara pemerintah. Pakaian resmi untuk laki-
laki adalah Baju  Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat dari kain tenun
Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah lainny di Riau.

Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain berkualitas tinggi lainnya. Sebagai
perlengkapannya antara lain adalah kopiah dan kain samping. Bahan untuk kain samping adalah bahan
pilihan, seperti kain songket dan tenun lainnya. Cara mengenakan kain samping ada dua macam, yakni ikat
dagang dalam dan ikat dagang luar.

Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju Kurung Cekak Musang. Kedua
jenis baju tersebut terbuat dari kain songket atau kain pilihan lainnya, seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri,
Tenun Trengganu, dan lain-lain. Bentuk Baju Kurung atau Kebaya Laboh ini disesuaikan dengan bentuk
tubuh Si Pemakai, namun tidak  terlalu ketat. Pnjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari di
atas lutut, sedangkan untuk orang tua banjang bajunya tiga jari dari bawah lutut.

3.Pakaian Upacara Adat

Dahulu, upacara adat diselenggarakan oleh pihak kerajaan Riau, namun kini peran tersebut diambil alih oleh
Lembaga Adat Melayu Riau atau oleh pemerintah daerah. Beberapa upacara tersebut adalah upacara
penobatan raja, upacara pelantikan, upacara penyambutan tamu, upacara penerimaan anugerah, dan lain
sebagainya.

Dalam prosesi upacara adat ini, jenis pakaian yang dikenakan perempuan yang masih gadis dan yang sudah
menikah berbeda. Perempuan gadis dan perempuan setengah baya adalah Baju Kebaya Laboh Cekak
Musang berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutera, sementara perempuan tua mengenakan Baju Kurung
Tulang Belut.

 
4.Pakaian Upacara Perkawinan

Baju pengantin laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga.
Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif serupa dengan
celana dan baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu kiri, rantai panjang
berbelit dua yang dikalungkan di leher, canggai yang dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan,
dan keris hulu burung serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri.

Sementara busana yang dikenakan perempuan berbeda-beda, tergantung pada jenis upacara adatnya.
Pengantin perempuan dalam upacara Malam Berinai memakai Baju Kurung Teluk Belanga. Sedangkan pada
upacara Barandam, pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek. Kepala
hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian pengantin perempuan pada Upacara
Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu
upacara Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.

Kecuali untuk kasus pakaian sehari-hari yang semakin tergeser oleh model-model Barat, hingga hari ini,
masyarakat Riau masih sering mengenakan pakaian adat dalam momen-momen upacara-upacara atau
perayaan-perayaan tertentu.

C.Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau

Pakain Adat Melayu Riau ini adalah pakaian tradisional Riau, walaupun ada beberapa macam-macam
namun hanya satu pakaian adat untuk daerah Riau, yaitu Pakaian Adat Melayu Riau.

Nilai Filosofi, Makna Pakaian Melayu Riau terletak pada Suatu karya seni disebut indah apabila pertama
dibuat dengan baik dan kedua mempunyai makna. sebagai suatu hasil kebudayaan, Baju Melayu Kepulauan
Riau idealnya hendaklah molek dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, indah menurut
pemandangan mata dan hati, dibuat dengan baik dan mempunyai makna-makna yang terkandung dalam
lambang-lambang.

Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh dari panas dan
dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur)
yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian, kedudukan dan peran pakaian menjadi
sangat mustahak dalam kehidupan orang Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur tentang bentuk, corak
(motif), warna, pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan untuk
mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.

Pakaian Melayu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. ”Semuanya dikaitkan
dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian berkembang dengan makna yang beraneka
ragam. Makna pakaian melayu juga dikaitkan dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu,
pakaian sebagai penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala.

Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju melayu cekak musang yang
terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan pada acara-acara keluarga seperti kenduri.

Kedua baju melayu gunting cina, baju ini biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk mengadakan
acara yang tak resmi. Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan
penutup kepala atau songkok.

Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan
selendang. Selendang dipakai dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan
kedua, baju kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang.

Panjang lengan baju kira-kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum
perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Kedalaman baju
bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas.

Bagi perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas tiga macam yaitu,
siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. dan tudung atau penutup kepala.

D.Filosofi fungsi pakaian melayu Riau berdasarkan Fungsinya

1.Fungsi Budaya

Pakaian tradisional dapat menjadi ciri kebudayaan tertentu dalam suatu masyarakat. Secara umum, fungsi
pakaian untuk menutup tubuh. Namun, kemudian muncul berbagai aksesori dan ciri khas yang membedakan
antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Di masyarakat Riau, pakaian menjadi simbol yang
dipakai dalam pelaksanaan upacara atau dalam acara-acara tertentu. Setiap upacara mempunyai jenis
pakaian yang berbeda yang tentu saja juga berbeda dengan pakaian yang dikenakan sehari-hari.

2.Fungsi Estetik

Estetika busana Melayu Riau muncul dalam berbagai bentuk hiasan yang terdapat dalam pakaian tersebut.
Selain berbagai hiasan, warna-warna dalam pakaian tradisional Riau juga mengandung makna-makna
tertentu. Misalnya, warna kuning mengandung arti kekuasaan. Pakaian dengan warna seperti ini biasanya
diperuntukkan bagi sultan atau raja. Warna hitam mengandung makna keberanian. Pakaian dengan warna
seperti ini biasanya dipakai oleh para hulubalang dan para petarung yang melambangkan ketangkasan
mereka.

 
3.Fungsi Religius

Pakaian tradisional daerah Riau mengandung makna dan berfungsi keagamaan. Pengaruh Islam dalam tata
cara berpakaian sedikit banyak berpengaruh pada pakaian daerah Riau, di mana fungsi pakaian adalah untuk
menutup aurat. Hal ini dapat kita lihat pakaian perempuan yang berbentuk baju kurung, kerudung, dan
menutupi hampir semua anggota tubuhnya. Selain dari bentuknya, fungsi religius pakaian tradisional Riau
juga terlihat dari simbol yang digunakan sebagai hiasan yang berbentuk bulan dan bintang. Simbol tersebut
mengandung makna ketakwaan terhadap Tuhan. Fungsi religius busana Melayu di daerah Riau juga muncul
di berbagai media yang mereka gunakan untuk upacara, misalnya adanya kelengkapan tepung tawar.

4.Fungsi Sosial

Pakaian tradisional Riau mengandung makna dan berfungsi secara sosial. Pakaian tradisional Riau yang
dipakai masyarakat, baik yang berasal dari golongan bangsawan maupun masyarakat biasa adalah sama,
yaitu baju kurung. Perbedaannya hanya terletak pada bahan dan warna yang dipilih, dikarenakan dalam
tradisi masyarakat Riau warna pakaian mempunyai lambang dan makna tertentu.

5.Fungsi Simbolik

Pakaian tradisional mempunyai makna simbolik tertentu yang dapat diterka lebih dahulu untuk mengetahui
maknanya. Nilai-nilai simbolik yang terkait dengan pakaian tradisional, perhiasan, serta kelengkapannya
terdapat pada kostum yang dipakai dalam upacara-upacara tradisional. Busana bukan hanya dimaknai
sebagai pakaian yang dipakai, namun juga peralatan upacara yang digunakan. Beberapa makna yang
terkandung dalam busana tradisional masyarakat Melayu Riau misalnya sirih (lambang persaudaraan dan
kehormatan), bibit kelapa (simbol keturunan), payung (tempat bernaung). Pakaian yang dikenakan orang-
orang Melayu Riau memperlihatkan bahwa hampir setiap apa yang mereka kenakan mengacu pada simbol-
simbol tertentu.

E.Filosofi nilai yang Terkandung pada Pakaian Adat Melayu Riau

1.Nilai Tradisi

Busana yang dikenakan dalam suatu upacara adat telah menjadi tradisi selama bertahun-tahun. Hal ini
menjadi ciri khas dan keunikan sebuah masyarakat. Dari busana adat yang dikenakan, maka dapat dipelajari
mengenai tradisi masyarakat yang bersangkutan.

2.Nilai Pelestarian Budaya

Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari semakin berkembang. Pakaian
adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan warisan budaya yang harus
dilestarikan. Melestarikan busana tradisional tersebut sama artinya dengan melestarikan kekayaan budaya
Melayu.

3.Nilai Sosial
Pakaian menjadi simbol tertentu yang menjadi penanda status seseorang. Selain itu, lewat nilai-nilai yang
dikandungnya, pakaian Melayu juga bermakna sebagai media untuk menyatukan masyarakat. Nilai-nilai
sosial itu muncul karena dalam pakaian tradisional tersebut tersemat makna-makna tertentu yang dinilai dan
ditafsirkan oleh masyarakatnya.

F.Cara Mengenakan Pakaian Adat Melayu Riau

1.Pakaian harian

a.Pakaian harian masa kanak-kanak

Pakaian harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet yang dipakai oleh anak-anak lelaki. Kalau dia
sudah meningkat besar dia memakai baju kurung teluk belakang atau baju kurung cekak musang dan ada
kalanya memakai celana setengah lutut, memakai kopiah atau ikat kepala dari kain empat persegi yang
dilipat untuk menghindarkan sengatan binatang yang berbisa, memakai kain samping ada yang dikenakan
secara utuh, ada pula yang dibelitkan dipinggang ataupun disandang dibahu.

b.Pakaian harian anak dewasa (Akil Baligh)

Untuk anak laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya bekerja mencari nafkah, pakai baju Teluk
Belanga Belah atau baju kurung Cekak Musang, memakai kain samping, ikat kepala atau berkopiah. Kalau
pergi ke laut atau ke ladang sering memakai celana setengah lutut dengan lengan yang agak sempit supaya
mudah melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan keras.

Kain samping tetap dipakai terutama menjaga kesopanan dan aib dari orang dan digunakan untuk sholat
ataupun bertamu menghadapi orang tua-tua serta dapat dipergunakan untuk mempertahankan diri. Pakaian
harian untuk anak laki-laki dewasa sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna mempertahankan diri dan
berkesenian; belajar zapin, membuat kelompok Mayong, sandiwara, bangsawan, dll.

Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju Kebaya Laboh, baju Kebaya
Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung Pelekat atau batik Bunga, pakai tutup
kepala berupa selendang dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah. Kain
Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.

c.Pakaian orang tua dan setengah baya

Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan pada lehernya bersulam bernama Tulang
Belut. Baju ini longgar dan lapang dipakai, ada juga Kebaya Laboh atau Kebaya Panjang hingga dibawah
lutut. Kedua bentuk baju ini memakai pesak atau kekek. Orang tua-tua ada juga yang memakai baju Kebaya
Pendek dibawah pinggul sering dipakai untuk bekerja di rumah atau di ladang dan ke laut. Kalau perempuan
setengah baya juga memakai seperti tersebut diatas, hanya bentuk bajunya agak sempit dan pada umumnya
berupa stelan baju dengan kain yang berbunga dan ada kalanya polos. Sebagai penutup kepala mereka
memakai selendang dari drihook bersegi empat dan kemudian dibentuk segitiga dan diletakkan diatas kepala
serta ujungnya disimpulkan dileher. Orang tua maupun perempuan setengah baha selain selendang sebagai
penutup kepala, mereka juga menggunakan Tudung Lingkup dari Kain Pelekat.
 

Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga Bertulang Belut dan baju
kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat,
bentuk baju agak longgar.

Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar digunakan untuk sholat dan bertamu
ke tetangga.

Jadi bentuk pakaian harian bagi orang Melayu Riau adalah:

Untuk kaum perempuan baju Kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek.

Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung Cekak Musang, celana setengah lutut untuk
anak laki-laki.

2.Pakaian Resmi dan Setengah Resmi

Bentuk pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung Cekak Musang harus dilengkapi
dengan: kopiah, kain samping, sepatu atau capal.

Kan samping yang dipakai tergantung pada kemampuan seseorang; boleh kain pelekat, kain tenunan Siak,
tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.

Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam upacara keluarga, seperti; menghadiri perkawinan, acara
keagamaan, sunnat rasul, dll. Sedangkan pakaian resmi adalah pakaian yang dipakai waktu menghadiri
undangan dari Kerajaan, dari Pemerintah atau menghadiri jemputan resmi dari suatu kegiatan. Tidaklah
sopan seandainya kita menghadiri upacara kekeluargaan atau jemputan yang terhormat dari suatu kegiatan
pemerintah yang masa dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan di Riau, kita memakai pakaian Melayu namun
tidak memakai kopiah dan juga kain samping, maka jelaslah kita dicap orang yang tidak tahu adat sopan
orang Melayu.

Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari Pemerintah, atau menghadiri Rapat
Dewan yang resmi kalau kita berpakaian Melayu harus lengkap berbaju Melayu dengan tidak memakai
kasut atau capal dan harisnya memakai sepatu kulit.

Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra atau bahan-bahan yang bagus seperti satin,
atau bahan lainnya yang berkualitas.

 
Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada zaman kerajaan Melayu pada masa jayanya,
tidak dibenarkan memakai warna kuning, karena warna kuning adalah warna kerajaan dan yang berhak
memakai warna kuning adalah Sultan. Untuk para Datuk dan Orang Besar Kerajaan dalam upacara resmi
sering memakai warna hitam, sedangkan warna kain boleh bebas kecuali warna kuning dan tidak dibolehkan
memakai baju hitam berkain hitam, pakaian demikian adalah hak pemimpin yaitu Raja (Sultan). Sedangkan
pakaian untuk orang lain boleh memakai warna apa saja sesuai dengan kemampuan dan kemauannya juga
selera, asalkan tertib cara memakainya.

Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu Cekak Musang yaitu leher berkerah
setinggi 2 cm yang dalamnya dilapisi kain keras supaya kerah Cekak Musangnya kelihatan lebih rapi. Pada
leher dipasang dua buah butang baju, dan 3 buah butang baju dibagian depan keras lebih kurang 22 cm dari
leher ke dada.

Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah kopiah hitam dan tidak memakai apa-apa di
kopiah. Pada kopiah adakalanya dipakai kain putih yang dibelitkan di kopiah pada upacara meninggalnya
atau (mangkat) seorang Sultan atau Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai untuk mengikuti upacara resmi ini
adalah kain samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan
Daek, dll.

Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang yang disebut ikat kain dagang dalam, karena
baju terletak diluar kain disebut ikat kain dagang luar. Mengikat kain tidak boleh sembarangan karena sudah
ada ketentuannya antara lain: tinggi kain bagi orang dewasa hanya setinggi lutut, sedangkan orang sudah
berumur, tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang sudah lanjut usia umumnya memakai kain sering
jauh dibawah lutut.

Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju kurung Teluk Belanga dan baju
Kebaya Laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin atau bahan brokat serta bahan yang bagus
lainnya tergantung dengan kemampuan si pemakai. Persyaratan baju Melayu kaum perempuan ini karena dia
disebut Baju Kurung maka jelas baju ini mengurung bagian aurat di badan agar tidak kelihatan, tidak terlalu
sempit, tidak terlalu tipis yang memperlihatkan kulit badan.

Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan, seperti: kain  Siak, tenunan Indragiri,
tenunan Daek atau kain tenunan lain yang bercorak Melayu.

Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari diatas lutut sedangkan orang
tua 3 jari dibawah lutut. Untuk pemakaian kain adalah dengan cara kepala kain diletakkan di muka.

Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget, sanggul Lintang atau sanggul
Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala ditutup dengan kain tudung yang seharusnya tidak kelihatan
rambut. Kain tudung untuk pakaian resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang anjang dan sekarang
ini kaum wanita yang Islam umumnya menggunakan jilbab.
 

Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki dipakai kasut yang dipilih
sesuai selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya pakailah kasut yang memakai hak rendah atau hak
tinggi. Warna yang dipakai dapat dipilih sesuai dengan selera dan juga disesuaikan dengan suasana waktu
siang atau malam, agi atau sore.

3.Pakaian Upacara Adat

Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh Pemerintah (Kerajaan) antara lain:

1. Upacara penobatan Raja & Permaisuri,


2. Upacara pemberian gelar,
3. Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan,
4. Upacara menjunjung duli,
5. Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati,
6. Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat atau dari negara lain yang
bersahabat.

Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang diatur oleh Pemerintah atau
Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain
samping sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk
Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat memakai tanjak hitam, demikian juga kalau
memakai warna kuning harus seluruhnya berwarna kuning pula.

Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna hitam berkain samping apa saja
warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.

1.Pakaian adat untuk kaum perempuan

Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum perempuan baik muda maupun
tua sama saja. Baju yang dipakai adalah baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh, bagi anak gadis
baju Kebaya Laboh Cekaka Musang.

Kepala memakai tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung Kain Lingkup apabila masuk
ke ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit dipinggang.

Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti sanggul Jonget, sanggul Lintang, dan sanggul
Lipat Pandan. Perhiasan dipakai didada yang disebut dokoh dan gelang serta anting-anting.

Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar adalah warna hitam stelan dan berkain
samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain. Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri
atau Pimpinan Tertinggi di daerahnya.
 

2.Pakaian adat untuk kaum laki-laki

Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum lelaki adalah baju kurung Cekak
Musang, tidak dipakai baju kurung Teluk Belanga. Warna pakaian adat kaum lelaki berwarna hitam dari
bahan saten atau bahan sutera dilengkapi dengan perlengkaan sebagai berikut:

1. Baju stelan dengan celana panjang sampai ketumit,


2. Kain samping terbuat dari tenunan sendiri, seperti; tenun Siak, Indragiri, tenunan Daek, dll,
3. Tanjak sebagai penutup kepala,
4. Bengkung pengikat pinggang,
5. Sebilah keris Melayu Sepukal, atau Tuasik atau Tilam Upih,
6. Kasut capal atau sepatu.

Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna kuning atau hitam satu stel
baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen
yang ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong
Angin serta bertingkat 3 atau 5.

Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang, biasanya keris yang anjang
dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara adat seperti penobatan
Raja-Raja, emberian gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat dan upacara adat yang digelar
oleh Kerajaan atau Pemerintah.

Memakai Bengkung tergantung tingkat seseorang dalam jabatannya dimasyarakat adat atau jabatan dalam
struktur Kerajaan, seperti: Orang Besar Kerajaan, Putera Mahkota, angeran, kaum bangsawan, Datuk-Datuk,
Datuk Bendahara, Datuk Laksemana, Datuk Panglima, Penghulu, Batin, Tongkat (wakil Batin) dan para
pengawal.

Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan berwarna kuning, sedangkan para pengawal
memakai warna merah diujung lengan dan bengkung serta ikat kepala berwarna merah. Kecuali para
pengawal yang mendampingi Sultan kemana saja adalah Hulubalang yang tangguh memakai pakaian hitam
berkain samping kain Lejo dan memakai bengkung warna kuning dan memakai les merah.

4.Pakaian Upacara pengantin

1.Pakaian pengantin laki-laki

Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang Melayu Daratan
tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk Belanga,
kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga
kebawah menutup mata kaki.

 
Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin Melayu adalah:

1. Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan celana sama warnanya,
2. Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya pengantin memakai tanjak,
3. Memakai Sebai disebelah bahu kiri,
4. Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan,
5. Pakai Bengkung,
6. Pakai Keris,
7. Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga,
8. Membawa Sirih Lelat,
9. Pakai kasut capal atau sepatu kulit.

Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari rumah ayah dan bundanya
menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan acara lainnya pengantin laki-
laki memakai baju kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai kopiah, kadang-kadang kopiah
dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan orang Bangsawan memakai lambang Kerajaan.

2.Pakaian pengantin perempuan

Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam masyarakat Melayu Riau terdapat
beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti : acara malam berinai, uacara
akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara berandam.

Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian Kebaya Laboh atau baju
kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan pperhiasan serta memakai sanggul Melayu.

Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian Melayu harian; Kebaya
Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga. Rambut disanggul dengan sanggul Lipat
Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan
bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah
berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban didada.

Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga atau baju kurung Kebaya
Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan dada diberi perhiasan Dokoh
bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin.

Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding : pengantin perempuan memakai akaian Melayu
Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya kepala memakai pekakas andam
dan dikening diletakkan Ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas, dada dihiasi dengan
Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, dilengan bawah memakai gelang patah semat,
sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan emas.

 
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending emas, dijari
pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua belah jarinya). Kaki dipakai
sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan kehendak pengantin berhak sedang yang disebut selepa. Pakaian
waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek
yang dibuat khusus untuk upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk
menyatakan syukur bahwa pengantin telah bersatu.

5.Pakaian Upacara Keagamaan (Ritual)

Pakaian acara keagamaan ini disesuaikan pemakaiannya pada acara kegiatan keagamaan yang akan kita
laksanakan atau yang akan kita hadiri.

Bagi Pembesar Agama seperti Qodhi, Imam Mesjid memakai jubah berwarna hitam, panjang jubah sampai
dimata kaki, kepala memakai terbus dan dibelit dengan kain tipis berwarna putih, biasanya dibuat berwarna
merah. Bilal :biasanya memakai jubah berwarna hijau lumut disebelah luarnya sedangkan didalam tetap
memakai baju kurung Cekak Musang dan juga memakai terbus dibalut kain putih tipis. Gharin Mesjid
memakai baju Melayu Dagang Luar dengan memakai kopiah hitam atau kopiah haji dan memakai kain
samping pelekat.

Sedangkan orang biasa dalam acara agama ada terbagi dua:

1. Kalau acara resmi dalam rangka kegiatan Hari Raya, pada hari-hari besar agama memakai
pakaian baju Melayu lengkap seperti baju Melayu Cekak Musang atau baju Melayu Teluk
Belanga, yang disebut baju Melayu Dagang Dalam.
2. Untuk pergi sholat Jum’at biasanya boleh memakai baju Melayu harian atau baju Melayu
Dagang Luar dengan memakai kain samping kain pelekat dan pakai kopiah, pada umumnya
kalau sudah pernah menunaikan ibadah haji bisa memakai kopiah haji.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut, banyak sekali nila filosofi yang terkandung dalam pakaian Adat melayu
Riau. Diantarnya beberapa pakaian Adat dari beberapa jenisnya seperti Pakaian harian dipakai setiap hari,
baik oleh anak-anak, dewasa, maupun orang tua. Pakaian sehari-hari dikenakan untuk berbagai kegiatan
harian, misalnya saat bekerja di ladang, bermain, ke laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis
pakaian untuk perempuan dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak dan pakaian perempuan
dewasa Sedangkan pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada acara-acara tertentu yang berkenaan
dengan kegiatan resmi atau pada saat acara adat. Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan
berdasarkan filosofi masyarakat Melayu Riau yang mengandung nilai-nilai tertentu.
 

Selain itu, pakaian dan perhiasan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan estetika, namun
juga mengandung semangat tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi dan kejujuran hidup.

B.Saran

Pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau merupakan salah satu kekayaan nasional yang wajib
dilestarikan. Masyarakat Riau sendiri sadar bahwa busana tradisional ini suatu ketika akan punah bila tidak
dilestarikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Juliandra Romi.LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DALAM PELESTARIAN
KEBUDAYAAN MELAYU DI RIAU.Ilmu Sejarah, universitas Andalas. 2017
2. Armaliza Yetti.PERAN LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DALAM PENGEMBANGAN
BUDAYA MELAYU RIAU DI KOTA PEKANBARU.Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Universitas Riau.2013
3. Thamrin Husni. Enkulturisasi Dalam Kebudayaan Melayu. Jurnal Ilmiah Keislaman, vol.14
no.1. 2015
4. http://scholar.unand.ac.id/24779/2/09.%20BAB%20I%20Pendahuluan.pdf diakses pada 6
November 2017
5. Akmal. Kebudayaan Melayu Riau. Jurnal Risalah vol.26, no.4. 2015
6. Hasbullah. Dialetika Islam dalam Budaya Lokal: Portret Budaya Melayu Riau. Jurnal Sosial
Budaya vol.11,no.2.2014
7. Akkapurlaura. PENGEMBANGAN MOTIF RANTAI, TAMPUK MANGGIS, PUCUK
REBUNG, SIKU AWAN, DAN LEBAH BERGAYUT PADA KAIN SONGKET MELAYU
RIAU. Seminar Nasional Cendekiawan. 2015
8. Puti Bungsu.Peran Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau dalam Pelestarian Budaya Daerah.
JOM Fisip vol.2, no.2. 2015
9. Otang Kurniawan, Guslinda. PERUBAHAN BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA TENUN
SONGKET SIAK PADA MASYARAKAT MELAYU RIAU . Jurnal Primary Vol.5, no.1.
2016

Makalah
f

admin

Post navigation
Older post
Makalah Warga Negara
Newer post
Makalah Kewirausahaan

4 Comments
1. Jual Seragam Drumband Yogyakarta

June 4, 2018 at 3:33 am

Terimakasih, artikelnya sangat bermanfaat sekali.


jangan lupa untuk mengunjungi kami di Jual Seragam Drumband Yogyakarta

Reply

1. admin

August 27, 2018 at 1:00 am

@jual seragam drumband yogyakarta

terimakasih sudah membaca artikel kami

Reply

2. Shuizella

January 18, 2022 at 2:46 am

Terimakasih, artikelnya sangat sangat membantu memahami materi Pakaian Adat Melayu Riau.

Reply

1. admin

March 27, 2022 at 3:31 pm

@shuzella
Sama sama, semoga bermanfaat

Reply

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *

Email *

Website

Recent Reads
 Makalah Tentang Wierausaha
 Makalah Haji Dan Umroh Lengkap
 Makalah Tentang Kewirausahaan
 Berita Koran Permasalahan Ham Di Indonesia
 Kliping Olahraga Renang

Recent Posts
 Jurnal Kreativitas Kewirausahaan
 Kliping Tentang Virus Corona
 10 Urutan Dosa Terbesar, Sering Dilakukan Manusia Tanpa Sadar, No.10 Biasa di Lakukan
 Kliping Tentang Wisata
 Kliping Tentang Walisongo

Categories
 Arti (1)
 Jurnal (1)
 Kliping (28)
 Makalah (13)
 viral (1)

Archives
 February 2021 (1)
 March 2020 (1)
 August 2018 (5)
 May 2018 (1)
 April 2018 (7)
 March 2018 (15)
 November 2017 (11)
 October 2017 (3)

Searti.com Dibuat Dengan ♥ | Di Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai