Makalah Islam Dan Tamadun Melayu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PAKAIAN MELAYU
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Islam Dan Tamadun Melayu

Dosen Pengampu :
Dr. Yanti, S.Ag.,M.Ag.
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Lisman Achmad Syamudi 12110112468
M. Luthfi Hardiant 12110112689

KELAS: PAI FIQIH 6 E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan petunjuk, Rahmat,
hidayah dan segala nikmatnya kepada seluruh hambanya. Sholawat serta salam kita ucapkan
kepada nabi terakhir, penutup para nabi sekaligus satu-satunya Uswatun Hasanah kita, Nabi
Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelasaikan tugas makalah Hadist Tarbawi
tentang ‘’Pakaian Melayu’’
Dalam penyusunan, makalah ini, penulis tentu menghadapi hambatan dan rintangan.
Namun dengan bantuan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Dan penulis ucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Yanti, S.Ag. M.Ag.
.selaku dosen mata kuliah Islam Dan Tamadun Melayu yang telah membimbing penulis
sehingga makalah ini terselesaikan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya sebagai penulis. Semoga dalam
makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan saya
mengharapkan kritikan yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
dalam makalah saya ini. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pekanbaru, 23 Mei 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ---------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah ------------------------------------------------------------- 1


B. Rumusan masalah ------------------------------------------------------------------- 2
C. Tujuan penulisan --------------------------------------------------------------------- 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Pakaian Melayu -------------------------------------------------------- 3


B. Pakaian melayu ditinjau menurut prespektif Islam ----------------------------- 11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan --------------------------------------------------------------------------- 14
B. Saran ----------------------------------------------------------------------------------- 14
DAFTAR PUSTAKA ---------------------------------------------------------------------- 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pakaian melambangkan keunikan budaya, adat resam dan mencerminkan peradaban
sebuah bangsa. Pakaian akan terus menjadi keperluan asas dan menjadi salah satu warisan yang
istimewa dalam mencorak budaya masyarakat Melayu serta menjadi perhatian kepada
perkembangan dunia. Setiap agama dan bangsa mempunyai pakaian tradisional masing-
masing. Begitu juga dengan masyarakat Melayu. Pakaian tradisional masyarakat Melayu
adalah seperti Baju Kurung, Baju Kebaya, Baju Kota Bharu dan pakaian Cik Siti Wan
Kembang.Pakaian ini selalunya akan dipakai dalam upacara yang tertentu untuk meraikan sesuatu
majlis dalam sesebuah masyarakat contohnya majlis tahlil, majlis keramaian dan majlis perayaan.
Menurut perspektif Islam tujuan berpakaian adalah untuk menutup aurat dan berhias-
hias. Sebagaimana firman Allah S.W.T:
ٰ َ ٰ َ َ ٰ ْ َّ ُ َ َ ً ْ َ ْ ُ ٰ ْ َ ْ َ ُّ ً َ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ٰ ْ َ ٰ
‫اس التق ٰوى ذ ِلك خ ْيرۗ ذ ِلك ِم ْن ا ٰي ِت‬‫يب ِن ْٓي ادم قد انزلنا عليكم ِلباسا يو ِاري سوء ِتكم و ِريشاۗ ولِ ب‬

َ ْ ُ َّ ََّ ْ ُ َّ َ َ ‫ه‬
٢٦ ‫اّٰلل لعلهم يذكرون‬ ِ

Wahai anak cucu Adam, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi
auratmu dan bulu (sebagai bahan pakaian untuk menghias diri). (Akan tetapi,) pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu merupakan sebagian tanda-tanda (kekuasaan)
Allah agar mereka selalu ingat.

Pada peringkat awal pakaian lebih bersifat kegunaan khususnya sebagai perlindungan
dan memelihara anggota badan daripada sebarang keadaan cuaca serta Namun, selepas
kedatangan Agama Islam telah berlakunya perubahan dalam cara pemakaian masyarakat
Melayu khususnya apabila mereka telah mula mengamalkan memakai pakaian yang menutup
aurat. Oleh karena itu pada makalah ini akan membahas tentang jenis -jenis pakain malayu.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini diantaranya :
1. Apa saja jenis-jenis pakaian melayu ?
2. Bagimana pakaian melayu ditinjau menurut prespektif Islam ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pakaian melayu.
2. Untuk mengetahui pakaian melayu ditinjau menurut prespektif Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Pakaian Melayu
1. Pakaian Harian
Yang dimaksud pakaian harian adalah pakaian yang di pakai setiap hari oleh orang
melayu, baik semasa anak-anak, remaja atau setengah baya, orang dewasa, maupun orang
tua. Pakaian harian dipakai waktu melaksanakan kegiatan sehari-hari, baik untuk bermain,
keladang, kelaut, dirumah, maupun kegiatan lainnya dalam kehidupan di Masyarakat.
Berdasarkan kelompok pemakainya, pakain harian dapat kita bagi dalam beberapa
kelompok yaitu :

a. Pakaian anak-anak
1) Pakaian anak laki-laki
Pakaian anak yang masih kecil dikenal dengan baju monyet, Baju
Monyet adalah sejenis baju yang menyatu dengan celananya, di depannya
terdapat saku untuk menyimpan makanan atau benda lainnya. Namun sayang
nya baju monyet ini sudah sangat jarang di temui pada era digital saat ini
dikarenakan perkembangan zaman yang semakin modern. Sesudah besar
sering dipakaikan teluk belanga atau cekak musang, kadang ada yang
memakai celana setengah atau dibawah lutut, memakai kopiah, atau tutup
kepala dari kain segi empat yang dilipat untuk menghindari binatang yang
berbisa. Pakai kain samping dari bahan kain pelekat pada waktu bermain
kadang-kadang kain samping itu tidak dipakai di pinggang tapi hanya
disandang dibahu. Kain sarung ini dipakai sewaktu belajar mengaji Alquran
dan kegiatan keagamaan, seperti sholat lima waktu dan lainnya. Setelah
mengikuti kegiatan agama, kain sarung dapat berfungsi untuk bermain bola
sebagai gawang, dan berfungsi juga untuk menghindari sengatan binatang
berbisa.
2) Pakaian anak Perempuan
Pakaian harian anak Perempuan menggunakan baju langsung (baju dan
rok menyatu ) yang terbuat dari bahan katun. Selain itu, juga memakai celana
Panjang yang tertutup roknya. Bagian kepala menggunakan kerudung sarung

3
yang menggunakan pengikat. Bila pergi mengaji ke Masjid atau Surau, ia
menggunakan baju kurung atau baju gembang dan menggunakan kerudung.1
b. Pakaian Dewasa (akil baligh)
1) Pakaian dewasa laki-laki
Pakain harian untuk anak laki-laki dewasa adalah Baju Kurung Cekak
Musang dan Baju Kurung Teluk Belanga, yang menjadi pembeda dari dua
jenis baju kurung ini adalah pada bagian leher atau kerahnya. Anak laki-laki
yang sering membantu orang tua nya dalam kegiatan sehari-hari biasanya
dilengkapi dengan kain samping berupa sarung pelekat dan kopiah (songkok)
atau ikat kepala yang dibuat dari kain segi empat. Jika mereka bekerja di
sawah maupun di laut biasanya memakai celana lima jari dari lutut, kain
samping dipinggang dan kopiah atau ikat kepala tetap dikenakan. Fungsi kain
samping sendiri digunakan untuk sholat serta saat bertamu ke rumah orang
tua dan kerabatnya.
Anak laki-laki dewasa biasa nya menghabiskan waktu nya dengan
belajar ilmu agama di sore hari setelah membantu orang tua nya, dan malam
hari nya mereka belajar ilmu silat untuk pertahanan diri. Ilmu silat yang
dipelajari seperti silat pangian, silat pedang, silat harimau, silat kontau, silat
tumbok dan sebagainya. Disamping itu mereka juga berkesenian pada malam
harinya, mereka biasanya bermain makyong, mendu, bangsawan serta
berzapin dan bermain gambus. Pada zaman kerajaan Siak merupakan
kewajiban bagi anak-anak yang mulai dewasa belajar tarian zapin, karena tari
ini merupakan pergaulan antar sesama anak muda, jika ada dari mereka yang
tidak tahu menari zapin maka akan tersisihkan dari pergaulan.
2) Pakaian dewasa Perempuan
Perempuan dewasa yang baru akil balighah memakai baju kurung, baju
kebaya laboh, baju kebaya pendek yang selaras dan memakai kerudung.
Apabila pakaian yang dikenakan oleh perempuan tidak menutup aurat, orang
yang melihatnya akan menilai bahwa perempuan itu tidak baik. Pada
perempuan yang telah masuk dewasa, ia memakai baju kurung, kebaya
pendek. Kemudian memakai kain selendang atau belacu (tengkuluk) untuk

1
Nizami Jamil, Pakaian Tradisonal Melayu Riau, ( Pekanbaru : LPNU Press, 2008). hlm. 10-13.

4
penutup kepala apabila turun ke ladang. Ketika berpergian di sekitar
kampung, ia memakai tudung lingkup yang terbuat dari selendang.
Perkembangan kemudian, tudung lingkup yang dipakai adalah kain
sarung. Semakin kekinian, digantikan dengan kerudung sarung yang telah
dibentuk sesuai dengan bentuk kepala. Takaran nilai kemelayuan dalam
kerudung setidaknya harus berukuran Panjang menutupi dada dan lebih lebar
1 hasta dari ukuran badan. Hal ini diwajibkan untuk menutupi bentuk tubuh
Perempuan yang memakainya.
3) Pakaian orang tua dan setengah baya laki-laki
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung teluk
belanga bertulang belut dan baju kurung cekak musang. Untuk pakaian
harian baju ini terbuat dari bahan katun dan kain samping pelekat, bentuk
baju agak longgar. Baju melayu orang tua sering memakai baju melayu
dagang luar digunakan untuk sholat dan bertamu ke tetangga. Jika berada
dirumah, mereka menggunakkan baju teluk belanga dan kain sarung.

Dalam bekerja, orang tua melayu mengguanakan celana Panjang dan


baju sarung berkerah. Perlengkapan pakaian Ketika bekerja yakni destar atau
kain pengikat kepala. Konsep destar atau tanjak bagi orang melayu
merupakan alat untuk melindungi kepala. Sebab kepala sebagai sesuatu
fitrah yang harus dilindungi. Berpantang bagi orang melayu mempermainkan
kepala.

4) Pakaian orang tua dan setengah baya Perempuan

Pakaian Perempuan tua adalah baju kurung teluk belanga dan pada
lehernya bersulam Bernama tulang belut. Baju ini longgar dan lapang
dipakai, ada juga kebaya laboh atau kebaya Panjang hingga kebawa lutut.
Kedua baju ini memakai pesak atau kekek. Kemudian ada juga baju kebaya
pendek yang biasa dipakai untuk ke ladang, ke sawah maupun dan dirumah.
Kalau Perempuan setengah baya juga memakai pakaian seperti tersebut
diatas, hanya bentuknya agak sempit dan pada umumnya berupa stelan antara
baju dengan kain. Jadi warna dan motif bahannya sama.

Sebagai penutup kepala berupa selendang segi empat yang dibentuk segi
tiga, sehingga menyerupai jilbab. Untuk keluar rumah, para Perempuan tua

5
maupun Perempuan remaja selain selendang sebagai penutup kepala, mereka
juga mengenakan tudung lingkup dari kain pelekat.2

2. Pakaian Resmi Dan Setengah Resmi


Pakaian setengah resmi adalah pakaian yang digunakan dalam berbagai acara keluarga
atau acara yang tidak berkenaan dengan negeri atau Kerajaan misalnya, acara kenduri,
mengahadiri acara keagamaan, perkawinan, sunah rasul dan alin-lain. Orang melayu
menggunakan pakaian sesuai dengan tempat dan waktu. Dalam acara kekeluargaan
biasanya, warna pakaian tidak diatur seperti dalam acara resmi.

1) Pakaian resmi dan setengah resmi laki-laki


Bentuk pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung
cekak musang harus dilengkapi dengan kopiah, kain samping, Sepatu atau
capal. Kain samping yang di pakai tergantung kemampuan sesorang boleh
kain pelekat, kain tenun siak, trengganu, Daek, johor dan lain-lain.

Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam menghadiri upacara keluarga


seperti menghadiri perkawinan, acara keagamaan, sunah rasul dan lain-lain.
Berbeda dengan pakaian resmi yang dipakai ketika menghadiri udangan dari
Kerajaan. Lembaga adat melayu ( LAM ) pemerintahan atau menghadiri
acara resmi dari suatu kegiatan.

2) Pakaian resmi dan setengah resmi Perempuan


Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju
kurung teluk belanga dan baju kebaya laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan
sutra, satin atau bahan brokat serta bahan yang bagus lainnya tergantung
dengan kemampuan si pemakai. Persyaratan baju Melayu kaum perempuan
ini karena dia disebut baju kurung maka jelas baju ini mengurung bagian
aurat di badan agar tidak kelihatan, tidak terlalu sempit, tidak terlalu tipis
yang memperlihatkan kulit badan. Untuk kain yang dipakai adalah kain
tenunan atau kain pilihan, seperti tenunan Daek atau kain tenunan lain yang
bercorak Melayu.
Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget,
sanggul Lintang atau sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala

2
Ibid. hlm.13-15.

6
ditutup dengan kain tudung yang seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain
tudung untuk pakaian resmi dan sekarang ini kaum wanita yang Islam
umumnya menggunakan jilbab.
Untuk alas kaki dipakai kasut yang dipilih sesuai selera, tidak memakai
sendal jepit sebaiknya pakailah kasut yang memakai hak rendah atau hak
tinggi. Warna yang dipakai dapat dipilih sesuai dengan selera dan juga
disesuaikan dengan suasana waktu siang atau malam, pagi atau sore. 3

3. Pakaian Melayu Upacara Adat


Tidaklah sopan seandainya menghadiri upacara atau jemputan yang terhormat dari
suatu kegiatan pemerintah (masa dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan), memakai pakaian
Melayu namun tidak memakai kopiah dan juga kain samping, seseorang akan dicap orang
yang tidak tahu adat sopan Melayu. Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri
jemputan dari pemerintah, atau menghadiri rapat dewan yang resmi, harus berpakaian
Melayu dan memakai sepatu kulit.
Acara-acara resmi diatur oleh kerajaan di zaman dahulunya, pada masa sekarang diatur
oleh pemerintah atau lembaga adat. Upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh
pemerintah (kerajaan) antara lain:
a) Upacara penobatan Raja dan Permaisuri
b) Upacara pemberian gelar
c) Upacra pelantikan Datuk-datuk ketua Adat atau Menteri Kerajaan
d) Upacara menjunjung duli.
e) Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang di hormati.
f) Upacara adat menerima anugrah dan persembahan dari rakyat atau dari negara
lain yang bersahabat.
1) Pakaian upacara adat laki-laki
Warna baju yang dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam,
berkain samping sesuai dengan tingkat kedudukannya. Stelan kuning dan
stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin Negeri.
Dalam upacara adat Sultan memakai stelan berwarna hitam, maka tanjaknya
juga berwarna hitam, demikian juga kalau memakai warna kuning harus
seluruhnya berwarna kuning pula.

3
Mahfayeri Mohamad Zainuri, „Budaya Melayu Berintegritas“, Modul Diseminasi Gugus Depan
Integritas, 2017, 1–17 <http://bpsdm.riau.go.id/melayu-integritas/wp-content/uploads/2017/08/Gugus-depan-
2.pdf>.

7
Bagi datuk-datuk atau orang besar, dalam upacara adat memakai baju
berwarna hitam berkain samping. Bagi masyarakat, mereka boleh saja
memakai apa saja warnanya (selain kuning) sesuai dengan seleranya, itulah
sebagai pertanda perbedaan pimpinan dan bukan pimpinan.
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi
kaum lelaki adalah baju kurung cekak musang, tidak dipakai baju kurung
teluk belanga. Warna pakaian adat kaum lelaki berwarna hitam dari bahan
saten atau bahan sutera dilengkapi dengan perlengkaan sebagai berikut:
a) Baju stelan dengan celana Panjang sampai ketumit.
b) Kain samping terbuat dari tenun sendiri, seperti Daek, dll.
c) Tanjak sebagai penutup kepala
d) Bengkung pengikat pinggang
e) Sebilah keris Melayu sepukul atau Tuasik atau Tilam Upih.
f) Kasut Capala tau Sepatu.

Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang


berwarna kuning atau hitam satu stel baju, celana dan kain samping. Stelan
baju penuh dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen yang
ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah Mumbang atau
Elang Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5.

2) Pakaian upacara adat Perempuan

Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi
kaum perempuan baik muda maupun tua sama saja. Baju yang dipakai adalah
baju kurung teluk belanga, baju kebaya laboh, bagi anak gadis baju kebaya
laboh cekak musang. Kepala memakai tudung mente dan memakai tudung
kain lingkup. Tudung kain lingkup apabila masuk ke ruangan kain tudung
lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit di pinggang.

Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti sanggul


jonget, sanggul lintang, dan sanggul lipat pandan, kemudian ditutupi dengan
kerudung. Perhiasan dipakai di dada yang disebut dokoh dan gelang serta
anting-anting. Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan Permaisuri atau
Pimpinan Tertinggi di daerahnya. Warna baju yang dipakai isteri datuk-datuk

8
dan orang besar adalah warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung
Lingkup yang berwarna lain.4

4. Pakaian Upacara perkawinan


Orang Melayu juga mengatur jenis dan Mel tata cara pemakaian baju pengantin.
Pakaian pengantin Melayu tidak jauh berbeda dengan ham konsep dasar pakaian
Melayu. Hanya saja, pakaian hari pengantin dilengkapi dengan berbagai aksesoris baju
dan perhiasan yang sesuai dengan simbol-simbol den adat Melayu tempatan.
1) Pakaian pengantin laki-laki
Bentuk pakaian pengantin laki-laki Melayu Kepulauan, Melayu Pesisir
dan Melayu Daratan tidak berbeda jauh, bentuk bajunya berupa Baju
Kurung Cekak Musang atau baju Kurung Teluk Belanga. Bahannya terbuat
dari tenunan Siak, Indragiri, Daek maupun Terengganu. Warna yang selalu
menjadi pilihan yaitu merah, hijau, biru, hitam, dan merah jambu, kecuali
warna kuning. Karena pada zaman kerajaan dulu warna kuning adalah
warna larangan atau warna kebesaran, hanya boleh dipakai putera putri
Mahkota, Raja atau Sultan pakaiannya satu stel baju, celana dan kain
samping. Perlengkapan pakaian yang digunakan pengantin laki-laki dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Baju kurung cekak musang dari bahan tenunan satu stelan baju
dan celana sama warnanya.
b) Dikepala memakai daster berbentuk mahkota dan ada kalanya
pengantin memakai tanjak.
c) Memakai sebai (selendang) diletakkan sebelah kiri bahu,
berwarna kuning dan bersulam kelingkan.
d) Dileher pengantin laki-laki dikalungkan rantai panjang berbelit
dua yang mempunyai makna ikatan dari Ayah dan Bunda.
e) Pending (ikat pinggang) atau Bengkong menggunakan warna
kuning dengan les sesuai derajatnya.
f) Pada ibu jari kelingking memakai cangai yaitu hiasan kuku
buatan dari emas atau perak.
g) Sebagai alas kakai menggunakan Sepatu runcing atau capal kulit.
h) Pakai keris

4
Ibid. hlm.324.

9
i) Memegang sirih lelat atau sirih pemanis
2) Pakaian pengantin Perempuan
Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam
masyarakat Melayu Lingga terdapat beberapa bentuk tergantung pada
kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti: acara malam berinai, upacara akad
nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara berandam. Pakaian
pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian
kebaya laboh atau baju kurung teluk belanga, memakai hiasan dan perhiasan
serta memakai sanggul Melayu.
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan
memakai pakaian Melayu harian; kebaya laboh atau kebaya pendek atau baju
kurung teluk belanga. Rambut disangg dengan sanggul lipat pandan atau
sanggul sipu. jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka,
bunga melur dan bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur
bulu romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan
dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban di dada.
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung teluk
belanga atau baju kurung kebaya laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta
memakai tudung mente. Sedangkan dada diberi perhiasan dokoh bertingkat,
pakai pending, pakai sebai di kanan dan duduk di kamar pengantin.
Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding: Pengantin
perempuan memakai pakaian melayu kebaya laboh atau baju kurung teluk
belanga lengkap dengan atributnya kepala memakai pekakas andam dan di
kening diletakkan ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang
emas, dada dihiasi dengan dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala
naga, di lengan bawah memakai gelang patah semat, sedangkan di kaki
bergelang kaki berlipat rotan emas. Di bahu kanan memakai sebai bertekat
emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending emas, dijari pakai
canggai. Canggai hanyala terlekat di ibu jari dan di jari kelingking (kedua
belah jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan
kehendak pengantin berhak sedang yang disebut selepa.
Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung teluk belanga, baju
kebaya laboh atau baju kebaya pendek yang dibuat khusus untuk upacara

10
mandi damai. Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan
syukur bahwa pengantin telah bersatu.5

B. Pakaian Melayu Ditinjau Menurut Prespektif Islam


Melalui analisa yang telah dilakukan, sememangnya Baju Kurung tradisional yang
dipakai oleh orang Melayu adalah hampir kepada pakaian yang dianjurkan oleh Islam. Konsep
pakaian tersebut yang menyebut ‘kurung’ sebagai mengurung atau melindungi pemakai
daripada aib dan malu. Walaupun kaedah menutup kepala menggunakan kelubung atau kain
selendang tidak sempurna seperti yang dikehendaki Islam, tudung telah dijadikan sebahagian
daripada struktur tradisi pakaian Melayu. Dari segi rupabentuk Baju Kurung yang dihasilkan,
samada dalam betuk lurus mahupun ‘A’, kedua-dua bentuk ini dipakai dengan gaya yang labuh
dan longgar selaras dengan pakaian yang diunjurkan oleh Islam (Jadual 1).
Perlaksanaan ini dapat dilihat melalui tatacara memakai pakaian tersebut. Selain daripada
rekabentuknya yang sedia longgar, padanan helaian pakaiannya dipakai secara berlapis. Figura
1 menunjukkan bagi pakaian wanita, lapisan pertama adalah kain sarung yang labuh dipakai
menutupi bahagian pinggang ke bukulali. Lapisan kedua pula adalah baju yang longgar dan
labuh sehingga menutupi lutut atau hingga ke paras betis. Lapisan ketiga adalah kain dagang
luar yang menutupi bahagian punggung dengan cara ikatan atau di pegang pada paras
pinggang. Seterusnya penutup kepala atau kelubung yang menutupi bahagian kepala ke dada.
Konsep memelihara diri atau ‘melindung diri dari aib’ ini juga dapat dilihat dari cara
pemakaian kain sarung yang mempunyai corak kepala kain. Bagi kaum perempuan, perletakan
kepala kain di bahagian hadapan untuk anak dara dan bahagian belakang untuk perempuan
berkahwin bukan hanya satu simbol status dalam masyarakat. Malah perletakan kepala kain ini
membawa simbol ‘pengurungan atau menutup aib’.6
Begitu juga dengan Baju Melayu yang dipakai oleh kaum lelaki. Lapisan pertamanya
ialah seluar Aceh yang ditindih di bahagian cawat sebelah hadapan dan diikat dengan
talipinggang. Bahagian seluar ini ditutupi pula dengan baju kurung yang labuh hingga ke paras
paha. Dan akhirnya, lapisan ketiga bahagian pinggang ke lutut ini ditutupi pula dengan sehelai
samping. Lapisan ini membuktikan betapa masyarakat Melayu begitu meneliti kehendak Islam
dalam berpakaian sesuai dengan ungkapan, memakai biarlah ‘mengikut adat, kelak nanti

5
Ibid. hlm.324-326.
6
Norulzaila Ismail, dkk. Melestarikan Elemen Melayu Islam Dalam Fesyen Pakaian Masyarakat Melayu,
Journal Of Language, Communication and Humanities Vol. 2.( 1) Juni 2019. hlm. 76.

11
membawa aib’. Maksudnya, jika salah cara berpakaian, boleh mendatangkan fitnah kaepada
pemakai dan kelak membawa aib kepada dirinya sendiri.
Begitu juga dengan Baju Melayu yang dipakai oleh kaum lelaki. Lapisan pertamanya
ialah seluar Aceh yang ditindih di bahagian cawat sebelah hadapan dan diikat dengan
talipinggang. Bahagian seluar ini ditutupi pula dengan baju kurung yang labuh hingga ke paras
paha. Dan akhirnya, lapisan ketiga bahagian pinggang ke lutut ini ditutupi pula dengan sehelai
samping. Lapisan ini membuktikan betapa masyarakat Melayu begitu meneliti kehendak Islam
dalam berpakaian sesuai dengan ungkapan, memakai biarlah ‘mengikut adat, kelak nanti
membawa aib’. Maksudnya, jika salah cara berpakaian, boleh mendatangkan fitnah kaepada
pemakai dan kelak membawa aib kepada dirinya sendiri.7

Figura 1
Lapisan Baju Kurung Perempuan dan Lelaki

3 5

2
2

4
4
3
1

1
1

Baju Kurung: Baju Kurung:


Perempuan Lelaki
1- Kain sarung 1- Seluar Aceh

2- Baju 2- Baju

3- Kain Samping

7
Ibid. hlm 77-79

12
Jadual 1
Perbandingan dan Persamaan di antaraTatacara Berpakaian Melayu
dan Islam

Faktor Baju Kurung Ciri Pakaian Muslim dan Muslimah


Nilai - Menutup badan dan bersopan - Mengikut hukum syarak
bersesuaian dengan adat Melayu - Menunjukkan akhlak mulia dan bersifat
- Selaras dengan ajaran Al-Quran. memelihara sipemakai (menjaga
- Mempamerkan sifat pemakai. maruah).
- Taat kepada pemerintah dsn - Taat kepada Allah
memelihara adat. - Ibadah
Siluet (Bentuk) Lurus, Bentuk A Lurus, Bentuk A

Gaya - Mengikut tradisi Melayu - Mengikut hukum Al Quran.


- Labuh dan longgar - Labuh dan longgar
- Diperbuat daripada tekstil tempatan - Diperbuat daripada tekstil yang tidak
menampakkan bentuk badan dan nipis
hingga menampakkan warna kulit.

Hiasan - Bergantung kepada statussosial. - Sederhana

Prinsip - Menutup badan dan sopan - Menutup aurat.


- Tidak menyerupai orang kafir
- Warna-warna tertentu dikhususkan
untuk raja, permaisuri dan pembesar- - Tidak meniru pakaian lelaki (bagi
pembesar istana. perempuan) dan sebaliknya.
- Menghormati perlambangan raja-raja - Tidak bermegah-megah dan
menggunakan perhiasan yang berlebih-
lebihan.
- Tidak menggunakan warna yang
menonjol.
- Disiplin
Jenis - Baju Kurung Pesak Buluh - Jubah
- Baju Kurung Cekak Musang - Pakaian yang menepati syariat Islam.
- Baju Kurung Potong Riau
Struktur - Perempuan: Baju, kain, kelubung atau - Perempuan: Baju, kain labuh, jubah
selendang dan penutup kepala yang labuh hingga
- Lelaki: Baju, seluar, sampin dan menutupi bahagian dada.
destar atau baju, kain dan kopiah atau - Lelaki: Baju yang labuh ke pinggul,
songkok seluar atau sarong yang melepasi lutut
dan labuh yang tidak melebihi paras
buku lali.
Fabrik Pelbagai jenis fabrik luar dan tradisional. Pelbagai jenis fabrik yang bersesuaian
dengan prinsip pakaian Islam.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Bagi orang Melayu, terdapat ketentuan adat dalam berpakaian, yang menetapkan
pakaian. sesuai status pakaiannya, benar cara memakainya, tepat penggunaannya, betul tempat
memakainya, benar tujuan memakainya, bersempurna pula alat dan kelengkapan pakaiannya.
Waktu-waktu yang ditetapkan dalam mengenakan pakaian Melayu adalah pakaian harian,
pakaian setengah resmi, pakaian resmi, dan pakaian upacara pengantin dan dapat dikenakan
oleh laki-laki, perempuan, baik tua maupun muda. Model pakaian melayu terdiri dari baju
kurung teluk belanga, baju kurung cekak musang, kebaya laboh, dan sebagainya sesuai dengan
ketentuannya.
Baju Kurung tradisional yang dipakai oleh orang Melayu adalah hampir kepada pakaian
yang dianjurkan oleh Islam. Konsep pakaian tersebut yang menyebut ‘kurung’ sebagai
mengurung atau melindungi pemakai daripada aib dan malu. Walaupun kaedah menutup
kepala menggunakan kelubung atau kain selendang tidak sempurna seperti yang dikehendaki
Islam.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dari segi materi pembahasan maupun ejaan kata, maka dari itu
kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari semua agar dikemudian
hari kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Harapan kami makalah ini dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai Islam dan Tamaddun Melayu.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ismail,Norulzaila dkk.2019. Melestarikan Elemen Melayu Islam Dalam Fesyen Pakaian
Masyarakat Melayu, Journal Of Language, Communication and Humanities Vol. 2.( 1) .

Jamil,Nizami.2008. Pakaian Tradisonal Melayu Riau, Pekanbaru : LPNU Press.


Mahfayeri, Mohamad Zainuri. 2017. Budaya Melayu Berintegritas“, Modul Diseminasi
Gugus

15

Anda mungkin juga menyukai