22341-Article Text-71938-1-10-20220827

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Ilmu Alam dan Lingkungan


Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2), (2022). 25 - 31

Open Acces https://journal.unhas.ac.id/index.php/jai2

Eksplorasi Fungi Endofit Tumbuhan Mangrove Avicennia marina sebagai


Penghasil Senyawa Antibakteri
Agustina Monalisa Tangapo1*, Susan Marlein Mambu1, Beivy Kolondam1, Nelsyani Pasappa1,
Johanis Pelealu1
1
Program Studi Biologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado, Indonesia

email: [email protected]

Abstrak
Eksplorasi senyawa bahan alam masih terus dilakukan dari isolat-isolat mikroba baru seiring
dengan resistensi terhadap senyawa antibiotik dan antimikroba. Tujuan penelitian ini untuk
mengisolasi fungi endofit dari tumbuhan mangrove Avicennia marina dan mengoptimasi waktu
fermentasi yang terbaik untuk aktivitas antibakteri. Metode yang digunakan adalah fermentasi
fungi endofit pada media cair dan pengujian antibakteri dengan metode sumuran. Hasil
penelitian ini diperoleh lima isolat fungi endofit dari A. marina yang memiliki kemampuan
antibakteri terhadap bakteri jenis Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Satu isolat fungi endofit yaitu AVI.1 menunjukkan potensi yang sangat menjanjikan
untuk dikembangkan karena memiliki waktu fermentasi tersingkat (lima hari) dan
penghambatan yang kuat terhadap ketiga bakteri uji.

Kata kunci: antibiotik; endofit; mangrove; patogen

PENDAHULUAN
Penyakit infeksi saat ini yang disebabkan oleh patogen penginfeksi masih termasuk dalam
sepuluh besar penyakit terbanyak di Indonesia (Kemenkes RI, 2019). Berbagai strategi penanganan
penyakit infeksi tersebut sudah dilakukan, termasuk penggunaan antibiotik dan senyawa antimikroba.
Namun demikian, resistensi terhadap senyawa antibiotik/antimikroba kemudian muncul akibat
penggunaan dengan dosis yang kurang tepat dan adanya kemampuan mempertahankan diri dari bakteri
(Nawea, dkk., 2017). Hal ini menyebabkan upaya untuk memperoleh jenis antibiotik baik secara
sintesis kimia maupun eksplorasi dari isolat-isolat mikroba baru masih terus dilakukan sampai saat ini.
Eksplorasi senyawa bahan alam dilakukan baik yang berasal dari hewan, tumbuhan, bakteri, dan fungi
(Alvarez-Martinez et al., 2020).
Fungi endofit diketahui sebagai salah satu sumber penghasil berbagai senyawa yang
berpotensi sebagai antibakteri, antifungi, antikanker, dan antivirus. Senyawa bioaktif yang dihasilkan
oleh fungi endofit dapat berfungsi bagi inang untuk meningkatkan ketahanan terhadap serangan

P ISSN: 2086 - 4604 25


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2) (2022) 25 – 31

mikroba patogen. Spesifikasi inang sebagai asal fungi endofit ikut menjadi faktor penentu kemampuan
fungi endofit tersebut dalam memproduksi senyawa bioaktif. Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan
senyawa bioaktif atau metabolit sekunder yang fungsional yang dihasilkan dari fungi endofit dapat
menjadi strategi untuk produksi senyawa bioaktif yang fungsional tanpa perlu melakukan penebangan
atau menunggu masa panen yang lama (Kuncoro & Sugijanto, 2011). Eksplorasi fungi endofit dari
tumbuhan mangrove telah dilakukan untuk jenis Soneratia alba (Pasappa, dkk., 2022). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengisolasi fungi endofit dari tumbuhan mangrove A. marina dan
mengoptimasi waktu fermentasi terbaik aktivitas antibakteri.

METODE PENELITIAN
Pengambilan Sampel dan Isolasi Fungi Endofit
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan mangrove spesies
Avicennia marina. Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan di pesisir Desa Tiwoho Kelurahan
Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Manado, Sulawesi Utara. Sebelum dilakukan proses isolasi fungi
endofit dari daun A. marina, dilakukan sterilisasi permukaan terlebih dahulu dari sampel daun yang
digunakan. Sterilisasi permukaan dilakukan menggunakan air mengalir, alkohol 70% dan natrium
hipoklorit 1.32% secara berturut-turut, dan dibilas menggunakan akuades steril sebanyak tiga sampai
empat kali. Selanjutnya, sampel dikeringkan dengan tisu steril secara aseptik. Sampel dipotong-potong
dengan ukuran 1 x 1 cm dan ditanam pada media Potato Dextrose Agar (PDA). Inkubasi sampel pada
media PDA dilakukan selama lima sampai tujuh hari pada suhu 28°C (Hasiani, dkk., 2015; Desriani,
dkk., 2019).

Purifikasi dan Karakterisasi Fungi Endofit


Fungi endofit yang berhasil diisolasi selanjutnya dimurnikan dengan memisahkan setiap
koloni fungi yang berbeda secara morfologinya. Setiap koloni endofit yang berbeda dipindahkan ke
media PDA yang baru dan diinkubasi selama lima sampai tujuh hari. Pengamatan secara makroskopis
dan mikroskopis dilakukan terhadap semua isolat yang telah dimurnikan. Karakter makroskopis yang
diamati meliputi warna koloni, tekstur, margin koloni dan kecepatan pertumbuhan isolat. Pengamatan
mikroskopis dilakukan menggunakan larutan Lactophenol Cotton Blue di atas kaca preparat dan
potongan isolat fungi yang ditutup dengan cover glass. Selanjutnya, diamati di bawah mikroskop pada
perbesaran 40 dan 100x (Ramadhanty & Lunggani, 2021).

Penyiapan Bakteri Uji


Uji antibakteri yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga bakteri
uji yaitu Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Ketiga bakteri uji
tersebut disubkultur terlebih dahulu pada media Nutrient Agar (NA) selama 24 jam. Setelah itu,
diinokulasikan ke media Trypticase Soya Broth (TSB) dan diinkubasi selama 24 jam sebagai kultur
adaptasi. Setelah inkubasi 24 jam, 10% dari kultur tersebut diambil dan diinokulasikan pada media
TSB yang baru dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 18 jam.

Uji Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri dari isolat fungi endofit yang berhasil diisolasi dari daun
A. marina dilakukan dengan menanam potongan fungi endofit yang berukuran 1x1 cm di atas media
PDA yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji yang berbeda-beda untuk setiap cawan petri. Pada
setiap cawan petri berisi tiga potongan fungi endofit sebagai ulangan, dan dua paper disk yang masing-
masing mengandung kloramfenikol (kontrol positif) dan tidak mengandung kloramfenikol (kontrol

P ISSN: 2086 - 4604 26


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2) (2022) 25 – 31

negatif). Cawan petri tersebut diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC. Selanjutnya, dilakukan
pengamatan zona bening yang terbentuk di sekitar isolat dan diukur diameter zona bening tersebut
(Anggreani, dkk., 2019). Isolat fungi endofit yang menunjukkan hasil positif dilanjutkan dengan
fermentasi untuk memperoleh waktu terbaik menghasilkan senyawa antibakteri.

Fermentasi Fungi Endofit dan Uji Antibakteri


Setiap isolat fungi endofit yang memiliki aktivitas antibakteri pada tahap sebelumnya
difermentasi melalui fermentasi cair dengan media Potato Dextrose Broth (PDB). Fermentasi fungi
endofit ini bertujuan untuk mengetahui waktu optimum menghasilkan senyawa antibakteri yang tinggi.
Sebanyak 1 mL dari starter diinokulasikan ke PDB 50 mL. Fermentasi ini dilakukan selama 15 hari
sambil digojog dengan kecepatan agitasi 100 rpm pada suhu 37°C. Panen dilakukan pada hari ke-5, 10
dan 15. Pada setiap hari panen (5, 10 dan 15 hari), diambil 1 mL dari setiap kultur dan disentrifugasi
(1,000 rpm) selama 15 menit. Supernatan hasil sentrifugasi tersebut menjadi ekstrak kasar hasil
fermentasi fungi endofit yang akan diuji antibakteri. Pengujian dilakukan dengan metode sumuran.
Sumur dengan diameter 5 mm dibuat pada media PDA yang telah diinokulasi dengan bakteri uji
dengan cara swab. Selanjutnya, ekstrak kasar hasil fermentasi sebanyak 100 µL dimasukkan ke dalam
setiap sumur. Selanjutnya, kultur tersebut diinkubasi pada suhu 37°C dengan waktu inkubasi 24-48
jam (Kaharap, dkk., 2016). Semua perlakuan secara aseptik dan diulang sebanyak tiga kali untuk
setiap bakteri uji. Pengamatan dilakukan pada zona hambat yang berupa zona bening yang muncul di
sekeliling sumur.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Isolasi Fungi Endofit
Hasil isolasi pada penelitian ini adalah lima isolat fungi endofit yang berhasil diisolasi dari
tumbuhan mangrove A. marina dan telah dikarakterisasi morfologinya (Tabel 1). Secara makroskopis,
kelima isolat tersebut bervariasi dari warna, bentuk dan kecepatan pertumbuhannya. Pengamatan
secara mikroskopis isolat AVI.1 berwarna putih awan, permukaan kasar, terlihat serabut yang banyak,
pertumbuhan cepat (inkubasi hari ke-3 sudah memenuhi media) dan pengamatan secara mikroskopis
isolat AVI.1 memiliki hifa bersekat. Pengamatan secara mikroskopis isolat AVI.2 berwarna putih
keruh, permukaan datar, kasar serta tepi tidak rata, pada inkubasi hari ke-3 koloni sudah memenuhi
permukaan media (pertumbuhan cepat), dan secara mikroskopis isolat AVI.2 memiliki hifa yang
bercabang dan bersekat. Pengamatan secara makroskopis isolat AVI.3 memiliki koloni berwarna putih
dengan bercak hitam, permukaan halus dengan pertumbuhan cepat (inkubasi hari ke-3 sudah
memenuhi media) dengan arah pertumbuhan rata ke samping. Secara mikroskopis isolat AVI.3
memiliki hifa bercabang, bersekat dan transparan. Secara makroskopis isolat AVI.4 dengan koloni
berwarna abu-abu, seiring masa inkubasi warna koloni berubah menjadi abu-abu gelap sampai terihat
kehitaman, dan pertumbuhan koloni tebal, berserabut dengan tepi rata. Secara mikroskopis isolat
AVI.4 memiliki hifa bersekat, transparan dan bercabang. Secara makroskopis isolat AVI.5 memiliki
koloni berwarna keabu-abuan dengan bercak berwarna putih. Pertumbuhan cepat pada inkubasi hari-4
koloni sudah memenuhi seluruh permukaan media dan rata ke arah samping dan terlihat berserabut
banyak. Secara mikroskopis isolat AVI.5 memiliki hifa bercabang dan bersekat.
Mekanisme adaptasi dari endofit terhadap mikroekologi dan kondisi fisiologis yang spesifik
dari masing-masing tumbuhan inangnya (Jose & Christy, 2013; Nair & Padmavathy, 2014).
Keragaman fungi endofit sangat tinggi, dari satu jaringan tumbuhan dapat diisolasi fungi endofit lebih
dari satu jenis. Spesifisitas tumbuhan inang dan endofit mempengaruhi kondisi mikrohabitat yang

P ISSN: 2086 - 4604 27


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2) (2022) 25 – 31

tersedia untuk endofit dan hal ini menentukan kehadiran fungi endofit, komposisi endofit dan tingkat
infeksi inang yang ditempati oleh fungi endofit pada lokasi inang yang sama (Rosalina, dkk., 2018).

Tabel 1. Hasil Pemurnian Fungi Endofit dan Pengamatan Makroskopis


Gambar Isolat Pengamatan
Kode Mikroskopis
Pengamatan makroskopis
Isolat Depan Belakang (Perbesaran 400x)
AVI .1 Berwarna putih awan,
permukaan kasar, terlihat
serabut yang banyak,
pertumbuhan cepat (inkubasi
H-3 sudah memenuhi media)

AVI .2 Berwarna putih keruh,


permukaan datar, kasar serta
tepi tidak rata, pertumbuhan
cepat (inkubasi H-3 sudah
memenuhi media)

AVI .3 Berwarna putih dengan


bercak hitam, permukaan
halus dengan pertumbuhan
cepat (inkubasi H-3 sudah
memenuhi media)

AVI .4 Koloni berwarna abu-abu,


pertumbuhan koloni tebal,
cepat dan terlihat berserabut,
tepi rata

AVI .5 Koloni berwarna keabu-


abuan dengan bercak
berwarna putih, pertumbuhan
cepat dan rata kearah
samping, terlihat berserabut
banyak.

Uji Antibakteri dari Isolat Fungi Endofit


Uji antibakteri pada penelitian ini menggunakan bakteri uji E. coli, S. aureus dan
P. aeruginosa. Kelima isolat fungi endofit A. marina diujikan terhadap ketiga bakteri uji tersebut.
Hasil uji menunjukkan kelima isolat fungi endofit A. marina yang diperoleh memiliki kemampuan
antibakteri dengan adanya zona bening di sekeliling fungi endofit yang ditanam pada media dengan
bakteri uji (Gambar 1). Diameter zona bening yang dihasilkan oleh setiap isolat fungi endofit
bervariasi terhadap masing-masing bakteri uji (Tabel 2).

P ISSN: 2086 - 4604 28


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2) (2022) 25 – 31

E.coli S. aureus P. aeuriginosa


AVI.1

AVI.2

AVI.3

AVI.4

AVI.5

Gambar 1. Zona Bening di sekitar Fungi Endofit pada Media dengan Bakteri Uji.

Tabel 2. Diameter Zona Bening


Diameter Zona Bening (Rerata ± Standar Deviasi)
Kode Isolat (mm)
E. coli S. aureus P. aeruginosa
Kontrol (+) 26.13±2.26 27.73±1.53 24.87±2.03
Kontrol (-) - - -
AVI.1 25.00±0.00 32.00±2.65 26.00±1.00
AVI.2 10,00±0.00 22.33±1.53 24.67±0.58
AVI.3 15.00±0.00 22.33±2.08 26.00±1.00
AVI.4 11.00±3.61 21.00±2.65 24.67±5.03
AVI.5 10.33±0.58 27.33±0.58 29.33±4.04
Keterangan : K+ = Kontrol positif (kloramfenikol)
K- = Kontrol negatif (akuades steril)

P ISSN: 2086 - 4604 29


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2) (2022) 25 – 31

Diameter zona bening yang dihasilkan fungi endofit A. marina terhadap bakteri uji E. coli
berkisar dari 10.00-25.00 mm, terhadap bakteri uji S. aureus berkisar dari 21.00-32.00, sedangkan
terhadap bakteri uji P. aeruginosa berkisar antara 24.67-29.33 mm (Tabel 2). Berdasarkan diameter
zona bening yang menunjukkan zona penghambatan tersebut, terdapat kriteria penghambatan yaitu
kriteria kuat apabila diameter lebih dari 20 mm, kriteria sedang apabila diameter berada dikisaran 11-
20 mm, dan termasuk kriteria lemah apabila diameter berada di kisaran 5-10 mm.
Beberapa isolat fungi endofit A. marina menunjukkan penghambatan yang kuat terhadap
ketiga bakteri uji. Untuk kelima isolat termasuk kriteria penghambatan kuat terhadap bakteri uji S.
aureus dan P. aeruginosa, sedangkan untuk bakteri uji E.coli hanya isolat AVI.1 yang termasuk
penghambatan kuat. Isolat AVI.1 dengan diameter zona hambat 25 mm dan 32 mm terhadap bakteri
E. coli dan S. aureus secara berturut-turut (Tabel 2).
Perbedaan kriteria penghambatan dari isolat-isolat yang diperoleh dapat disebabkan oleh
adanya perbedaan kemampuan setiap isolat fungi endofit dalam menghasilkan senyawa metabolit
sekunder maupun antibiotik. Selain itu, komposisi dinding sel setiap bakteri uji juga ikut
mempengaruhi penghambatan dari senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh fungi endofit.

Waktu Fermentasi Isolat Fungi Endofit Menghasilkan Penghambatan Terbaik


Isolat AVI.1 menunjukkan zona hambat yang termasuk kategori kuat terhadap ketiga bakteri
uji, sehingga isolat ini dilanjutkan pada proses fermentasi selama lima belas hari dan setiap lima hari
(hari ke-5, ke-10, dan ke-15) dipanen dan diuji kemampuan antibakterinya. Isolat AVI.1 memiliki
potensi menghasilkan senyawa antibakteri dan dilanjutkan untuk proses fermentasi untuk melihat
waktu optimum menghasilkan senyawa antibakteri yang tinggi.

Gambar 2. Optimasi Waktu Fermentasi Isolat AVI.1.

Hasil optimasi waktu fermentasi terbaik untuk antibakteri dari isolat fungi endofit AVI.1
terhadap ketiga bakteri uji menunjukkan waktu fermentasi lima hari adalah yang terbaik dari sepuluh
dan lima belas hari (Gambar 2). Fase eksponensial (pertumbuhan) mulai terjadi pada 5 hari fermentasi
sampai 10 hari fermentasi. Diameter zona bening mengalami peningkatan dan masuk dalam kategori
sedang bahkan isolat AVI.1 memperlihatkan aktivitas antibakteri yang kuat terhadap bakteri S. aureus
dengan rerata zona bening 20.67. Pada fase ini isolat dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Pada kondisi kultur yang optimum, sel mengalami reaksi metabolisme (Hasanah, 2018). Isolat fungi
endofit AVI.1 sangat menjanjikan untuk dikembangkan dalam pengembangan senyawa antibakteri
atau antibiotik. Kemampuan menghasilkan senyawa antibakteri tertinggi pada ketiga bakteri uji
diperoleh pada fermentasi lima hari, artinya hasil terbaik dari isolat ini tidak dibutuhkan waktu yang
lama (10 atau 15 hari).

P ISSN: 2086 - 4604 30


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan 13 (2) (2022) 25 – 31

KESIMPULAN
Isolasi fungi endofit dari tumbuhan mangrove A. marina berhasil diperoleh lima isolat fungi
yang memiliki kemampuan antibakteri terhadap bakteri E. coli, S. aureus dan P. aeruginosa. Isolat
AVI.1 merupakan isolat yang menjanjikan untuk dikembangkan dalam pengembangan senyawa
antibakteri dengan waktu fermentasi tersingkat dan penghambatan yang kuat terhadap ketiga bakteri
uji.

DAFTAR PUSTAKA
Alvarez-Martinez, F.J., Barrajon-Catalan, E., and Micol, V., 2020. Tackling Antibiotic Resistance with
Compounds of Natural Origin: A Comprehensive Review. Biomedicines. 8(405).
Anggreani, V., J., Titis, S., W., Herni, K. dan Dewi, K., 2019. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Mikroalga
Thalassiosira sp. Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan
Propionibacterium acne. Jurnal Kimia Riset. 4(1): 62-73.
Desriani, D., Masriza I. P. E., dan Fajrina, A., 2019. Senyawa Antimikroba dari Jamur Endofit
Trichoderma Koningiopsis Sakb1 yang Diisolasi dari Tanaman Mangrove Sonneratia alba.
Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 6(2): 78-84.
Hasanah, U., 2018. Kurva Pertumbuhan Jamur Endofit Antijamur Candida dari Tumbuhan Raru
(Cotylelobium melanoxylon) Genus Aspergillus. Jurnal Biosains. 4(2): 102-107.
Hasiani, V.V., Ahmad, I., dan Rijai, L., 2015. Isolasi Jamur Endofit dan Produksi Metabolit Sekunder
Antioksidan Dari Daun Pacar (Lawsonia inermis L.). Jurnal Sains dan Kesehatan. 1(4): 146-
153.
Jose, A.C., and Christy, P.H., 2013. Assessment of Antimicrobial Potential of Endophytic Bacteria
Isolated from Rhizophora mucronata. Int J Curr Microbiol App Sci. 2(10):188-194.
Kaharap, A. D., Mambo. C., dan Nangoy, E., 2016. Uji Efek Antibakteri Ekstrak Batang Akar Kuning
(Arcangelisia flava Merr.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
Jurnal e-Biomedik. 4(1): 56-50.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. 2019. Hasil Utama Riskesdas 2018 by Kemenkes RI.
https://kesmas.kemkes.go.id/ diakses tanggal 1 Agustus 2022.
Kuncoro, H., dan Sugijanto, N. E., 2011. Jamur Endofit, Biodiversitas, Potensi dan Prospek
Penggunaannya Sebagai Sumber Bahan Obat Baru. J. Trop. Pharm. Chem. 1(3): 251-265.
Nair, D. N., and Padmavathy, S., 2014. Impact of Endophytic Microorganisms on Plants, Environment
and Humans. The Scientific World Journal. 1-12.
Nawea, Y., Mangindaan, R. E. P., dan Bara, R. A., 2017. Uji Antibakteri Jamur Endofit dari
Tumbuhan Mangrove Sonneratia alba yang Tumbuh di Perairan Pantai Tanawangko. Jurnal
Pesisir dan Laut Tropis. 1(1): 24-35.
Pasappa, N., Pelealu, J. P., dan Tangapo, A. M., 2022. Isolasi dan Uji Antibakteri Jamur Endofit
Tumbuhan Mangrove Soneratia alba di Pesisir Kota Manado. Pharmacon. 11(2): 1430-1437.
Ramadhanty, M. A., dan Lunggani, A. T., 2021. Isolasi Bakteri Endofit Asal Tumbuhan Mangrove
Avicennia marina dan Kemampuannya Sebagai Antimikroba Patogen Staphylococcus aureus
dan Salmonella typhi Secara In Vitro. Journal of Tropical Biology. 4(1): 16-22.
Rosalina, R., Ningrum, S. R., dan Prima, A. L., 2018. Aktifitas Antibakteri Ekstrak Jamur Endofit
Mangga Podang (Mangifera indica L.) Asal Kabupaten Kediri Jawa Timur. Jurnal Biologi
Biosfera. 35(3): 139-144.

P ISSN: 2086 - 4604 31


E ISSN: 2549 - 8819
© 2022 Departemen Biologi FMIPA Unhas

Anda mungkin juga menyukai