Proposal E.M.Usran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

RESOLUSI GURU PAI TENTANG TANTANGAN DALAM

MENGAJARKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITALISASI 4.0 DI MTS DDI


WAEPUTE
DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.......................................................................................................3
A. Latar belakang........................................................................................................3
B. Rumusan masalah..................................................................................................6
C. Ruang lingkup penelitian.......................................................................................6
D. Tujuan dan kegunaan penelitian............................................................................7
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................................8
A. Guru Pendidikan Agama Islam..............................................................................8
B. Kompetensi Guru.................................................................................................11
C. Tantangan yang Dihadapi Guru PAI....................................................................14
D. Era Globalisasi Industri 4.0..................................................................................16
E. Kajian Penelitian Terdahulu.................................................................................19
BAB III Metodologi Penelitian......................................................................................22
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................22
B. Setting Penelitian.................................................................................................23
C. Informan Penelitian..............................................................................................23
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................23
E. Teknik Analisis Data............................................................................................25
daftar pustaka.....................................................................................................................27
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pesatnya kemajuan ilmu dan teknologi serta komunikasi semakin mempercepat


proses globalisasi di muka bumi bersamaan dengan itu, muncul masa atau zaman baru
pasca adanya globalisasi, yaitu era millenial. Secara tidak langsung, munculnya era
millenial menjadi sebentuk tantangan sekaligus menjadi sebuah harapan bagi semua
orang. Pada satu sisi, era millenial memunculkan generasi yang hidup tanpa jarak, ruang
dan waktu yang menghalanginya. Dalam satu genggaman; ruang, jarak dan waktu dapat
dilampaui secara singkat. Jika tidak memiliki filter dan kontrol yang kuat terhadap
perkembangan era millenial, bukan tidak mungkin generasi ini akan terpapar millenial
effect, yakni dengan berbasiskan kecanggihan teknologi membuat sesuatu yang
menyenangkan, mengagunkan dan lain sebaginya. Pada kondisi yang demikian, Nata
memprediksikan jika manusia akan cenderung berbuat bebas dengan mengesam-pingkan
landasan spiritual, moral dan agama.1
Segala informasi diserap dan didapatkan melalui kecanggihan teknologi dan
komunikasi, sehingga mengharuskan mereka untuk selalu on alat komunikasi. Apabila
tidak terbiasa atau tidak menggunakan alat komunikasi, maka orang tersebut akan
dipersepsikan jauh dari informasi yang up to date. Hal ini dikarenakan era milenial
menuntut kecepatan dan kemudahan dalam mengakses informasi. Selanjutnya, generasi
millenial dalam aktivitas kehidupan seharihari memiliki sifat dan prilaku yang berbeda
dari generasi yang sebelumnya. Menurut Faturohman dalam Barni, ada tujuh sifat dan
prilaku dari generasi millenial, yaitu; generasi ini lebih mempercayai informasi interaktif
ketimbang informasi searah, generasi millenial lebih memilih telpon seluler (ponsel)
ketimbang TV, generasi millenial wajib memiliki medsos (media sosial), generasi
millenial kurang minat membaca secara konvensional, generasi millenial lebih melek
teknologi ketimbang orang tua mereka, generasi millenial cenderung tidak loyal namun
bekerja efektif, serta generasi millenial mulai banyak melakukan transaksi secara
cashless.2
Berdasarkan uraian di atas, memasuki ruang atau era millenial menjadi sebuah
keniscayaan bagi setiap orang yang ada pada abad 21 ini. Semua ranah dan
wilayahwilayah kehidupan telah dan akan bergumul serta bersinggungan dengan
millenial effect. Salah satunya adalah bidang pendidikan Islam; siap atau pun tidak,
pendidikan Islam harus melewati fase millenial ini. Untuk itu, pendidikan Islam mesti
mempersiapkan segala sesuatunya dalam menghadapi dan mengarungi era millenial.
Proses pendidikan Islam yang menggunakan paradigmaparadigma yang tidak relevan
dengan aktivitas millenial, baiknya dikaji dan diformat ulang. Efek positif era millenial
dapat diadopsi dan digunakan untuk merekonstruksi paradigma pendidikan tersebut.
Dengan catatan, subtansi yang ada tidak lari dari referensi utama pendidikan Islam, yaitu
Al-Qur’an dan Hadis. Selain itu, perubahan paradigma (shifting paradigm) pendidikan
1
1Venti Eka Satya,Strategi Indonesia menghadap Industri 4.0, Jurnal Info Singkat, vol. 10, N0.
09,Mei 2018, h 20
2
Hoedy Prasetyo dan Wahyudi Sutopo, Industri 4.0: Telaah Klasifikasi aspek dan arah
perkembangan riset, Jurnal Teknik Industri, Vol. 13, No. 01, h 17.
Islam tidak kontradiksi dengan cita-cita reformasi pada masyarakat Indonesia. 3 Adapun
cita-cita era reformasi tidak lain tidak bukan adalah membangun suatu masyarakat
madani Indonesia. Berkaitan dengan itu, idealnya arah baru paradigma pendidikan Islam
diarahkan pada terbangun dan terciptanya masyarakat madani Indonesia di era millenial.
Secara tidak langsung, era millenial menuntut pendidikan Islam untuk berbenah. Paling
tidak mengupayakan pembaharuan paradigma yang berorientasi pada masa depan dengan
tidak meninggalkan subtansinya. Misalkan saja mengoperalih paradigma dari pendidikan
sentralisasi ke paradigma pendidikan desentralisasi. Dari sinilah akan muncul pendidikan
Islam yang kaya dalam keberagaman. Selain itu, konsep kesetaraan antara sektor
pendidikan dengan sektor lain dalam sebuah proses pendidikan perlu dilakukan.
Misalnya, pendidikan yang berorientasi pada rekonstruksi sosial, pendidikan dalam
rangka pemberdayaan pada umat dan bangsa, pemberdayaan insfrastruktur sosial untuk
kemajuan pendidikan Islam. Pembentukan kemandirian dan pemberdayaan untuk
mencapai keunggulan, penciptaan iklim yang kondusif untuk tumbuhnya toleransi dan
konsensus dalam kemajemukan. Berdasarkan pada pandangan ini, maka diperlukan
perencanaan terpadu secara horizontal (antar sektor) dan vertical
Era Revolusi Industri 4.0 ini diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial
intelligence), rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan inovasi. Perubahan
tersebut terjadi dalam kecepatan eksponensial yang akan berdampak terhadap ekonomi,
industri, pemerintahan, dan politik, pada era ini semakin terlihat wujud dunia yang telah
menjadi kampung global.3 Istilah industri 4.0 lahir dari ide revolusi industri ke empat,
European Parliamentary Research Service menyampaikan bahwa revolusi industri terjadi
empat kali. Industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 di mana penemuan
mesinuap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia, revolusi yang kedua
terjadi pada akhir abad ke-19 di mana mesin- mesin produksi yang ditenagai oleh listrik
digunakan untuk produk secara masal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomatis
munafaktur mulai 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. 4 Revolusi industri ke 4
saat ini, yang telah dimulai tahun 2000an, membuat berkembang utamaya pada sistem
produksi siber-fisik (cyberphysical).
Ciri khas revolusi generasi ini adalah banyaknya tenaga manusia yang sudah
digantikan oleh robot yang telah dikendalikan oleh komputer. Dunia pendidikan tentunya
mempunyai tantangan tersendiri dalam menyikapi perubahan ini. Oleh karena itu,
diperlukan reformulasi proses pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Pemanfaatan teknologi tentunya tidak bisa dihindari karena memang sudah zamannya,
guru senantiasa dituntut untuk update tentang perubahan ini agar mampu menyiapkan
siswa menghadapi perubahan.3 Kemampuan berpikir kritis telah menjadi salah satu
tujuan dari pendidikan yang harus dicapai, hal ini dikarenakan berpikir kritis
menunjukkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan telah berperan dalam
perkembangan moral, perkembangan sosial, dan terutama pada perkembangan sains. 5 At-

3
Yus Mochhamad Cholily, Dkk, Pembelajaran di era revolusi industri 4.0program study
matematika Universitas Muhammadiyah Malang, Seminar Nasional Penelitian Pendidikan Matematika,
2019, h 1.
4
Ahmad Walid, Profil kemampuan berfikir kritis siswa kelas VIII SMP Pada mata pekajaran
IPA, Jurnal riset dan teknologi pendidikan, Vol.3 No.1 Januari 2020, h 2.
5
Susanna, Kepribadian guru PAI dan tantangan globalisasi, Jurnal Mudarrisuna, h 377
Taumy OM mendefenisikan pendidikan adalah perubahan yang dinginkan melaui proses
pendidikan, baik pada tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya, pada kehidupan
masyarakat dan alam sekitar maupun pada proses pendidikan dan pengajaran itu sendiri
sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai proporsi antara profesi asasi dalam masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti tarik kesimpulan bahwa pendidikan
adalah perubahan yang diinginkan dan terjadi secara sistematis melalui proses
pendidikan. Perubahan tersebut baik pada tingkah laku, kehidupan pribadi, pengetahuan
dan keterampilan individu.
Pendidikan atau guru sesungguhnya tidak pernah berubah baik di masa klasik
maupun di masa modern, meskipun pada masa modern persepsi guru sudah mulai goyah
dan rapuh. Di antara mereka, banyak yang hanya menjadi petugas semata yang mendapat
gaji baik dari negara maupun orgaisasi dan lebih banyak menyentuh aspek kecerdasan
aqliyah (aspek kognitif) dan kecerdasan jasmaniyah (aspek psiomotorik) dan kurang
memperhatikan aspek kecerdasan lainnya. Di antara dampak negatifnya adalah lahirnya
siswa yang cerdas dan terampil tetapi masih banyak yang tawuran, berkelahi,
memperkosa, pemaksaan kehendak, dan lain-lain. 6 Oleh sebab itu pentingnya guru agama
Islam dalam penguatan pendidikan karakter dan akhlak pada siswa akan berdampak pada
kehidupan nanti sebagai penerus bangsa yang akan bijaksana dalam menggunakan
teknologi sebagai bagian dari revolusi industry. Dari berbagai problem global dan
lokalitas yang terjadi, beberapa hal yang perlu mendapat perhatian serius adalah dampak
negatif dari globalisasi dengan munculnya pergaulan global atau pergaulan tanpa batas,
penipuan, perampokan, dan pencurian, korupsi, kolusi,dll.7
Diantara tantangan guru PAI dalam menghadapi arus globalisasi yakni, pertama.
Krisis Moral; akibat pengaruhnya IPTEK dan Globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-
nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kedua, Krisis Sosial; kriminalitas,
kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yag terjadi dalam masyarakat, akibat
perkembangan industri dan kapitalismemaka muncul masala-masalah yang ada dalam
masyarakat. Ketiga, Perkembangan IPTEK; perkembangan iptek yang cepat dan
mendasar mendorong guru harus bisa menyesuaikan diri dengan, responsif, arif, dan
bijaksana.8 Perkembangan IPTEK dipengaruhi oleh kemampuan sumber daya manusia
melakukan inovasi agar mampu bersaing dalam era persaingan global, sehingga menuntut
kemampuan berfikir tingkat tingg. Pada saat pemerintah memutuskan untuk beradaptasi
dengan sistem Industri 4.0, maka pemerintah juga harus memikirkan
keberlangsungannya. Jangan sampai sistem industri digital ini hanya menjadi beban
karena tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Seperti halnya ketika ada ujian guru
sertifikasi banyak guru yang mengeluh tentang adanya ujian teknologi karena banyak
yang belum menguasai.9

6
Muhammad Nasir, Profesionalisme guru agama Islam (sebuah upaya peningkatan mutu melalui
LPTK), Jurnal dinamika Ilmu, Vol. 13, No.02, Desember 2013, h 192.
7
Farida Asyari, Tantangan guru PAI memasuki era revolusi industri 4.0 dalam meningkatkan
akhlaq siswadi SMK Pancasila kubu raya Kalimantan Barat, h217.
8
Muhammad Nasir, Profesionalisme guru agama Islam (sebuah upaya peningkatan mutu melalui
LPTK), h 191.
9
Susanna, Kepribadian guru PAI dan tantangan globalisasi h 395.
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa dapat peneliti simpulkan bahwa tantangan
yang dihadapi guru PAI di era globalisasi ini ada tiga aspek yang pertama krisis moral,
kedua krisis sosial, dan ketiga perkembangan IPTEK. Dengan adanya tantangan tersebut
membuat guru PAI harus bisa menghadapi perubahan globalisasi dengan bijak.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja tantangan di era digital bagi guru PAI di Mts DDI Waepute?
2. Bagaimana upaya guru PAI menghadapi tantangan perubahan era digital di
Mts DDI Waepute?

C. Ruang lingkup penelitian

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih terarah, terfokus, dan menghindari
pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasi variabelnya. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Adapun tantangan guru PAI yaitu:
a. Melek Digital
b. Inovasi Metode
c. Perkembangan IPTEK
d. Krisis Moral
e. Krisis Sosial
2. Adapun Perubahan Era Digital dalam Dunia Pendidikan yaitu:
a. Visi,Misi
b. Tujuan
c. Kurikulum
d. Proses Belajar
e. Pendidik
f. Peserta Didik
g. Menajemen
h. Sarana dan Prasarana

D. Tujuan dan kegunaan penelitian

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja tantangan di era globalisasi industri 4.0 bagi guru
PAI di Mts DDI Waepute
2. Untuk mengetahui bagaimana upaya guru PAI menghadapi tantangan
perubahan globalisasi 4.0 di Mts DDI Waepute
Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
Diharapkan mampu menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan dalam dunia
pendidikan pada umumnya sebagai pendorong bagi kalangan pendidikan dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan meningkatkan hasil belajar melalui
internet untuk kemajuan dunia pendidikan.
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dan dapat
dijadikan sebagai sebuah rujukan yang lebih kongkrit apabila nantinya berkecimpung
dalam dunia pendidikan.
b. Bagi lembaga STAI DDI Mangkoso: sebagai dokumen yang dapat dijadikan
sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas calon pendidik khususnya
untuk Fakultas Tarbiyah dan Tadris di STAI DDI Mangkoso.
c. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan
tentang media pembelajaran PAI berbasis teknologi informasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Guru Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang


diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sehari-hari. Pendidikan dalam
islam disebut dengan istilah tarbiyah yang diambil dari fi’ilmadli-nya (rabbayani) maka
ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan, memelihara, membesarkan dan menjinakkan.10
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan latihan.18
Pendidikan yang dilaksanakan pemerintah bukan saja sifatnya sementara akan tetapi
pendidikan itu berlagsung seumur hidup yang lebih dikenal dengan “Long Life
Education”, pendidikan sebagai suatu sistem yang memiliki komponen- komponen yang
saling memperngaruhi, komponen yang sangat penting dari komponen lainnya dalam
pendidikan adalah guru. Dikatakan demikian sebab berpengaruh besar dalam usaha
mencapai pendidikan.11
Adapun menurut pendapat beberapa para ahli pengertian pendidikan adalah
sebagai berikut:
Menurut Bukhari Umar mengatakan pendidikan adalah suatu sistem atau proses
yang melibatkan berbagai kompenen. Sedangkan menurut AtTaumy OM mendefenisikan
pendidikan adalah perubahan yang diinginkan melalui proses pendidikan, baik pada
tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya, pada kehidupan masyarakat dan alam
sekitar maupun proses pendidikan dan pengajaran itu sediri sebagai suatu aktivitas asasi
dan sebagai proporsi asasi masyarakat. Aktivitas kependidikan Islam timbul sejak ada
nya manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat yang pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw adalah bukan perintah tentang salat, puasadan
lainnya, tetapi justru perintah iqra’ (membaca, merenungkan, menelaah, meneliti atau
mengkaji) atau perintah untuk mencerdaskan kehidupan manusi ayang merupakan inti
dari aktivitas pendidikan. Esensi pendidikan adalah adanya proses transfer nilai,
pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi
muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam maka akan
mencakup dua hal: mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau
akhlak Islam dan mendidik siswa- siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam subjek
berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.12
Guru agama adalah seorang guru biasa disebut ustadz, mu’allim, murabbiy,
mursyid, mudarris, dan muaddib, yang artinya orang yang memberikan ilmu pengetahuan
dengan tujuan mencerdaskan dan membina akhlak peserta didik agar menjadi orang yang
berkepribadian baik. Dari pengertian diatas jelas bahwa Guru Pendidikan Agama Islam
10
Ali Mahsun, Pendidikan islamarus globalisasi ... h260.
11
Mh Hambali, Manajemen pengembanganguruPAI h70.
12
Susanna, Kepribadian guru PAI dantantanganglobalisasi h380.
berarti orang pilihan yang pekerjaannya mengajarkan ilmu agama Islam dengan memiliki
pengetahuan serta perilaku yang dapat dipercaya dan diyakini kebenarannya juga menjadi
suri teladanbagipeserta didiknya.Dalam rangka membentuk insan kamil ini diperlukan
adanya proses belajar sebagaimana dijelaskan bahwa belajar adalah salah proses dalam
pendidikan sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Az-Zumar

Artinya: (apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada
(azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-
orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya
orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.13
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sehari-hari. 14 Didalam program
pembangunan Nasional dinyatakan bahwa keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa merupakan asas yang harus ditetapkandan dipegang teguh dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Semua usaha dan kegiatan pembangunan
nasional dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan spiritual dan akhlak
dalam pembangunan nasional. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.15 Pendidikan dalam islam disebut dengan istilah
tarbiyah yang diambil dari fi’ilmadli-nya (rabbayani) maka ia memiliki arti
memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan,
mengembangkan, memelihara, membesarkan dan menjinakkan. Selanjutnya secara umum
pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan
kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu atau lebih tepat membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sehari-hari.
Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah,
ta’alim, ta’adib. Masing-masing istilah tersebut memilki keunikan makna tersendiri
ketika semua atau sebagian disebut bersamaan. Jika istilah tarbiyah diambil dari
fi’ilmadli-nya (rabbayani) maka ia memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung,
memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan dan
menjinakkan.

13
Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Departemen Agama RI. (Bandung: Percetakan Diponegoro,
2005). h. 378
14
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 2.
15
Farida Asyari, Tantangan Guru PAI memasuki era revolusi,h ... 214.
Pemahaman ini diambil dari ayat Al-Qur’an yaitu QS. Al-Isra‟:24

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".16
Ayat ini menunjukkan pengasuhan dan pendidikan orang tua kepada anak-
anaknya, yang tidak saja mendidik pada domain jasmani saja akan tetapi juga domain
rohani. Tarbiyah dapat juga diartikan dengan “proses transformasi ilmu pengetahuan dari
pendidik (rabbani) kepada peserta didik agar ia memiliki sikap dan semangat yang tinggi
dalam memahami dan semangat yang tinggi dalam memahami dan menyadari
kehidupannya, sehingga terbentuk ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian yang luhur. 17
Abdur Rahman Al-Bani menyimpulkan bahwa mendidik (tarbiah) memiliki empat unsur
yaitu: 1) Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa atau baligh. 2)
Mengembangkan seluruh potensi dan bakat anak sesuai kekhasan masing-masing. 3)
Mengarahkan seluruh potensi dan bakat anak agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.
4) Proses tersebut di atas harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan konsep sedikit
demi sedikitnya AlBaidawi dan perilaku demi perilakunya al-Raghib. Kegiatan agama
dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan
berbuat, memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung
pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim adalah pengertian pendidikan
Islam.Penggunaan istilah ta‟lim untuk menyatakanpendidikan dalam Islam, didasarkan
pada penggunaan kata kerja „allama dalam beberapa ayatal- Qur’an dengan Allah Swt
sebagai fa’il atau pelaksana dari “kerja” tersebut, dan manusia sebagai maf’ul (sasaran)
atau objek dari kata kerja tersebut sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.al-Alaq:1-5.
Ayat Al-Quran ini merupakan wahyu pertama diturunkan oleh Allah SWT,
dengan perintah untuk membaca atau belajar da menegaskan bahwa Dia telah
mengajarkan kepada manusia tentang AL-Quran beserta isinya. Istilah ta’lim
mengandung makna sebagai proses memberi pengetahuan, pemahaman, tanggung jawab
dan penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan dirinya dalam kondisi siap untuk
menerima hikmah serta mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan
berguna bagi dirinya. Istilah ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata kerja Addaba
yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki, juga memberikan tindakan.Disamping itu,
kata ta’dibyangberasal darikata dasar Addaba berartiakhlak, sopan santun atau budi
pekerti. Dengan demikian, pendidikan Islam yang pada dasarnya merupakan usaha untuk
melatih dan menanamkan akhlak mulia pada anakanak, disebut sebagai ta’dib.18
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam
yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. Pendidikan islam berarti upaya
sadar untuk mempersiapkan manusia melalui proses yang sistematis, dengan
membangkitkan kesadaran diri manusia yang sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam arti

16
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, h. 11 30Al-Qur‟an dan
Terjemahannya. Departemen Agama RI. (Bandung: Percetakan Diponegoro, 2005). h. 375
17
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir,IlmuPendidikan h.12
18
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 27.
sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.Sejalan
dengan ini pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilainilai yang
ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.19

B. Kompetensi Guru

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, atau karakteristik yang


berhubungan dengan tingkat kinerja suatu pekerjaan seperti pemecahan masalah,
pemikiran analitik, atau kepemimpinan. Lebih dari itu kompetensi menawarkan suatu
kerangka kerja organisasi yang efektif dan efesien dalam mendayagunakan sumber-
sumber daya yang terbatas.Kompetensi berasal darikata competency, yang berarti
kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus Bahasa Indonesia, kompetensidapat
diartikan (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.
Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki
seorang guru dalam menjalankan profesinya. Jelas bahwa seorang guru dituntut memiliki
kompetensi atau kemampuan dalam ilmu yang dimilikinya, kemampuan penguasaan mata
pelajaran, kemampuan berinteraksi sosial baik dengan sesama peserta didik maupun
dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.20
Beberapa makna dari istilah kompetensi,yaitu:
1. Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh
melalui pendidikan, kompetensi menunjukkan penampilan dan perbuatan yang
rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas- tugas
kependidikan.
2. Kompetensi adalah menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun kuantitatif.
3. Kompetensi merupakan suatu tugas yang memadai atas kepemilikan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan
seseorang.
4. Kompetensi juga berarti sebagai pengetahuan, keterampilan dan nilai- nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
Pengertian kompetensi ini, jika digabungkan dengan sebuah profesi yaitu guru
atau tenaga pengajar, maka kompetensi guru mengandung arti kemampuan seorang guru
dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak atau
kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesikeguruannya. Pengertian
kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri
guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.21
Sosok utuh seorang lulusan program pendidikan profesi guru termasuk dalam
hal ini guru Pendidikan Agama Islam (PAI) secara generik tertuang dalam Standar
19
Ali Mahsun, Pendidikan islamarus globalisasi ... h26.
20
Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan ... h. 1
21
Fuad Ihsan. Dasar-Dasar Kependidikan. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 1.
Kompetensi Guru (Permenno. 16 tahun 2007). Kompetensi guru tersebut semula disusun
secara utuh, namun pada akhir proses peresmiannya menjadi peraturan menteri,
diklasifikasikan kedalam 4 kategori kompetensi dengan judul seperti tertera pada
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi inti guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dijabarkan sebagai berikut:22
1. Komptensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh guru
berkenaan dengan karekteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, hal ini tersebut berimplikasi
bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik karena peserta didik meiliki karakter, sifat, dan
keterkaitan yang berbeda. Dilihat dari segi proses pembelajaran, kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik. Hal ini harus mampu diwujudkan oleh setiap guru untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kompetensi pedagogik meliputi sub-sub kompetensi seperti: (1)
memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural,
emosional dan intelektual, (2) memahami latar belakang keluarga dan
masyarakat peserta didikdan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan
budaya, (3) memahami gaya belajar dan kesulitan belajar pesertadidik, (4)
memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, (5) menguasai teori dan
prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik,(6) mengembangkan
kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, (7)
merancang pembelajaran yang mendidik, (8) melaksanakan pembelajaran yang
mendidik, (9) mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.23
2. Kompetensi kepribadian
Kepribadian merupakan keseluruhan aspek pribadi yang ditampakkan
seseorang dalam caranya berbuat, berpikir, mengeluarkan pendapat, bersikap,
berminat, filsafat hidup, serta kepercayaannya. Oleh karena itu, kepribadian
seseorang dapat diukur berdasarkan caranya berbuat, cara berpikirnya, caranya
berpendapat, sikap yang ditunjukkan, minatnya terhadap sesuatu, falsafah
hidup dan kepercayaan yang dianutnya. Jadi tingkah laku sesorang dapat
terlihat dari kepribadian yang ditunjukkan dam kehidupan sehari-harinya
dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan masyarakat.24
Kepribadian adalah akhlak,berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik berkepribadian yang mantap, keperibadian guru
memiliki perandan fungsi yang sangat pentingdalam membentuk kepribadian
anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM)

22
Himma Dewiyana, Kompetensi dan kurikulum perpustakaan: paradigma baru dan dunia kerja
di era globalisasi informasi, Jurnal studi perpusakaan dan informas, Vol.2, No.1, Juni 2006, h22.
23
Ferealys Novauli. M, Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Pada SMP Negeri
Dalam Kota Banda Aceh, (Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, ISSN
2302-0156, 2015) h. 46
24
Muh. Hammbali, Menejemen pengembangan kompetensi h 72.
serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada
umumnya.25 Kompetensi kepribadian,kompetensi ini meliputi; a) bertindak
sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia, b) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia,
dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menampilkan diri sebagai
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menunjukkan etos
kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya
diri, menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
3. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial adalah keahlian guru melakukan komunikasi,
bekerjasama, bergaul, simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan.
Keahlian guru itu harus mampu beradaptasi dengan warga sekolah,
kemampuan ini juga akan memperkuat iklim pembelajarn yang kondusif antara
guru dengan murid dan guru dengan wali murid.26 Kompetensi sosial terkait
dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kompetensi sosial meliputi sub kompetensi: (1) berkomunikasi
secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat, (2) berkontribusi
terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, (3)
berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan ditingkat lokal, regional,
nasional dan global, (4) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk berkomunikasi dan pengembangandiri.
4. Kompetensi Profesionalisme
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam pelaksaan dan perencanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai
tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan
pelajaran.27Keempat, kompetensi professional. Kompetensi ini meliputi :
a. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuanyang
mendukung mata pelajaran yangdiampu.
b. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/
bidang pengembangan yangdiampuh.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secarakreatif.
d. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan diri. Penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus
dimiliki setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti
25
Anggun Wulan Fajriana, Tantangan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam
di era milennial, Jursnal Pendidikan Islam, Vol.2, No.2, 2019, h 255.
26
Agus Wandi, Urgensi Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Upaya Pengembangan Moral
Peserta Didik di SDN 6 Kalosi Kecamatan Duapitue Kabupaten Sidrap, (Makasar: Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar, 2017), h 15
27
Susanna, Kepribadian guru PAI dan tantangan globalisasi, Jurnal Mudarrisuna, Vol 4, No 2
(Juli-Desember 2014), h 378
yang disyaratkan Undang-Undang Guru. Kompetensi guru dapat diartikan
sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan
dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung-jawab yang dimiliki seorang
guru dalam menjalankan profesinya. Dalam membaca standar kompetensi
tersebut catatan berikut harus diperhatikan: Sebagai guru Pendidikan Agama
Islam (PAI) profesional, penguasaan bidang studi tidak bersifat terisolasi.
Dalam melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi terintegrasi dengan
kemampuan memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang mendidik dan mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran Sebagai seorang profesional, guru harus mengenal siapa dirinya,
kekuatan, kelemahan, kewajiban dan arah pengembangan dirinya. Dunia yang
selalu berubah menyebabkan tuntutan yang dinamis pula terhadap kecakapan
guru. Karenanya guru harus pandai memilih strategi yang efektif untuk
mengembangkan diri secara terus menerus.28

C. Tantangan yang Dihadapi Guru PAI

Globalisasi telah merubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga
masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari
arus globalisasi. Tugas dan peran guru PAI dari hari kehari semakin berat, seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai guru PAI tentuakan semakin
berat dalam menghadapi perkembangan globalisasi yang semakin pesat karena dalam
perkembangan itu berdampak pada pergeseran nilai-nilai, sehingga sebagai guru PAI
harus mampu mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah arus
globalisasi yang pesat, diantara tantangan guru PAI dalam menghadapi arus globalisasi
sebagai berikut:29
1. Krisis Moral
Akibat pengaruh Iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilainilai
yang ada dalam kehidupan masyarakat,nilai-nilai tradisional yang sangat
menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh
IPTEK dan globalisasi. Di kalangan remaja begitu terasaakan pengaruh IPTEK
dan globalisasi,pengaruh hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus
pada hal-hal pornografi, narkotika dan lainnya telah menjadikan remaja tergoda
dengan kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas danmaterialisme.
2. Melek digital
Melek digital merupakan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
digunakan dalam berbagai perangkat digital seperti smart phone, tablet, laptop,
and PC desktop, yang semuanya dianggap sebagai jaringan daripada perangkat
komputasi.30
3. Krisis Sosial

28
Susanna, Kepribadian guru PAI dan tantangan globalisasi ... h377.
29
Muhammad Nasir, Profesionalisme guru agama ... 194.
30
Susanna, Kepribadian guru PAI dan tantangan globalisasi ... h393.
Kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan yang terjadidalam
masyarakat, akibat perkembangan industrydan kapitalisme maka muncul
masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan
masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industri dan kapitalisme.
Mereka yang lemah secara pendidikan, akses dan ekonomi akan menjadi
ganasnya industrialisme dan kapitalisme. Sekolah sebagai lembaga pendidikan
yang formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mampu
menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi
bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah
sosial bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah social tersebut.
4. Inovasi matode/Menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh
makna (joyful and Meaningful)
Peserta didik generasi now menbutuhkan macam-macam metode yang
dapat menggairahkan minat belajar siswa, karena peserta didik di era milennial
ini lebih menguasai informasi yang disuguhkan pada gadget.31
5. SDM yang Berkualitas
Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang dan terutama dari
segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM yang andal dan unggul
yang bersiap bersaing dengan bangsa-bangsa lain didunia, Dunia pendidikan
mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM yang
digambarkan di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner,
kompeten dan berdedikasi tinggi sehing gamampu membekali peserta didik
dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupandi tengah-
tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.32
6. Guru harus menjadi teladan (Role Model)
Generasi milennial identik dengan pandangan rasional, yaitu apa yang
dilihat, didengar, dirasa akan melahirkan presepsi. Dalam membentuk presepsi
yang baik sangat penting ditunjukkan melaui keteladan, namun bahayanya
ketika adanya kesenjangan atara ucapan dan perbuatan maka akan melunturkan
loyalitas pembelajaran peserta didik.
7. Perkembangan IPTEK
Perkembangan IPTEK yang cepat dan mendasar mendorong guru harus
bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif, dan bijaksana. Responsif artinya
guru harus bisa menguasai dengan baik produk IPTEK, terutama yang
berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan
multimedia.
8. Kesiapan guru dalam akses dan penguasaan teknologi
Masih rendahnya tingkat media literasi dikalangan guru, hanya sebagian
guru yang mempunyai akses terhadap teknologi informasi. Tantangan bagi
siswa jumlah siswa yang masih terlalu banyak sehingga menimbulkan

31
Faulinda ely Nestiti, kesiapan Indonesia menghadapi era society 5.0, Jurnal kajian tekonologi
pendidikan, No.05 Vol.01, April 2020, h 64.
32
Annisa afifah warohidah, Perkembangan Era Revolusi 4.0 Dalam Pembelajara Matematika,
Jurnal Proseding Sandika, No.05 Vol. 01, 2019, h 114.
kesulitan dalam proses pembelajaran serta akses terhadap teknologi informasi
yang masih belum merata. Untuk itu, peran pemerintah dalam pemerataan
pembangunan dan pemerataan fasilitas pendidikan di wilayah Indonesia harus
lebih diutamakan lagi agar nantinya pada saat pengimplementasian
pembelajaran berbasis internet dan teknologi dapat merata hingga keseluruh
wilayahIndonesia.
9. Media Pembelajaran berbasis Teknologi
Dalam pendidikan kehadiran media pembelajaran khususnya media
komputer sangat membantu proses pembelajaran karena dapat membawa
sesuatu yang dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Untuk itu di era
revolusi industri 4.0 guru sangat dianjurkan untuk menguasai bidang Ilmu
Teknologi (IT) yang dapat menghadirkan pembelajaran yang inovaif dan
kreatif.33

D. Era Globalisasi Industri 4.0

Globalisasi sebagai fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak


terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses kehidupan manusia.
Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses
globalisasi, di era globalisasi seperti sekarang ini, bangsa Indonesia dihadapkan pada
berbagai tantangan yang berskala global. Globalisasi tidak hanya menyebabkan
terjadinya transformasi peradaban dunia melalui proses modernisasi, industrialisasi, dan
revolusi informasi, tapi juga menimbulkan perubahan dalam struktur kehidupan dalam
berbagai bidang, baik dibidang sosial, budaya, ekonomi, politik maupun pendidikan.34
Menurut asal katanya, kata “Globalisasi” di ambil dari kata global, yang
maknanya ialah Universal. Globalisasi adalah suatu proses yang menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah Globalisai.Saat ini kitadi ambang revlolusi tenologi yang secara fundamental
akan mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berhubungan satu sama lain. Dalam skala,
ruang lingkup, dan kompleksitasnya, tranformasi yang sedang terjadi berbeda dengan apa
yang telah dialami manusia sebelumnya.35

33
Annisa afifah warohidah, Perkembangan Era Revolusi 4.0 Dalam Pembelajara Matematika,
Jurnal Proseding Sandika, No.05 Vol. 01, 2019, h 114.
34
Ali Mahsun, Pendidikanislamarus ... h266.
35
Sri Suneki, Dampak globalisasi terhadap eksistensi budaya daerah, Jurnal ilmiah CIVIS,
Vol.2, No.1, Januari 2012, h307.
1. Ciri Globalisasi
Berikut ini ada beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya
fenomena globalisasi di dunia.
a. Perubahan dalam Konstantin ruang dan waktu, perkembangan barangbarang
seperti telepon genggam, televesi satelit, dan internet menunjukkan bahwa
komunikasi global terjadi demikian cepatnya. Sementara melalui pergerakan
massa turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan Nasional.
c. Peningkatan interaksi kultur melalui perkembangan media massa (terutama
televisi, flm,musik, dan transmisi berita dan olahraga tradisional). Saat ini, kita
dapat mengasumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-
hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion,
literatur, dan makanan.
d. Meningkatkan masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup krisis
multinasional, inflasi regional dll.36
Menurut Mastuhu, turbulensi arus global bisa menimbulkan paradoks atau
gejala kontras moralitas, yakni pertentangan dua sisi moral secara diametral, seperti guru
mendidik disiplin lalu lintas, namun dijalan para sopir ugal-ugalan, di sekolah
dikampanyekan gerekan anti narkoba tapi penjajah di masyarakat sering terjadi bentrok
antar kampung, di sekolah diadakan razia pornografi tapi media massa terus memajang
simbol-simbol yang kurang pantas.37
2. Revolusi Industri Global
Era Revolusi Industri keempat ini diwarnai oleh kecerdasan buatan (artificial
Intellenge), super komputer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis, dan
inovasi.67 Industri 4.0 telah menjadi kata kunci baru dalam dunia industri munafaktur.
Akhiran kata 4.0 mengindikasikan bahwa, ini adalah gelombang ke 4 dari suatu
perkembangan industri yang berbeda, dan telah diberi nama dengan “Revolusi Industri
ke-4).68Industri 4.0 adalah sebuah istilah yang diciptakan pertama kali di Jerman pada
tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital. Industri ini merupakan suatu proses
industri yang terhubung secara digital ysng mencakup berbagai jenis tenologi, mulai dari
3D Printing hingga robotik yang diyakini mampu meningkatkan produktivitas. Sebelum
ini telah terjadi tiga revolusi industri yang ditandai dengan:69
a. Ditemukan mesin uap dan kereta api tahun1750-1930
b. Penemuan listrik, alat komunikasi, kimia, dan minyak tahun 1970- 1900
c. Penemuan komputer, internet, dan telepon genggam tahun 1960- sekarang.
Kemunculan mesin uap pada abad ke-18 telah berhasil mengakselerasi
perekonomian secara dramatis dimana dalam jangka waktu dua abad telah mampu
meningkatkan penghasilan perkapita negara-negara di dunia menjadi enam kali lipat.
Revolusi industri kedua dikenal sebagai revolusi teknologi, revolusi ini ditandai dengan
36
Venti Eka Satya,StrategiIndonesia ... h 20.
37
Hoedi Prasetyo danWahyuSutopo ... h 18.
penggunaan dan produksi besi dan baja dalam skala besar, meluasnya penggunaan tenaga
uap, mesin telegram. Selain itu minyak bumi mulai ditemukan dan digunakan secara luas
dan periode awal digunakn listrik. Pada revolusi ketiga, industri munafaktur telah beralih
menjadi bisnis digital. Teknogi digital telah menguasai industri media dan ritel, revolusi
industri ketiga mengubah pola relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer, revolusi
ini telah mempersingkat jarak dan waktu, revolusi ini mengedepankan sisi real time.
Lompatan besar terjdi dalam sektor industri di era revolusi industri keempat, dimana
teknologi informasi dan komunikasi dimanfaatkan sepenuhnya. Pada era ini model bisnis
mengalami perubahan besar, tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga
diseluruh rantai nilai industri.38
3. Dampak Era Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara
termasuk Indonesia, pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti lehidupan
politik, ekonomi, ideology, sosial budaya dan lai-lain akan mempengaruhi nilai-nilai
nasionalisme terhadap bangsa. Ada beberapa pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-
nilai nasionalisme: pertama, dilihat dari sisi globalisasi politik, pemerintahan dijalankan
secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara,
jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme
terhadap negara menjadi meningkat. Kedua, dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya
pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara.
Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi yang menunjang
kehidupan nasional bangsa. Ketiga, dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola
berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan sisiplin dari bangsa laian yang sudah
maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa.
Sedangkan pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai Nasionalisme
setidaknya ada lima: Pertama, globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia
bahwa liberalis medapat membawa kemajuan dan kemakmuran sehingga tidak menutup
kemungkinan lambat laun bakal mengikis ideologi pancasila.Jikahal ini terjadi akibatnya
rasa nasionalisme bangsa akan menghilang. Kedua ,dari globalisasi perekonomian,
hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk waralaba
luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, KFC dll). membanjiri di
Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala
berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kitaterhadap bangsa Indonesia. Ketiga,
masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan indentiatas diri sebagai
bangsa Indonesia karena gaya hidup yang cenderung meniru budaya barat yang oleh
masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.Keempat, mengakibatkan kesenjangan sosial
yang tajam antara kaya dan miskin karena persaingan bebas dalam globaliasisi ekonomi.
Dan kelima, muncul sikap individualisme yang menimbulkan ketidak pedulian antara
perilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli
dengan kehidupan bangsa.

38
Venti Eka Satya, Strategi Indonesia menghadapi industri ... h 20.
Tantangan yang dihadapi pendidikan Islam saat ini jauh lebih berat
dibandingkan tantangan dihadapi pendidikan Islam dimasa lalu. Era globalisasi dengan
berbagai kecenderungannya sebagai mana tersebut di atas, telah melahirkan berbagai
paradigma baru dalam dunia pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar-
mengajar, pendidik, peserta didik manajemen,sarana prasarana, kelembagaan pendidikan,
dan lainnya kini tengah mengalami perubahan besar. Pendidikan Islam dengan
pengalamannya yangpanjang seharusnya dapat memberikan jawaban yang tepat atas
berbagai tantangan tersebut, untuk menjawab pertanyaan ini Pendidikan Islam
membutuhkan sumber daya manusia yag andal, memiliki komitmen dan etos kerja yang
tinggi, menejemen yang berbasis sistem dan infrastruktur ang kuat, sumber dana yang
memadai kemaun politik yang kuat, serta standar yang unggul. Untuk melakukan tugas
tersebut, pndidikan Islam membutuhkan unit penelitian dan pengembangan(research and
development) yang terus berusaha meningkatka dan pengembangan pendidka Islam.
Hanya dnegan usaha yang sungguh-sungguh dan berkesimnambungan itulah pendidikan
Islam dapat mengubah tantangan menjadi peluang.39

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Sebelumnya peneliti menemukan beberapa penelitian dengan judul yang hampir


sama. Peneliti telah menelusuri beberapa skripsi terdahulu yang membahas mengenai
profesionalisme guru dan peningkatan mutu madrasah, adapun yang berkaitan dengan
judul tersebut antara lain:
1. Penelitian yang berjudul “Tantangan Guru PAI Memasuki Era Revolusi Industri 4.0
dalam Meningkatkan Akhlak Siswa di SMK Pancasila Kubu Raya Kalimantan
Barat, pada jurnal ini persoalan yang di kaji adalah dalam era revolusi industriini
memiliki pengaruh terhadap dunia pendidikan. Banyak perubahan sikap yang
dialami siswa dengan notabene adalah generasi milennial yang sudah tidak asing
lagi dengan dunia digital dan mereka telah terbiasa dengan arus informasi dan
teknologi industri4.0. sikap-sikap yang muncul antara lain kecanduan gadget, cyber
bulliying, atau bahkan turunnya moral atau akhlak. Sehingga sudah sepatutunya
guru agama Islam memikirkan uaya yang tepat dalam menghadapi
perubahanperubahan perilaku siswa era4.0 ini.Apabila keadaan ini tidak segera
ditangani dengan serius maka akan berdampak pada hancurnya sikap, moral, dan
akhlak siswa, tak jarang kita menemukan masalah tersebut dalam
duniapendidikan.40
2. Penelitian yang berjudul “Tantangan Guru dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Agama Islam di Era Milennial” pada jurnal ini persoalan yang di kaji adalah guru
atau tenaga pendidik bukan semata berkewajiban mentransformasi keilmuan
melainkan membimbing perkembangan akhlak dan spritualitas anak didik. Guru
harus mempunyai sebuah kompetensi karena kompetensi merupakan perpaduan
antara pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk
mengetahui tantangan-tantangan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan Agama
39
Ali Mahsun, Pendidikan islam arus globalisasi, h 269
40
Farida Asyari, Tantangan guruPAImemasuki ... h 213.
Islam di Era milennial ini. Penelitian ini menggunkan penelitian kualitatif dengan
jenis deskriptif dan denan studi kasus pengumpulan data. Tantangan penidkan pada
era milennial yang dihadapi guru berupa melek digital, guru sebgai pembelajar
sepanjang hayat, menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan dan penuh
makna, guru harus menjadi teladan, karena adanya perubahan peserta didik pada
pada generasi era milennial. Guru harus melihat tantangan ini sebagai suatu hal
positif dengan selalu melakukan inovasi dan keterampilan dalam pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan zaman, kriteria guru PAI proesional, profesionalismenya
tidak hanya diprioritasikan pada materi. Tetapi juga diarahkan pada orientasi
spiritual, guru PAI profesional diharapkan mampu menjadi penggerak kemajuan
umat apalagi di dalam era milennial ini, berdasarkan tantangan yang dihadapi oleh
guru era milennial, dibutuhkan keprofesionalan guru PAI untuk membantu
meningkatkan mutupendidikan.41
3. Penelitian yang berjudul “Kepribadian Guru PAI dan Tantangan Globalisasi” pada
jurnal ini masalah yang di kajji adalah walaupun sebenarnya tugas untuk
membentuk pribadi peserta didik menjadi pribadi yang luhur, berakhlak, memiliki
nila-nilai yang diharapkan oleh masyarakat menjadi tanggung jawab semua gur
tanpa terkecuali, namun guru PAI lah yang menjadi terdepat dalam mengemban
amanah ini. Sesuai dengan namanya, guru Pendidikan Agama Islam, maka sudah
seyogyanya guru PAI menjadi guru yang mampu memberikan keteladanan-
keteladanan yang baik, sesuai yang di ajarkan Agama Islam, sehingga dari
keteladanan inilah akan memancarkan kewibawaan-kewibawaan yang luhur dan
mulia yang dapat diteladani oleh peserta didik. Suatu hal yang sangat ironi jika guru
PAI sebagai pembentuk peserta didik, peserta didik yang bertaqwa, berakhlak
mulia, dan santun. Tetapi guru PAI itu sendiri tidak memiliki kriteria yang harus
ada sesuai dengan gelarnya yaitu guru PAI. Dalam menghadapi arus globalisasi
yang begitu pesat, guru Pai memiliki tantangan yang paing berat dalam
menghadapinya. Karena guru PAI tidak hanya menyampaikan pengetahuan atau
kognitif melainkan yang jauh lebih penting dari itu adalah membentuk akhlak,
moral, dan nilai yang luhur kepada pribadi peserta didik di tengah derasnya arus
perkembangan globalisasi. Maka dari sinilah guru PAI harus memiliki kepribadian
dan keteladanan yang luhur, mampu menyelaraskan dengan perkembangan ilmu
pengetahuanteknologi.42
4. Penelitian ini berjudul “Pendidikan Islam dalam Arus Globalisasi” pada jurnal ini
masalah yang di kaji adalah Era globalisasi membawa dampak yang besar dalam
pendidikan Islam, diantaranya: Pertama, dengan bertambah canggih teknologi maka
semakin muda mengakses berbagai informasi, dan tidak jarang itu justru membawa
dampak yan buruk. Dalam globalisasi, sistem nilai dan filsafat merupakan posisi
kunci dalam garapan pendidikan nasional. Kedua, globalisasi menuntut adanya
angkatan kerja yang berkualifikasi dan berpendidikan (sekilled and educated
employees). Ketiga, kerjasama pendidikan mutlak diperlukan. Kerjasama

41
Anggun Wulan Fajriana, Tantangan gurudalamMeningkatkan .... h 247.
42
Susanna, Kepribadian guru PAIdanTantangan ... h395.
internasional di bidang pendidikan adalah sisi lain daripada konsekuensi
globalisasi.43

43
Ali Mahsun, Pendidikan Islam dalam arus globalisasisebuah kajian deskriptif analitis, Jurnal
Episteme, Vol.8, No.2, Desember 2013. h 276.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut jenisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian


kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau
tulisan dari perilaku yang diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri. Metode kualitatif
merupakan prosedur penelitian dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif
merupakan startegi inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep,
karakteristik, gejala, simbol, maupun deskripsi tentang suatu fenomena; fokus dan
multimetode, bersifat alami dan holistik; mengutamkan kualitas, menggunakan bebrapa
cara, serta disajikan secara naratif. Dari sisi lain dan secara sederhana dapat dikatan
bahwa tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menemukan jawaban terhadap suatu
fenomena atau pertanyaan melalui aplikasi prosedur ilmiah secara sistematis dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu
menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau perilaku yang
dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, dan atau organisasi tertentu
dalam suatu keadaan konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh,
komprehensif, dan holistik. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yangalamiah (naturral setting). 44
Penelitian kualitatif, dalam analisis datanya tidak menggunakan analisis statistik, tetapi
lebih banyak secara naratif.
Data kualitatif ini mencakup antara lain:
1. Deskripsi yang mendetail tentang situasi, kegiatan, atau peristiwa maupun
fenomena tertentu, baik menyangkut manusianya maupun hubungannya dengan
manusialain.
2. Pendapat langsung dari orang-orang yang telah berpengalama,
pendangannya, sikapnya, kepercayaan serta jalanpikiran.
3. Cuplikan dari dokumen, dokumen laporan, arsip dansejarahnya.
4. Deskriptif yang mendetail tentang sikap dan tingkah lakuseseorang.45
Untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti dalam memperoleh data yang
semaksimal mungkin diperlukan pengamatan dan penganalisaan yang lebih mendalam,
adapun kegiatan tersebut ditempu melalui pendekatan kualitatif. Karena prosedur
penelitian ini akan mendiskripsikan atau mengambarkan secara umum tentang Tantangan
guru PAI dalam menghadapi perubahan globalisasi 4.0 Mts DDI Waepute. Adapun
masalah yang dapat diteliti dan diselidiki oleh penelitian kualitatif ini mengacu pada studi
kasus. Penelitian kasus adalah suatu proses pengumpulan data dan informasi secara
mendalam, mendetail, intensif,46 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap,

44
Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuatitatif (Malang: Maliki press, 2010), h 175
45
RulamAhmadi,Metodologi Penelitian Kualitatif,(Yogyakarta:Ar-RuzzMedia,2014), H 14
46
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami,
(Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), h. 19
Praktis, dan Mudah Dipahami, holistik, dan sistematis tentang orang kejadian, social
setting (latar sosial), atau kelompok dengan menggunakan metode dan teknik serta
banyak sumber informasi untuk memahami secara efektif bagaimana orang, kejadian,
latar alami (social setting) itu beroperasi atau berfungsi sesuai dengan konteksnya.
Tujuan dari penelitian ini mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus
yang sedang diteliti. pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara, observasi, dan
dokumentasi.47

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi sebagai tempat penelitian di Mts
DDI Waepute yang berada Desa Kembang Seri Kecamatan Talang Empat Kabupaten
Bengkulu Tengah. Sekolah merupakan sekolah unggulan yang ada di Bengkulu Tengah
dan juga sekolah ini merupakan sekolah rujukan, dengan menjadi salah satu sekolah
terfavorit di Bengkulu Tengah. Sekolah ini memiliki prestasi yang sudah tidak terhitung
lagi baik diakademik maupun non akademik, oleh sebeb itu penulis tertarik dengan
sekolah ini. Bagaimana guru PAI menghadapi perubahan era globalisasi industri 4.0,
dengan tantangan yang diberikan di era 4.0 ini. Penulis akan berdialog kepada guru PAI
apa saja yang menjadi tantangan era 4.0 dan bagaimana kiat-kiat guru PAI agar dapat
menjadikan perubahan ini sebagai dampak positif.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian dalam penelitian adalah guru PAI, Kepala Sekolah, siswa,
dan unsur yang terkait dengan proses belajar mengajar. Penentuan subyek penelitian
secara perposive sampling digunakan untuk memilih subyek penelitian yang dianggap
mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data yang mantap. Dalam penelitian ini adalah 1 orang guru PAI Mts
DDI Waepute, 1 orang Kepala sekolah Mts DDI Waepute, beberapa orang guru sejawat
yang ada di Mts DDI Waepute, staf dan tata usaha serta siswa Mts DDI Waepute jika
diperlukan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamnya selain pancaindra lainnya
seperti telingah, penciuman, dan kulit. Karena itu observasi adalah kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu
dengan pancaindra lainnya. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian apapun,
termasuk penelitian kualitatif, dan digunakan untuk memperoleh informasi atau data
47
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, h. 339
sebagai tujuan penelitian. Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti
baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus di
kumpulkan dalam penelitian. Namun dalam penelitian ini berfungsi sebagai alat bantu
karena observasi adalah pengamatan langsung pada “natural setting” bukan setting yang
direkayasa dengan demikian obserbasi adalah pengamatan langsung terhadap objek untuk
mengetahui keberadaan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya
mengumpulkan data penelitian.48 Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data
tentang situasi dan kondisi umum Mts DDI Waepute, khususnya dalam Tantangan Guru
PAI. Tehnik ini juga digunakan untuk mengetahui sarana dan prasarana yang ada, letak
geografis serta untuk mengumpulkan datadata lembaga pendidikan yangbersangkutan.
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam
penelitian kualitatif. Melakukan wawancara berarti melakukan interaksi komunikassi atau
percakapan antara pewawancara (interviewr) dan terwawancara (Interviewee) dengan
maksud menghimpun informasi dari Interviewee. Interviewee pada penelitian kualitatif
adalah informan yang daripadanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh.
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi
yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara
dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi
secara holistik dan jelas dari informan.49
Wawancara mendalam adalah dilakukan dalam konteks observasi partisipan.
Peneliti terlibat secara intensif dengan setting penelitian terutama pada keterlibatannya
dalam kehidupan informan. Wawancara mendalam adalah tanya jawab yang terbuka
untuk memperoleh data. Dengan demikian wawancara mendalam (in-depth interview)
adalah suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan cara
dialog antara peneliti sebagai pewawancara dengan informan atau yang memberi
informasi dalam konteks obsrvasi partisipan.
Dalam hal ini wawancara utama dilakukan kepada guru PAI di Mts DDI
Waepute. Karena tujuan utama dalam penelitian ini mendiskripsikan Tantangan guru PAI
mrnghadapi perubahan globalisasi 4.0 di Mts DDI Waepute. Kemudian wawancara juga
dapat dilakukan kepada kepala sekolah atau wakilnya, guru-guru mata pelajaran lain, staf
dan tata usaha serta siswa-siswa apabila dibutuhkan atau dianggap perlu untuk
mendukung kelengkapan data informasi agar lebih objektif.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan perlengkapan dari data yang telah diperoleh dari wawancara
dan observasi. Menurut Muri Yusuf dokumen merupakan catatan atau karya seseorang
tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang,
peristiwa atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus
penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif.
Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, artefak, gambar, maupun foto. Dukumen
tertulis dapat pula berupa sejara kehidupan (life histories), biografi, karya tulis, dan
48
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h.118
49
Satori dan Aan, Metode Penelitian Kualitatif, h. 104-105
cerita. Di samping itu ada pula material budaya, atau hasil karya seni yang merupakan
sumber informasi dalam penelitian kualitatif.50
Dalam penelitian ini dokumentasi yang akan digunakan peneliti adalah berupa
data guru yang mengajar di Mts DDI Waepute, data siswa/siswi dan sebagainya yang
dianggap penting dalam menunjang kelengkapan informasi yang dibutuhkan peneliti
dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya


kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam hal analisis data kualitatif
Sugiyono mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara menggorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola (hubungan antar
kategori), memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.51
Analisis dalam penelitian kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis,
berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan
data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpulkan. Bila
berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik
trianggulasi, ternyata hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi
teori.
Adapun proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengadopsi dan
mengembangkan pola interaktif yang dikembang oleh Miles dan Hubermen yaitu:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang tererinci.
Laporan yang disusun berdasarkan data yang diperoleh direduksi, dirangkum,
dipilih hal yang poko, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil
mengihtiarkan dan memilah-milah berdasarkan yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data sebagai
tambahan atas data sebelumnya yang diperoleh jika diperlukan.52
2. Penyajian Data
Data yang diperoleh dikategorisasikan menurut pokok permasalahan, dalam
penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya, namun yang sering
digunakan untuk mennyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut maka data dapat

50
Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan, h. 391
51
Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis¸ (Yogyakarta: Teras, 2011), h 59
52
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami, h. 35
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga semakin dapat dipahami
dengan mudah.53
3. Penyimpulan dan Verifikasi
Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi
dan penyajian data, data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan
disimpulkan sementara. Kesimpulan yang diperoleh pada tahap awal biasanya
kurang jelas, tetapi pada tahap-tahap selanjutnya akan semakin tegas dan memiliki
dasar yang kuat. Kesimpulan sementara perlu diverifikasi. Teknik yang dapat
digunakan untuk verifikasi adalah trianggulasi sumber data dan metode, diskusi
teman sejawat, dan pengecekkan anggota.54

53
Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan Research and Development, h. 373
54
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami, h. 35
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib, A. M., & Jusuf Mudzakir, J. M. 2007. Ilmu Pendidikan Islam, Kencana
Prenada Media Group.
Bugin Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Prenada Media Group.
Dewiyana, H. 2006. Kompetensi Dan Kurikulum Perpustakaan. Jurnal: Paradigma Baru
Dan Dunia Kerja Di Era Globalisasi Informasi. Pustaha.
Eka Putri S dan Arya H.D. 2015. Dampak Sosial-Ekonomi Masuknya Pengaruh Internet
Dalam Kehidupan Remaja di Pedesaan, Sodality: jurnal Sosiologi Pedesaan.
Fajriana, A. W., & Aliyah, M. A. 2019. Tantangan Guru Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan Agama Islam Di Era Melenial. Nazhruma: Jurnal Pendidikan Islam.
Hambali, M. 2016. Manajemen Pengembangan Kompetensi Guru PAI. Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam (J-MPI).
Mahsun, A. 2013. Pendidikan Islam Dalam Arus Globalisasi: Sebuah Kajian Deskriftif
Analitis. Episteme: Jurnal pengembangan Ilmu KeIslaman.
Maryono Yohanes J. 2018. Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan, Jurnal Pendidikan
dan Kebudayaan Missio, Vol 10. No. 01
Novauli Ferealys. 2015. Kompetensi Guru Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Pada
SMP Negeri Dalam Kota Banda Aceh, Jurnal: Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, ISSN 2302-0156.
Prasetyo, H., & Sutopo, W. 2018. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah
perkembangan Riset. J@ ti Undip: Jurnal Teknik Industri.
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian & Pengembangan Research and Devlopment,
Bandung: Alfabeta.
Suriani, 2016. Penerapan Metode Pembelajaran Efektif dan Mengoptimalkan Prestasi
Belajar Pendidikan Agama Islam Peserta Didik DI SMP Guppi SAMATA,
Makasar: Universitas Islam Negeri Alauddin Makasar.
Surjaweni Wiratna, 2014. Metodologi penelitian Lengkap, Praktis, dan Mudah Dipahami,
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Susanna, S. 2014. Keprinadian Guru PAI dan Tantangan Globalisasi. Jurnal Mudarrisuna:
Media Kajian pendidikan Agama Islam.
Warohidah A. A. 2019. Perkembangan Era Revolusi 4.0 Dalam Pembelajaran
Matematika, Jurnal: Proseding Sandika
Yuniastuti, 2010. Eksitensi Moral Dalam Pendidikan, Jurnal :Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, Th 23 No. 2.
Yusuf Muri, 2016. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Peneliian Gabungan,
Jakarta: Pranamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai