Takokak - Nur Halimatus - FM22E - Tugas 3

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 30

FORMULASI SEDIAAN KRIM ANTIJAMUR DARI EKSTRAK BUAH

TAKOKAK (SOLANUM TORVUM SW.)

Dosen Pengampu : apt. Sudrajat Sugiharta, S. Farm., M. Farm

Oleh
Nama : Nur Halimatus Sa’diyah
Nim : 22416248201151
Kelas : FM22E

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2024
BAB I
1.1 Deskripsi Tanaman
Takokak merupakan tumbuhan berhabitus perdu. Tingginya mencapai
5 m. Berdasarkan ciri-ciri yang diamati tumbuhan ini memiliki sistem
perakaran tunggang, batang berbentuk teres berkayu dan memiliki banyak
cabang serta dilengkapi dengan duri tempel yang besar. Tangkai daun berambut
rapat. Daunnya. bulat telur memanjang, berlekuk, menyirip dengan taju yang
tumpul pada sisi bawah. tulang daun yang besar memiliki duri tempel. Mahkota
berbentuk bintang berwarna putih. Buahnya merupakan buah buni berbentuk
bola, pada waktu masak buahnya akan berwarna kuning oranye (Mustarichie,
dkk.2011).

Semak, tinggi 100-300cm. Batang dan cabangnya jarang berduri,


berbentuk bintang tomentose. Batang dengan duri kekar, terbalik, kemerahan
atau kuning pucat, 0,2-0,1 x 0,2-0,1 cm, kadang-kadang memiliki rambut
seperti bintang di bagian basal. Tangkai daun panjang 2-4cm. Daun soliter atau
berpasangan, bulat telur-sinuate, banyak rambut berbentuk bintang bercabang
di atas permukaan, lobus jarang dalam, tidak pernah berduri panjang 9-13 cm,
lebar 5-10cm, tepi sinueate atau biasanya 5-7 lobus, puncak lancip. Di
kemekaran ekstra ketiak banyak bunga malai racemose cymes, tangkai
sebagian besar bercabang 1 atau 2, pendek, panjang 0,1-0,4 cm, puber. Bunga
andromonoecious, putih pucat, pedicel ramping gelap, panjang 0,5-0,1 cm,
mempunyai rambut kelenjar dan bintang sederhana. Sepal panjang 0,2-0,5 cm,
lanset, sedikit berbulu. Corolla gundul, panjang 0,3-0,5 cm, puber seperti
bintang di bagian abaksial. Panjang filamen 0,1cm, panjang kepala sari 0,4-
0,7cm. Ovarium dan tangkainya gundul, panjang 0,6-0,8 cm. Buah beri
berwarna kuning, halus, panjang 1-1,5 cm, terdapat lobus kelopak. Biji,
berbentuk cakram. Lebar 0,2 cm, licin, warna coklat kekuningan (Oktariani
dkk., 2014).
1.2 Fitokimia

Analisa fitokimia ekstraksi Solanum torvum dengan pelarut organik


menurut Mahadeva dan Thenmozi (2012), yaitu terdapat alkaloid, phenol,
flavonoid, sterol, karbohidrat, protein. didapati biji takokak masih mengandung
fenol 20,37 mg/g lebih rendah dari kulitnya yaitu 24,33 mg.g dan aktifitas
antioksidan pada biji 85, 16 % lebih tinggi daripada kulitnya sebesar 84,26 %.

Penelitian membuktikan bahwa ekstraksi daun dan batang Solanum


torvum didapatkan adanya dosis repetida sangat kecil oleh karena itu tidak ada
pengaruhnya pada sel saraf tikus. (Jackson et al., 2010). Solanum torvum
mempunyai steroid, saponin, tanin, terpenoid, alkaloid, asam lemak, asam
askorbat. Dalam biji Takokak terdapat senyawa fitokimia yang cukup baik dan
tidak berbeda jauh dengan kandungan dalam buahnya.

Menurut pernyataan Gandhi et al.,(2011). Bahwa Buah Solanum


torvum muda bentuk kering diperoleh chlorogenin dan neochlorogenin
diekstrak memakai pelarut kloroform dan etanol konsentrasi 0,2 % dan 0,03 %.
Pendapat (Jaiswal, 2012), turky berry terdapat glikosida, steroid, saponin,
flavonoid, vitamin B, C, Zat besi, alkaloid, sebagai senyawa bioaktif
antioksidan, serta berfungsi kardiovaskuler, juga sebagai imunodulator.

Buah takokak diketahui mengandung metabolit sekunder berupa


glukoalkaloid, solasonine, dan sterolin (Bari et al., 2010; Yuanyuan et al.,
2009). Ekstrak methanol dan kloroform dari batang dan akar takokak
dilaporkan aktif sebagai antijamur terhadap Candida albicans, sedangkan
ekstrak air, methanol, kloroform dan etanol dari daun takokak aktif terhadap
beberapa jamur patogen pada padi (Bari et al., 2010; Lalita et al., 2010).

Metil kafeat, suatu senyawa yang diisolasi dari buah takokak,


dilaporkan memiliki aktivitas penghambatan terhadap C. albicans, sehingga
buah takokak berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu sediaan untuk
mengobati kandidiasis (Balachandran et al., 2012). Kandidiasis merupakan
penyakit yang disebabkan oleh Candida yang bersifat akut dan sub akut.
Kandidiasis terutama menyerang kulit, dengan area tubuh yang sering
terinfeksi adalah daerah lipatan paha, sela jari kaki dan ketiak (Tyasrini et al.,
2006). Saat ini, krim merupakan bentuk sediaan pilihan untuk mengatasi
kandidiasis mukokutan (Kusumaputra and Zulkarnain, 2014). Penelitian ini
bertujuan untuk memformulasikan ekstrak buah takokak menjadi sediaan krim
minyak/air (M/A), menguji sifat fisik dan menganalisis aktivitas antijamur
terhadap C. albicans dari krim yang telah dibuat tersebut.

1.3 Penelitian-Penelitian Relavan Terkait Formulasi

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ellyani (2015) dengan jurnal yang
ber jdul formulasi sediaan krim ekstrak buah rimbang (Solanum torvum Sw.)
sebagai anti-aging. Metodiologi: Serbuk buah rimbang diekstraksi secara
perkolasi dengan pelarut etanol 80%. Perkolat yang diperoleh diuapkan dengan
bantuan rotary evaporator ±500C dan dipekatkan dengan freeze dryer -400C.
Terhadap serbuk simplisia dilakukan skrining fitokimia dan karakterisasi.
Ekstrak buah rimbang diformulasi dalam sediaan krim dengan konsentrasi
2,5%, 5%, 7,5%, 10%. Selanjutnya sediaan krim dievaluasi stabilitasnya dan
diuji efektivitasnya pada kulit tangan sukarelawan menggunakan alat skin
analyzer. Pembuktian kemampuan sediaan anti-aging meliputi beberapa
parameter yaitu kadar air (moisture), kehalusan (evennes), pori(pore), keriput
(wrinkle), dan kedalaman keriput (wrinkle’s depth). Hasil: Hasil skrining
fitokimia menunjukkan bahwa serbuk simplisia buah rimbang
mengandung alkaloida, flavonoida, tanin, saponin, glikosida, antarakuinon dan
steroid/triterpenoid. Hasil karakterisasi simplisia diperoleh kadar air (3,9%),
kadar sari larut air (12,87%), kadar sari larut etanol (16,4%), kadar abu total
(5,1%) dan kadar abu yang tidak larut asam (0,43%). Hasil evaluasi krim EEBR
stabil dalam penyimpanan 90 hari pada suhu kamar. Pemeriksaan homogenitas
sediaan krim menunjukkan krim homogen, pH sediaan krim diperoleh nilai
5,4-5,7. Hasil pemeriksaan sediaan krim EEBR menunjukkan efektivitasnya
sebagai anti-aging yang baik setelah perawatan 4 minggu. Konsentrasi 10%
krim ekstrak buah rimbang memberikan efek lebih cepat dibandingkan dengan
konsentrasi lain.

Penelitian yang dilakukan (Juliadi & Juanita, 2020) dengan formulasi


krim ekstrak etanol buah takokak Secara in Vitro Dengan Spektrofotometri Uv-
vis. Metodologi Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai Sun Protection
Factor (SPF) dari sediaan krim yang mengandung ekstrak etanol buah takokak
(Solanum torvum Swartz) dan perbandingannya dengan ekstrak melalui uji
spektrofotometri UV-Vis. Sampel ditimbang sebanyak 100 mg kemudian
dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml dan diencerkan dengan etanol,
diperoleh larutan dengan konsentrasi 1000ppm. Dipipet sebanyak 15ml, 20ml,
25ml dilarutkan dalam labu ukur 50ml sehingga diperoleh larutan dengan
konsentrasi 300ppm, 400ppm, 500ppm. Larutan yang telah diperoleh diukur
dengan spektrofometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-400 nm dengan
menggunakan etanol sebagai blanko. Nilai serapan dicatat setiap interval 5 nm
dari panjang gelombang 290 sampai 320 nm (tiga kali replikasi). Hasil ekstrak
buah takokak dilihat dari rata-rata nilai SPF sebesar sebesar 1,757 pada
konsentrasi 300ppm, sebesar 2,199 pada konsentrasi 400ppm dan sebesar
2,615 pada konsentrasi 500ppm dan sediaan krim ekstrak etanol buah takokak
memiliki ratarata nilai SPF sebesar 1,660 pada konsentrasi 300ppm, 1,947 pada
konsentrasi 400ppm dan 2,118 pada konsentrasi 500ppm. Berdasarkan %Te
pada konsentrasi 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm baik ekstrak maupun krim
dengan ekstrak buah takokak belum dapat memberikan perlindungan terhadap
kulit dari eritema. Berdasarkan nilai rata-rata %Tp pada konsentrasi 300 ppm
hingga 500 ppm baik ekstrak maupun krim ekstrak buah takokak mampu
memberikan extra protection terhadap paparan sinar UV-A.

Menurut penelitian (Pratiwi dkk., 2023) memformulasi dan


menentukan faktor perlindungan matahari (SPF) tabir surya berbahan dasar
krim likopen dari takokak. Metodiologimya: dengan mencampurkan VCO,
ekstrak likopen takokak, surfaktan (tween 80) dan ko-surfaktan (gliserin)
dengan perbandingan berat menggunakan pengaduk magnet dengan kecepatan
sedang selama 30 menit. Campuran yang dihasilkan ditambahkan aquades
hingga terbentuk sistem mikroemulsi, dipilih formula yang mampu
menghasilkan sistem mikroemulsi dengan visual jernih untuk karakterisasi
lebih lanjut. Hasil: yang dapat dikatakan bahwa ketiga krim dengan konsentrasi
mikroemulsi likopen takokak yang berbeda (5%, 7,5%, dan 9%) berpotensi
dikembangkan sebagai tabir surya karena memberikan nilai SPF yang sesuai
menurut FDA (Administrasi Obat Makanan). Namun berdasarkan hasil sifat
fisik, F2 dan F3 memenuhi kriteria penerimaan antara lain viskositas rendah
sehingga daya sebar baik, pH tidak mengiritasi kulit, memiliki daya tarik
estetis, ukuran partikel kecil, dan tidak berbau.

Penelitian yang dilakuakan oleh (Nurlela,2017) dengan formulasi


sediaan esktrak buah takokak. Pada simplisia dilakukan Karakterisasi simplisia
serbuk meliputi penetapan kadar udara, sari larut dalam udara, sari larut dalam
etanol, abu total, dan abu tidak larut asam. Metodiologi: Ekstrak buah rimbang
dibuat dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% dan dipekatkan
menggunakan rotary evaporator hingga terbentuk ekstrak kental. Formula
mikroemulsi terdiri dari Tween 80, PEG 400, nipagin, minyak kedelai, akuades
dan ekstrak dengan konsentrasi F0 (blanko), F1 1,5%, F2 3%, dan F3 4,5%.
Dibuat dengan menambahkan fase minyak ke dalam fase air kemudian diaduk
dengan pengaduk magnet hingga terbentuk mikroemulsi yang jernih dan
transparan. Evaluasi terhadap sediaan mikroemulsi meliputi uji stabilitas
sediaan selama 12 minggu pada suhu ruangan, homogenitas, tipe emulsi,
viskositas, pH, sentrifugasi, penentuan bobot jenis mikroemulsi, tegangan
permukaan dan penentuan ukuran partikel. Hasil: Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik serbuk simplisia terdiri atas kadar udara
4,99%, sari larut udara 12,1%, sari larut etanol 23,5%, abu total 4,96%, dan
abu tidak larut asam 0,46%. Ekstrak buah rimbang dapat diformulasikan dalam
bentuk sediaan mikroemulsi dengan konsentrasi F0 (blanko), F1 1,5%, F2 3%,
dan F3 4,5%, menghasilkan sediaan yang homogen, pH 5,2-6,9, bobot jenis 1
,0593-1,0979 gram/ml, tegangan permukaan 44,36-48,21 dyne/cm, ukuran
partikel 331,86-548,30 nm dan tetap stabil selama penyimpanan 12 minggu.
Penelitian yang dilakukan (Wibowo dkk., 2017) pada formulasi sediaan
krim M/A ekstrak etanol buah takokak terhadap candida albicans. Dengan
metodiologi: yang digunakan Pembuatan krim dilakukan dengan metode
peleburan. Sifat fisik krim (homogenitas, daya sebar, daya lekat, viskositas dan
pH) dianalisis dengan metode yang sesuai. Uji aktivitas antijamur dilakukan
dengan metode Kirby-Baue. Simplisia dilakukan dengan cara di ekstraksi
terhadap serbuk kering buah takokak dilakukan dengan metode maserasi
dengan menggunakan pelarut etanol. Hasil yang didapat pada penelitian ini
menunjukkan bahwa krim tipe M/A ekstrak etanol buah takokak homogen,
tetapi daya lekat, daya sebar, viskositas dan pHnya tidak memenuhi syarat
sediaan topikal yang baik, dan stabil selama penyimpanan. krim tipe M/A
ekstrak etanol buah takokak tidak memiliki aktivitas antijamur terhadap C.
albicans.

1.4 Tujuan

Membuat Formulasi Krim Ekstrak Buah Takokak (Solanum Torvum) sebagai


krim Anti Jamur
BAB II

2.1 Budidaya

2.1.1 Pembibitan
Tanaman S. torvum dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan
generatif. Perbanyakan dengan biji dilakukan dengan terlebih dahulu
membuang daging buah kemudian disemaikan. Setelah ketinggian benih
sekitar 10 cm dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan dengan jarak tanaman
70 x 80 cm. Pemeliharaan tanaman cepoka hanya dengan membersihkan gulma
dan menggemburkan tanah. Tanaman ini merupakan tanaman yang tahan
terhadap penyakit layu, tidak seperti jenis Solanaceae lainnya. Solanum torvum
berkembang biak hanya dengan biji. Bibit berakar dengan cepat dan menjadi
berkayu. Penyerbukan dilakukan oleh serangga.

2.2.2 Teknis budidaya


Solanum torvum tidak memerlukan satu inang tertentu, namun tumbuh
di mana pun kondisi ekologi mendukung. Meskipun dapat tumbuh dan tumbuh
di area yang terganggu dan terbuka, tanaman ini mungkin tumbuh buruk di
lingkungan dengan kelembapan rendah di California. Spesies ini tidak dapat
bertahan hidup di kawasan kanopi hutan tertutup (PIER) Ekosistem Kepulauan
Pasifik Beresiko (Maryunani Anik. 2010).

Solanum torvum telah berkembang sebagai di daerah tropis Florida


dan Hawaii. Karena spesies ini sebagian besar mendominasi lokasi terbuka
yang terganggu oleh aktivitas manusia dan jarang ditemukan di lokasi yang
mengalami gangguan alami (Nature Serve Explorer 2017), potensi spesies ini
terbatas untuk berkembang di kawasan subtropis di California selatan dan
pesisir tengah.

Tanaman S. torvum dapat diperbanyak dengan cara vegetatif dan


generatif. Perbanyakan dengan biji dilakukan dengan terlebih dahulu
membuang daging buah kemudian disemaikan. Setelah ketinggian benih
sekitar 10 cm dipindahkan ke lahan yang telah disiapkan dengan jarak tanaman
70 x 80 cm. Pemeliharaan tanaman cepoka hanya dengan membersihkan gulma
dan menggemburkan tanah (Mustariche dkk., 2011).

2.2 Panen – Pasca Panen


2.2.1 panen
Tanaman ini merupakan tanaman yang tahan terhadap penyakit layu,
tidak seperti jenis Solanaceae lainnya. Buah pertama cepoka dapat dipanen
setelah berumur sekitar 3-4 bulan dari waktu tanam (Sirait, 2009). Panen
Takokak (Rimbang) sudah dapat dilakukan 85 - 105 HST (Hari Setelah
Tanam). Waktu yang dibutuhkan masing-masing tanaman Takokak (Rimbang)
untuk panen pertama memang tidak seragam, karena bergantung dari kualitas
masing-masing benih awal, lingkungan/kondisi di sekitar masing-masing benih
pada saat bertunas dan tumbuh, serta perawatan pada masing-masing tanaman
Takokak (Rimbang). Buah Takokak di panen pada saat buah sudah tua dan
berwarna kehijauan. Hasil determinasi tumbuhan menunjukkan bahwa
tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah takokak (Solanum torvum
Swartz) (Wibowo dkk., 2016).
2.2.2 Pasca panen

Penaganan pasca panen terung pokak dapat dilakukan dengan


dilakukan sortasi sesuai dengan kriteria, lakukan pembersihan pada buah
takokak, tempatkan dalam ruangan dengan sirkulasi yang baik, pengeringan,
penyimpanan suhu dingin atau pengolahan bentuk lain yang lebih tahan lama
(Agustin, Dewi dan Jadriawanti, 2017).

2.3 Proses Ekstraksi


Buah takokak yang diperoleh dikumpulkan, dibersihkan dari kotoran
dan dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Buah ditiriskan dan dipotong-
potong tipis. Potongan buah dijemur dibawah sinar matahari dengan naungan
kain hitam hingga kering. Buah yang sudah kering selanjutnya dibuat serbuk
dan diayak. Serbuk simplisia yang dihasilkan kemudian dimaserasi dengan
pelarut etanol selama ± 24 jam, kemudian disaring dengan kertas penyaring.
Residu dimaserasi kembali dengan cara yang sama, dan diulang sampai 3x.
Filtrat yang dihasilkan ditampung menjadi satu dan diuapkan, dengan
menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 45-50°C, sampai pelarut habis
menguap (Rokhmawati et al., 2014).
BAB III

FORMULASI

3.1 Formulation Record

PREFORMULATION RECORD
Tanggal : 22 Januari 2024 No. Revisi :
Nomor : 10234509 00
Dokumen
Nama : Swartz krim
Produk
Formula : Tiap 12 g krim mengandung:
Produk No Nama Bobot Fungsi
1 Ekstrak ethanol 0,5% Zat Aktif : Antifungi
buah takokak
2 Asam Stearat 17,9% Emulgator
3 Gliserin 9,9% Humektan
4 Methyl paraben 0,09% Pengawet
5 Nipasol 0,02% Pengawet
6 Triaethanolamin 0,9% Emulgator
7 BHT 0,02% Antioksidan
8 Natrium fosfat 0,5% Pendapar
9 Na EDTA 0,1% Chelating agent
10 Aquadest Ad Pelarut
100 %
Bentuk : krim dalam 12 gram
Sediaan
Produk Kompetitor
Deskripsi -
Produk

STUDI LITERATUR ZAT


EKSIPIEN

Nama Zat Eksipien: Asam stearat


Atribut Kualitas Uraian Referensi
Struktur Kimia HOPE 2009 hal 697

C₁₈H₃₆O₂
CAS Number 57-11-4 HOPE 2009 hal 697
Berat Molekul 284.47 HOPE 2009 hal 697
Pemerian/Deskripsi Asam stearat berbentuk padatan kristal HOPE 2009 hal 697
keras, berwarna putih atau agak kuning,
agak mengkilap, atau bubuk putih atau
putih kekuningan. Ini memiliki sedikit
bau (dengan ambang bau 20 ppm) dan
rasanya seperti lemak.

Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, larut FI III Hal.


dalam30 bagian etanol (95%) P, dalam 57-58
dua bagian kloroform P, dan dalam
bagian 3 eter P
Stabilitas: Asam stearat adalah bahan yang stabil; HOPE 2009 hal 698
Panas antioksidan juga dapat ditambahkan ke
dalamnya

Hidrolisis/ Hidrolisis
oksidasi
Bahan curah harus disimpan dalam
Cahaya wadah tertutup rapat di tempat sejuk dan
kering.
Keasaman/Kebasaan
Inkontambilitas Asam stearat tidak cocok dengan HOPE 2009 hal 698
sebagian besar hidroksida logam dan
mungkin saja cocok
tidak kompatibel dengan basa, zat
pereduksi, dan zat pengoksidasi.
Basis salep yang dibuat dengan asam
stearat mungkin menunjukkan tanda-
tanda kekeringan atau penggumpalan
akibat reaksi tersebut bila dicampur
dengan garam seng atau kalsium. Asam
stearat telah dilaporkan menyebabkan
lubang pada lapisan film tablet yang
diaplikasikan menggunakan teknik
lapisan film berair; lubang tersebut
ternyata merupakan fungsi dari titik leleh
asam stearat.
Kategori Fungsional Agen pengemulsi; zat pelarut; pelumas HOPE 2009 hal 697
tablet dan kapsul
Rekomendasi Oinments and cream 1-20% HOPE 2009 hal 698
Konsentrasi (%)

Nama Zat Eksipien: Gliserin


Atribut Kualitas Uraian Referensi
Struktur Kimia FI VI Hal. 680 (2020)

C₃H₈O₃
CAS Number 56-81-5 Spectrum Chemical
Berat Molekul 92.09 HOPE
(Hal. 283)
Pemerian/Deskripsi Cairan jernih seperti sirup, tidak FI VI Hal.
berwarna, rasa manis, hanya berbau 680 (2020)
lemah (tajam atau tidak enak),
higroskopik, larutan netral terhadap
lakmus
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan FI VI Hal.
etanol; tidak larut dalam kloroform, 680 (2020)
dalam eter, dalam minyak lemak, dan
dalam minyak menguap
Stabilitas: Gliserin terurai jika dipanaskan dengan HOPE
Panas pelepasan akrolein beracun (Hal. 285)

Hidrolisis/ Higroskopis
oksidasi

Terhindar dari cahaya, dalam wadah


Cahaya kedap udara, sejuk dan kering

Keasaman/Kebasaan 5,5 dan 7,5 FI VI Hal.


680 (2020)
Inkontambilitas Gliserin dapat meledak jika dicampur HOPE
dengan zat pengoksidasi kuat seperti (Hal. 285)
kromium trioksida, kalium klorat, atau
kalium permanganat. Dalam larutan
encer, reaksi berlangsung lebih lambat
dengan beberapa produk oksidasi
terbentuk
Kategori Fungsional Pengawet antimikroba; kosolven; HOPE
solven; pemanis. (Hal. 283)
Rekomendasi Kurang dari 20% HOPE
Konsentrasi (%) (Hal. 283)

Nama Zat Eksipien: Nipagin (metil paraben)


Atribut Kualitas Uraian Referensi
Struktur Kimia HOPE 2009
(HAL 442)

C₈H₈O₃
CAS Number 99-76-3 HOPE 2009
(HAL 442)
Berat Molekul 152,15 HOPE 2009
(HAL 442)
Pemerian/Deskripsi Serbuk hablur putih, hampir FI VI
tidak berbau, tidak mempunyai
rasa, kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
Kelarutan Larut dalam 400 bagian air, 50 HOPE 2009
bagian dalam air mendidih (HAL 442)
50ᴼC, 3 bagian dalam etanol
95%
Stabilitas: Larutan metilparaben dalam air HOPE 2009
Panas pada pH 3–6 dapat disterilkan (HAL 442)
dengan autoklaf pada suhu 120 C
selama 20 menit, tanpa
Hidrolisis/ dekomposisi.
oksidasi
Larutan berair pada pH 3–6 stabil
(kurang dari 10% dekomposisi)
hingga sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sedangkan larutan berair
pada pH 8 atau lebih akan
Cahaya mengalami hidrolisis cepat (10%
atau lebih setelah sekitar 60 hari
penyimpanan pada suhu kamar

Methylparaben harus disimpan


dalam wadah tertutup rapat di
tempat sejuk dan kering.
Keasaman/Kebasaan pH 4-8 HOPE 2009
(HAL 442)
Inkontambilitas aktivitas antimikroba metil HOPE 2009
paraben dan paraben lainnya (HAL 442)
sangat berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik, seperti
polisorbat 80, sebagai akibat
dari miselisasi
Kategori Fungsional Pengawet antimikroba HOPE 2009
(HAL 442)
Rekomendasi Konsentrasi 0,02-0,3% HOPE 2009
(%) (HAL 443)

Nama Zat Eksipien: Triaethanolamin


Atribut Kualitas Uraian Referensi
Struktur Kimia HOPE 2009
hal 754

C₆H₁₅NO₃
CAS Number 102-71-6 HOPE 2009
hal 754
Berat Molekul 149,19 HOPE 2009
hal 754
Pemerian/Deskripsi Cairan kental bening, tidak HOPE 2009
berwarna hingga kuning pucat hal 754
yang memiliki sedikit bau
amonia
Kelarutan Mudah larut dalam air, etanol HOPE 2009
95%, dan dalam kloroform hal 754
Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah HOPE 2009
Panas warna menjadi coklat jika hal 754
terkena udara dan cahaya.
Tingkat trietanolamina 85%
cenderung bertingkat di bawah
158˚c; homogenitas dapat
dipulihkan dengan pemanasan
Hidrolisis/ dan pencampuran sebelum
oksidasi digunakan.

Cahaya Hidrolisis

Trietanolamin harus disimpan


dalam wadah kedap udara
terlindung dari cahaya, di tempat
sejuk dan kering.
Keasaman/Kebasaan pH 10,5 HOPE 2009
hal 754
Inkontambilitas amina tersier yang mengandung HOPE 2009
gugus hidroksi: ia mampu hal 755
mengalami reaksi khas tersier
dan alkohol
Kategori Fungsional Agen alkali, zat pengemulsi HOPE 2009
hal 754
Rekomendasi Konsentrasi Konsentrasi yang biasanya HOPE 2009
(%) digunakan untuk emulsifikasi hal 754
adalah 2–4% v/v trietanolamin,
dalam minyak mineral,
diperlukan trietanolamina 5%
v/v

Nama Zat Eksipien: BHT / butylated hydroxytoluene


Atribut Kualitas Uraian Referensi
Struktur Kimia HOPE
Hal 75

C15H24O
CAS Number [128-37-0] HOPE
Hal 75
Berat Molekul 220.35 HOPE
Hal 75
Pemerian/Deskripsi Kristaline solid berwarna putih HOPE
atau kuning pucat atau bubuk Hal 75
dengan samar-samar bau fenol
Kelarutan Praktis tidak larut didalam air, HOPE
gliserin, propilen glikul, larutan \ Hal 75
alkali hidroksida dan asam
mineral encer. Sangat mudah
larut dalam aseton, benzene
etanol (95%), eter, methanol,
toluene dan minyak mineral.
Stabilitas: Terekspos dengan cahaya, HOPE
Panas kelembaban dan panas edisi 6 Hal 75
menyebabkan hilangnya warna
Hidrolisis/ dan aktifitas dari zat ini.
oksidasi

Cahaya

Keasaman/Kebasaan
Inkontambilitas BHT tergolong senyawa Fenolik HOPE
dan memenuhi karakteris dari Hal 75
fenol. BHT tidak kompatibel
dengan peroksida dan
permanganate. Kontak langsung
dengan agen pengoksidasi dapat
menyebabkan pembakaran.
Garam besi dapat menyebabkan
hilangnya warna berserta
aktivitas antioksidannya.
Pemanasan dengan katalis asam
dapat menyebabkan
terdekomposisi dengan cepat dan
melepaskan gas isobutene yang
mudah terbakar
Kategori Fungsional Antioksidan HOPE
Hal 75
Rekomendasi Konsentrasi sediaan topical 0.0075–0.1 HOPE
(%) Hal 75

Nama Zat Eksipien: Sodium Phosphate


Atribut Kualitas Uraian Referensi
Struktur Kimia HOPE
Hal 656

Na₂HPO₄
CAS Number [7558-79-4] HOPE
Hal 656
Berat Molekul 141.96 HOPE
Hal 656
Pemerian/Deskripsi
Kelarutan Sangat larut dalam air, terlebih HOPE
lagi dalam air panas atau Hal 657
mendidih; praktis tidak larut
dalam etanol (95%). Bahan
anhidrat larut 1 dalam 8 bagian
air, heptahidrat 1 dalam 4 bagian
air, dan dodekahidrat 1 dalam 3
bagian air.
Stabilitas: Bentuk natrium fosfat dibasa HOPE
Panas anhidrat bersifat Hal 657
higroskopis.Ketika dipanaskan
hingga 408C, dodekahidrat
Hidrolisis/ menyatu; pada 1008C ia
oksidasi kehilangan miliknya air
kristalisasi; dan pada suhu
merah kusam (sekitar 2408C)
suhunya
diubah menjadi pirofosfat,
Cahaya Na4P2O7. Solusi berair dari
natrium fosfat dibasa stabil dan
dapat disterilkan dengan
autoklaf.

Bahan curah harus disimpan


dalam wadah kedap udara,
tempat sejuk dan kering
Keasaman/Kebasaan pH = 9.1 HOPE
Hal 657
Inkontambilitas Natrium fosfat dibasa tidak HOPE
cocok dengan alkaloid, antipirin, Hal 657
kloral hidrat, timbal asetat,
pirogalol, resorsinol dan kalsium
glukonat, dan ciprofloxacin.
Interaksi antara kalsium dan
fosfat, menyebabkan
terbentuknya zat tidak larut
endapan kalsium-fosfat,
dimungkinkan dalam campuran
parenteral.
Kategori Fungsional Agen penyangga; agen HOPE
sekuestrasi. Hal 656
Rekomendasi Konsentrasi
(%)

Asesmen Regulasi Produk


No Attribut Kualitas Target References
1 Deskripsi:
a. Penampilan Krim Pengkajian
b. Warna Putih
c. Wangi Aromatik
d. Rasa Pahit
2 Ph 4 -7 SNI

3 Identifikasi Positif FI VI
Krim

4 Pengujian Kadar: 90 – 110% FI VI


Krim

5 Variasi Bobot krim Rata-rata < 50% FI VI

6 Volume Terpindahkan 2% USP

7 Batasan Mikrobiologi TPC < 200


CFU/mL < 20 CFU/mL

Kalkulasi
Bahan Bobot perbets
Ekstrak ethanol buah 0,5
takokak x 500 = 2,5 g
100
17,9
Asam stearat x 500 = 89,5 g
100
9,9
Gliserin x 500 = 49,5 ml
100
0,9
Triaethanolamin x 500 = 4,5 ml
100
0,09
Methyl paraben x 500 = 0,45 g
100
0,02
Nipasol x 500 = 0,1 g
100
0,02
BHT x 500 = 0,1 g
100
0,5
Natrium fosfat x 500 = 2,5g
100
0,1
Na EDTA x 500 = 0,5 g
100
Aquadest Ad 500 g

PERHITUNGAN BAHAN PER JAR


Bahan Bobot perbets
Ekstrak ethanol buah 0,5
takokak x 12 = 0,06 g
100
17,9
Asam stearat x 12 = 2,148g
100
9,9
Gliserin x 12 = 1,188 ml
100
0,9
Triaethanolamin x 12 = 0,108 ml
100
Methyl paraben 0,09
x 12 = 0,010 g
100
0,02
Nipasol x 12 = 0,0024 g
100
0,02
BHT x 12 = 0,0024 g
100
0,5
Natrium fosfat x 12 = 0,06 g
100
0,1
Na EDTA x 12 = 0,012 g
100
Aquadest Ad 12 g

1. Volume tak terpindahkan per jar


2% x volume sediaan
2% x 12 g (per/jar) = 0,24 g = 240 mg
2. Perhitungan per batch
2% x 36 g (3 jar) = 0,72 g = 720 mg
36 + 0,72 = 36,72 g
Permasalahan dalam Produksi
No Permasalahan Solusi
1 Material yg berbasis minyak Ditambahkan emulgator supaya
tidapat tercampur dengan yang terbentuk suatu sediaan emulsi yang
berbasis air. dapat menyatukan air dan minyak.
2 Sediaan yang berbasis air sangat Penambahan pengawet agar produk
rentan ditumbuhi bakteri dan tidak ditumbuhi bakteri dan jamur
jamur sehingga aman dikonsumsi

3 Ph pada sediaan tidak stabil Diberika pendapar agar stabil

4 Sediaan menggumpal Aduk homogen menggunakan mixer


3.2 Pengolahan Batch
CATATAN PENGOLAHAN BETS
KRIM ESKTRAK BUAH TAKOKAK
No: Dokumen: No. Revisi : 00 Halaman
Tgl. : 22 Januari 2024 1 dari 5
1. Ruang Penimbangan Ceklist Paraf

Penimbangan Bahan Formulasi


Bahan Bobot Yang Ditimbang
perbets
Ekstrak buah takokak 0,5% 2,5 g
Asam Stearat 17,9% 89,5 g
Gliserin 9,9% 49,5 mL
Methyl paraben 0,09 % 0,45 g
Nipasol 0,02 % 0,1 g
Triaethanolamin 0,9 % 4,5 mL
BHT 0,02 % 0,1 g
Natrium fosfat 0,5 % 2,5 g
Na EDTA 0,1% 0,5 g
Aquadest Ad 500 g
2. Ruang Pencampuran Ceklist Paraf
1. Semua bahan yang berfase minyak ditimbang terlebih dahulu
2. Asam stearat dimasukkan kedalam cawan porselin
3. Tambahkan nipasol kemudian dilebur diatas water batch
4. Tambahkan fase air seperti gliserin dan TEA kedalam cawan
ditambah nipagin kemudian campur dan lebur diatas water
batch
5. Siapkan mortir hangat, fase minyak dituang kedalam mortir
hangat diaduk hingga homogen lalu fase air
6. Aduk hingga terbentuk masa krim
7. Dimasukkan ekstrak buah takokak ke dalam basis krim yang
telah terbentuk dan diaduk sampai homogen
8. Masukan BHT gerus homogen
9. Masukan natrium fosfat gerus homogen
10. Sediaan yang telah selesai dibuat, dimasukkan ke dalam
kemasan
3. Ruang Pengisian Ceklist Paraf
1. Sediaan krim asam salisilat dimasukkan ke dalam 3 botol
sediaan.... mL yang telah dikalibrasi.
2. Tutup pot sediaan, dhapus tanda kalibrasi, ditempelkan etiket
dan sisa sediaan dilakukan evaluasi.

4. Ruang Pengemasan Ceklist Paraf

No Uraian Ceklist Keterangan


1 Jumlah produksi perbets
2 Label
3 Brosur
4 Kemasan Primer
5 Kemasan Sekunder

Diperiksa Oleh: Disetujui oleh:

Manajer Produksi (Asslab) Direktur (Dosen)


3.3 Pemeriksaan Produk
CATATAN PENGUJIAN PRODUK
KRIM EKSTRAK BUAH TAKOKAK
No: Dokumen: 00FA40601 No. Revisi : 00 Halaman
Tgl. : 22 Januari 2024 1 dari 5
IN PROCESS CONTROL

Parameter Referensi
No Standar Hasil Pemeriksaan
Uji
Uji FI VI 2020
organoleptis: Krim
1
Bentuk Putih
Warna Tidak ada
Bau bau
2 Viskositas 2000-5000 cP SNI 16-4349-9-1996
3 pH 4,5 – 6,5 SNI 16-4349-9-1996
END PROCESS CONTROL
Parameter Referensi
No Standar Hasil Pemeriksaan
Uji
1 Viskositas 2000-5000 SNI 16-4349-9-1996

2 pH 4.5 -6.5 SNI 16-4349-9-1996

3 Bentuk Krim FI VI 2020

5 Warna Putih FI VI 2020

6 Bau Tidak ada bau FI VI 2020


Kesesuain
9 Memenuhi
volume
Kesesuaian
10 No Batch Sesuai
POM NA
Kesesuain
11 Sesuai
label
Kesesuaian
12 Sesuai
kemasan
Awal Tengah A
Kesesuaian
13 Berat Netto Sesuai
dengan label
Rata-Rata =

Status :
Release Reject Pending
3.4 Proptotype Produk Jadi
STANDAR PROTOTYPE PRODUK JADI

No: Dokumen:
40040601
Tgl. : 22 Januari 2024
LABEL
Desain Ceklist
Ukuran 5 X 5 CM
Warna Hijau tosca
dan putih
Teks Times
newroman,
Barcode

ISO
Box
Brosur
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, T., Dewi, B., & Jadriawanti. (2017). Takokak/terung


pokak.http://cookpad.com.
Balachandran C., Duraipandiyan V., Al-Dhabi N.A., Balakrishna K., Kalia N.P.,
Rajput V.S., Khan I.A., Ignacimuthu S. (2012) Antimicrobial and
antimycobacterial activities of methyl caffeate Iiolated from Solanum
torvum Swartz. fruit. Indian J. Microbiol. 52:676–681.
Bari M.A., Islam W., Khan A.R., Mandal A. (2010) Antibacterial and Antifungal
Activity of Solanum torvum (Solanaceae) Int. J. Agric. Biol. 12:386–390.
Ellyani, SS.2016. Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Buah Rimbang (Solanum
torvum Sw.) Sebagai Anti-Aging. 119: 20-51
RR. Asih Juanita, Juliadi D. 2020. Perbandingan Potensi Foto Protektor Ekstrak
Ethanol Buah Takokak Dengan Krim Ekstrak Ethanol Buah Takokak
(Solanum torvum Swartz) Secara In Vitro Dengan Spektofotometri UV-
VIS.
Gandhi GR, Ignacimuthu S, Paulraj MG, and Sasikumar P, 2011.
Antihyperglycemic Activity and Antidiabetic Effect Of Methyl Caffeate.
Isolated from Solanum torvum Swartz, Fruit in Streptozotosin Induced
Diabetic Rats. European Journal of pharmacology. 670 : 623-631. India.
Jackson LP, Castilo AA, Lores OF, Hernandez JB, Salas HJ, Zapata EP, Diaz NW,
and Tasse YM, 2010. Toxicity By Repeated Does Of Solanum torvum SW
Decoction (prendejera) In Rats. Revista Cubana Plant Med. 15(2):51-59.
Jaiswal, B.S. 2012. Solanum Torvum: A Revie Of Its Traditional Uses.
PhytoChemistry And Pharmacology. International Jurnal Of Pharma And
Bio Sciences, SOS in Pharmaceutical Sciences. Jiwaji University. Cwalior.
India.
Julfitriyani, Runtuwene, M. R., & Wewengkang, D. (2016). Uji aktivitas
antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol daun foki sabarati (Solanum
torvum). Jurnal Ilmiah Pharmacon, 5(3), 94-101.
Kusumaputra B.H., Zulkarnain I. (2014) Penatalaksanaan kandidiasis mukokutan
pada bayi. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 26:139-145.
Lalita V., Raveesha K.A., Kiran B. (2010) Antimicrobial activity of Solanum
torvum Swart. against important seed borne pathogens of paddy. Iraniqa J.
Ener. Environment. 1:160-164.
Maryunani Anik. 2010. Biologi Reproduksi dalam Kebinanan. Trans Info
MediaJakarta.
Mustariche., dkk. 2011. Metode Penelitian Tanaman Obat.Widya Padjajaran.
Nurlela, Siti. 2017. Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Buah Rimbang
(Solanum Torvum SW.)
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1482.
Nguelefack TB, Mekhfi H, Dimo T, Afkir S, Nguelefack-Mbuyo EP, Legssyer A,
Ziyyat A. 2008. Aktivitas agregasi kardiovaskular dan anti-platelet ekstrak
buah Solanum torvum (Solanaceae) pada tikus. J Med Integratif Cina .
5(7):180–192.
Pratiwi dkk., 2023. Evaluasi Aktivitas Tabir Surya Krim Ekstrak Etanol Buah
Takokak (Solanum Torvum Sw.) Secara in Vitro dan in Vivo.
Rokhmawati A., Gunadi A., Fatmawati D.W.A. (2014) Daya antibakteri ekstrak
buah takokak (Solanum torvum Swartz) terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans. Art. Ilmiah HPM 1:1-7.
Sirait, Nursalam. 2009. Terong Cepoka (Solanum torvin) Herba yang berkhasiat
Obat. Warta Penelitian dan Pengem bangan Tanaman Industri. Balintro,
Vol 15(3): 10-11.
Wibowo SA, Budiman A, Dwi H. Formulasi Dan Aktivitas Anti Jamur Sediaan
Krim M/A Ekstrak Etanol Buah Takokak (Solanum Torvum Swartz)
Terhadap Candida Albicans. J Ris Sains dan Teknol. 2017;1(1):22–36.
Yuanyuan L.U., Jianguang L., Xuefeng H., Lingyi K. (2009) Four steroidal
glycosides from Solanum torvum and their cytotoxic activities. Steroids
74:95-101.

Anda mungkin juga menyukai