Modul FisUm JJ22
Modul FisUm JJ22
Modul FisUm JJ22
MODUL PRAKTIKUM
FISIKA UMUM
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
DAFTAR ISI
IDENTITAS PRAKTIKAN.................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iv
PETUNJUK 1
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mampu menggunakan beberapa alat ukur dasar.
B. KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengukur besaran dasar dengan alat yang sesuai dan
mengolah data hasil pengukuran sesuai aturan penulisan angka berarti disertai
ketidakpastiannya.
C. TEORI DASAR
1. Pendahuluan
Definisi dari pengukuran adalah kegiatan membandingkan ukuran fisis
suatu benda atau gejala dengan satuannya, menggunakan alat ukur. Setiap
pengukuran selalu diikuti oleh ketidakpastian (error). Penyebabnya antara lain
adalah adanya nilai skala terkecil (NST) alat ukur, kesalahan kalibarasi, kesalahan
titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran, kondisi lingkungan tempat melakukan pengukuran serta
keterampilan pengamat.
Ketidakpastian pengukuran mempengaruhi nilai sebenarnya dari suatu
besaran yang diukur. Makin kecil ketidakpastian, makin teliti pengukuran yang
dilakukan yang berarti makin mendekati nilai sebenarnya nilai besaran yang
diukur.
Mutu hasil pengukuran juga dipengaruhi oleh cara penyampaian hasil
pangukuran. Dalam Penuntun ini akan disajikan bagaimana cara penyampaian
hasil pengukuran serta ketidakpastian yang menyertainya.
Skala Nonius
Skala Utama
Gambar 1.2.a. Kedudukan titik nol nonius berimpit dengan skala utama sebelum
pengukuran
Dari gambar 1. 2.a diperoleh:
NST = 0,1 satuan
SU = 9 dan SN = 10
• Misalkan saat melakukan pengukuran kedudukan skala nonius dan skala
nonius seperti Gambar 2.b. Amati hasil pembacaan skala utama tanpa nonius
lalu amati pula skala nonius yang berimpit dengan skala utama, dari sini
diperoleh N1.
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup juga memiliki skala utama dan skala nonius seperti
Gambar 1.4. Mikrometer sekrup biasanya digunakan untuk mengukur tebal dari
benda yang tipis seperti tebal kertas, tebal karton dan lainnya. Untuk menentukan
hasil pembacaan dari mikrometer sekrup digunakan persamaan (I) diatas.
d. Neraca Teknis
Neraca teknis merupakan alat ukur massa. Neraca teknis yang digunakan
dalam Penuntun ini adalah neraca Ohaus tupe: 320 g., atau 3610 g. Skemanya
diperlihatkan dalam Gambar 1.5.
e. Stopwacth
Stopwatch merupakan alat ukur waktu, lebih tepatnya selang waktu antara
dua kejadian atau paristiwa fisis yang diamati. Stopwatch dapat diaktifkan dan
dinon aktifkan (dimatikan). Ketika memulai sesuatu pengukuran stopwatch
diaktifkan dan setelah pengukuran selesai stopwatch dinonaktifkan. Waktu yang
ditunjukkan stopwatch merupakan selang waktu dari pengukuran kita.
INGAT!!!!
4. Ketidakpastian Pengukuran
a. PengukuranTunggal
Apabila pengukuran dilakukan sekali saja atau tunggal, maka hasil
pengukuran dilaporkan dengan cara:
X= x + Δx(satuan) ……………………………………………….…...(1.2)
dengan:
X : besaran fisis yang diukur (misalnya panjagg, waktu massadan besaran
fisis) :
x : angka yang tmbacapada alat ukur
Δx: ketidakpastian mutlak
Ketidakpastian mutlak (KM) pada pengukuran tunggal adalah:
Δx = 1/2 NST........................................................................................(1.3)
b. Pengukuran berulang
Pengukur berulang akan menghasilkan sekumpulan data. Oletr sebab itu
hasil pengukuran berulang dilaporkan dengan cara sebagai berikut:
X = x ± Δx (satuan)...............................................................................(1.4)
Dengan : x = rata-rata dari kumpulan data
Δx = ketidakpastian pengukuran
Rata-rata dari kumpulan dara dicari dengan cara:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝑥= atau
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑑𝑎𝑡𝑎
∑𝑖 𝑥𝑖
𝑥= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (1.5)
𝑁
Jika pengukuran dilakukan dengan jumlah pengulangan 1<N≤5, maka
ketidakpasiannya ditentukan dari
𝑟𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎
∆𝑥 = … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (1.6)
𝑁
Dengan:
Rentangan data:=data tertinggi - data terendah
Pada pengukuran dengan jumlah pengulangan cukup sering ketidakpastian
ditentukan dengan standar devisi (s) dankurirpulan data jadi,
1 n X i − ( X i )
2 2
5. Angka Berarti
Angka berarti (AB) menunjukkan jurnlah digit angka yang akan
dilaporkan pada hasil akhir pengukuran. Angka berarti berkaitan dengan
Kesalatran Relatif (KR). Aturan praktis yang manghubungkan antara KR dan AB
adalah:
AB=l – log (KR)...............................................................................(1.10)
Nilai AB dibulatkan sesuai dengan aturan pembulatan.
contoh penggunaan AB dalam pengukuran diberikan dalam Tabel di bawah ini:
Nilai yang teratur KR (%) AB Hasil Penulisan
0,1 4 (1,202±0,001) x 103
1,202 x 103 1 3 (1,20±0,01) x 103
10 2 (1,2±0,1) x 103
10. Apa perbedaan massa dengan berat benda ? dan sebutkanjuga contoh alat
ukur massa dan alat ukur berat tersebut.
11. Untuk apa gunanaya stopwatch? Dan berikan juga dua contoh
kegunaannya.
12. Apa yang dimaksud dengan suhu atau temperatur? Dan sebutkan juga
beberapa jenis alat pengukuran suhu yang biasa dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari.
13. Sebutkan beberapa gejala kelistrikan yang dapat dikur beserta nama alat
ukur yang biasa untuk keperlukan itu.
14. Jelaskan bagaimana bedanya susunan rangkaian pengukuran kuat arus
listrik dan pengukuran tegangan listrik (gambarkan)
15. Jelaskan dengan contoh perbedaan antara angka berarti, angka pasti dan
angka taksiran.
16. Jelaskan manfaat pemakaian notasi ilmiah dalarn penulisan hasil
pengukiran orde baru.
17. Sebutkan empat aturan angka berarti.
18. Panjang sebuah pensil yang diukur tunggal, dilaporkan l= (12,8 ± 0.05)
cm. Apa artinya? Beberapa NST alat ukur yang digunakan?
19. Data pengukuran luas lembaran kertas adalah; l0,l; 10,2; 10,0; 10,0; 9,8;
10,1; 9,8; 10,3; 9,7; dan l0,0. nyatakanlah hasil pengukuran luas tersebut
berdasakan angka berarti disertai ketidakpastiannya.
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Tentukan NST dari alat ukur di bawah ini:
a. Mistar
b. Jangka sorong
c. Miultimeter sekrup
d. Neraca Ohauss
e. Stopwatch
Isikan dalam tabel 1.
2. Lakukan pengukuran masing-rnasing satu kali dengan alat ukur yang tepat
untuk objek-objek di bawah ini, dan nyatakan hasil pengukuran anda
G. PENGOLAHAN DATA
Lakukan pengolahan data untuk mencari nilai rata-rata dan ketidakpastian
dari pengukuran berulang, yaitu untuk tabel2 (N=5) dan tabel 3 (N= l0) di atas.
Laporkan hasil pengukuran menurut aturan angka penting beserta ketidakpastian
mutlak dan ketidakpastian relatif-nya.
H. TUGAS AKHIR
1. Bandingkan NST antara mistar, jangka sorong dan miikrometer sekrup.
Nyatakan kesimpulan anda.
2. Bandingkan hasil pengukuran tunggal dengan hasil pengukuran berulang
untuk objek pengukuran yang sarna, nyatakan kesimpulan anda.
3. Sebutkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi salama pengukuran.
I. DAFTARPUSTAKA
1. Kirkup, L. 1994. Experimental Methods. John Willey & Son. Singapore.
2. Cicero, H. Bernard, Chirold D.EEP, (1995) Laboratory Expriments in
College Physics, John Willey & Sons Inc. New York.
3. Laboratorium Fisika Dasar ITB, (2002), Penuntun Pratikum Fisika Dasar
I, Penerbit ITB, Bandung.
JURNAL DATA
Nama/NIM Tanggal
Partner 1. Asisten 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
1 Mistar
2 Jangka sorong
3 Mikrometer sekrup
4 Neraca ohaus
5 Stopwatch
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
N=10 ∑ 𝑋𝑖 ∑ 𝑋𝑖
PETUNJUK II
KETIDAKPASTIAN FUNGSI VARIABEL ;
Pengukuran massa jenis
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan rambatan ketidakpastian (error propagation) pada
pengukuran fungsi variabel.
2. Menentukan massa jenis silinder materi.
B. KOMPETENSI
Mahasiswa rnampu mengukur besaran fungsi variabel serta mengolah
data hasil pengukuran sesuai aturan angka berarti yang disertai ketidakpastiannya.
C. TEORIDASAR
1. Pendahuluan
Dalam menetukan nilai suatu besaran fisis ada yang tidak dapat diukur
secara langsung dalam percobaan. Misalnya menentukan massa jenis benda.
Untuk menentukan massa jenis (𝜌), data yang langsung diperoleh dari pangukuran
adalah massa benda (m) dan volume benda (V). Lalu, massa jenis ditentukan dari
rumus:
𝑚
𝜌= ………………………………………..……………(2.1)
𝑉
……………………………(2.2)
Dengan:
maka:
……………………………….(2.3)
Dengan:
dan
………………………………….(2.4)
Atau jika ∆Y dari NST (pengukuran tunggal) dan ∆X dari standar deviasi
(pengukuran berulang), maka:
………………………………...(2.5)
𝑚
𝜌= ……………,,,,,,,,,,,,,,………………………………………(2.6)
𝑉
m adalah massa silinder yang dapat diukur langsung dengan ketidakpastian ∆m.
Sedangkan V adalah volume silinder yang diperoleh secara tidak langsung.
Volume silinder ditentukan dari persamaan:
dengan D dan L berturut-turut adalah diameter dan panjang silider yang dapat
diukur secara langsung. Dengan demikian, ketidakpastian dari volume (∆V)
bergantung pada ketidakpastian diameter (∆D) dan ketidakpastian panjang (∆L),
yang diberikan oleh hubungan dalam persamaan (l), (2), (3) atau (4), sesuai
dengan pengukuran yang dilakukan (tunggal, berulang atau carnpur). Misalnya
untuk pengukuran tunggal, ∆C ditentukan sebagai berikut:
(2.8)
Begitu pula, ketidakpastian dari massa jenis (∆p) ditentukan dari ketidapastian
massa (∆m) dan ketidakpastian volume (∆V), menurut hubungan dalam
persamaan (1), (2), (3) atau (4), sesuai dengan pengukuran yang dilakukan
(tunggal, berulang atau campur). Misalnya untuk pengukuran funggal, ∆V
ditentukan sebagai berikut:
…………………………………(2.9)
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Seseorang mahasiswa fisika hendak mengetahui besarnya gravitasi di suatu
daerah yang tingginya 400 m di atas permukaan laut menggunakan ayunan
sederhana. Rumus yang dipkai adalah:
𝐼
g = (39,44) x ( 2 ) , dengan I panjang ayunan dan T perioda ayunan
𝑇
Dafa hasil pengukuran diberikan dalam table dibawah ini.
Perc. Panjang Waktu 10 kali Waktu satu kali Percepatan
T2
Ke ayunan (I) ayunan (t) ayunan (T)= t/10 gravitasi
1 0.20 m
2 0.25 m
3 0.30 m
4 0.45 m
5 0.45 m
6 0.50 m
7 0.55 m
g rata-rata = .........m/s
a. olahlah data tersebut dan masukkan hasilnya pada tabel data yang masih
kosong.
b. Buatlah grafik hubungan T2 sebagai fungsi I.
2. Berdasarkan soal no. 1 bila panjang bandul di ukur dengan mistar yang
NST-nya 0,1 cm dan waktu ayunan di ukur dengan stopwatch yang NST
nya 0,1 sekon, tentukanlah percepatan gravitasi yang harus dilaporkan
beserta ketidakpastiannya(KM dan KR).
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Lakukan pengukuran tunggal terhadap massa silinder materi. Gunakan alat
ukur yang tepat. Catat hasilnya di dalam tabel 1.
2. Lakukan pengukuran tunggal terhadap diameter dan panjang selinder
materi, untuk menetukan volume selinder beserta ketidakpastiannya. Catat
hasilnya di dalam tabel 1.
G. PENGOLAHAN DATA
1. Carilah Vs dan ∆V pada pengukuran tunggal dari datadalam tabel data l.
2. Carilah Vo dan ∆Y pada pengukuran bervariasi dari data dalam tabel data
3. Carilah Vo clan ∆V pada pengukuran berulang dari data dalam tabel data 3.
4. Carilah Vo dan ∆V pada pengukuran tunggal dari data dalam tabel data l.
laporan hasil pengukuran massa jenis (𝜌) berserta ketidakpastiannya
menurut afuran angka penting.
5. carilah Vo dan ∆V pada pengukuran bervariasi dari data dalam tabel data 2.
laporan hasil pengukuran massa jenis (𝜌) beserta ketidakpastiannya menurut
aturan angka penting.
6. carilah V0 dan ∆V pada pengukuran berulang dari data dalam tabel data 3.
7. Laporan hasil pengukuran massa jenis (𝜌) berserta ketidakpastiannya
menurut aturan angkan penting.
H. TUGAS AKHIR
1. Bandingkan hasil pengukuran massa jenis yang diperoleh pada setiap
percobaan, nyatakan kesimpulan anda.
2. Sebutkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengukuran.
I. DAFTAR PUSTAKA
Cicero, H. Bernard D. EEP, (1995). laboratory Experiment in College Pysics,
Jonh Willey & Sons Inc. New York.
Kirkuo, L 1994. Experimental Metode. Jonh Willey & Sons Inc. Singapore.
J. JURNAL DATA
𝐷
Massa Diameter Panjang ∆m ∆D ∆L v0= 𝜋( 20)2 L0 ∆V 𝜌0 ∆𝜌
(m0) (D0) (L0)
PETUNJUK III
MEJA GAYA
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuktikan kebenaran hukum I Newton pada sistem kesetimbangan.
2. Menentukan resultan gaya yang bekerja pada satu titik tangkap.
B. KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengukur resultan gaya yang bekerja pada satu titik
tangkap serta rnengolah data hasil pengukuran menggunakan angka berarti dan
ketidak pastian untuk membuktikan kebenaran hukum 1 Newton.
C. TEORI DASAR
1. Pendahuluan
Jika suatu benda dipengaruhi oleh beberapa buah gaya, tetapi benda tetap
diam berarti benda berada dalam kesetimbangan. Resultan gaya yang bekerja pada
benda yang setimbang sama dengan nol, seperti yang disyaratkan oleh hukum 1
Newton. Misalkan sebuah benda dipengaruhi oleh 3 buah gaya yakni F1, F2, dan
F3 dan benda dalam kesetimbangan seperti Gambar 1, maka:
∑ F = F1+ F2 + F3 = 0 ………………………………………………... (3.l)
…….………………………….(3.2)
Atau
……………………………………………....(3.3)
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Nyatakan hukum I Newton dengan kata-kata anda sendiri.
2. Sebutkan dua contoh penggunaan hukum I Newton dalam kehidupan sehari-
hari.
3. Buktikan persamaan (2) dan (3).
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susun meja gaya dan katrol dengan bahan yang beratnya masing-masing F1,
F2, dan F3 serta benang L1, L2, dan L3 seperti gambar 3.2.
I. JURNAL DATA
PETUNJUK IV
KOEFISIEN GESEKAN PADA BIDANG MIRING
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan nilai koefisien gesekan statis dan kinetis pada berbagai
bidang yang berbeda permukaanya (kasar/halus).
2. Menjelaskan faktor-faktor yang menentukan besamya koefisien gesekan
bidang.
B. KOMPETENSI
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran nilai koefisien gesekan serta
mengolah data hasil pengukuran menggukan angka berarti disertai ketidak
pastiannya dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
besamya koefisien gesekan.
C. TEORI DASAR
Energi yang tepakai pada peralatan (mesin) mekanis dapat didefinisikan
sebagai kapasitas peralatan untuk melakukan kerja. Ada beberapa peralatan yang
digunakan untuk mengkonversikan energi dari satu bentuk ke bentuk lain. Tetapi
tinjauan ekperimen dan teoritis menyatakan bahwa energi total adalah kekal.
Salah satu jenis peralatan yang digunakan untuk mempelajari prinsip kerja dan
kekekalan energi adalah bidang miring. Seperti terlihat Gambar 4.1.
tedapat gesekan antara bidang dengan benda maka gaya total yang dialami benda
akan berkurang. Gaya gesekan ini depengaruhi oleh koefisien gesekan antara
benda dengan bidang. Dalam percobaan ini akan di tentukan nilai koefisien pada
berbagai bidang yang berbeda pemukaannya (kasar/halus). Ada beberapa cara
untuk rnenentukan koefisien gesekan yaitu:
1. Mengukur gaya tarik yang diperlukan untuk menggerakan balok dengan
kecepatan konstan saat tepat akan bergerak pada bidang horizontal, seperti
Ganbar 4.2.
Bila katrol dianggap tak bermassa dan gesekan katrol diabaikan terhadap
tali, pada saat balok tepat akan bergerak atau ketika balok telah bergerak dengan
kecepatan konstan berarti memenhi hukum I Newton yaitu resultan gaya arah
mendatar dan arah vertikal sama dengan nol.
Gaya tarik balok (F) = gaya gesekan antara balok dengan bidang datar atau
F = 𝜇N
Tetapi,
N = W = m.g
Jadi,
𝐹
𝜇= ,………………………..…………………………………(4.1)
𝑚.𝑔
2. Mengukur sudut miring (𝜃) suatu bidang miring yang menyebabkan balok pada
bidang itu bergerak turun dengan kecepatan konstan atau tepat akan bergerak
ke bawah. Seperti gambar 4.3.
= 𝜇N + W sin 𝜃
Tetapi,
N = W cos 𝜃
Jadi:
F − W sin 𝜃
𝜇= ………………………………................…………..(4.3)
W cos 𝜃
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah sudut kemiringan bidang mempengaruhi koefisien gesekan.
Jelaskan.
2. Apakah yang dimaksud dengan koefisien gesekan statis dan koefisien
gesekan kinetis.
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Susunlah peralatan seperti pada Gambar 4.2. Lakukan percobaan dengan
menggunakan balok yang berbeda massanya. Catat data pengamatan
dalam Tabel 1.
2. susunlah peralatan seperti pada Gambar 4.3. Lakukan percobaan dengan
menggunakan balok yang berbeda massanya. catat data pengamatan dalam
Tabel 2.
3. Susunlah peralatan seperti pada gambar 4.4. Lakukan percobaan dengan
menggunakan balok yang berbeda massanya. catat data pengamatan dalam
Tabel 3.
G. PENGOLAHAN DATA
1. Tentukan nilai koefisien gesekan dari data Tabel 1 menggunakan
persamaan (4.1). Laporkan hasil pengukuran beserta KM dan KR-nya.
2. Tentukan nilai koefisien gesekan dari data Tabel 2 menggunakan
persamaan (4.2).Laporkan hasil pengukuran beserta KM dan KR-nya.
3. Tentukan nilai koefisien gesekan dari data Tabel 3 menggunakan
persamaan (4.3). Laporkan hasil pengukuran beserta KM dan KR-nya.
H. TUGAS AKHIR
1. Apakah kesimpulan anda dari percobaan di atas.
2. Sebutkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi selama pengukuran.
I. DAFTAR PUSTAKA
Cicero, H. Bernard D. EEP, (1995). laboratory Experiment in College Pysics,
Jonh Willey & Sons Inc. New York.
J. JURNAL DATA
PETUNJUK V
PESAWAT ATWOOD
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kecepatan dan percepatan benda yang bergerak memenuhi
Hukum Newton.
2. Menentukan momen inersia katrol.
B. KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengukur kecepatan dan percepatan benda yang
bergerak memenuhi hukum Newton dan rnengolah data hasil pengukuran
menggunakan angka berarti disertai ketidakpastian.
C. TEORI DASAR
Bila suatu katrol hanya dapat berputar pada porosnya yang diam, maka
geraknya dapat dianalisis dengan menggunakan gambar 2.
T1 - Mg –T2 - N = a ………………………………………………..………(5.1)
T1R – T2R = Ta ……………………………………………………...…….(5.2)
𝑎
𝛼 = 𝑅 ………………………………………………………………………(5.3)
Gambar 5.1. Gaya-gaya pada Katrol Gambar 5.2. Katrol dan Beban
a adalah percepatan tangensial tepi katrol dan percepatan ini sama dengan
percepatan tali penggantung yang dililitkan pada katrol tanpa slip. Bila suatu
benda digantungkan pada tali seperti Gambar 3, maka percepatan benda adalah:
………………………………………….(5.4)
Perhatikan gambar 2, jika massa beban tak sama maka sistem akan
bergeraklurus dipercepat beraturan. Dengan rnengukur jarak yang ditempuh serta
mengukur waktu yang diperlukan kita dapat menentukan percepatan beban dari
percobaan.
Jika percepatan telah diketahui maka dengan menggunakan Persamaan (4)
kita dapat menghitung momen inersia katrol. Jika massa beban sama, maka sistem
akan bergerak lurus beraturan atau diam ( hukum I Newton). jika ada awalnya
sistem telah mempunyai kecepatan (dalam keadaan bergerak), maka kecepatan
awal tersebut dapat ditentukan dengan mengukur jarak tempuh dan waktu tempuh
benda.
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan hukum I Newton.
2. Tuliskan secara matematis hukum II Newton dan sebutkan arti lambang-
lambang yang dipergunakan.
3. Dimulai dari definisi a = dv / dt dan v = dx / dt, turunkanlah persamaan
gerak yang menyatakan v dan x sebagai fungsi dari waktu untuk
percepatan tetap.
4. Tuliskan hukum III Newton dan ungkapkan artinya.
5. Tuliskan besaran-besaran pada gerak rotasi yang analog (menggantikan
peranan) besaran-besaran pada gerak linier seperti kedudukan x, kecepatan
linier v, percepatan linier a, massa m, gaya F dan momentum linier p.
6. Tuliskan hukurn II Newton untuk gerak rotasi.
7. Buktikan Persamaan 4.
8. Tentukanlah momen inersia katrol jika M1 = M2 = M, dari Persamaan 4.
9. Jika momen inersia katrol dapat diabaikan, bagaimana dengan percepatan
benda?.
10. Gambarkan gafik kedudukan x terhadap t2 pada gerak lurus dipercepat
beraturan untuk kecepatan dan kedudukan awal masing-masing nol, dan
terangkan cara menentukan percepatan (a) dari grafik tersebut.
11. Gambarlah grafik kedudukan x terhadapat waktu t untuk sistem bergerak
dengan kecepatan tetap dan terangkan cara untuk mencari kecepatan dari
grafik tersebut awalnya nol.
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang massa beban M1, M2. m1 dan m2.
2. Periksa apakah pesawat Arwood telah siap untuk dipergunakan.
a. Pastikan bahwa tiang tidak miring.
b. Pastikan bahwa katrol dapat berputar dengan bebas.
c. Gantungkan M1 dan M2 pada ujung-ujung tali kemudian pasang tali
pada katrol.
d. Pastikan bahwa tali sejajar dengan tiang.
e. Pasang M1 pada genggaman G dan tambahkan beban m1 pada M2.
lepaskan M1 dengan menekan pegas S. Pastikan bahwa beban M2
dapat melalui A tanpa terganggu dan hanya beban M1 saja yang
tertahan di A.
3. Ukur tinggi beban M2 dan jari-jari katrol yang digunakan.
4. Pasanglah M1 pada G dan tambahkan beban m1 pada m1 Catat posisi A, B,
dan C pada keadaan ini. Lepaskan M1 dari genggaman G dengan menekan
pegas S. Catat waktu IAB, yaitu waktu yang diperlukan oleh beban M2
(setelah tambahan m1 tersangkut di A) untuk menempuh jarak xAB.
G. PENGOLAHAN DATA
1. Buatlah grafik antara xAB terhadap tAB untuk setiap beban tambahan jarak
xAB harus dikoreksi dengan memperhatikan tinggi beban M2. Dari grafik
1tentukan kecepatan M2 sesaat setelah melewati A untuk setiap beban
tambahan.
2. Buatlah grafik antara xAB terhadap tCA untuk setiap beban tambahan dari
data yang diperoleh dari langkah percobaan 8 sampai dengan 10.
3. Dari grafik 4 tentukanlah percepatan M2 untuk setiap beban tambahan.
H. TUGAS AKHIR
1. Apakah jarak xAB juga harus dikoreksi dengan tinggi M2? Jelaskan.
2. Hitunglah momen inersia katrol.
I. REFERENSI
Laboratorium Fisika Dasar ITB, (2002). Penuntun Praktikum FISIKA DASAR I,
Penerbit ITB, Bandung.
J. JURNAL DATA
PETUNJUK VI
BANDUL FISIS
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan percepatan grafik dengan menggunakan bandul fisis.
B. KOMPETENSI
Mahasisiwa mampu mengukur konstanta di suatu tempat menggunakan
bandul fisis serta mengolah data hasil pengukuran menggunakan angka berarti
disertai ketidak pastiannya.
C. TEORI DASAR
m
Untuk gerak harmonis sederhana T = 2
k
I
Perida gerak harmonis angular T = 2 ................................................(1)
k
Dengan :
F = gaya
α = percepatan linier
k = tetapan
θ = simpangan sudut
m = massa
τ = momen gaya
α = percepatan sudut
χ = sipangan linier
I 0 + m 2
T = 2 ...........................................................................................(3)
k
Jika T1 adalah perioda ayunan dengan jarak antara C terhadap P adalah d1 dan
T2 adalah periode ayunan dengan jarak antara C terhadap P adalah d2, maka
percepatan gravitasi dapat kita tentukan dengan mengeliminasi I0 dari T1 dan T2
hasilnya adalah sebagai berikut:
g = 4 2
(d − d1
2 2
)
( )
2
....................................................................................(4)
T2 d 2 − T1 d1
2 2
Koordinat pusat massa bandul fisis dengan bentuk seperti pada gambar 2 adalah
xi m i
pm = ..................................................................................................(5)
mi
Dengan χ1 adalah posisi pusat massa benda ke i yang massanya mi
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbanglah keping keping logam S, sektup dan batang logam secara
terpisah.
2. Ukurlah panjang batang L.
3. Tangkuplah keping keping logam S pada batang logam, ukurlah jarak
pusat keping S terhadap batang logam O (XM).
4. Pilih sebuah titik P1 sebagai titik gantung, ukurlah jarak OP1 (X01)
5. Ayunkan bandul fisis dengan simpangan sudut kecil, catatlah waktu yang
diperlukan untuk 20 ayunan pertama (t1).
6. Ulangi langkah no 4 dan 5 untuk titik gantung yang lain (P2), ukur pula
jarak OP2 (X02).
G. PENGOLAHAN DATA
1. Hitunglah posisi pusat massa (xpm) bandul fisis terhadap ujung batan O.
Perhitungkan jarak dari pusat massa ke sumbu putar:
• Batang logam: massa (m) = Kg; panjang (L) = m
• Massa keping silinder: (M)
• Possisi dua keping silinder pada batang logam (xM) = cm
• Posisi sumbu putar:
Posisi pertama : (x01) = cm
Posisi kedua : (x02) = cm
• Posisi pusat massa sistem berdasarkan persamaan:
L
M xM + m
x pm = 2 =
M +m
2. Hitunglah jarak d1 yaitu jarak antara titikk P1 yang dipilih sebagai titik
gantung dengan titik pusat bandul fisis tersebut.
• Jarak dari pusat massa ke sumbu putar:
• Jarak pertama : d1 = x01 − x pm =
j −1
t1
• Besar perioda pertama adalah: T1 = = detik
n1
• Perioda kedua
• Jumlah percobaan yang dilakukan : m2 = 10 kali
• Jumlah total ayunan pada seluruh percobaan yang dilakukan:
m
n2 n2j = kali
j −1
t2
• Besat perioda kedua adalah: T2 = = detik
n2
4. Tetapkan gravitasi bumi di tempat percobaan dilakukan adalah:
g = 4 2
(d 2
2 )
− d12
= m/s2
T22 d 2 − T12 d1
H. TUGAS AKHIR
1. Bandingkanlah hasil yang diperoleh dari percobaan dengan besar
percepatan gravitasi di permukaan laut (10 m/s2).
2. Sebutkan faktor yang mempengaruhi hasil percobaan ini.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Laboratorium Fisika Dasar ITB, (2002). Modul Pratikum FISIKA DASAR
I, Penerbit ITB, Bandung.
2. Cicero, H. Bernard, Chirold D. EEP, (1995) Laboratory Experiments in
College Pyhsics, John Willey & Sons Inc. New York.
JURNAL DATA
Nama/ : Tanggal :
NIM
Patner : Asisten :
PETUNJUK VII
VISKOSITAS
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Membuktikan kebenaran hukum Stokes.
2. Menentukan koefisien kekentalan zat cair (gliserin dan oli)
B. KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengukur koefisien kekntalan zat cair serta mengolah data
hasil pengukuran menggunakan angka berarti disertai ketidak pastiannya.
C. TEORI DASAR
Secara kualitatif kita dapat mengatakan bahwa oli mobil lebih kental dari
minyak tanah, gliserin lebih kental dari air dan lain sebagainya. Kita dapat
merasakan pengaruh kekentalan terhadap gerakan benda-benda lain di dalam
fluida, maupun jika flioda itu sendiri yang bergerak. Visikositas atau kekentalan
dapat dibayangkan sebagai gesekan antara dibahas tentang bagaimana mengukur
kekentalan, dan hukum-hukum yang berkaitan dengan kekentalan dengan
kekentalan, seperti hukum Stokes dan hukum Poiseuilie.
1. Visikometer
Secara kuantitatif dapar diukur dengan menggunakan alat yang disebut
Visiometer. Skema alat tersebut dapat diperlihatkan pada gambar berikut:
B A
v
(A = luas lapisan, = perubahan kecepatan tiap lapisan)
y
v
Selanjutnya dapat dirumuskan: F = A
y
(η adalah koefisien kekentalan zat cair atau viskositas)
F v
Jadi koefisien kekentalan dapat dirumuskan sebagai berikut: =
A y
Satuan kekentalan dinyatakan dengan:
1 poice = 1 dyne s / cm2
2. Hukum Stokes
Dapat dipahami bila sebuah benda bergerak di dalam fluida yang kental
gerakannya akan lebih lambat dibandingkan dengan geraknnya di dalam fluida
yang kental. Hal ini disebabkan adanya gesekan antara benda dengan fluida yang
disebut gaya gesekan fluida yang berkerja berlawanan arah dengan gerak benda.
Hal yang sama juga akan berlaku, bila yang bergerak adalah fluida, sedangkan
benda dalam keadaan diam. Besarnya gaya gesekan ini telah diteliti oleh Sir
Fη
B
W
Gambar 3. Gaya yang bekerja pada bola dalam cairan kental
Jika bola mula-mula dalam keadaan diam. Lalu dilepaskan maka gayya Fη
akibat kekentalan itu nol pada permulaannya, sehingga yang bekerja mula-mula
adalah gaya berat W dan gaya Archimedes B. Resultan gaya ini akan memberikan
percepatan awal pada benda:
4
W = m.g = r 3 g ...................................................................................(3)
3
Dan gaya Archimedes adalah:
4 3
B= r 0 g ............................................................................................(4)
3
Maka;
4 4 4
W − B = r 3 g − r 3 0 g = r 3 a0
3 3 3
Percepata awal a0 adalah :
a0 =
( − 0 )g
Akibat pecepatan ini, bola memperoleh kecepatan ke bawah, yang
menimbulkan pula gaya gesekan Fη, yakni makin lama besar pula. Suatu saat pada
suatu kecepatan tertentu, besarnya gaya berarah keatas, akan sama besar dengan
gaya yang arahnya ke bawah, akibatnya bola tidak mendapatkan percepatan lagi,
dan akan bergerak dengan kecepatan konstan yang disebut kecepatan akhir (
terminal velocoty). Besatnya kecepatan ini dapat dirumuskan dengan B + Fη = W,
atau:
4 3 4
r 0 g + 6rv = r 3 g
3 3
Sehingga:
2r 2 g
v= ( − 0 ) ......................................................................................(5)
9
Rumus ini hanya berlaku, asalkan besarnya kecepatan tidak sampai
meninbulkan turbulensi. Bila ini terjadi, maka gaya penahan atau gaya gesekan
fluida jauh lebih besar dari pada yang dihitung menurut hukum Stokes.
Bila setelah t detik bola telah mencapai kecepatan terminal v dan telah
menempuh jarak sebesar d maka persamaan di atas dapat ditulis sebagai
d 2r 2 g 2
= ( − 0 ) atau I = 2r g ( − 0 ) ……………………………..(6)
t 9 t 9d
Dalam menentukan koefisien kekentalan zar cair dapat digunakan
beberapa buah bola yang jari-jari berbeda dan mengukur waktu tempuh masing-
masing bola. Kemudian dibuat grafik I/t sebagai fungsi r2. dari grafik tersebut
dapat ditentukan nilai η dari zat cair.
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Buktikan persamaan (5) dan (6).
2. Turunkan rumus dimensi dari koefisien kekentalan η.
3. Apakah satuan η dalam SI dan dalam CGS?
4. Satu satuan koefisien kekentalan dalam SI sama dengan beberapa satuan
koefisien dalam CGS?
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ukurlah diameter masing-masing bola (jenisnya sama) sebanyak 5 kali
dengan menggunakan mikrometer sekrup.
2. Timbanglah masing-masing bola dengan menggunakan neraca Ohaus
311g.
3. Siapkan tabung gelas yang telah berisi gliserin, dan tempatkan kedua karet
gelang pada tabung dengan cara melingkarkannya pada tabung yaitu yang
satu 5 cm dibawah permukaan dan yang lainnya 5 cm di atas dasar tabung
dan ukurlah jarak antara kedua gelang tadi dengan mistar, misalnya
sejarak d.
4. Ukur rapat massa gliserin dengan Aerometer Baume dan ukur suhu
gliserin.
5. Masukkan saringan bola sampai kedasa tabung.
6. Lepaskan masing-masing bola satu demi satu dari permukaan gliserin dan
ukurlah waktu untuk menempuh d dari masing-masing bola dengan
stopwatch.
7. Ulangi percobaan beberapa kali dengan jarak d yang berbeda-beda. (ulangi
percobaan ini tetapkan nilai g = 10 m/s2)
8. Ulangi langkah 1 s/d 7 untuk zat cair (oli).
G. PENGOLAHAN DATA
1. Tentukan massa jenis dan jari-jari (r) masing-masing bola serta jumlah
angka berarti yang harus dilaporkan.
2. Dari grafik 1/t vs r2 hitunglah viskositas zat cair (gliserin dan oli)
H. TUGAS AKHIR
1. Buatlah grafik 1/t sebagai fungsi r2 pada kertas grafik untuk ketiga bola
untukjarak tempuh yang sama.
2. Buatlah t sebagai fungsi d pada kertas grafik untuk salah satu bola saja.
3. Tentukan koefisien kekentalan gliserin (η ± Δ η) serta jumlah angka
berarti yang harus dilaporkan.
4. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran.
I. DAFTAR PUSTAKA
Cicero, H. Bernard, Chirold D. EEP, (1995) Laboratory Experiment in
College Physics, John Willey & Sons Inc. New York.
JURNAL DATA
Nama/ : Tanggal :
NIM
Patner : Asisten :
Tabel 2 Data pengukuran jarak tempuh bola terhadap waktu bola kecil
No d (m) t (s) I/t (s-1)
1
2
3
4
5
Tabel 3. Data pengukuran jarak tempuh bola terhadap waktu bola sedang
No d (m) t (s) I/t (s-1)
1
2
3
4
5
Tabel 4. Data pengukuran jarak tempuh bola terhadap waktu bola besar
No d (m) t (s) I/t (s-1)
1
2
3
4
5
PETUNJUK VIII
KALORIMETER
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kapasitas kalor kalorimeter
2. Menentukan kalor jenis suatu bahan (kubus materi)
B. KOMPETENSI
Mahasiswa mampu mengukur kapasitas kalor dan kalor jenis materi serta
mangolah data hasil pengukuran menggunakan angka berarti disertai ketidak
pastiannya.
C. TEORI DASAR
Kalorimeter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk menetukan
1. Kapasitas kalor suatu benda / sistem
2. Kapasitas kalorjenis suatu benda (bahan)
3. Kapasitas kalor laten suatu benda (bahan)
Kalorimeter sederhana dapat digambarkan sebagoi berikut:
2. Kalor Jenis
Kalor jenis suatu benda adalah kalor yang dibutuhkan / dilepaskan untuk
menaikan / menurunkan suhu tiap satuan massa benda tersebut sebesar satu
derajat Celcius yang memenuhi persamaan:
E. TUGAS PENDAHULUAN
1. Ungkapkanlah Azas Black dengan kata-kata anda sendiri.
2. Jelaskanlah apa yarg dimaksud dengan kalor yang diterima dan kalor yang
diberikan.
3. Definisikanlah:
a. Kapasitas kalor suatu benda.
b. Kalorjenis suatu bahan.
c. Kalor lebur suatu zat.
d. Kalor uap suatu zat.
4. 100 gram es (-15 0C ) dicampurkan dengan 200 gram air bersuhu 25 0C(
kalor jenis es 2,1 J/gr 0C dan kalor jenis air 4,2 J/Kg 0C). Tentukan suhu
akhir campuran ini.
F. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Menentukan kapasitas kalor kalorimeter
1) Timbang kalorimeter kosong misalnya massanya M0 gram.
2) Masukkan air dingin kedalam kalorimeter tersebut (berisi ± 1/3 bagian
volume bejana) dan ditimbang kalorimeter yang berisi air dingin ini,
misalkan M1 gram, dan catat suhunya misalakan t1 0C berarti massa air
dingin adalah m1 (Ml –M0) gram.
3) Panaskan air dalam bejana yang lain, misalkan sampaikan suhunya t2 0C
(diukur dengan termometer), selanjutnya tuangkan secepatnya air panas ini
kedalam kalorirneter yang berisi air dingin tadi dan diaduk sampai merata
sampai panasnya merata da termometer pada kalorimeter menunjukakan
angka yang tetap (tidak naik lagi) misalkan suhunya ta 0C.
4) Timbang massa kalorimeter yang telah berisi campuran air dingin dan air
panas tadi, misalkan M2, berarti mass:r panas adalah m2= (M2 – M1) gram.
5) Lakukan langkah 1 s/d 4 dengan memvariasikan massa air dingin, massa
air panas, dan suhu air panas. Sampai beberapa kali percobaan
6) Hitunglah kapasitas kalor kalorimeter yang harus dilakukan.
4. Hitunglah kapasitas kalor jenis logam dengan memakai rumus diatas dan
untuk setiap data yang diperoleh dimasukkan hasilnya ketabulasi
perhitungan berikut ini.
No C1 δi =C̅- C
1
2
3
4
5
C̅ δ max =
5. Kapasitas kalor kalorimeter yang dilaporkan memenuhi:
C= C̅ ± δ max
H. TUGAS AKHIR
1. Jelaskan pendapat anda kenapa pada percoban diatas air panas dan kubus
materi setelah dipanaskan sampai batas suhu yang dikehendaki harus
dimasukkan segera kedalam kalorimater ? apa yang terjadi jika tidak
demikian?
2. Sebutkan faktor-faktor yang mungkin sebagai sumber kesalahan pada
percobaan ini.
3. Bandingkan hasil akhir nilai kapasitas kalor jenis bahan yang anda peroleh
dengan yang terdapat pada tabel dan nyatakan apa yang dapat anda
jelaskan?
4. Mengapa air dalam kalorimeter harus diaduk sampai panasnya marata?
Bagaimana jika panas tidak merata ? jelaskan jawaban anda.
I. REFERENSI
J. JURNAL DATA
PETUNJUK IX
PERCOBAAN ARCHIMEDES
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. KOMPETENSI
C. TEORI DASAR
Jika suatu benda berada dalam fluida, maka ada volume zat cair yang
dipindahkan sebesar volume bagian benda yang berada dalam zat cair. Jika
volume fluida yang dipindahkan besarnya V dan kerapatan fluida (massa per
satuan volume) adalah ρ maka besarnya massa fluida yang dipindahkan adalah:
m = ρ.V ................................................................. (9.1)
Dan besarnya berat fluida yang dipindahkan adalah
wf = m.g = ρ.V.g ............................................................... (9.2)
Menurut prinsip Archimedes, besarnya gaya tekan ke atas adalah :
Fa = wf = ρ.V.g ............................................................... (9.3)
dengan Fa adalah gaya tekan ke atas atau gaya apung (buoyancy force).
Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-
olah berkurang. Hal ini terlihat dari penunjukkan neraca pegas menjadi lebih
kecil. Peristiwa ini tentu bukan hanya berarti ada massa benda yang hilang, namun
disebabkan oleh suatu gaya yang arahnya berlawanan dengan arah berat benda.
Apabila suatu benda dimasukkan kedalam zat cair, maka benda tersebut akan
mengalami gaya apung. Hal ini diungkapkan oleh Archimedes dalam hukumnya
yang berbunyi “gaya apung yang bekerja pada sebuah benda yang dibenamkan
sama dengan berat fluida yang dipindahkan”. Gaya apung yang terjadi pada benda
adalah selisih gaya yang bekerja pada benda apabila dicelupkan atau berada dalam
fluida. Dari hukum Archimedes didapatkan persamaan:
Fa = ρf. V . g ..................................................... (9.4)
Pada peristiwa melayang, volum fluida yang dipindahkan (volum benda yang
tercelup) sama dengan volum total benda yang melayang.
∑F = 0
Fa = m b g
ρf . g .Vt = ρb . g . Vb ...................................... (9.5)
Karena Vt (volume benda yang tercelup) sama dengan Vb (volum benda total),
maka syarat
benda melayang adalah:
- Gaya apung Fa sama dengan berat benda w atau Fa = w
- Massa jenis benda harus sama dengan massa jenis fluida ρb = ρf
Ketika benda ditimbang sambil dicelupkan kedalam zat cair, ternyata berat benda
itu berkurang dibanding ketika ditimbang di udara. Sesungguhnya benda yang
dicelupkan kedalam zat cair tidak berkurang beratnya. Gaya berat benda itu
sebenarnya tetap, tetapi pada saat dicelupkan kedalam zat cair, ada gaya ke atas
yang dikerjakan zat cair terhadap benda, sehingga berat benda seolah-olah
berkurang (Giancoli, 2001).
Archimedes (287-212 SM) seorang ilmuwan Yunani Kuno menemukan cara
dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak mempunyai bentuk baku.
Penemuannya terjadi saat mandi dalam bak yang airnya tumpah akibat karena
adanya gaya apung (buoyancy) dari zat cair dan setelah diukur ternyata sebanding
dengan besar tubuhnya. Gaya apung yang terjadi karena tekanan pada tiap-tiap
bagian permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida. Tekanan tersebut lebih
besar pada bagian benda yang tercelup lebih dalam (Halliday dan Resnick, 1978).
Jika benda mempunyai kerapatan massa ρb dan fluida mempunyai kerapatan
ρf maka dapat dibuktikan bahwa
Jika ρb > ρf, maka w > Fa → benda tenggelam
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Archimedes dapat dilihat
pada Tabel 9.1.
Tabel 9.1. Alat dan Bahan Percobaan Archimedes
No. Alat dan Bahan Fungsi
Untuk menggantungkan tuas dan
1. 1 set statif
dinamometer
2. 3 buah beban Sebagai bahan pengamatan
3. Dinamometer Untuk mengukur berat beban
Tabung
4. Sebagai alat untuk mengalirkan fluida
berpancuran
Gelas beaker
5. Sebagai wadah tumpahan fluida
(Kimia)
6. Neraca Untuk mengukur massa air
7. Air Sebagai cairan atau fluida
8. Tuas Untuk menggantungkan dinamometer
E. TUGAS PENDAHULUAN
F. PROSEDUR PERCOBAAN
G. PENGOLAHAN DATA
2. Tentukan gaya ke atas oleh air terhadap benda yang terbenam dalam air!
Gaya ke atas adalah selisih berat benda di udara dan berat benda di dalam
air.
3. Tentukan massa air yang dipindahkan oleh benda! Massa air yang
dipindahkan oleh benda adalah selisih massa silinder ukur berisi air
tumpahan dan massa silinder ukur kosong.
4. Tentukan berat air yang dipindahkan oleh benda! Berat air yang
dipindahkan benda adalah selisih berat silinder ukur berisi air tumpahan
dan berat silinder ukur kosong.
5. Tentukan hubungan antara gaya keatas dengan berat zat cair yang
dipindahkan!
H. TUGAS AKHIR
1. Jelaskan bagaimana kapal yang memiliki massa jenis yang jauh lebih
besar dari air laut dapat mengapung!
2. Jelaskan mengapa sebuah benda dapat tenggelam, melayang, atau
mengapung dalam zat cair!
3. Buktikan bahwa :
a. Jika ρb > ρf, maka benda akan tenggelam didalam fluida.
b. Jika ρb = ρf,, maka benda akan melayang didalam fluida.
c. Jika ρb < ρf, maka benda akan mengapung didalam fluida.
DAFTAR PUSTAKA