Karya Ilmiah Desa Kungkuk
Karya Ilmiah Desa Kungkuk
Karya Ilmiah Desa Kungkuk
ERA MODERN
Disusun Oleh:
Kelompok 11
Karya tulis ini kami susun sebagai bentuk laporan akhir dari Kegiatan Objek Belajar
tahun ajaran 2022/2023 yang berjudul "Objek Belajar dan Penelitian Perkembangan Kuda
Lumping Pada Era Modern" dengan objek penelitian kesenian kuda lumping di Desa punten,
Kec. Bumiaji, Kab .Malang, Jawa timur dan telah telah diterima dan disetujui pada
Menyetujui
Mengetahui,
_______________________
NIP. 196810031992012001
ABSTRAKSI
Kesenian Kuda Lumping merupakan salah satu kesenian rakyat yang dapat dikatakan benar-
benar merakyat, karena kesenian ini tersebar di berbagai tempat di Indonesia khususnya di pulau
Jawa dan banyak dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat
yang masih menganggap Kuda Lumping menjadi bagian dari ekspresi komunalnya yaitu
masyarakat Kampung Wisata Kungkuk, Kota Batu, Jawa Timur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa seiring berkembangnya jaman kesenian Kuda Lumping di Kampung Wisata Kungkuk
dapat terus hidup mengikuti selera masyarakat. Perkembangan kesenian Kuda Lumping dapat
dilihat dari sisi kualitas dan kuantitas penyajian. Perkembangan secara kualitas terjadi pada
bentuk penyajian Kuda Lumping. Proses perubahan bentuk penyajian Kuda Lumping merupakan
indikator dari adanya penyesuaian untuk dapat memenuhi fungsi kesenian Kuda Lumping.
Secara kuantitas dapat dilihat dari makin bertambahnya bentuk penyajian Kuda Lumping,
meningkatnya pelaku dan penikmat kesenian Kuda Lumping, bertambahnya frekuensi penyajian,
dan semakin luas wilayah pengenalannya. Perkembangan kesenian Kuda Lumping di Kampung
Wisata Kungkuk dapat terjadi karena adanya faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi motivasi pelaku, partisipasi masyarakat Kampung Wisata Kungkuk, nilai-nilai tradisi
yang masih melekat, dan adanya regenerasi. Adapun faktor eksternal meliputi interaksi sosial,
industri pariwisata, dan arus teknologi. Hadirnya pariwisata memungkinkan adanya peluang dan
hambatan bagi keberlangsungan kesenian ini, sehingga pelaku kesenian Kuda Lumping
diharapkan dapat mengatur manajemen pengelolaan agar kesenian ini dapat terus hidup dan
berkembang.
I
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur saya persembahkan Karya Tulis Ilmiah Ini untuk:
Bapak dan Ibu guru pendaming tersayang yang telah membimbing penelitian kelompok
kami dengan sangat sabar
Bapak dan Ibu di rumah yang selalu mendoakan anak anak nya dan banyak memotivasi
untuk kami menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini
Ibu kepala sekolah SMA Negeri 6 Depok yang selalu mendukung semua kegiatan
sekolah dan selalu memotivasi anak anak nya
Teman teman kelompok 11 yang sudah berkorban dan ikut kerjasama dalam melakukan
penelitian dan menyelesaikan laporan Karya Tulis Ilmiah ini
II
LEMBAR MOTTO
Sistem pendidikan yang bijaksana setidaknya akan mengajarkan kita betapa sedikitnya
yang belum diketahui oleh manusia, seberapa banyak yang masih harus ia pelajari.
III
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI...................................................................................................................................................... I
LEMBAR PERSEMBAHAN............................................................................................................................. II
LEMBAR MOTTO........................................................................................................................................... III
KATA PENGANTAR....................................................................................................................................... IV
BAB I................................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................................................3
1.3 Tujuan Kegiatan.....................................................................................................................................................3
1.4 Metode Penelitian...................................................................................................................................................4
1.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................................ 5
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................................................................... 5
2.1 Materi Penelitian....................................................................................................................................................5
2.2 Hasil Observasi dari Penelitian............................................................................................................................18
2.3 Keadaan Keluarga di Homestay...........................................................................................................................26
BAB III............................................................................................................................................................ 29
KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................................................... 29
3.2 Saran.................................................................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................................. 30
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun dapat membuat laporan Penelitian
Kunjungan Objek Belajar (KOB) ini yang berjudul “Perkembangan Kuda Lumping Pada Era
Modern”.
IV
Walaupun demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal mungkin demi
kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan belajar mengajar di sekolah,
maupun dalam menunaikan penelitian atau pembelajaran di luar sekolah. Saran dan kritik yang
sifatnya membangun begitu diharapkan oleh penyusun demi kesempurnaan dalam penulisan
laporan berikutnya.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Penelitian, di antaranya:
Penyusun
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
membantu menambah wawasan dan ikut serta dalam melestarikan budaya kesenian Kuda
Lumping. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, semoga
Allah Swt. membalas semua kebaikan kalian. Amin.
V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan banyak budaya dan kesenian yang tersebar di setiap
daerah. Salah satu kesenian yang dikenal oleh masyarakat adalah kesenian Kuda Lumping.
Kesenian Kuda Lumping itu sendiri merupakan suatu pertunjukan tarian dengan menggunakan
alat peraga berupa kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu. Kuda Lumping merupakan
kesenian Indonesia yang berasal dari pulau jawa yang akhirnya menyebar ke seluruh penjuru
Indonesia termasuk di Kampung Wisata Kungkuk.
Kampung Wisata Kungkuk memiliki beberapa macam kesenian tradisional, salah satunya
adalah kesenian tradisional Kuda Lumping atau biasa disebut kesenian Jaranan. Kesenian
tradisional Kuda Lumping ini sudah ada sejak zaman dahulu dan dilestarikan secara turun
temurun melalui generasi ke generasi sehingga masih bisa bertahan hingga saat ini. Kuda
Lumping di Kampung Wisata kungkuk beranggotakan laki - laki dewasa. Kesenian Kuda
Lumping di Kampung Wisata Kungkung sering dilakukan setiap tanggal 1 sura dan malam jumat
legi yang berlokasi di Balai Desa Kampung Wisata Kungkuk.
Asal mula kuda lumping adalah Kerajaan Ponorogo selalu kalah dalam peperangan.
Sehingga akhirnya sang Raja pergi ke sebuah gua pertapakan. Ketika sedang bertapa sang Raja
mendapat bisikan yang isinya adalah apabila Raja ingin menang dalam berperang, maka harus
menyiapkan pasukan berkuda dengan adanya iringan musik. Iringan musik tersebut membuat
semangat prajurit penunggang kuda membabi buta menyerang musuh-musuhnya dan akhirnya
sang Raja selalu memperoleh kemenangan. Untuk menghormati Dewa sang pemberi
kemenangan dan akhirnya sang Raja disetiap tahunnya diadakannya upacara dengan acara
berupa tarian menunggang kuda-kudaan. Selanjutnya tarian menunggang kuda-kudaan itu
berubah menjadi sebuah kesenian yang digemari masyarakat. Tarian itu kemudian diberi nama
Kuda Lumping.
Kampung Wisata kungkuk sampai sekarang masih sering mengadakan pertunjukan kuda
lumping yang dilaksanakan di hari - hari tertentu, tepatnya pada tanggal 1 sura dan malam jumat
legi. Alasan pertunjukan Kuda Lumping sering dilaksanakan pada tanggal 1 sura dan malam
1
jumat legi karena pada hari - hari tersebut dinyatakan sebagai hari sakral yang biasanya dapat
dilakukan ritual - ritual pemanggilan roh halus. Banyak warga Kampung Wisata Kungkuk yang
berpartisipasi dalam pertunjukan kuda lumping termasuk remaja dan karang taruna di Kampung
Wisata Kungkuk. Mulai dari anak anak hingga remaja ikut memeriahkan pertunjukan kuda
lumping yang dilakukan di Kampung Wisata Kungkuk.
Rangkaian kegiatan pertunjukan Kuda Lumping dimulai dengan alunan gamelan yang
merdu dan dilanjutkan dengan sekelompok pemain yang sedang menunggang kuda yang terbuat
dari anyaman bambu seraya menggambarkan prajurit yang sedang berkuda lalu menari
mengikuti alunan musik dan gamelan. Kesenian Kuda Lumping mempertunjukan kesenian
dengan keadaan pemain yang kerasukan roh halus biasanya akan melakukan hal - hal yang tidak
lazim seperti memakan kaca, kembang telon, dicambuk berkali - kali, minum darah ayam, makan
bara api dan lain sebagainya. Berbeda dengan sekarang pada ritual memakan kaca sudah tidak
ada lagi. Para pemainnya sekarang kebanyakan anak-anak yang usianya belasan tahun berbeda
dengan dahulu para pemain kuda lumping pada umumnya orang dewasa. Seiring perkembangan
zaman Kuda Lumping mengalami perubahan yang menambah daya tarik wisatawan salah
satunya adalah dengan menambah alat musik dan disertai penari yang mengiringi alunan musik
gamelan.
Perkembangan Kuda Lumping di Kampung Wisata Kungkuk tidak membuat kesenian
Kuda Lumping hilang. Kesenian Kuda Lumping yang berkembang di Kampung Wisata Kungkuk
selalu berkembang seiring perkembangan zaman. Peran warga sekitar dan remaja Kampung
Wisata Kungkuk sangat besar sehingga kesenian dapat terus dilestarikan hingga saat ini.
Pada zaman modern seperti sekarang masih banyak peminat terhadap kuda lumping hal
ini di timbulkan karena, kuda lumping memiliki daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah
pemain menari dengan berkonsentrasi terhadap keyakinan akan datangnya roh roh. Kesurupan
timbul diperkirakan sebagai akibat bunyi bunyi yang khusus dan berirama statis dengan gerakan
yang monoton.
Sesuai dengan perkembangan zaman, kuda lumping tidak lagi dipertunjukan dengan
pemain yang kesurupan dan mendatangkan roh halus. Kuda lumping sudah dikembangkan
dengan kreasi baru, sehingga gerak tari tidak lagi monoton. Para seniman dan seniwati dilatih
dengan gerakan baru yang dinamis dan indah sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas. (di
latar belakang)
2
Dari latar belakang di atas penelitian ingin melakukan penelitian dengan judul
"Perkembangan Kuda Lumping Kampung Wisata Kungkuk Di Era Modern"
Setiap penelitian harus memiliki tujuan, baik tujuan secara langsung atau tidak langsung.
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosesi pertunjukan kesenian kuda lumping
2. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pertunjukan kesenian kuda lumping
3. Untuk mengetahui upaya mempertahankan kesenian kuda lumping serta mengetahui
perkembangan kesenian kuda lumping di era modern
4. Untuk mengetahui respon masyarakat terkait dilaksanakan kesenian kuda kumping di
Kampung Wisata Kungkuk
Penelitian ini akan melihat keterkaitan antara heterogenitas etnis masyarakat, kearifan
lokal yang dimiliki, aktivitas sehari-hari, dan ruang bersama yang terbentuk. Berdasarkan
keterkaitan tersebut diperoleh suatu karakteristik ruang bersama di Kampung Wisata Kungkuk.
3
1.5 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :
A. Data primer
Data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya, yaitu :
1) Observasi, merupakan kegiatan pengumpulan data berdasarkan pengamatan langsung ke
Kampung Wisata Kungkuk dengan fokus pengamatan pada kesenian kuda lumping.
2) Wawancara, merupakan tahap pengumpulan data melalui wawancara dan tanya jawab
dengan sumber atau pihak-pihak yang terkait diantaranya ketua pelaksana kegiatan kesenian
kuda lumping di Kampung Wisata Kungkuk.
B. Data Sekunder
Merupakan tahap pengumpulan informasi berupa data-data yang sifatnya diambil diluar
dari konteks yang ada di site, berupa sejarah kesenian kuda lumping secara teori dan
penambahan informasi lainnya. Data sekunder ini digunakan untuk mendukung data primer yang
telah ada.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Materi Penelitian
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa
menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang
terbuat dari bambu yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini
dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan
adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan
atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan
tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun
4
tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap
di Sumatera Utara dan di beberapa daerah di luar Indonesia seperti di Malaysia.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang
terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan
asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang
terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan
asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata
terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula
versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden
Patah, yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan
bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan
Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda.
Biasanya permainan Kuda Lumping dilakukan pada pesta pernikahan. Mengenai waktu
dan tempat pelaksanaan permainan Kuda Lumping tergantung pada permintaan orang yang
mempunyai pesta tersebut. Lamanya perundingan mengenai waktu dan pelaksanaan biasanya
mencapai satu hingga dua hari, karena dikhawatirkan berbenturan dengan kegiatan yang lain.
Sebelum permainan Kuda Lumping ditampilkan di depan penonton, maka para pemain Kuda
Lumping melakukan gladi resik (latihan) selama tiga sampai lima hari 1. Adapun peralatan yang
digunakan dalam permainan Kuda Lumpingtersebut adalah kuda- kudaan yang terbuat dari
bambu yang tidak mempunyaikaki, cempeti, topeng, barongan yang terdiri satu orang, segala
jenis asesorisseperti halnya prajurit kerajaan, pedang, dan diiringi musik yang bernamaGamelan.
5
Sebelum tarian dimainkan maka pawang Kuda Lumping memintasesaji yang berisi buah-
buahan, wewangian, air degan, nasi tumpeng, bunga tiga warna dan ayam hitam yang hidup,
semuanya itu disediakan oleh tuan.
Kuda Lumping adalah sebuah tarian tradisional dari Jawa Timur, Indonesia, yang
biasanya ditampilkan dalam acara-acara perayaan. Di wilayah dusun Kungkuk, kebudayaan
Kuda Lumping memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat setempat.
Kuda Lumping dianggap sebagai bagian dari warisan budaya yang diwarisi dari nenek
moyang mereka dan dijaga serta dipertahankan oleh masyarakat setempat. Tarian ini biasanya
ditampilkan pada acara-acara keagamaan seperti perayaan Maulid Nabi atau acara lain seperti
perkawinan, pindah rumah, atau kegiatan-kegiatan sosial.
Kuda Lumping dianggap sebagai lambang dari kesatuan dan persatuan masyarakat di
dusun Kungkuk. Selain itu, tarian ini juga dianggap sebagai sebuah ritual spiritual yang dapat
membawa keberuntungan dan keselamatan bagi masyarakat yang menontonnya. Oleh karena itu,
sebelum pertunjukan dimulai, biasanya diadakan ritual pembukaan dengan doa-doa dan upacara
adat lainnya.
Dalam masyarakat dusun Kungkuk, Kuda Lumping dianggap sebagai sebuah warisan
budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Dalam hal ini, para pemuda di wilayah tersebut
menjadi penerus budaya Kuda Lumping dengan menjaga dan memperkenalkannya kepada
generasi muda selanjutnya.
Secara keseluruhan, kebudayaan Kuda Lumping di dusun Kungkuk memiliki makna yang
sangat penting bagi masyarakat setempat sebagai simbol persatuan, ritual spiritual, dan warisan
budaya yang harus dijaga dan dilestarikan.
6
Selain itu , yang menjadi penyebab kesenian tari tradisional kuda lumping ini masih tetap
bertahan ialah tari tradisional kuda lumping ini sekarang lebih banyak di lakukan hanya pada
saat-saat tertentu saja , misalnya pada saat acara hajatan di masyarakat,hari ulang tahun atau hari
jadi kota, dan lain sebagainya. Kita harusnya lebih bisa menguri-uri semua kebudayaan yang
telah menjadi ciri khas bangsa indonesia ini yang merupakan warisan nenek moyang kita , agar
kita tidak menyesal saat kebudayaan yang kita miliki sudah di klaim atau diakui oleh negara lain
seperti Malaysia.
Perkembangan Kuda Lumping di kampung wisata Dusun Kungkuk pada era modern
terbilang cukup baik karena masih banyak digemari oleh wisatawan lokal dan mancanegara.
Berikut beberapa hal terkait perkembangan Kuda Lumping di kampung wisata Dusun Kungkuk
di era modern:
1) Semakin dikenalnya Dusun Kungkuk sebagai kampung wisata: Dusun Kungkuk semakin
dikenal sebagai kampung wisata yang menawarkan keindahan alam, budaya, dan adat
istiadat yang unik. Kuda Lumping menjadi salah satu daya tarik utama bagi wisatawan yang
berkunjung ke Dusun Kungkuk.
3) Penggunaan teknologi dalam pertunjukan Kuda Lumping: Dalam era modern ini, teknologi
semakin terintegrasi dalam pertunjukan Kuda Lumping di Dusun Kungkuk. Beberapa grup
Kuda Lumping menggunakan efek suara dan cahaya modern untuk menambahkan kesan
spektakuler dalam pertunjukan. Namun, di sisi lain, ada pula kelompok Kuda Lumping yang
7
tetap mempertahankan tradisi dan memilih untuk tidak menggunakan teknologi modern
dalam pertunjukannya.
4) Peran penting pemerintah dan lembaga terkait: Pemerintah dan lembaga terkait memberikan
dukungan dalam mempromosikan dan mengembangkan Kuda Lumping di Dusun Kungkuk.
Mereka memberikan bantuan finansial dan pelatihan kepada masyarakat setempat dalam
mengelola pertunjukan Kuda Lumping serta membangun sarana dan prasarana yang
memadai untuk kegiatan pariwisata di wilayah tersebut.
Dengan berbagai upaya tersebut, Kuda Lumping di kampung wisata Dusun Kungkuk masih
dapat bertahan dan berkembang di era modern, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai budaya
dan tradisi yang ada.
5. Apakah ada pro dan kontra terkait dengan adanya kebudayaan kuda lumping di
kampung wisata Dusun kungkuk?
Pro adalah sebuah bentuk dari reaksi yang dimana baik, positif maupun setuju terhadap
segala macam bentuk hal sedangkan pengertian kontra adalah sebuah bentuk reaksi negative
yang dimana melakukan penetangan maupun tidak setuju terhadap sebuah hal. Adapun yang
dimaksud dengan pro-kontra dalam penelitian ini adalah sikap dan pendapat seseorang dalam
mendukung ataupun menolak terhadap suatu peristiwa tertentu dalam hal ini adalah kesenian
kuda lumping di Desa Kungkuk.
Tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk memiliki sejarah dan perkembangan yang
panjang. Menurut cerita rakyat setempat, tarian kuda lumping sudah ada sejak ratusan tahun
yang lalu dan berasal dari perpaduan budaya Jawa dan Madura yang terbawa oleh para penjajah
dan pedagang yang berdatangan ke wilayah tersebut.
Pada awalnya, tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk hanya dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di dusun tersebut. Namun, seiring perkembangan waktu, tarian ini semakin populer
8
dan menyebar ke desa-desa dan kota-kota di sekitar Malang. Tarian kuda lumping di Dusun
Kungkuk juga dipentaskan dalam berbagai acara kebudayaan dan festival di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2008, tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk mendapatkan pengakuan dari
pemerintah daerah sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan dan dijaga
keberlangsungannya. Sejak saat itu, banyak upaya yang dilakukan oleh masyarakat setempat dan
pemerintah untuk melestarikan dan mengembangkan tarian kuda lumping, seperti mengadakan
festival tari kuda lumping dan pelatihan bagi para penari dan musisi.
Saat ini, tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk terus berkembang dan menjadi salah
satu objek wisata budaya yang menarik di kota Malang. Banyak wisatawan yang datang ke
Dusun Kungkuk untuk menyaksikan tarian kuda lumping dan belajar tentang budaya dan tradisi
lokal.
Kostum dan tata rias penari kuda lumping di Dusun Kungkuk biasanya memiliki ciri khas
yang berbeda dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur. Berikut adalah beberapa ciri khas dari
kostum dan tata rias penari kuda lumping di Dusun Kungkuk :
1) Kostum penari kuda lumping di Dusun Kungkuk terbuat dari anyaman bambu yang dilapisi
kain atau plastik. Kostum ini biasanya berbentuk seperti kuda dengan ukuran yang cukup
besar. Kostum kuda lumping di Dusun Kungkuk biasanya lebih besar dan lebih bervolume
daripada kostum kuda lumping di daerah-daerah lain di Jawa Timur.
2) Kostum kuda lumping di Dusun Kungkuk dihiasi dengan berbagai ornamen, seperti kain
tenun, tali rafia, kertas krep, dan plastik berwarna-warni. Ornamen-ornamen ini diatur
sedemikian rupa sehingga menciptakan pola-pola yang indah dan unik.
9
3) Tata rias penari kuda lumping di Dusun Kungkuk menggunakan bedak putih pada wajah
dan tangan. Bagian mata dan bibir dihiasi dengan warna-warna yang cerah, seperti merah,
hijau, dan kuning. Kesenian kuda lumping di Dusun Kungkuk juga biasanya menggunakan
topeng yang dihiasi dengan hiasan rumbai-rumbai.
4) Selain itu, penari kuda lumping di Dusun Kungkuk juga menggunakan aksesoris lain, seperti
gelang, kalung, dan anting-anting yang biasanya terbuat dari bahan kayu atau plastik
berwarna-warni.
Kostum dan tata rias penari kuda lumping di Dusun Kungkuk menunjukkan keunikan dan
kekayaan budaya lokal yang perlu dilestarikan. Kostum dan tata rias ini merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari seni tari kuda lumping di Dusun Kungkuk dan menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan yang tertarik untuk mengenal budaya lokal Jawa Timur.
8. Peran dan fungsi kuda lumping dalam budaya dan tradisi masyarakat Dusun Kungkuk
Kuda lumping memiliki peran dan fungsi yang penting dalam budaya dan tradisi
masyarakat Dusun Kungkuk. Berikut adalah beberapa peran dan fungsi kuda lumping dalam
budaya dan tradisi masyarakat Dusun Kungkuk:
1) Sebagai media hiburan dan rekreasi. Kuda lumping di Dusun Kungkuk dianggap sebagai
hiburan yang dapat menghibur dan menyegarkan pikiran masyarakat. Pertunjukan kuda
lumping biasanya digelar pada acara-acara adat, seperti pernikahan, khitanan, dan pesta
rakyat lainnya.
2) Sebagai sarana pembelajaran dan pengembangan diri. Kuda lumping di Dusun Kungkuk
tidak hanya menampilkan keindahan gerakan dan keahlian para penari, tetapi juga dapat
menjadi sarana pembelajaran dan pengembangan diri para penarinya. Para penari kuda
lumping di Dusun Kungkuk biasanya belajar tentang disiplin, keuletan, kebersamaan, dan
semangat juang dalam proses latihan dan penampilan.
3) Sebagai media untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual. Kuda lumping di Dusun
Kungkuk juga dapat digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan moral dan
10
spiritual kepada masyarakat. Pesan moral dan spiritual yang disampaikan dapat berupa
kebersamaan, kesederhanaan, dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4) Sebagai simbol kekuatan dan ketangkasan. Kuda lumping di Dusun Kungkuk dianggap
sebagai simbol kekuatan dan ketangkasan, baik bagi para penari maupun bagi masyarakat
yang menyaksikan pertunjukan. Kuda lumping dianggap dapat memperlihatkan keahlian dan
kekuatan para penarinya dalam mengendalikan kuda lumping yang besar dan berat.
5) Sebagai upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal. Pertunjukan kuda lumping di
Dusun Kungkuk juga berperan dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal.
Dengan mempertahankan tradisi dan budaya kuda lumping, masyarakat Dusun Kungkuk
dapat memperkenalkan kekayaan budaya lokal mereka kepada dunia luar serta melestarikan
budaya leluhur mereka untuk generasi yang akan datang.
Kuda lumping memainkan peran penting dalam kehidupan budaya dan tradisi masyarakat Dusun
Kungkuk. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pengembangan budaya kuda lumping di Dusun
Kungkuk sangatlah penting dilakukan agar budaya dan tradisi ini tidak punah dan tetap dapat
dinikmati oleh generasi mendatang.
9. Makna spiritual dan mistik dari tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk
Tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk memiliki makna spiritual dan mistik yang dalam
kepercayaan masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa makna spiritual dan mistik dari
tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk :
1) Kekuatan Gaib: Kuda lumping dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat membantu para
penarinya dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Hal ini diyakini karena pada
saat penari mengendarai kuda lumping, mereka dapat memasuki alam gaib dan mengambil
kekuatan dari sana.
2) Hubungan dengan Alam: Dalam tarian kuda lumping, kuda dianggap memiliki hubungan
erat dengan alam. Para penari percaya bahwa kuda lumping dapat membantu mereka untuk
terhubung dengan alam dan merasakan energi alam yang positif.
11
3) Kebatinan: Tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk juga memiliki makna kebatinan yang
erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat setempat. Para penari kuda lumping percaya
bahwa tarian ini dapat membawa keberuntungan dan melindungi mereka dari berbagai
macam bahaya.
4) Purifikasi: Tarian kuda lumping dianggap sebagai upaya purifikasi atau pembersihan jiwa
para penari dan penontonnya. Dalam tarian kuda lumping, gerakan yang dinamis dan
energik diyakini dapat membersihkan energi negatif dan mengembalikan keadaan tubuh dan
jiwa menjadi seimbang.
Dalam keseluruhan, tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk memiliki makna spiritual dan mistik
yang dalam dan penting bagi kehidupan masyarakat setempat. Makna-makna ini
menggambarkan bagaimana masyarakat setempat memandang tarian kuda lumping sebagai
sarana untuk terhubung dengan alam dan mengambil kekuatan gaib yang dapat membantu
mereka dalam kehidupan sehari-hari.
10. Peran dan fungsi musik dalam tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk
Tarian kuda lumping adalah tarian tradisional yang berasal dari Jawa Timur, termasuk di
Dusun Kungkuk. Dalam tarian kuda lumping, musik memainkan peran yang sangat penting
dalam menentukan ritme dan suasana tarian. Berikut adalah beberapa peran dan fungsi musik
dalam tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk :
1) Menentukan ritme: Musik memainkan peran penting dalam menentukan ritme tarian. Musik
yang dimainkan dalam tarian kuda lumping biasanya terdiri dari alat musik tradisional
seperti kendang, gong, saron, dan gamelan. Ritme yang dimainkan oleh alat musik ini
mengatur gerakan para penari kuda lumping.
12
2) Menciptakan suasana: Musik juga membantu menciptakan suasana dalam tarian kuda
lumping. Musik yang dimainkan biasanya memiliki nada dan irama yang ceria dan riang,
sesuai dengan semangat dan kegembiraan yang diungkapkan oleh para penari kuda lumping.
3) Meningkatkan semangat: Musik juga berperan dalam meningkatkan semangat para penari
kuda lumping. Musik yang dimainkan memiliki tempo yang cepat dan energik yang
membantu meningkatkan semangat dan kekuatan para penari.
4) Memperkuat ikatan sosial: Musik juga memiliki fungsi sosial dalam tarian kuda lumping.
Musik membantu mengikat komunitas tarian, serta membantu menjaga warisan budaya dan
tradisi dari generasi ke generasi.
5) Menghubungkan dengan roh gaib: Di beberapa tradisi, tarian kuda lumping diyakini dapat
menghubungkan penari dengan roh gaib atau makhluk supranatural lainnya. Musik yang
dimainkan dalam tarian kuda lumping membantu menciptakan suasana yang cocok untuk
menghubungkan dengan makhluk tersebut.
Dalam keseluruhan, musik memainkan peran yang sangat penting dalam tarian kuda lumping di
Dusun Kungkuk Musik membantu menentukan ritme dan suasana tarian, serta membantu
meningkatkan semangat dan memperkuat ikatan sosial.
11. Peran dan fungsi pemimpin tari dalam tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk
Pawang, Pawang menurut Qodratillah dalam Kamus Bahasa Indonesia (2011) adalah
orang yang memiliki keahlian istimewa yang bertalian dengan ilmu gaib. Kata “pawang” banyak
diikuti kata benda yang kemudian memiliki arti yang berbeda. Contoh yang dapat diambil antara
lain pawang hujan, yang berarti orang yang dapat mengendalikan hujan dan memahami situasi
alam. Pawang ular berarti orang yang memiliki keahlian khusus terhadap ular, sehingga bisa
mengendalikannya, serta masih banyak lagi contohnya.Pawang atau dalang adalah pemimpin
grup kesenian Kuda Kepang yang memimpin jalannya pentas, mengatur persiapan dan
perlengkapan pentas. Pawang juga yang mengatur datangnya indang ke arena pentas dan
melepaskan indang dari pemain. Pawang mempunyai keahlian tertentu, yaitu dapat berhubungan
dengan alam lain tempat bersembunyi indang (roh halus). Pawang mempunyai mantra-mantra
13
dan doa-doa tertentu. Tidak dapat sembarangan orang dapat memiliki keahlian ini. Mantra-
mantra itu sangat rahasia dan tidak boleh diketahui oleh pihak lain, karena takut disalahgunakan
untuk hal-hal yang merugikan orang lain. Pawang adalah pemimpin yang dipilih karena
mempunyai keahlian dalam memimpin kelompok, memanggil dan melepas indang, pandai
membagi dan mengatur tugas dalam pentas Kuda Kepang
12. Perbedaan antara kuda lumping di Dusun Kungkuk dengan daerah-daerah lain di
Jawa Timur
Kuda lumping adalah tarian tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Jawa Timur.
Meskipun memiliki karakteristik yang sama, tetapi terdapat perbedaan dalam tarian kuda
lumping di Dusun Kungkuk dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur. Berikut adalah beberapa
perbedaan antara kuda lumping di Dusun Kungkuk dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur:
1) Kostum dan Tata Rias: Kostum dan tata rias penari kuda lumping di Dusun Kungkuk
memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah lain di Jawa Timur. Kostum dan tata rias
penari kuda lumping di Dusun Kungkuk didominasi oleh warna merah, putih, dan hitam
dengan tambahan pernak-pernik seperti bulu dan kain yang diikat pada kepala penari.
2) Gerakan: Gerakan tari kuda lumping di Dusun Kungkuk memiliki gerakan yang lebih
dinamis dan atraktif dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur. Gerakan yang
dilakukan para penari di Dusun Kungkuk lebih kompleks dan sulit, sehingga memerlukan
keahlian yang lebih tinggi.
3) Musik: Musik dalam tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk memiliki ciri khas tersendiri.
Musik yang digunakan lebih banyak terdiri dari kendang dan gong. Selain itu, dalam
beberapa pertunjukan juga terdapat musik modern yang diadaptasi dengan musik tradisional.
4) Tema: Tema dari tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk lebih beragam, mulai dari tema
sejarah, religi, hingga tema humor. Sedangkan di daerah-daerah lain di Jawa Timur, tema
yang digunakan cenderung lebih serius dan religius.
14
5) Filosofi: Filosofi dari tarian kuda lumping di Dusun Kungkuk lebih banyak menekankan
pada keberanian, semangat, dan rasa persaudaraan. Sedangkan di daerah-daerah lain di Jawa
Timur, filosofi yang digunakan cenderung lebih sakral dan religius.
Secara umum, kuda lumping di Dusun Kungkuk memiliki perbedaan dalam kostum dan tata rias,
gerakan, musik, tema, dan filosofi dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Jawa Timur.
Namun, hal ini justru menjadi nilai tambah dan ciri khas dari tarian kuda lumping di Dusun
Kungkuk, sehingga semakin menarik untuk dijelajahi dan dipelajari.
1) Kekompakkan antara anggota komunitas kuda lumping, hal ini dapat dilihat dari keinginan
para pemain untuk memperkenalkan kesenian kuda lumping pada masyarakat luas,
meskipun tanpa bantuan dana dar pihak lain para pemain berusaha iuran bersama agar dapat
melaksanakan pertunjukan.
2) Adanya dukungan keluarga pemain kuda lumping, hal ini ditandai adanya keluarga dari
pemain kuda lumping yang memperbolehkan anggota untuk berpasrtisipasi dan tidak
berharap upah dari pertunujukkan kuda lumping untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3) Adanya dukungan dari pemerintah, yaitu pemerintah dari Nagari yang kadang memeberikan
sumbangan dana agar pertunjukkan dapat terlaksana.
4) Solidaritas dari masyarakat sekitar, dapat dilihat dari masyarakat yang lebih tertarik
manyaksikan pertunjukkan kuda lumping dibandingkan acara hiburan lainnya seperti
wayang, dan orgen. Begitu juga masyarakat pribumi yang tidak memberi larangan untuk
menampilkan pertunjukkan kuda lumping.
1) Pengalaman Kebudayaan
15
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam
sebuah pengalaman kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka
masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih dalam menguasai tarian tersebut. Dengan
demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat dijaga kelestarian budaya kita ini.
2) Pendidikan Kebudayaan
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat
informasi mengenai kebudayaan yang dapat difungsionalisasi kedalam banyak bentuk.
Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan kebudayaan itu
sendiri dan potensi kepariwisataan daerah. Dengan demikian para Generasi Muda dapat
mengetahui tentang kebudayaanya sendiri.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan kebudayaan
dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi
pencurian kebudayaan yang dilakukan oleh negara – negara lain.Penyakit masyarakat kita ini
adalah mereka terkadang tidak bangga terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih
bangga terhadap budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya kita sebagai
orang timur. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh karena itu , kita sendiri yang
tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain
sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
Selain itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.
Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup bijak dalam upaya pelestarian
kebudayaan dan tradisi dari berbagai daerah ditanah air Indonesia ini. Pemerintah harus
menginterpretasikan semua kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya pelestarian
kebudayaan nasional. Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan
kebudayaan-kebudayaan daerah disetiap acara-acara penting nan sakral dan nasional, misalnya
tari-tarian , lagu daerah, dan sebagainya. Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan
kepada generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari para leluhurnya
pada zaman dahulu. Bukan berasal dari negara tetangga misalnya malaysia. Demikian juga
upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui
16
berbagai macam kebudayaan atau tradisi yang kita miliki. Pemerintah juga dapat lebih
memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.
15. Potensi pengembangan tarian kuda lumping sebagai objek wisata budaya di Dusun
Kungkuk
Kesenian tari kuda lumping harus terus kita jaga dan lestarikan. Bukan hanya kesenian
tari kuda lumping ini saja tetapi semua kebudayaan yang merupakan warisan dari nenek moyang
kita bangsa Indonesia yang memiliki banyak sekali keanekaragaman budaya yang tersebar di
berbagai ras,suku dan kepulauan. Posisi kita adalah sebagai generasi penerus bangsa ini yang
mempunyai tugas untuk melestarikan , menjaga, dan mengembangkan kebudayaan tradisional
(lokal) serta mempertahankannya. Supaya kebudayaan yang sudah kita miliki tidak semakin
pupus dan hilang dari bangsa indonesia ini. Satu hal yang harus kita selalu waspadai ialah
masuknya kebudayaan asing ke negara ini yang perlahan-lahan mulai menyingkir dari tanah air.
Kita harus ingat pula, bahwa sebagian dari keberagaman kebudayaan dan tradisi yang sudah kita
telah diklaim dan diakui oleh negara lain.
A. Sejarah Singkat
Dusun Kungkuk memiliki beberapa macam kesenian tradisional, salah satunya adalah
kesenian tradisional Kuda Lumping atau biasa disebut kesenian Jaranan/Jaran Dor) . Kesenian
Tradisional Kuda Lumping ini merupakan kebudayaan yang diteruskan secara turun temurun di
Dusun Kungkuk. Kesenian tradisional Kuda Lumping ini sudah ada sejak lebih dari 40 tahun lalu
yang sampai sekarang masih dilestarikan dari generasi ke generasi. Paguyuban Kuda Lumping di
Dusun Kungkuk memiliki anggota sebanyak 30 orang yang dimana semuanya adalah laki-laki
dari remaja hingga dewasa.
B. Jenis Jaranan
17
Kesenian Jaranan di Desa Kungkuk dibagi menjadi dua jenis, diantaranya sebagai berikut
:
1. Jaran Dhor
Jaranan Dhor merupakan kesenian menggunakan kuda lumping yang dibentuk dari
anyaman bambu serta terdapat serabut aren yang dikeringkan.Tidak hanya sebagai kesenian
tetapi juga merupakan sebagai ritual untuk berinteraksi dengan arwah nenek moyang, baik itu
arwah baik dan arwah buruk dengan tujuan mendapatkan petunjuk, meminta perlindungan,
keselamatan ataupun melepaskan seseorang dari segala guna-guna atau santet.
2. Jaran Pegon
Jaran Pegon merupakan kesenian kuda lumping yang tidak mengandung unsur spiritual,
melainkan hanya ditujukan untuk kesenian semata. Pada Jaran Pegon jenis kuda lumping yang
digunakan berbeda dengan Jaran Dor. Kuda lumping pada Jaran Pegon dibuat menggunakan
bahan plastik dan tali rafia.
Pada Pertunjukan Jaran Pegon, sarana yang digunakan lebih variatif selain kuda lumping,
yaitu ada Babi Celeng yang biasanya digunakan oleh perempuan, lalu ada monyet dan juga
macan dengan warna yang variatif, Kemudian juga terdapat tambahan alat musik yaitu saron dan
gong, adanya penyanyi atau vokalis, serta penggunaan topeng besar, sehingga lebih menarik bagi
penonton untuk menikmati pertunjukannya.
Proses pembuatan kuda lumping tentunya tidak boleh sembarangan. Dalam proses
pembuatan kuda lumping ini pun harus mengikuti ketentuan-ketentuan tertentu. Khusus kuda
yang digunakan pada kegiatan sakral (Jaran Dor) hanya dibuat pada hari-hari tertentu. Biasanya
para pembuat jaran akan menanyakan terlebih dahulu kepada sesepuh yang terdapat di dusun
kungkuk, hari apakah yang tepat untuk mereka dapat membuat jaran tersebut. Sedangkan
pembuatan jaran selain Jaran Dhor dapat dibuat pada hari apa saja.
18
Pada saat proses pembuatannya tidak diperbolehkan sederajat dengan kaki, jadi harus
dilakukan diatas meja. Waktu pembuatannya maksimal menghabiskan kurun waktu sehari saja.
Oleh karena itu, biasanya terdapat pembagian tugas, ada yang bertugas memasang rambut, ada
yang bertugas untuk menganyam, adapun yang mengecat serta melukis jaran agar proses
pembuatan dapat cepat diselesaikan. Setelah kuda lumping sudah jadi belum diperbolehkan
untuk langsung dimainkan masih terdapat proses selanjutnya yang harus dilakukan yaitu ritual
pembakaran dupa.
Biasanya paguyuban kuda lumping di Desa Kungkuk membuat kuda lumping sendiri.
Namun adapun juga beberapa kuda lumping yang dibeli dari pengrajin kuda lumping. Harga satu
ekor kuda lumping yang berukuran besar dapat mencapai kisaran harga Rp400.000.
Dalam penyelengaraannya tentu ada beberapa properti diperlukan, yakni sebagai berikut
:
1. Kuda Lumping
Komponen yang paling utama yaitu adalah kuda lumping. anyaman dan dibentuk
menyerupai kuda yang akan dijadikan tunggangan para penari pada sat pertunjukan.
Seiring berkembangnya zaman kuda lumping tidak hanya dari bahan bambu saja,
melainkan ada dari plastik juga akan tetapi tidak dapat digunakan dalam sebagai kegiatan
sakral jada hanya untuk kesenian semata.
3. Baju.
Biasanya baju yang digunakan yaitu kemeja dan bentuk kaos dengan warna yang cerah.
Kemudian baju atasan para penari akan ditambah dengan balutan rompi.
19
4. Celana panjang.
Celana panjang yang digunakan biasanya posisinya menggantung (di atas mata kaki).
Agar para penari daat luwes dalam bergerak. Kemudian dibalut dengan selendang yang
bercorak batik dibagian atas pinggulnya.
5. Kaos Kaki.
Kaos kaki tidak wajib untuk digunakan. Namun dapat befungsi sebagai penghias.
6. Gelang.
Gelang digunakan sebagai penghias agar terlihat menarik. Ada beragam variasi motif
gelang yang digunakan, yang sering digunakan yaitu biasanya berwarna emas dan
dinamakan klinting. Penggunaan gelang saat pertunjukan tidak memandang jenis
kelamin, baik laki-laki ataupun perempuan dapat menggunakan gelang.
7. Sesumping.
Sesumping adalah hiasan yang digunakan pada bagian telinga para penari. Sesumping
bukanlah komponen yang wajib untuk digunakan. Sesumping akan memancarkan kilau
cahaya, bentuk sesumping ini mirip seperti yang digunakan dalam pertunjukan kesenian
wayang manusia.
8. Apok.
Apok merupakan properti yang berupa lapisan penutup paling luar setelah baju dan
rompi. Bentuknya sangat unik, apok menggambarkan kegagahan dan keperkasaan penari
pria. Komponen ini digunakan pada bagian dada hingga ke bagian punggung belakang.
9. Rompi.
Rompi menjadi lapisan antara kaos bagian dalam dan apok, biasanya digunakan oleh
penari wanita saja. Rompi yang digunakan pada setiap paguyuban biasanya berbeda-
beda, tergantung keinginan dan ciri dari daerahnya masing-masing.
20
11. Sabuk Hias.
Sabuk hias memiliki fungsi sebagai pengikat untuk menguatkan seluruh kostum yang
digunakan oleh para penari. Untuk pemilihan warna sabuk biasanya disesuaikan dengan
baju yang sedang digunakan.
12. Selendang.
Selendang juga memiliki fungsi yang sama dengan sabuk hias, yaitu sebagai pengikat
sekaligus hiasan tambahan. Dengan berbagai variasi motif dan warnanya.
Dalam Penyelenggaraan kesenian kuda lumping diperlukan adanya iringan. Berikut adalah alat
musik iringan yang digunakan dalam kesenian kuda lumping:
1. Jidor
Jidor adalah alat musik pukul sejenis gendang besar berdiamater 50-70 cm. Sumber
bunyinya dari selaput kulit yang bergetar karena dipukul.
2. Ketipung
21
Ketipung adalah salah alat musik tradisional Indonesia yang berbentuk menyerupai
gendang dengan ukuran yang lebih kecil. Ketipung memiliki dua sisi tabuh, kedua sisi
tetabuhan ketipung terbuat dari kulit kambing atau bisa juga kulit sapi yang sudah di
tipiskan. Ketika ditabuh, biasanya menghasilkan suara yang bulat.
3. Saron
Saron merupakan instrumen gamelan dari keluarga balungan. Saron adalah alat musik
yang terbuat dari logam. Saron memiliki 6 atau 7 (1 oktaf) bilahan logam yang
ditumpangkan di atas bingkai kayu yang berfungsi sebagai resonator.Alat musik ini
dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tabuh saron. Alat penabuh ini terbuat dari
kayu yang bentuknya seperti palu.
4. Gong
Gong merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini terbuat
dari lempengan logam yang dibentuk sedemikian rupa, dengan sebuah tonjolan dibagian
tengahnya. Alat musik gong termasuk alat musik tradisional dan orang Jawa sering
menyebutnya dengan Gong atau nama lainnya adalah Agong.
5. Kendang
Kendang merupakan alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat
musik kendang terbuat dari kayu dengan selaput atau membran pada sisinya.
1) Aspek Spiritual
Dalam beberapa bulan terakhir negara Indonesia dilanda oleh wabah Covid-19.
Pada masa Pandemi Covid-19 para warga Dusun Kungkuk melaksanakan ritual jaranan untuk
meminta perlindungan kepada leluhur agar tidak Dusun Kungkuk dilindungi dari wabah Covid-
19. Setelah melaksanakan ritual tersebut kabarnya sampai saat ini tidak ada warga Dusun
Kungkuk yang positif terinfeksi Covid-19. Hal ini membuktikan bahwa para warga masih
mempercayai ritual kebudayaan ini.
22
2) Aspek Hiburan
Adanya pertunjukan kebudayaan ini di dapat dijadikan sebagai media hiburan oleh
masyarakat. Sebagai media hiburan masyarakat mempertunjukan kesenian kuda lumping ini
untuk penyambutan tamu dari luar. Pada saat kedatangan SMAN 6 Depok ke Desa Punten,
SMAN 6 benar-benar disambut dengan hangat dengan pertunjukan nyanyian, tarian tradisional,
dan juga pertunjukan tarian kuda lumping. Dapat dilihat betapa antusias penonton ketika
menikmati setiap pertunjukan yang disajikan secara menarik.
Pada saat mendapat undangan ke Jakarta, para pemain Kuda Lumping menjelaskan
mengenai kebudayaan kuda lumping serta mengajarkan tata cara memainkan kesenian kuda
lumping tersebut kepada para siswa dan siswi. Lalu para siswa dan siswi akan menampilkan
kesenian kuda lumping tersebut pada hari terakhir.
4) Aspek Ekonomi
Selain digunakan sebagai kesenian, pastinya kesenian jaran atau kuda lumping ini juga
difungsikan sebagai pemasukan atau pendapatan untuk pemasukan desa atau karang taruna.
Pertunjukan Jaranan ini biasanya dilaksanakan dari jam 21.00 sampai jam 02.00 dengan tarif
yang relatif, pada jam 21.00-24.00 akan dikenakan tarif sebesar Rp15.000, sedangkan untuk
diatas jam 24.00 akan dikenakan tarif yang lebih mahal yaitu sebesar Rp25.000. Karena pada
jam inilah puncak dari pertunjukan jaranan yang dimana suasananya terasa lebih menegangkan.
Total pendapatan dalam sekali pertunjukan jaranan dapat mencapai kisaran Rp4.000.000.
23
Kegiatan atau pentas keseniannya tidak hanya dikhususkan untuk suku, agama, ras
ataupun keturunan tertentu jadi dapat disimpulkan bahwa Kesenian Kuda Lumping ini dapat
diselenggarakan oleh siapapun. Namun, dalam Jaran Dhor memiliki syarat orang tersebut tidak
mengkonsumsi alkohol dan membersihkan diri terlebih dahulu sehingga bisa berinteraksi dengan
arwah atau roh nenek moyang karena telah dianggap suci.
Penyelenggaraan Jaran Dhor dilakukan pada hari tertentu biasanya dikhususkan pada hari
Jumat legi atau Jumat pahing. Karena pada hari tersebut diyakini sebagai waktu yang istimewa
oleh orang Jawa dalam penanggalannya. Banyak yang percaya kalau Jumat Legi dan Jumat
Pahing dianggap hari yang sakral. Masyarakat Jawa memahami bahwa malam Jumat Legi
menunjukkan isyarat atau kejadian berhubungan dengan roh atau sebuah makam. Roh yang
memasuki biasanya berbahasa Jawa, tetapi adapun roh yang berasal dari Gunung Semeru selalu
menggunakan Bahasa Indonesia.
Penyelenggaraan dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja dengan syarat
tempatnya cukup luas sehingga tidak adanya dampak kerusakan pada benda sekitar yang
merugikan orang lain. Dalam penyelenggaraan Jaran Dhor biasanya dilakukan di punden desa.
Tidak hanya di daerah Dusun Kungkuk, kesenian ini juga sering mendapat undangan untuk
menyelenggarakan di desa lain. Pertunjukan Jaranan ini selalu dilakukan juga pada hari-hari
istimewa seperti acara peringatan ulang tahun desa dan juga kota, ruwat desa, hari panen raya,
serta penyambutan tamu dari luar.
Dari berbagai kesenian yang terdapat di dusun kungkuk, Kesenian Jaranan merupakan
kesenian yang paling ramai diminati oleh masyarakat sekitar. Sampai saat ini masyarakat masih
sangat antusias menyelenggarakan Kesenian Kuda Lumping. Baik Jaran Dor dan Jaran Pegon
keduanya merupakan kebudayaan yang masih dijunjung tinggi di desa punten atau dusun
kungkuk sampai saat ini, mulai dari anak-anak hingga ke remaja sampai dewasa semuanya
24
masih rutin menyelenggarakan. Anggota Karang Taruna Dusun Kungkuk juga turut aktif dalam
berbagai kegiatan di dusun serta aktif pula dalam melestarikan budaya kesenian Kuda Lumping.
Bahkan peminat pertunjukan kuda lumping pun masih sangat banyak, sehingga penonton selalu
memenuhi pertunjukan Jaran Dor terlebih lagi pada pertunjukan Jaran Pegon.
Semangat serta rasa antusias warga Desa Kungkuk ini tentunya mendapat respon yang
baik oleh Pemerintah. Dalam upaya mendukung serta melestarikan kebudayaan ini pemerintah
telah memberikan alat musik gamelan, tidak hanya itu pemerintah juga turut berkontribusi
memberikan sumbangan dalam bentuk dana sejumlah Rp50.000.000 pada setiap tahunnya. Dana
tersebut digunakan untuk perawatan alat-alat dan untuk pelaksanaan kegiatan kuda lumping
dalam rangka pelestarian kesenian tradisional.
Sampai saat ini belum diemukan adanya kontra dari masyarakat terhadap kebudayaan
Jaranan Dor atau Jaranan Pegon. Oleh karena itu, artinya sampai pada saat ini semua masyarakat
turut menyukai dan dapat menerima kebudayaan ini.
Apabila suatu saat terjadi maka solusi yang akan dilakukan oleh ketua atau pemimpin
kesenian kuda lumping adalah mengumpulkan semua masyarakat terlebih dahulu untuk
melakukan musyawarah. Ketua akan membuka ruang diskusi bagi pihak-pihak pro dan kontra.
Maka dari diskusi tersebut akan didapatkan sebuah pemecahan masalah.
1) Aspek Agama
Agama memiliki peran penting dalam membina keluarga sejahtera. Agama yang
merupakan jawaban dan penyelesaian terhadap fungsi kehidupan manusia adalah ajaran atau
25
system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya. Oleh karena itu, sebuah keluarga haruslah memiliki dan berpegang pada suatu
agama yang diyakininya agar pembinaan keluarga sejahtera dapat terwujud sejalan dengan apa
yang diajarkan oleh agama.
Keluarga Bu Nuril menganut salah satu dari enam agama yang diakui di Indonesia yaitu agama
Islam.
2) Aspek Pendidikan
Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk menyampaikan kepada orang atau
pihak lain segala hal untuk menjadikannya mampu berkembang menjadi manusia yang lebih
baik, lebih bermutu, dan dapat berperan lebih baik pula dalam kehidupan lingkungannya dan
masyarakatnya.
Pendidikan yang ada di dalam keluarga Bu Nuril dapat dikatakan cukup baik. Hal ini
tercermin dari keberhasilan Bu Nuril dalam mendidik anak semata wayangnya yang saat ini
sudah tumbuh menjadi pria dewasa. Anak kandung dari Bu Nuril ini memiliki karakter yang
baik, ramah, sopan, percaya diri dan beliau juga merupakan seorang pemimpin dari kesenian
kuda lumping yang ada di dusun Kungkuk.
3) Aspek Ekonomi
26
Pemerintah mengelompokkan keluarga di Indonesia ke dalam dua tipe. Pertama, tipe
keluarga pra-sejahtera. Yang kita bayangkan ketika mendengar keluarga tipe ini adalah keluarga
yang masih mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya berupa sandang,
pangan, dan papan. Keluarga pra-sejahtera identik dengan keluarga yang anaknya banyak, tidak
dapat menempuh pendidikan secara layak, tidak memiliki penghasilan tetap, belum
memperhatikan masalah kesehatan lingkungan. rentan terhadap penyakit, mempunyai masalah
tempat tinggal dan masih perlu mendapat bantuan sandang dan pangan. Kedua, tipe keluarga
sejahtera. Yang terbayang ketika mendengar keluarga tipe ini adalah sebuah keluarga yang sudah
tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Keluarga sejahtera
identik dengan keluarga yang anaknya dua atau tiga, mampu menempuh pendidikan secara
layak, memiliki penghasilan tetap, sudah menaruh perhatian terhadap masalah kesehatan
lingkungan, rentan terhadap penyakit, mempunyai tempat tinggal dan tidak perlu mendapat
bantuan sandang dan pangan.
Keadaan ekonomi keluarga Bu Nuril tergolong ke dalam ekonomi menengah atas atau
dapat dikatakan keluarga sejahtera. Bu Nuril memiliki rumah yang cukup luas, di dalamnya
terdapat 2 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 4 kamar tidur, 1 ruang makan, 2 kamar mandi, 1 garasi,
dan 2 taman. Sedangkan untuk mata pencaharian Bu Nuril sendiri yaitu sebagai ART di negara
Malaysia.
27
Keadaan Keluarga di Homestay:
Aspek sosial keluarga Bu Nuril tergolong baik. Walaupun Bu Nuril hanyalah orang tua angkat
kami, beliau tidak sungkan untuk berinteraksi bersama kami. Bu Nuril adalah orang yang terbuka
dan suka bercerita. Selama kami tinggal di sana, beliau sering bercerita tentang keluarganya,
pekerjaannya, sampai kucing peliharaannya yang bernama Miko.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Kesenian Kuda Lumping merupakan salah satu aset budaya bangsa Indonesia yang
didalamnya banyak akan filosofi hidup. Di Jawa Timur, Malang Khususnya di Desa Kungkuk,
Kesenian ini akrab di panggil dengan Jaranan Dor. Jaranan Dor merupakan kesenian yang di
bentuk dari anyaman bambu serta terdapat serabut aren yang dikeringkan. Jaranan Dor sendiri
telah mengalami perkembangan atau modifikasi budaya seiring perkembangan zaman agar
mendapat respon yang lebih baik dari masyarakat yang biasa di sebut Jaran Pegon. Pertunujukan
Jaran biasanya di laksanakan dari 9 malam sampai jam 2 pagi, pada pertunjukan ini sering kali
banyak yang mengalami kesurupan yang berdampak pada hilangnya kesadaran dan tingkah laku
yang anomali. Pemerintah selalu memberikan sumbangan secara rutin saat pertunjukan kuda
lumping sehingga berjalan dengan lancar. Hal ini membuktikan kepedulian dan dukungan
28
pemerintah terhadap kesenian kuda lumping, Tetapi untuk generasi muda saat ini sepertinya
perlu di perlihatkan dan di edukasi lagi agar terus melestarikan kesenian ini. Oleh karena itu kita
sebagai generasi muda harus lebih peduli terhadap budaya-budaya bangsa kita sedini mungkin
termasuk kesenian kuda lumping atau jaranan ini.
3.2 Saran
Dengan demikian budaya tradisi kuda lumping harus tetap di kembangkan dan di
budidayakan tanpa menghilangkan nilai kebudayan kuda lumping itu sendiri Dalam hal tersebut
promosi yang sangat diperlukan agar kesenian Kuda Lumping atau Jaranan lebih berkembang
dan dikenal oleh masyarakat luas, serta tidak dikalahkan oleh budaya-budaya asing. Maka
kepedulian, perhatian dan tindakan nyata dari masyarakat Indonesia terutama generasi muda
sangat penting demi perkembangan dan kelangsungan hidup kesenian asli bangsa kita ini.
DAFTAR PUSTAKA
29