SEJARAH DAN PEMIKIRAN - Print
SEJARAH DAN PEMIKIRAN - Print
SEJARAH DAN PEMIKIRAN - Print
Disusun Oleh:
NASRULLAH
Assalamualaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dosen pengampu mata kuliah
yang telah memberikan kami kesempatan untuk menyusun sebuah makalah yang
berjudul “Sejarah dan Pemikiran Salafiyah”.
Sekian dari kami, mohon maaf kalau terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini dan kritik serta saran sangat kami butuhkan dalam menyempurnakan
makalah ini.
Wassalam,
Penyusun
NASRULLAH
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. ii
BAB I ………………………………………………………………………….. 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
BAB II………………………………………………………………………….. 2
PEMBAHASAN……………………………………………………………….. 2
1. Pengertian Salaf………………………………………………………… 2
2. Asal Usul……………………………………………………………….. 2
3. Metode Berfikir Kaum Salaf ………………………………………….. 3
4. Pemikiran – pemikiran Kaum salaf…………………………………….. 5
5. Perkembangan Salafi Di Indonesia…………………………………….. 8
BAB III………………………………………………………………………… 9
PENUTUP……………………………………………………………………… 9
A. Kesimpulan……………………………………………………………… 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salafiyah merupakan genre keagamaan dalam tradisi Islam klasik yang kini
banyak hadir kembali di sejumlah Negara muslim dengan spirit yang luar biasa. Tak
terkecuali di Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim di era keterbukaan saat
ini.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam,
akan penulis sedikit bahas mengenai masalah sejarah, pemikiran dan perkembangan
Salafiyah. Dikarenakan keterbatasannya ilmu penulis dalam sejarah, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Salaf
Sedangkan menurut istilah, kata salaf, dalam kitab Majmu’ Fatawa, Syaikh
al-Islam Ibnu Taimiyah berkata ”Pendapat yang benar dalam semua permasalahan
yang diperselisihkan adalah apa yang dipegang oleh para salaf, para sahabat dan
yang mengikuti mereka dengan baik”. Berdasarkan perkataan Syaikh al-Islam
tersebut, maka yang dimaksud dengan orang-orang salaf menurut istilah adalah para
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Orang-orang yang
mengikuti manhaj Salaf, terkadang memiliki beberapa sebutan
seperti Ghuraba (orang-orang yang dianggap asing), Ahlu al-Sunnah wa al-
Jama’ah, Ahlu al-Atsar, Ahlu al-Haq, Ahlu al-Hadis.2
2. Asal-usul
Salafiyah mereka muncul pada abad ke-4 Hijriah / 10 Masehi. Mereka terdiri
dari ulama mazhab Hanbali yang berpendapat bahwa garis besar pemikiran mereka
bermuara pada pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal yang menghidupkan ‘aqidah
ulama salaf dan berusaha memerangi paham lainnya. Aliran ini muncul kembali pada
ke-7 Hijriah/ 13 Masehi, dan dihidupkan oleh Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah yang
menyiarkannya dengan gencar. Ia menambahkan beberapa hal dengan
3
mengaktualisasi pemikiran paham ini sesuai dengan kondisi zamannya.
2
1
Muchtith A. Karim dkk, Faham-faham Keagamaan Aktual Dalam Komunitas Masyarakat Islam, Kristen, dan Hindu di
Indonesia, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Beragama, 2008), Ct. ke-1, h. 9
2
Ibid, h. 9
3
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan ‘Aqidah Dalam Islam, (Jakarta: Logos, 1996), Ct. ke-1, h. 225
3
Istilah dan nama Salaf di aliran ini menunjuk kepada generasi terdahulu, yaitu
generasi para sahabat dan tabi’in. Jadi aliran salaf ini berupaya menghidupkan
kembali dan membela metode serta pemikiran kalam yang ditampilkan oleh generasi
para sahabat dan tabi’in.
4
Ibid, h. 225
4
2. Para pakar ilmu Kalam, yaitu Mu’tazilah. Mereka mengemukan berbagai
kesimpulan yang rasional sebelum mengadakan penalaran terhadap ayat-ayat al-
Qur’an. Mereka berpegang pada dua argumentasi tetapi mendahulukan rasional
daripada al-Qur’an. mereka menta’wilkannya sesuai dengan tuntutan akal,
sekalipun mereka tidak keluar dari ‘aqidah al-Qur’an.
3. Ulama yang mengadakan penalaran terhadap ‘aqidah yang terdapat di dalam al-
Qur’an untuk diimani, dan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya untuk
digunakan. Dalil-dalil itu digunakan bukan karena merupakan dalil yang
memberikan petunjuk dan bimbingan yang mengarahkan akal untuk berbagai
premis disekitarnya, melainkan karena merupakan sejumlah ayat formatif yang
isinya wajib diimani, tanpa menjadikannnya sebagai premis bagi istinbath ‘aqli.
Ibnu Taimiyah meletakkan Maturidiyah pada kategori ini, karena Maturidiyah
mempergunakan akal untuk memahami ‘aqidah yang terdapat dalam al-Qur’an.
4. Kelompok yang beriman kepada al-Qur’an, baik ‘aqidah maupun dalilnya, tetapi
mempergunakan dalil rasional di samping dalil al-Qur’an itu. Ibnu Taimiyah
memasukkan Asy’ariyyah ke dala kategori ini.
Inilah metode Salaf, yaitu menempatkan akal berjalan di belakang dalil naqli,
mendukung dan menguatkannya. Akal tidak berdiri sendiri untuk dipergunakan
menjadi dalil, tetapi ia mendekatkan makna-makna nash.5
5
Ibid, h. 227
6
Seluruh muslim bersatu pendapat bahwa Allah itu Esa, tidak ada sesuatu pun
yang menyerupai-Nya. Hanya saja mereka berbeda ketika menjelaskan masalah-
masalah cabnag yang berhubungn dengan prinsip wahdaniyyah tersebut,
seperti tanzih (upayapemurnian), tasybih (penyerupaan),dan tasjim (anthropomorphi
sm).Mu’tazillah, misalnya dalam upaya mereka memelihara kemurnian (tanzih)
‘aqidah tauhid tersebut, berpendapat bahwa Allah tidak mempunyai sifat. Mereka
juga tegas menolak tasybi dan tasjim.
6
M. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas, Sejarah Pemikiran Dalam Islam Teologi /Ilmu Kalam Buku Teks MKK IAIN (Ilmu
Kalam III dan IV), (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), Ct. ke-1, h. 40
7
Kedua, kita harus menyembah Allah menurut apa yang disyariatkan para
rasul-Nya. Kita tidak menyembah Allah kecuali dengan ibadah wajib, sunat maupun
yang mubah yang dimaksudkan untuk ketaatan dan kesyukuran kepada Allah. Ibnu
Taimiyah berkata, doa termasuk dalam kategori ibadah. Barang siapa
mengalamatkan doa kepada para makhluk, baik yang sudha meninggal maupun yang
8
masih hidup, dan meminta pertolongan kepada mereka berarti telah melakukan
bid’ah, mensekutukan Allah, dan menempuh jalan orang-rang yang tidak beriman. 7
A. Kesimpulan
Salafiyah merupakan aliran yang muncul pada abad ke-4 Hijriah / 10 Masehi.
Mereka terdiri dari ulama mazhab Hanbali yang berpendapat bahwa garis besar
pemikiran mereka bermuara pada pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal yang
menghidupkan ‘aqidah ulama salaf dan berusaha memerangi paham lainnya. Arti
dari Salafiyah ialah orang yang mengikuti sahabat dengan baik tanpa ada
pembahasan terhadap al-Qur’an dan Hadis, mereka menerima dan memahami ayat
secara kontekstual tanpa melalui pertimbangan akal.
Salaf dihidupkan kembali oleh Ibnu Taimiyah pada ke-7 Hijriah/ 13 Masehi,
kemudian dikembangkan dan dipropagandakan kembali di Jazirah Arab, abad ke-12
Hijriah/ 18 Masehi oleh Muhammad Ibnu Abdu al-Wahhab, yang kemudian dikenal
dengan nama gerakan Wahabiah yang bertahan hingga sekarang.
Aliran ini mempunyai paham bahwa mereka dalam memahami al-Qur’an dan
Hadis secara kontekstual saja tidak memberikan hak pada akal untuk memberikan
penjelasan. Mereka memahami agama tanpa ada pertanyaan dan tidak ingin bahkan
melarang untuk menanyakannya. Contoh ajaran aliran ini seperti dilarang berkunjung
di kuburan orang soleh bahkan Nabi, dilarang bertawassul dan memohon pertolongan
hanya pada Allah.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
BIODATA PENULIS
I. IDENTITAS DIRI
11