MODUL 5 - Penerimaan Perikatan 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Penerimaan
Perikatan
1. Analisis Resiko
2. Etika profesi: independensi
3. Sumber Daya Manusia
4. Isu Hukum

Disusun Oleh
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK
Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA

05
Pasca Sarjana Pendidikan MK 10230 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Profesi Akuntansi Robertus Arynovianto, S.E.,MM.,
Ak., CA., CTA., CPA., QIA.

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa memiliki kemampuan
kebijakan-kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi hal-hal
yang harus dilakukan oleh auditor profesional dan etis serta isu-isu
dalam menerima perikatan audit. hukum yang hrs dipertimbangkan
dalam menerima perikatan.
Pendahuluan

Dalam pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dari klien baru atau
melanjutkan penugasan dari klien lama bukanlah hal yang mudah. Karena hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat kinerja bagi anggota akuntan publik itu sendiri. Standar audit
yang menjadi acuan utama dalam penerimaan perikatan ini adalah SA 210, 220, dan SA
300 serta SPM 1 (Sistem Pengendalian Mutu)
Menurut SPAP ISA 220 mewajibkan KAP mengembangkan, mengimplementasikan
dan mendokumentasikan prosedur pengendalian mutunya dalam kebijakan menerima dan
melanjutkan penugasan oleh klien. (Tuanakotta, 2013).

Perikatan Asurans
Merupakan suatu perikatan yang di dalamnya seorang akuntan publik menyatakan suatu
kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan derajat kepercayaan pengguna yang
dituju (selain pihak yang bertanggung jawab) terhadap hasil pengevaluasian atau
pengukuran atas hal pokok dibandingkan dengan kriteria. Informasi hal pokok inilah yang
digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat untuk menyediakan
basis memadai bagi auditor untuk menyatakan kesimpulan dalam suatu laporan asurans.
Persetujuan atas ketentuan Perikatan Audit ini diatur dala SPAP SA 220.

ISA 210.3
Tujuan Auditor dalam menerima atau melanjutkan perikatan adalah hanya jika dasar untuk
melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan:
a) Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada
b) Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor, manajemen, dan jika
perlu dengan TCWG (Those Charged With Governance).

Terdapat 2 tipe perikatan asurans yang dapat dilakukan oleh praktisi:


1. Perikatan yang memberikan keyakinan memadai, dan;
Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan memadai adalah penurunan risiko
perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat diterima dalam kondisi perikatan tersebut
sebagai basis kesimpulan praktisi yang dinyatakan dalam bentuk positif.
2. Perikatan yang memberikan keyakinan terbatas.
Tujuan perikatan yang memberikan keyakinan terbatas adalah penurunan risiko perikatan
asurans ke tingkat yang dapat diterima dalam kondisi perikatan tersebut (namun risikonya

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
2 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
lebih besar daripada risiko dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai),
sebagai basis kesimpulan praktisi yang dinyatakan dalam bentuk negatif.

Jenis Perikatan Asurans


1. Perikatan berbasis asersi:
Pengevaluasian atau pengukuran atas hal pokok dilakukan oleh pihak yang bertanggung
jawab atas hal pokok, dan informasi hal pokok disajikan dalam bentuk asersi oleh pihak
yang bertanggung jawab yang tersedia bagi pengguna yang dituju.
2. Perikatan pelaporan langsung:
Praktisi melakukan pengevaluasian atau pengukuran secara langsung atas hal pokok
atau dengan memperoleh representasi dari pihak yang bertanggung jawab atas hal
pokok yang sebelumnya telah melakukan pengevaluasian atau pengukuran atas hal
pokok tersebut, yang tidak tersedia bagi pengguna yang dituju. Informasi hal pokok
disediakan bagi pengguna yang dituju dalam bentuk laporan asurans.

Perikatan lain yang sering dilakukan dan tidak memenuhi definisi di atas (serta tidak dicakup
dalam Kerangka ini) meliputi:
1. Perikatan yang dicakup dalam Standar Jasa Terkait (“SJT”), seperti perikatan prosedur
yang disepakati dan perikatan kompilasi atas informasi keuangan atau informasi lainnya.
2. Penyusunan surat pemberitahuan pajak yang di dalamnya tidak ada kesimpulan (yang
memberikan suatu keyakinan) yang dinyatakan.
3. Perikatan jasa konsultasi (atau jasa advisory), seperti jasa konsultasi manajemen dan
jasa konsultasi perpajakan.
Perikatan jasa konsultasi menggunakan keahlian teknis, pendidikan, observasi,
pengalaman, dan pengetahuan tentang proses konsultasi oleh akuntan profesional.
Proses konsultasi merupakan suatu proses analitis yang biasanya
melibatkan beberapa kombinasi aktivitas yang terkait dengan: penetapan tujuan,
pencarian fakta, pendefinisian masalah atau peluang, pengevaluasian alternatif,
pengembangan rekomendasi (termasuk tindakan, pengomunikasian hasil, dan kadang-
kadang pengimplementasian dan tindak lanjut). Jika diterbitkan, laporan umumnya ditulis
dalam bentuk narasi (“bentuk panjang”). Pada umumnya pekerjaan yang dilakukan
hanya untuk kegunaan dan pemanfaatan bagi klien. Sifat dan ruang lingkup pekerjaan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara akuntan profesional dan klien. Setiap jasa
yang memenuhi definisi perikatan asurans bukan merupakan perikatan jasa
konsultasi.

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
3 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
Ruang Lingkup Kerangka Penerimaan Asurans
Tidak semua perikatan yang dilakukan oleh praktisi merupakan perikatan asurans.
1. Perikatan yang dicakup dalam standar jasa terkait (SJT): AUP, jasa kompilasi
2. Penyusunan SPT yang tidak memberikan suatu keyakinan
3. Perikatan jasa konsultansi (advisory), seperti jasa konsultasi manajemen atau
perpajakan.

Pelaksanaan Tender
Penerimaan perikatan biasanya dimulai melalui tender:

1. Perusahaan asurans dapat diminta untuk menerima sebuah perikatan atau untuk
mengikuti tender atas sebuah perikatan.

2. Sebuah tender oleh karenanya merupakan sebuah penawaran atas sebuah perikatan

3. Perusahaan asurans akan mengemukakan alasan mengapa lebih baik untuk


memberikan jasa atas perikatan dan biaya untuk melakukannya

4. Lowballing dapat terjadi selama proses tender, dan meskipun secara etis tidak salah,
hal ini memerlukan perlindungan etis untuk diterapkan

Sebuah perusahaan asurans dapat memperoleh perikatan dengan metode berikut:


1. Didekati oleh klien potensial dan diminta untuk menerima perikatan
2. Didekati oleh klien yang ada saat ini dan diminta untuk menerima perikatan
3. Didekati oleh klien potensial atau yang ada saat ini dan diminta untuk melakukan tender
untuk perikatan

Dalam praktiknya, metode yang paling umum untuk memperoleh perikatan audit yakni
melalui tender. Di dalam proses tender, beberapa perusahaan asurans (KAP) diminta untuk
melakukan penawaran untuk perikatan, dengan mengemukakan atribut yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut, dan besaran biaya jasa audit yang diajukan. Perusahaan yang
mencari auditor kemudian mempertimbangkan penawarannya (yang dapat dilakukan secara
tertulis atau dipresentasikan secara oral atau keduanya) dan kemudian mereka
mengundang pihak yang terpilih dalam seleksi untuk menerima jasa auditnya.

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
4 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
Analisis Risiko

Perusahaan melakukan analisis risiko sebelum menerima perikatan, hal ini untuk
memastikan bahwa risiko dalam memberikan opini yang tidak tepat atas perikatan tidak
terlalu tinggi. Hal-hal untuk dipertimbangkan yaitu apakah direksi terlihat memiliki integritas,
perusahaan memiliki catatan keuangan yang baik dan menyelidiki sikap terhadap
pengendalian internal dan sifat dari transaksi klien.
Perusahaan asurans (KAP) akan melakukan sebuah analisis risiko sebelum menerima
klien. Hal ini guna untuk menentukan berapa biaya jasa audit yang dibutuhkan untuk
perikatan tersebut (semakin tinggi risiko klien, semakin besar manfaat yang akan diinginkan
oleh perusahaan asurans dari melakukan perikatan) dan juga untuk meletakkan dasar bagi
pemahaman risiko yang terkait dengan perikatan tersebut apabila perikatan diambil dan
jumlah pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko asurans ke tingkatan yang
dapat diterima untuk perikatan tersebut. Bisa jadi bahwa sebuah perikatan terlalu berisiko
bagi perusahaan asurans untuk mengambil risikonya.
Jika perusahaan asurans menentukan bahwa perusahaan merupakan klien berisiko
tinggi, ini tidak selalu berarti bahwa perusahaan asurans tidak akan menerima perikatan
tersebut, namun penilaian awal atas risiko ini akan digabungkan ke dalam prosedur audit
ketika identifikasi dan prosedur penilaian risiko dilakukan pada perikatan tersebut. Area lain
yang merupakan risiko bagi auditor yakni risiko bahwa klien mungkin melakukan pencucian
uang. Akuntan diharuskan untuk melaporkan kecurigaan atas pencucian uang dan
kegagalan untuk melaporkan kecurigaan merupakan sebuah tindakan kriminal. Auditor juga
disyaratkan untuk melakukan uji kelayakan terkait dengan pencucian uang pada awal
sebuah perikatan.

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
5 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
Penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien (SA 300.6)
 Auditor harus melaksanakan prosedur tentang keberlanjutan hubungan dengan klien
dan perikatan audit tertentu. Informasi yang membantu rekan dalam memutuskan:
 Integritas pemiliki utama, manajemen inti dan pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola;
 Kompetensi tim perikatan dan kapabilitas yang diperlukan (termasuk waktu
dan sumber daya);
 Kemampuan KAP dan tim perikatan untuk mematuhi ketentuan etika yang
relevan; dan
 Hal signifikan yang timbul selama periode kini dan periode lalu, dan
implikasinya terhadap kelangsungan perikatan.
 Mengevaluasi kepatuhan terhadap ketentuan etika, termasuk independensi.
 Menetapkan suatu pemahaman atas persyaratan perikatan .

Prakondisi Suatu Audit


Auditor harus (SA 210 par 6) :
 Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan dapat diterima, dan
 Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen mengakui dan
memahami tanggung jawabnya:
‘20 Audit dan Assurans
Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
6 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
 Untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, termasuk jika relevan, penyajian wajar laporan
tersebut;
 Untuk menetapkan pengendalian internal tertentu yang menurut manajemen
diperlukan dalam penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan
penyajian material, baik karena kecurangan maupun kesalahan; dan
 Memberikan auditor:
 Akses ke semua informasi yang dianggap relevan
 Informasi tambahan yang diminta oleh auditor
 Akses tidak terbatas ke personel dalam entitas yang dipandang perlu

Apakah Terdapat Pembatasan Ruang Lingkup


 Jika manajemen atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola menetapkan
suatu pembatasan terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor yang harus
dicantumkan dalam surat perikatan audit dan pembatasan tersebut akan
menyebabkan auditor tidak dapat memberikan opini atas laporan keuangan,
 Auditor tidak boleh menerima perikatan tersebut sebagai perikatan audit, kecuali
jika diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. (SA 210 par 7).

Kesepakatan perikatan dan surat perikatan


 Auditor harus menyepakati ketentuan perikatan audit dengan manajemen atau
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, jika relevan. (SA 210 par 9)
 Ketentuan yang disepakati harus dicatat dalam surat perikatan audit atau bentuk
kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus mencakup: (SA 210 par 10)
 Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
 Tanggung jawab auditor
 Tanggung jawab manajemen
 Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan; dan
 Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh auditor
dan suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat
kemungkinan

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
7 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
Penerimaan Perikatan SA 220
Praktisi menerima perikatan asurans hanya jika pengetahuan awal praktisi atas kondisi
perikatan menunjukkan bahwa:
1. Ketentuan etika profesi yang relevan, seperti independensi dan kompetensi
profesional akan terpenuhi; dan
2. Perikatan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
a) Hal pokok adalah semestinya;
b) Kriteria yang digunakan adalah tepat dan tersedia bagi pemakai laporan yang
dituju;
c) Praktisi memiliki akses untuk mendapatkan bukti yang cukup dan tepat untuk
mendukung kesimpulan praktisi;
d) Kesimpulan praktisi, dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai atau
perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, harus dimasukkan dalam
laporan tertulis; dan
e) Adanya tujuan rasional dari jasa asurans tersebut.

Unsur – unsur Perikatan Asurans


Unsur-unsur suatu perikatan asurans yang dibahas dalam seksi ini:
a) Hubungan tiga pihak yang melibatkan praktisi, pihak yang bertanggung jawab, dan
pemakai yang dituju;
b) Suatu hal pokok yang semestinya;
c) Kriteria yang sesuai;
d) Bukti yang cukup dan tepat; dan
e) Suatu laporan asurans dalam bentuk yang sesuai dengan perikatan yang memberikan
keyakinan memadai atau perikatan yang memberikan keyakinan terbatas

Laporan Asurans
1. Dalam perikatan berbasis asersi, kesimpulan praktisi dapat dinyatakan melalui salah satu
dari cara-cara berikut ini:
1) Atas asersi pihak yang bertanggung jawab (sebagai contoh: “Menurut opini kami,
asersi pihak yang bertanggung jawab bahwa pengendalian internal PT ABC efektif,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ, disajikan secara wajar”);
atau
2) Secara langsung atas hal pokok dan kriterianya (sebagai contoh:
“Menurut opini kami, pengendalian internal PT ABC efektif, dalam semua hal yang
material, berdasarkan kriteria XYZ”).

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
8 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
2. Dalam perikatan pelaporan langsung, kesimpulan praktisi dinyatakan secara langsung
atas hal pokok dan kriterianya.
3. Dalam perikatan yang memberikan keyakinan memadai, praktisi menyatakan
kesimpulannya dalam bentuk positif, sebagai contoh: “Menurut opini kami, pengendalian
intern PT ABC efektif, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ”.
4. Bentuk kesimpulan ini mengandung pernyataan “keyakinan memadai”.
5. Setelah melaksanakan prosedur pengumpulan bukti yang memadai (yang
memperhatikan sifat, saat, dan luas) dengan mempertimbangkan karakteristik hal
pokok dan kondisi lain perikatan yang relevan seperti yang dijelaskan dalam laporan
asurans, praktisi memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko
perikatan asurans ke tingkat rendah yang dapat diterima.
6. Dalam perikatan yang memberikan keyakinan terbatas, praktisi menyatakan
kesimpulannya dalam bentuk negatif, sebagai contoh: “Berdasarkan hasil pekerjaan
kami seperti yang dijelaskan dalam laporan ini, tidak ada hal yang menjadi perhatian
kami yang menyebabkan kami yakin bahwa pengendalian internal PT ABC tidak efektif,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ”.
7. Bentuk kesimpulan ini mengandung pernyataan “keyakinan terbatas” yang proporsional
dengan tingkat prosedur pengumpulan bukti yang dilakukan oleh praktisi
dengan mempertimbangkan karakteristik hal pokok dan kondisi lain perikatan yang
dijelaskan dalam laporan asurans.

Etika Profesi: Independensi

Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi akuntan


publik untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada pemakai
informasi. Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh kepercayaan
dari klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai laporan keuangan.
Untuk melindungi kepentingan publik dan diharuskan oleh Kode Etik, Anggota yang
berpraktik melayani publik harus independen ketika melakukan perikatan audit atau
perikatan reviu. Independsi dalam perikatan audit atau reviu ini diatur dalam Kode Etik
Profesi Akuntan Publik (KEPAP) 2020 pada Bagian 4A.
Independensi terkait dengan prinsip objektivitas dan integritas. Independensi terdiri
atas:
(a) Independensi dalam pemikiran - sikap mental pemikiran yang memungkinkan untuk
menyatakan suatu kesimpulan dengan tidak terpengaruh oleh tekanan yang dapat
mengompromikan pertimbangan profesional, sehingga memungkinkan individu

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
9 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
bertindak secara berintegritas serta menerapkan objektivitas dan skeptisisme
professional.
(b) Independensi dalam penampilan - penghindaran fakta dan keadaan yang sangat
signifikan sehingga pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi yang cukup,
kemungkinan akan menyimpulkan bahwa integritas, objektivitas, atau skeptisisme
profesional dari Kantor, atau seorang anggota tim audit telah dikompromikan.

Ketika melakukan perikatan audit, Kode Etik mengharuskan akuntan publik mematuhi
prinsip dasar etika dan independen. Bagian ini menetapkan persyaratan dan materi aplikasi
spesifik tentang bagaimana menerapkan kerangka kerja konseptual untuk mempertahankan
independensi ketika melakukan perikatan tersebut.

Bagian 4A seksi 400.7 menjelaskan sebagai berikut:


1. Fakta dan keadaan, termasuk aktivitas, kepentingan, dan hubungan profesional yang
memunculkan atau mungkin memunculkan ancaman terhadap independensi;

2. Tindakan potensial, termasuk pengamanan, yang mungkin tepat diterapkan untuk


mengatasi ancaman tersebut; dan

3. Beberapa situasi ketika ancaman tidak dapat dihilangkan atau tidak terdapat
pengamanan untuk menurunkannya pada level yang dapat diterima.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan termasuk:


1. Sifat dari bisnis, seperti menangani aset dalam menjalankan kapasitas fidusia bagi
sejumlah besar pemangku kepentingan. Contohnya 40 mungkin termasuk lembaga
keuangan, seperti bank dan perusahaan asuransi, serta dana pension.
2. Ukuran.
3. Jumlah karyawan.

Kantor harus menerapkan kerangka kerja konseptual yang ditetapkan dalam Seksi 120
untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap independensi
dalam kaitannya dengan perikatan audit.

Independensi, sebagaimana dipersyaratkan oleh bagian ini, harus dipertahankan


selama:
(a) Periode perikatan; dan
(b) Periode yang dicakup oleh laporan keuangan.
‘20 Audit dan Assurans
Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
10 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
Periode perikatan dimulai ketika tim audit mulai melakukan audit. Periode perikatan berakhir
ketika laporan audit diterbitkan. Ketika perikatan bersifat berulang, maka periode perikatan
berakhir ketika terdapat pemberitahuan dari salah satu pihak bahwa hubungan profesional
telah berakhir atau laporan audit telah diterbitkan.

Jika suatu entitas menjadi klien audit selama atau setelah periode yang dicakup oleh
laporan keuangan yang akan diberikan opini oleh akuntan publik, harus ditentukan oleh
Kantor apakah ancaman terhadap independensi muncul karena:
1. Hubungan keuangan atau hubungan bisnis dengan klien audit selama atau setelah
periode yang dicakup oleh laporan keuangan tetapi sebelum menerima perikatan audit;
atau
2. Jasa sebelumnya yang diberikan kepada klien audit oleh Kantor tersebut atau jaringan
Kantornya.

Contoh tindakan yang dapat menjadi pengamanan untuk mengatasi ancaman tersebut
termasuk:
a) Menggunakan profesional yang bukan anggota tim audit untuk memberikan jasa
tersebut.
b) Menugaskan penelaah yang tepat untuk menelaah pekerjaan audit dan non-asurans
secara memadai.
c) Menugaskan akuntan publik lain di luar jaringan untuk mengevaluasi hasil jasa non-
asurans atau menugaskan akuntan publik lain di luar jaringan untuk melakukan kembali
jasa non-asurans sejauh yang diperlukan yang memungkinkan Kantor lain untuk
mengambil alih tanggung jawab atas jasa tersebut.

Sumber Daya Manusia

Kesiapan atau kelengkapan sumber daya manusia yang dimiliki KAP juga menjadi
sebuah pertimbangan yang penting dalam pengambilan keputusan penerimaan perikatan.
KAP harus memastikan bahwa sumber daya manusia yang ada cukup kompeten dan
memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam bidang usaha klien yang akan diterima,,
sehingga dapat memudahkan saat pelaksanaan penugasan.
Hal ini diatur dalam SPM 1.26 yang menyatakan bahwa KAP wajib menetapkan
kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan asurans yang wajar bahwa KAP
hanya akan melangsungkan atau melanjutkan hubungan dan penugasan dalam hal KAP:

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
11 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
a) Kompeten untuk melaksanakan penugasan dan mempunyai kemampuan, termasuk
waktu dan sumber daya untuk itu.
b) Dapat mematuhi persyaratan atau kewajiban etika yang relevan
c) Telah mempertimbangkan integritas klien dan tidak mempunyai informasi yang
mengarah pada kesimpulan bahwa integritas klien dipertanyakan.

 KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk penerimaan dan keberlanjutan
hubungan dengan klien dan perikatan tertentu yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP hanya akan menerima atau melanjutkan hubungan dan
perikatan ketika KAP:
 Memiliki kompetensi dan kemampuan (termasuk waktu dan sumber daya) untuk
melaksanakan perikatan;
 Dapat mematuhi ketentuan etika profesi yang relevan; dan
 Telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi yang akan
menuntun KAP untuk menyimpulkan bahwa klien tidak memiliki integritas.

Isu Hukum

Sebelum menerima perikatan auditor juga wajib mengidentifikasi isu-isu hukum yang sedang dihadapi
oleh klien. Hal ini diatur dalam SPM 1.27 yang menyatakan bahwa:
1. KAP harus memperoleh informasi yang diperlukan dalam siuasi yang bersangkutan,
sebelum menerima penugasan dari klien baru, ketika memutuskan untuk
melanjutkan penugasan yang ada, dan ketika mempertimbangkan untuk melanjutkan
penugasan baru dengan klien yang sudah ada.
2. Jika ada potensi benturan kepentingan dalam menerima penugasan dari klien yang
sudah ada, KAP harus memutuskan apakah tepat menerima penugasan tersebut.
3. Jika ditemukan adanya masalah-masalah, dan KAP harus memutuskan menerima
atau melanjutkan hubungan atau penugasan tertentu, KAP harus
mendokumentasikan bagaimana masalah ytersebut diselesaikan.

SPM 1.28 menyatakan bahwa:


KAP wajib menetapkan kebijakan dan prosedur untuk melanjutkan penugasan dan
hubungan dengan klien, tentan situasi di mana KAP memperoleh informasi yang
menyebabkan ia seharusnya menolak penugasan jika seandainya informasi itu diterima
lebih dini. Kebijakan dan prosedur itu harus meliputi pertimbangan mengenai:

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
12 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
1. Tanggung jawab profesional dan tanggung jawab hukum yang berlaku, termasuk
kewajiban KAP unukmelaporkan orang yang memberi penugasan, kepada otoritas yang
ditetapkan menurut ketentuan perundang-undangan.dan
2. Kemungkinan untuk mengundurkan diri dari penugasan dan hubungan dengan klien.

Tanggungjawab Hukum
Seorang akuntan publik bertanggungjawab jawab atas pekerjaannya termasuk
auditing, perpajakan, konsultasi manajemen dan jasa akuntansi, sehingga jika terdapat
kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian akuntan publik maka akuntan publik dapat
diminta pertanggungjawaban secara hukum.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab atas hal-hal sebagai berikut
antara lain:
1. Mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang
tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
· Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan.
Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan
direksi.
2. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum
yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan
keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya
tindakan melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan
kemahiran yang cermat dan seksama.
Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus
mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
revisi atas laporan keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk
menginformasikannya kepada para pengguna laporan keuangan melalui suatu
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar bahwa laporan
keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
3. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
13 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
Tanggung jawab ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan pengetahuan auditor
terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu penyajian yang
wajar posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum, menyiratkan bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
4. Tanggung jawab terhadap profesi.
Tanggung jawab ini mengenai mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati IAI,
termasuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan kode etik
akuntan Indonesia.
5. Tanggung jawab terhadap klien.
Auditor berkewajiban melaksanakan pekerjaan dengan seksama dan menggunakan
kemahiran profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan bisa dikenakan sanksi.
6. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga
Tanggung jawab ini seperti investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari
tanggung jawab ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa menimbulkan
kerugian yang cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari dengan dasar yang
cukup.

Daftar Pustaka

 Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015.


 Principles of Auditing An Introduction to International of Auditing. Rick Hayers,
Philip Wallage, Hans Gortemake 3rd Edition , Pearson, Ltd, 2014
 IAPI, 2013. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
 IAPI, 2020. Kode Etik Profesi Akuntan Publik. (KEPAP)
 http://www.pppk.kemenkeu.go.id/
 http://www.iapi.or.id/

‘20 Audit dan Assurans


Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
14 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.
‘20 Audit dan Assurans
Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA Biro Akademik dan Pembelajaran
15 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Arynovianto, S.E.,MM., Ak., CA.,
CTA., CPA., QIA.

Anda mungkin juga menyukai