MODUL 5 - Penerimaan Perikatan 2
MODUL 5 - Penerimaan Perikatan 2
MODUL 5 - Penerimaan Perikatan 2
Penerimaan
Perikatan
1. Analisis Resiko
2. Etika profesi: independensi
3. Sumber Daya Manusia
4. Isu Hukum
Disusun Oleh
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK
Supriyanto Ilyas, S.E., M.Si, Ak., CA
05
Pasca Sarjana Pendidikan MK 10230 Rini Susiani, S.E., M.Ak., Ak., CA
Profesi Akuntansi Robertus Arynovianto, S.E.,MM.,
Ak., CA., CTA., CPA., QIA.
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas mengenai Mahasiswa memiliki kemampuan
kebijakan-kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi hal-hal
yang harus dilakukan oleh auditor profesional dan etis serta isu-isu
dalam menerima perikatan audit. hukum yang hrs dipertimbangkan
dalam menerima perikatan.
Pendahuluan
Dalam pengambilan keputusan untuk menerima penugasan dari klien baru atau
melanjutkan penugasan dari klien lama bukanlah hal yang mudah. Karena hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat kinerja bagi anggota akuntan publik itu sendiri. Standar audit
yang menjadi acuan utama dalam penerimaan perikatan ini adalah SA 210, 220, dan SA
300 serta SPM 1 (Sistem Pengendalian Mutu)
Menurut SPAP ISA 220 mewajibkan KAP mengembangkan, mengimplementasikan
dan mendokumentasikan prosedur pengendalian mutunya dalam kebijakan menerima dan
melanjutkan penugasan oleh klien. (Tuanakotta, 2013).
Perikatan Asurans
Merupakan suatu perikatan yang di dalamnya seorang akuntan publik menyatakan suatu
kesimpulan yang dirancang untuk meningkatkan derajat kepercayaan pengguna yang
dituju (selain pihak yang bertanggung jawab) terhadap hasil pengevaluasian atau
pengukuran atas hal pokok dibandingkan dengan kriteria. Informasi hal pokok inilah yang
digunakan auditor untuk mengumpulkan bukti yang cukup dan tepat untuk menyediakan
basis memadai bagi auditor untuk menyatakan kesimpulan dalam suatu laporan asurans.
Persetujuan atas ketentuan Perikatan Audit ini diatur dala SPAP SA 220.
ISA 210.3
Tujuan Auditor dalam menerima atau melanjutkan perikatan adalah hanya jika dasar untuk
melaksanakan penugasan sudah disetujui dengan:
a) Memastikan bahwa prasyarat untuk suatu audit memang ada
b) Menegaskan adanya pemahaman yang sama antara auditor, manajemen, dan jika
perlu dengan TCWG (Those Charged With Governance).
Perikatan lain yang sering dilakukan dan tidak memenuhi definisi di atas (serta tidak dicakup
dalam Kerangka ini) meliputi:
1. Perikatan yang dicakup dalam Standar Jasa Terkait (“SJT”), seperti perikatan prosedur
yang disepakati dan perikatan kompilasi atas informasi keuangan atau informasi lainnya.
2. Penyusunan surat pemberitahuan pajak yang di dalamnya tidak ada kesimpulan (yang
memberikan suatu keyakinan) yang dinyatakan.
3. Perikatan jasa konsultasi (atau jasa advisory), seperti jasa konsultasi manajemen dan
jasa konsultasi perpajakan.
Perikatan jasa konsultasi menggunakan keahlian teknis, pendidikan, observasi,
pengalaman, dan pengetahuan tentang proses konsultasi oleh akuntan profesional.
Proses konsultasi merupakan suatu proses analitis yang biasanya
melibatkan beberapa kombinasi aktivitas yang terkait dengan: penetapan tujuan,
pencarian fakta, pendefinisian masalah atau peluang, pengevaluasian alternatif,
pengembangan rekomendasi (termasuk tindakan, pengomunikasian hasil, dan kadang-
kadang pengimplementasian dan tindak lanjut). Jika diterbitkan, laporan umumnya ditulis
dalam bentuk narasi (“bentuk panjang”). Pada umumnya pekerjaan yang dilakukan
hanya untuk kegunaan dan pemanfaatan bagi klien. Sifat dan ruang lingkup pekerjaan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara akuntan profesional dan klien. Setiap jasa
yang memenuhi definisi perikatan asurans bukan merupakan perikatan jasa
konsultasi.
Pelaksanaan Tender
Penerimaan perikatan biasanya dimulai melalui tender:
1. Perusahaan asurans dapat diminta untuk menerima sebuah perikatan atau untuk
mengikuti tender atas sebuah perikatan.
2. Sebuah tender oleh karenanya merupakan sebuah penawaran atas sebuah perikatan
4. Lowballing dapat terjadi selama proses tender, dan meskipun secara etis tidak salah,
hal ini memerlukan perlindungan etis untuk diterapkan
Dalam praktiknya, metode yang paling umum untuk memperoleh perikatan audit yakni
melalui tender. Di dalam proses tender, beberapa perusahaan asurans (KAP) diminta untuk
melakukan penawaran untuk perikatan, dengan mengemukakan atribut yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut, dan besaran biaya jasa audit yang diajukan. Perusahaan yang
mencari auditor kemudian mempertimbangkan penawarannya (yang dapat dilakukan secara
tertulis atau dipresentasikan secara oral atau keduanya) dan kemudian mereka
mengundang pihak yang terpilih dalam seleksi untuk menerima jasa auditnya.
Perusahaan melakukan analisis risiko sebelum menerima perikatan, hal ini untuk
memastikan bahwa risiko dalam memberikan opini yang tidak tepat atas perikatan tidak
terlalu tinggi. Hal-hal untuk dipertimbangkan yaitu apakah direksi terlihat memiliki integritas,
perusahaan memiliki catatan keuangan yang baik dan menyelidiki sikap terhadap
pengendalian internal dan sifat dari transaksi klien.
Perusahaan asurans (KAP) akan melakukan sebuah analisis risiko sebelum menerima
klien. Hal ini guna untuk menentukan berapa biaya jasa audit yang dibutuhkan untuk
perikatan tersebut (semakin tinggi risiko klien, semakin besar manfaat yang akan diinginkan
oleh perusahaan asurans dari melakukan perikatan) dan juga untuk meletakkan dasar bagi
pemahaman risiko yang terkait dengan perikatan tersebut apabila perikatan diambil dan
jumlah pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko asurans ke tingkatan yang
dapat diterima untuk perikatan tersebut. Bisa jadi bahwa sebuah perikatan terlalu berisiko
bagi perusahaan asurans untuk mengambil risikonya.
Jika perusahaan asurans menentukan bahwa perusahaan merupakan klien berisiko
tinggi, ini tidak selalu berarti bahwa perusahaan asurans tidak akan menerima perikatan
tersebut, namun penilaian awal atas risiko ini akan digabungkan ke dalam prosedur audit
ketika identifikasi dan prosedur penilaian risiko dilakukan pada perikatan tersebut. Area lain
yang merupakan risiko bagi auditor yakni risiko bahwa klien mungkin melakukan pencucian
uang. Akuntan diharuskan untuk melaporkan kecurigaan atas pencucian uang dan
kegagalan untuk melaporkan kecurigaan merupakan sebuah tindakan kriminal. Auditor juga
disyaratkan untuk melakukan uji kelayakan terkait dengan pencucian uang pada awal
sebuah perikatan.
Laporan Asurans
1. Dalam perikatan berbasis asersi, kesimpulan praktisi dapat dinyatakan melalui salah satu
dari cara-cara berikut ini:
1) Atas asersi pihak yang bertanggung jawab (sebagai contoh: “Menurut opini kami,
asersi pihak yang bertanggung jawab bahwa pengendalian internal PT ABC efektif,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria XYZ, disajikan secara wajar”);
atau
2) Secara langsung atas hal pokok dan kriterianya (sebagai contoh:
“Menurut opini kami, pengendalian internal PT ABC efektif, dalam semua hal yang
material, berdasarkan kriteria XYZ”).
Ketika melakukan perikatan audit, Kode Etik mengharuskan akuntan publik mematuhi
prinsip dasar etika dan independen. Bagian ini menetapkan persyaratan dan materi aplikasi
spesifik tentang bagaimana menerapkan kerangka kerja konseptual untuk mempertahankan
independensi ketika melakukan perikatan tersebut.
3. Beberapa situasi ketika ancaman tidak dapat dihilangkan atau tidak terdapat
pengamanan untuk menurunkannya pada level yang dapat diterima.
Kantor harus menerapkan kerangka kerja konseptual yang ditetapkan dalam Seksi 120
untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap independensi
dalam kaitannya dengan perikatan audit.
Jika suatu entitas menjadi klien audit selama atau setelah periode yang dicakup oleh
laporan keuangan yang akan diberikan opini oleh akuntan publik, harus ditentukan oleh
Kantor apakah ancaman terhadap independensi muncul karena:
1. Hubungan keuangan atau hubungan bisnis dengan klien audit selama atau setelah
periode yang dicakup oleh laporan keuangan tetapi sebelum menerima perikatan audit;
atau
2. Jasa sebelumnya yang diberikan kepada klien audit oleh Kantor tersebut atau jaringan
Kantornya.
Contoh tindakan yang dapat menjadi pengamanan untuk mengatasi ancaman tersebut
termasuk:
a) Menggunakan profesional yang bukan anggota tim audit untuk memberikan jasa
tersebut.
b) Menugaskan penelaah yang tepat untuk menelaah pekerjaan audit dan non-asurans
secara memadai.
c) Menugaskan akuntan publik lain di luar jaringan untuk mengevaluasi hasil jasa non-
asurans atau menugaskan akuntan publik lain di luar jaringan untuk melakukan kembali
jasa non-asurans sejauh yang diperlukan yang memungkinkan Kantor lain untuk
mengambil alih tanggung jawab atas jasa tersebut.
Kesiapan atau kelengkapan sumber daya manusia yang dimiliki KAP juga menjadi
sebuah pertimbangan yang penting dalam pengambilan keputusan penerimaan perikatan.
KAP harus memastikan bahwa sumber daya manusia yang ada cukup kompeten dan
memiliki pengetahuan serta pengalaman dalam bidang usaha klien yang akan diterima,,
sehingga dapat memudahkan saat pelaksanaan penugasan.
Hal ini diatur dalam SPM 1.26 yang menyatakan bahwa KAP wajib menetapkan
kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan asurans yang wajar bahwa KAP
hanya akan melangsungkan atau melanjutkan hubungan dan penugasan dalam hal KAP:
KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk penerimaan dan keberlanjutan
hubungan dengan klien dan perikatan tertentu yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP hanya akan menerima atau melanjutkan hubungan dan
perikatan ketika KAP:
Memiliki kompetensi dan kemampuan (termasuk waktu dan sumber daya) untuk
melaksanakan perikatan;
Dapat mematuhi ketentuan etika profesi yang relevan; dan
Telah mempertimbangkan integritas klien, dan tidak memiliki informasi yang akan
menuntun KAP untuk menyimpulkan bahwa klien tidak memiliki integritas.
Isu Hukum
Sebelum menerima perikatan auditor juga wajib mengidentifikasi isu-isu hukum yang sedang dihadapi
oleh klien. Hal ini diatur dalam SPM 1.27 yang menyatakan bahwa:
1. KAP harus memperoleh informasi yang diperlukan dalam siuasi yang bersangkutan,
sebelum menerima penugasan dari klien baru, ketika memutuskan untuk
melanjutkan penugasan yang ada, dan ketika mempertimbangkan untuk melanjutkan
penugasan baru dengan klien yang sudah ada.
2. Jika ada potensi benturan kepentingan dalam menerima penugasan dari klien yang
sudah ada, KAP harus memutuskan apakah tepat menerima penugasan tersebut.
3. Jika ditemukan adanya masalah-masalah, dan KAP harus memutuskan menerima
atau melanjutkan hubungan atau penugasan tertentu, KAP harus
mendokumentasikan bagaimana masalah ytersebut diselesaikan.
Tanggungjawab Hukum
Seorang akuntan publik bertanggungjawab jawab atas pekerjaannya termasuk
auditing, perpajakan, konsultasi manajemen dan jasa akuntansi, sehingga jika terdapat
kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian akuntan publik maka akuntan publik dapat
diminta pertanggungjawaban secara hukum.
Selama melakukan audit, auditor juga bertanggungjawab atas hal-hal sebagai berikut
antara lain:
1. Mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang
tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
· Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti adanya kecurangan.
Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada pihak manajemen, komite audit, dewan
direksi.
2. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien.
Auditor bertanggung jawab atas salah saji yang berasal dari tindakan melanggar hukum
yang memiliki pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan
keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk mendeteksi adanya
tindakan melanggar hukum serta mengimplementasikan rencana tersebut dengan
kemahiran yang cermat dan seksama.
Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum. Apabila suatu tindakan
melanggar hukum berpengaruh material terhadap laporan keuangan, auditor harus
mendesak manajemen untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
revisi atas laporan keuangan tersebut kurang tepat, auditor bertanggung jawab untuk
menginformasikannya kepada para pengguna laporan keuangan melalui suatu
pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar bahwa laporan
keuangan disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
3. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan.
Daftar Pustaka