245-Article Text-770-1-10-20221004
245-Article Text-770-1-10-20221004
245-Article Text-770-1-10-20221004
ABSTRAK
The activity of drinking coffee is only intended to relieve drowsiness, but has also
become part of a modern lifestyle, changes in culture, environment and technology make
coffee not only considered as an ordinary drink, but has become an icon of self-identity
and a symbol of socialization. . In addition, the majority of Indonesian people are coffee
fans. Excelso comes with a coffee cafe where executives and professionals hang out with
segmentation, targeting and positioning, bringing hangout places and places designed to
be as comfortable as possible so that they feel at home in Excleso cafe, with drinks and
food that are all coffee. In addition, Excelso's innovation is the presence of coffee from
all over Indonesia with various flavors and coffee grounds with packaging that can be
brewed at home as well as services and a comfortable place for Excelso buyers so that
they can promote to their colleagues and friends to come to the Excelso cafe.
Corresponding Author:
Patria Supriyoso,
STIE STEMBI-Bandung Business School, Indonesia
Email: [email protected]
1. PENDAHULUAN
Kompetisi Di masa sekarang yang terus menjadi besar menuntut terdapatnya kelebihan bersaing yang
wajib dipunyai oleh tiap industri serta menginginkan strategi penjualan yang pas. pemograman strategi
penjualan tidak hendak bebas dari bagian pelanggan, karena pelanggan memiliki andil berarti, dimana andil
pelanggan selaku perlengkapan ukur dalam memastikan kesuksesan sesuatu benda ataupun pelayanan (Lilik
Suprapti, 2010: 1). Jumlah kompetitor terus menjadi banyak membuat para klien mempunyai opsi yang banyak
pula buat memperoleh produk yang cocok dengan harapannya. Dampak dari situasi itu klien hendak jadi lebih
teliti serta cerdas mengalami tiap produk yang dikeluarkan. Metode supaya klien senantiasa memilah produk
khusus merupakan dengan membuat perbandingan antara produknya dengan produk semacam ataupun yang
jadi penggantinya. Hermawan Kartajaya (2008: 133) berkata, “It’ s better to be a little bit different than to be
a little bit better”. Bagi Hermawan, lebih bagus suatu produk menawarkan perihal yang berlainan dari produk
yang lain, dari menawarkan perihal seragam tetapi lebih bagus dari rivalnya.
Aktivitas penjualan yang jadi dorong ukur sesuatu industri dalam cara penyampaian produk pada klien
dan pendapatan tujuan industri berbentuk pemasaran produk yang maksimal. Saat sebelum meluncurkan
produknya industri wajib sanggup memandang ataupun mengenali apa yang diperlukan oleh 2 pelanggan.
Alhasil udah sebenarnya bila seluruh aktivitas industri wajib senantiasa dicurahkan buat penuhi keinginan
pelanggan serta setelah itu pelanggan hendak menyudahi membeli produk. Serta Pada kesimpulannya tujuan
industri ialah mendapatkan keuntungan hendak berhasil. Pelanggan selaku orang yang memperoleh benda
ataupun membeli benda sudah lewat proses- proses ataupun tahapan- tahapan terlebih dulu semacam
menemukan data bagus lewat promosi ataupun rujukan lain dari orang lain setelah itu menyamakan produk
satu dengan produk lain sampai kesimpulannya pada ketetapan membeli produk yang di tawarkan. Para
pemasar produk wajib dapat menguasai tiap bagian sikap pelanggan. Industri yang pintar hendak berupaya
senantiasa menguasai seluruhnya cara pengumpulan ketetapan klien ialah seluruh pengalaman mereka dalam
berlatih, memilah, memakai, apalagi dalam mendisposisikan sesuatu produk (Kotler, 2007: 234). Buat jadi
pemenang kompetisi tidak cuma hingga menata bauran penjualan selaku siasat tetapi lebih dari itu pula menata
strategi salah satunya pembagian (segmenting), serta sasaran (targeting) pasar yang dituju, dan posisi
(positioning) yang di idamkan oleh industri dibenak para pelanggan. Inti tiap strategi penjualan yang bagus
merupakan sesuatu strategi pendapatan posisi dengan cara pas. Sebutan positioning memiliki maksud dari
gimana sesuatu produk didefinisikan oleh pelanggan lewat sifat- sifat berartinya dibenak pelanggan yang
dipunyai oleh produk itu. Semacam yang dicoba oleh Excelso Coffee Company, mereka menyangka seluruh
bagian dari bidang usaha itu merupakan berarti.
Manajemen Excelso mengerti kalau kelebihan bersaing lahir apabila seluruh pihak dalam industri
bertukar pandang kalau tidak terdapat perihal sepele serta kalau klien mencermati segalanya. (Joseph A.
Micheli 2007: 56). industri Excelso yang beranjak dibidang bidang usaha Coffee Retail, dimana industri
sediakan persembahan kopi sedia minum dengan macam metode serta rasa beda dengan metode yang digiling,
dipanggang dan diseduh dari biji- biji kopi terbaik di semua bumi. Dengan pesatnya kemajuan pabrik ini,
Excelso Coffee butuh mempraktikkan strategi penjualan yang pas dalam usaha mengalami serbuan rivalnya.
Strategi buat mendukung keberhasilan pemsarannya merupakan dengan strategi Segmenting, Targeting, serta
Positioning. Bagi Hermawan Kartajaya (2006: 16), Excelso Jargon. “Serve with Heart Give the Best, Get
Higher (melayani dengan batin, membagikan yang terbaik, memperoleh lebih besar) Excelso sanggup
menyuguhkan dengan cara istimewa memposisikan diri bukan cuma selaku gerai ataupun restoran kopi yang
memberhalakan kenikmatan kopinya, namun lebih selaku tempat menikmati “pengalaman ngopi”. Lewat
positioning- nya, beliau mau berkata pada tiap pelanggannya kalau mereka hendak menikmati pengalaman see
and to be seen (memandang serta diamati) serta bukan hanya kopi yang lezat. Excelso tidak cuma
menyuguhkan produk kopi untuk pelanggannya, tetapi produk pelayanan berbentuk perhatian kepada
kenyamanan klien. Positioning yang pas serta pembedaan yang kokoh menghasilkan brand image serta brand
identity yang kokoh di isi kepala pelanggannya (Kartajaya, 2004: 39). Brand image (Pandangan Merk) ialah
sekumpulan agama, ilham, opini serta anggapan seorang, sesuatu komunitas atau warga mengenai sesuatu
brand (Jemi Flavius, 2012: 2). Pandangan merk hendak menghasilkan suatu ikatan afeksi antara pelanggan
dengan merk bersumber pada pengalaman klien yang bisa menciptakan keyakinan serta rasa senang kepada
sesuatu produk. Bermacam usaha dicoba industri dalam bagan menjaga Pandangan merk yang mereka punya,
tercantum Excelso, di antara lain inovasi teknologi kelebihan yang dipunyai produk itu, penentuan harga yang
bersaing serta advertensi yang pas target. Terus menjadi bagus pandangan merek produk yang hendak dijual
sehingga hendak berakibat pada ketetapan pembelian oleh pelanggan. Tetapi, banyak sekali industri yang
belum mengetahui kalau membuat pandangan merk dalam isi kepala pelanggan bukan cuma hingga lewat
promosi serta advertensi saja. Terdapat sebagian aspek lain yang hendak pula berakibat besar, semacam
perihalnya konsep bungkusan produk, tercantum isi catatan atau catatan pada bungkusan, fitur atau sarana yang
ada dalam produk itu, serta kian banyak lagi yang berkaitan dengan mutu produk itu. Excelso diketahui dengan
pandangan selaku industri garis besar, produk yang bermutu serta pelanggan dari golongan menengah ke atas.
Excelso tidak menjual ataupun mengiklankan julukan brand- nya dengan cara direct marketing, namun lebih
senang buat membuat brand atau merk dengan cara mulut ke mulut dengan klien serta tergantung pada word
of mouth serta energi raih tokonya.
2. METODE PENELITIAN
Tata cara yang dipergunakan dari pengarang pada riset selanjutnya ialah mempergunakan pendekatan
kualitatif atau riset naturalistik dan tata cara deskriptif analitik. Pemikiran whitnet yang dikutif oleh (Moh.
Nazir, 1985) sebenarnya: “Tata cara deskriptif merupakan tata cara pencarian kenyataan dengan interprestasi
yang pas sebab tata cara deskriptif ialah tata cara buat membuat cerminan hal suasana ataupun aktivitas,
sehingga tipe riset riset permasalahan merupakan pas, dan riset ini tidak mencoba anggapan”.
Riset selanjutnya ialah tercantum riset permasalahan, semacam yang diklaim (Mulyana, 2002) ialah
“Riset permasalahan ialah penjelasan serta uraian menyeluruh hal bermacam pandangan seseorang orang,
sesuatu golongan, sesuatu kelompok(komunitas), sesuatu program ataupun sesuatu suasana social”. Sedangkan
pemikiran (Arikunto, 1989) yakni “tata cara riset permasalahan dicoba dengan cara intensif, mendetail serta
mendalam kepada sesuatu kelompok, instansi ataupun pertanda khusus.
Bagi (Moleong, 2014) mengatakan sebenarnya “riset kualitatif ialah selaku metode riset yang
menciptakan informasi deskriptif berbentuk perkata tercatat ataupun perkataan dari banyak orang serta sikap
yang dicermati dari kejadian yang terjalin”. Sedangkan pemikiran (Sugiyono, 2013) mengungkapan
sebenarnya berlainan dengan riset eksperimental, riset kualitatif menelaah kondisi subjek alam dengan
menganggap periset selaku instrumen esensial, memakai purposive serta snowball sampling basis informasi
serta metode pengumpulan triangulasi (kombinasi), melaksanakan analisa informasi induktif atau kualitatif,
serta membagikan pengepresan pada arti dari generalisasi
(Patria Supriyoso)
36 Economic: Journal Economic and Business
Basis informasi ialah jenjang dalam cara riset yang berarti, sebab cuma dengan memperoleh informasi
yang pas sehingga cara riset hendak berjalan hingga riset memperoleh balasan dari formulasi permasalahan
yang telah diresmikan. Informasi yang dipakai dalam riset ini berawal dari 2 basis, ialah:
1. Informasi Primer
Merupakan informasi yang didapat ataupun di kumpulkan langsung dari alun- alun langsung dari
sumbernya serta sebagian orang pegawai Excelsonya sendiri serta pelanggan excelso.
Tata cara pengumpulan informasi pokok dalam riset ini merupakan informasi yang digabungkan
langsung dari basis awal, ialah informasi- informasi yang didapat dengan metode tanya jawab langsung kepada
sebagian orang pegawai Excelsonya sendiri
2. Informasi sekunder
Adalah basis informasi yang tidak langsung membagikan informasi pada pengumpul informasi, yang
karakternya menolong serta membagikan data buat materi riset. Basis informasi inferior dalam riset ini ialah
informasi yang didapat bersumber pada akta serta data- data dari Excelso.
Pada kegiatan pengumpulan data langkah- tahap yang harus ditempuh berarti untuk mendapatkan data
dan informasi yang lebih komplit. Untuk (Sugiyono, 2013) tata cara pengumpulan data dapat dicoba dengan 3
tata cara yakni kontrol, pertanyaan jawab dan penentuan. Dalam studi ini pengamat mengenakan 3 aturan
metode di dalam pengumpulan data yakni:
1. Wawancara
Pertanyaan jawab ialah metode percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksikan perihal insiden,
kegiatan, golongan, desakan, perasaan dan sebagainnya yang dicoba 2 pihak, yakni pewawancara (interviewer)
yang mengajukan perkara pada orang lain yang diwawancarai (interviewer).
Pertanyaan jawab digunakan berlaku seperti tata cara pengumpulan data, apabila pengamat ingin
melakukan study tutur pengantar untuk menghasilkan permasalahan yang harus diawasi, dan pula apabila
pengamat ingin mengidentifikasi kondisi dari responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit
ataupun kecil. Dalam studi ini cerpenis mengenakan interview berstruktur yakni mengenakan pertanyaan-
persoalan yang telah direncanakan lebih dulu.
Penyebabnya dengan tata cara ini mengizinkan interview dapat berjalan terbuka walhasil diterima
informasi yang lebih banyak, pembicaraannya tidak amat terpana dan tidak menjemukan kedua sobek pihak.
Jadi meski pengamat telah dengan metode otomatis sesuai dengan perkembangan atmosfer pertanyaan jawab
itu sendiri.
2. Observasi
Tata cara kontrol ialah pemantauan dari pengamat pada poin penelitiannya. Kita dapat mengakumulasi
data kala kejadian terangkai dan dapat datang lebih dekat untuk melingkupi seluruh kejadian. Aturan metode
kontrol dapat menghasilkan data yang lebih rinci perihal Tindakan (nilai), benda, atau insiden (poin) dari pada
aturan metode pertanyaan jawab. Kenyataan kontrol kerapkali bermanfaat untuk memberikan informasi
tambahan hal topic yang akan diawasi (Yin, 2013).
3. Dokumentasi
Akta ialah sesuatu catatan yang mendefinisikan hal kejadian yang luang terangkai. Untuk (Sugiyono,
2013) akta bisa berupa memo, gambar dan karya- buatan monumental seseorang. Hasil studi dari pertanyaan
jawab dan kontrol akan lebih dapat dipercayai apabila dibantu oleh dokumen- akta yang komplit sejenis
gambar, catatan dan lain serupanya.
Segmentasi
Segmenting merupakan Pembagian Pasar ataupun membagi pasar ke dalam kelompok- kelompok
cocok dengan karakter yang serupa (bagian). Untuk dari pembagian merupakan buat penuhi keinginan
golongan dengan lebih, Pembagian ialah faktor awal awal strategi penjualan, bagi hermawan kartajaya (2003),
pembagian berarti memandang pasar dengan cara inovatif. Pembagian ialah seni mengenali dan menggunakan
bermacam kesempatan yang timbul di pasar
Pandangan berarti lain dalam melukiskan pembagian pasar merupakan, Umumnya, segmenting dicoba
dengan sebagian tata cara, semacam;
•Demografis → membagi audience ke dalam kelompok- kelompok cocok dengan informasi individu mereka,
semacam umur, tipe kemaluan, status perkawinan, serta lain- lain. Demografi tercantum
kedalam static attribute segmentation
•Geografis → pengelompokkan pelanggan bersumber pada posisi, semacam negeri, kota, kelurahan, area,
serta lain- lain
•Psikografis → pengelompokkan cocok dengan watak, karakter, serta style hidup semacam kemana- mana
liburan, membeli- beli, gimana metode mereka membelanjakan duit ekstra serta sedang
banyaklagi yang lain, ilmu jiwa masuk dalam dynamic attribute segmentation, ataupun
metode memandang pasar bersumber pada sifat- sifat energik Yang memantulkan karakter
klien.
•Perilaku → pengelompokkan bersumber pada metode memakai produk serta sikap dikala membeli- beli.
bagian kecil ini butuh di cermati dalam usaha berikan layanan yang lebih luas
Aktivitas Pembagian pasar dicoba lewat sebagian jenjang dengan arti supaya bisa betul- betul
menggapai target.
Targeting
Targeting adalah memilih segmen mana yang mau Anda target. Setelah tahap segmentation, Anda
akan mendapatkan beberapa segmen audiens. Untuk memilih yang segmen mana yang mau Anda target,
pertimbangkan kemampuan komersial dan potensi dari kelompok tersebut. Menentukan segmen terbaik yang
ingin dijadikan target untuk di layani, sesuai dengan tujuan keseluruhan yang ditetapkan perusahaan.
Hal-hal lain yang harus dipertimbangkan saat targeting;
• Ukuran → pasar harus cukup besar agar mudah dikelompokkan.
• Profitabilitas → segmen yang Anda pilih bagusnya memiliki potensi untuk menghasilkan profit lebih dari
modal Anda.
• Aksesibilitas → segmen tersebut harus bisa menerima pesan Anda. Semua bagian dari perusahaan Anda
juga harus bisa menjangkau segmen tersebut.
• Manfaat → setiap segmen harus memiliki manfaat yang berbeda untuk perusahaan Anda.
Positioning
Pada langkah terakhir ini, industri excelso wajib mempertimbangkan gimana pemosisian produk
Kamu supaya menarik pada bagian yang mempunyai potensial. Sebab, kedudukan positioning dalam strategi
penjualan merupakan pembeda antara produk Kamu serta pesaing.
Buat bagian ini, Kamu mau diamati lebih baik serta profitabel dari pesaing. Langkah positioning ini
amat berarti supaya Kamu dinotis di pasar yang persaingannya kencang.
Dalam bagan menghasilkan positioning yang pas buat sesuatu produk, pemasar wajib
mengkomunikasikan serta membagikan manfaat- manfaat terntentu yang di butuhkan pasar sasarn. 3 aspek
yang wajib dicermati saat sebelum membuat strategi positioning produk Kamu;
• Symbolic positioning → produk Kamu menaikkan rasa yakin diri klien serta membuat mereka merasa
jadi bagian dari suatu yang lebih besar.
• Functional positioning → produk Kamu mempunyai guna yang menanggulangi seluruh permasalahan
calon klien serta lebih praktikal.
• Experiental positioning → berpusat buat menaikkan jalinan penuh emosi antara calon klien serta produk.
Value proposition produk (angka imbuh) dari produk excelso. Sehabis itu, cocokkan dengan bagian
yang sudah excelso seleksi. Dengan positioning, industri dapat ketahui tentu metode yang pas buat menjangkau
calon klien. Seluruh strategi penjualan dibentuk bersumber pada pembagian, targeting, serta positioning.
Industri menciptakan bermacam keinginan pelanggan serta golongan pelanggan di pasar, dalam mematok
produk itu bisa melegakan dengan metode yang lebih bagus, serta setelah itu memosisikan ijab alhasil sasaran
pasar mengidentifikasi ijab khasnya, dengan membagunkan profit untuk klien, perushaan bisa membagikan
angka serta kebahagiaan klien yang besar. Menu buat excelso sendiri yang jadi minuman kesukaan pelanggan
Excelso sendiri mengusung positioning adalah excelso tempat nongkrong dan untuk usia 30 tahun
ke atas karena dari segi harga yang middle up
(Patria Supriyoso)
38 Economic: Journal Economic and Business
Gambar
Kopi Kemasan Varian rasa
Promosi
Promosi yang di lakukan Excelso lebih kea rah pendekatan personal daripada promosi melalui media
cetak dan elektronik, dimana hal ini memberikan keutungan bagi Excelso yaitu biaya promosi yang rendah.
Sarana komunikasi visual yang dilakukan Excelso untuk media promosi yang digunakannya hanya berupa
corporate identity seperti logo, menu yang terdesign dengan baik, perlengkapan meja seperti gelas dan
tatakanya, stiker yang biasa digunakan sebagai promosi berjalan secara tidak langsung dan tidak disadari.
Beberapa cara lain yang dilakukan Excelso dalam bidang promosi adalah:
a. Promosi dari mulut ke mulu (Word of Mouth)
Excelso berharap konsumen puas akan kualitas produk dan layanan yang di berkan oleh Excelso akan
menyampaikan berita tersebut kepada orang lain di sekitarnya, sehungga dapat mempengaruhi orang tersebut
dan ikut mencoba di Excelso, cara yang ini cara yang sangat efektif dan di sebut Word of Mount
b. In store promotion
Excelso melakukan langsung di dalam kafe, hal ini dilakukan atas pertimbangan agar pihak
manajemen dapat dengan cepat dan langsung mengetahui apa yang menjadi kekurangannya, atau diinginkan
dan dibutuhkan oleh konsumen. Promosi langsung ke konsumen juga bertujuan untuk meningkakan loyalitas
dari konsumen itu sendiri, in store promotion umumnya dilakukan dengan cara membagikan brosur di kafe dan
melakukan pengundian kupon yang berhadiah bagi konsumen
Upaya promosi lainnya yang pernah dilakukan perusahaan adalah bekerjasama dengan perusahaan
perbankan un tuk promo-promo tertentu, sponsorship event-event khusus maupun film dan sebagainya.
4. KESIMPULAN
1. Strategi apa saja yang di jalani oleh excelso supaya bisa bertahan d pabrik kopi?
a. Mutu Produk
Mutu materi dasar amat memastikan mutu akhir sesuatu produkdalam bidang usaha kedai kopi kopi sepert
Excelso, materi dasar yang dipakai merupakan bulir kopi opsi, supaya bisa menciptakan kopi dengan
perasaan rasa yang bagus. Sehingga bulir kopi yang dipakai pula wajib bermutu. Excelso sanggup penuhi
detail ini, sebab bulir kopi yang dipakai oleh Ezcelso mempunyai tingkatan kebugaran yang lebih baik
disbanding para pesaingnya
b. Mutu Pelayanan
- Tidak terdapat system antri
Dalam memesan santapan serta minuman, pelanggan tidak butuh berbaris di depan konter pemesanan,
mereka cuma tinggak bersandar di bangku serta hendak didatangu oelh abdi dari excelso (buat Kedai kopi
Exceslo serta De’ Excelso). Dengan metode ini di harapkan hendak mengehmat durasi pelanggan serta
pelanggan bisa merasa dimanjakan.
- Pramuniaga alumnus perhotelan
Excelso berupaya membagikan jasa terbaiknya dengan memperkerjakan banyak orang alumnus perhotelan
selaku pramuniaganya. Diharapkan dengan merekrut alumnus perhotelan, mereka sudah mengenali dengan
cara nyata gimana metode melayani kinsmen alhasil wujud jasa terbaik serta bermutu bisa di bagikan.
c. Konsep Tempat
Konsep kedai kopi amat memastikan kenyamanan pelanggan sepanjang ada disitu. Terlebih Excelso disini
ialah kedai kopi kopi yang tertuju mereka yang ketika menikmati segelas kopi, membahas bidang usaha
ataupun hanya terkumpul Bersama. Oleh karenanya, konsep tempat kedai kopi Excelso ialah factor yang
amat pentingyang memastikan kebahagiaan serta kenyamanan pelanggan pada dikala ada d kedai kopi.
Excelso merancang se- cozy bisa jadi, dengan impian pelanggan hendak senang lama disitu.
2. Strategi positioning yang mana yang sangat mempengaruhi kepada ketetapan pembelian?
Strategi positioning yang pengaruhi kepada pelanggan excelso tidak hanya jasa serta produk yang
serba kopi dengan minuman kesukaan yaitu Single Origin Coffee, kopi kalso Toraja misalnya“ Excelso
mempunyai 50 tipe kopi tercantum Blend coffe, kopi yang mengadung alcohol serta yang lain” dikala ini
bersumber pada survey dalam, excelso bersaing dengan Strabucks serta J. Co. style hidup dalam minum kopi
tidak cuma berdialog pertanyaan produk namun pula bagian bidang dalamnya, sarana wisatawan, kenyamanan
serta sedang banyak lag, apalagi yang sangat berarti dikala ini merupakan kehadiran stop kontak (electric
outlet) sebab masa digital tanpa di sadari membuat warga tergantung kepada teknologi. Selain itu yang amat
mempengaruhi inovasi terkini dari Excelso sendiri dengan terdapatnya bermacam varians rasa kopi di semua
Indonesia dengan wujud dapat di campur di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ali. 2008. Marketing. Yogyakarta: Media Pressindo.
Soegoto, E. Soeryanto. 2009. Enterpreneurship Menjadi Pebisnis Ulung. Jakarta: Gramedia.
Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Swastha dan Irawan. 2008. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Liberty.
Tjiptono, F., dan Chandra, G. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta: ANDI.
Kotler, Philip. 2006. Manajemen pemasaran. Jakarta: Indeks Gramedia.
https://www.kajianpustaka.com/2019/11/pengertian-bentuk-strategi-dan-langkah-positioning.html
Alimudin, A., dan Artaya, I. P. (2009). Persepsi Nasabah Tentang Ketanggapan, Keramahan, Kehandalan,
Komunikasi, Dan Mengerti Nasabah Terhadap Pelayanan Bagian Prioritas PT. Bank Central Asia
Surabaya. Bisnis Dan Manajemen, 1(2).
Agung, Gabriella Andre. (2017). Usulan bauran pemasaran berdasarkan analisis segmentasi, targeting, dan
positioning pada Old Bike Cafe untuk mencapai target penjualan.
Belch George E., dan Belch Michael A. (2009). Advertising and Promotion an Integrated Marketing
Communication Perspective. Newyork: McgGrow-Hill.
Bobby Constantine Koloway. http://surabaya.tribunnews.com/2017/02/27/bisnis-kuliner-di-surabaya-
diyakini-tumbuh-20-persen-tahun-ini-faktor-pendorongnya-ternyata-hal-ini.
Clow Kenneth E, dan Baack Donald. (2010). Integrated Advertising, Promotion and Marketing
Communications. New Jersey: Pearson Education.
(Patria Supriyoso)
40 Economic: Journal Economic and Business
Desai, K. K., dan Keller, K. L. (2002). The effects of ingredient branding strategies on host brand extendibility.
Journal of Marketing, 66, 73–93.10.1509/jmkg.66.1.73.18450.
Donnelly, G., Ksendzova, M., dan Howell, R. T. (2013). Sadness, identity, and plastic in over-shopping: The
interplay of materialism, poor credit Arasy Alimudin Model Strategi Pengembangan Positioning Kafe
di Surabaya https://journal.unesa.ac.id/index.php/bisma/index 167 management, and emotional
buying motives in predicting compulsive buying. Journal of Economic Psychology, 39, 113-125.
Ellson, T. (2004). Culture and positioning as determinants of strategy. Personality and the business
organization. Basingstoke: Palgrave Macmillan.10.1057/9780230509818
Fardiani, A. N., dan Sutopo, S. (2012). Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga, Dan Promosi Terhadap
Kepuasan Pelanggan Dyriana Bakery & Café Pandanaran Semarang (Doctoral dissertation, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis).
Farasa, N., dan Kusuma, H. (2015). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan
Preferensi Gender dan Motivasi.
Friedmann, R., dan Lessig, V. P. (1987). Psychological meaning of products and product positioning. Journal
of Product Innovation Management, 4, 265–2 73.10.1016/0737-6782(87)90030-0
Kaya, K. A., dan Ayman, U. (2012, May). Brand positioning analysis in North Cyprus marketplace. In
International Conference on Communication, Media, Technology, and Design (pp. 9-11).
Kotler, Philip., dan Armstrong, G. (2008). Prinsip-Prinsip Manajemen Pemasaran (12J ilid 1). Jakarta:
Erlangga.
Kotler, Philip. (2000). Marketing Management, Millenium Edition. Marketing Management, 23(6), 188–193.
https://doi.org/10.1016/0024-6301(90)90145-T
Kotler, Philip., dan Andreasen, A. R. (1996). Positioning the organisation: strategic marketig for non profit
organisation.
Laksono, A. B. (2012). Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Memilih Kafe Pada
Warung Kopi Blandongan Di Yogyakarta (Doctoral dissertation, UPN" Veteran" Yogyakarta).
Newmeyer, C. E., Venkatesh, R., dan Chatterjee, R. (2014). Cobranding arrangements and partner selection:
A conceptual framework and managerial guidelines. Journal of the Academy of Marketing Science,
42, 103–118.10.1007/s11747-013-0343-8.
Pertiwi, D. C., dan Sudarwanto, T. (2014). Pengaruh Kualitas Layanan dan Harga Terhadap Kepuasan
Konsumen (Studi Pada Konsumen Coffee Corner Surabaya). Jurnal Pendidikan Tata Niaga.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.1(1), 37–47.
Priyono, E. (2007). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam BISMA (Bisnis dan
Manajemen) Volume 10 Nomor 2, April 2018 E-ISSN 2549-7790, P-ISSN 1979-7192 Halaman 156-
168 168 https://journal.unesa.ac.id/index.php/bisma/index memilih kafe di Kota Surakarta. Benefit:
Jurnal Manajemen dan Bisnis, 10(1), 49-65.
Ries, Al dan Jack Trout (1981). Positioning: The battle for your mind. New York: McGrawHill.
Ries, A., dan Trout, J. (1986). Marketing warfare. Journal of Consumer Marketing, 3, 77–82.10.1108/eb008182
Senjaya, V. (2013). Pengaruh Customer Experience Quality Terhadap Customer Satisfaction & Customer
Loyalty Di Kafe Excelso Tunjungan Plaza Surabaya: Perspektif B2C. Jurnal Strategi Pemasaran, 1(1).
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, 90.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Tjiptono, F. (2008). Service management mewujudkan layanan prima. Yogyakarta: Andi.
Wells William, Moriarty Sandra, dan Burnett John. (2006). Advertising Principles and Practice. New jersey:
Pearson Educatio