Askep Hepatitis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN


“HEPATITIS”

SEMESTER/KELAS: 4/A/C
Disusun:Kelompok 3
Siti Nur Aulia Supu (841418001)
Ferdy Setiawan (841419046)
Rezka Pratama A. Uno (841419027)
Dwi Berliani Katili (841419016)
Febryanti Halid 841419007)
Hadijah Halid (841419036)
Sabriah Dwi Anhari (841419048)
Nurfadlah Usman (841419035)
Deswita Nur E. H. Suleman (841419047)
Rahmi Wiranda Usuali (841419106)
Laraswaty T. Suleman (841419102)
Nabila Khairunnisa Badoe (841416095)

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Nurdiana Djamaluddin M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAH RAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhanyang maha esa, karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah Penulisan karya tulis ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah
Keperawatan Medikal bedah II. Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini belum
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun
dari berbagai pihak demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat sulit
bagi penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ns. Nurdiana Djamaluddin M. Kep selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu , tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah
ini
2. Teman-teman kelompok 3 yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan
4. Serta pihak yang tidak dapat diesbutkan satu persatu
Akhir kata penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
pihak yang telah membantu.

Gorontalo, 05 April 2021

Kelompok 3

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB 1 KONSEP MEDIS...........................................................................................................1

A. Definisi.........................................................................................................................1

B. Etiologi.........................................................................................................................1

C. Patofisiologi..................................................................................................................2

D. Manifestasi Klinis.........................................................................................................3

E. Klasifikasi.....................................................................................................................4

F. Prognosis.......................................................................................................................4

G. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................5

H. Penatalaksanaan............................................................................................................7

I. Komplikasi.....................................................................................................................9

J. Pencegahan....................................................................................................................10

BAB II KONSEP KEPERAWATAN.......................................................................................11

A.Pengkajian.....................................................................................................................11

B. Pathway.........................................................................................................................13

C. Diagnosa Keperawatan.................................................................................................18

D. Intervensi Keperawatan................................................................................................19

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.....................................................................45

F. Dokumentasi.................................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................55

4
BAB II
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Hepatitis adalah peradangan pada hati (liver) yang disebakan oleh virus. Virus hepatitis
termasuk virus hepatotropik yang dapat mengakibatkan hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV),
hepatiis C (HCV), delta hepatitis (HDV), hepatitis £ (HEV), hepatitis F dan hepatitis G.
Hepatitis dibagi dua tahapan :
1. Hepatitis akut : infeksi virus sistemik yang berlangsung selama « 6 bulan.
2. Hepatitis kronis :gangguan - gangguan yang terjadi » 6 bulan dan kelanjutan dari
hepatitis akut.
3. Hepatitis fulminant adalah perkembangan mulai dari timbulnya hepatitis hingga
kegagalan hati dalam waktu kurang dari 4 minggu oleh: karena itu hanya terjadi pada
bentuk akut. (Hardi. 2015)
B. Etiologi
Klasifikasi agen penyebab hepatitis virus yaitu:
1. Transmisi secara enterik terdiri dari Virus Hepatitis A(HAV) dan Virus hepatitis E
(HEV):
a) Virus tanpa selubung
b) Tahan terhadap cairan empedu
c) Ditemukan di tinja
d) Tidak dihubungkan dengan penyakit kronik
e) Tidak terjadi viremia yang berkepanjangan atau kondisi karier intestinal
2. Transmisi melalui darah terdiri atas virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis D (DHV),
dan virus hepatitis C (HCV) :
a) Virus dengan selubung (envelope)
b) Rusak bila terpajan cairan empedu/ detergen
c) Tidak terdapat dalam tinja (Hardi. 2015)

5
C. Manifestasi Klinik
1. Malaise, anoreksia, mual dan muntah
2. Gejala flu, faringitis, abtuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan mialgia
3. Demam ditemukan pada infeksi HAV
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap
5. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)
6. Nyeritekan pada hati
7. Splenomegali ringan
8. Limfadenopati (Hardi. 2015)
D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar dari
hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan
sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh
oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan
peregangan kapsul hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya Ikterus karena kerusakan sel parenkim. Walaupun jumlah bilirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel
hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan bilirubin
tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
bilirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat
kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi
Ikterus yang timbul di sini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.

6
Tinja mengandung sedikit sterkobilin Oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi
dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan
gatal-gatal pada Ikterus. (Hardi. 2015)
E. Klasifikasi
Hepatitis di bagi menjadi 5 bagian diantaranya adalah :
A. Hepatitis A
Penyebab adalah virus Hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis di beberapa negara
berkembang. Hepatitis A berisifat akut, penularannya melalui fekal oral. Sumber
penularannya umumnya terjadi karena pencemaran air minum, makanan yang tidak dimasak,
makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal higin rendah. Gejala bersifat
akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah sampai ikterus, bahkan
dapat menyebabkan pembengkakan hati. Pencegahan dan pengobatan menjaga
keseimbangan nutrisi dan kebersihan lingkungan.

B. Hepatitis B
Etiologi virus Hepatitis B dari golongan virus DNA. Masa inkubasi 60-90 hari, penularan
vertikal 95% terjadi masa perinatal (saat persalinan) dan 5% intra uterine. Penularan
horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, transplantasi
organ. Gejala tidak khas seperti lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen
sebelah kanan, dapat timbul ikterus, air kencing warna teh. Diagnosis ditegakkan dengan test
fungsi hati serum transaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam
serum.

C. Hepatitis C
Penyebab Hepatitis C adalah sirosis dan kanker hati, etiologi virus Hepatitis C termasuk
golongan virus RNA, masa inkubasi 2-24 minggu. Penularan Hepatitis C melaluli darah dan
cairan tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil, melalui jarum suntik, transplantasi
organ, hubungan seks dapat menularakan tetapi sangat kecil. Kronisitasinya 80% penderita
akan menjadi kronik.

7
D. Hepatis D
Virus Hepatitis D jarang ditemukan tapi paling berbahaya, Hepatitis D disebut virus delta,
virus ini memerlukan virus Hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan
pada orang yang telah terinfeksi virus Hepatitis B.

E. Hepatitis E
Hepatitis E dikenal sebagai Hepatitis Non A – Non B, etiologi virus Hepatitis E termasuk
virus RNA.Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fokal oral, dengan didapatkannya
IgM dan IgG anti HEV pada penderita yang terinfeksi. Belum ada dilakukan pengobatan
antivirus, pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan
makanan dan minuman. (Hardi. 2015)
F. Prognosis
Faktor yang mempengaruhi komplikasi hepatitis B, baik sirosis maupun karsinoma
hepatoseluler seperti kadar HBV DNA, derajat inflamasi dan fibrosis pada awal
diagnosis, riwayat konsumsi alcohol.
Prognosis hepatitis A baik dan pasien dapat sembuh sempurna. Kurang dari 0,4% dari
kasus yang dilaporkan di AS bersifat fatal. Angka kematian akibat hepatitis fulminan
berkisar antara 0,1%-0,2% (Krugman, 1992). Kematian dikaitkan dengan umur penderita
arau apabila ada penyakit hepatitis kronik lain terutama hepatitis kronik C. Pada hepatitis
B akut, sekitar 95–99% pasien akan sembuh sempurna. Pasien yang lanjut usia dan
disertai dengan kelainan medis lain dapat mengalami penyakit yang berkelanjutan dan
dapat menderita hepatitis berat. Prognosis buruk tampak jika pada penderita ditemukan
asites, edema perifer, dan ensefelopati hepatik. Tambahan lainnya, Waktu protrombin
yang memanjang, kadar albumin serum yang rendah, hipoglikemia, dan tingginya kadar
bilirubin serum menandakan penyakit hepatoseluler yang berat. Pasien dengan tanda
klinis dan hasil laboratorium seperti ini perlu mendapatkan tindakan medis yang segera.
Angka kematian pada hepatitis A dan B sangat rendah ( sekitar 0.1%) tapi meningkat
sebanding dengan peningkatan usia dan penyakit medis lain yang menyertai. Pada pasien
dengan hepatitis B yang dirawat di rumah sakit, angka kematiannya 1%. Hepatitis C pada
fase akut tampak lebih ringan dibandingkan dengan hepatitis B dan lebih sering anikterik.

8
Kematian jarang terjadi, meskipuin prosentase tingkat kematian tidak diketahui secara
pasti. Pada wabah hepatitis A karena pencemaran air di India dan Asia, angka kematian
sekitar 1–2% dan meningkat menjadi 10–20% pada wanita hamil. Pasien yang terinfeksi
hepatitis B akut dan hepatitis D menurut penelitian tidak memiliki angka kematian yang
lebih tinggi dibandingkan pasien yang hanya terinfeksi hepatitis B akut saja; namun pada
wabah yang terjadi diantara pengguna narkoba suntikan (IDU), dimana terjadi infeksi
HBV dan HDV secara simultan, angka kematian telah meningkat menjadi sekitar 5%.
Pada pasien hepatitis B kronis dengan superinfeksi HDV, terjadi peningkatan pada
kemungkinan terjadinya hepatitis fulminan dan kematian. Meskipun angka kematian
hepatitis D secara pasti belum diketahui, pada karier hepatitis B, superinfeksi HVD telah
meningkatkan angka kematian lebih dari 20%. (Sunita. 2019)
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT(SGPT) LDH : meningkatkan pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium
2. Bilirubin direk : meningkatkan pada gangguan eksresi bilirubin
terkonyugasi
3. Bilirubin indirek : meningkatkan pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert
4. Bilirubin serum total : meningkatkan pada penyakit hepatoseluler
5. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati
6. Masa protrombin : meningkatkan pada penurunan sintetis protrombin akibat
kerusakan sel hati
7. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkatkan pada obstruksi
duktus biliaris. (Hardi. 2015)
H. Penatalaksanaan
1. Perawatan Suportif
a) Pada periode akut dan dalam keadaan lemah diharuskan cukup istirahat.
Aktivitas fisik yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.
b) Manajemen khusus untuk hati dapat dapat diberikan sistem dukungan untuk
mempertahankan fungsi fisiologi seperti hemodialisis, transfuse
tukar,extracorporeal liver perfusion, dan charcoal hemoperfusion.

9
c) Rawat jalan pasien, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
menyebabkan dehidrasi sebaiknya diinfus.Perawatan yang dapat dilakukan di
rumah, yaitu :
- Tetap tenang, kurangi aktivitas dan banyak istirahat di rumah
- Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi
- Hindari minum obat yang dapat melukai hati seperti asetaminofen dan obat
yang mengandung asetaminofen
- Hindari minum minuman beralkohol
- Hindari olahraga yang berat sampai gejala-gejala membaik
2. Dietetik
a. Makanan tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk pasien yang
dengan anoreksia dan nausea.
b. Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat. Bila
diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit intravena.
c. Menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi alkohol,
makan-makanan yang dapat menimbulkan gangguan pencernaan, seperti
makanan yang berlemak
3. Medikamentosa
a. Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A.
b. Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan,
yaitu bila diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati,
antiemetik golongan fenotiazin pada mual dan muntah yang berat, serta vitamin
c. Ke pada kasus yang kecenderungan untuk perdarahan. Pemberian obat-obatan
terutama untuk mengurangi keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol
untuk demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi. (Saturti. 2017)
I. Komplikasi
Penyakit ini tidak boleh diremehkan, apalagi ketika sakit kuning mulai menyerang.
Perubahan warna kulit dan bagian putih di mata menjadi kekuningan adalah gejala khas
yang menandai seseorang mengidap hepatitis. Ketahui dampak fatal dari komplikasi
hepatitis yang perlu diketahui:

10
1. Gagal Hati
Gagal hati adalah salah satu komplikasi yang berisiko tinggi dialami oleh
pnrgidap hepatitis. Seseorang yang mengidap hepatitis A rentan terhadap risiko gagal
hati akibat mengalami penurunan fungsi di organ hati secara drastis.
Pengidap gagal hati dapat mengalami komplikasi jika peradangan akibat virus
tidak segera diobati. Sebelum hal tersebut terjadi, segeralah diskusikan kepada dokter
untuk menentukan jenis perawatan yang paling tepat.
2. Sirosis Hati
Sirosis hati ditandai dengan terbentuknya jaringan parut di organ hati. Ini terjadi
ketika sel-sel organ hati yang sehat dan normal mengalami luka atau terkena
inflamasi secara berkelanjutan. Akibatnya, jaringan parut pun akan muncul. (Fadhli.
2018)
J. Pencegahan
Beristirahat di rumah. Perawatan di rumah sakit hanya diperlukan apabila pasien
merasa sangat sakit dan tidak memungkinkan untuk menjalani perawatan di rumah
(misalnya tidak ada yang merawat di rumah). Apabila pereda nyeri atau demam
diperlukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikkan dalam pencegahan penyakit hepatits
diantaranya :
1. Rajin mencuci tangan
Rupanya mencegah penyakit hepatitis bisa dilakukan dengan rajin mencuci tangan.
Pasalnya, cuci tangan mampu membunuh virus penyakit, termasuk hepatitis. Anda
bisa gunakan air mengalir dengan sabun. Selain itu, gunakan saja hand sanitizer
dengan kandungan alkohol agar virus mati.
2. Bersihkan bahan makanan secara menyeluruh
Selalu cuci seluruh bahan makanan hingga bersih agar tidak terserang hepatitis.
Biasanya hepatitis A lah yang sering menyerang karena makanan yang
terkontaminasi. Selain itu, hindari juga mengonsumsi makanan mentah, terlebih jika
tidak yakin sumbernya.
3. Jaga kebersihan

11
Selalu jaga kebersihan lingkungan sekitar Anda. Pasalnya, tempat tinggal memang
menjadi resiko akan penyakit hepatitis, terlebih hepatitis A dan E. Dengan selalu
menjaga kebersihan lingkungan akan mampu menghindarkan virus hepatitis.
4. Jangan sentuh toilet
Perlu diingat bahwa hepatitis bisa menular dari feses atau oral. Oleh karena itu, bagi
Anda yang menggunakan toilet umum pastikan selalu membersihkan dudukan toilet
tersebut. Namun, bagi Anda yang memiliki luka di bokong lebih baik hindari kontak
dengan toilet tersebut. Pasalnya, sangat beresiko terinfeksi hepatitis. Selain itu, jangan
lupa untuk mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet umum.
5. Hindari penggunaan barang bersamaan
Banyak dari kita yang suka sharing barang – barang pribadi. Padahal, hal tersebut
merupakan kebiasaan tidak baik. Pasalnya, virus hepatitis bisa menular karena
penggunaan barang pribadi secara bersamaan. Ada beberapa barang pribadi yang
tidak boleh digunakan secara bersamaan, seperti sikat gigi, lipstik, alat pencukur,
pemotong kuku dan masih banyak lagi. Penggunaan barang tersebut kadang terjadi
luka minor.Sehingga akan ada darah pada alat tersebut dan terkadang tidak terlihat.
Darah tersebutlah yang membuat virus hepatitis menular. (Kementerian Kesehatan.
2019)

12
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Hepatitis menurut Yasmara dan Arafat
(2017) , adalah :
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit, nomor
register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis adalah penurunan nafsu
makan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam, nyeri perut, sakit kepala dan
pruritus.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penderita
Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit hepatitis atau tidak, apakah ada
riwayat kontak dengan penderita Hepatitis, apakah ada riwayat penggunaan
alkohol dan obat-obatan terlarang, dan tanyakan apakah pernah mendapat
transfusi darah atau cuci darah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia, nafsu makan menurun,
mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas, terjadi penurunan berat badan,
demam, kelemahan, mudah lelah dengan malaise umum
3) Riwayat penyakit keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitis adalah apakah
dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita penyakit Hepatitis, Sirosis
Hati, Kanker Hati, atau penyakit lainnya.

13
4) Pengkajian pola kesehatan fungsional
1. Nutrisi
Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi adanya
gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan dengan mengukur tinggi
badan, berat badan, perubahan berat badan, dan diagnosis primer. Dan
identifikasi adanya gejala yang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya :
mual, muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat badan menurun.
2. Sirkulasi
Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis, ditemukan adanya
bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik pada sklera kulit dan membran
mukosa.
3. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum, toileting, mobilisasi
ditempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi. Pada pasien Hepatitis
didapatkan adanya kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.
4. Nyeri dan kenyamanan
Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan Hepatitis,
didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada kuadran atas, nyeri tekan
pada abdomen karena adanya pembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit
kepala, gatal (pruritus) dan gelisah.
5. Eliminasi
Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis, ditemukan adanya
urine berwarna gelap, dan feses berwarna tanah liat.
6. Neurosensori
Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, letargi,
dan asteriksis.
5) Pemeriksaan fisik
Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat dari aspek-
aspek berikut :
a. Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.

14
b. Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak eritema, atau
gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.
c. Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada membran
mukosa.
d. Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus.
e. Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik usus,
pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen, splenomegali.
f. Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare, pembesaran liver atau
lien.
g. Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9oC.
6) Pemeriksaan laboratorium
a. Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb menurun (<14g/dL) dan
pada perempuan didapatkan Hb menurun (<12 g/dL)
b. Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati.
c. Kadar aminotransferase aspartat serum dan amino transferasealanin
meningkat.
d. Kadar birilubin total dan direk (disertai kolestasis) meningkat.
e. Hitung leukosit meningkat.
f. Hitung eosinofil meningkat (kemungkinan jenis hepatitis non-virus karena
obat).
g. Pada dugaan hepatitis virus, profil hati dilakukan rutin, hasilnya
mengidentifikasi antibodi spesifik terhadap virus penyebab dan menentukan
tipe hepatitis :
1) Tipe A - deteksi antibodi terhadap Hepatitis A.
2) Tipe B - adanya antigen permukaan Hepatitis B dan antibodi Hepatitis
B.
3) Tipe C - diagnosis bergantung pada pemeriksaan seroligis, untuk
antibodi spesifik dalam satu bulan atau lebih setelah awitan penyakit
akut.

15
4) Tipe D - deteksi antigen delta intrahepatik atau antigen antidelta
imunoglobulin (Ig) M pada penyakit akut (atau penyakit kronis Ig M
dan Ig G.
5) Tipe G - deteksi asam ribonukleat Hepatitis G

16
B. Pathway

kontaminasi virus dari Alcohol, zat toksik, virus Kerusakan hepar


sanitasi, makan dan minum hematologi

Virus masuk dari fecal oral Virus Hepatitis B dan D Invasi virus hepatitis E
(HEV) dalam tubuh

Virus Hepatitis A (HAV) Peradangan hepar


dan B (HBV) (hepatitis)

Gangguan suplai darah normal pada hepar Mendesak


Aktivasi neutrophil dan hepatomegali
lambung
makrofag
Kerusakan sel hati dan empedu
HCL Mendesak organ
Rangsangan sel endotel intraabdominal
meningkat
hipotalamus
obstruksi Kerusakan fungsi hati
Rangsangan
Rasa tidak nyaman
Pengeluaran asam mual dan
pada RUQ
akaridonat Gangguan ekskresi Bilirubin tidak sempurna muntah
empedu dikeluarkan
Memicu pengeluaran nausea Nyeri pada bagian
prostaglandin Retensi bilirubin abdomen

Resiko kehilangan
Aktivasi kerja thermostat Nyeri akut
banyak cairan
hipotalamus
dalam tubuh
Ikterus pada mata
dan kulit
17
18
Peningkatan suhu tubuh Resiko
(demam) Peningkatan Gangguan Ketidakseimbanga
garam empedu pemberian warna n cairan
didalam darah feses
Hipertermi
Dieksresi diginjal Feses menjadi
lebih pucat a;tau
coklat dan bau
Urine berwarna
seperti teh

Perubahan status kesehatan

Rasa takut dan cemas akan kondisi

ansietas

19
C. Diagnosa Keperawatan

No. TANGGAL/ JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd


DITEMUKAN TERATASI
1. Tidak diketahui Nyeri akut (D.0077) Tidak diketahui
Kategori: Psikologis
Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan
2. Tidak diketahui Neusea (D.0076) Tidak diketahui
Kategori: Psikologis
Subkategori: Nyeri dan Kenyamanan
3. Tidak diketahui Resiko Ketidakseimbangan Cairan Tidak diketahui
(D.0036)
Kategori: Fisiologis
Subkategori: Nutrisi dan Cairan
4. Tidak diketahui Hipertermi (D.0130) Tidak diketahui
Kategori: Lingkungan
Subkategori: Keamanan dan Proteksi
5. Tidak diketahui Ansietas (D.0080) Tidak diketahui
Kategori: Psikologis
Subkategori: Integritas Ego

20
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


NO Rasional
1. Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238) Observasi
Kategori : Psikologis (L.08066)  Definisi : 1. Mengetahui lokasi
Subkategori : Nyeri dan Kriteria Hasil : Mengidentifikasi dan mengelola nyeri, karakteristik
Kenyamanan Setelah di lakukan pengalaman sensori atau emosional nyeri, berapa lama
Definisi tindakan keperawatan yang berkaitan dengan kerusakan nyeri dirasakan serta kualitas dan
Pengalaman sensorik atau selama 3x24 jam jaringan atau fungsional dengan intensitas nyeri yang dirasakan
emosional yang berkaitan dengan masalah Tingkat nyeri onset mendadak atau lambat dan pasien untuk mengetahui
kerusakan jaringan aktual atau dapat teratasi dengan berintensitas ringan hingga berat penanganan apa yang akan
funsional, dengan onset indikator : dan konstan diberikan.
mendadak atau lambat dan 1. Keluhan nyeri Tindakan: 2. Mengetahui skala nyeri
berintensitas ringan hingga berat menurun dari skala  Observasi 3. Mengetahui respon nyeri dan non
yang berlangsung kurang dari 3 1 (meningkat) 1. Identifikasi lokasi, verbakl
bulan. menjadi skala 4 karakteristik, durasi, 4. Mengetahui dan menghindari
Penyebab (cukup menurun) frekuensi, kualitas, faktor yang memperberat dan
1. Agen pencedera fisologis 2. Meringis menurun intensitas nyeri. memperingan nyeri.
(mis. inflamasi, iskemia, dari skala 1 2. Identifikasi skala nyeri 5. Memastikan tingkat nyeri yang
neoplasma). (meningkat) 3. Identifikasi respon nyeri dirasakan pasien dan apakah
2. Agen pencedera kimiawi menjadi cukup dan non verbal memerlukan penangan yang
(Mis. terbakar, bahan menurun (skala 4) 4. Identifikasi faktor yang cepat.
kimia iritan). 3. Sikap protektif memperberat dan 6. Dapat menyesuaikan pemberian

21
3. Agen pencedera fisik yang tadinya memperingan nyeri manajemen nyeri sesuai dengan
(mis. abses, amputasi, meningkat (skala 5. Identifikasi pengetahuan keyakinan pasien sehinnga
terbakar, terpotong, 1) menjadi cukup dan keyakinan tentang manajemen nyeri akan berjalan
mengangkat berat, menurun (skala 4) nyeri efektif.
prosedur operasi, trauma, 4. Gelisah yang 6. Identifikasi pengaruh 7. Mengetahui pengaruh nyeri pada
latihan fisik berlebihan). tadinya meningkat budaya terhadap respon kehidupan sehari – hari pasien
Gejala dan tanda mayor (skala 1) menjadi nyeri 8. Memastikan terapi untuk
Subjektif cukup menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri mengatasi nyeri yang diberika
1. Mengeluh nyeri (skala 4) pada kualitas hidup efektif atau perlu ditambahkan.
Objektif 5. Kesulitan tidur 8. Monitor keberhasilan 9. Mencegah agar tidak akan timbul
1. Tampak meringis yang tadinya terapi komplementer yang masalah lain yang akan di rasakan
2. Bersikap protektif (mis. meningkat (skala sudah diberikan oleh pasien sehingga tindakan
waspada, posisi 1) menjadi cukup 9. Monitor efek samping berfokus pada manajemen nyeri.
menghindari nyeri). meurun (skala 4) penggunaan analgetik Terapeutik.
3. Gelisah 6. Menarik diri yang  Terapeutik 10. Agar pasien tidak akan
4. Frekuensi nadi meningkat tadinya meningkat 10. Berikan tehnik non ketergantungan pada obat.
5. Sulit tidur (skala 1) menjadi farmakologis untuk 11. Memastikan pasien merasakan
Gejala dan tanda minor cukup menurun mengurangi rasa nyaman sehingga nyeri yang
Subjektif (skala 4) nyeri( mis, TENS, pasien rasakan tidak semakin
7. Berfokus pada diri hipnosis, akupresure, parah.
(Tidak tersedia)
sendiri yang terapi musik, biofeedback, 12. Memastikan kebutuhan istrahat
Objektif
tadinya meningkat terapi pijat, aroma terapi, dan tidur pasien terpenuhi.
1. Tekanan darah meningkat

22
2. Pola napas berubah (skala 1) menjadi tehnik imajinasi 13. Agar tindakan manajemen nyeri
3. Nafsu makan berubah cukup menurun terbimbing, kompres yang diberikan tepat dan sesuai
4. Proses berpikir terganggu (skala 4) hangat/dingin, terapi saran sehingga nyeri yang di
5. Menarik diri 8. Diaforesis yang bermain) rasakan akan teratasi.
6. Berfokus pada diri sendiri tadinya meningkat 11. Kontrol lingkungan yang Edukasi
7. Diaforesis (skala 1) menjadi memperberat rasa nyeri 14. Dengan mengetahui penyebab,
Kondisi klinis terkait cukup menurun (mis. Suhu ruangan, periode, dan pemicu nyeri maka
1. Kondisi pembedahan (skala 4) pencahayaan , kebisingan) pasien dapat mengatasi nyerinya
2. Cedera traumatis 9. Pola nafas yang 12. Fasilitasi istrahat dan tidur sendiri.
3. Infeksi tadinya memburuk 13. Pertimbangkan jenis dan 15. Agar pasein dapat memilih
4. Sindrom koroner akut (skala 1) menjadi sumber nyeri dalam strategi untuk meredeakan nyeri
Glaukoma cukup membaik pemilihan strategi yang ia rasakan sendiri sesuai
(skala 4) meredakan nyeri keinginan dan kenyamanannya.
10. Tekanan darah  Edukasi 16. Agar pasein dapat mengetahui
yang tadinya 14. Jelaskan penyebab, terapi farmakologi (obat-obatan)
memburuk (skala periode, dan pemicu nyeri yang dapat digunakan selain non
1) menjadi cukup 15. Jelaskan strategi farmakologi jika terapi non
membaik (skala 4) meredakan nyeri farmakologi tidak berhasil.
11. Proses berpikir 16. Anjurkan memonitor nyeri 17. Untuk mengatasi agar nyeri cepat
yang tadinya secara mandiri berkurang
memburuk (skala 17. Anjurkan mengguanakan 18. Agar pasien bisa melakukan
1) menjadi cukup tehnik non farmakologi agar
analgetik secara tepat
nyerinya berkuramg

23
membaik (skala 18. Ajarkan tehnik non Kolaborai
4) farmakologis untuk 19. Memastikan Terapi
analgetik yang diberikan efektif
12. Fokus yang tadinya mengurangi rasa nyeri
dengan melakukan kolaborasi.
memburuk (skala  Kolaborasi
1) menjadi sudah 19. Kolaborasi pemberian
cukup membaik analgesik,jika perlu
(skala 4)
13. Nafsu makan yang
tadinya memburuk
(skala 1) menjadi
sudah cukup
membaik (skala
4)

2. Tingkat Nausea Menejemen mual Observasi


Neusea (D.0076) (L.08065) Definisi : Mengidentifikasi dan 1. mengetahui pengalaman mual
Kategori : psikologis Kriteria hasil: mengelolaperasaan tidak nyaman 2. mengetahui isyarat nonverbal
Subkategori : nyeri dan Setelah di lakukan ketidaknyamanan misalnya pada
kenyaman pada bagian belakang tenggork atau
bayi, anak – anak, dan mereka
tindakan keperawatan
Definisi : lambung yang mengakibatkan yang tidak dapat berkomunikasi
selama 3x24 jam secara efektif
Perasaan tidak nyaman pada muntah.
masalah Tingkat 3. mengetahui dampak mual
bagian belakang tenggorokan atau Observasi :
pengetahuan dapat terhadap kualitas hidup
1. Identifikasi pengalaman mual
lambung yang dapat misalnya pada nafsu makan,
teratasi dengan 2. Identifikasi isyarat nonverbal aktivitas, kinerja, tanggung
mengakibatkan muntah.

24
Penyebab indikator : ketidaknyamanan (mis.bayi, jawab, peran dan tidur
1. Ganguan biokimiawi (mis. anak-anak, dan mereka yang 4. mengetahui faktor penyebab
1. Perasaan ingin mual
Uremia, ketoasidosis tidak dapat berkomunikasi
muntah menurun. 5. mengetahui anti enetik untuk
diabetik 2. Perasaan asam secara efektif). mencegah mual
2. Gangguan pada esofagus dimulut menurun 3. Identifikasi dampak mual 6. Untuk mengetahu frekuensi,
3. Sensansi panas dirasi, den tingkat keprahan pada
3. Distensi lambung menurun terhadap kualitas hidup (mis.
mual
4. Iritasi lambung 4. Sensasi menurun nafsu makan, aktivitas, kinerja, 7. Untuk mengetahui asupan nutrisi
5. Diaporosis menurun
5. Gangguan pankreas 6. Takkikardia tanggung jawab peran, dan dan kalori
menurun Terapeutik
6. Pereganggan kapsul limpa tidur).
7. Pucat membaik 8. Untuk mengatasi faktor
7. Tumor terlokalisasi (mis. 8. Bilatasi pupil 4. Identifikasi faktor penyebab lingkungan yang menyebabkan
Neuroma akustik, tumor membaik mual (mis. pengobatan dan mual
9. Nafsu makan 9. Untuk mencegah penyebab
otak primer atau sekunder, membaik prosedur).
10. Jumlah saliva mual
metastasistulang di dasar 5. Identifikasi antiemetik untuk 10. Agar pasien bisa makan dan
membaik
tengkorak) 11. Frekuensi menelan mencegah mual (kecuali mual minum
8. Peningkatan tekanan membaik pada kehamilan). 11. Agar pasien tidak rasa mual saat
makan
intraabdominal (mis. 6. Monitor mual (mis. frekuensi,
Edukasi
Keganasan intraabdomen) durasi, dan tingkat keparahan). 12. Untuk mecegah pasien tidak
9. Peningkatan tekanan 7. Monitor asupan nutrisi dan terlalu merasa mual
13. Untuk mempertahankan
intrakranial kalori.
kenyamanan mulut
10. Peningkatan tekanan Terapeutik : 14. Untuk memenuhi kebutuhan
8. Kendalikan faktor lingkungan nutrisi
intraorbital
penyebab mual (mis. bau tak 15. Agar pasien bisa mengatasi mual
(mis.glaukoma)
sedap, suara, dan rangsangan Kolaborasi

25
visual yang tidak 16. Memastikan Terapi anti enetik
11. Mabuk perjalanan yang diberikan efektif
menyenangkan).
12. Kehamilan dengan melakukan kolaborasi.
9. Kurangi atau hilangkan
13. Aroma tidak sedap
keadaan penyebab mual (mis.
14. Rasa makanan/minuman
kecemasan, ketakutan,
yang tidak enak
kelelahan).
15. Stimulus penglihatan tidak
10. Berikan makanan dalam
menyenangkan
jumlah kecil dan menarik
16. Faktor psikologis (mis.
11. Berikan makanan dingin,
Kecemasan,ketakutan ,stre
cairan bening, tidak berbau
s)
dan tidak berwarna,jika perlu.
17. Efek agen farmakologis
Edukasi :
18. Efek toksin 12. Anjurkan istrahat dan tidur
Gejala dan tanda mayor yang cukup
Subjectif : 13. Anjurkan sering
1. Mengeluh mual membersihkan mulut, kecuali
2. Merasa ingin munta jika merangsang mual.
3. Tidak berniat makan 14. Anjurkan makanan tinggi
Objectif : karbohidrat dan rendah lemak.
(tidak tersedia) 15. Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
Gejala dan Tanda Minor
mengatasi mual (mis.
Subjektif :
biofeedback, hipnosis,

26
1. Merasa asam di mulut relaksasi, terapi
2. Sensasi panas/dingin musik,akupresur).
3. Sering menelan Kolaborasi :
16. pembrian anti emetik, jika
Objektif :
perlu.
1. Salifa meningkat
2. Pucat
3. Diaforesis
4. Takikardia
Pupil dilatasi
3. Resiko Ketidakseimbangaan Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan (I.03098) Observasi
(L.03020) 1. Untuk mengetahui status nutrisi
Cairan (D.0130) Definisi:
Kriteria Hasil: 2. Untuk mengetahui berat badan
Kategori : Fisiologis Setelah di lakukan Mengidentifikasi dan mengelola harian
3. Untuk mengetahui berat badan
Subkategori : Nutrisi/Cairan tindakan keperawatan keseimbangan cairan dan mencegah
sebelum dan sesudah dialisis
selama 3x24 jam komplikasi akibat 4. Untuk mengetahui status
hemodinamik
Definisi : masalah Tingkat ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
Beresiko mengalami penurunan, pengetahuan dapat Observasi: 5. Untuk mengetahui intake-output
dan blans cairan selama 24 jam
peningkatan atau percepatan teratasi dengan 1. Monitor status hidrasi (Mis.
6. Untuk memenuhi kebutuhan
perpindahan cairan dari indikator : Frekuensi nadi,kekuatan cairan
7. Untuk memenuhi kebutuhan
intravaskuler, interstisial atau 1. Asupan cairan nadi,akral,pengisian
cairan
meningkat
intraseluler. kapiler,kelembabpan Kolaborasi
2. Autput nyeri urin
9. Memastikan Terapi anti enetik
Faktor Risiko meningkat mukosa,turgor kulit,tekanan
yang diberikan efektif
3. Membran mukosa
1. Produser pembedahan mayor darah) dengan melakukan kolaborasi.
lembab meningkat

27
2. Trauma/perdarahan 4. Asupan makan 2. Monitor berat badan harian 1.
meningkat
3. Luka bakar 3. Monitor berat badan sebelum
5. Edema menurun
4. Aferesis 6. Dehidrasi menurun dan sesudah dialisis
7. Asites menurun
5. Asites 4. Monitor status hemodinamik
8. Konfusi menurun
6. Obstruksi intestinal 9. Tekanan darah (Mis.
membaik
7. Peradangan pankreas MAP,CVP,PAP,PCWPjika
10. Frekuensi nadi
8. Penyakit ginjal dan kelenjar membaik perlu)
11. Kekuatan nadi
9. Disfungsi intestinal Teraputik
membaik
12. Tekanan arteri rata- 5. Catat intake-output dan balans
rata membaik
Kondisi Klinis Terkait cairan 24 jam
13. Mata cekung
1. Prosedur pembedahan mayor mebaik 6. Berikan asupan cairan sesuai
14. Turgor kulit
2. Penyakit ginjal dan kelenjar kebutuhan
membaik
3. Perdarahan 15. Berat badan 7. Berikan cairan intavena,jika
membaik
4. Lukar Bakar perlu
Kolaborasi:
8. Kolaborasi pemberian diuretik
jika perlu
4. Hipertemia (D.0130) Tingkat pengetahuan Manajemen Hipertermia (I. Rasional
Kategori : Lingkungan 15506) Observasi
(L.12111)
Subkategori : Keamanan dan Definisi: Mengidentifikasi dan 1. Untuk mengetahui penyebab
Proteksi kriteria hasil: mengelola peningkatan suhu tubuh
hipertermia
akibat disfungsi termoregulasi.
Setelah di lakukan 2. Untuk mengetahui suhu tubuh
Observasi
Definisi : tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab 3. Untuk mengetahui kadar
hipertermia elektrolit

28
Suhu tubuh meningkat di atas selama 3x24 jam (mis:dehidrasi,terpapar,lingku 4. Untuk mengetahui haluaran
ngan panas,penggunaan urine
rentang normal tubuh masalah Tingkat
incubator). 5. Untuk mengetahui komplikasi
pengetahuan dapat 2. Monitor suhu tubuh
yang menyebabkan hipertermia
3. Monitor kadar elektrolit
Penyebab : teratasi dengan Terapeutik
4. Monitor haluaran urine
1. Dehidrasi indikator : 5. Monitor komplikasi akibat 6. Agar demam pasien menurun
hipertermia 7. Untuk memberikan rasa nyaman
2. Terpapar lingkungan panas -Menggigil menurun pada pasien
Terapeutik
3. Proses penyakit (mis. infksi, -Suhu tubuh membaik 6. Sediakan lingkungan yang 8. Untuk menurunkan demam
dingin pasien
kanker) 9. Untuk memberikan rasa nyaman
7. Longgarkan atau lepaskan
4. Ketidaksesuaian pakaian pakaian. pada pasien
8. Basahi dan kipasi permukaan 10. Untuk menurunkan suhu tubuh
dengan suhu kingkungan) pasien
tubuh.
5. Peningkatan laju metabolisme 9. Ganti linen setiap hari atau 11. Untuk membantu pernafasan
lebih sering jika mengalami Edukasi
6. Respon trauma 12. Agar pasien dapat beristirahat
hiperdrosis (keringat berlebih)
7. Aktivitas berlebihan 10. Lakukan pendinginan eksternal total
(mis:selimuti atau kompres Kolaborasi
8. Penggunaan inkubator
dingin pada 13. Untuk memenuhi cairan tubuh
dahi,leher,dada,dan abdomen. pasien
11. Berikani oksigen , jika perlu
Gejala dan Tanda Mayor
Edu kasi
Subjektif 12. Anjurkan tirah baring.
Kolaborasi
( tidak tersedia)
13. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena
Objektif
1. Suhu tubuh di atas nilai normal

29
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1. Kukit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat

Kondisi Klinis Terkait


1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehdrasi
5. Trauma
6. Prematurasi
5. Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314) Tindakan
(L.09093) Observasi :
Definisi : Definisi : 1. Untuk mengetahui
Kondisi emosi dan pengalaman Definisi: Kondisi Meminimalkan kondisi individu statusnutrisi pasien
subjektif individu terhadap objek emosi dan pengalaman dan pengalaman subyektif terhadap 2. Untuk mengethaui alergi dan
yang tidak jelas dan spesifik subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik intoleransi makanan pada

30
akibat antisipasi bahaya yang objek yang tidak jelas akibat antisipasi bahaya yang pasien
memungkinkan individu lakukan dan spesifik akibat memungkinkan individu melekukan 3. Untuk menambha nafsu
tindakan untuk mengahadapi antisipasi bahaya yang tindakan untuk menghadapi makan pasien
4. Untuk mengethau kebutuhan
ancaman. memungkinkan ancaman.
kalori dan nutrisi yang
individu melakukan dibutuhkan
Penyebab : tindakan untuk Tindakan :
5. Untuk mengethaui apakah
1. Krisis situasional menghadapi ancaman. Observasi : pasien memelurkan
2. Kebutuhan tidak 1. Identifikasi saat tingkat penggunaan selang
terpenuhi 1. Tingkat ansietas berubah (mis. nasogastrik
3. Krisis maturasional kesadaran kondisi,waktu, stresor) 6. Untuk mengethaui asupan
meningkat 2. Identifikasi kemampuan makanan yang dikonsumsi
4. Ancaman terhadap konsep
2. Kemampuan mengambil keputusan pasien
diri 3. Monitor tanda-tanda ansietas
menelan 7. Untuk mengethaui bertambah
5. Ancaman terhadap meningkat Terapeutik : dan berkurangnya berat badan
kematian 3. Kebersihan 1. Ciptakan suasana terapeutik 8. Untuk mengetahui hasil
6. Kekhawatiran mengalami mulut untukmenumbuhkan pemerikasaan labratorium
kegagalan meningkat kepecayaan pasien
7. Disfungsi sistem keluarga 4. Dispnea 2. Temani pasien untuk Terapeutik :
8. Hubungan orang tua-anak menurun mengurangi kecemasan, jika 1. Untuk menghindari terjadinya
5. Kelemahan otot memungkinkan infeksi
tidak memuaskan
menurun 3. Pahami situasi yang 2. Untuk mempertahan aupan
9. Faktor keturunan 6. Akumulasi membuat ansietas nutrisi pada pasien
(temperamen mudah sekret menurun 4. Dengarkan dengan penuh 3. Untuk menambah nafsu
teragitasi sejal lahir) 7. Wheezing perhatian makan pasien
10. Penyalahgunaan zat menurun 5. Gunakan pendekatan yang 4. Untuk memperlancar sistem
11. Terpapar bahaya 8. Batuk menurun tenang dan meyakinkan pencernaan pasien
lingkungan (mis. 9. Penggunaan otot 6. Tempatkan barang pribadi 5. Agar klien mau makan
aksesoris yang memberikan makanan yang tinggi akan
toksin,volutan, dan lain-
menurun kenyamanan kalori dan protein.
lain) 10. Sianosis 7. Motivasi menggidentifikasi 6. Untukmendorong agar klien
12. Kurang terpapar informasi menurun situasi yang memicu mau makan.
11. Gelisah kecemasan 7. Untuk mengurangi risiko

31
Gejala dan Tanda Mayor menurun 8. Diskusikan perencanaan cedera pada saluran
Subjektif : 12. Frekuensi nafas realitis tentang peristiwa pencernaan klien
1. Merasa bingung membaik yang tidak menyenangkan Edukasi :
Edukasi : 1. Agar pasien bisa makan dalam
2. Merasa khawatir dengan
1. Jelaskan prosedur, termasuk posisi duduk
akibat dari kondisi yang
sensasi yang mungkin 2. Agar pasien dapat melakukan
dihadapi dialami diet secara mandiri sesuai
3. Sulit berkonsentrasi 2. Informasikan secara faktual dengan apa yang di
Objektif mengenai diagnosis, programkan.
1. Tampak gelisah pengobatan, dan prognosis Kolaborasi :
Objektif : 3. Anjurkan keluarga untuk 1. Agar pasien bisa makan
1. Tampak gelisah tetap bersama pasien, jika dengan tenang.
perlu 2. Agar pasien bisa makan
2. Tampak tegang
4. Anjurkan melakukan dengan jumlah kalori dan jenis
3. Sulit tidur kegiatan yang tidak nutrient yang dibutuhkan.
kompetitif , sensasi
Gejala dan Tanda Minor kebutuhan
Subjektif : 5. Anjurkan menggungkapkan
1. Mengeluh pusing perasaan dan persepsi
2. Anoreksia 6. Latih kegiatan pengalihan
3. Palpitasi untuk mengurangi
4. Merasa tidak berdaya ketegangan
7. Latih penggunaan
Objektif :
mekanisme pertahanan diri
1. Frekuensi napas yang tepat
meningkat 8. Latih teknik relaksasi
2. Frekuensi nadi meningkat Kolaborasi :
3. Tekanan darah meningkat Kolaborasi pemberian obat
4. Diaphoresis antiansietas, jika perlu
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
7. Suara bergetar

32
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
Berorientasi pada masa lalu

33
E. Implementasi dan Evaluasi

Hari/ Diagnosa Implementasi Evalusi


Tangg Keperawatan
al

Nyeri Akut Manajemen Nyeri S:-


(D.0077) Observasi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas, O : -
intensitas nyeri.
2. Mengidentifikasi skala nyeri A:-
3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri P:-
5. Mengidentifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
9. Memonitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
10. Memberikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau

34
dingin, terapi bermain).
11. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan).
12. Memfasilitasi istrahat dan tidur.
13. Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri.
Edukasi
14. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.
15. Menjelaskna strategi meredakan nyeri.
16. Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
17. Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
18. Mengajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
19. Berkolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Neusea Manejemen Mual S:-


Observasi :
1. Mengidentifikasi pengalaman mual
2. Mengidentifikasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan (mis.bayi, O:-
anak-anak, dan mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara
efektif).
3. Mengidentifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis. nafsu A:-
makan, aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur).
4. Mengidentifikasi faktor penyebab mual (mis. pengobatan dan
prosedur). P:-
5. Mengidentifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual

35
pada kehamilan).
6. Memonitor mual (mis. frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan).
7. Memonitor asupan nutrisi dan kalori.
Terapeutik :
8. Mengendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis. bau tak
sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan).
9. Mengurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis.
kecemasan, ketakutan, kelelahan).
10. Memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
11. Memberikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan
tidak berwarna,jika perlu.
Edukasi :
12. Menganjurkan istrahat dan tidur yang cukup
13. Menganjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika
merangsang mual.
14. Menganjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
15. Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk
mengatasi mual (mis. biofeedback, hipnosis, relaksasi, terapi
musik,akupresur).
Kolaborasi :
16. Membrian anti emetik, jika perlu.

Observasi: S:-
14. Monitor status hidrasi (Mis. Frekuensi nadi,kekuatan
nadi,akral,pengisian kapiler,kelembabpan mukosa,turgor kulit,tekanan O:-
darah)
15. Monitor berat badan harian A:-
16. Monitor BB sebelum dan sesudah dialisis
17. Monitor status hemodinamik (Mis. P:-

36
MAP,CVP,PAP,PCWPjika perlu)
Teraputik
18. Catat intake-output dan balans cairan 24 jam
19. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
20. Berikan cairan intavena,jika perlu
Kolaborasi:
21. Kolaborasi pemberian diuretik jika perlu

Hipertermi Manajemen Hipertermia (I. 15506) S:-


Observasi
1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia
(mis:dehidrasi,terpapar,lingkungan panas,penggunaan incubator. O:-
2. Memonitor suhu tubuh
Terapeutik
3. Meyediakan lingkungan yang dingin A:-
4. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperdrosis
(keringat berlebih)
5. Melakukan pendinginan eksternal (mis:selimuti atau kompres dingin P:-
pada dahi,leher,dada,dan abdomen.
Edukasi
6. Menganjurkan tirah baring.
Kolaborasi
7. Mengkolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314). S:-


Observasi :

37
1. Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. kondisi,waktu,
stresor)
O:-
2. Mengidentifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Memonitor tanda-tanda ansietas

Terapeutik : A:
4. Menciptakan suasana terapeutik untukmenumbuhkan kepecayaan
5. Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
P:
6. Memahami situasi yang membuat ansietas
7. Mendengarkan dengan penuh perhatian
8. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Menempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
10. Memotivasi menggidentifikasi situasi yang memicu
kecemasan
11. Mendiskusikan perencanaan realitis tentang peristiwa yang
tidak menyenangkan
Edukasi :
12. Menjelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
13. Menginformasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
14. Menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
15. Menganjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif , sensasi
kebutuhan
16. Menganjurkan menggungkapkan perasaan dan persepsi
17. Melatih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
18. Melatih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
19. Melatih teknik relaksasi
Kolaborasi :
20. Berkolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

38
F. Dokumentasi

39
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Edisi revisi jilid 2.
MediAction: Jogjakarta

Kementerian Kesehatan. 2019. Cara mencegah Hepatitis Dengan Simple. https://promkes.kemkes.go.id (Diakses 4 April 2021 Pukul
14.32 WITA)

Makarim Rizal, Fadhli. 2018. Common complications of hepatitis medscape.

Saturti, Tjok Istri Anom. 2017. Hepatitis. https://simdos.unud.ac.id. (Diakses 4 April 2021 Pukul 14.44 WITA)

Sunita. 2019. Prognosis Hepatitis B. https://www.alomedika.com (Diakses 4 April 2021 Pukul 14.00 WITA)

Yasmara, D., Nursiswati., & Arafat, R. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

40

Anda mungkin juga menyukai