Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 226

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN

MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU

Sebagai Salah Satu tugas UAS mata kuliah


metodologi penelitian kuantitatif

Oleh: nafis
imam fahrozi
NIM 342121068

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

KI AGENG PEKALONGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan

terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap

semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi

pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa

bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan agenda besar pendidikan di

Indonesia. Dalam rangka mewujudkan pendidikan yang bermutu tentu tidak

terlepas dari peranan berbagai pihak, salah satunya adalah peran tenaga

kependidikan. Pendidikan di Indonesia hingga saat ini sedang dalam kondisi

kritis. Hal ini didasarkan atas kajian hasil survey yang dilakukan United Nations

Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2011

terhadap kualitas pendidikan di negara-negara berkembang di Asia Pasific, salah

satu hasilnya adalah Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara.

Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14

negara berkembang (Kompasiana.com, 2015). Hal itu menunjukkan bahwa

kompetensi dan kinerja guru di Indonesia jauh dari harapan sosok pendidik yang

mampu membawa siswanya berkualitas.

Besarnya pengaruh yang dimiliki oleh kepala sekolah menentukan apa dan

bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan dalam sekolah yang dipimpin. Hal ini

sejalan dengan pandangan Mantja (2002) yang mengatakan bahwa

kepemimpinan kepala sekolah yang memberikan perhatian tinggi kepada guru,

terbuka, menyejukkan, bisa beradaptasi dengan guru, murah senyum, simpatik,

penuh pengertian, dan percaya bahwa para guru mampu melaksanakan tugas-

tugas yang diembankan dan akan membuat mereka mengerjakan tugas itu

dengan gembira dan penuh tanggung jawab.

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa kepemimpinan

transformasional berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru. Artinya,

semakin meningkatnya kepemimpinan transformasional kepala sekolah akan

diikuti oleh semakin meningkatnya kinerja para guru. Kepala sekolah yang
2
profesional akan mengawasi penampilan guru dan anak didiknya di sekolah,

memberikan masukan yang positif untuk perbaikan dan pengembangan sistem

dan metode pembelajaran, mendorong pemanfaatan waktu dan fasilitas belajar

secara efektif dan kreatif. Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

Collinson (1993) yang menyimpulkan pentingnya pengaruh kepemimpinan

transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru diungkapkan juga oleh

Collin, Dennis, dan Owen (Meggan dkk., 2005). Dalam hasil penelitiannya,

mereka menyimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah

berpengaruh positif terhadap kinerja guru.

Kinerja guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang

dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas

kinerja guru akan sangat menentukan kualitas hasil pendidikan, karena guru

merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa

dalam proses pendidikan di lembaga pendidikan sekolah (Suharsaputra, 2013:

166). Untuk memahami apa dan bagaimana kinerja guru itu, terlebih dahulu akan

dikemukakan tentang makna kinerja serta bagaimana mengelola kinerja dalam

upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan

adalah kualitas guru. Hal ini disebabkan guru merupakan titik sentral dalam

pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan, dengan kata lain salah satu

persyaratan penting bagi peningkatan mutu pendidikan adalah apabila

pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan oleh pendidik-pendidik yang

dapat diandalkan kinerjanya.

3
Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat

berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Faktor utama yang

dapat memengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Memang diakui

bahwa banyak orang yang mampu melakukan pekerjaan tapi belum tentu mau,

sehingga tidak menghasilkan kinerja. Atau sebaliknya, banyak orang yang mau

melakukan kerja, tetapi tidak mampu melakukannya, ini juga tetap tidak dapat

menghasilkan kinerja. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai seseorang atau

prestasi kerja yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok dalam mencapai

tujuan tertentu (Susanto, 2016: 70).

Dalam menjalankan tugasnya, tidak jarang ditemukan guru yang kurang memiliki

gairah dalam menjalankan tugasnya sehingga tujuan sekolah yang ditetapkan

sulit terwujud (Hamzah, 2008: 63). Berdasarkan studi pendahuluan di beberapa

sekolah yang akan diteliti, masih terdapat guru yang kurang termotivasi

dalam bekerja. Guru mengajar hanya untuk memenuhi tuntutan atau

kewajibannya dalam mengajar tanpa melakukan inovasi dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu, jika sekolah menginginkan guru dapat

menjalankan tugas-tugasnya dengan kinerja mengajar yang tinggi, maka di

antaranya harus memerankan faktor organisasi (kepemimpinan) dan faktor

psikologis (motivasi). Dalam hal ini, peneliti ingin fokus pada kepemimpinan

transformasional sebagai model kepemimpinan dan motivasi berprestasi guru

sebagai bagian dari motivasi kerja.

4
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah secara langsung maupun

tidak langsung berperan bagi kinerja mengajar guru. Melalui kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, maka seluruh sumber daya yang dimiliki dapat

tergerakkan dengan baik termasuk kinerja mengajar guru. Dalam menjalankan

kepemimpinannya di sekolah, kepala sekolah berperan sebagai pembimbing dan

pendidik yang baik bagi warga sekolah, khususnya bagi guru dalam menjalankan

kinerja mengajar guru.

Kepemimpinan tersebut harus mampu memberi semangat atau memotivasi

kepada para bawahannya dengan cara memberikan inspirasi kreativitas mereka

dalam bekerja. Pemimpin dalam hal ini kepala sekolah harus mampu

mempraktikan inovasi-inovasi, mampu memberdayakan seluruh bawahannya

dan sekolah sebagai organisasi pendidikan ke dalam suatu perubahan cara

berpikir, pengembangan visi dan misi dengan memanfaatkan bakat, keahlian,

dan kemampuan bawahannya.

Kepemimpinan menurut Yukl merupakan proses mempengaruhi orang lain

agar bekerja untuk pencapaian tujuan organisasi, dalam kepemimpinan terdapat

model-model kepemimpinan sebagai alat dalam mengelola organisasi, di

antaranya model kepemimpinan transformasional (Yukl, 2010: 345).

Kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang

dapat membangkitkan atau memotivasi karyawan, sehingga dapat berkembang

dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi dari apa yang mereka

5
perkirakan sebelumnya. Selain itu, gaya kepemimpinan tranformasional

dianggap efektif dalam situasi dan budaya apapun (Yukl, 2010: 306). Selanjutnya

Engkoswara dan Komariah yang menjelaskan bahwa pemimpin transformasional

berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada, berusaha

memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan

semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan

(Engkoswara dan Komariah, 2010: 193).

Berdasarkan itu, kepala sekolah sebagai pemimpin, harus memiliki strategi

yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di

sekolahnya untuk mencapai tujuan sekolah. Menciptakan iklim sekolah yang

kondusif, memberi nasehat kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada

seluruh tenaga kependidikan, dan seterusnya. Kepala sekolah juga harus

berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikitnya empat nilai,

yaitu pembinaan mental, pembinaan moral, pembinaan fisik, pembinaan artistik

(Wahjusumidjo, 2003: 95).

Di samping kajian teori dan fakta lapangan di atas, penelitian terdahulu

menguatkan asumsi peneliti bahwa kepemimipinan transformasional kepala

sekolah berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru. Misalnya yang dilakukan

oleh Wasini (2016) dalam penelitiannya dikemukakan bahwa kepemimpinan

transformasional secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kuswaeri (2016) dalam

penelitiannya dikemukakan bahwa kepemimpinan transformasional dapat

mengubah energi sumber daya maupun situasi untuk mencapai tujuan,

kepemimpinan transformasional memiliki visi, agen perubahan, kharismatik,

empatik, merangsang intelektualitas dan menumbuhkan kreativitas. Penerapan

6
kepemimpinan transformasional mengantarkan kepada profesionalisme

pembelajaran, terciptanya budaya dan iklim sekolah efektif, serta tercapainya

prestasi belajar siswa yang memuaskan. Melalui kepemimpinan transformasional

kepala sekolah pada madrasah salafiyah ponpes syarif hidayatullah diharapkan

dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan kompetensinya, serta mampu

memotivasi kinerja mengajar guru menjadi lebih baik lagi. Selain kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja

mengajar guru adalah motivasi berprestasi guru. Diasumsikan bahwa motivasi

berprestasi yang baik dari guru akan menghasilkan kinerja mengajar guru yang

baik pula.

Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang atau yang sering

dikenal sebagai motivasi internal dan dapat pula bersumber dari luar diri

seseorang atau disebut juga motivasi eksternal. Motivasi merupakan kondisi atau

energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk

mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan

positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk

mencapai kinerja maksimal.

Motivasi berprestasi guru bisa diartikan sebagai dorongan mental yang tinggi

yang dimiliki oleh seorang guru dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai

tujuan sekolah. Kaitannya dengan kinerja mengajar guru, motivasi yang tinggi

dan baik memiliki peran penting untuk membantu guru dalam melaksanakan

kegiatan belajar menagajar di kelas, sehingga mutu lulusan yang berkualitas

tercapai.

7
Kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan para guru atau

bawahannya terletak pada kemampuannya untuk memahami faktor-faktor motivasi

kerja sedemikian rupa sehingga menjadi daya pendorong yang efektif (Siagian, 2006:

139). Kebutuhan yang dimaksud merupakan suatu petunjuk bagi kepala sekolah untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan guru seefektif mungkin. Secara teoritik hubungan

kepemimpinan kepala sekolah itu apabila dibina dan dilaksanakan dengan baik, maka

motivasi berprestasi guru akan terpenuhi. Dengan motivasi yang baik dan tinggi

muncul dari diri seorang guru, maka kesadaran guru akan tugasnya dalam

melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran akan selalu

terlaksana.

Pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru dikuatkan oleh

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutikno (2016) dalam penelitiannya

membuktikan bahwa motivasi berprestasi guru berpengaruh terhadap kinerja

mengajar guru. Sutikno menjelaskan bahwa motivasi merupakan faktor utama

yang mendukung berhasilnya kinerja guru, dengan adanya motivasi yang tinggi dalam

diri seorang guru maka kinerja mengajar guru akan meningkat.

Kemudian penelitian yang dilakukan Azizah (2016) dalam penelitiannya

mengemukakan bahwa motivasi kerja guru menjadi salah satu faktor penting yang

menentukan kelancaran proses pembelajaran di sekolah.

Motivasi guru menjadi penting karena guru yang akan menyampaikan ilmu kepada

siswa harus memiliki semangat ndan motivasi yang nantinya akan berpengaruh pada

hasil belajar siswa disekolah.

8
Jadi seorang kepala sekolah harus memberi dorongan kepada guru-

guru, supaya mereka senantiasa berusaha untuk mengembangkan dirinya

secara terus menerus. Namun perkembangan ke arah yang lebih baik,

diharapkan tidak hanya pada para guru saja tetapi juga kepala sekolah itu

sendiri. Kepemimpinan seorang kepala sekolah sedikit banyak dapat

mempengaruhi pendidikan di lingkungan sekolah. Sekolah juga membutuhkan

figur seorang pemimpin yang siap bekerja keras untuk dapat memajukan

sekolah dan untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan sekolah yang

dipimpinnya.

Salah satu bentuk kepemimpinan yang diyakini dapat mengimbangi pola

pikir dan refleksi pandangan baru dalam arus globalisasi dirumuskan sebagai

kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional yang

digambarkan sebagai kepemimpinan yang membangkitkan atau memotivasi

bawahannya untuk dapat berkembang dan mencapai kinerja atau tingkat yang

lebih tinggi lagi sehingga mampu mencapai lebih dari yang mereka perkirakan

sebelumnya. Pemimpin transformasional juga berarti seseorang (pemimpin)

yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja manusia sehingga

ia berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara utuh melalui

pemotivasian terhadap pegawai dan membuat mereka melihat bahwa tujuan

yang akan dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.

Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu di atas, maka peneliti ingin

mengungkapkan juga seberapa besar pengaruh kepemimpinan transformasional

dan motivasi kerja terhadap kinerja guru madrasah salafiyah syarif hidayatullah.

9
B. Identifikasi Masalah

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan aspek utama yang ditentukan

adalah kualitas guru. Hal ini disebabkan guru merupakan titik sentral dalam

pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan. Namun pada kenyataannya

terdapat faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya sebagai berikut.

1. Sebagian kepala sekolah mampu mengajak guru-guru dalam

membangun komitmen untuk mengembangkan nilai-nilai organisasi,

visi sekolah, dan memberikan pengarahan secara individual dan

menumbuhkan kesadaran guru akan rasa memiliki sekolah.

2. Motivasi yang diberikan sebagian kepala sekolah berhasil dalam

meyakinkan personel sekolah terhadap keberhasilan sekolah.

3. Sebagian guru memiliki kinerja yang baik, terlihat dari disiplin dan

kualitas guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.

c. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tersebut,

maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu seberapa besar

pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru Madrasah salafiyah syarif hidayatullah?. Rumusan masalah penelitian

tesebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

kinerja guru Madrasah salafiyah syarif hidayatullah?

2. Apakah terdapat pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru

Madrasah salafiyah syarif hidayatullah ?

10
3. Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan transformasional dan

motivasi kerja terhadap kinerja guru Madrasah salafiyah syarif

hidayatullah?

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan

baik secara teoritis dan praktis. Adapun manfaat tersebut sebagai berikut.

1. Menambah wawasan dan pengetahuan (knowledge) tentang

pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi dan motivasi

kerja terhadap kinerja guru.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan

dengan jurusan Manajemen Pendidikan.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para

pengelola pendidikan dalam upaya memperbaiki, meningkatkan, dan

mengembangkan kinerja guru Madrasah salafiyah syarif hidayatullah.

11
BAB II KAJIAN
TEORETIK

A. Deskripsi Teoretik

1. Kinerja Guru

Dalam tataran mikro teknis, guru sebagai tenaga pendidik merupakan

pemimpin pendidikan, guru sangat menentukan dalam proses pembelajaran di kelas,

dan peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru

melaksanakan peran dan tugasnya (Suharsaputra,

2013: 166). Hal ini berarti bahwa kinerja guru merupakan faktor yang amat

menentukan bagi mutu pembelajaran/ pendidikan yang akan berimplikasi pada kualitas

output pendidikan setelah menyelesaikan sekolah.

Istilah kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, work performance atau job

performance, tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance

saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi

(performance) diartikan sebaga ungkapan kemampuan yang didasari oleh

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu

(Susanto, 2016:

69).

Masalah kinerja selalu medapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan

dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Faktor utama yang dapat

mempengaruhi kinerja adalah kemampuan dan kemauan. Memang diakui bahwa

banyak orang yang mampu melakukan pekerjaan tapi belum tentu mau, sehingga tidak

menghasilkan kinerja. Jadi, kinerja adalah sesuatu yang dicapai seseorang atau

prestasi atau kemampuan yang diperlihatkan oleh seseorang atau kelompok dalam

memenuhi tujuan atau target ketercapaian.

12
Dalam kaitannya dengan kinerja guru yang berada dalam suatu organisasi sekolah,

maka guru menduduki peran yang amat penting dalam proses pendidikan dan

pembelajaran dalam mempersiapkan peserta didik untuk mencapai kompetensi-

kompetensi yang telah ditetapkan (Susanto,2016: 70). Dengan demikian, kinerja guru

berarti hasil kerja atau prestasi kerja guru dalam pencapaian tujuan organisasi sekolah.

Dari uraian di atas tentang kinerja guru peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru

adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksankan tugas atau

pekerjaannya sebagai pendidik. Kinerja atau prestasi kerjanya dapat dikatakan

baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Banyak faktor yang mempengaruhi terbangunnya suatu kinerja profesional, termasuk

kinerja guru yang di dalamnya berkaitan dengan faktor-faktor yang

memengaruhinya, internal maupun eksternal. Faktor internal yang memengaruhi

misalnya sistem kepercayaan menjadi pandangan hidup seorang guru. Faktor ini

sangat besar pengaruhnya yang ditimbulkan dan bahkan paling berpotensi bagi

pembentukan etos kerja seseorang tidak semata- mata tergantung pada nilai-nilai

agama atau sistem kepercayaan dan pandangan teologis yang dianutnya, tetapi

pengaruh pendidikan, informasi dan komunikasi juga bertanggung jawab bagi

pembentukan suatu kinerja.

Selanjutnya faktor eksternal kinerja guru, menurut Arifin mengidentifikasi ke dalam

beberapa hal, diantaranya adalah: a) volume upah kerja yang dapat memenuhi

kebutuhan seseorang, b) suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang

dengan komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi antara pimpinan dan

bawahan, c) sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pimpinan terwujud dalam

kenyataan, d) penghargaan terhadap need achievement (hasrat dan kebutuhan untuk


13
maju) atau penghargaan terhadap yang berprestasi, e) sarana yang menunjang bagi

kesejahteraan mental dan fisik, seperti tempat olahraga, masjid, rekreasi dan hiburan

(Susanto, 2016: 73). Kinerja pegawai harus dikelola, terutama untuk mencapai

produktivitas dan efektivitas dalam rangka merancang bangun kesuksesan, baik secara

individu maupun organisasi.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti menyimpulkan manajemen kinerja merupakan

suatu pendekatan untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan target atau sasaran yang

akan dicapai melalui kerja. Tim yang memiliki kinerja yang baik, maka anggotanya akan

menetapkan standar kualitas target, mencapai target, memahai perbedaan, saling

menghormati, berimbang dalam peran, berorientasi pada tujuan, mengevaluasi kinerja,

dan bekerja sama.

b. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap


N Kinerja Guru

Kepemimpinan transformasional merupakan model

kepemimpinan yang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk ikut

berpartisipasi dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi. Kepemimpinan

transformasional adalah kepemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan

dalam diri setiap individu yang terlibat dalam suatu organisasi untuk mencapai

performa yang semakin mampu memberikan motivasi kepada bawahan agar

mampu mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi (Susanto, 2016: 76).

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah merupakan cara kepemimpinan

yang mengutamakan pemberian kesempatan yang mendorong semua unsur atau

elemen sekolah, yakni guru, siswa, pegawai atau staf, orang tua siswa, masyarakat

sekitar, dan lainnya, untuk bekerja atas dasar sistem nilai yang luhur sehingg asemua

unsur yang ada di sekolah tersebut bersedia untuk berpartisipasi secara optimal dalam

mencapai visi sekolah.

Kepala sekolah yang memiliki pola kepemimpinan transformasional sangat senang jika

guru melaksanakan penelitian tindakan kelas, karena dengan penelitian tindakan kelas
14
tersebut, seorang guru akan mampu menutup anggapan antara wacana konseptual

dengan realitas empirik. Dengan demikian, guru akan dapat menemukan solusi

atas persolan keseharian yang dihadapinya selama proses pembelajaran yang

berlangsung di kelas. Jika hal ini terjadi, maka ia akan mampu memecahkan sendiri

persoalan yang muncul dari praktik profesionalnya (Susanto, 2016: 77).

Kinerja guru merupakan kemampuan yang ditujukkan oleh guru dalam melaksanakan

tugas atau pekerjaannya. Kinerja dapat diakatakan baik dan memuaskan jika tujuan

yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk itu, guru dituntut

memiliki kinerja yang mampu memberkan dan merealisasikan harapan dan

keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah memercayai sekolah

dan guru dalam membina anak didik.

15
2. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan merupakan proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam

kehidupan manusia selaku makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup bermasyarakat

sesuai kodratnya bila mereka melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang

lain. Hidup bermasyarakat memerlukan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan

dapat menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana

arah atau tujuan tersebut dapat dicapai. Dalam tataran institusi pendidikan seperti

sekolah, kepemimpinan pendidikan dapat dilihat dalam tataran mikro institusi, yaitu

kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan pemimpin dalam tataran

organisasi sekolah yang akan menentukan bagaimana kinerja organisasi secara

keseluruhan (Suharsaputra, 2013: 124).

Kepemimpinan mencakup perhatian pada tujuan bersama. Pemimpin mengarahkan

energi mereka kepada individu yang mencoba mencapai sesuatu secara bersama.

Perhatian terhadap tujuan bersama memberi kepemimpinan suatu nada tambahan

yang etis, karena hal itu menekankan kebutuhan bagi pemimpin untuk bekerja

bersama pengikut guna mencapai tujuan tertentu (Northouse, 2013: 6). Penekanan

pada mutualitas mengurangi kemungkinan bahwa pemimpin melakukan tindakan

kepada pengikutnya dalam cara yang tidak etis atau secara paksa. Hal ini

meningkatkan kemungkinan bahwa pemimpin dan pengikut akan bekerja sama demi

kebaikan bersama.

Kepemimpinan kepala sekolah adalah faktor penentu bagi keberhasilan suatu sekolah

termasuk berkembangnya kinerja guru sebagai pemimpin pendidikan dalam tataran

teknis pembelajaran. Kepemimpinan seseorang berperan sebagai penggerak dalam

proses kerja sama antarmanusia dalam organisasi termasuk sekolah

(Suharsaputra, 2013:125). Kepala sekolah adalah seseorang yang diangkat menjadi

pemimpin formal, dalam suatu organisasi dalam hal ini sekolah, seorang kepala

sekolah yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap atasan, bawahan,
16
dan lingkungan kerja, serta melaksanakan kewajibannya sebagai pendidik,

administrator dan pencipta iklim kerja agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan

(Ahmad, 2013: 20). Kepala sekolah merupakan kunci dalam membentuk kultur

sekolah, dimana kepala sekolah harus dapat membentuk budaya positif, di mana staf

berbagi pengertian dan memiliki dedikasi untuk peningkatan sekolah dan pengajaran

(Kristiawan, dkk, 2017: 22). Kepemimpinan menjadikan suatu organisasi dapat

bergerak secara terarah dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Kepemimpinan diperlukan untuk membawa perubahan-perubahan konstruktif dalam

program-program pengajaran sesuai dengan berbagai nilai dan tujuan para pembuat

keputusan (Efendi, 2015: 56). Ujung tombak pendidikan adalah pembelajara Gedung

sekolah boleh sederhana, demikian juga fasilitas perkantoran, alat transportasi,

bangku, meja dan lain sebagainya. Tetapi pembelajaran harus mendapat perhatian

yang lebih besar daripada aspek lainnya. Kualitas pendidikan akan dipertaruhkan

melalui proses pembelajaran itu.

Kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris Leader yang berarti pemimpin atau

leadership yang berarti kepemimpinan. Pemimpin adalah orang yang menempati posisi

sebagai pimpinan, sedangkan kepemimpinan adalah kegiatan atau tugasnya sebagai

pemimpin. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok

orang dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan tertentu (Northouse, 2013: 176).

Wahyosumidjo mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah usaha sadar yang

dilakukan pimpinan untuk mempengaruhi anggotanya melaksanakan tugasnya sesuai

dengan harapannya. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain

untuk mencapai pengembangan atau tujuan organisasi (Wahjosumidjo, 2010).

17
3. Motivasi Kerja Guru

Motivasi dalam konteks organisasi dijelaskan Hasibuan (1991) sebagai suatu

keahlian dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara

berhasil, sehingga tercapai keinginan para pegawai sekaligus tercapainya tujuan

organisasi (Engkoswara dan Komariah, 2011:209). Dalam pengertian ini nampak

peran pemimpin yang memberikan dorangan kepada bawahan agar mau bekerja

dengan sukses dan menerapkan teknik-teknik motivasi yang efektif sebagaimana

dikatakan Pole (1987) “Motivasi merupakan energi personal yang diarahkan pada

tercapainya tujuan tertentu”.

Hoy dan Miskel (1978) mendefinisikan motivasi sebagai “The complex of

forces, drives, tensions, or internal, psycological mechanism that start and maintain

activity toward the achievement of personal goals” (Engkoswara dan Komariah, 2011:

209). Oleh karena itu, istilah motivasi sering digunakan secara bergantian dengan

istilah motif yaitu kebutuhan, dorongan, dan gerak hati.

a. Indikator Motivasi Kerja

Hoy dan Miskel (1992) menyatakan bahwa motivasi kerja guru adalah kemauan guru

untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Ditambah oleh Wiles (1955), bahwa tinggi

rendahnya motivasi kerja guru sangat mempengaruhi performansinya dalam

menyelesaikan tugas-

18
tugasnya. Dalam sejumlah teori motivasi, ditegaskan bahwa motivasi berawal dari

kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi, sehingga menimbulkan ketegangan-

ketegangan yang mendorong seseorang untuk bertindak. Dikatakan seorang guru

yang melakukan aktivitas tertentu selalu didorong oleh motif-motif tertentu, yaitu dalam

upaya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dirinya (Wahyuningdyah, 2015: 92).

Pada dasarnya seorang guru juga seorang manusia, jika mengikuti teori hirarki

kebutuhan Maslow, maka setiap guru memiliki kebutuhan seperti fisiologis, rasa

aman, harga diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan yang mendorong guru

bekerja atau apa saja yang diinginkan guru melalui kerjanya. Wiles (1992)

mengidentifikasikan delapan kebutuhan guru, yaitu (1) rasa aman dan hidup layak,

(2) kondisi kerja yang menyenangkan, (3) rasa diikutsertakan, (4) perlakuan yang jujur

dan wajar, (5) rasa mampu, (6) pengakuan dan penghargaan, (7) ikut ambil bagian

dalam perumusan kebijakan sekolah, dan (8) kesempatan mengembangkan self

respect (Wahyuningdyah, 2015: 93).

Berdasarkan teori motivasi terdapat beberapa prinsip yang diterapkan oleh kepala

sekolah dalam memotivasi guru agar mau dan mampu meningkatkan kinerjanya

sehingga akan melahirkan prestasi ataupun hasil yang memuaskan. Oleh karena itu,

menurut Mulyasa untuk memotivasi para pegawainya, merek aharus diberitahu

tentang hasil setiap pekerjaan bagi yang berprestasi usahakan mereka diberi hadiah

maupun pujian (Mulyasa, 2012). Disamping juga kepala sekolah berusaha memenuhi

kebutuhan para

19
guru dengan memperhatikan kondisi fisik, memberi rasa aman, menunjukkan bahwa

pemimpin memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sehingga guru akan

memperoleh kepuasaan dan penghargaan.

Menurut Mitchell, ada beberapa kriteria kinerja dalam area performance yaitu: (1)

kualitas kerja, (2) ketepatan, (3) inisiatif, (4) kemampuan, dan (5) komunikasi

(Wahyuningdyah, 2015: 94). Motivasi juga merupakan kebiasaan yang dimiliki

oleh masing- masing individu misalnya: (a) kebiasaan bekerja keras, (b) kebiasaan

bekerja sampai tuntas, (c) kebiasaan bekerja rapi, (d) kebiasaan bekerja tepat waktu.

Motivasi kerja dalam tulisan ini baik dari dorongan diri prbadi guru (instrinsik)

misalnya prestasi keraqja, berusaha meningkatkan hasil kerja dan bertanggung jawab

terhadap tugas yang dijalankan, di samping itu juga yang mempengaruhi faktr dari luar

(ekstrinsik) misalnya hubungan rekan kerja, prosedur atasan dan bawahan yang saling

mendukung, kesempatan, lingkungan keluarga, pendapatan, kedudukan, serta kondisi

kerja.

Instrumen penelitian ini menggunakan teori McClelland yang menyatakan bahwa

motivasi adalah unsur penentu yang mempengaruhi perilaku yang terdapat dalam

setiap individu. Kemudian McClelland mengatakan bahwa setiap orang mempunyai

keinginan untuk melakukan karya yang berprestasi atau yang lebih baik dari orang

lain, dikatakan bahwa ada tiga indikator motivasi yakni, 1) kebutuhan untuk

berprestasi; 2) kebutuhan untuk berafiliasi;

3) kebutuhan kekuatan. Ketiga kebutuhan itu merupakan unsur yang amat penting

dalam menentukan prestasi seseorang (Wahyuningdyah, 2015: 57). Berdasarkan

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator motivasi kerja yaitu, 1) kebutuhan

berprestasi (need for achievement); 2) kebutuhan berafiliasi (need for affiliation); 3)

kebutuhan untuk menguasai sesuatu (need for power).

20
b. Kepemimpinan Transformasional dalam Meningkatkan

Motivasi Kerja

Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan

sekolah-sekolah unggul lainnya, merupakan salah satu tujuan sekolah. Untuk mencapai

tujuan tersebut memerlukan sumber daya manusia dengan kinerja yang berkualitas.

Terwujudnya kinerja yang berkualitas sangat ditentukan oleh manajemen yang baik

dan benar. Pengelola manajemen sekolah dimotori oleh kepala sekolah. Kepala

sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan agar dapat bekerja secara optimal

(Wahyuningdiyah,2015: 64).

Guru yang telah memiliki motivasi instrinsik dan ekstrinsik akan lebih berpresatsi apabila

ditambah dengan disiplin kerja yang baik. Keith Davis (2003) menyatakan disiplin kerja

sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman dipandang

erat keterkaitannya dengan kinerja. Menurut Undang-Undang RI Nomor

14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, disebutkan bahwa “guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Di dalam seluruh aspek kehidupan, dimanapun kita berada, dibutuhkan peraturan dan

tata tertib yang mengatur dan membatasi setiap gerak dan perilaku. Peraturan-

peraturan tersebut tidak ada artinya jika tidak ada komitmen dan sangsi bagi

pelanggarnya (Wahyuningdiyah, 2015: 65).

21
C. Kerangka Berpikir Penelitian

Keberhasilan sekolah dalam menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan sekolah-

sekolah unggul lainnya, merupakan salah satu tujuan sekolah. Untuk mencapai tujuan

tersebut memerlukan sumber daya manusia dengan kinerja yang berkualitas. Kepala

sekolah sebagai manajer dan pemimpin harus memiliki strategi yang tepat untuk

memberdayakan tenaga kependidikan agar dapat bekerja secara optimal.

Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan,

karena produktivitas dan semangat kerja guru tergantung kepala sekolah dalam

arti sampai sejauh mana kepala sekolah mampu mendorong bawahannya untuk

bekerja sesuai dengan kebijaksanaan dan program yang telah digariskan

sehingga guru termotivasi dan hasil

kinerjanya baik.

Kepemimpinan
Transformasional
(X1)
Kinerja Guru
(Y)
Motivasi Kerja
(X2)

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di atas, maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji

seberapa besar:

1. Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru SMK

Negeri di Kota Palembang.

2. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota

Palembang.

3. Pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja

terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di madrasah salafiyah syarif hidayatullah. Penelitian

ini berlangsung selama enam bulan, dimulai awal bulan April 2017 sampai

dengan September 2017. Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1
Jadwal Penelitian

Bulan/ Minggu
April Mei Juni Juli Agustus September
No Kegiatan
2017 2017 2017 2017 2017 2017
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
2 Pengumpulan Data
3 Analisis Data
4 Penyusunan Laporan

23
C. Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu apakah ada

pengaruh kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru SMK Negeri di Kota Palembang. Untuk itu, peneliti berusaha menggunakan

metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Sebagaimana mestinya

bahwa sebuah penelitian tidak akan mencapai kriteria penelitian sesungguhnya

apabila tidak menggunakan sebuah metode penelitian yang tepat. Dengan

metode penelitian yang tepat, diharapkan sebuah penelitian nantinya akan

menjadi penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berikut merupakan metode yang

digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini:

1. Pendekatan Kuantitatif

Arikunto (2002: 86) mengatakan bahwa pendekatan kuantitatif

merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat

diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian.

Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang

terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan

data secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori yang

disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara

empiris. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, sebagaimana

dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 8) yaitu metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

24
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Pendekatan kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel

yang ada dalam penelitian (variabel X1, X2 dan variabel Y) untuk kemudian

dicari hubungan antar variabel-variabel tersebut. Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional

karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara satu variabel

dengan yang lainnya. Product Moment Correlation adalah salah satu teknik

untuk mencari korelasi antar dua variabel yang kerap kali digunakan.

Teknik korelasi ini dikembangkan oleh Karl Pearson, yang sering dikenal

dengan istilah Teknik Korelasi Pearson (Sudijono, 2012: 190).

2. Metode Deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode yang ditujukan untuk

memecahkan masalah yang terjadi pada masa sekarang. Sebagaimana

yang dikemukakan oleh Arikunto (2002: 86) bahwa: “metode deskriptif

adalah metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan-

permasalahan yang terjadi saat ini atau masa sekarang.” Metode deskriptif

pun diartikan sebagai perolehan informasi atau data yang relevan dengan

masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai konsep atau teori yang

dikemukakan oleh para ahli. Metode deskriptif dalam penelitian ini sesuai

digunakan, karena masalah yang diambil terpusat pada masalah aktual dan

berada pada saat penelitian dilaksanakan dengan melalui prosedur

pengumpulan data, mengklasifikasi data kemudian dianalisis dan ditarik

kesimpulan.

25
D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalm suatu

ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Margono, 2003: 118). Populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 119). Populasi adalah keseluruhan obyek

(orang, kejadian atau sesuatu) yang mempunyai karakteristik tertentu, baik yang

konkret maupun objek yang abstrak (Puspowarsito, 2008). Pada penelitian ini

yang menjadi subjek penelitian adalah guru SMK Negeri di Kota Palembang.

Tabel 2
Populasi Guru pada SMK Negeri di Kota Palembang

No Nama SMK Jumlah Guru


1 SMK N 1 Palembang 135 Orang
2 SMK N 2 Palembang 195 Orang
3 SMK N 3 Palembang 97 Orang
4 SMK N 4 Palembang 113 Orang
5 SMK N 5 Palembang 62 Orang
6 SMK N 6 Palembang 97 Orang
7 SMK N 7 Palembang 72 Orang
8 SMK N Sumsel Palembang 19 Orang
Total 790 Orang

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2013: 119). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

adalah cluster sampling (area sampling). Teknik cluster sampling digunakan

untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat

luas (Sugiyono, 2013: 63). Teknik cluster sampling ini digunakan melalui dua

tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya

menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

26
Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel

adalah menggunakan rumus Slovin (Sevilla et. al., 1993:182), sebagai berikut:

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa batas toleransi

kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan dengan persentase.

Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat sampel menggambarkan

populasi. Misalnya, penelitian dengan batas kesalahan 5% berarti memiliki

tingkat akurasi 95%. Penelitian dengan batas kesalahan 2% memiliki tingkat

akurasi 98%. Dengan jumlah populasi yang sama, semakin kecil toleransi

kesalahan, semakin besar jumlah sampel yang dibutuhkan (Riduwan, 2005: 65).

n= = = 193,01 = 193 responden

Jadi jumlah sampel penelitian ini sebanyak 193 orang (dibulatkan), jumlah

ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika dipersentasekan

adalah 193/ 373 x 100% = 51,74%. Penentuan anggota sampel adalah sebesar

51,74% dari populasi. Penyebaran sampel pada tiap sekolah berikut ini:

Tabel 3
Sampel Guru SMK Negeri Kota Palembang

No Nama SMK Jumlah Guru Sampel


1 SMK N 2 Palembang 195 Orang n= x 193 = 100,89 = 101 Orang
2 SMK N 3 Palembang 97 Orang n= x 193 = 50,19 = 50 Orang
3 SMK N 5 Palembang 62 Orang n= x 193 = 32,08 = 32 Orang
4 SMK N Sumsel Palembang 19 Orang n= x 193 = 9,83 = 10 Orang
Total 373 Orang 193 orang

27
Berdasarkan tabel di atas bisa diketahui bahwa sampel responden yang

akan digunakan dalam penelitian pada SMK Negeri di Kota Palembang

berjumlah 193 orang.

1. Definisi Konseptual

a. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional digunakan untuk

menggambarkan kepemimpinan dalam cakupan yang luas, dari

upaya yang sangat spesifik untuk memengaruhi pengikut pada

tingkatan satu lawan satu, ke upaya sangat luas untuk

memengaruhi seluruh organisasi dan bahkan seluruh budaya.

b. Motivasi Kerja

Motivasi kerja sebagai upaya memelihara semangat kerja guru

agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan optimal. Motivasi

kerja ditujukan sebagai upaya mendorong dan merangsang

guru untuk melakukan kegiatan atau tugasnya dengan rasa

kesadaran.

c. Kinerja Guru

Kinerja guru menjadi hal yang penting bagi berhasilnya

implementasi inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan

kualitas pendidikan. Kinerja guru dalam upaya mencapai proses

belajar mengajar yang efektif dan fungsional bagi kehidupan

seorang siswa jelas perlu terus dikembangkan.

28
2. Definisi Operasional Variabel

a. Kepemimpinan Transformasional (X1)

Kepemimpinan transformasional dalam penelitian ini adalah

kemampuan kepala sekolah dalam mengelola sekolah

berdasarkan keterampilan yang dimilikinya dalam bekerja

sebagai proses untuk merubah dan mentransformasikan

individu guru agar mau mengembangkan dan meningkatkan

dirinya. Dimensi dan indikator kepemimpinan transformasional

kepala sekolah dalam penelitian ini adalah: (a) idealized

influence (kharisma), sebagai perilaku yang menghasilkan rasa

hormat dan percaya diri dari orang yang dipimpinnya; (b)

inspirasional motivation, sebagai perilaku motivator yang

bersemangat untuk terus membangkitkan antusiasme dan

optimisme bawahan; (c) intelectual stimulation, sikap dan

perilaku kepemimpinannya didasari oleh ilmu pengetahuan yang

berkembang; (d) Individualized Consideration, pemimpin yang

selalu mendengarkan dan memberikan dengan penuh

perhatian.

b. Motivasi Berprestasi Guru (X2)

Motivasi berprestasi merupakan daya dorong yang

mempengaruhi, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara

perilaku seorang guru untuk melakukan tugasnya sebagai

pendidik dan pengajar dengan segala kemampuan dan

keahliannya dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan yang

telah ditentukan. Dimensi dan indikator motivasi berprestasi

29
guru dalam penelitian ini adalah: (a) memiliki tingkat tanggung

jawab pribadi yang tinggi, (b) berani mengambil dan memikul

resiko, (c) memiliki tujuan realistik, (d) memiliki rencana kerja

yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan, (e)

memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan

yang dilakukan, dan (f) mencari kesempatan untuk

merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.

c. Kinerja Guru (Y)

Kinerja guru adalah kemampuan seorang guru untuk

melaksanakan tugas dan tanggung jawab pekerjaan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja mengajar

guru yang telah dikembangkan dan dimodifikasi dari berbagai

pemikiran yaitu: (a) merencanakan proses belajar mengajar (b)

melaksanakan proses belajar mengajar; serta (c) mengevaluasi

atau menilai pembelajaran.

3. Kisi-kisi Instrumen

Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala. Menurut

Sugiyono (2013: 136) skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

tertentu. Jadi dengan skala ini peneliti ingin mengetahui bagaimana

kepemimpinan transformasional, motivasi kerja dan kinerja guru SMK

Negeri di Kota Palembang. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan

data ketiga variabel penelitian ini adalah skala likert dengan lima alternatif

jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (ST), Ragu-ragu (RG), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pemberian bobot masing-

30
masing kontinum atau berturut-turut, untuk pernyataan positif diberi bobot:

5 – 4 – 3 – 2 – 1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif diberi bobot: 1

– 2 – 3 – 4 – 5.

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator masing-masing

variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui

pendefinisian dan studi kepustakaan. Instrumen pada masing-masing

indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) membuat

kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, (2) menyusun butir-butir pernyataan

sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan analisis rasional untuk

melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun

angket dari aspek yang diukur. Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen

penelitian untuk dijadikan landasan dalam menyusun butir pernyataan:

Tabel 4
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Kepemimpinan Transformasional (X1)

No. Item Jumlah


Variabel Indikator Deskriptor (+) (-) Butir
Kepemimpinan 1. Idealized 1. Menimbulkan rasa 1, 2 3 3
Transformasional Influence hormat (respect).
(X1) (Kharismatik) 2. Menimbulkan rasa 4, 5 6 3
percaya diri (trust).
3. Saling berbagi resiko, 7, 8 9 3
melalui pertimbangan
atas kebutuhan para
guru.
2. Inspiration 1. Menyediakan tantangan 10,11 12 3
Motivation bagi pekerjaan yang
(Inspiratif) dilakukan guru.
2. Membangkitkan
antusiasme dan 13, 14 15 3
optimism guru.
3. Melaksanakan
komitmen terhadap 16, 17 18 3
sasaran organisasi.

31
No. Item Jumlah
Variabel Indikator Deskriptor (+) (-) Butir
Kepemimpinan 3. Intelectual 1. Mempraktikan inovasi. 19, 20 21 3
Transformasional Stimulation 2. Sikap dan perilakunya 22, 23 24 3
(X1) (Stimulasi didasarkan pada ilmu
Intelektual) pengetahuan yang
berkembang.
3. Secara intelektual ia 25, 26 27 3
mampu
menerjemahkannya
dalam bentuk kinerja
yang produktif.
4. Individualized 1. Penuh perhatian 28, 29 30 3
terhadap para guru.
Consideration
2. Memberikan perhatian
(Kepekaan 31, 32 33 3
khusus kepada
Individu)
kebutuhan prestasi dan
kebutuhan para guru.
3. Memberikan dukungan
dan bimbingan kepada
34, 35 36 3
guru dengan
memperhatikan individu

Tabel 5
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Motivasi Kerja (X2)

No. Item Jumlah


Variabel Indikator Deskriptor (+) (-) Butir
Motivasi Kerja (X2) 1. Kebutuhan 1. Melakukan sesuatu 1, 2 3 3
berprestasi dengan cara baru dan
(need for kreatif
achievement) 2. Pengambil resiko 4, 5 6 3
3. Bertanggung jawab 7, 8 9 3
2. Kebutuhan 1. Lebih suka bekerja 10, 11 12 3
berafiliasi sama daripada
(need for berkompetisi
affiliation) 2. Menyukai 13, 14 15 3
persahabatan
3. Hubungan baik 16, 17 18 3
sesama rekan kerja
3. Kebutuhan 1. Selalu belajar dan 19, 20 21 3
untuk menggunakan umpan
menguasai balik
sesuatu 2. Senang dengan tugas
22, 23 24 3
yang diberikan
(need
3. Kesempatan dalam
for power) 25, 26 27 3
kenaikan jabatan

32
Tabel 6
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Variabel Kinerja Guru (Y)

No. Item Jumlah


Variabel Indikator Deskriptor (+) (-) Butir
Kinerja Guru (Y) 1. Merencanakan 1. Menyusun program 1, 2 3 3
proses belajar perencanaan
mengajar pembelajaran.
2. Mempersiapkan 4, 5 6 3
media
pembelajaran.
3. Mempersiapkan alat 7, 8 9 3
peraga.
2. Melaksanakan 1. Membuka pelajaran. 10, 11 12 3
proses belajar 2. Menyampaikan 13, 14 15 3
mengajar materi.
3. Menutup 16, 17 18 3
pembelajaran.
3. Mengevaluasi 1. Melaksanakan tes. 19, 20 21 3
atau menilai 2. Mengolah penilaian. 22, 23 24 3
pembelajaran 3. Melaksanakan 25, 26 27 3
program perbaikan
dan pengayaan
pengajaran.

4. Uji Coba Instrumen (Kalibrasi)

Instrumen penelitian yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu

untuk mengetahui kesahihan dan kehandalannya. Jumlah responden uji

coba sebanyak 30 (tiga puluh) orang guru SMK Negeri di Kota Palembang,

di luar populasi dan sampel yang ditentukan. Jumlah ini dianggap sudah

memenuhi syarat untuk diuji coba. Uji coba instrumen dilakukan dengan

langkah-langkah: (a) membagikan angket pada guru, (b) memberikan

keterangan tentang cara pengisian angket, (c) para guru melakukan

pengisian angket, dan (d) setelah guru selesai mengisi angket, segera

dikumpulkan kembali.

33
Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan

dan kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item pernyataan angket,

baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun dalam

pernyataan dan jawaban tersebut. Uji coba dilakukan untuk analisis

terhadap instrumen sehingga diketahui sumbangan butir-butir pernyataan

terhadap indikator yang telah ditetapkan pada masing-masing variabel.

Selanjutnya untuk memperoleh butir pernyataan pada valid dan reliabel

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

a. Pengujian Validitas

Pengujian validitas instrumen dapat diketahui melalui

perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment

terhadap nilai-nilai antara variabel X dan variabel Y. Seperti yang

diungkapkan Sugiyono, (2008: 95).

Keterangan:
r = pearson r correlation coefficient
N = jumlah sampel

Selanjutnya dihitung dengan uji t atau uji signifikansi. Uji ini

adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan

terhadap variable Y. Uji signifikasi ini dengan menggunakan rumus

yang dikemukakan oleh Arikunto (2002), yaitu:

thitung =

Keterangan:
r = Koefisien Korelasi
n = Jumlah responden
t = Uji signifikansi

34
Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05, dengan keputusan, jika thitung >

ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung < ttabel berarti tidak valid.

Pelaksanaan perhitungan uji validitas pada penelitian ini penulis

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution) for Windows versi 16. Karena jumlah sampel 30, maka nilai

rtabel sebesar 0,361 oleh karena itu, suatu item dikatakan valid apabila

rhitung ≥ 0,361.

Hasil uji validitas instrumen yang mengukur ketiga variabel

adalah sebagai berikut.

a. Kepemimpinan Transformasional

Hasil uji validitas terhadap 36 item pertanyaan yang

mengukur Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

adalah sebagai berikut.

Tabel 7
Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional

Butir No Tabel r hitung Tabel r tabel Keterangan


Butir 1 0,830 0,361 Valid
Butir 2 0,830 0,361 Valid
Butir 3 0,854 0,361 Valid
Butir 4 0,743 0,361 Valid
Butir 5 0,830 0,361 Valid
Butir 6 0,854 0,361 Valid
Butir 7 0,222 0,361 Tidak Valid
Butir 8 0,030 0,361 Tidak Valid
Butir 9 0,238 0,361 Tidak Valid
Butir 10 0,517 0,361 Valid
Butir 11 0,488 0,361 Valid
Butir 12 0,552 0,361 Valid
Butir 13 0,445 0,361 Valid
Butir 14 0,830 0,361 Valid
Butir 15 0,552 0,361 Valid
Butir 16 0,517 0,361 Valid
Butir 17 0,242 0,361 Tidak Valid

35
Butir 18 -0,209 0,361 Tidak Valid
Butir 19 0,854 0,361 Valid
Butir 20 0,854 0,361 Valid
Butir 21 0,552 0,361 Valid
Butir 22 0,854 0,361 Valid
Butir 23 0,854 0,361 Valid
Butir 24 0,552 0,361 Valid
Butir 25 0.854 0,361 Valid
Butir 26 0,111 0,361 Tidak Valid
Butir 27 0,111 0,361 Tidak Valid
Butir 28 0,552 0,361 Valid
Butir 29 0,445 0,361 Valid
Butir 30 0,830 0,361 Valid
Butir 31 0,552 0,361 Valid
Butir 32 0,517 0,361 Valid
Butir 33 0,488 0,361 Valid
Butir 34 0,552 0,361 Valid
Butir 35 -0,098 0,361 Tidak Valid
Butir 36 0,030 0,361 Tidak Valid

Dari nilai pearson correlation variabel kepemimpinan

transformasional pada tabel 7 dapat dilihat 27 item kuisioner

tidak digugurkan karena item kuisioner tersebut memiliki nilai

pearson correlation > 0,361 dan 9 item digugurkan karena item

kuisioner tersebut memiliki nilai pearson correlation < 0,361.

Pengambilan kesimpulan ini dilakukan dengan membandingkan

nilai r hitung dengan r tabel. Semua nilai r hitung >r tabel sebesar 0,361

(Kesumawati, 2017: 177) dengan tingkat signifikan 0,05. Data

lengkap peneliti lampirkan pada lampiran 2 halaman 143.

b. Motivasi Kerja

Hasil uji validitas terhadap 27 item pertanyaan yang

mengukur Motivasi Kerja adalah sebagai berikut.

36
Tabel 8
Uji Validitas Motivasi Kerja

Butir No Tabel r hitung Tabel t tabel Keterangan


Butir 1 0,870 0,361 Valid
Butir 2 0,870 0,361 Valid
Butir 3 0,891 0,361 Valid
Butir 4 0,788 0,361 Valid
Butir 5 0,870 0,361 Valid
Butir 6 0,891 0,361 Valid
Butir 7 0,870 0,361 Valid
Butir 8 0,870 0,361 Valid
Butir 9 0,891 0,361 Valid
Butir 10 0,467 0,361 Valid
Butir 11 0,433 0,361 Valid
Butir 12 0,549 0,361 Valid
Butir 13 0,398 0,361 Valid
Butir 14 0,870 0,361 Valid
Butir 15 0,549 0,361 Valid
Butir 16 0,467 0,361 Valid
Butir 17 0,433 0,361 Valid
Butir 18 0,549 0,361 Valid
Butir 19 0,891 0,361 Valid
Butir 20 0,891 0,361 Valid
Butir 21 0,549 0,361 Valid
Butir 22 0,891 0,361 Valid
Butir 23 0,891 0,361 Valid
Butir 24 0,549 0,361 Valid
Butir 25 0,891 0,361 Valid
Butir 26 0,891 0,361 Valid
Butir 27 0,549 0,361 Valid

Dari nilai pearson correlation variabel motivasi kerja pada

tabel 8 dapat dilihat 27 item kuisioner tidak digugurkan karena

semua item kuisioner tersebut memiliki nilai pearson correlation

> 0,361. Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item motivasi

kerja (27 item) adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini

dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.

Semua nilai r hitung > r tabel sebesar 0,361 (Kesumawati, 2017:

37
177) dengan tingkat signifikan 0,05. Data lengkap peneliti

lampirkan pada lampiran 6 halaman 166.

c. Hasil Uji Validitas Kinerja Guru

Hasil uji validitas terhadap 27 item pertanyaan yang

mengukur Kinerja Guru adalah sebagai berikut.

Tabel 9
Uji Validitas Kinerja Guru

Butir No Tabel r hitung Tabel r tabel Keterangan


Butir 1 0,870 0,361 Valid
Butir 2 0,870 0,361 Valid
Butir 3 0,891 0,361 Valid
Butir 4 0,788 0,361 Valid
Butir 5 0,870 0,361 Valid
Butir 6 0,891 0,361 Valid
Butir 7 0,870 0,361 Valid
Butir 8 0,870 0,361 Valid
Butir 9 0,891 0,361 Valid
Butir 10 0,467 0,361 Valid
Butir 11 0,433 0,361 Valid
Butir 12 0,549 0,361 Valid
Butir 13 0,398 0,361 Valid
Butir 14 0,870 0,361 Valid
Butir 15 0,549 0,361 Valid
Butir 16 0,467 0,361 Valid
Butir 17 0,433 0,361 Valid
Butir 18 0,549 0,361 Valid
Butir 19 0,891 0,361 Valid
Butir 20 0,891 0,361 Valid
Butir 21 0,549 0,361 Valid
Butir 22 0,891 0,361 Valid
Butir 23 0,891 0,361 Valid
Butir 24 0,549 0,361 Valid
Butir 25 0,891 0,361 Valid
Butir 26 0,891 0,361 Valid
Butir 27 0,549 0,361 Valid

Dari nilai pearson correlation variabel kinerja guru pada

tabel 9 dapat dilihat 27 item kuisioner tidak digugurkan karena

38
semua item kuisioner tersebut memiliki nilai pearson correlation

> 0,361. Dari tabel di atas terlihat bahwa seluruh item kinerja

guru (27 item) adalah valid. Pengambilan kesimpulan ini

dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel.

Semua nilai r hitung > r tabel sebesar 0,361 (Kesumawati, 2017:

177) dengan tingkat signifikan 0,05. Data lengkap peneliti

lampirkan pada lampiran 10 halaman 183.

b. Perhitungan Reliabilitas

Menurut Arikunto (2002: 170), reliabilitas menunjuk pada

pengertian bahwa cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah cukup baik.

Maksud dapat dipercaya disini bahwa data yang dihasilkan harus

memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Setelah diketahui kevaliditasan item diuji juga reliabilitas item

angket. reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu

instrumen. Reliabilitas tes berkenaan dengan pertanyaan, apakah

suatu item dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Arifin yang menyatakan

bahwa suatu item dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan

hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (2009:

43).

Dalam penelitian ini, langkah-langkah pengujian reliabilitas

angket dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0. Adapun kaidah

pengambilan keputusan adalah jika rhitung > rtabel maka instrument

reliabel, dan jika rhitung < rtabel maka instrument tidak reliabel.

39
Untuk mencari reliabilitas tes bias juga menggunakan rumus

Hyot. Rumusnya sebagai berikut.

=1- atau =

Keterangan:
= Reliabilitas seluruh soal
Vr = Varians responden
Vs = Varians sisa

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.

Langkah 1 mencari jumlah kuadrat responden dengan rumus

sebagai berikut.

= –

Keterangan:
= jumlah kuadrat responden
= skor total tiap resonden
k = banyaknya item
N = banyaknya responden atau subjek

Langkah 2 mencari jumlah kuadrat item dengan rumus sebagai

berikut.

= –

Keterangan:
= jumlah kuadrat item
= jumlah kuadrat jawab benar seluruh item
(∑ = kuadrat dari jumlah skor total

Langkah 3 mencari jumlah kuadrat total dengan rumus sebagai

berikut.

40
=

Keterangan:
= jumlah kuadrat total
= jumlah jawab benar seluruh item
= jumlah jawaban salah seluruh item

Langkah 4 mencari jumlah kuadrat sisa, dengan rumus sebagai

berikut.

Langkah 5 mencari Varians responden dan varian sisa dengan

tabel F. Dalam mencari Varians ini diperlukan d. b (derajat

kebebasan) dari masing-masing sumber varians kemudian d. b

ini digunakan sebagai penyebut terhadap setiap jumlah kuadrat

untuk memperoleh variansi.

db = banyaknya N setiap sumber variansi dikurangi 1.

Jadi variansi =

Langkah 6 memasukkan ke dalam rumus .

Acuan yang digunakan untuk menentukan soal tersebut reliabel

atau tidaknya adalah dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r

product moment sehingga dapat diketahui signifikan tidaknya

korelasi tersebut. Jika harga r lebih kecil dari harga kritik dalam

tabel, maka korelasi tersebut tidak signifikan. Begitu juga

sebaliknya. Menurut sugiyono untuk melihat tingkat reliabilitas

41
dapat dilihat dengan menggunakan rtabel. Apabila rhitung > rtabel

maka dapat dikatakan reliabel.

Tabel 10
Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Alpha Cronbach Keterangan


Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,915 Reliabel
Motivasi Kerja (X2) 0,946 Reliabel
Kinerja Guru (Y) 0,946 Reliabel

Pengujian reliabilitas instrumen kepemimpinan

transformasional diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar 0,915,

rhitung = 0,915 > rtabel = 0,361. Data lengkap peneliti lampirkan

pada lampiran 5 halaman 165.

Motivasi kerja diperoleh nilai Alpha Cronbach sebesar

0,946, rhitung = 0,946 > rtabel = 0,361. Data lengkap peneliti

lampirkan pada lampiran 9 halaman 182.

Sedangkan kinerja guru diperoleh Alpha Cronbach

sebesar 0,946. rhitung = 0,946 > rtabel = 0,361. Data lengkap

peneliti lampirkan pada lampiran 13 halaman 197.

Nilai Alpha Cronbach untuk instrumen kepemimpinan

transformasional kepala sekolah, motivasi kerja dan kinerja guru

menunjukkan > rtabel = 0,361 maka dapat disimpulkan bahwa

ketiga variabel dinyatakan reliabel.

c. Kelayakan Para Ahli

Uji kelayakan para ahli dimaksudkan untuk mengetahui respon

terhadap instrumen berupa kuisioner yang sudah dibuat. Uji

42
kelayakan ini diberikan kepada tiga dosen untuk menjadi validator

yang telah dipilih untuk membaca, memeriksa, dan menelaah

instrumen penelitian berupa kuisioner dalam penelitian tesis dengan

judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Palembang”.

Pengujian pertama dilakukan oleh Dr. Yulia Trisamiha, M.Pd.,

berasal dari Instansi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden

Fatah Palembang, dengan jabatan Ketua Prodi Manajemen

Pendidikan Islam. Pada tanggal 19 Juli 2017 telah memerhatikan

instrumen yang telah dibuat, maka instrumen tersebut layak

digunakan dengan masukan sebagai berikut: 1) perbaiki pertanyaan

yang mengandung dua pernyataan; dan 2) kesesuaian antara

instrumen dan variabel. Dengan demikian, instrumen ini dapat

digunakan dengan revisi kecil.

Pengujian kedua dilakukan oleh Dr. H. Bukman Lian, M.M.,

M.Si., berasal dari instansi YPLP-PT PGRI Provinsi sumatera Selatan,

dengan jabatan sebagai ketua. Pada tanggal 14 Juli 2017 telah

memerhatikan instrumen yang telah dibuat, maka instrumen tersebut

layak digunakan tanpa revisi.

Pengujian ketiga dilakukan oleh Dr. Dessy Wardiah, M.Pd.,

berasal dari Instansi Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.

Pada tanggal 11 Juli 2017 telah memerhatikan instrumen yang telah

dibuat, maka instrumen tersebut layak digunakan tanpa revisi.

Sehubungan dengan proses selesainya uji kelayakan para ahli

terhadap instrumen berupa kuisioner dalam penelitian tesis dengan

43
judul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Palembang” telah

memerhatikan instrumen yang telah dibuat, maka instrumen tersebut

dapat digunakan tanpa revisi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Nazir (2003: 328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan

alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian. Data yang

dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan

beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Maka

dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi

dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2008: 98) Studi dokumentasi dalam pengumpulan

data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara pengumpulan data dengan

mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting. Studi

Dokumentasi diajukan untuk memperoleh data langsung dari instansi atau

lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan yang relevan.

2. Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2013: 193).

Menurut Nazir (2003: 203) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang cukup

terperinci dan lengkap. Angket disebarkan pada responden dalam hal ini

sebanyak 193 responden.

44
Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa

(a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau

pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan

cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden

mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan

untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan

dalam waktu yang tepat. Indikator-indikator yang merupakan jabaran dari

variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi

berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru merupakan materi pokok

yang diramu menjadi sejumlah pernyataan didalam angket.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial,

yaitu uji korelasi linier sederhana, korelasi linier ganda, uji t dan uji F. Inferensi

adalah proses yang berasal kesimpulan logis dari premis-premis yang diketahui

atau dianggap benar. Statistika induktif digunakan untuk membuat inferensi

terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel (Kesumawati dan

Aridanu, 2017: 2). Statistik ini disebut statistik probabilitas, karena kesimpulan

yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya

bersifat peluang (Sugiyono, 2013: 78).

Berikut adalah rumus yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Analisis Korelasi Linier Sederhana

Menurut Sugiyono dalam Kesumawati (2017: 117), rumus analisis

korelasi linier sederhana adalah sebagai berikut.

nXY X  Y
R
n X 2
  X 
2
n Y 2
  Y 
2

45
Keterangan:
n = Jumlah responden
XY = Jumlah perkalian X dan Y
X = Jumlah skor tiap butir
Y = Jumlah skor total
X2 = Jumlah skor X dikuadratkan
Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan

2. Analisis Korelasi Linier Ganda


2 2
r  r yx2  2 ryx1 ryx2 rx1x2
yx1
R yx1x2  2
1 rx1 x2

Keterangan:
Ryx1x2 = koefisien korelasi ganda antara variabel x1 dan x2
ry1 = koefisien korelasi Y terhadap x1
ry2 = koefisien korelasi Y terhadap x2
rx12 = koefisien korelasi x1 terhadap X2

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Menurut Sugiyono dalam kesumawati (2017: 117), rumus

analisis regresi linier sederhana adalah sebagai berikut.

Keterangan:
Ŷ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari regresi
α = Konstanta, apabila harga X = 0
b = Koefisien regresi
X = Harga variabel X

b. Analisis Regresi Linier Ganda

Menurut Sugiyono dalam kesumawati (2017: 117), rumus

analisis regresi linier ganda adalah sebagai berikut.

46
Y = subjek variabel terikat yang diproyeksikan
X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu
untuk diprediksikan
a = nilai konstanta
b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi)
yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai
penurunan (-) variabel y

Bila harga b positif, maka variabel Y akan mengalami

peningkatan. Sebaliknya bila harga b negatif, maka variabel Y akan

mengalami penurunan. Selain itu, kaidah pengujian regresi ganda

yaitu sebagai berikut:

Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel

Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel

Untuk membantu analisis data, kegiatan penghitungan statistik

menggunakan program SPSS (Statistical Package of Social Science)

16.0. dan Microsoft Office Excel 2007 sehingga dapat diperoleh

perhitungan statistikdeskriptif seperti mean, deviasi standar, skor

minimum, skor maksimum, dan distribusi frekuensinya.

c. Uji t

Menurut Sugiyono dalam Kesumawati (2017: 120) pengujian

signifikan dari regresi liner sederhana dengan menggunakan uji t

sebagai berikut.

thitung =

Keterangan:
t = nilai thitung
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden

47
d. Uji F

Menurut Sugiyono dalam Kesumawati (2017: 141) pengujian

signifikan dari regresi liner sederhana dengan menggunakan uji f

sebagai berikut.
R 2 (n  m 
Fhit 
1)
m.(1  R 2 )

Keterangan :
2
R = Nilai Korelasi
n = Jumlah Sampel
m = Jumlah variabel bebas

Untuk mengetahui apakah analisis data untuk pengujian

hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak maka dilakukan uji prasyarat

analisis. Uji prasyarat analisis merupakan salah satu bagian yang

diperlukan dalam menganalisis data. Beberapa teknik analisis data

menuntut uji prasyarat analisis. Analisis varian mempersyaratkan

bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun

uji prasyarat yang digunakan yaitu sebagai berikut.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan

menentukan analisis dan menentukan apakah pengolahan data

menggunakan parametrik atau non parametrik. Untuk

pengolahan data parametrik, data yang dianalisis harus

berdistribusi normal, sedangkan pengolahan data non

parametrik data yang dianalisis berdistribusi tidak normal.

Pengujian ini bertujuan untuk apakah ketiga variabel penelitian

tersebut memiliki penyebaran data yang normal atau tidak. Uji

48
normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan program

komputer SPSS.16.0, atau dapat pula menggunakan rumus Chi

Kuadrat:

Keterangan:
2
X = Chi Kuadrat yang dicari
O1 = Frekuensi hasil penelitian
E1 = Frekuensi

2. Uji Linieritas Data

Disamping uji normalitas perlu dilakukan uji linearitas

terhadap data yang dikumpulkan dengan cara persamaan garis

regresi/ regresi ganda. Apabila nilai F yang dapat/ diamati lebih

besar dari nilai F table pada taraf signifikasi ( ) = 0, 05 maka

dapat dikatakan linear.

G. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik didefinisikan sebagai pernyataan matematis tentang

parameter populasi yang akan diuji sejauh mana suatu data sampel mendukung

kebenaran hipotesis tersebut. Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang

masih harus diuji kebenarannya.

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kepemimpinan

Transformasional terhadap Kinerja Guru

H0: ρ = 0

Ha: ρ > 0

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

transformasional terhadap kinerja guru

49
Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

Transformasional terhadap kinerja guru

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Motivasi Kerja

terhadap Kinerja Guru

H0: ρ = 0

Ha: ρ > 0

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja

Terhadap kinerja guru

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja

Terhadap kinerja guru

3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kepemimpinan

Transformasional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru

H0: ρ = 0

Ha: ρ > 0

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

Transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama

terhadap kinerja guru

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama

terhadap kinerja guru

50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk

memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh

di lapangan. Data yang disajikan berupa data mentah yang diolah dengan

menggunakan teknik statistik deskripsi. Adapun dalam deskripsi data yang ada

ini akan disajikan berupa distribusi frekuensi. Deskripsi berguna untuk

menjelaskan penyebaran data menurut frekuensinya, untuk menjelaskan

kecendrungan tengah, dan untuk menjelaskan pola penyebaran (maksimum-

minimum) untuk menjelaskan pola penyebaran. Data penelitian ini terdiri dari tiga

variabel yaitu data variabel Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja dan

Kinerja guru. Data tersebut dideskripsikan sebagai berikut.

Tabel 11
Hasil Analisis Deskriptif
Skor Skor
Variabel Mean Median Standar
Terendah Tertinggi Deviasi
Kepemimpinan Transformasional 88 123 102.12 102,00 6.130
Motivasi Kerja 88 127 102.35 102,00 6.221
Kinerja Guru 88 127 102.51 102,00 6.197

1. Kepemimpinan Transformasional

Dari jawaban responden diperoleh skor terendah 88 dan skor tertinggi

123, mean 102,12, median 102,00 dan simpangan baku 6,130. Hasil

perhitungan tersbut menunjukkan bahwa selisih skor rata-rata dan median

tidak melebihi satu simpangan baku. Ini berarti bahwa distribusi frekuensi

data kinerja guru cenderung normal.

51
1. Mean (Rata-rata)

2. Standar Deviasi (SD)

3. Banyak Data (n) 193


4. Data Terbesar 123
5. Data Terkecil 88
6. Range (R) R = Data Terbesar – Data Terkecil
= 123 – 88
= 35
7. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 7,54
= 8,54
= dibulatkan menjadi 9
8. Panjang Kelas (P) P = R/ K
= 35/ 9
= 3,88
= dibulatkan menjadi 4
9. Ujung Bawah Kelas Min = 88
Pertama
10.
Nilai
88-91 Freku4
ensi (f) Kumu
4 latif
92-95 24 28
96-99 41 69
100-103 43 112
104-107 38 150
108-111 30 180
112-115 11 191
116-119 1 192
120-123 1 193

Tb = 103,5
n = 193
F = 112
fm = 38
11. Median
Median = Tb + .p

= 103,5 + .4
= 103,5 + (-0,407) .4
= 103,5 – 1,628
= 101,87 = 102

52
12. Modus Tb = 99,5
d1 = 43 - 41 = 2
d2 = 43 - 38 = 5
c =4

Mo =
= 99,5 +
= 99,5 + 1,142
= 100,6 = 101

Tabel 12
Distribusi Frekuensi Data Kepemimpinan Transformasional

Kelas Interval Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif


88-91 4 4 2,07
92-95 24 28 12,43
96-99 41 69 21,24
100-103 43 112 22,27
104-107 38 150 19,69
108-111 30 180 15,6
112-115 11 191 5,68
116-119 1 192 0,51
120-123 1 193 0,51
Total 193 100, 00

2. Motivasi Kerja

Dari jawaban responden diperoleh skor terendah 88 dan skor tertinggi

127, mean 102,35, median 102,00 dan simpangan baku 6,221. Hasil

perhitungan tersbut menunjukkan bahwa selisih skor rata-rata dan median

tidak melebihi satu simpangan baku. Ini berarti bahwa distribusi frekuensi

data kinerja guru cenderung normal.

1. Mean (Rata-rata)

2. Standar Deviasi (SD)

53
3. Banyak Data (n) 193
4. Data Terbesar 127
5. Data Terkecil 88
6. Range (R) R = Data Terbesar – Data Terkecil
= 127 – 88
= 39
7. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 7,54
= 8,54
= dibulatkan menjadi 9
8. Panjang Kelas (P) P = R/ K
= 39/ 9
= 4,33
= dibulatkan menjadi 5
9. Ujung Bawah Kelas Min = 88
Pertama
10. 88Nil
–ai92 Freku9
ensi (f) Kumu
9 latif
93 – 97 40 49
98 - 102 51 100
103 - 107 48 148
108 - 112 38 186
113 - 117 6 192
118 - 122 0 192
123 - 127 1 193
128 - 132 0 193

Tb = 107,5
n = 193
F = 148
fm = 38
11. Median
Median = Tb + .p

= 107,5 + .5
= 107,5 + (-1,355). 5
= 103,5 – 6,77
= 100,73 = 101

12. Modus Tb = 97,5


d1 = 51 - 40 = 11
d2 = 51 - 48 = 3
c =5

Mo =
= 97,5 +
= 99,5 + 3,92

54
= 101,42

Tabel 13
Distribusi Frekuensi Data Motivasi Kerja

Kelas Interval Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif


88 - 92 9 9 4,66
93 - 97 40 49 20,72
98 - 102 51 100 26,42
103 - 107 48 148 24,9
108 - 112 38 186 19,7
113 - 117 6 192 3,10
118 - 122 0 192 0
123 - 127 1 193 0,5
128 - 132 0 193 0
Total 193 100,00

3. Kinerja Guru

Dari jawaban responden diperoleh skor terendah 88 dan skor tertinggi

127, mean 102.51, median 102,00 dan simpangan baku 6,197. Hasil

perhitungan tersbut menunjukkan bahwa selisih skor rata-rata dan median

tidak melebihi satu simpangan baku. Ini berarti bahwa distribusi frekuensi

data kinerja guru cenderung normal.

1. Mean (Rata-rata)

2. Standar Deviasi (SD)

3. Banyak Data (n) 193


4. Data Terbesar 127
5. Data Terkecil 88
6. Range (R) R = Data Terbesar – Data Terkecil
= 127 – 88
= 39

55
7. Banyak Kelas (K) K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 7,54
= 8,54
= dibulatkan menjadi 9
8. Panjang Kelas (P) P = R/ K
= 39/ 9
= 4,35
= dibulatkan menjadi 5
9. Ujung Bawah Kelas Min = 88
Pertama
10.
Nilai Frekuensi (f) Kumulatif
88 – 92 8 8
93 – 97 40 48
98 – 102 50 98
103 – 107 50 148
108 – 112 36 184
113 – 117 8 192
118 – 122 0 192
123 – 127 1 193
128 – 132 0 193
Tb = 107,5
n = 193
F = 148
fm = 36
11. Median
Median = Tb + .P

= 107,5 + .5
= 107,5 + (-1,430) .5
= 103,5 – 7,15
= 100,35

12. Modus Tb = 97,5


d1 = 50 - 40 = 10
d2 = 50 - 50 = 0
c =5

Mo =
= 97,5 +
= 99,5 + 5
= 102,5

Tabel 14
Distribusi Frekuensi Data Kinerja Guru

Kelas Interval Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif

56
88 - 92 8 8 4,14
93 - 97 40 48 20,72
98 - 102 50 98 25,90
103 - 107 50 148 25,90
108 - 112 36 184 18,7
113 - 117 8 192 4,14
118 - 122 0 192 0
123 - 127 1 193 0,5
128 - 132 0 193 0
Total 193 100, 00

B. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan karena merupakan persyaratan penting

dalam analisis data berikutnya. Pengujian kenormalan data dimasukkan

untuk menguji asumsi bahwa rata-rata sampel mendekati kenormalan

populasi. Kegunaannya untuk mengetahui dan memberikan keyakinan

apakah data dapat diolah dengan teknik regresi analisis.

Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan tes

Kolmogrof Smirnov (Tes K-S), dengan menetapkan taraf signifikan 5% atau

α = 0,05 (Sudjana, 2009: 280). Data dapat dikatakan berdistribusi normal

jika taraf signifikan (Asymp. Sig) > 0,05. Namun jika taraf signifikan

(Asymp. Sig) < 0, 05 maka data tidak berdistribusi normal. Hasil

pemeriksaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 15
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kepemimpinan Transformasional,
Motivasi Kerja dan Kinerja Guru
Variabel Nilai Sig. Asymp Uji Pengujian Keterangan
Kolmogorov Smirnov
Kepemimpinan 0,200 0, 05 Normal
Transformasional (X1)
Motivasi Kerja (X2) 0,200 0, 05 Normal

Kinerja Guru (Y) 0,069 0, 05 Normal

57
Hasil perhitungan normalitas variabel kepemimpinan transformasional

(X1) dan motivasi kerja (X2) terhadap kinerja guru (Y) dapat disimpulkan

sebagai berikut.

a. Data kepemimpinan transformasional (X1) memiliki nilai signifikan

0,200 > 0,05 dengan demikian data berdistribusi normal. Data lengkap

peneliti lampirkan pada lampiran 18 halaman 225

b. Data motivasi kerja (X2) memiliki nilai signifikan 0,200 > 0,05 dengan

demikian data berdistribusi normal. Data lengkap peneliti lampirkan

pada lampiran 19 halaman 228.

c. Data kinerja guru (Y) memiliki nilai signifikan 0,069 > 0,05 dengan

demikian data berdistribusi normal. Data lengkap peneliti lampirkan

pada lampiran 20 halaman 231.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja, memiliki hubungan

yang linear atau tidak dengan kinerja guru.

Linearitas dihitung untuk mengetahui apakah garis regresi antara X

dan Y membentuk garis linear atau tidak. Kalau tidak linear maka analisis

regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2009: 265). Pedoman yang

digunakan untuk menentukan derajat kelinieran adalah dengan melihat

hasil analisis pada lajur deviation from linearity, sedangkan untuk

menentukan keberartian arah regresinya dengan memperhatikan hasil

analisis pada lajur linearity. Jika nilai sig. Dev from Linearity lebih besar dari

0,05 maka hubungan variabel bebas dengan variabel terikat linear.

58
Sebaliknya, hubungan kedua variabel tidak linear jika nilai sig. dari Linearity

kurang dari 0,05. Hasil perhitungan linearity ditunjukkan seperti berikut.

Tabel 16
Rangkuman Hasil Uji Linieritas Data Kepemimpinan Transformasional,
Motivasi Kerja dan Kinerja Guru

No Hubungan variabel Sig.Dev.From Sig.Linearity Kesimpulan


bebas dengan variabel Linearity
terikat
1 X1-Y 0,107 > 0,05 0,00 < 0,05 Linier
2 X2-Y 0,595 > 0,05 0,00 < 0,05 Linier

Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji linearitas menunjukan bahwa

antara variabel Kepemimpinan Transformasional dan variabel Kinerja Guru

adalah 0,107. Karena nilai 0,107 > 0,05 maka hubungan kedua variabel

tersebut dikatakan linear. Data lengkap peneliti lampirkan pada lampiran 21

halaman 234.

Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji linearitas menunjukan bahwa

antara variabel Motivasi Kerja dan variabel Kinerja Guru adalah 0,595.

Karena nilai 0,595 > 0,05 maka dapat hubungan kedua variabel tersebut

dikatakan linear. Data lengkap peneliti lampirkan pada lampiran 22

halaman 235.

C. Pengujian Hipotesis

1. Hipotesis Pertama

Hipotesis statistik didefinisikan sebagai pernyataan matematis tentang

parameter populasi yang akan diuji sejauh mana suatu data sampel

mendukung kebenaran hipotesis tersebut. Hipotesis merupakan

kesimpulan sementara yang masih harus diuji kebenarannya. Hipotesis

pertama yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

59
Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kepemimpinan

Transformasional terhadap Kinerja Guru

Ha: ρ > 0

H0: ρ = 0

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

Transformasional terhadap kinerja guru

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

transformasional terhadap kinerja guru

untuk menguji hipotesis ini dilakukan analisis korelasi yang dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17
Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kepemimpinan Transformasional (X1)
terhadap Kinerja guru (Y)
Korelasi Koefisien Koefisien F Change P
Korelasi (r) Determinasi/ R
2
Square/ R
Rxy 0,991 0,982 1,066 0,000

N
r xy =
2 2

2019789
= 2020086 2035593
2019789
= 4112072920998

2019789
= 2027824 677

= 0,99

2
Koefisien Determinasi/ R Square/ R
2 2
R = 0,99

60
= 0,981
= 0,981 x 100 = 98,1 %

Hasil perhitungan pada tabel menunjukkan bahwa koefisien korelasi

antara kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru adalah

sebesar 0,991 dengan p < α 0,05. Hasil uji signifikansi korelasi (rxy) =

0,991 dan Fhitung (Fchange) = 1,066 dengan p-value = 0,000 < 0,05. Hal ini

berarti Ho ditolak. Dengan demikian, koefisien korelasi X1 dan Y adalah

berarti atau signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat dijelaskan

bahwa kepemimpinan transformasional berkorelasi signifikan terhadap

kinerja guru, dan bentuk hubungannya positif dengan koefisien

determinasi = 0,982. Angka ini akan diubah ke bentuk persen yang

artinya persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap

2
dependen. Nilai R sebesar 0,982 artinya persentase sumbangan

pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja sebesar 98,2%,

sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan

dalam model ini. Rangkuman hasil analisis uji keberartian persamaan

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 18
Uji Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .181 .993 .182 .856
X1 1.002 .010 .991 103.238 .000

r= n 2
t=
1 r 2
0 991 193 2
=
1 0 991 2

61
0 991 191
= 1 0 982081
13 6958
= 0 133861
= 102,31362

a. Menghitung data ke dalam rumus berikut.

= –

= 2020086 –

= 2020086 –
=
=

= –

= 2035593 –

= 2035593 –
= 2035593 – 2028218,7823834
= 7374,2176166 = 7374,218

= –

= 2027760 –
= 2027760 – 2020530,3108808
= 7229,6891192

b. Menghitung nilai b dengan rumus sebagai berikut.

b = = = 1,002035 = 1,002

c. Menentukan nilai a dengan rumus sebagai berikut.


x = = = 102,124

Y = = = 102,512

62
Dari perhitungan di atas, maka diperoleh nilai α sebagai berikut.
a = Y - b. x = 102,512 – 1,002. (102,124) = 0,183752 = 0,181

d. Selanjutnya menentukan persamaan regresi linier sederhana dengan

rumus sebagai berikut.

Y = a + bX

= 0,181 + 1,002 X

Pada tabel terlihat harga t koefisien regresi 103,238 taraf signifikan

0,000. ttabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05/ 2 =

0,025 pada derajat kebebasan df = n – k atau 193 – 2 = 191, hasil diperoleh

untuk ttabel sebesar 1,972 (lihat pada lampiran 24 ttabel halaman 237). Jika

thitung > ttabel (103,238 > 1,972), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja guru.

Berdasarkan tabel diperoleh bahwa nilai konstanta persamaan regresi

a = 0,181 dan nilai koefisien variabel bebas b = 1,002, maka diperoleh

persamaan regresi sebagai berikut.

Y = a + bX

= 0,181 + 1,002 X

Artinya, kinerja guru berpengaruh secara positif dengan

kepemimpinan transformasional. Selain itu, untuk mengetahui kebenaran

pengujian hipotesis, sebagai berikut.

Tabel 19
Uji Simultan
Sumber Jumlah Df Rata-rata F Sig.
Kuadrat Jumlah
Kuadrat

63
Regresi Linear 7244.393 1 7244.393 1.066E4 0,000
Residu Linear 129.825 191 .680
Total 7374.218 192

a. Menentukan Jumlah Kuadrat Total (JKTot) dengan rumus sebagai berikut.


2
JKTot =∑ –

= 2035593 –

= 2035593 –
= 2035593 – 2028218,782384
= 7374,2176166 = 7374,218

b. Menentukan Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg) dengan rumus sebagai berikut.


JKReg = b. ∑xy
= 1,002. (7229,689)
= 7244,393

c. Menentukan Jumlah Kuadrat Residu (JKres) dengan rumus sebagai berikut.


JKRes = JKTot - JKReg
= 7374,218 – 7244,393
= 129,825

d. Mentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg) dengan rumus


sebagai berikut.
RJKReg = JKReg = 7244,393

e. Menentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus


sebagai berikut.
Kres
RJKRes =
129 825
=
= 0,6797120419 = 0,680

f. Menguji hipotesis dengan rumus sebagai berikut.


K eg
Fhit =
K es
7244 393
=
0 6797120419
= 10658,032451138

= 1.0658E+13

64
Pada tabel diperoleh Fhitung sebesar 1,066 dan hasil signifikansi

sebesar 0,000. Ftabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat

signifikansi 0,05 dengan df 2 (n-k-1) atau (193-2-1) = 190 (n adalah jumlah

data dan k adalah jumlah variabel independen), hasil yang diperoleh untuk

Ftabel sebesar 3,04 (lihat Ftabel pada lempiran 26 halaman 239). Jadi dapat

disimpulkan jika Fhitung > Ftabel (1,066 > 3,04) maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak, sehingga Ha diterima, maka kepemimpinan

transformasional berpengaruh terhadap kinerja guru SMK.

Hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa nilai signifikan sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak artinya kepemimpinan

transformasional berpengaruh terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota

Palembang.

Pengujian hipotesis dalam regresi juga dapat dilakukan dengan

menggunakan uji t. dengan kriteria sebagai berikut.

a. Jika nilai probabilitas (signifikan) < 0,05 maka Ho ditolak

b. Jika nilai probabilitas (signifikan) > 0,05 maka Ho diterima

Tabel 20
Uji t

95% Confidence Interval of


Mean the Difference
T Df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
X1 231.441 192 .000 102.124 101.25 102.99

xy 1 002 7229 689


r =
2
y2
= = = 0,982 atau 98,2%
7374 218

65
Berdasarkan hasil perhitungan uji t di atas, maka diperoleh nilai thitung

231.441 dengan derajat kebebasan = n – 1 = 193 – 1 = 192. Nilai signifikan

(probabilitas) untuk 2-tailed = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak (data lampiran

26 halaman 228). Sehingga Ha diterima artinya ada pengaruh

kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota

Palembang. Ha dapat diterima dan telah diuji taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil pengujian di atas semuanya signifikan maka hipotesis

yang menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh

terhadap kinerja guru dapat diterima dalam taraf kepercayaan 95% dan

2
besar pengaruh (R ) 98,2%. Data lengkap peneliti lampirkan pada lampiran

27 halaman 229.

2. Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Motivasi Kerja terhadap

Kinerja Guru.

Ha: ρ > 0

H0: ρ = 0

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap

kinerja guru

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja

Terhadap kinerja guru

Untuk menguji hipotesis ini dilakukan analisis korelasi yang dapat

dilihat pada tabel.

66
Tabel 21
Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Variabel Motivasi Kerja (X2) terhadap
Variabel Kinerja Guru (Y)
Korelasi Koefisien Koefisien F Change P
Korelasi (r) Determinasi/ R
2
Square/ R
Rxy 0,994 0,987 1,480 0,000

N
r xy =
2 2

2032293
= 2029093 2035593
2032293
= 4130407507149
2032293
= 2032340 4013966

= 0,99

2
Koefisien Determinasi/ R Square/ R
2 2
R = 0,99
= 0,98
= 0,98 x 100 = 98 %

Hasil perhitungan pada tabel menunjukkan bahwa koefisien korelasi

antara motivasi kerja terhadap kinerja guru adalah sebesar 0,994 dengan

pvalue < α 0,05. Hasil uji signifikansi korelasi (rxy) = 0,994 dan Fhitung (Fchange) =

1,480 dengan p-value = 0,000 < 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak. Dengan

demikian, koefisien korelasi X2 dan Y adalah berarti atau signifikan.

Sedangkan koefisien determinasi R Square = 0,987, yang mengandung

makna bahwa 98,7 % variabel kinerja guru dapat dipengaruhi oleh variabel

motivasi kerja. Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat dijelaskan bahwa

motivasi kerja berkorelasi signifikan terhadap kinerja guru, dan bentuk

67
hubungannya positif dengan koefisien determinasi = 0,987. Angka ini akan

diubah ke bentuk persen yang artinya persentase sumbangan pengaruh

2
variabel independen terhadap dependen. Nilai R sebesar 0,987 artinya

persentase sumbangan pengaruh lingkungan sekolah terhadap kinerja guru

sebesar 98,7% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model ini.

Rangkuman hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel. Rangkuman

hasil analisis uji keberartian persamaan regresi disajikan dalam tabel.

Tabel 22
Uji Regresi
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.200 .834 1.439 .152
X2 .990 .008 .994 121.668 .000

r= n 2
t=
1 r 2
0 994 193 2
=
1 0 994 2
0 994 191
= 1 0 988036
13 73735
= 0 109380
= 125,59

a. Menghitung data ke dalam rumus berikut.

= –

= 2029093 –

= 2029093 –
=
=

68
= –

= 2035593 –

= 2035593 –
= 2035593 – 2028218,7823834
= 7374,2176166 = 7374,218

= –

= 2032293 –
= 2032293 – 2024938,3678756
= 7354,6321244 = 7354,64

b. Menghitung nilai b dengan rumus sebagai berikut.

b = = = 0,98989 = 0,990

c. Menentukan nilai a dengan rumus sebagai berikut.

x = = = 102,347

Y = = = 102,512

Dari perhitungan di atas, maka diperoleh nilai α sebagai berikut.


a = Y - b. x = 102,5 – 0,990. (102,3) = 1,223 = 1,200

d. Selanjutnya menentukan persamaan regresi linier sederhana dengan

rumus sebagai berikut.

Y = a + bX

= 1,200 + 0,990 X

Pada tabel terlihat harga t koefisien regresi 121,668 taraf signifikan

0,000. ttabel dapat dilihat pada tabel statistik dengan signifikansi 0,05/ 2 =

0,025 pada derajat kebebasan df = n – k atau 193 – 2 = 191, hasil diperoleh

69
untuk ttabel sebesar 1,972 (lihat pada lampiran 30 ttabel halaman 243). Jika

thitung > ttabel (121,668 > 1,972), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja guru.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai konstanta persamaan

regresi a = 1,200 dan nilai koefisien variabel bebas b = 0,990, maka

diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.

Y = a + bX

= 1,200 + 0,990 X

Artinya, kinerja guru berpengaruh secara positif dengan motivasi

kerja. Selain itu, untuk mengetahui kebenaran pengujian hipotesis, sebagai

berikut.

Tabel 23
Uji Simultan
Jumlah Rata-rata
Sumber Kuadrat Df Jumlah F Sig.
a
1 Regression 7280.283 1 7280.283 1.480E4 .000
Residual 93.935 191 .492
Total 7374.218 192

a. Menentukan Jumlah Kuadrat Total (JKTot) dengan rumus sebagai berikut.


2
JKTot =∑ –

= 2035593 –

= 2035593 –
= 2035593 – 2028218,782384
= 7374,2176166 = 7374,218

b. Menentukan Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg) dengan rumus sebagai berikut.


JKReg = b. ∑xy
= 0,9898906244. (7354,6321244)
= 7280,281518238 = 7280,283

70
c. Menentukan Jumlah Kuadrat Residu (JKres) dengan rumus sebagai berikut.
JKRes = JKTot - JKReg
= 50475,886 – 6215,845
= 7374,218 – 7280,283
= 93,935

d. Mentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg) dengan rumus


sebagai berikut.
RJKReg = JKReg = 7280,283

e. Menentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus


sebagai berikut.
Kres
RJKRes =
93 935
=
= 0,4918062827 = 0,492

f. Menguji hipotesis dengan rumus sebagai berikut.


K eg
Fhit =
K es
7280 281518238
=
0 4918062827
= 14803,148667132

= 1.48031E+13

Pada tabel diperoleh Fhitung sebesar 1,480 dan hasil signifikansi

sebesar 0,000. Ftabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat

signifikansi 0,05 dengan df 2 (n-k-1) atau (193-2-1) = 190 (n adalah jumlah

data dan k adalah jumlah variabel independen), hasil yang diperoleh untuk

Ftabel sebesar 3,04. Data lampiran 31 pada halaman 244. Jadi dapat

disimpulkan jika Fhitung > Ftabel (1,480 > 3,04) maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak, sehingga Ha diterima, maka motivasi kerja berpengaruh

terhadap kinerja guru SMK.

71
Hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa nilai signifikan sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak artinya motivasi kerja

berpengaruh terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang.

Pengujian hipotesis dalam regresi juga dapat dilakukan dengan

menggunakan uji t. dengan kriteria sebagai berikut.

a. Jika nilai probabilitas (signifikan) < 0,05 maka Ho ditolak

b. Jika nilai probabilitas (signifikan) > 0,05 maka Ho diterima

Tabel 24
Uji t

95% Confidence Interval of


Mean the Difference
T Df Sig. (2-tailed) Difference Lower Upper
X2 228.569 192 .000 102.347 101.46 103.23

xy 0 9898 7354 64 7279 622672


r =
2
y2
= 7374 218
= 7374 218
= 0,987 atau 98,7%

Berdasarkan hasil perhitungan uji t di atas, maka diperoleh nilai thitung

228.569 dengan derajat kebebasan = n – 1 = 193 – 1 = 192. Nilai signifikan

(probabilitas) untuk 2-tailed = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak.

Sehingga Ha diterima artinya ada pengaruh motivasi kerja terhadap

kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang. Ha dapat diterima dan telah

diuji taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil pengujian di atas

semuanya signifikan maka hipotesis yang menyatakan bahwa motivasi

kerja berpengaruh terhadap kinerja guru dapat diterima dalam taraf

2
kepercayaan 95% dan besar pengaruh (R ) 98,7%. Data lengkap peneliti

lampirkan pada lampiran 34 halaman 247.

72
3. Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Kepemimpinan

Transformasional dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru

Ha: ρ > 0

H0: ρ = 0

Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

Transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama

terhadap kinerja guru

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan

transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap

kinerja guru

Untuk menguji hipotesis ini dilakukan analisis korelasi ganda dan

hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 25
Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kepemimpinan Transformasional (X1)
Dan Motivasi Kerja (X2) Terhadap Kinerja Guru (Y)
Korelasi Koefisien Koefisien F Change P
Korelasi (r) Determinasi/ R
2
Square/ R
Ry.12 0,994 0,988 7527,467 0,000
2
N
r xy =
2 2

2016485
= 2029093 2035593
2016485
= 4130407507149
2016485
= 2032340 4013966

73
= 0,99

2
Koefisien Determinasi/ R Square/ R
2 2
R = 0,99
= 0,98
= 0,98 x 100 = 98 %

Hasil perhitungan pada tabel menunjukkan bahwa koefisien korelasi

antara kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja

guru adalah sebesar 0,994 dengan pvalue < α 0,05. Hasil uji signifikansi

koefisien korelasi ganda (ry.12) = 0,994 dan Fhitung (Fchange) = 7527,467

dengan p-value = 0,000 < 0,05. Hal ini berarti Ho ditolak. Dengan demikian,

koefisien korelasi ganda X1 dan X2 dengan Y adalah berarti atau signifikan.

Tabel 26
Uji Regresi Ganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) .886 .841 1.053 .294
X1 .189 .092 .187 2.048 .042
X2 .805 .091 .808 8.854 .000

a. Menghitung data ke dalam rumus berikut.

= –

= 2020086 –

= 2020086 –
=
=

74
= –

= 2029093 –

= 2029093 –
=
=

= –

= 2035593 –

= 2035593 –
= 2035593 – 2028218,7823834
= 7374,2176166 = 7374,218

= –

= 2027760 –
= 202760 – 2020530,3108808
= 7229,6891192

= –

= 2032293 –
= 2032293 – 2024938,3678756
= 7354,6321244 = 7354,64

= –

= 2024555 –
= 2024555 – 2017262,3316062
= 7292,668394

b. Menghitung nilai b dengan rumus sebagai berikut.

75
x2
b1 =

b1 =

b1 =

b1 =

b1 = 0,1889735483 = 0,189

x1
b2 =

b2 =

b2 =

b2 =

b2 = 0,8043942373 = 0,805

c. Menentukan nilai a dengan rumus sebagai berikut.

Y b1 x 1 b2 x 2
a = –

= 0,821 = 0,886

d. Selanjutnya menentukan persamaan regresi linier sederhana dengan

rumus sebagai berikut.

76
Y = a. + b1. X1 + b2. X2

= 0,886 + 0,189 X1 + 0,805 X2

Pada tabel terlihat variabel X1 yaitu thitung = 2,048 dan p-value = 0,042/

2 = 0,021 < 0,05 (uji pihak kanan), atau Ho ditolak, yang bermakna

kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja guru.

Selanjutnya harga statistik untuk koefisien variabel X2 yaitu thitung = 8,854

dan p-value = 0,000 < 0,05 (uji pihak kanan), atau Ho ditolak, yang

bermakna motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru.

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa nilai konstanta persamaan

regresi a sebesar 0,886 dan nilai koefisien variabel bebas b1 sebesar 0,189

dan b2 sebesar 0,805, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut.

Y = a + b1x1 + b2x2

= 0,886 + 0,189 X1 + 0,805 X2

Artinya kinerja guru mengalami peningkatan secara positif dengan

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja. Selain itu, untuk

mengetahui kebenaran pengujian hipotesis, sebagai berikut.

Tabel 27
Uji Simultan
b
ANOVA
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 7282.312 2 3641.156 7.527E3 .000
Residual 91.906 190 .484
Total 7374.218 192

a. Menentukan Jumlah Kuadrat Total (JKTot) dengan rumus sebagai berikut.


2
JKTot = ∑ = 7374,218

b. Menentukan Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg) dengan rumus sebagai berikut.

77
JKReg = b. ∑x1 y1 . ∑x2 y2
= 0,189 (741,31) + 0,805 (735,46)
= 7321,5289 = 7282,312

c. Menentukan Jumlah Kuadrat Residu (JKres) dengan rumus sebagai berikut.


JKRes = JKTot - JKReg
= 7374,218 – 7282,312
= 91,906

d. Mentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat Regresi (RJKReg) dengan rumus


sebagai berikut.
K eg
RJKReg = = = 3641,156

e. Menentukan Rata-rata Jumlah Kuadrat Residu (JKRes) dengan rumus


sebagai berikut.
Kres
RJKRes =
91 906
=
91 906
=
= 0,4837 = 0,484

f. Menguji hipotesis dengan rumus sebagai berikut.


K eg
Fhit =
K es
3641 156
=
0 4837
= 7527,7155261526

= 7.52772E+13

Pada tabel diperoleh Fhitung sebesar 7,527 dan hasil signifikansi

sebesar 0,000. Ftabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat

signifikansi 0,05 dengan df 2 (n-k-1) atau (193-2-1) = 190 (n adalah jumlah

data dan k adalah jumlah variabel independen), hasil yang diperoleh untuk

Ftabel sebesar 3,04. Jadi dapat disimpulkan jika Fhitung > Ftabel (7,527 > 3,04)

maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga Ha diterima, maka

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja berpengaruh secara

bersama-sama terhadap kinerja guru SMK.

78
Hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa nilai signifikan sebesar

0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak artinya kepemimpinan

transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang.

Untuk mengetahui seerapa besar pengaruh variabel independen

terhadap variabel dependen secara simultan dapat dilihat pada tabel model

summary sebagai berikut.

Tabel 28
Koefisien Diterminasi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .994 .988 .987 .695

Sedangkan koefisien determinasi R Square = 0,988, yang

mengandung makna bahwa 98,8% variabel kinerja guru (Y) dapat

dipengaruhi oleh variabel kepemimpinan transformasional (X1) dan motivasi

kerja (X2), sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh kepemimpinan

transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja

guru sebesar 98,8%.

Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat dijelaskan bahwa

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja berkorelasi signifikan

terhadap kinerja guru, dan bentuk hubungannya positif dengan koefisien

determinasi = 0,988. Angka ini akan diubah ke bentuk persen yang artinya

persentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap dependen.

2
Nilai R sebesar 0,988 artinya persentase sumbangan pengaruh

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja guru

79
sebesar 98,8% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lainnya yang

bukan menjadi variabel ini. Data lengkap peneliti lampirkan pada lampiran

36 halaman 238.

D. Pembahasan

1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja

Guru

Kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap kinerja guru

SMK Negeri di Kota Palembang. Hipotesis dalam penelitian ini yang

mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh terhadap

kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang terbukti kebenarannya.

Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel bahwa

kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja guru

yang berarti bahwa “Ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel

kepemimpinan transformasional terhadap kinerja guru yang berarti

kepemimpinan transformasional diikuti naiknya kinerja guru. Hal ini

menguatkan argumentasi bahwa kinerja guru ditentukan oleh banyak faktor

Keberhasilan sekolah dalam melaksanakan segala aspek yang telah

direncanakannya perlu didukung oleh kepemimpinan transformasional yang

hakekatnya terletak pada efisiensi dan efektivtas penampilan kepala

sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru dengan pengaruh

sebesar 99,1%. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan gaya

kepemimpinan yang mendorong para guru untuk memiliki visi, misi, tujuan,

mendorong dan memotivasi para guru untuk menunjukkan kinerja yang

80
maksimal. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Munawaroh

(2011) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru SMP Katolik

Wijana Jombang. Gaya kepemimpinan kepala sekolah memiliki peran yang

besar dalam mempengaruhi kinerja guru. Apabila gaya kepemimpinan

kepala sekolah cenderung ke gaya kepemimpinan transformasional yang

diakui sebagai gaya kepemimpinan yang efektif, maka akan semakin tinggi

kinerja seorang guru. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan

gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja guru adalah positif.

Kemudian sejalan dengan penelitian Awaru (2015) yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan gaya kepemimpinan

transformasional terhadap kinerja terbuti kebenarannya. Kepemimpinan

transformasional yang mana pimpinan mendelegasikan tugas atau

pekerjaan kepada para guru, dan melibatkan guru dalam pengambilan

keputusan, kemudian peduli dan perhatian kepada bawahan, serta

menciptakan lingkungan kerja yang sportif dan bersifat kekeluargaan.

Kemudian ditunjang dengan kerja yang nyaman, saling menghormati,

saling percaya antara pimpinan dan bawahan. Karena suasana kerja yang

aman, nyaman bisa membuat bawahan tidak merasa terbebani dengan

tugasnya.

Kemudian sejalan dengan penelitian Kailola (2016) yang menyatakan

kepemimpinan transformasional akan menyebabkan peningkatan pada

kinerja guru SMP Negeri di Kota Depok. Peningkatan kepemimpinan

transformasional yang dilakukan oleh seorang pemimpin memberikan

dampak terhadap kinerja. Dalam hal ini, kepala sekolah sebagai pemimpin

81
sekolah dapat memotivasi kinerja guru dalam kegiatan belajar di sekolah,

dan kepala sekolah bekerja sama dengan guru untuk meningkatkan

kualitas pemelajaran dan kinerja para guru disekolah.

Kemudian sejalan dengan penelitian Cavazotte (2013) yang

menyatakan pemimpin transformasional memberikan umpan balik yang

membangun kepada pengikut mereka, mendorong mereka untuk berpikir

kreatif tentang masalah, dan menunjukkan kemampuan untuk meyakinkan

mereka untuk melakukan usaha, bawahan mereka pada umumnya harus

mendapatkan keuntungan dari pengaruh tersebut dan lebih mudah

mencapai tingkat kinerja formal yang lebih tinggi. Pertumbuhan terbaru

yang menyebabkan perkembangan ekonomi di Brazil terkait dengan

preferensi budaya akan fleksibilitas dan kreativitas seharusnya hanya

mendorong keterbukaan terhadap gaya transformasional.

Penelitian Ahmad, F., Abbas, T., Latif, S. and Rasheed, A., (2014)

menyatakan Kepemimpinan transformasional dikelilingi oleh pengaruh

ideal, stimulasi intelektual, dan motivasi inspirasional. Pemimpin

transformasional menghubungkan visi persuasif yang merangsang

perasaan kuat, dan persepsi pengikut yang meningkat tentang tujuan ideal

dan pengikut yang menginspirasi untuk melampaui kepentingan mereka

sendiri, tujuan kolektif. Kepemimpinan transformasional terkait dengan

perilaku positif karyawan termasuk kinerja tugas dan berbagai tindakan

perilaku kewargaan organisasional.

Kemudian sejalan dengan penelitian Atmojo (2012) yang menyatakan

kepemimpinan transformasional secara signifikan mempengaruhi komitmen

organisasi karyawan di PTPN V Riau. Ini menyiratkan bahwa

82
kepemimpinan transformasional mendorong kepercayaan karyawan.

Membangun kepercayaan bergantung pada keahlian pemimpin dan

konsistensi pemimpin dalam mengartikulasikan pernyataan dan sikap.

Akibatnya, kepemimpinan transformasional meningkatkan komitmen

organisasi karyawan di PTPN V Riau.

Hal ini didukung dengan pemimpin yang dapat menginspirasi,

pemimpin yang memotivasi, pemimpin yang menstimulasi bawahan untuk

menjadi inovatif dan kreatif, pemimpin yang memberikan dukungan dan

memperhatikan karyawannya. Dengan demikian, kepemimpinan

transformasional memberikan pengaruh terhadap kinerja guru dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab, percaya diri, memiliki

kompetensi, kondisi sekolah yang mendukung, serta, komunikasi antar

pemimpin dan bawahan. Oleh karena itu, jika penerapan kepemimpinan

transformasional ditingkatkan maka akan berimplikasi terhadap

meningkatnya kinerja guru.

2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru

Hasil pengujian seperti yang tercantum pada tabel bahwa motivasi

kerja berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Dengan demikian ada

pengaruh yang positif dan signifikan variabel motivasi kerja terhadap

kinerja guru yang berarti motivasi kerja yang tinggi maka makin tinggi pula

hasil kinerjanya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh

secara signifikan terhadap kinerja guru dengan pengaruh sebesar 98,7%.

Apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, maka guru akan

83
memberikan yang terbaik demi kemajuan organisasinya. Motivasi dalam

hal itu sendiri, bertanggung jawab, pengambil resiko, memiliki tujuan yang

berkelanjutan, selalu belajar, kreatif inovatif, percaya diri, dan berpikir

positif. Guru yang merasa mampu menerapkan pembelajaran yang

disenangi siswa serta memiliki hubungan yang harmonis baik dengan siswa

maupun orang tua siswa, akan berdampak pada kinerja guru yang optimal.

Dengan demikian, aspek motivasi kerja sesorang akan berpengaruh

terhadap kinerjanya.

Kemudian sejalan dengan penelitian penelitian Wahyuni, D.U.,

Christiananta, B. and Eliyana, A., (2014) yang menyatakan tanggung jawab

kepala sekolah adalah untuk memotivasi kinerja guru semaksimal mungkin

agar bisa mendapatkan kinerja yang meningkat Peningkatan kinerja guru

harus didukung oleh gaya kepemimpinan akomodatif terhadap iklim kerja.

Seorang pemimpin dalam pendekatan manusia menjadi sangat penting,

karena seorang pemimpin bertindak sebagai pembantu institusi dan

bawahannya yang membantunya melakukan tugas dan tanggung

jawabnya.

Penelitian Rahardjo, S., (2014) menunjukkan bahwa motivasi efektif

memediasi hubungan lingkungan kerja pada kinerja guru sekolah dasar di

Kota Surakarta. Jadi, peningkatan kinerja dapat dilakukan oleh peningkatan

motivasi kerja guru, sementara meningkatkan motivasi guru bisa dilakukan

dengan peningkatan suatu karya guru lingkungan sekolah dasar di Kota

Surakarta.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Wasini (2016)

yang menyatakan motivasi kerja degan kinerja guru memiliki hubungan

84
yang positif. Hal ini berarti bahwa semakin tingginya penerapan motivasi

kerja, maka semakin tinggi pula kinerja guru. Usaha sadar merupakan

faktor yang memotivasi kerja seorang guru. Jika usaha sadar guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran semakin tinggi maka akan semakin

tinggi juga kinerja guru; dan seballiknya jika usaha sadar semakin rendah

maka semakin rendah juga kinerja guru tersebut.

Kemudian sejalan dengan penelitian Heryana (2015) yang

menyatakan seorag guru memerlukan pengetahuan dan kemampuan untuk

menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi pada kinerja

guru.dorongan yang timbul baik dari dalam diri maupun dari luar yang

positif akan menstimulus atau menjadi dorongan guru untuk meningkatkan

kinerjanya.

3. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja

Terhadap Kinerja Guru

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai pengaruh kepemimpinan

transformasional dan motivasi kerja secara bersama-sama terhadap kinerja

guru adalah sebesar 98,8%.

Kinerja guru yang ingin dicapai di pengaruhi oleh faktor-faktor

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja. Kepemimpinan

transformasional yang mampu mendorong dan merubah pemahaman guru

maka akan meningkat juga motivasi kerja guru sehingga akan mencapai

85
kinerja yang tinggi pula. Faktor dalam diri yang dapat mendorong seorang

untuk mencapai kinerja misalnya semangat kerja yang tinggi dan motivasi

dari pimpinan maka kinerja guru akan semakin baik.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Yanti (2016)

yang menyatakan ada hubungan antara kepemimpinan transformasional,

motivasi kerja dengan kinerja guru. Motivasi kerja dapat dioptimalkan

dengan meningkatkan persepsi tentang kepemimpinan transformasional.

Kepemimpinan transformasional dilakukan dengan memberikan bimbingan

terhadap tugas guru dalam proses pembelajaran seperti perangkat

pembelajaran, penguasaan bahan ajar, pengelolaan pembelajaran di kelas,

dan evaluasi. Kinerja dipengaruhi oleh motivasi kerja yang erat kaitannya

dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri yang berangkat

dari berbagai harapan akan keberhasilan usaha dan masa depan yang

lebih baik.

Kemudian sejalan dengan hasil penelitian Azizzah (2016) yang

menyatakan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara gaya

kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja guru terhadap kinerja

guru. Mencermati pendidikan sebagai sebuah sistem maka kinerja guru

tidak terlepas dari kepemimpinan kepala sekolah dalam hal headmaster

dan top manajemen dalam mengelola sekolah dan memberdayakan guru.

Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah memberdayakan kinerja guru

akan meningkat.

Kemudian sejalan dengan hasil penelitian Wuradji (2013) yang

menyatakan kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja secara

bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru.

86
Kinerja guru sangat tergantung dari guru sendiri. Untuk menhasilkan

output/ lulusan yang kreatif diperlukan pengajaran yang kreatif. Oleh

karena itu, kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya jelas akan turut

menentukan keberhasilan pelaksanaan setiap program pendidikan/

pembelajaran. Kepemimpinan kepala sekolah mutlak diperlukan dalam

memimpin organisasi bekerja, karena sikap kepemimpinan kepala sekolah

dapat mempengaruhi kinerja guru. Pada akhirnya kinerja guru dapat

ditingkatkan dan pencapaian tujuan pendidikan dapat dengan mudah

terlaksana, serta terwujudya manusia cerdas komprehensif dan kompetitif

akan dapat benar-benar terwujud sebagai hasil dari suatu proses

pendidikan/ pembelajaran.

Kemudian sejalan dengan penelitian Ngadiman, A.E. and Ratmawati,

D., (2013) dari hasil penelitianya dapat disimpulkan Para pemimpin harus

memahami sifat pengaruh kepemimpinan transformasional dan iklim

organisasi serta faktor-faktor yang menentukan hubungan tersebut.

Kepemimpinan transformasional mempengaruhi tenaga kependidikan untuk

melakukan tugasnya dengan lebih baik atau melaksanakan tugasnya

dengan prestasi yang lebih baik dengan meningkatkan kepuasan kerja.

Berbeda dengan penelitian dari Marks, H. ve Printy, S. (2003) yang

menyatakan meskipun kepemimpinan transformasional memegang

peranan penting dalam realisasi tujuan organisationaal dan peningkatan

tujuannya, tidak memotivasi guru. Tidak ada bukti pasti bahwa gaya

kepemimpinan seorang administrator memiliki langsung hubungan dengan

motivasi guru. Untuk alasan ini, kehadiran kepemimpinan instruksional

diperlukan di sekolah-sekolah disamping kepemimpinan transformasional.

87
Diperkirakan bahwa integrasi kedua jenis kepemimpinan ini akan efektif

dalam keberhasilan sekolah dan peningkatan motivasi guru. Selain itu, jika

guru tidak memiliki keyakinan akan tujuan sekolah, hal ini dapat

menyebabkan rendahnya motivasi. Kita tidak harus lupakan kepemimpinan

transformasional berdasarkan pada tujuan organisasi. Oleh karena itu guru

dengan motivasi rendah mungkin tidak terpengaruh oleh perilaku kepala

sekolah kepemimpinan transformasional.

Penelitian Wang, G., Oh, I.S., Courtright, S.H. and Colbert, A.E.,

(2011) dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa kepemimpinan

transformasional adalah posisi terkait dengan kinerja di seluruh jenis

kriteria dan tingkat analisis. Kepemimpinan transformasional memiliki

hubungan yang lebih kuat dengan individu, tingkat kinerja kontekstual

dibandingkan dengan kinerja tugas tingkat individu. Kepemimpinan

transformasional juga berhubungan positif dengan organisasi dan tingkat

kinerja. Akhirnya, kepemimpinan transformasional memiliki augmentasi

efek dari kepemimpinan reward kontingen dalam memprediksi tingkat

individu pengikut kontekstual dan kinerja tim. Secara keseluruhan,

kepemimpinan transformasional tidak hanya memimpin pengikut masing-

masing tapi juga mereka tim organisasi untuk mencapai tingkat kinerja

yang lebih tinggi.

Kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk dapat

memberikan motivasi kepada seluruh guru dalam upaya melaksanakan

tugas dan fungsinya, hal ini dapat dilakukan dengan cara pengaturan

lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan serta penghargaan yang

efektif. Fungsi kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing,

88
memberi motivasi, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi

yang baik, memberikan supervisi, pengawasan yang efisien dan membawa

pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan

dan perencanaan. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan positif

kepemimpinan kepala sekolah dengan motivasi kerja terhadap kinerja guru.

E. Keterbatasan Penelitian

Beberapa hal yang berkaitan dengan keterbatasan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini terbatas pada satu gaya kepemimpinan yaitu gaya

kepemimpinan transformasional.

2. Penelitian ini hanya terbatas pada jumlah responden 193 guru SMK

Negeri di Kota Palembang. Kesungguhan dan kebenaran umpan balik

yang diberikan responden sulit dikontrol dan dikendalikan oleh

peneliti. Terutama aspek kejujuran dan kesungguhan dalam mengisi

instrumen. Sebab bisa saja respon ataupun umpan balik yang

diberikan terhadap butir-butir angket yang diajukan tidak sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya, dikarenakan adanya kecemasan

responden bahwa pengisian instrumen penelitian akan berpengaruh

terhadap kondisi mereka jika menjawab sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.

3. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini terbatas hanya

kepemimpinan tranformasional dan motivasi kerja. Kemungkinan ada

variabel lain yang mempengaruhi kinerja guru di SMK Negeri di Kota

Palembang, misalnya kepuasan kerja, kompetensi guru, atau

komitmen kerja.

89
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang meliputi tiga variabel yaitu kepemimpinan

transformasional (X1), motivasi kerja (X2) dan kinerja guru (Y) SMK Negeri di

Kota Palembang bahwa distribusi frekuensi data cenderung normal. Dari ketiga

hipotesis penelitian ini dapat diterima kebenaran yang secara empiris sebagai

berikut.

4. Kepemimpinan Transformasional berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang, artinya

semakin baik kepemimpinan transformasional maka semakin bak juga

kinerja guru SMK Negeri di Kota Plaembang.

5. Motivasi Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru

SMK Negeri di Kota Palembang, artinya semakin baik motivasi kerja

maka semakin bak juga kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang.

6. Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi Kerja berpengaruh

bersama-sama secara signifikan terhadap kinerja guru SMK Negeri di

Kota Palembang, artinya semakin baik kepemimpinan

transformmasional dan motivasi kerja maka semakin baik juga kinerja

guru SMK Negeri di Kota Palembang. Kepemimpinan

transformasional mutlak diperlukan dalam organisasi bekerja, karena

sikap kepemimpinan kepala sekolah dapat mempengaruhi kinerja

guru. Pada akhirnya kinerja guru dapat ditingkatkan dan pencapaian

tujuan pendidikan dapat dengan mudah terlaksana, serta terwujudnya

manusia cerdas komprhensif dan kompetitif akan dapat benar-benar

90
terwujud sebagai hasil dari suatu proses pendidikan/ pembelajaran.

B. Implikasi

Mengacu pada hasil-hasil penelitian sebagaimana yang diungkapkan pada

bab IV, maka implikasi dari hasil-hasi tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Untuk mewujudkan kinerja yang baik, maka banyak hal yang harus

dilibatkan; banyak faktor yang saling berkaitan dan bersifat kompleks

yang dapat mempengaruhi kinerja guru tersebut. Dua faktor yang

mempengaruhi kinerja guru adalah kepemimpinan transformasional

dan motivasi kerja itu sendiri.

2. Untuk menjadi seorang guru yang memiliki kinerja tinggi tidaklah

semudah apa yang dipikirkan. Ia harus memenuhhi segala tuntutan

keprofesionalannya sebagai seorang guru. Ia harus sepenuhnya

menguasai perencanaan, proses belajar mengajar, dan pelaksanaan

evaluasi pembelajaran. Ini adalah indikator kinerja guru. Jika hal-hal

tersebut diatas dipenuhi, maka kinerja guru akan semakin tinggi.

3. Tercapainya peningkatan kinerja guru indikator yang lain adalah

motivasi yang tinggi untuk bekerja. Seseorang yang termotivasi akan

terus berjuang agar apa yang diinginkannya tercapai. Hal ini berarti

motivasi selalu diarahkan pada tujuan tertentu. Tanpa ada tujuan

orang tidak termotivasi untuk melakukan suatu kegiatan. Seorang

pekerja dalam sebuah organisasi tentu memiliki tujuannya sendiri.

Tujuan yang paling utama adalah kebutuhan berprestasi, kebutuhan

berafilliasi, dan kebutuhan untuk menguasai sesuatu. Oleh karena itu

orang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tersebut.

91
C. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan diantaranya sebagai

berikut.

1. Variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada SMK

Negeri di Kota Palembang berada pada kategori sangat baik. Hal ini

tentunya perlu dipertahankan, sehingga melalui kepemimpinan

transformasional diharapkan mampu meningkatkan kinerja mengajar

guru, dengan demikian proses belajar mengajar di sekolah dapat

dilaksanakan secara maksimal dan mutu pendidikan yang baik dapat

terwujud. Kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja guru

merupakan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru. Oleh

karena itu kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan

motivasi perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius dari para

pihak yang berkepentingan.

2. Pada variabel motivasi kerja guru SMK Negeri di Kota Palembang

sudah berada pada kategori sangat baik, namun hal ini menjadi

sebuah keharusan dari seluruh komponen sekolah terutama guru-

guru dalam upaya mempertahankannya, sehingga melalui motivasi

kerja guru diharapkan mampu meningkatkan kinerja mengajar guru,

dengan demikian akan terwujud pendidikan yang berkualitas.

3. Pada variabel kinerja guru SMK Negeri di Kota Palembang sudah

berada pada kategori sangat baik, namun hal ini menjadi sebuah

keharusan dari seluruh komponen sekolah terutama guru-guru dalam

upaya mempertahankannya sehingga proses belajar mengajar di

sekolah dapat dilaksanakan secara maksimal dan mutu pendidikan

92
yang baik dapat terwujud. Pada penelitian mendatang perlu

dipertimbangkan variabel-variabel lain khususnya faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja guru.

93
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, F., Abbas, T., Latif, S. and Rasheed, A., (2014). Impact of
transformational leadership on employee motivation in telecommunication
sector. Journal of management policies and practices, 2(2), pp.11-25.

Ahmad, S. (2013). Ketahanmalangan Kepemimpinan Kepala Sekolah: Salah


Satu Faktor Penentu Keberhasilan Kepala Sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Felicha.

Andra, M. (2013). Kontribusi Kecerdasan Emosional dan Disiplin Kerja Terhadap


Kinerja Guru SMP se- Kecamatan Pancung Soal Kabupaten Pesisir
Selatan. Tesis Pasca Sarjana Universitas Negeri Padang. Padang: UNP.

Arep, I., & Tanjung H. (2003). Manajemen Motivasi. Jakarta: PT Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Bandung:


Alfabeta.

Atmojo, M., (2015). The influence of transformational leadership on job


satisfaction, organizational commitment, and employee performance.
International research journal of business studies, 5(2).

Awaru, O. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dan


Transformasional Terhadap Kinerja Guru SMA di Kabupaten Sinjai: Jurnal
Administrasi Vol. 2 No. 1.

Azizah, F. (2016). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala


Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja guru di SMA Al-Islam 1
Surakarta. Tesis S2 Universitas Sebelas Maret.

Cavazotte, F., Moreno, V. & Bernardo, J. (2013). Transformational leaders and


work performance: The mediating roles of identification and self-efficacy.
BAR-Brazilian Administration Review, 10(4), pp.490-512.

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme


Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Efendi, N. (2015). Islamic Educational Leadership: Memahami Integrasi Konsep


Kepemimpinan di Lembaga Pendidikan Islam. Yogyakarta: Kalimedia.

Emzir. (2015). Metodologi Penelitian pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.


Jakarta: PT Raja Grafindi Persada.

Engkoswara & Aan, K. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

94
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., & Donnelly, J. H. (2008). Organisasi, Perilaku,
Struktur, dan Proses. Jakarta: Binapura Aksara Publisher.

Girsang, E. (2015). Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Kinerja


Guru Pada SMA Swasta di Kota Bandung (Studi pada SMA Swasta yang
Terakreditasi A): Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. XXII No. 2 Oktober
2015.

Hall, John. Et., al. (2001). Transformational Leadership: The Transformation of


Managers and Associates. Jakarta: Gramedia.

Hamzah, B. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang


Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Heryana, M. (2015). Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja Guru dan


Kompetensi Guru terhadap Kinerja Guru Serta Implikasinya Pada
Kompetensi Lulusan: Kontigensi Volume. 3 No. 1 ISSN 2088-4877.

Ibrahim, R & Nana, S. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kailola.L. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Budaya Kerja, Self


Learning dan Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri di Kota
Depok, Jawa Barat: Vol. 9 No. 2 Juli 2016: 61-70.

Kesumawati, N., & Ichwan, A. (2017). Statistik Parametrik: Penelitian Pendidikan.


Palembang: Noer Fikri Offset.

Kompas.com. (2016). Kualitas Guru Terus Diperbaiki. Diakses tanggal 20 Maret


2017.
http://print.kompas.com/baca/sains/pendidikan/2016/09/16/Kualitas- Guru-
Terus-Diperbaiki.

Kompasiana. (2015). Masalah Pendidikan di Indonesia. Diakses pada tanggal 20


Maret 2017. http://www.kompasiana.com/indahsuraya/masalah-
pendidikan- di-indonesia.html.

Kristiawan, M, et al. (2017). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Kuswaeri, I. (2016). Kepemimpinan Transformasional Kepala sekolah: Tarbawi


Vol. 2 No. 02 Juli – Desember 2016 ISSN 2442-8809.

Mangkunegara, A. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Manik, E. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi


dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru pada SMP Negeri 3 Rancaekek:
Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship Vol. 5, No. 2, Oktober, 97-107
ISSN 2443-0633.

Margono, S. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

95
Marks, H. ve Printy, S. (2003). Principal leadership and school performance: An
integration of transformational and instructional leadership. Educational
Administration Quarterly, 39 (3), 370-397.
http://dx.doi.org/10.1177/0013161X03253412

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2012). Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:


Bumi Aksara.

Munawaroh. (2011). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan


Transaksional Terhadap Kinerja Guru” urnal Ekonomi Bisnis Vol. 16 No. 2
Juli 2011.

Munyeki, N. & Were, S., (2017). Influence Of Transformational Leadership On


The Performance Of Project Based Organizations: A Case Of International
Livestock Research Institute. International Journal of Project Management,
1(3), pp.41-60.

Nawawi. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang


Kompetitif. Yogyakarta: GMU Press.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia.

Ngadiman, A.E. & Ratmawati, D. (2013). Influence of Transformational


Leadership and Organization Climate to the Work Satisfaction,
Organizational Commitment, and Organizational Citizenship Behavior on
the Educational Personnel of SebelasMaret University, Surakarta.
European Journal of Business and Management. 5 (10), pp.97-114.

Northouse, P. (2013). Kepemimpinan: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Indeks.

Olusola, O. (2011). Motivasi Intinsik, Kepuasan Kerja dan Self-Efficacy Sebagai


Prediktor Kinerja Kerja PT Industrial Workers In Ijebu Zone Of Ogun State.
The Journal of International Social Research, 4.

Puspowarsito (2008). Metode Penelitian Organisasi Dengan Aplikasi Program


SPSS. Bandung: Humaniora.

Rahardjo, S. (2014). The effect of competence, leadership and work environment


towards motivation and its impact on the performance of teacher of
elementary school in Surakarta city, Central Java, Indonesia. International
Journal of Advanced Research in Management and Social Sciences ISSN,
pp.2278-6236.

Sa’ud, U. (2010). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. (2006). Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu


Pendidikan). Yogyakarta: IRCisod.

96
Sevilla, C., et, Al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.

Siagian, S. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Singarimbun, & Effendi. (2003). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT. Pustaka
LP3ES Indonesia.

Sugiyono. (2008). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2013). Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Sulistyorini. (2001). Hubungan Antara Keterampilan Manajerial Sekolah dan


Iklim, Organisasi denga Kinerja Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sunarjono, T. (2012). Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala


Sekolah dan Iklim Sekolah Terhadap Peningkatan Efektivitas Sekolah
Pada SMP Negeri Se- Kabupaten Purwakarta. Tesis S2 Universitas
Pendidikan Indonesia.

Susanto, A. (2016). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru: Konsep, Strategi, dan


Implementasinya. Jakarta: Prenadamedia Group.

Susmiyati. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kompetensi


Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Aliyah
Negeri Se-Kabupaten Tulungagung” Vol. 11 No. 1 uni 2016.

Sutikno. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Terhadap


Kinerja Guru Melalui Kepuasaan Kerja (Studi Pada SMK Negeri 5 Jember)”
Jurnal STIE.

Wahjosumidjo. (2005). Kepemimpinan Kepala Sekolah-Tinjauan Teoritik dan


Permasalahannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. (2010). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

Wahyuni, D.U., Christiananta, B. & Eliyana, A., (2014). Influence of organizational


commitment, transactional leadership, and servant leadership to the work
motivation, work satisfaction and work performance of teachers at private
senior high schools in Surabaya. Educational Research International, 3(2),
pp.82-96.

Wahyuningdyah, E. (2015). Meningkatkan Kinerja Guru Melalui Kepemimpinan


Transformasional. Surabaya: Kresna Bina Insan Prima.

97
Wang, G., Oh, I.S., Courtright, S.H. & Colbert, A.E., (2011). Transformational
leadership and performance across criteria and levels: A meta-analytic
review of 25 years of research. Group & Organization Management, 36(2),
pp.223-270.

Wasini, P. (2016). Hubungan Antara Kepemimpinan Transformasional Kepala


Sekolah dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur” Vol. 5 No. 1 anuari 2016.

Werang, B. (2004). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Moral Kerja Guru,


dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Guru SDN di Kota Merauke”
Februari, Th XXXIII No.1. Universitas Musamus Merauke Papua.

Wukir. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam organisasi Sekolah.


Yogyakarta: Multi Presindo.

Yukl, G. (2010). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi Kelima. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Yuliati. (2015). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja dengan Komitmen Organisasi Sebagai Variabel Mediasi
(Studi Empiris Pada SMK Swasta Kecamatan Gayamsari Semarang)”
Makalah disampaikan dalam Seminar Optimalisasi Peran Induustri Kreatif
dalam Mesnghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN di Semarang.

98
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201
202
203
204
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
220
221
222
223
224
225
226
227
228
229
230
231
232
233
234
235
236
237
238
239
240
241
242
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
253
254
255
256
257
258
SEPTI ANDRIANI adalah nama penulis dari tesis ini.
Penulis lahir dari orang tua H. Iskandar dan Hj. Yusnaini
sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan di Lahat, pada
tanggal 08 September 1993. Penulis menempuh pendidikan dimulai dari
Pendidikan Dasar di SD Negeri 17 Palembang (lulus tahun 2005), kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 33 Palembang (lulus
tahun 2008), kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10
Palembang, pada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (lulus tahun 2011). Setelah
menyelesaikan pendidikan wajib 12 tahun, penulis melanjutkan Program Starta 1
(S1) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
(PGMI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang (lulus tahun
2015), kemudian penulis melanjutkan Program Strata 2 (S2) dengan mengambil
Program Studi Manajemen Pendidikan di Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang.

Penulis mampu menyelesaikan tesis ini pada semester III sehingga dapat
mengikuti ujian akhir untuk mencapai gelar Magister Pendidikan pada Program
Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang dengan udul Tesis “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru”.

259
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai