Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
1. Robbins & Judge (2008) : bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu,
kelompok dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi, yang bertujuan menerapkan ilmu
pengetahuan guna meningkatkan keefektifan suatu organisasi.
2. Timothy A. Judge (2006) : suatu bidang studi yang menyelidiki dampak yang dipunyai oleh
suatu individu, kelompok, dan juga struktur pada perilaku yang ada di dalam suatu organisasi.
3. George & Jones (2002) : suatu studi tentang berbagai faktor yang mempengaruhi tindakan (act)
individu dan kelompok dalam organisasi serta bagaimana organisasi mengelola lingkungannya
4. Thoha (2014) : suatu studi yang berhubungan dengan berbagai aspek tingkah laku manusia di
dalam organisasi maupun kelompok tertentu.
5. Syamsir Torang (2013): tentang apa yang dilakukan oleh mereka yang ada di dalam organisasi
dan bagaimana perilaku mereka mampu memberikan dampak pada performa organisasi
tersebut.
6. Gordon (2002) : konsep-konsep dan teori-teori yang dapat membantu orang memahami,
menganalisis, dan menjelaskan perilaku dalam organisasi
7. Greenberg dan Baron (2003) : bidang bersifat multidisiplin yang membahas perilaku organisasi
sebagai proses individu kelompok dan organisasional.
perilaku organisasi
Memahami perilaku organisasi berarti memahami perilaku individu, perilaku kelompok, struktur
organisasi dan bagaimana mengelola lingkungannya.
Pengertian perilaku organisasi
Bidang studi yang menyelidiki pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap
perilaku dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas organisasi.
dari beberapa disiplin ilmu yang memberi sumbangan terhadap perilaku organisasi, kita
menjadi lebih memahami bahwa perilaku manusia itu ada sebab dan akibatnya
• Ada sebabnya (dari luar atau dari dalam diri seseorang)
• Ada akibatnya (bagi dirinya maupun bagi orang lain)
• Ada motivasinya (perilaku yang dapat dipantau itu dapat diukur)
• Perilaku yang meskipun tidak dapat dipantau, seperti berpikir, berpersepsi, dan bersikap,
ternyata sangat penting dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan
perilaku individu dalam organisasi
memahami perilaku manusia
• Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama
• Manusia memiliki kebutuhan yang berbeda
• Orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak
• Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan
kebutuhannya
• Seseorang itu mempunyai reaksi-reaksi senang atau tidak senang
• Banyak faktor yang menentukan sikap dan perilaku seseorang
pendekatan untuk memahami perilaku individu
pendekatan kognitif
Kegiatan mental yang sadar (berpikir, memahami, dll). Elemen kognitif ( stimulus – cognition –
response). Perilaku terjadi karena adanya rangsangan sehingga timbullah respon terhadap rangsangan
tersebut. Fungsi kognitif (menghasilkan emosi, membentuk sikap, memberikan motivasi). Contoh :
orang bersikap baik ke kita maka kita akan merespon / membalas dengan sikap baik.
pendekatan penguatan
Perilaku dipengaruhi oleh gerakan reflek yang dipengaruhi oleh saraf motorik yang ada di otak.
Hubungan S dan R akan meningkat bila diikuti oleh keadaan yang menyenangkan dan sebaliknya
Contoh : Jika tangan kita kena api maka reflek akan menggerakkan tangan untuk menjauh
pendekatan psikoanalitis
Perilaku dipengaruhi oleh kepribadian seseorang. Kepribadian mencerminkan seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. Dipengaruhi oleh Id, Ego, dan Superego. Contoh :
Seseorang akan berperilaku menghormati orang yang lebih tua
Untuk memahami perilaku individu, diperlukan pemahaman karakteristik yang melekat pada individu
Dengan demikian, kepribadian adalah kombinasi cara-cara yang dipergunakan oleh seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain, yang dipengaruhi oleh sifat turunan (genetis) dan lingkungan.
kemampuan
• Kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
• Kemampuan individu tersusun dalam dua perangkat faktor yaitu :
• Kemampuan intelektual : berupa kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan
kegiatan mental,seperti kemahiran berhitung, pemahaman verbal, kecepatan perseptual,
penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang, dan ingatan
• Kemampuan fisik : kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut
stamina, kecepatan, kekuatan dan keterampilan.
dinamika kelompok dalam organisasi
• Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat
• Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya
• Manusia adalah makhluk sosial yang hidup berkelompok, bersama-sama, saling berhubungan
satu sama lain dan saling mempengaruhi.
sejarah dinamika kelompok
Dinamika kelompok atau group dynamic, muncul di Jerman pada menjelang tahun 1940-an. Diilhami
oleh teori kekuatan medan yang terjadi di dalam sebuah kelompok, akibat dari proses interaksi antar
anggota kelompok. Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli psikologi Jerman penganut aliran gestalt
psychology. Salah seorang tokohnya adalah Kurt Lewin yang terkenal dengan Force-Field Theory.
Mereka melihat sebuah kelompok sebagai satu kesatuan yang utuh, bukan sebagai kumpulan
individu-individu yang terlepas satu sama lain. Kesatuan ini muncul sebagai resultan dari adanya gaya
tarik menarik yang kuat diantara unsur unsur yang terlibat di dalamnya.
dinamika kelompok
kelompok
Kelompok dibentuk oleh dua atau lebih individu, berinteraksi dan saling bergantungan satu sama lain,
yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan tertentu (Kreitner & Kinichi)
dinamika
Gerak (dari dalam), tenaga yang menggerakkan, semangat (KBBI)
dinamika kelompok
Dinamika kelompok adalah kekuatan kekuatan yang berinteraksi dalam kelompok pada waktu
kelompok melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan (Shertzer & Stone)
agar bisa disebut sebagai kelompok, harus memenuhi kualifikasi (Malkolm dan Knowles):
• Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identitas lainnya.
• Adanya kesadaran kelompok, dimana semua anggotanya merasa bahwa mereka merupakan
sebuah kelompok dan ada orang lain di luar mereka, serta memiliki kesatuan persepsi tentang
kelompok.
• Suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran atau gagasan.
• Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan, artinya setiap anggota
saling memerlukan pertolongan anggota lainya untuk mencapai tujuan-tujuan yang membuat
mereka bisa menyatu dalam kelompok.
• Terjadinya interaksi, dimana setiap anggota saling mengkomunikasikan, mempengaruhi dan
bereaksi terhadap anggota lain.
• Kemampuan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu yang telah disepakati, artinya
kelompok sudah merupakan satu kesatuan organisasi yang tunggal dalam pencapaian tujuan
kelompok.
fungsi kelompok bagi individu
- Kelompok itu memberikan wadah sosial dan ruang psikologis kepada individu. memunculkan
“sense of belonging” (merasa menjadi anggota dari suatu kelompok), untuk berprestasi, untuk
bekerjasama dengan orang lain
- Menjadi referensi untuk mengikat diri sehingga memunculkan loyalitas, kesetiakawanan dan
esprit de corps (semangat).
- Memberikan rasa aman. Orang merasa betah dan kerasan di dalamnya, serta untuk bergantian
bisa memimpin dan dipimpin pada saat-saat yang tepat.
- Memberikan status sosial kepada individu. Individu merasa dihargai, diakui keberadaannya,
diterima dan mendapat posisi sosial dan penghargaan dari lingkungannya.
definisi dinamika kelompok
• Dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berinteraksi dalam kelompok pada waktu
kelompok melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuannya Shertzer dan Stone)
• Dinamika kelompok adalah analisa dari relasi-relasi kelompok sosial, berdasarkan prinsip
bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah hasil dari interaksi yang dinamis antara
individu-individu dalam situasi sosial (Floyd D.Ruch)
• Dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang
mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain
(Santoso)
• Dinamika kelompok adalah studi tentang hubungan sebab akibat yang ada di dalam kelompok,
tentang perkembangan hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam kelompok, tentang
teknik-teknik untuk mengubah hubungan interpersonal dan attitude di dalam kelompok
(Benyamin B. Wolman)
• Dinamika kelompok adalah kekuatan yang saling mempengaruhi hubungan timbal balik
kelompok dengan interaksi yang terjadi antara anggota kelompok dengan pemimpin yang diberi
pengaruh kuat pada perkembangan kelompok (Jacobs, Harvill dan Manson)
• Dinamika kelompok adalah suatu lingkup pengetahuan sosial yang lebih berkonsentrasi pada
pengetahuan tentang hakikat kehidupan berkelompok (Johnson)
fungsi dinamika kelompok
▪ Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
(Bagaimanapun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.)
▪ Memudahkan segala pekerjaan. (Banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan tanpa
bantuan orang lain)
▪ Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan
yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat, efektif dan efisien. (pekerjaan besar dibagi-bagi
sesuai bagian kelompoknya masing-masing / sesuai keahlian)
▪ Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat (setiap individu bisa memberikan
masukan dan berinteraksi dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat)
peran individu dalam kelompok
cooperator
• Menolak segala bentuk persaingan
• Menyadari adanya perbedaan individu
• Berhasrat untuk meningkatkan diri dan rekan kerja.
• Lebih memilih untuk bekerjasama
competitor
• Memandang semua orang sebagai saingan
• Memandang setiap interaksi sebagai suatu kancah untuk mengalahkan “saingannya”.
• Berhasrat hanya memaksimumkan keuntungan diri pribadi.
• Lebih menyukai kompetisi
individualist
• Mengutamakan pencapaian hasil diri pribadi.
• Sedikit sekali perhatian terhadap hasil yang diperoleh orang lain.
pola interaksi kelompok
interacting
Para anggotanya saling ketergantungan atau mereka harus mengerjakan dan menyusun bersama agar
penyelesaian tugas kelompok tersebut terselesaikan dengan baik. Dapat dikatakan pada kelompok
interaksi ini memerlukan kooperasi dan koordinasi yang baik. Kelompok ini lah yang paling mudah
membangun kerja sama dan intense interaksi yang sangat tinggi. • Contohnya, tim voli, tim sepak bola
co-acting
Terdiri dari individu-individu yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang bisa sama ataupun
berbeda dan melakukannya secara independen. • Yaitu para anggotanya saling bekerja sama dalam
melaksanakan tugas, namun setiap anggotanya dapat melaksanakan tugasnya secara mandiri dan tidak
ketergantungan. Jadi, setiap anggotanya memiliki tugas dan tanggung jawab masing- masing yang
dapat dikerjakan tanpa harus saling ketergantungan. Hubungan ketergantungan akan terlihat dari
kelancaran masing-masing anggota menjalankan tugasnya. Contohnya, kelompok pramuniaga
counter-acting
Disebut sebagai kelompok bersaing, dimana setiap anggotanya bersaing untuk mendapatkan suatu
keuntungan atau tujuan tertentu. • Yaitu para anggotanya saling bekerja sama untuk tujuan
perundingan dan memufakatkan sasaran dan tuntutan yang bertentangan. Kelompok ini belum
memiliki sasaran yang akan dicapai dengan jelas, tujuan dari kelompok ini adalah dapat
menyelesaikan konflik dan kesepakatan tertentu. Jadi, pada kelompok ini dalam pelaksanaanya belum
terlalu jelas dan rinci. Contohnya, panitia perjanjian kerja bersama (PKB).
SOAL
1. Mengapa kelompok informal muncul dalam organisasi formal? uraikan secara cerdas
a. Kebutuhan sosial: Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dan terhubung dengan orang lain. Dalam lingkungan kerja yang formal,
di mana tugas dan tanggung jawab sering menjadi fokus utama, terbentuknya
kelompok informal memungkinkan individu untuk memenuhi kebutuhan sosial
mereka dengan berbagi minat, nilai, dan tujuan yang sama.
b. Dukungan dan kepercayaan: Kelompok informal dapat memberikan dukungan
emosional dan sosial kepada anggotanya. Dalam suasana kerja yang sering kali
menekan, memiliki kelompok informal yang saling mendukung dapat membantu
mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Selain itu, kelompok
informal juga dapat membangun kepercayaan di antara anggotanya, yang dapat
memfasilitasi kolaborasi dan kerja tim yang lebih efektif.
c. Komunikasi yang efektif: Dalam beberapa kasus, kelompok informal dapat menjadi
saluran komunikasi yang efektif di antara anggota organisasi formal. Informasi dan
ide-ide yang tidak mudah mengalir melalui saluran formal dapat berpindah dengan
cepat melalui jaringan kelompok informal. Hal ini dapat membantu dalam berbagi
pengetahuan, memecahkan masalah, dan meningkatkan kinerja organisasi secara
keseluruhan.
d. Inovasi dan kreativitas: Kelompok informal sering kali menjadi tempat bagi ide-ide
inovatif dan kreatif untuk berkembang. Interaksi yang lebih santai dan bebas di antara
anggota kelompok informal dapat merangsang pemikiran yang tidak terbatas oleh
batasan formal. Diskusi, pertukaran gagasan, dan eksplorasi konsep baru dalam
kelompok informal dapat menghasilkan ide-ide segar dan solusi kreatif untuk masalah
yang dihadapi oleh organisasi formal.
e. Identifikasi kelompok: Kelompok informal dapat membantu anggota organisasi untuk
merasa lebih terhubung dan teridentifikasi dengan organisasi. Ini dapat meningkatkan
rasa memiliki terhadap organisasi dan motivasi kerja. Anggota kelompok informal
sering merasa lebih diperhatikan dan lebih dihargai, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kepuasan kerja dan loyalitas terhadap organisasi.
2. bagaimana mengimplementasikan teori medan magnet dari kurt lewin dalam praktik?
Teori medan magnet Kurt Lewin adalah konsep yang menggambarkan hubungan
antara individu dan lingkungannya. Konsep ini dapat diimplementasikan dalam praktik
dengan cara berikut:
a. Analisis Lingkungan: Identifikasi dan analisis lingkungan organisasi atau situasi yang
ingin diubah. Pahami elemen-elemen yang ada, termasuk struktur organisasi,
kebijakan, budaya, dan dinamika tim. Identifikasi juga kekuatan-kekuatan (magnet
positif) dan hambatan-hambatan (magnet negatif) yang ada dalam lingkungan
tersebut.
b. Identifikasi Tujuan yang Jelas: Tetapkan tujuan yang jelas dan terukur terkait dengan
perubahan yang diinginkan. Tujuan ini harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan,
dan berbatasan waktu (SMART).
c. Membangun Komitmen: Untuk menciptakan perubahan yang diinginkan, penting
untuk membangun komitmen di antara individu-individu yang terlibat. Libatkan
mereka dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan, dan dorong partisipasi
aktif. Komunikasikan tujuan dengan jelas, berikan pemahaman yang mendalam
tentang manfaat perubahan, dan tekankan pentingnya kerja sama tim.
d. Menghilangkan Hambatan: Identifikasi dan hadapi hambatan-hambatan yang dapat
menghambat perubahan. Hambatan ini dapat berupa kebiasaan lama, resistensi
terhadap perubahan, konflik antarindividu, atau ketidakcocokan dengan budaya
organisasi. Gunakan pendekatan yang tepat untuk mengatasi hambatan ini. Misalnya,
melalui komunikasi yang efektif, pelatihan, perubahan kebijakan, atau restrukturisasi
organisasi.
e. Membangun Dukungan: Carilah dukungan dan kepercayaan dari individu dan
kelompok yang berpengaruh dalam lingkungan tersebut. Identifikasi pihak-pihak
yang memiliki kekuatan dan pengaruh, dan libatkan mereka dalam mendukung
perubahan. Ajak mereka menjadi agen perubahan dan promotor yang membantu
mempengaruhi orang lain.
f. Penguatan Positif: Berikan pengakuan dan penguatan positif kepada individu dan
kelompok yang berkontribusi pada perubahan yang diinginkan. Apresiasi upaya
mereka dan perlihatkan bahwa perubahan tersebut memiliki dampak positif pada
individu dan organisasi. Ini akan membantu mempertahankan motivasi dan komitmen
terhadap perubahan.
g. Evaluasi dan Pembelajaran: Lakukan evaluasi secara berkala untuk melihat kemajuan
dan dampak perubahan yang telah dilakukan. Identifikasi keberhasilan dan kegagalan,
serta pelajaran yang dapat dipetik dari pengalaman tersebut. Gunakan hasil evaluasi
ini untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan yang diperlukan.
3. tentukan dua teori (dari 4 teori yang ada) tentang terbentuknya kelompok informal dalam
organisasi, yang di masa yang akan datang relevan dengan tuntutan organisasi
- Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory): Teori pertukaran sosial
menekankan pertukaran sumber daya sosial dan manfaat individu dalam membentuk
kelompok informal. Dalam konteks organisasi, teori ini dapat membantu memahami
motivasi individu untuk terlibat dalam kelompok informal berdasarkan manfaat dan
imbalan yang diperoleh dari hubungan tersebut.
- Teori Sistem Sosial (Social Systems Theory): Teori sistem sosial menekankan
interaksi antara individu dan lingkungan sosial dalam membentuk kelompok
informal. Teori ini berpendapat bahwa kelompok informal merupakan bagian dari
sistem sosial yang lebih besar dalam organisasi. Dalam konteks masa depan
organisasi, teori ini dapat membantu memahami bagaimana kelompok informal
berinteraksi dengan sistem organisasi secara keseluruhan dan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi.
4. perilaku individu dalam organisasi dipengaruhi oleh tiga cluster besar yaitu individu, task, dan
organisasi environment. uraikan secara jelas dan mendalam dengan disertai 1 contohnya
Perilaku individu dalam organisasi dipengaruhi oleh tiga cluster besar, yaitu individu,
tugas, dan lingkungan organisasi. Mari kita bahas masing-masing cluster secara lebih
mendalam dan berikan contoh untuk memperjelasnya:
1. Cluster Individu:
Cluster ini mencakup karakteristik individu yang mempengaruhi perilaku mereka dalam
konteks organisasi. Beberapa faktor yang termasuk dalam cluster individu adalah:
a. Nilai dan Sikap: Nilai-nilai dan sikap individu mempengaruhi perilaku mereka dalam
organisasi. Misalnya, individu yang memiliki nilai-nilai integritas dan etika yang tinggi
mungkin cenderung mengikuti standar moral yang ketat dalam menjalankan tugas mereka.
b. Kepribadian: Kepribadian individu, seperti ekstroversi, neurotisisme, keterbukaan,
ketekunan, dan kecerdasan emosional, dapat mempengaruhi cara individu berinteraksi dengan
lingkungan organisasi dan rekan kerja mereka.
c. Motivasi: Motivasi individu untuk mencapai tujuan dan kebutuhan pribadi mereka
memainkan peran penting dalam perilaku organisasional. Contohnya, individu yang memiliki
motivasi diri yang tinggi mungkin lebih berorientasi pada pencapaian dan berusaha untuk
tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan mereka.
Contoh: Seorang karyawan dengan nilai-nilai etika yang tinggi dan motivasi diri yang kuat
mungkin akan menghindari tindakan yang tidak etis, bahkan jika itu menguntungkan bagi
mereka secara pribadi. Mereka akan tetap setia pada prinsip-prinsip moral mereka dalam
menjalankan tugas-tugas mereka di organisasi.
2. Cluster Tugas:
Cluster ini mencakup faktor-faktor yang terkait dengan tugas yang diemban oleh individu
dalam organisasi. Beberapa faktor yang termasuk dalam cluster tugas adalah:
a. Tantangan dan Kompleksitas Tugas: Tingkat tantangan dan kompleksitas tugas yang
dihadapi individu dapat mempengaruhi tingkat keterlibatan dan motivasi mereka untuk
menyelesaikan tugas dengan baik.
b. Klaritas dan Struktur Tugas: Tingkat klaritas dan struktur tugas, termasuk tingkat kejelasan
tujuan, peran, dan tanggung jawab, dapat mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi.
c. Keterlibatan dan Otonomi: Tingkat keterlibatan individu dalam pengambilan keputusan dan
tingkat otonomi yang diberikan kepada mereka dalam menjalankan tugas juga dapat
mempengaruhi perilaku mereka.
Contoh: Jika seorang karyawan diberikan tugas yang sangat menantang dan kompleks, tetapi
juga mendapatkan kebebasan dan otonomi untuk menentukan pendekatan terbaik dalam
menyelesaikan tugas tersebut, mereka mungkin akan termotivasi untuk menghadapi tantangan
dan memberikan hasil yang baik.
3. Cluster Lingkungan Organisasi:
Cluster ini mencakup faktor-faktor yang terkait dengan lingkungan organisasi di mana
individu bekerja. Beberapa faktor yang termasuk dalam cluster lingkungan organisasi adalah:
a. Budaya Organisasi: Nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan praktik-praktik yang melekat
dalam budaya organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu dan membentuk ekspektasi
tentang bagaimana individu harus berperilaku.
b. Struktur Organisasi: Struktur organisasi, termasuk tingkat sentralisasi, hierarki, dan
fleksibilitas, dapat mempengaruhi perilaku individu dalam hal komunikasi, pengambilan
keputusan, dan peluang pengembangan karir.
c. Dukungan dan Kepemimpinan: Tingkat dukungan dan kepemimpinan yang diberikan oleh
manajemen dan rekan kerja dapat memengaruhi motivasi, kepuasan, dan kinerja individu
dalam organisasi.
Contoh: Jika lingkungan organisasi menganut budaya yang mendorong kolaborasi, inovasi,
dan dukungan saling, individu cenderung berpartisipasi aktif, berbagi pengetahuan, dan
berkontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.
5. apa yang saudara ketahui tentang: flow theory, redesain pekerjaan, JCM, Gamma change,
MPS
- Flow theory: Teori Aliran, yang dikembangkan oleh psikolog Mihaly Csikszentmihalyi,
menggambarkan pengalaman optimal di mana seorang individu benar-benar fokus pada
aktivitas yang dilakukannya. Dalam keadaan mengalir, seseorang merasa sangat asyik, fokus,
dan terserap sepenuhnya dalam tugas yang ada, waktu berlalu dengan cepat, dan merasa puas
dengan aktivitas yang dilakukan. Flow sering kali terjadi ketika tingkat keterampilan
seseorang sesuai dengan tingkat tantangannya.
- Redesain Pekerjaan: Desain ulang pekerjaan adalah proses mengubah tugas, tanggung
jawab, dan elemen struktur pekerjaan untuk meningkatkan kinerja individu, motivasi, dan
kepuasan kerja. Tujuan dari desain ulang pekerjaan adalah untuk menciptakan tugas yang
lebih bermakna, beragam, dan menawarkan lebih banyak otonomi pribadi. Pendekatan desain
ulang pekerjaan sering kali melibatkan penerapan prinsip-prinsip seperti pengayaan
pekerjaan, rotasi pekerjaan, perluasan pekerjaan, dan peningkatan otonomi pekerjaan.
- Model Karakteristik Pekerjaan (JCM): Model Karakteristik Pekerjaan (JCM) adalah
kerangka kerja untuk memahami bagaimana karakteristik pekerjaan mempengaruhi motivasi
dan kepuasan kerja seseorang. Model ini dikembangkan oleh Richard Hackman dan Greg
Oldham. JCM mengidentifikasi lima karakteristik pekerjaan yang dapat mempengaruhi
pengalaman kerja seseorang: Keterlibatan kerja, identitas pekerjaan, pentingnya pekerjaan,
otonomi, dan umpan balik dari pekerjaan itu sendiri Model ini berhipotesis bahwa ketika
karakteristik ini ada dalam suatu pekerjaan, orang cenderung: Anda akan merasa puas dan
termotivasi, dan Anda akan memperoleh kepuasan intrinsik dari pekerjaan Anda.
- Gamma Change: Perubahan Gamma adalah sebuah konsep dalam teori perubahan organisasi
yang mengacu pada perubahan mendasar dan transformatif pada prinsip, paradigma, dan pola
pikir yang mendasari suatu organisasi. Perubahan gamma berbeda dengan perubahan
inkremental atau alfa, yang hanya melibatkan sedikit perbaikan atau penyesuaian terhadap
praktik atau proses yang ada. Perubahan Gamma melibatkan perubahan yang lebih mendasar
dan komprehensif dalam budaya, struktur, dan strategi organisasi.
- MPS (Arti di Tempat Kerja, Keadaan Mental, Prestasi Kerja): MPS adalah singkatan dari Arti
di Tempat Kerja, Keadaan Psikologis, Prestasi Kerja. Konsep ini terkait dengan Model
Karakteristik Pekerjaan (JCM) dan memberikan kerangka untuk memahami hubungan antara
karakteristik pekerjaan, keadaan psikologis individu, dan hasil pekerjaan. MPS berpendapat
bahwa karakteristik pekerjaan yang memberikan rasa bermakna, keadaan psikologis positif
(seperti kepuasan dan motivasi), dan hasil kerja yang memuaskan saling terkait dan
berkontribusi terhadap kepuasan kerja dan kinerja individu.
6. apa yang saudara ketahui tentang inersia struktural dan inersia kelompok? uraikan secara
cerdas beserta satu contohnya masing-masing
Inersia struktural dan inersia kelompok adalah dua konsep yang terkait dengan
perubahan organisasi. Mari kita bahas masing-masing konsep secara terpisah beserta
contohnya:
1. Inersia Struktural:
Inersia struktural mengacu pada kecenderungan organisasi untuk tetap pada status quo atau
keadaan yang ada. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor struktural yang memperlambat atau
menghambat perubahan organisasi. Beberapa faktor yang menyebabkan inersia struktural
antara lain:
● Struktur Organisasi: Struktur yang kompleks, hierarkis, dan berlapis-lapis bisa menjadi
penghalang perubahan. Misalnya, keputusan yang harus melewati banyak tingkatan
manajemen bisa memperlambat implementasi perubahan yang diinginkan.
● Sistem dan Prosedur: Sistem dan prosedur yang kaku dan sulit berubah juga dapat
menyebabkan inersia struktural. Misalnya, jika ada prosedur yang rumit dan memakan waktu
untuk mengubah kebijakan atau praktik, itu bisa menghambat perubahan yang cepat.
Contoh Inersia Struktural: Sebuah perusahaan dengan struktur organisasi yang sangat
hierarkis dan banyak tingkatan manajemen mungkin mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikan perubahan besar yang melibatkan pengambilan keputusan yang cepat.
Setiap keputusan harus melewati banyak tingkatan manajemen, yang dapat memperlambat
respons dan perubahan organisasi.
2. Inersia Kelompok:
Inersia kelompok merujuk pada kecenderungan kelompok atau tim dalam organisasi untuk
mempertahankan cara kerja dan pola perilaku yang sudah ada meskipun ada dorongan untuk
perubahan. Faktor-faktor yang menyebabkan inersia kelompok antara lain:
● Norma Kelompok: Kelompok memiliki norma dan kebiasaan yang sudah mapan, dan
anggotanya mungkin enggan untuk mengubah cara mereka bekerja. Mereka cenderung
mempertahankan norma yang sudah ada dan menghindari perubahan yang berpotensi
mengganggu keseimbangan kelompok.
● Kepercayaan dan Rasa Aman: Kelompok yang sudah terjalin lama mungkin merasa nyaman
dengan cara kerja dan interaksi mereka. Perubahan dapat menimbulkan ketidakpastian dan
kecemasan, yang menghambat motivasi untuk mencoba hal-hal baru.
Contoh Inersia Kelompok: Sebuah tim proyek yang telah bekerja bersama dalam
waktu yang lama mungkin terbiasa dengan cara kerja tertentu dan memiliki rutinitas yang
mapan. Ketika manajemen mengusulkan perubahan besar dalam metode kerja tim, anggota
tim mungkin menunjukkan resistensi dan enggan untuk mengubah cara kerja mereka karena
mereka merasa nyaman dengan cara yang sudah mereka kuasai.
Penting untuk diingat bahwa inersia struktural dan inersia kelompok bukanlah hal
yang selalu negatif, tetapi bisa menjadi penghalang perubahan yang diperlukan dalam
organisasi. Manajemen perlu memahami faktor-faktor ini dan mengambil langkah-langkah
yang tepat untuk mengatasi inersia dan mendorong perubahan yang produktif.