54665-Article Text-113502-2-10-20230710

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Character : Jurnal Penelitian Psikologi | 2023, Vol. 10, No.

01 | (845-860)
doi: xxxx
p-ISSN: 2252-6129 ; e-ISSN: -

Hubungan antara Pola Asuh Authoritative dengan Self-Compassion pada


Individu Dewasa Awal
The Relationship between Authoritative Parenting Style and Self-
Compassion in Early Adulthood

Irine Sofi Aulia


Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Email: [email protected]
Yohana Wuri Satwika
Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya
Email: [email protected]

Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan yakni untuk mengetahui hubungan antara pola asuh authoritative
dengan self-compassion pada individu dewasa awal. Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang positif antara pola asuh authoritative dengan self-compassion pada dewasa awal.
Responden penelitian ini yakni sebanyak 150 mahasiswa aktif dari jurusan Hukum Keluarga Islam
UINSA. Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif korelasi yang menunjukkan
hasil bahwa terdapat hubungan positif dengan nilai koefisien korelasi r = 0.639 dan nilai signifikansi
p = 0.000 (p<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin authoritative pola pengasuhan yang
diberikan oleh orangtua kepada individu, maka semakin tinggi pula self-compassion yang dimiliki
oleh individu dewasa awal, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan antara pola asuh authoritative dengan self-compassion pada individu
dewasa awal, sehingga hipotesis pada penelitian ini dapat diterima.
Kata kunci : Pola asuh authoritative, Self-compassion, Dewasa awal

Abstract
This study aims to determine the relationship between authoritative parenting and self-compassion in
early adults. The hypothesis in this study is that there is a positive relationship between authoritative
parenting and self-compassion in early adulthood. Respondents of this study were 150 active students
from the Islamic Family Law department of UINSA. Data analysis in this study used quantitative
correlation techniques which showed the results that there was a positive relationship with a
correlation coefficient value of r = 0.639 and a significance value of p = 0.000 (p <0.05). This shows
that the more authoritative the parenting pattern given by parents to individuals, the higher the self-
compassion possessed by early adult individuals, and vice versa. Based on these results, it can be
concluded that there is a relationship between authoritative parenting and self-compassion in early
adults, so the hypothesis in this study can be accepted.
Key word : Authoritative parenting style, Self-compassion, Early adulthood

845
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Article History
Submitted :10-07-2023

Final Revised :10-07-2023


Accepted : 10-07-2023
This is an open access article under the CC-BY-SA license

Copyright © 2022 by Author, Published by Universitas Negeri


Surabaya

Fase dewasa awal merupakan masa transisi pada fase perkembangan dari remaja menuju
dewasa dengan rentang usia antara 20 hingga 40 tahun yang ditandai dengan peningkatan
eksplorasi dan eksperiman (Santrock, 2008). Menurut Kuwabara dkk. pada tahun 2007 individu
pada fase dewasa awal memiliki kondisi fisik dan optimisme yang optimal namun penuh
tekanan secara mental karena menanggung risiko tinggi akan kerentanan sosial dan
perkembangan. Hal ini dikarenakan adaptasi sosial maupun psikologis yang harus dilakukan
individu yang menyebabkan adanya ketidaknyamanan dan kebingungan akibat pergantian
peran lama.
Menurut Herawati & Hidayat (2020), terdapat berbagai permasalahan psikologis yang
terjadi pada masa dewasa awal manusia. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jurewicz pada
tahun 2015, permasalahan psikologis yang muncul pada masa dewasa awal merupakan kondisi
minoritas dibandingkan rentang usia lainnya, terutama pada kondisi yang parah. Berdasarkan
riset tersebut, permasalahan psikologis pada dewasa awal muncul karena rendahnya
kemampuan koping. Kemampuan koping yang berlebihan merupakan kondisi dimana individu
memiliki kemampuan rendah dalam mengelola diri dan terlalu berfokus pada resiko secara
berlebih (Jurewicz, 2015). Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan perkembangan
individu juga pemenuhan tugas perkembangan pada fase anak hingga remaja.
Berbagai permasalahan psikologis yang muncul dapat berakibat negatif bagi individu
karena dapat memicu konflik dalam diri individu serta memicu emosi negatif, seperti perasaan
kecewa terhadap lingkungan yang tidak sesuai dengan harapan, kecemasan, dan kurangnya rasa
kepuasan pada diri terhadap kehidupan yang dijalaninya (Herawati dkk., 2020). Emosi negatif
tersebut memicu gejala depresi pada masa dewasa awal, sehingga mereka cenderung mengkritik
serta menyalahkan diri sendiri karena merasa tidak pantas (Karinda, 2020). Perilaku-perilaku
yang dapat merugikan diri individu ketika menghadapi pengalaman-pengalaman negatif
tersebut dapat dihindari dengan memberikan pemahaman kepada dirinya, belajar mengolah
segala kekurangan, kenyataan dan berusaha menerima keadaannya (Rahma, 2022).
Memberikan pemahaman terhadap diri bahwa setiap manusia pernah mengalami
kegagalan dan hal tersebut merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap individu merupakan
konsep dari self-compassion (Neff, 2016). Self-compassion adalah kemampuan yang dimiliki
individu untuk dapat memahami serta menerima segala bentuk kenyataan yang dialaminya dan
tidak sekalipun menghakimi atau menyakiti dirinya (Sulhanuddin dkk., 2020). Self-compassion
sendiri merupakan belas kasih terhadap diri atau sikap memahami dan menerima serta memberi
kebaikan kepada diri sendiri (Hall dkk., 2014). Pendapat lain menyatakan Self-compassion
sebagai solusi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis maupun fisik manusia (Hall dkk.,
2014).
Pentingnya kemampuan self-compassion bagi individu pada masa dewasa awal, ialah
karena kemampuan ini dapat membantu individu melewati berbagai tantangan
perkembangannya, seperti mengurangi kecemasan pada individu yang berkaitan dengan harga
diri (Neff, 2014). Kecemasan yang berkaitan dengan harga diri adalah kekhawatiran atau
perasaan tidak aman tentang nilai diri seseorang. Hal ini sering kali melibatkan perasaan tidak

846
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

puas dengan diri sendiri, perbandingan dengan orang lain, dan kekhawatiran akan penilaian
negatif dari orang lain (Neff, 2014). Self-compassion juga dapat membantu indvidu dewasa
awal untuk mampu memahami, bertahan hidup, serta menyadarkan bahwa segala masalah pasti
selalu ada makna positif yang terselip (Raab, 2014).
Berbagai kekhawatiran yang disebabkan oleh tuntungan lingkungan sekitar merupakan
penyebab munculnya respon negative sehingga menjadi penyebab utama dari stress (Rahayu &
Ediati, 2022). Peran self-compassion sebagai respon yang positif dan supportive terhadap diri
individu yang mempu meyakinkan diri individu serta dapat menerima diri dalam kondisi
terburuknya. Kemampuan self-compassion yang dimiliki individu mampu mengatasi
permasalahan yang sedang dialaminya, seperti perasaan terasingkan oleh lingkungannya,
perasaan malu, kecenderungan untuk tampil sempurna, perfeksionisme dalam menciptakan
batasan terhadap harapan yang kurang realistis (Karinda, 2020).
Rendahnya kemampuan self-compassion pada individu dewasa awal juga berdampak
pada proses pemberian maaf individu terhadap dirinya pada permasalahan yang terjadi,
terutama pengalaman negatif. (Neff, 2016). Kemampuan self-compassion yang dimiliki,
diharapkan mampu membantu individu dalam hal penerimaan diri terhadap kelebihan serta
kekurangan yang dimilikinya. Selain itu self-compassion berperan kuat dalam proses adaptasi
dalam menghadapi perubahan peran sosial dan tugas perkembangan pada masa dewasa awal.
Self-compassion merupakan perilaku terbuka kepada diri sendiri, dimana individu mampu
untuk tidak menghindari dan mampu menerima berbagai emosi negative ataupun sebuah
masalah dengan cara berbuat baik terhadap dirinya (Karinda, 2020).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi self-compassion menurut Neff (2003) yakni
jenis kelamin, usia, budaya, kepribadian, serta peran kedua orang tua. Peran kedua orang tua
yang dimaksud ialah pengaruh pola asuh atau parenting yang diberikan kepada anak pada masa
kecilnya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak dengan
orang tua yang memiliki pengasuhan authoritative memiliki kelekatan yang masa kanak-kanak
lebih tinggi, dimana hal ini berpengaruh pada perkembangan pada kemampuan self-compassion
(Pepping dkk., 2015). Peran orang tua berkontribusi cukup besar dalam prosesnya. Parenting
atau pola asuh yang diterima individu pada masa perkembangannya sejak lahir, berkaitan
dengan arahan, tuntutan, dan berbagai proses kognitif dari perilaku orang tua terhadap dirinya
yang akan membentuk kepribadian hingga pemahaman diri mereka (Adila & Kurniawan,
2020).
Pada teori yang diungkapkan oleh Baumrind pada tahun 1967, menyatakan bahwa
terdapat 4 jenis pola asuh, yakni pola asuh authoritarian, pola asuh authoritative, pola asuh
permisif, dan pola asuh pengabaian (Santrock, 2010). Pola asuh authoritative merupakan pola
asuh yang memberikan kebebasan kepada anak namun masih tetap dalam pengawasan
orangtua, memberikan ruang kepada anak dalam mengambilan keputusan, namun tetap
memberikan beberapa pertimbangan serta resiko yang akan dihadapinya. Pola asuh yang tepat
dan sesuai dengan kebutuhan akan mempengaruhi perkembangan anak (Viena, 2021). Orangtua
yang menerapkan pola asuh authoritative kepada anaknya, mereka akan merasakan kasih
sayang yang cukup dan tidak merasa terkekang oleh berbagai peraturan yang diberikan oleh
orang tuanya, sehingga dapat menciptakan individu yang memiliki rasa tanggung jawab
terhadap kewajibannya.
Pola asuh yang orang tua terapkan terhadap anak dengan memberikan perilaku
acceptance dan responsive pada kebutuhan perkembangan anaknya, akan menciptakan individu
yang berani berpendapat dan tidak ragu dalam pengambilan keputusannya (Candrawati, 2019).
Individu dengan tipe pola pengasuhan authoritative biasanya terlihat cukup ceria, memiliki
kepercayaan diri yang cukup tinggi, mampu mengendalikan diri dengan baik, dan memiliki jiwa
bersosialisasi yang bagus, karena orang tua mengasuhnya dengan memberikan perhatian serta
kasih sayang yang cukup, dan selalu memenuhi setiap kebutuhan anaknya terutama kebutuhan

847
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

dalam perkebangan (Rahma, 2022). Dengan adanya pola asuh yang baik mampu menciptakan
individu dengan kepribadian serta kebiasaan yang baik pula.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahma (2022), menyebutkan bahwa kelekatan dan
kualitas dari pola asuh yang diterapkan oleh orangtua pada anaknya akan memberikan pengaruh
terhadap self-compassion pada individu, dengan begitu individu akan menerapkan apa yang
diberikan orang tuanya kepada dirinya. Pola asuh dengan kelekatan yang aman dan hangat
mampu membantu individu merasa aman dalam lingkungannya, tanpa ada rasa tidak dicintai
dan pengabaian oleh lingkungannya, serta mampu meningkatkan self-compassion yang baik
pula. Terdapat korelasi positif pada orangtua yang menerapkan pola asuh authoritative atau
pola asuh dengan memberikan kebebasan untuk menentukan pilihan namun masih memberikan
pengawasan yang tidak berlebihan kepada anak dengan kemampuan self-compassion individu
dewasa awal (Rahma, 2022). Pada penelitian yang dilakukan oleh Maya dkk. (2018)
menunjukkan bahwa anak yang diberikan pola asuh authoritative mampu menciptakan individu
dengan tingkat regulasi diri yang tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Dakers (2017) dalam karyanya yang berjudul “Parenting
Style as a Predictor of Self Compassion among a Group of Adolescents” diungkapkan bahwa
munculnya kemampuan self-compassion pada individu berkaitan erat dengan pola asuh yang
diberikan orang tua kepada anaknya, oleh karena itu penting bagi orang tua untuk selalu
mendukung perkembangan self-compassion pada anak. Individu yang di asuh dengan penuh
kehangatan, penuh kasih sayang, terbuka dengan segala keputusan dan memiliki orang tua yang
responsif mampu menciptakan individu yang memiliki kemampuan self-love dan self-
compassion yang baik. Aprilia (2019) juga mengungkapkan terdapat hubungan positif antara
pola asuh authoritative yang diterapkan oleh orang tua terhadap kematangan emosi pada
individu, kematangan emosi merupakan bagian dari kemampuan self-compassion dimana
individu mampu mengontrol emosinya, mampu bertindak dengan bijak disuatu kondisi apapun
sehingga dapat memberikan keputusan dengan bijak pula.
Wawancara awal dilaksanakan peneliti pada beberapa mahasiswa Hukum Keluarga Islam
UINSA, yang berjumlah 8 orang, 3 orang diantara mereka merupakan seseorang yang cukup
memiliki kepribadian yang ceria, ia juga terlihat memiliki banyak teman yang juga peduli
kepadanya, 2 diantaranya merupakan seseorang yang memiliki kemampuan menjadi pendengar
yang baik, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya teman disekitarnya yang juga peduli
kepadanya. Setelah ditelusuri ternyata peneliti menemukan bukti bahwa 5 orang tersebut
memiliki pola asuh yang sangat baik dirumahnya, 2 orang yang diakui oleh teman-temannya
berkemampuan menjadi pendengar yang baik memiliki orang tua yang sangat terbuka
terhadapnya, mereka selalu menerapkan berpamitan ketika akan keluar rumah dan sesampainya
dirumah selalu disambut hangat oleh kedua orang tuanya.
Peneliti juga menemukan bukti terbalik untuk 3 orang yang terlihat cukup tertutup dan
pemalu, setelah melakukan survei singkat, ditemukan bahwa mereka merasa orang tuanya
memberikan beberapa peraturan yang sudah tidak berkaitan dengan usianya, salah satu
contohnya memberikan batas waktu untuk keluar rumah, selain untuk berkuliah dan kegiatan
penting lainnya ia harus kembali, jika tidak orang tua akan menghukum tidak memberikan uang
jajan, ia juga merasa dirinya kurang memiliki kebebasan, karena merasa keputusan yang akan
diambil merupakan keputusan yang salah, hanya keputusan orang tua yang paling benar dan
harus dilakukan, salah satu dari mereka pun sering melakukan self-harm ketika mendapat
preasurre dari orang tuanya.
Terdapat pendapat serupa dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Neff dan Germer
(2010) dimana individu yang dibesarkan dalam lingkungan atau keluarga dengan situasi yang
supportive, nyaman dan damai akan menciptakan individu dengan kemampuan self-compassion
atau bisa mengasihi dirinya dengan cukup. Sebaliknya, pola asuh yang tidak mendukung seperti
pola asuh otoriter (authoritarian), pola asuh yang menekan, atau pola asuh yang mengabaikan

848
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

dapat membuat seseorang sulit mengembangkan self-compassion (Sukamto dkk., 2020).


Namun, self-compassion juga dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman hidup,
bahkan jika seseorang dibesarkan dengan pola asuh yang kurang mendukung (Rahayu dkk.,
2022). Self-compassion dapat dikembangkan seiring dengan berjalannya waktu dan berbagi
permasalahan yang akan dialami oleh tiap individu.
Berdasarkan beberapa bukti dari penelitian sebelumnya mengenai penerapan pola asuh
authoritative beserta fungsinya dalam perkembangan self-compassion pada seorang individu,
maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pola asuh authoritative dengan self-
compassion pada individu dewasa awal.
Metode
Penelitian kali ini menggunakan metode kuantitatif, pengambilan data menggunakan
kuisioner, kemudian diolah dalam bentuk statistik untuk uji hipotesisnya (Sugiyono, 2018).
Penelitian ini akan menggunakan teknik penelitian korelasional untuk mengetahui muncul
tidaknya hubungan antara pola asuh authoritative dengan self-compassion pada individu
dewasa awal. Lokasi yang akan dipilih untuk penelitian kali ini adalah di salah satu kampus
Islam Negeri yang berada di wilayah Surabaya, yakni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
(UINSA) dengan jurusan Hukum Keluarga Islam.
Sampel/populasi
Populasi adalah suatu kelompok atau suatu wilayah yang digenelisir dan terdiri dari
beberapa subjek dan objek dengan karakteristik atau kualitas tertentu yang telah ditentukan oleh
peneliti dan akan dipelajari untuk kemudian disimpulkan dikemudian hari (Sugiyono, 2018).
Populasi pada penelitian ini merupakan keseluruhan dari jumlah penelitian yakni mahasiswa
jurusan Hukum Keluarga Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang berusia 20-30
tahun (dewasa awal). Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang dirasa
lebih mudah untuk mengklasifikasikan karakteristik dari subjek penelitian. Responden yang
akan diberi kuesioner untuk penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, sebagai berikut:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑒)2
n = Jumlah sampel minimal
N = Jumlah populasi
e = Margin eror yang ditoleransi
Persen kesalahan yang diinginkan (sebesar 5%) berdasarkan acuan pada tingkat
kesalahan maksimal yang dapat ditolerir pada penelitian ini, maka jumlah sampel berdasarkan
populasi sebanyak 240 mahasiswa yakni 150 mahasiswa.
Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data menggunakan skala pola asuh authoritative yang diadaptasi
dari teori Baumrind (1996) yang memiliki 4 dimensi yakni pandangan orang tua kepada anak,
komunikasi, penerapan disiplin, dan pemenuhan kebutuhan anak. Untuk skala self-compassion
diadaptasi oleh Neff (2003) dengan dimensi self-kindness, common humanity, dan mindfulness.
Penelitian ini menggunakan skala likert, karena memiliki reliabilitas yang cukup tinggi pada
suatu penelitian. Skala likert pada penelitian ini memiliki 4 kategori, antara lain: Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Instrumen dalam penelitian
ini menggunakan aitem favourabel dan unfavourabel.
Uji coba pada skala pola asuh authoritatuve dan skala self-compassion dilakukan
dengan melibatkan 30 mahasiswa dari jurusan Hukum Keluarga Islam UINSA. Uji coba skala

849
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui daya beda aitem pada kedua skala, yaitu skala
pola asuh authoritative dengan skala self-compassion serta melihat uji reliabilitas pada kedua
aitem tersebut.
Uji validitas dari variabel X dengan berdasarkan aspek pola asuh authoritative yang
dikemukakan oleh Baumrind (1996). Hasil dari pengujian validitas pada skala pola asuh
authoritative dari 24 aitem yang diuji coba dan dianalisis, diperoleh 18 skor ≥ 0,30. Item
tersebut dapat dikatakan memiliki daya beda yang tinggi dan konstruk yang kuat dengan
Corrected Item Correlation sebesar 0,314-0,669, sehingga aitem tersebut dapat digunakan
untuk penelitian kali ini. Terdapat 6 aitem yang tidak memenuhi skor dan gugur.
Sedangkan, pada Skala Self-Compassion (Neff, 2003) dari pengujian validitas pada
skala Self-Compassion dari 36 aitem yang diuji coba dan dianalisis, diperoleh 20 skor ≥ 0,30.
Item tersebut dapat dikatakan memiliki daya beda yang tinggi dan konstruk yang kuat dengan
Corrected Item Correlation sebesar 0,301-0,653, sehingga aitem tersebut dapat digunakan
untuk penelitian kali ini. Terdapat 16 aitem yang tidak memenuhi skor dan gugur.
Analisis data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan metode
kuantitatif korelatif, dimana statistik akan digunakan untuk mengetahui muncul tidaknya
sebuah hubungan antar variabel yang dipilih. Dalam penelitian, analisis data dilakukan dengan
tujuan untuk menginterpretasi dan melakukan kesimpulan pada sejumlah data yang telah
didapatkan. Pada penelitian kuantitatif terdapat dua kegiatan analisis data, yaitu
mendeskripsikan data dan melakukan uji statistik (inferensi).
Mendeskripsikan data merupakan sebuah penggambaran data yang diperoleh melalui
responden sehingga dapat mudah dimengerti oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan
hasil penelitian. Kegiatan mendeskripsikan data dilakukan dengan pengukuran statistik
deskriptif. Dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi berganda
dengan software SPSS versi 25.0 for windows. Untuk pengujian hipotesis antara pola asuh
authoritative dengan self-compassion, peneliti menggunakan analisis korelasional dengan
teknik pearson product moment. Hasil yang telah melalui uji tersebut terdapat dua
kemungkinan yaitu hipotesis diterima atau ditolak.
Hasil

Pengelolaan data pada penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui hasil deskriptif
yang terdiri dari nilai mean, min, max, san standar deviasi. Berdasarkan pengelolaan data yang
telah dilakukan menggunakan bantuan SPSS 25.0 for windows, dapat diperoleh hasil sebagai
berikut:

Tabel 1 Deskripsi Statistik Data Penelitiane

N Min Max Mean Std.


Deviation
Pola asuh 150 33 57 44.9067 4.30599
authoritative
Self-compassion 150 39 64 50.7733 5.08075

Berdasarkan tabel deskripsi data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dari 150 subjek
yang digunakan pada penelitian ini, terlihat nilai mean untuk variabel self-compassion adalah
50.7733 dengan nilai tertinggi adalah 64 dan nilai terendahnya ialah 39. Sedangkan pada
variabel pola asuh authoritative nilai mean yang dihasilkan ialah 44.9067 dengan nilai

850
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

tertingginya 57 dan nilai terendah adalah 33. Nilai standard deviasi pada variabel self-
compassion adalah 5.08075 dan untuk variabel pola asuh authoritative adalah sebesar 4.30599.
Pada nilai standar deviasi berdasarkan hasil penelitian yakni menunjukkan nilai kurang dari 1
SD (1 SD = 6), dimana angka standar deviasi pada kedua variabel sebesar 5.08075 dan 4.30599
yang bermakna data penelitian bersifat kurang bervariasi. Hal tersebut disebabkan oleh
keterbatasan pengelompokan usia dimana responden yang mengisi kuesioner hanya dari usia
20 hingga 23 tahun.
Uji normalitas menggunakan Kolmogov-smirnov, yang dibantu dengan menggunakan
SPSS 25.0 for windows. Data pada penelitian ini dapat dikatakan terdistrubusikan secara normal
apabila memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05 (p>0,05), sedangkan sebaliknya data dapat
dikatakan tidak terdistribusikan secara normal apabila nilai signifikasi yang diperoleh pada
hasil penelitian ini menunjukkan kurang dari 0,05 (p<0,05).
Tabel 2 Kategori Skor Normalitas

Nilai F Sig Interpretasi


p>0,05 Distribusi data normal
P<0,05 Distribusi data tidak normal

Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan oleh peneliti melalui uji Kolmogrov-
smirnov pada variabel pola asuh authoritative terhadap self-compassion diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas

Variabel Sig (p) Interpretasi


Pola asuh authoritative 0,099 Distribusi data normal
Self-compassion 0,061 Distribusi data normal

Hasil menunjukkan bahwa diperoleh hasil bahwa besar nilai signifikansi pada variabel
pola asuh authoritative sebesar 0,099 (p>0,05) dan pada variabel self-compassion sebesar 0,061
(p>0,05), maka ditarik kesimpulan bahwa kedua variabel tersebut berdistribusi secara normal.
Uji lineritas dapat digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang linear pada
variabel pola asuh authoritative dengan self-compassion. Uji lineritas dapat dilakukan dengan
bantuan SPSS 25.0 for windows. Data penelitian dapat dikatakan linear apabila memiliki nilai
signifikansi kurang dari 0,05 (p<0,05), sebaliknya data dikatakan tidak linear apabila memiliki
nilai lebih dari 0,05 (p>0,05).

Tabel 4 Kategori Signifikansi Linearitas Data


Nilai Signifikansi Interpretasi
Sig<0,05 Distribusi Data Linear
Sig>0,05 Distribusi Data Tidak Linear

Berdasarkan hasil dari uji linearitas yang dilakukan dengan menggunakan test for
linearity terhadap variabel pola asuh authoritative dan self-compassion, dan diperoleh sebagai
berikut:
Tabel 5 Hasil Uji Linearitas

Sig (p) Ket

851
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Pola asuh authoritative Linearity 0,000


Between
Deviation from Linear
Self-compassion Groups 0,454
Linearity

Berdasarkan hasil dari tabel diatas disebutkan bahwa nilai signifikansi dari variabel pola
asuh authoritative dan self-compassion yakni sebesar 0,000 sehingga dapat dikatakan bahwa
nilai signifikansi dari kedua variabel tersebut menunjukkan hasil kurang dari 0,05 (p<0,05).
Dari hasil analisis uji linearitas tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear
antara kedua variabel.
Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi
pearson product moment dengan bantuan SPSS 25.0 for windows. Munculnya beberapa kriteria
dari besaran koefisien korelasi menurut (Sugiyono, 2018), adalah sebagai berikut:
Tabel 6 Kriteria Pedoman Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 – 0,199 Hubungan sangat rendah
0,20 – 0,399 Hubungan rendah
0,40 – 0,599 Hubungan sedang
0,60 – 0,799 Hubungan kuat
0,80 – 1,00 Hubungan sangat kuat

Hasil analisis data penelitian menggunakan pearson product moment untuk


membuktikan hipotesis penelitian, sebagai berikut:
Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis

Pola asuh
Self-compassion
authoritative
Pearson Correlation 1 .639*
Pola asuh authoritative Sig. (2.tailed) .000
N 150 150
Pearson Correlation .639* 1
Self-compssion Sig. (2.tailed) .000
N 150 150

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05) yang berarti
bahwa terdapat hubungan signifikan antara variabel pola asuh authoritative dan self-
compassion pada individu dewasa awal.

Pada perhitungan hasil korelasi pada penelitian menunjukkan hasil koefisien korelasi
antara pola asuh authoritative dengan self-compassion sebesar 0,639. Berkaitan dengan hal
tersebut dapat, maka dapat dikatakan bahwa variabel pola asuh authoritative dengan self-
compassion pada individu dewasa awal memiliki hubungan yang kuat pada penelitian ini.

Pembahasan

852
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Penelitian ini dilakukannya dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh
authoritative dengan self-compassion individu dewasa awal pada mahasiswa jurusan Hukum
Keluarga Islam di sebuah Universitas Islam Negeri yakni Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya. Penelitian ini memiliki hasil dari uji korelasi person product moment yang
telah dilakukan kepada 150 mahasiswa dengan bantuan SPSS 25.0 for windows dan diperoleh
dari nilai signifikansi sebesar 0,000, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikansi korelasi
dibawah 0,05 sehingga dapat diartikan hipotesis pada penelitian ini diterima. Maka hipotesis
pada penelitian ini yakni adanya hubungan antara variabel pola asuh authoritative dengan self-
compassion pada mahasiswa jurusan Hukum Keluarga Islam.
Hasil uji hipotesis dengan pearson product moment tersebut juga menghasilkan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,000 (sig<0,05) dimana nilai tersebut diambil dari variabel pola asuh
authoritative dengan self-compassion. Hal tersebut memiliki arti dimana terdapat hubungan
yang dignifikansi, sehingga hipotesis yang telah diajukan dapat diterima bahwa terdapat
hubungan antara pola asuh authoritative dengan self-compassion. Hasil dari uji hipotesis yang
menggunakan person product moment dimana pengujian hipotesis ini dilakukan untuk dua
variabel yang sedang diteliti sehingga mendapatkan hasil nilai koefisien korelasi sebesar 0,639
(r=0,639). Menurut kategorisasi yang telah disebutkan bahwa jhasil dari uji hipotesis penelitian
ini termasuk dalam kategori kuat, maka dapat diartikan bahwa tingkat hubungan antara pola
asuh authoritative dengan self-compassion dewasa awal pada mahasiswa Hukum Keluarga
Islam UINSA masuk dalam golongan kuat.
Hasil uji hipotesis dari nilai koefisien korelasi (r) bukan hanya menunjukkan tingkat
hubungan, namun dapat menunjukkan juga adanya tanda positif ataupun negatif. Ketika hasil
dinyatakan positif pada koefisien korelas maka adanya hubungan yang searah antara dua
variabel yang diteliti. Sebaliknya, ketika dinyatakan negatif menunjukkan bahwa adanya
hubungan berlawanan antara kedua variabel yang diteliti. Berdasarkan hasil hipotesis yang telah
dilakukan dengan bantuan SPSS 25.0 for windows, hasil dari penelitian ini menunjukkan tanda
positif, sehingga sudah jelas adanya hubungan yang searah mengenai kedua variabel yang
sedang diteliti yakni pola asuh authoritative dengan self-compassion. Semakin tinggi pola asuh
authoritative yang diterapkan oleh orangtua mahasiswa dewasa awal maka semakin tinggi pula
self-compassion yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut, atau sebaliknya apabila pola asuh
authoritative semakin rendah maka self-compassion pada mahasiswa pun juga menurut.
Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa
terdapat arah positif pada hubungan kedua variabel yang diteliti, sehingga dapat disimpulkan
bahwa self-compassion yang dimiliki oleh diri mahasiswa akan meningkat ketika mereka
mendapatkan pola pengasuhan authoritative di rumah yang diterapkan oleh orangtua
mahasiswa jurusan Hukum Keluarga Islam UINSA. Mahasiswa yang sudah cukup mengasihi
dirinya ketika melewati pengalaman buruk tersebut disebabkan oleh pola pengasuh dari orang
tuanya di rumah, dimana orangtua yang sudah cukup memberikan kasih sayang serta perhatian
penuh kepada individu, sehingga individu juga mampu mengasihi dirinya ketika sedang
mengalami kegagalan. Mahasiswa yang juga mampu memiliki sikap terbuka akan banyak hal,
tersebut berkaitan dengan pola asuh yang diterapkan orangtuanya, dimana orangtua mereka
mampu memberikan ruang kebebasan untuk individu menyampaikan pendapatnya dan
orangtua yang telah menerapkan komunikasi yang baik pula kepada individu.
Pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua kepada individu dimana para orangtua
memberikan otoritas dan kontrol yang tepat untuk individu, memberikan kesempatan kepada
individu untuk mengambil keputusannya dan bertanggung jawab atas tindakannya namun tetap
mengawasi tindakan individu serta selalu menawarkan bantuan ketika individu butuh dapat
menciptakan individu yang pandai mengontrol emosinya serta individu yang menerima diri

853
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

bahwa setiap orang pernah mengalami kegagalan. Penelitian ini memberikan dampak baik bagi
mahasiswa yang memiliki pola pengasuhan authoritative dimana mereka akan memiliki
kemampuan self-compassion pada saat mahasiswa tersebut menginjak perkembangan dewasa
awalnya. Manfaat lain juga pada mahasiswa yang berani melewati pengalaman negatifnya,
dimana mereka tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan berani bangkit dari pengalaman
negatifnya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan temuan bahwa
dengan diterapkannya pola asuh authoritative oleh orangtua mahasiswa muncul sikap
mengasihi pada diri mahasiswa yang berada di fase dewasa awal. Hasil penelitian tersebut
mendukung penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Rahma (2022), dimana orang tua
yang mengasuh anaknya dengan pengasuhan authoritative maka mampu memberikan
kehangatan, pemahaman, dukungan, perhatian, serta mampu merangkul anaknya ketika
mengalami masa terpuruknya. Hasil penelitian yang mendukung lainnya menemukan hasil
bahwa pola pengasuhan authoritative yang diterapkan oleh orangtuanya semakin tinggi
terutama dari ibunya, maka anak akan cenderung memiliki tingkat self-compassion yang tinggi
pula ketika beranjak menuju fase dewasa awal (Neff dkk., 2014). Orangtua yang menerapkan
gaya pengasuhan authoritative akan berusaha mempertimbangkan setiap aturan yang sejalan
dengan tugas perkembangan anaknya dan selalu memantau setiap tumbuh kembang anaknya
(Aprilia, 2019).
Hasil penelitian dari orangtua yang responsif dengan adanya tanda kehangatan,
kepekaan, pengasuhan dan penerimaan tersebut berhubungan dengan kemampuan seorang
individu untuk mengembangkan self-compassion (Hall dkk., 2014). Hal tersebut berkaitan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Neff (2009) bahwa individu yang diasuh dengan
pola pengasuhan authoritative yang memiliki keluarga dengan lingkungan nyaman, anak
merasa aman, serta supportif akan menciptakan sikap kepedulian yang tinggi dan memiliki self-
compassion yang lebih baik. Apabila anak yang dibesarkan oleh keluarga dengan lingkungan
yang kurang nyaman, tidak aman, dan merasa terancam maka akan menimbulkan turunnya
kemampuan self-compassion pada diri anak.
Peneliti pada penelitian ini melihat adanya hasil analisis tambahan untuk menambah
kejelasan hubungan antara aspek dari pola asuh authoritative yakni memberikan kontrol yang
otoritas yang tepat, komunikasi yang efektif, memberikan batasan yang jelas, serta mampu
memenuhi kebutuhan dan dukungan emosional kepada anak. berdasarkan 4 aspek dari pola
asuh authoritative tersebut mempunyai korelasi yang positif signifikan dengan kemampuan
self-compassion. Berdasarkan dari aspek pemenuhan kebutuhan pada anak yang memegang
peran besar pada self-compassion. Hal tersebut berjalan dengan penerapan aspek komunikasi
yang efektif dimana orangtua dan anak dilatih untuk saling terbuka satu sama lain, dan berkaitan
dengan aspek lainnya yakni pemberian batasan yang jelas serta menerapkan otoritas kontrol
yang tepat kepada anak, sehingga anak dapat mengerti alasan orangtua memberi batasan dan
aturan tersebut. Adanya komunikasi yang baik dalam keluarga tersebut dan pemenuhan
kebutuhan serta dukungan emosional yang diberikan orangtua mampu menumbuhkan
kemampuan self-compassion pada diri anak. berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat
penelitian yang sejalan pula yang dilakukan Raab pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa
adanya komunikasi yang efektif yang diterapkan oleh orangtua dan anak yang kemudian
menghasilkan keputusan bersama akan berkorelasi dengan self-compassion yang lebih tinggi
pula.
Berdasarkan aspek pandangan orangtua terhadap anak, terdapat pemberian otoritas
kontrol yang tepat dan memberikan kesempatan berpendapat dan menentukan sebuah
keputusan juga memberikan pengaruh pada self-compassion. Adanya otoritas kontrol yang

854
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

tepat kepada anak, orangtua cenderung memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih
keputusannya namun masih tetap memantau setiap tindakan mereka, dan selalu menawarkan
bantuan ketika anak membutuhkan sehingga anak akan merasa tetap mendapatkan perhatian
dan anak akan menerima aturan yang ditetapkan. Hal tersebut berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Bluth dan Blanton (2014) bahwa tingkat ketinggian pengekangan,
penolakan dan sifat orangtua yang kurang memberikan kehangatan dirumah menghasilkan self-
compassion yang rendah pula.
Peneliti mengkategorikan hasil penelitian pada variabel pola asuh authoritative dan
variabel self-compassion. Pada variabel bebas yakni variabel pola asuh authoritative ditemukan
hasil bahwa responden dalam penelitian ini rata-rata mendapatkan gaya pengasuhan cukup
authoritative dari orangtuanya. Berdasarkan hal tersebut, bisa dilihat juga pada kategori
variabel self-compassion dimana responden pada penelitian ini memiliki rata-rata nilai self-
compassion yang baik. Selain pengaruh dari pola pengasuh authoritative yang diterapkan
orangtua kepada anaknya mungkin ada faktor lainnya yang mempengaruhi self-compassion
pada individu dewasa awal yang tidak diukur oleh peneliti pada penelitian kali ini. Adapun
faktor lain yang dapat mempengaruhi self-compassion yakni budaya, usia dan jenis kelamin,
tekanan eksternal, lingkungan sosial, motivasi, pendidikan, ekonomi dan pengalaman yang
kurang menyenangkan yang dapat menyebabkan trauma pada individu (Raab, 2014). Peneliti
tidak melakukan uji tambahan untuk pengelompokan pada suku budaya karena dirasa kurang
bervariasi karena rata-rata mereka berdomisili di daerah yang sama.
Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa ada
korelasi yang signifikan antara pola asuh authoritative dengan self-compassion pada individu
dewasa awal. Beberapa aspek yang telah disebutkan dari teori pola asuh authoritative pada
penelitian ini memiliki hubungan yang signifikan terhadap variabel terikatnya yakni self-
compassion. Dari hasil penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pola asuh authoritative
mampu membentuk kemampuan self-compassion lebih efektif ketika individu memasuki fase
dewasa awal nantinya. Gaya pengasuhan authoritative yang diterapkan orangtua ini merupakan
prediktor yang cukup kuat pada saat pembentukan self-compassion dikemudian hari (Neff dkk.,
2014). Individu dewasa awal yang memiliki kemampuan self-compassion dengan kategori
tinggi mampu memberikan perlakuan yang baik pula terhadap diri mereka ketika berada dalam
pengalaman yang kurang menyenangkan, sehingga ketika individu sedang mengalami masa
sulitnya atau kegagalan mereka akan percaya diri dan mampu bangkit dari keterpurukannya
serta mampu menyadari bahwa bukan hanya dia yang mengalami masa sulit namun setiap orang
memiliki kegagalan dalam hidup masing-masing dan kemudian mampu menerima dirinya
kembali setlah apa yang telah dialaminya (Karinda, 2020).
Adanya tingkat self-compassion yang tinggi dikaitkan dengan meningkatnya
kebahagiaan individu sehingga menurunkan tingkat depresi, kecemasan, serta mengurangi
ketakutan pada kegagalan yang akan terjadi ( Neff, 2011). Berdasarkan hasil keseluruhan yang
diperoleh dan dijelaskan oleh peneliti, maka penelitian ini dianggap sudah cukup berjalan
dengan baik, namun tetap saja masih ada kekurangan pada penelitian ini. Peneliti menganggap
kekurangan pada penelitian ini adalah terdapat pada faktor yang mempengaruhi self-
compassion pada penelitian ini hanya meneliti satu faktor saja yakni pola asuh authoritative,
sehingga beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi self-compassion tidak diukur pada
penelitian ini. Keterbatasan lain pada penelitian ini yakni pada literatur terkait pola asuh
authoritative dan self-compassion individu dewasa awal pada mahasiswa jurusan Hukum
Keluarga Islam UINSA masih sangat terbatas dan belum banyak yang melakukan penelitian
pada variabel terkait.
Kesimpulan

855
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Berdasarkan seluruh rangkaian penelitian yang telah dilaksanakan, hasil dari analisis
kuantitatif pada data penelitian dapat disimpulkan bahwa pola asuh authoritative memiliki
korelasi positif yang signifikan dengan variabel self-compassion pada individu dewasa awal.
Korelasi positif antara kedua variabel pola asuh authoritative dan self-compassion
menunjukkan bahwa pola asuh authoritative mampu membantu pembentukan self-compassion
pada saat mahasiswa Hukum Keluarga Islam UINSA berada di fase dewasa awal. Korelasi
positif yang signifikan antara dua varibael tersebut juga memberikan tanda bahwa ketika orang
tua menerapkan pola pengasuhan authoritative maka akan semakin efektif pula kemampuan
self-compassion pada diri mahasiswa dewasa awal. Hal tersebut dikuatkan oleh hasil analisis,
dimana hasil menunjukkan bahwa adanya korelasi positif yang signifikan antara aspek dari pola
asuh authoritative dan aspek dari self-compassion pada individu dewasa awal.
Saran
Hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengajukan beberapa saran kepada
responden penelitian untuk menerapkan aspek dari self-compassion, karena berdasarkan data
yang ada masih ada beberapa yang memiliki kemampuan self-compassion rendah. Dan ketika
sudah berkeluarga nantinya diharapkan responden mampu menerapkan aspek dari pola asuh
authoritative juga, tidak menerapkan kekangan ataupun pengabaian pada anak, sehingga ketika
anak mengalami permasalahan di setiap tahap perkembangannya mereka mampu bangkit dari
kegagalan yang terjadi.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan
mengenai pentingnya memberikan pola asuh yang diterapkan orangtua kepada indvidu dengan
baik yang juga dimana hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan self-compassion
individu pada saat menginjak dewasa awal. Pada penelitian ini yang hanya berfokus pada
hubungan pola asuh authoritative dan self-compassion pada indvidu dewasa awal. Penelitian
ini tidak membahas faktor lain yang dapat mempengaruhi self-compassion pada individu
dewasa awal. Bagi peneliti yang ingin meneliti pola asuh authoritative dan self-compassion
juga, diharapkan dapat memperhatikan atau meneliti faktor lain yang mempengaruhi
kemampuan self-compassion individu, serta diharapkan pada penelitian selanjutnya lebih
memperluas populasi dan memperbanyak sampel untuk diteliti.
Daftar Pustaka
Ahmed, N., & Bhutto, Z. H. (2016). Relationship between parenting styles and self-
compassion in young adults. Pakistan Journal of Psychological Research, 31(2), 441-
452.
https://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=afh&AN=121667818&site=eh
ost-live
Adila, D. R. (2019). Proses kematangan emosi pada individu dewasa awal yang
dibesarkan dengan pola asuh orang tua permisif (Doctoral dissertation,
UNIVERSITAS AIRLANGGA). https://doi.org/10.20473/jpkm.v5i12020.21-34

Amanah, S. N. A. (2020). Bentuk pola asuh orang tua dan implikasinya terhadap
karakter kemandirian anak. Al Naqdu: Jurnal Kajian Keislaman, 1(1), 10-10.
http://www.jurnal.iaicirebon.ac.id/index.php/alnaqdu/article/download/7/
8.

856
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Apriani, R., Probowati, D., Indreswari, H., & Simon, I. M. (2020). Social intelligence,
love, self-regulation pada remaja yang adiksi game online jenis agresif dan non-
agresif. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori Dan Praktik Kependidikan, 5(1), 35-42.
http://journal2.um.ac.id/index.php/jktpk/article/view/17616

Aprilia, R. A. (2019). Hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan


kematangan emosi pada mahasiswa fakultas psikologi universitas medan area.
1–112. https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/11296

Arsi, A., & Herianto, H. (2021). Langkah-langkah Uji Validitas Dan Realibilitas
Instrumen Dengan Menggunakan SPSS. https://osf.io/m3qxs

Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk
kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1),
102-122. https://doi.org/10.1007/s10826-013-9716-3

Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Pustaka Pelajar.

Baumrind, D. (1966). Effects of authoritative parental control on child behavior. Child


development, 887-907. http://www.jstor.org/stable/1126611

Bhat, S. A., & Shah, S. A. (2015). Self-compassion and mental health: A study on young
adults. International Journal of Research in Applied, Natural and Social Sciences, 3(4),
49-54.
https://www.researchgate.net/publication/308966748_Impact_Factor_JCC_18
207_-
_SELF_COMPASSION_AND_MENTAL_HEALTH_A_STUDY_ON_YOUNG_
ADULTS

Bluth, K., & Blanton, P. W. (2014). Mindfulness and self-compassion: Exploring


pathways to adolescent emotional well-being. Journal of child and family studies,
23, 1298-1309. https://link.springer.com/article/10.1007/s10826-013-9830-2

Candrawati, D. (2019). Persepsi terhadap pola asuh demokratis dan konsep diri
terhadap penyesuaian diri pada mahasiswa. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 8(2), 99-
107. https://doi.org/10.30872/psikostudia.v8i2.3048

Dakers, J. W. (2017). Dakers, J. W. (2017). Parenting Style as a Predictor of Self


Compassion among a Group of Adolescents. University of Johannesburg (South
Africa).
https://www.proquest.com/openview/515f27d96e7cbf2ade725eb0e30bba05/1
?pq-origsite=gscholar&cbl=2026366&diss=y

Fitriani, L. (2015). Peran pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan
emosi anak. Lentera, 17(1).
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/artikelEQ.pdf

Gara, N., Monigir, N. N., Tuerah, R. M. S., & Sumilat, J. M. (2022). Pengaruh Pola Asuh
Demokratis dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar.

857
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(4), 5024-5032.


https://doi.org/https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.3074.

Germer, C. K., & Neff, K. D. (2013). Self-compassion in clinical practice. Journal of


Clinical Psychology, 69(8), 856–867. https://doi.org/10.1002/jclp.22021

Hall, P. (2014). Cities of tomorrow: An intellectual history of urban planning and


design since 1880. John Wiley & Sons. https://doi.org/10.1007/s10826-013-9716-
3

Herawati, I., & Hidayat, A. (2020). Quarterlife crisis pada masa dewasa awal di
pekanbaru. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 5(2), 145-156.
https://doi.org/10.33367/psi.v5i2.1036

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. In Erlangga, Jakarta.

Jannah, M. (2018). Metodologi penelitian kuantitatif untuk psikologi. Universitas


Negeri Surabaya.

Jurewicz, I. (2015). Mental health in young adults and adolescents - Supporting general
physicians to provide holistic care. Clinical Medicine, Journal of the Royal College of
Physicians of London, 15(2), 151–154. https://doi.org/10.7861/clinmedicine.15-2-
151

Karinda, F. B. (2020). Belas kasih diri (self-compassion) pada mahasiswa. Cognicia, 8(2),
234-252. https://doi.org/10.22219/cognicia.v8i2.11288

Kuwabara, S. A., Van Voorhees, B. W., Gollan, J. K., & Alexander, G. C. (2007). A
qualitative exploration of depression in emerging adulthood: Disorder,
development, and social context. General hospital psychiatry, 29(4), 317-324.
https://doi.org/10.1016/j.genhosppsych.2007.04.001

Tabi'in, A. (2020). Pola asuh demokratis sebagai upaya menumbuhkan kemandirian


anak di panti asuhan dewi aminah. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early
Childhood Education, 3(1), 30-43. https://doi.org/10.24014/kjiece.v3i1.9581

Maya, S., Windiani, I. T., & Adnyana, I. S. (2018). Korelasi pola asuh orangtua terhadap
self-esteem remaja sekolah lanjutan tingkat pertama harapan Denpasar. Sari
Pediatri, 20(1), 24-30.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.14238/sp20.1.2018.24-30

Neff, K. D. (2012). The Science of self compassion: Compassion and wisdom in


psychotherapy. http://soundstrue-
ha.s3.amazonaws.com/mandala/microsites/neff-shapiro-tucson-
presentations/media/Neff-Handouts.pdf.

858
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Neff, K. D. (2016). The self-compassion scale is a valid and theoretically coherent


measure of self-compassion. Mindfulness, 7, 264-274.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s12671-015-0479-3

Neff, K. D. (2009). The role of self-compassion in development: A healthier way to


relate to oneself. Human development, 52(4), 211-214.
https://doi.org/10.1159/000215071

Neff, K. D. (2011). Self‐compassion, self‐esteem, and well‐being. Social and personality


psychology compass, 5(1), 1-12. https://doi.org/10.1111/j.1751-9004.2010.00330.x

Neff, K. D. (2016). The self-compassion scale is a valid and theoretically coherent


measure of self-compassion. Mindfulness, 7, 264-274.
https://doi.org/10.1007/s12671-015-0479-3

Neff, K. D. (2003). The Relational Compassion Scale: Development and Validation of a


new self rated Scale for the Assessment of Self Other Compassion. Self and
Identity, 2(3), 223–250. https://doi.org/10.1080/15298860390209035

Nuritasari, F. (2021). Hubungan Pola Asuh Authoritative dengan Kompetensi Sosial


pada Anak Usia 5–6 Tahun. https://jurnal.uns.ac.id/kumara

Nurmalia, P. H., Putri, A. M., Artini, I., & Pramesti, W. (2021). hubungan karakteristik
orang tua dengan stres pengasuhan orang tua yang memiliki anak retardasi
mental di SLB se-Bandar Lampung tahun 2019-2020. Psikologi Konseling, 18(1),
934-951. https://doi.org/Hubungan Karakteristik Orang Tua Dengan Stres
Pengasuhan. Jurnal Psikologi Konseling,

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human development. McGraw-Hill.

Pepping, C. A., Davis, P. J., O'Donovan, A., & Pal, J. (2015). Individual differences in
self-compassion: The role of attachment and experiences of parenting in
childhood. Self and Identity, 14(1), 104-117.
https://doi.org/10.1080/15298868.2014.955050

Putri, A. F. (2019). Pentingnya orang dewasa awal menyelesaikan tugas


perkembangannya. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling, 3(2), 35-
40. https://doi.org/10.23916/08430011

Raab, K. (2014). Mindfulness, self-compassion, and empathy among health care


professionals: a review of the literature. Journal of health care chaplaincy, 20(3), 95-
108. https://doi.org/10.1080/08854726.2014.913876

Rahayu, T. A., & Ediati, A. (2022). Self-compassion dan resiliensi pada mahasiswa di
era adaptasi kehidupan baru. Jurnal Empati, 10(5), 362-367.
https://doi.org/10.14710/empati.2021.32939

859
Vol. 10. No.01. (2023). Character : Jurnal Penelitian Psikologi

Rahma, A. P. (2022). Pola Asuh Demokratis dan Self-Compassion pada Individu


Dewasa Awal (Doctoral dissertation, Universitas Islam Indonesia).
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/38315

Robinson, C. C., Mandleco, B., Olsen, S. F., & Hart, C. H. (1995). Authoritative,
authoritarian, and permissive parenting practices: Development of a new
measure. Psychological reports, 77(3), 819-830.
https://doi.org/10.2466/pr0.1995.77.3.819

Rozana, A. A., Wahid, A. H., & Muali, C. (2017). Smart parenting demokratis dalam
membangun karakter anak. Al-Athfal Jurnal Pendidikan Anak, 4(1), 1-16.
https://doi.org/10.14421/al-athfal.2018.41-01

Santrock, J. W. (2007). A topical approach to life-span development, 3E. Ch, 5, 192.

Sari, P. P., Sumardi, S., & Mulyadi, S. (2020). Pola asuh orang tua terhadap
perkembangan emosional anak usia dini. Jurnal Paud Agapedia, 4(1), 157-170.
https://doi.org/https://doi.org/10.17509/jpa.v4i1.272

Sugiyono, P. D. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Penelitian Yang Bersifat:


Eksploiratif, Enterpretif Dan Konstruktif. Edited By Y. Suryandari. Bandung:
ALFABETA.

Sukamto, R. N., & Fauziah, P. (2020). Identifikasi pola asuh di kota Pontianak. Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(1), 923-930.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i1.638

Tridonanto, A. (2014). Mengembangkan pola asuh demokratis. Elex Media Komputindo.

Viena, Y. (2021). Pola asuh orang tua demokratis terhadap self regulated learning pada
anak. E-Jurnal Mitra Pendidikan, 5(12), 904-914.
https://doi.org/https://doi.org/10.52160/e-jmp.v5i12.883

860

Anda mungkin juga menyukai