Tahap Pengangkutan & Pemusnahan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

2.

1 TAHAP PENGANGKUTAN

Menurut Damanhuri (2010), Pengangkutan sampah adalah sub-sistem yang bersasaran


membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju
tempat pemrosesan akhir, atau TPA. Pengangkutan sampah merupakan salah satu komponen
penting dan membutuhkan perhitungan yang cukup teliti, dengan sasaran mengoptimalkan
waktu angkut yang diperlukan dalam sistem tersebut, khususnya bila:

 Terdapat sarana pemindahan sampah dalam skala cukup besar yang harus menangani
sampah
 Lokasi titik tujuan sampah relatif jauh
 Sarana pemindahan merupakan titik pertemuan masuknya sampah dari berbagai area.
 Ritasi perlu diperhitungkan secara teliti
 Masalah lalu lintas jalur menuju titik sasaran tujuan sampah Adapun syarat alat
pengangkut sampah adalah antara lain adalah :
 Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal dengan
jaring
 Tinggi bak maksimum 1,6 m
 Sebaiknya ada alat ungkit
 Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan dilalui
 Bak truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air sampah.
2.4.1. Metode Pemindahan Dan Pengangkutan
Pada saat pemindahan dan pengangkutan sampah yang sudah terpilah tidak
diperkenankan dicampur kembali. Pemindahan dan pengangkutan didasarkan atas jenis
sampah yang dipilah dapat dilakukan melalui :

1. Pengaturan jadwal pemindahan dan pengangkutan sesuai dengan jenis


sampah terpilah dan sumber sampah;
2. Penyediaan sarana pemindahan dan pengangkut sampah terpilah. Kegiatan
pengangkutan sampah harus mempertimbangkan :
1. Pola pengangkutan
2. Jenis peralatan atau sarana pengangkutan
3. Rute pengangkutan
4. Operasional pengangkutan
5. Aspek pembiayaan
2.4.2. Pola Pengangkutan Sampah
Menurut Tchobanoglous (1997), sistem pengangkutan sampah diklarifikasikan
menurut cara operasi ke dalam dua kategori :

Hauled Container System

HCS adalah sistem pengumpulan dimana container untuk menyimpan


sampah diangkut (hauled) ke tempat pembuangan, dikosongkan, dan
dikembalikan ke lokasi mereka semula atau beberapa lokasi lain. HCS cocok
untuk pemindahan sampah dari sumber dengan tongkat penimbunan sampah
tinggi karena container yang digunakan berukuran relative besar.
HCS mempunyai keuntungan hanya membutuhkan satu truck dan
pengemudi untuk menyelesaikan siklus pengumpul, masing-masing
kontainer yang diambil (pick-up) membutuhkan sebuah trip keliling ke lokasi
pembuangan (atau titik tujuan yang lain). Untuk itu, ukuran dan pemanfaatan
(utilization) kontainer adalah besar kepentingan ekonominya. Bila sampah
dapat dimampatkan (compress) dikumpulkan dan diangkut (hauled) di atas
jarak yang dipertimbangkan, keuntungan ekonomi dari pemadatan adalah
jelas.Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat (Hauled
Container Sistem = HCS), pola pengangkutan yang digunakan ada tiga cara:

1. Sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2.1 Pola kontainer angkat 1.


Proses pengangkutan:

a. Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut


sampah ke TPA.
b. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
c. Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA
d. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
e. Demikian seterusnya sampai rit akhir.
2. Sistem pengosongan kontainer cara 2

Gambar 2.2 Pola kontainer angkat 2.

Proses pengangkutan:

a. Kendaraan dari poll menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke
TPA.
b. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi keduauntuk
menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untukdiangkut ke
TPA.
c. Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

d. Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer
pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.

3. Sistem Pengosongan Kontainer


Gambar 2.3 Pola kontainer angkat 3.
Proses pengangkutan:

a. Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi


kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya
ke TPA
b. Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer
isi berikutnya.
c. Demikian seterusnya sampai rit terakhir

A. Sistem Pengakutan dengan Kontainer Tetap (Stationary Kontainer Sistem =


SCS)
SCS adalah sistem pengumpulan dimana container menyimpan sampah tetap
(remain) dititik penimbunan sampah. Pada umumnya SCS ini digunakan
untuk
pengumpulan semua jenis sampah. Sistemnya bervariasi tergantung pada
jenis. Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut
berupa truk kompaktor secara mekanis (gambar 4) atau manual (gambar 5)
Pola pengakutan dengan cara mekanis yaitu :

a. Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan


kedalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang
kosong.
b. Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk
kemudian menuju TPA.
c. Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

Gambar 2.4 Pengangkutan dengan SCS mekanis.

2.2 TAHAP PEMUSNAHAN

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan, antara lain :

a. Sanitary Landfill

Sanitary landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metodeini,
pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan cara
menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan
demikian, sampah tidak berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau
atau menjadi sarang binatang pengerat. Sanitary landfill yang baik harus memenuhi
persyatatan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya,
tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu tempat
yang jauh dari lokasi
pemukiman. Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menerapkan teknik sanitary
landfill ini, yaitu:

1. Metode galian parit (trench method)


Sampah dibuang ke dalam galian parit yang memanjang. Tanah bekas galian
digunakan untuk menutup parit tersebut. Sampah yang ditimbun dan tanah
penutup dipadatkan dan diratakan kembali. Setelah satu parit terisi penuh,
dibuat parit baru di sebelah parit terdahulu.

2. Metode area
Sampah yang dibuang di atas tanah seperti pada tanah rendah, rawa-rawa, atau
pada lereng bukit kemudian ditutup dengan lapisan tanah yang diperoleh dari
tempat tersebut.

3. Metode ramp
Metode ramp merupakan teknik gabungan dari kedua metode di atas.
Prinsipnya adalah bahwa penaburan lapisan tanah dilakukan setiap hari dengan
tebal lapisan sekitar 15 cm di atas tumpukan sampah.
Setelah lokasi sanitary landfill yang terdahulu stabil, lokasi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai sarana jalur hijau (pertamanan), lapangan olahraga,
tempat rekreasi, tempat parkir.
b. Incenaration

Incenaration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan sampah dengan


cara membakar sampah secara besar-besaran. Manfaat sistem ini, antara lain :
1. Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
2. Tidak memerlukan ruang yang luas.
3. Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
4. Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam kerja yang
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini : biaya besar,
lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.
Peralatanyang digunakan dalam insenarasi, antara lain :

1. Charging apparatus
Charging apparatus adalah tempat penampungan sampah yang berasal dari
kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah yang terkumpul
ditumpuk dan diaduk.
2. Furnace

Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi dengan jeruji
besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk sampah dan untuk
memisahkan abu dengan sampah yang belum terbakar. Dengan demikian
tungku tidak terlalu penuh.

3. Combustion

Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang lebih
panasdan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak terbakar pada
tungku pertama.

4. Chimmey atau stalk

Chimmey atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap keluar dan
mengalirkan udara ke dalam.
5. Miscellaneous features

Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari debu yang


terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.

c. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman
pembusuk pada kondisi tertentu. Proses ini menghasilkan bahan berupa kompos atau
pupuk hijau. Berikut tahap-tahap di dalam pembuatan kompos:

1. Pemisahan benda-benda yang tidak dipakai sebagai pupuk seperti gelas,


kaleng, besi.
2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil (minimal
berukuran 5 cm).
3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon dan nitrogenyang
paling baik (C:N=1:30).
4. Penempatan sampah dalam galian tanah yang tidak begitu dalam. Sampah
dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar pupuk dapat
terbentuk dengan baik.
d. Hog Feeding

Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya: babi). Perlu diingat
bahwa sampah basah harus diolah lebih dahulu (dimasak atau direbus) untuk
mencegah penularan penyakit cacing dan trichinosis.
e. Discharge to sewers

Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem pembuangan air


limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem pembuangan air limbah memang
baik.
f. Dumping

Sampah dibuang atau diletakkan begitu saja di tanah lapangan, jurang atau tempat
sampah.

g. Dumping in water

Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi pencemaran pada
air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan bahaya banjir.
h. Individual Incenaration

Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh penduduk terutama
di daerah pedesaaan.

i. Recycling

Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat dipakai ataudi
daur ulang. Contoh bagian sampah yang dapat di daur ulang, antara lain plastik,
kaleng, gelas, besi.

j. Reduction

Metode ini digunakan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya darijenis


garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian di olah untuk menghasilkan
lemak.
k. Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dipakai kembali misalnya kertas bekas. Bahayanya adalah
bahwa metode ini dapat menularkan penyakit.

DAFPUS

SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operational Pengelolaan Sampah Perkotaan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/Prt/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Dr. Yudiyanto, S.Si., M.Si. Yudistira Era, M.Ak. Tania Atika Lusi, M. Acc, Akt. 2019.
PENGELOLAAN SAMPAH Pengabdian Pendampingan di Kota Metro Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Agama Islam Negeri Metro

Anda mungkin juga menyukai