Aipsaripudin, Vol 4 No 1 113 (Nadiah Ismun Ashari)
Aipsaripudin, Vol 4 No 1 113 (Nadiah Ismun Ashari)
Aipsaripudin, Vol 4 No 1 113 (Nadiah Ismun Ashari)
ABSTRAK
Armijn Pane adalah salah seorang pendiri majalah Poedjangga Baroe yang lahir di
Muara Sipongi, Sumatra Utara, 18 Agustus 1908 dan meninggal pada tanggal 16
Februari 1970 di Jakarta karena pendarahan di otak. Karya-karyanya menyuarakan
ketidakadilan terhadap perempuan, salah satunya Belenggu yang memuat citra
perempuan. Tulisan ini berusaha mengkaji struktur intrinsik Belenggu sebagai
karya prosa, serta melihat seperti apa citra perempuan yang dikandungnya. Makna
belenggu disetiap tokoh mengalami perbedaan makna. Citra perempuan dalam
novel belenggu yaitu terdapat pada tokoh Tini dan Yah. Tini dan Yah adalah tokoh
yang terdapat pada Novel belenggu, Tini sendiri menginginkan adanya kesetaraan
anatara kaum perempuan dan kaum laki-laki dan Yah adalah tokoh yang
mencerminkan keinginan sikap wanita pada umunya. Metode yang digunakan
dalam junal ini adalah deskriptif analisis. Pendekatan yang digunakan dalam
menganalisis penulisan ini menggunakn pendekatan sosiologi sastra.
PENDAHULUAN
Karya sastra merupakan hasil rekaan yang diciptakan pengarang melalui
imajinasinya. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang saat ini banyak
digemari oleh masyarakat. Selain dapat dijadikan bahan pembelajaran sastra di
Sekolah, novel dapat menjadi sumber pendidikan karakter bagi pembacanya. Saat
ini, banyak novel yang mengangkat kisah hidup dan perjuangan perempuan dalam
melawan ketidakadilan. Novel tersebut memberikan gambaran pada pembaca
bahwa masih banyak perempuan-perempuan yang merasakan ketidakadilan dalam
menjalani kehidupannya. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji Novel berjudul
Belenggu Karya Armijn Pane dengan pendekatan feminisme eksistensialis.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana citra
perempuan yang terdapat dalam novel Belenggu? (2) Bagaimana bias gender yang
muncul dalam novel Belenggu? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan
citra perempuan yang terdapat dalam novel Belenggu. (2) Mendeskripsikan bias
gender yang muncul dalam novel Belenggu.
Citra Perempuan yang terdapat di novel Belenggu ini dapat dijabarkan dalam
bentuk domestifikasi perempuan sebagai alat ideologi patriarki, perempuan sebagai
konco wingking, perempuan sebagai makhluk yang irasional. Domestifikasi
perempuan sebagai alat ideologi patriarki diartikan perempuan merupakan makhluk
yang irasional. Perempuan lebih mengedepankan emosinya daripada logikanya
dalam berpikir. Dalam masyarakat, perempuan dianggap secara kontruksi budaya
sebagai seorang ibu, yang hanya mengurus rumah tangga dan suaminya.
Perempuan dianggap sebagai konco wingking, menjelaskan posisi dari perempuan
hanya memikirkan mengenai kodratnya saja, yaitu menjadi istri yang mengurus
suami dan rumah tangga. Perempuan sebagai makhluk yang irasional dimaksudkan
perempuan memiliki pemikiran berbeda dengan laki-laki yang menggunakan
rasional. Perempuan menggunakan perasaannya dalam melakukan tindakan.
Pak Kairuddin di Gerupuk. “„Semua sudah jelas. Tidak ada orang sesat yang
boleh dimakamkan di sini‟, kata Rohmat.”
Alur
Alur menurut Luxemburg ialah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai
sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan dan
yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Jan Van Luxemburg, 1986:149).
Kontuksi alur tidak bisa dibuat tanpa mengetahui rangkaian persitiwa yang
membentuk sebuah cerita atau dikenal sebagai plot. Plot adalah cerita yang berisi
Maksud dari kedua teks di atas adalah bahwa cerminan seorang perempuan
lebih dominan terkesan pemarah. Baik ditunjukkan melalui perkataannya dan baik
melalui sikapnya.