Jurnaling
Jurnaling
Jurnaling
______________ Abstrak:
Riwayat artikel: Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan citra perempuan pada tokoh utama
dalam novel “Kala” karya Stefani Bella dan Syahid Muhammad dengan kajian
Dikirim: 5 September 2020 feminisme ideologis. Penelitian dilakukan secara deskriptif kualitatif. Pengumpulan
Direvisi: 9 September 2020 data dilakukan dengan teknik kepustakaan dan teknik baca-catat serta metode
Diterima: 9 September 2020 membaca sebagai perempuan. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) citra
Diterbitkan: 30 Oktober 2020 fisik Lara adalah perempuan dewasa yang sederhana, apa adanya, dan tidak suka
bersolek, (2) citra psikis Lara adalah perempuan yang berjiwa kuat, tegar,
tanggung jawab, dan mandiri, (3) citra sosial Lara dalam keluarga adalah anak
perempuan yang berbakti kepada orang tuanya, dan (4) citra sosial Lara dalam
__________ masyarakat adalah perempuan yang ramah, mudah bergaul, dan aktif berkegiatan.
Sosok perempuan dalam novel “Kala” ini menggambarkan sosok perempuan yang
Katakunci: berhasil menyetarakan kedudukannya dengan laki-laki khususnya dalam bidang
citra, perempuan, feminis pekerjaan di ranah publik. Ketidakadilan yang dihadapinya karena jenis kelamin
ideologis tidak menjadikan perempuan lemah dan terpuruk tetapi membangkitkan
semangatnya menjadi perempuan yang mandiri.
Keywords:
image, women, ideological Abstract:
feminism The study aimed to describe the woman’s image reflected by the main character
_______________________ of Kala, a novel written by Stefani Bella and Syahid Muhammad. The woman’s
image was viewed from an ideological feminism approach. The research was
descriptive qualitative of which the data were collected through library study
Alamat surat and note-taking, as well as reading as woman. The study results in several
[email protected] findings. First, Lara’s physical image was described as modest, natural, and
not keen on prinking herself. Second, psychologically, Lara’s image was
strong, tough, responsible, and independent. Third, Lara’s social image in the
family was filial to her parents, and fourth, Lara’s social image in society was
described as friendly, sociable, and active. The woman’s figure in the novel
shows the one who is able to equalize the position with men, especially in
occupations related to the people. The inequality as experienced by the
character should not weaken women. Instead, it should encourage women to be
independent.
Diperkirakan satu dari lima anak perempuan Kritik sastra feminisme digunakan oleh
di Indonesia menikah sebelum mereka men- para feminis untuk mengkaji dan menun-
capai 18 tahun (Candraningrum, 2016). jukkan citra perempuan dalam suatu karya
sastra. Citra tersebut timbul karena adanya
Masalah yang dihadapi perempuan di konsep gender, yaitu suatu sifat yang melekat
masyarakat diekspresikan oleh pengarang pada diri perempuan. Adapun yang dimaksud
melalui karya sastra sehingga seringkali ‘citra perempuan’ merupakan wujud gambaran
ditampilkan tokoh-tokoh perempuan dengan mental spiritual dan tingkah laku keseharian
segala permasalahan hidup dan bagaimana yang terekspresi oleh perempuan dalam
perempuan itu menghadapi masalahnya berbagai aspeknya yaitu aspek fisis dan psikis
sampai akhirnya6ditemukan citra seorang sebagai citra diri perempuan serta aspek
perempuan. Gambaran atau citra perempuan keluarga dan masyarakat sebagai citra sosial.
ini menarik diteliti karena tidak hanya Kata citra perempuan diambil dari gambaran-
digambarkan oleh pengarang di dalam karya gambaran citraan, yang ditimbulkan oleh
sastra tetapi juga menjadi stereotipe pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan,
perempuan di masyarakat. Tokoh perempuan dan pencecapan tentang perempuan
dalam karya sastra sering kali digambarkan (Sugihastuti, 2000: 45).
sebagai tokoh yang mengalami ketidakadilan.
Akan tetapi, tidak sedikit tokoh perempuan Lahirnya kritik sastra feminis tidak dapat
memiliki kesadaran untuk mendapatkan dipisahkan dari gerakan feminisme yang pada
kesetaraan gender, sebagaimana tokoh awalnya muncul di Amerika Serikat pada
perempuan dalam novel Kala karya Stefani tahun 1700-an (Madsen, 2000: 1). Menurut
Bella dan Sayid Muhammad. Humm (2007: 157–158) feminisme meng-
gabungkan doktrin persamaan hak bagi
Kajian yang khusus membahas mengenai perempuan yang menjadi gerakan yang
perempuan dikenal dengan kajian feminisme. terorganisasi untuk mencapai hak asasi pe-
Menurut Djajanegara (2000: 16-17) kajian rempuan, dengan sebuah ideologi transformasi
perempuan mencakup berbagai topik yang sosial yang bertujuan untuk menciptakan
bertalian dengan perempuan, seperti sejarah dunia bagi perempuan. Selanjutnya Humm
perempuan, buruh perempuan, psikologi (2007:157-158) menyatakan bahwa feminisme
perempuan, lesbianisme, dan lain-lain. Pada merupakan ideologi pembebasan perempuan
dasarnya feminisme adalah gerakan untuk dengan keyakinan bahwa perempuan
menuntut kesetaraan gender. Tujuannya yaitu mengalami ketidakadilan karena jenis kela-
agar perempuan dipandang setara dengan laki- minnya.
laki sehingga kaum perempuan tidak akan
dipandang sebagai kaum yang lemah lagi. Feminisme menawarkan berbagai analisis
Selain itu dengan adanya kesetaraan gender mengenai penyebab dan pelaku dari penin-
membuat perempuan tidak lagi merasakan dasan perempuan. Dalam buku berjudul
ketertindasan dari kaum laki-laki. Inti tujuan Feminist Thought, Rosemarie Putnam Tong
feminisme adalah meningkatkan kedudukan (2006) mengemukakan bahwa feminisme
dan derajat perempuan agar sama atau sejajar bukanlah sebuah pemikiran yang tunggal,
dengan kedudukan serta derajat laki-laki. melainkan memiliki berbagai ragam yang
Meskipun perempuan diidentifikasikan dengan kemunculan dan perkembangannya sering kali
kelas proletar atau kelas yang tertindas, dan saling mendukung, mengoreksi, dan me-
kaum laki-laki disamakan dengan kelas borjuis nyangkal pemikiran feminisme sebelumnya.
atau kelas penindas, gerakan perempuan pada
umumnya tidak bermaksud membalas dendam Dalam perkembangannya ada beberapa
dengan menindas atau menguasai laki-laki. ragam kritik sastra feminis. Showalter (1986)
membedakan adanya dua jenis kritik sastra
feminis, yaitu: (1) kritik sastra feminis yang
166 Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
Volume 9, (2) Oktober 2020, hal. 164-172
Novel Kala ini menarik untuk diteliti Kritik sastra feminis senantiasa meng-
karena tokoh utama menghadapi berbagai inginkan adanya relasi gender yang setara.
permasalahan hidup sebagai perempuan di Kritik ini mengkaji masalah yang berkaitan
tengah kekuasaan budaya patriakhi dan dengan posisi kaum perempuan dalam ranah
berusaha mematahkan citra perempuan yang domestik dan publik dalam relasinya dengan
lemah, tidak berpendidikan, dan tidak mandiri. kaum laki-laki. Masalah keberadaan perem-
puan dalam puisi dapat dipahami dalam
Penelitian bertujuan untuk mendes- persfektif feminis. Sebagaimana dikemukakan
kripsikan citra perempuan dalam novel Kala Reinhartz (2005:221) bahwa penelitian
karya Stefani Bella dan Syahid Muhammad. feminis memiliki tujuan untuk mengiden-
Penelitian menggunakan kajian kritik sastra tifikasi penghilangan, penghapusan, dan
feminis ideologis karena kritik inilah yang informasi yang hilang tentang perempuan
mengarah pada studi sastra yang memokuskan secara umum. Selanjutnya Reinhartz mene-
diri pada analisis tentang perempuan. Kritik gaskan bahwa memahami perempuan dari
ini mempersoalkan asumsi-asumsi tentang perspektif feminis adalah memahami
perempuan berdasarkan paham tertentu yang pengalaman dari sudut pandang perempuan
dikaitkan dengan kodrat perempuan. Kritik ini sendiri yang dapat memperbaiki ketimpangan
juga berusaha mengidentifikasi pengalaman utama cara pandang non feminis yang
dan perspektif pemikiran perempuan dan laki- meremehkan aktivitas dan pemikiran perem-
laki yang direpresentasikan dalam teks sastra. puan atau menafsirkannya dari sudut pandang
laki-laki di masyarakat. Melalui kajian feminis
Kritik sastra feminis mencakup (1) diharapkan dapat mengungkapkan kekuatan
penelitian terhadap perempuan, yaitu bagai- budaya patriarkat yang membentuk citra
mana laki-laki memandang perempuan dan mengenai perempuan dan laki-laki, relasi
bagaimana perempuan dilukiskan dalam teks antara keduanya, atau adanya perlawanan
sastra, (2) penelitian tentang perempuan, yaitu terhadap dominasi patriarkat yang terefleksi
tentang kreativitas perempuan yang terkait dalam karya sastra.
dengan potensi perempuan di tengah-tengah
tradisi masyarakat patriarki, dan (3) penelitian METODE
yang berkaitan dengan penggunaan teori
dalam kajian tentang perempuan (Ruthven, Penelitian dilakukan secara deskriptif
1984:24-58). Dengan kata lain, kritik sastra kualitatif. Subjek penelitian adalah novel Kala
feminis ini meliputi penelitian tentang karya Stefani Bella dan Syahid Muhammad
bagaimana perempuan dilukiskan dalam karya (Gradien Mediatama, 2017). Objek yang
sastra dan bagaimana potensi yang dimiliki digunakan dalam penelitian adalah manusia,
perempuan di tengah kekuasaan patriarki baik secara material maupun formal
(Ruthven, 1984:40-50). (Siswantoro, 2005:54). Objek formal
penelitian adalah citra perempuan, meliputi
citra fisik, psikis, dan sosial.
Kritikus feminis meneliti bagaimana
kaum perempuan ditampilkan, bagaimana Teknik pengumpulan data dalam
suatu teks membahas relasi jender dan penelitian menggunakan teknik kepustakaan
perbedaan jenis kelamin. Dari perspektif dan teknik baca-catat serta menggunakan
feminis, sastra tidak boleh diisolasi dari metode membaca sebagai perempuan atau
konteks atau kebudayaan di mana sastra reading as a woman. Yang dimaksud
merupakan salah satu bagiannya. Kritik sastra “membaca sebagai perempuan” adalah
feminis menunjukkan bahwa pembaca dan kesadaran pembaca bahwa ada perbedaan
kritikus perempuan telah menciptakan penting dalam jenis kelamin pada makna dan
persepsi dan harapan yang berbeda terhadap perebutan makna karya sastra (Sugihastuti,
pengalaman sastranya (Showalter, 1985:3). 2016: 7). Menurut Culler bahwa prinsip
reading as a woman dikenal sebagai prinsip
168 Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
Volume 9, (2) Oktober 2020, hal. 164-172
yang sekiranya pantas dipakai untuk diri di hadapan ibunya, tetapi sering diam
membongkar praduga dan ideologi kekuasaan diam menangis sendirian.
laki-laki yang androsentris atau patriarkhat,
yang sampai sekarang diasumsikan menguasai Citra Diri Perempuan dalam Aspek Psikis
penulisan dan pembacaan sastra.
Tokoh Lara ditinjau dari aspek psikisnya,
Kritik sastra feminis yang diartikan digambarkan sebagai perempuan yang berjiwa
membaca sebagai perempuan berpandangan kuat dan tegar. Perceraian kedua orang tuanya
terjadi ketika Lara berusia 5 tahun. Dia tidak
bahwa kritik ini tidak mencari metodologi atau
pernah berkecil hati meski dibesarkan dari
model konseptual tunggal, tetapi bahkan
keluarga broken home. Dia tetap tegar dan
sebaliknya menjadi pluralis dalam teori dan tumbuh sehat bersama Ibunya. Bagi Lara,
praktiknya, menggunakan kebebasan dalam perceraian orang tuanya tidak membuatnya
metodologi dan pendekatan yang dapat kekurangan mendapatkan kasih sayang karena
membantu pelaksanaan kritiknya (Sugihastuti, ada ibu yang menyayangi dan mencintainya.
2016: 10) Justru Lara merasa memiliki kewajiban
melindungi ibunya yang semakin tua. Hal itu
didukung dengan kutipan novel di bawah ini.
HASIL PENELITIAN
Citra Diri Perempuan dalam Aspek Fisik Sejak umurku tidak kurang dari lima
tahun, aku dipaksa menjadi kuat meng-
Citra diri perempuan dalam aspek fisik hadapi perpisahan pertamaku. Saat kedua
yang digambarkan dalam novel ini adalah orang tuaku memilih berpisah (Kala,
seorang tokoh perempuan dewasa, ditandai 2017: 18).
dengan berbagai perubahan dalam dirinya,
sebagaimana tampak pada kutipan berikut. Meski tumbuh tanpa cinta pertama, tanpa
seorang Ayah yang katanya menjadi
Tepat pada usiaku telah resmi berubah pelindung nomor satu, aku sama sekali
menjadi dua puluh lima, aku terbangun tidak pernah menyesalinya. Karena
dengan mata sebesar bola pingpong tumbuh dan besar hanya dengan kasih
sebagai akibat menangis semalam suntuk sayang seorang Ibu, ternyata tak
(Kala, 2017: 20). membuatku kekurangan apa pun (Kala,
2017: 18-19).
Aku seharusnya telah lihai memoleskan
lipstik di bibir, sudah pandai mengenakan Karena, nyatanya aku yang harus siap jadi
sepatu berjinjit ... Memoleskan bedak di pelindung buat Ibuku. Aku yang harus
wajah saja aku sering kali risih. Aku lebih bisa kuat di depan Ibuku (Kala, 2017:
nyaman dengan sepatu kets butut (Kala, 199).
2017: 20).
Selain memiliki jiwa yang kuat dan tegar,
Berdasarkan kutipan di atas, tokoh utama Lara adalah perempuan yang mandiri.
novel ini bernama Lara, seorang perempuan Kemandirian Lara tumbuh saat memasuki usia
dewasa berusia 25 tahun. Ia tampil sederhana, remaja (SMP) saat kondisi ekonomi
tidak suka bersolek. Ia lebih nyaman tidak keluarganya terpuruk. Ia pun bekerja menjadi
bermake up. Sehari-hari memilih bersepatu tulang punggung keluarga, sebagaimana
kets daripada sepatu berhak tinggi. Akan tetapi tampak pada kutipan novel berikut.
kerasnya perjalanan hidup yang dihadapi Lara
sejak kecil membuatnya sering kali terbangun Aku baru mengetahui hal itu dari Ibuku
dengan mata bengkak karena menangis saat aku SMP. Saat aku dan Ibuku sedang
semalaman. Mengalami banyak penderitaan dalam masa terpuruk. Saat aku secara
sejak kecil membuatnya lebih sabar menahan tidak langsung tengah dilimpahi tugas
Hanif Ivo Khusri Wardani & Rina Ratih: Citra Perempuan dalam … 169
untuk menjadi tulang punggung keluarga mata ini bertemu dengan manik matanya
(Kala, 2017: 198). (Kala, 2017: 60).
Kemandirian yang dimiliki Lara sejak Selain itu, Lara digambarkan sebagai
remaja membentuknya menjadi pribadi yang seorang muslim yang taat dan rajin beribadah.
penuh tanggung jawab. Dia bertanggung Selain menjalankan salat lima waktu, Lara pun
jawab atas pekerjaan-pekerjaan yang dibe- sering salat malam (tahajud) untuk lebih
bankan kepadanya. Sampai dewasa, Lara mendekatkan diri kepada sang Pencipta. Hal
tumbuh menjadi pribadi yang memiliki tersebut didukung dengan kutipan novel
dedikasi penuh pada pekerjaan yang menjadi berikut ini.
tanggung jawabnya. Sampai akhirnya, Lara
berhasil bekerja menjadi editor selama 3 tahun Pada sepertiga malam yang tak pernah
di Kota Jakarta dan kemudian dipromosikan ramai, di tengah kekhusyukan dalam
menjadi redaktur pelaksana sebuah perusahaan beribadah, aku lebih sering dihabisi akal
penerbitan di Kota Yogyakarta. Meskipun sehatku sendiri (Kala, 2017: 29).
sudah menjadi redaktur pelaksana, Lara tetap
hidup sederhana, mandiri, dan penuh Dari kutipan-kutipan di atas, citra Lara
semangat. sebagai perempuan ditinjau dari aspek psikis
digambarkan sebagai perempuan yang berjiwa
Ya, setelah tiga tahun menjadi editor di kuat, tegar, mandiri, bertanggung jawab, dan
Jakarta, kali ini aku dipromosikan religius. Tokoh perempuan ini secara perlahan
menjadi redaktur pelaksana di salah satu tetapi menunjukkan dirinya sebagai pribadi
cabang grup penerbitanku yang berada di yang mampu setara dengan laki-laki,
wilayah Jogja (Kala, 2017: 163). khususnya dalam melakukan pekerjaan
sebagai editor dan redaktur pelaksana. Sebagai
Pagi-pagi sekali aku sudah memesan ojek editor selama tiga tahun di ibu kota bagi tokoh
online untuk mengantarku pada acara perempuan bukanlah pekerjaan mudah,
launching buku yang diadakan di salah melainkan pekerjaan yang penuh tantangan.
satu toko buku di sebuah mal besar di Sebagai redaktur pelaksana, Lara telah
Jogja (Kala, 2017: 273). membuktikan dirinya bekerja keras dan
bertanggung jawab dalam bidang pekerjaan
Lara adalah perempuan yang cerdas. Ia yang biasanya dilakukan oleh laki-laki
selalu menyempatkan waktu untuk dewasa. Dua pekerjaan ini membentuk Lara
menuangkan pikiran-pikirannya dalam bentuk menjadi perempuan yang mandiri dan
tulisan di buku catatannya. Bahkan ia mampu memberi gambaran bahwa perempuan itu
menyampaikan pesan-pesan yang tersirat cerdas karena menggunakan akal sehatnya
melalui bahasa tulis hanya dengan melihat untuk berpikir.
objeknya saja. Lara membuktikan dirinya
mampu melakukan pekerjaan, baik sebagai Citra Sosial Perempuan dalam Keluarga
editor dan redaktur pelaksana dengan baik.
Padahal kedua pekerjaan itu umumnya lebih Lara adalah anak yang berasal dari
banyak dilakukan oleh laki-laki. keluarga broken home tidaklah membuat Lara
menjadi anak yang putus asa dan rendah diri.
Sebagai perempuan, Lara pun memiliki Lara adalah sosok anak perempuan yang
perasaan yang bergejolak dalam hatinya saat menghargai keputusan ibunya bercerai dengan
jatuh cinta dengan seorang laki-laki bernama ayahnya dan ia sangat berbakti kepada Ibu
Saka. yang membesarkannya sejak kecil. Oleh
karena itu, dalam kehidupan sehari-harinya,
Aku bersumpah, ada gelombang tak biasa Lara menempatkan posisi ibunya di atas
yang menggedor-gedor relung hatiku saat kepentingan dirinya. Ia pun selalu meminta
izin kepada Ibunya setiap akan bepergian ke
170 Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
Volume 9, (2) Oktober 2020, hal. 164-172
mana pun dan segera datang jika ibu Dalam masyarakat pun Lara memiliki
memanggilnya pulang. Hal ini didukung peran sebagai perempuan yang aktif mengikuti
dengan kutipan novel berikut ini. komunitas. Komunitas yang diikuti Lara
adalah komunitas menulis. Lara pertama kali
Tiga hari menjelang waktu pameran pun mengikuti komunitas menulis pada saat dia
tiba, restu dari Ibu sudah berhasil ku masih menetap di Jakarta. Kepindahannya ke
kantongi (Kala, 2017: 39). Yogyakarta tidak membuat Lara untuk
berhenti menjadi seorang penulis. Lara justru
Malam menjelang, aku buru-buru pamit bergabung dengan komunitas menulis yang
dengan kawan-kawanku sebab Ibuku ada di kota Yogyakarta. Hal itu didukung
sudah berulang-ulang menanyakan kapan kutipan novel berikut.
aku akan pulang (Kala, 2017: 41-42).
Semenjak satu tahun lalu, aku akhirnya
Dua kutipan di atas menggambarkan citra memutuskan untuk ikut sebuah komunitas
Lara sebagai anak perempuan yang berbakti menulis. Komunitas yang akhirnya
dan menyayangi ibunya. Meskipun sudah memberikan kesempatan kepadaku untuk
sukses bekerja menjadi editor di ibu kota, bertemu dengan orang-orang baru (Kala,
bahkan menjadi redaktur pelaksana, Lara tetap 2017: 36).
rendah hati dan menunjukkan diriny sebagai
anak perempuan yang baik kepada orang Sejak kepindahanku ke Jogja, aku
tuanya. memang kembali mencari komunitas yang
sama seperti dulu waktu di Jakarta (Kala,
Citra Sosial Perempuan dalam Masyarakat 2017: 248).
Sebagai anggota masyarakat, Lara dikenal Dua kutipan di atas menunjukkan bahwa
sebagai sosok perempuan yang ramah dan Lara adalah perempuan yang aktif ber-
mudah bergaul dengan siapa pun. Hal ini sosialisasi, khususnya dalam komunitas me-
dibuktikan saat Lara baru mengikuti nulis. Lara, tidak hanya mudah bergaul, tetapi
komunitas menulis, dia pun mudah juga sosok perempuan yang tidak membeda-
beradaptasi dengan teman-temannya. Tidak bedakan teman. Ia dapat bercakap dengan
hanya terjadi saat bekerja di Jakarta tetapi juga teman sejenis atau lawan jenisnya. Ia pun
terjadi saat bekerja di Yogyakarta. Lara selalu tidak memandang seseorang dari mana
menyapa orang lain sebelum disapa. asalnya, sukunya, atau agamanya untuk diajak
berbicara dengannya. Ia menunjukkan dirinya
Aku menyalami mereka satu per satu ... supel bergaul.
Tidak perlu waktu lama, aku sudah
berhasil masuk dalam percakapan- Aku bisa ditemukan asyik bercakap
percakapan yang mereka bangun. (Kala, dengan banyak orang, bergaul dengan
2017: 40-41). siapa saja tanpa pernah memper-
masalahkan suku, agama, ras, strata
Aku mulai menyapa teman-temanku yang
sosial, atau gender yang sering diributkan
ternyata sudah mulai bertukar nama
di negeri ini (Kala, 2017: 20).
dengan beberapa anggota komunitas
fotografi. (Kala, 2017: 51). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
Bertemu dengan mereka tak ubahnya bahwa citra sosial perempuan dalam
membuatku kembali terlibat dalam masyarakat berupa hubungannya dengan
dialog-dialog yang melenakan. Dialog orang per orang di masyarakat umum
yang berhasil mengubah hari yang semula ditunjukkan Lara sebagai perempuan yang
hanya berwarna hitam dan putih, kini ramah, mudah bergaul, dan aktif dalam
sedikit demi sedikit memiliki warnanya. kegiatan di masyarakat.
(Kala, 2017: 37).
Hanif Ivo Khusri Wardani & Rina Ratih: Citra Perempuan dalam … 171
DAFTAR PUSTAKA
Bella, Stefani dan Syahid Muhammad. 2019. Kala. Yogyakarta: Gradien Mediatama.
172 Alinea: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran
Volume 9, (2) Oktober 2020, hal. 164-172
Candraningrum, Dewi. 2016. “Pernikahan Anak: Status Anak Perempuan?” dalam Jurnal
Perempuan Nomor 1, Februari 2016.
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Fitriani, Nur. 2019. “Citra Perempuan Jawa dalam Novel Hati Sinden karya Dwi Rahayuningsih:
Kajian Feminisme Liberal” dalam Jurnal Sastra Indonesia. Volume 7 No. 1 (2019).
Haryanti, Putri, dkk. 2018. “Citra Perempuan dalam Lirik Lagu Bojo Galak Karya Pendhoza”.
Jurnal. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. Diakses melalui
http://journal.uad.ac.id/index.php/BAHASTRA/article/view/11441/6213.
Humm, Maggie. 1986. Feminist Criticism. Great Britain: The Harvester Press.
________. 2007. Ensiklopedia Feminisme. Edisi Bahasa Indonesia diterjemahkan oleh Mundi
Rahayu. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
________. 1992. Feminisms: A Reader. New York, London, Toronto, Sydney, Tokyo,
Singapura: Harvester Whearsheaf.
Istanti, Syska. 2012. “Citra Perempuan dalam Novel Cinta Suci Zahrana Karya Habiburrahman
El Shirazy: Tinjauan Kritik Sastra Feminis”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses melalui
http://eprints.ums.ac.id/19567/21/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.
Madsen. Deborah L. 2000. Feminist Theory and Literary Prac ce. London, Sterling, Virginia:
Pluto Press.
Ratih, Rina. 2019. “Dinamika Keberadaan Perempuan dalam Puisi-Puisi Indonesia Pasca Orde
Baru: Kajian Feminisme Eksistensialisme Simone de Beauvoir” dalam Bahtera: Jurnal
Pendidikan Bahasa, Sasrtra, dan Budaya. Jilid 06/ Nomor 11/ Maret 2019.
Ruthven, K.K. 1984. Feminist Literary Studies an Introduction. Cambridge University Press,
Cambridge, New York, Port Chester, Melbourne, Sidney.
Siswantoro. 2005. Penelitian Sastra Analisis Psikologis: Surakarta: Muhammadiyah University
Press.
Showalter, Elaine. Ed. 1985. The New Feminist Criticism: Essays on Women, Literature, and
Theory. New York: Pantheon.
Suhendi, Didi. 2010. “Perempuan dalam Novel-Novel Indonesia 1920-2000: Kajian Kritik
Sastra Feminis Islam”, Disertasi UGM, 2010.
Sugihastuti dan Itsna Hadi Setiawan. 2010. Gender dan Inferioritas Perempuan: Praktik Kritik
Sastra Feminis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tong, Rosemary Putnam. 2006. Feminist Thought: A More Comprehensive Introduc on.
Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Aquaini Priyatna Prabasmara. Bandung:
Jalasutra.
Wiyatmi. 2010. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam sastra Indonesia.
Yogyakarta: Ombak.