Makalah Dasar-Dasar Pendidikan
Makalah Dasar-Dasar Pendidikan
Makalah Dasar-Dasar Pendidikan
Dosen pengampu :
NIDN. 2101098703
Disusun :
BANDAR LAMPUNG
2024 M
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala. Atas segala rahmat-Nya.
Sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
kepada bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, karena keterbagasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia menghadapi berbagai perubahan di berbagai bidang dan
perkembangan zaman yang cepat seiring dengan akses globalisasi. Hal ini menyebabkan
interferensi kultur kehidupan dan terjadi pergeseran kebudayaan. Di sini pendidikan harus
hadir. Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia mulai dari pembentukan
kepribadian dan pengetahuan. Pendidikan di era digital seperti sekarang memberikan efek yang
luar biasa sehingga setiap manusia harus mampu beradaptasi dengan teknologi.(Maria R.
Walukow, Susan Jacobus, 2022)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu landasan pendidikan ?
2. Apa itu landasan sosiologis pendidikan ?
3. Apa itu landasan kultural pendidikan ?
4. Apa tujuan mempelajari landasan sosiologis dan kultural pendidikan ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui landasan Pendidikan
2. Mengetahui landasan sosiologis Pendidikan
3. Mengerti landasan kultural Pendidikan
4. Mengetahui tujuan mempelajari landasan sosiologis dan kultural Pendidikan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan adalah landasan filosofi, sosiologis, dan kultural, yang sangat
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah
dan teknologi akan mendorong pendidikan itu menjemput masa depan. Secara leksikal,
landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau
titik tolak atau dasar pijakan.Titik tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh:
landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan).
Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi.(Rasid SMP Negeri Konang, n.d.)
Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau dasar
dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dan kenyataan tentang kebijakan dan
praktik pendidikan. Kajian analisis kritis terhadap kaidah dan kenyataan tersebut dapat
dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upaya penemuan kebijakan dan Pratik pendidikan yang
tepat guna dan bernilai guna. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan
merupakan dasar bagi upaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya.
Landasan berasal dari kata “landas” yang berarti “alas atau tumpuan” Secara leksikal,
landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu lanadasan merupakan tempat bertumpu
atau titik tolak tau dasar pijakan.Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata, sosiologi dan
pendidikan. Secara Etimologi sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti “kawan” dan
kata Yunani logos yang berarti “kata” atau “berbicara”, sedangkan Pendidikan dari bahasa
Yunani paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Para ahli telah
memberikan sumbangan pemikirannya, terutama dalam mendefinsikan sosiologi pendidikan.
2
2. FG. Robbin dan Brown. Sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mrmbicarakan dan
menjelaskan hubungan – hubungan social yang mempengaruhi individu untuk
mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari
kelakuan sosial serta prinsip – prinsip mengontrolnya.
3. EB. Renter, sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisis evolusi
dari lembaga – lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan
manusia dan di batasi pengaruh – pengaruh dari lembaga pendidikan yang menentukan
kepribadian social dari tiap – tiap individu. Jadi, prinsipnya antara individu dengan
lembaga – lembaga sosial saling mempengaruhi.
4. Menurut S. Nasution, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk
mengetahui cara – cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan
proses kepribadian individu agar lebih baik.
Dari pengertian sosiologi pendidikan di atas, secara sederhana dapat di simpulkan bahwa
yang dinamakan dengan sosiologi pendidikan adalah ilmu pengatuhuan yang mempelajari
permasalahan – permasalahan pendidikan dan berusaha untuk mencari pemecahannya
berdasarkan pendekatan sosiologis.Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang
proses sosial dan pola – pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
Kajian sosiologi tentang pendidikan pada prinsispnya mencakup semua jalur pendidikan,
baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.Khusus untuk jalur pendidikan luar
sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan keluarga merupakan lembaga
sosial yang pertama bagi setiap manusia. Proses sosialisasi akan dimulai dari keluarga, dimana
anak mulai anak mengembangkan diri. Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 10 ayat 4
dinyatakan bahwa “Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah
yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
3
nilai moral dan keterampilan” Dan pendidikan informal atau pendidikan keluarga sangat
menentukan kepribadian anak di tahap selanjutnya.
Selanjutnya, di samping sekolah dan keluarga, proses pendidikan juga sangat dipengaruhi
oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat seperti kelompok keagamaan, organisasi
pemuda dan pramuka, dan lain – lain. Terdapat satu kelompok khusus yang datangnya bukan
dari orang dewasa, tetapi dari anak – anak lain yang hamper seusia, yang disebut kelompok
sebaya. Kelompok sebaya ini juga merupakan agen sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat
searah dengan bertambahnya usia anak. Kelompok sebaya bukanlah merupakan lembaga yang
bersifat tetap sebagaimana keluarga.Memang kelompok ini mempunyai semacam organisasi,
tetapi peranan dari setiap anggota kurang jelas dan peranan – peranan itu sering berubah –
ubah.Sebagai lembaga sosial, kelompok sebaya tidak mempunyai struktur yang jelas dan tidak
mempunyai tujuan yang bersifat permanen.Tetapi kelompok sebaya menciptakan solidaritas
yang kuat diantara anggota kelompoknya. Terdapat beberapa hal yang dapat disumbangkan
oleh kelompok sebaya dalam proses sosialisasi anak, antara lain bahwa kelompok sebaya
memberikan model, memberikan identitas, serta memberikan identitas, serta memberikan
dukungan (support). Di samping itu, kelompok sebaya memberikan jalan pada anak untuk
independen dan menumbuhkan sikap kerja sama dan membuka horison anak lebih luas.
Dan dari sisi lain, yang tidak kalah pentingnya adalah pengaruh pendidikan terhadap
masyarakat. Tentang hal ini, terdapat suatu persoalan klasik yang telah dikaji sejak dulu.
Permasalahan dimaksud adalah dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan, yakni yang harus
mendapat penekanan: Apakah pendidikan mempersiapkan anak untuk hidup di dalam
masyarakatnya (penekanan pada sosialisasi), atau mempersiapkan anak untuk
merombak/membarui masyarakat (penekanan pada agen pembaruan). Seperti tampak di
banyak Negara, pendidikan yang dilaksanakan pada umumnya tidak memilih salah satu kutub
tersebut, tetapi diupayakan seimbangan antara upaya pelestarian dan pengembangan.
Peristiwa pendidikan adalah bagian dari peristiwa budaya. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan dan kebudayaan mempunyai hubuangan timbal balik. Kebudayaan dapat
dilestarikan dan dikembangkan dengan jalan mewariskannya.(Artikel DDIP VIRAA-2019-12-
19T06_32_39, n.d.)
4
Kultural Pendidikan (education culture) merupakan gagasan, konsep, yang mendasari
praksis pendidikan. Kebudayaan pendidikan merupakan aspek dari keseluruhan kebudayaan.
Oleh sebab itu, kebudayaan pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan elemen-elemen
kebudayaan khususnya filsafat, ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan cara hidup lainnya.
Pendidikan selalu terkait dengan manusia, sedang setiap manusia selalu menjadi masyarakat
dan pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu, dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 1
Ayat 2 ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Sistem Pendidikan Nasinal adalah
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945.Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik,
sebab kebudayaan dapat di lestarikan atau dikembangkan dengan jalan mewariskan kebudayaan
dan generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara informal maupun formal.
Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan itu ikut di tentukan oleh kebudayaan
masyarakat dimana proses pendidikan itu berlangsung. Dimaksudkan kebudayaan adalah hasil
cipta dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan
teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusiabeserta hasil budi karya itu akan selalu
terkait dengan pendidikan, utamanya belajar.Kebudayaan dalam arti luas tersebut dapat
berwujud:
5
D. Tujuan Mempelajari Landasan Sosiologi dan Kultural Pendidikan
Pertama, pendidikan mau tidak mau harus bisa menyiapkan sebuah generasi yang siap
memasuki masyarakat yang berubah menuju masyarakat berbasis pengetahuan. Jika pendidikan
tidak menghasilkan manusia yang siap memasuki masyarakat dengan segala bentuk tuntutan
dan karakternya, maka pendidikan dianggap gagal memberikan bekal dan prasyarat memasuki
perubahan dan masa depan. pendidikan, sekolah dan guru, harus bisa membekali siswanya
kemampuan kreatif dengan memberi pengetahuan dan pengalaman hidup secara profesional di
tengah masyarakat ekonomi dan masyarakat pengetahuan. Beri pengetahuan profesional kepada
siswa, kreatifitas dan kapabelitas memahami dunia yang berubah, dengan segala dampaknya,
tempat mereka akan bekerja dan menjalani hidupnya. Di sinilah pentingnya dunia pendidikan
memanfaatkan jasa pemikiran sosiologis.
Kedua, praktisi pendidikan dapat merumuskan cara menetapkan orientasi yang relevan
dengan dunia yang berubah di satu pihak, namun di lain pihak dunia pendidikan tidak
mengalami distorsi dan disorientasi. Pendidikan bagaimanapun merupakan tempat yang
bertanggung jawab dalam menumbuhkan tata nilai kemanusiaan, tata masyarakat yang
disemangati oleh prinsip keadilan dan kesejahteraan bersama. Masyarakat ekonomi apalagi
dalam mode produksi ekonomi tingkat lanjut dapat menggiring siapa saja menjadi komunitas
yang terdistorsi, termasuk masyarakat kependidikan menjadi institusi ekonomi yang hanya
mengabdi kepada kepentingan kapitalis. Pendidikan harus tetap mampu menjadi institusi
penyembuhan di tengah masyarakat yang tidak menentu, yang terbelah, masyarakat yang sakit.
Ketiga, pendidikan sebagai “agent of social change”, di satu sisi, dituntut mempunyai fungsi
transformatif, yakni pendidikan menjadi jembatan untuk memajukan masyarakat agar tidak
ketinggalan dalam dinamika perubahan. Lembaga-lembaga pendidikan dituntut memberikan
berbagai pengalaman kepada peserta didik dan masyarakatnya, baik ilmu, teknologi maupun
6
keterampilan untuk menghadapi masa depan. Sementara di sisi lain, pendidikan tetap dituntut
mentransmisikan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Nilai-nilai budaya bangsa seperti
struktur keluarga, agama, norma sosial, dan filsafat hidup berbangsa perlu dipertahankan untuk
menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup bernegara.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan sebagai “agent of social change”, di satu sisi, dituntut mempunyai fungsi
transformatif, yakni pendidikan menjadi jembatan untuk memajukan masyarakat agar tidak
ketinggalan dalam dinamika perubahan. Lembaga-lembaga pendidikan dituntut memberikan
berbagai pengalaman kepada peserta didik dan masyarakatnya, baik ilmu, teknologi maupun
keterampilan untuk menghadapi masa depan. Sementara di sisi lain, pendidikan tetap dituntut
mentransmisikan nilai-nilai budaya kepada generasi muda. Nilai nilai budaya bangsa seperti
struktur keluarga, agama, norma sosial, dan filsafat hidup berbangsa perlu dipertahankan untuk
menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup bernegara.
Landasan pendidikan secara singkat dapat dikatakan sebagai tempat bertumpu atau
dasar dalam melakukan analisis kritis terhadap kaidah-kaidah dankenyataan tentang kebijakan
dan praktik pendidikan. Kajian analisis kritis terhadapkaidah dan kenyataan tersebut dapat
dijadikan titik tumpu atau dasar dalam upayapenemuan kebijakan dan Pratik pendidikan yang
tepat guna dan bernilai guna.Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa landasan pendidikan
merupakan dasar bagiupaya pengembangan kependidikan dalam segala aspeknya.
8
DAFTAR PUSTAKA