Padi Varietas Lokal Pasang Surut Kalimantan Selatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 166

Buku Referensi

PADI : VARIETAS LOKAL


PASANG SURUT KALIMANTAN
SELATAN

Raihani Wahdah
Bambang F. Langai
Hikma Ellya
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

PADI :
VARIETAS LOKAL PASANG SURUT
KALIMANTAN SELATAN

Raihani Wahdah
Bambang F. Langai
Hikma Ellya

Editor : Nia Septia Sari


Layouter : Nurul Hikmah
Desain Sampul : Yusuf Rizal Libario
Ukuran : x, 155 halaman, 15,5 × 23 cm

ISBN : 978 – 623 – 5774 – 29 -9

Cetakan pertama, November 2021

“Hak cipta dilindungi undang-undang.


Dilarang keras memperbanyak karya tulis ini dalam
bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbit”

Penerbit:
CV. Banyubening Cipta Sejahtera
Jl. Sapta Marga Blok E No. 38 RT 007 RW 003
Guntung Payung, Landasan Ulin, Banjarbaru 70721
E-mail: [email protected]

No. Anggota : 006/KSL/2021

ii
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadhirat Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkas rahmat dan karunia
Nya, buku ini dapat selesai.
Buku ini berjudul “Padi: Varietas Lokal Pasang Surut Kalimantan
Selatan”. Buku ini merupakan Edisi Pertama yang terdiri dari VI
(enam) bab, yaitu: Bab I. Pendahuluan, Bab II. Tanaman Padi, Bab
III. Padi Lokal, Bab IV. Panduan Karakterisasi untuk Padi Varietas
Lokal Pasang Surut Kalimantan Selatan, Bab V. Karakterisasi 40
Padi Varietas Lokal Pasang Surut Kalimantan Selatan, dan Bab VI.
Penutup.
Tujuan penulisan buku ini adalah untuk memberikan
informasi terkait tanaman padi, khususnya karakter varietas local
pasang surut Kalimantan Selatan yang karakterisasinya dilakukan
di Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala, sebagai kabupaten
yang memiliki luas lahan pasang surut terbesar di Kalimantan
Selatan. Karakterisasi tersebut dilakukan terhadap 40 varietas local
yang diseleksi dari varietas varietas local yang terdapat di 2
kabupaten tersebut. Dengan penulisan buku ini, kami berharap
tindak lanjut berupa pemanfaatan varietas local tersebut untuk
dikembangkan lebih lanjut.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu pengumpulan data dan informasi dalam
penulisan buku ini.
Kami menyadari bahwa buku ini tidaklah sempurna,
namun kami berharap buku ini bermanfaat bagi pembaca. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna perbaikan
buku ini, jika kami berkesempatan menerbitkan kembali buku ini
pada edisi selanjutnya.

Banjarbaru, November 2021

Penulis

iii
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................... .iii


DAFTAR ISI ........................................................................ .iv
DAFTAR TABEL ................................................................ .vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................ .viii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 PENTINGNYA TANAMAN PADI ........................ 2
1.2 PENTINGNYA PADI LOKAL ............................... 4
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 8
BAB II
TANAMAN PADI ............................................................. 11
2.1 SEJARAH TANAMAN PADI .............................. 12
2.2 ASAL USUL PADI DI INDONESIA ................... 15
2.3 TAKSONOMI TANAMAN PADI ........................ 17
2.4 VARIETAS ............................................................ 18
2.5 MORFOLOGI TANAMAN PADI ........................ 20
2.6 TIPE PENYERBUKAN ........................................ 29
2.7 FASE PERKEMBANGAN TANAMAN PADI.... 29
DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 39
BAB III
PADI LOKAL .................................................................... 41
3.1 VARIETAS PADI LOKAL ................................... 42
3.2 KARAKTERISTIK PADI LOKAL....................... 57
DAFTAR PUSTAKA ...................................................... 70

iv
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

BAB IV
PANDUAN KARAKTERISASI UNTUK DESKRIPSI
PADI VARIETAS LOKAL PASANG SURUT
KALIMANTAN SELATAN .......................................... ...75
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 83
BAB V
KARAKTERISASI PADI VARIETAS LOKAL
PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN ....... ..85
5.1 DESKRIPSI PADI VARIETAS LOKAL PASANG
SURUT KALIMANTAN SELATAN.................... 86
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 140
BAB VI
PENUTUP ....................................................................... .141
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 144
GLOSSARY
INDEKS ......................................................................... .145

v
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Contoh varietas lokal padi di beberapa provinsi


di Indonesia ....................................................... 44

Tabel 3.2. Rekapitulasi jumlah varietas pada di Kabupaten


Tanah Laut dan Barito Kuala, Kalimantan
Selatan ............................................................... 46

Tabel 3.3. Daftar nama varietas pada masing-masing


kecamatan sampel di Kabupaten Tanah Laut
dan Barito Kuala, Kalimantan Selatan .............. 47

Tabel 3.4. Contoh padi varietas lokal yang telah dilepas


menjadi varietas unggul nasional ...................... 50

Tabel 3.5. Hasil analisis laboratorium karakteristik gabah 53

Tabel 3.6. Keunggulan padi gogo lokal varietas Buyung .. 55

Tabel 3.7. Beberapa padi varietas lokal yang telah


digunakan sebagai bahan mutasi ....................... 56

Tabel 3.8. Beberapa padi varietas lokal yang telah


digunakan sebagai tetua persilangan ................. 56

Tabel 3.9. Karakteristik 30 varietas padi lokal Kalimantan


Selatan ............................................................... 58

Tabel 3.10. Panduan karakterisasi menurut Irawan &


Purbayanti (2008) .............................................. 61

Tabel 3.11. Varietas lokal pada cluster I, II, III, dan IV ...... 67

Tabel 4.1. Kabupaten, Kecamatan, dan Desa asal varietas


lokal yang dikarakterisasi .................................. 77

vi
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 4.2. Daftar varietas lokal yang dikarakterisasi ......... 77

Tabel 4.3. Form Isian untuk Karakterisasi ......................... 78

vii
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Rumpun tanaman padi................................... 21

Gambar 2.2. Tipe hipogeal pada monokotil ....................... 21

Gambar 2.3. Akar padi ....................................................... 22

Gambar 2.4. Akar tanaman padi dewasa............................ 22

Gambar 2.5. Buku dan ruas pada batang padi.................... 23

Gambar 2.6. Irisan melintang batang padi yang berongga 23

Gambar 2.7. Batang ditutupi oleh pelepah daun ................ 24

Gambar 2.8. Pelepah daun yang menempel pada buku


batang dan helai daun yang terletak pada
ujung daun pelepah ..................................... 24

Gambar 2.9. Helai daun berbentuk pita dengan tulang


daun sejajar ................................................... 25

Gambar 2.10. Rangkaian pelepah daun yang saling


menopang ..................................................... 25

Gambar 2.11. Helai daun, ligula, dan auricle....................... 25

Gambar 2.12. Bentuk lidah daun ......................................... 26

Gambar 2.13. Contoh bentuk lidah daun (2-cleft) dan


warna ............................................................ 26

Gambar 2.14. Bulir padi yang muncul di antara lidah daun


dan daun bendera .......................................... 27

viii
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Gambar 2.15. (a) Malai, (b) Percabangan malai, (c) Bulir


padi ................................................................ 28

Gambar 2.16. Benang sari dan putik pada bunga padi ......... 28

Gambar 2. 17 Bulir-bulir padi pada malai ............................ 29

Gambar 2.18. Tahap 0 pertumbuhan tanaman padi, yaitu


tahapan mulai perkecambahan sampai
terbentuknya kecambah ................................ 30

Gambar 2.19. Tahap 1 pertumbuhan padi, yaitu tahap


pertunasan ..................................................... 31

Gambar 2.20. Tahap 2 pertumbuhan tanaman padi, yaitu


tahap pembentukan anakan ........................... 32

Gambar 2.21. Tahap 3 pertumbuhan tanaman padi, yaitu


tahap pemanjangan batang ............................ 33

Gambar 2.22. Tahap 4 pertumbuhan padi, yaitu tahap inisiasi


bunga hingga bunting .................................... 34

Gambar 2.23. Tanaman padi yang sedang bunting (batang


nampak gemuk dan jika pelepah batang
dibuka terdapat malai/bunga padi) ................ 34

Gambar 2.24. Tahap 5 pertumbuhan padi, yaitu keluarnya


malai dari pelepah batang ............................. 35

Gambar 2.25. Tahap 6 pertumbuhan padi, yaitu terbukanya


bunga ............................................................. 36

Gambar 2.26. Tahap 7 pertumbuhan padi, yaitu tahap masak


susu ............................................................... 37

ix
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Gambar 2.27. Tahap 8 pertumbuhan padi, yaitu tahap “dough


grain) ............................................................ 37

Gambar 2.28. Tahap 9 pertumbuhan padi, yaitu tahap biji


matang .......................................................... 38

Gambar 3.1. Penampilan gabah varietas Buyung, Sri


Kedaton, Taji, dan gogo lokal ...................... 54

Gambar 4.1. Bentuk Lidah Daun ....................................... 81

Gambar 4.2. Klasifikasi Sudut Daun Bendera ................... 81

x
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

1.1 PENTINGNYA TANAMAN PADI

Padi merupakan makanan pokok ke tiga sesudah jagung


dan gandum. Gandum, jagung, dan padi memenuhi tidak
kurang dari 42 % kebutuhan kalori di dunia. Tidak kurang
dari 50 % penduduk dunia menggunakan padi (beras) sebagai
makanan pokok. Oleh karena itu, para ahli di dunia
berpandangan bahwa konsumsi beras tidak akan mengalami
penurunan, khususnya di Negara-negara Afrika dan Asia,
paling tidak hingga tahun 2035 (Wordatlas, 2017).
Sembilan puluh persen produksi padi berasal dari
Negara-negara di Asia (Muthayya et al., 2014). Pada tahun
2000, 7 negara penghasil padi terbesar adalah China, India,
Indonesia, Bangladesh, Viet Nam, Thailand dan Myanmar
(Nguyen, 2000). Sepuluh negara penghasil padi terbesar di
dunia adalah India, China, Indonesia, Bangladesh, Thai- land,
Vietnam, Burma, Philippines, Cambodia, dan Pakistan.
Negara-negara tersebut juga merupakan negara yang
masyarakatnya mengkonsumsi beras paling banyak
(Wordatlas, 2017). Nipuna Rice (2019) melaporkan 10
negara penghasil padi terbesar adalah China, India,
Indonesia, Bangladesh, Vietnam, Thailand, Myanmar,
Jepang, Philiphina, dan Brazil. Ketiga sumber tersebut
menempatkan Indonesia pada urutan ke-3. Berdasarkan data
FAO, Abay (2021) menyatakan bahwa posisi pertama
ditempati negara China dengan produksi padi mencapai 214

2
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

juta ton. Posisi kedua ditempati India dengan produksi padi


mencapai 172 juta ton, dan Indonesia di posisi ketiga dengan
produksi 54,65 juta.
Walaupun Indonesia menenmpati posisi ke-3 dalam
produksi padi, namun menurut Nguyen (2000), produksi padi
di Indonesia dapat dikatakan stagnan dari tahun 1995 hingga
tahun 2000, sedangkan produksi padi dunia adalah
547.101.100 t pada tahun 1995 dan 594.381.500 t pada tahun
2000, dengan rata-rata peningkatan 8,64 %.
Produksi padi dunia pada tahun 2000 adalah 600 juta
ton dan dipridiksi akan meningkat menjadi 904 juta ton pada
tahun 2030. Berdasarkan pridiksi tersebut, maka produksi
beras di Asia meningkat menjadi 824 juta ton, di Amerika
menjadi 46.5 juta ton, di Africa menjadi 24.8 juta ton, dan di
Oceania menjadi 2.21 juta ton (Kubo dan Purevdorj. 2004).
Populasi manusia dipridiksi meningkat menjadi 8.27
miliar pada tahun 2030. Populasi di Asia dipridiksi menjadi
4.95 milyar orang, di Afrika 1.49 miliar, di Amerika 1.12
milyar, dan di Oceania 0.42 billion pada tahun 2030.
Konsumsi beras pada tahun 2030 dipridiksi menjadi 873 juta
ton (Kubo dan Purevdorj. 2004).
Di sisi lain, konsumsi beras di Indonesia pada tahun
2010 adalah tertinggi di dunia, yaitu > 139 kg/kapita/tahun
(Nipuna Rice, 2019). Namun dilaporkan bahwa perhitungan
rata-rata konsumsi nasional tahun 2019 adalah 111,58 kg per
kapita per tahun (Kementan RI, 2019). Konsumsi per kapita

3
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

per tahun ditargetkan turun hingga 85 per kg per kapita per


tahun pada tahun 2024 (Darmono, 2020).
IRRI mempridiksi kebutuhan padi di Indonesia 25
tahun mendatang akan meningkat sebesar 38 %. Ini berarti
bahwa peningkatan hasil rata–rata haruslah 30,43%, yaitu
dari 4.6 t per hektar menjadi > 6 t per hektar (Nipuna Rice,
2019).
Berdasarkan data ekspor dan impor beras di Indonesia
tahun 2010 – 2017 yang dirilis Databoks (2018), nampak
bahwa impor beras lebih tinggi daripada ekspor, kecuali pada
tahun 2013 dan 2017. Anwar (2020) menyatakan bahwa
Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengungkapkan bahwa
impor beras tahun 2020 adalah 356.286 t.
Dengan demikian, Pemerintah Indonesia berusaha keras
untuk meningkatkan produksi padi nasional, baik melalui
upaya peningkatan produktivitas tanaman, peningkatan
indeks pertanaman, maupun perluasan areal ke wilayah
suboptimal.

1.2 PENTINGNYA PADI LOKAL

Dalam upaya pengembangan produksi padi, ditemui


beberapa kendala, antara lain potensi hasil yang masih
rendah, adaptasi pada lingkungan tercekam biotik maupun
abiotik, umur tanaman yang panjang, dan preferensi

4
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

konsumen terhadap kualitas atau performa gabah/beras


tertentu.
Secara agronomis, upaya mengatasi kendala tersebut
dapat dilakukan dengan memperbaiki lingkungan dan atau
genetiknya melalui pemuliaan tanaman. Perbaikan sifat
genetik antara lain dapat memnfaatkan varietas padi lokal
yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia, antara lain di
Kalimantan Selatan.
Padi lokal (landrace) merupakan padi primitif atau
kultivar yang sudah berkembang selama bertahun-tahun atau
bahkan berabad-abad dan dipengaruhi oleh migrasi dan
seleksi, baik secara alami maupun buatan. Padi lokal
merupakan plasma nutfah yang potensial sebagai sumber
gen-gen yang mengendalikan sifat-sifat penting pada
tanaman padi. Plasma nutfah sebagai sumber genetik
tanaman, antara lain berupa (1) bentuk primitif tanaman
budidaya dari genus yang sama, (2) strain liar di habitat asli
dari tanaman budi daya, (3) varietas lokal, (4) varietas lama
yang tidak terpakai lagi dan galur yang dihasilkan oleh
pemulia yang tidak memiliki nilai komersial, tetapi masih
memiliki gen yang berguna untuk pemuliaan tanaman, dan
(5) genetik stock, yaitu aksesi plasma nutfah yang
mengandung gen-gen berguna untuk membentuk varietas
modern melalui pemuliaan tanaman. Penggunaan gen-gen
tahan terhadap berbagai cekaman biotik maupun abiotik,
yang dimiliki padi lokal sangat diperlukan dalam program

5
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

pemuliaan tanaman padi, dengan tujuan untuk meningkatkan


keunggulan varietas unggul yang akan dihasilkan (Chaniago,
2019).
Menurut Iskandar dan Iskandar (2018), berdasarkan
studi etnoekologi tanaman padi dari studi kasus pada
masyarakat Baduy, Banten dan masyarakat Kampung Naga,
Tasikmalaya, dapat disimpulkan bahwa para petani huma
masyarakat Baduy dan petani sawah penduduk Kampung
Naga memiliki peran penting dalam mengkonservasi aneka-
ragam varietas padi lokal secara insitu. Kebiasaan para petani
untuk memilih anekaragam varietas padi sesuai dengan
pertimbangannya, seperti soal cita-rasa atau kuliner,
kesesuaian lokasi tempat tanaman, musim, sistem
ketersediaan air, dan umur panen padi. Adanya berbagai
pilihan para petani yang dapat berbeda satu sama lain
tersebut, telah menyebabkan terbentuknya aneka-ragam
varietas padi lokal pada sistem pertanian petani.
Padi lokal yang memiliki sifat-sifat spesifik umumnya
memiliki potensi hasil rendah, umur dalam, mudah rebah, dan
kurang respons terhadap pemupukan. Oleh sebab itu, varietas
lokal kurang bernilai ekonomis dibanding varietas unggul. Di
lain pihak, sejumlah varietas lokal telah terindentifikasi
sebagai sumber gen untuk sifat mutu, ketahanan terhadap
hama dan penyakit, dan toleransi terhadap cekaman
lingkungan suboptimal (Singh et al., 2000). Sifat-sifat
unggul spesifik yang dimiliki varietas lokal perlu

6
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

diinkorporasikan ke dalam genom varietas unggul agar


memiliki sifat unggul yang unik (Sitaresmi et al., 2013).
Padi varietas lokal sebagai bagian sumber daya genetik
merupakan sumber keragaman dan aset daerah yang perlu
dilestarikan, dibudidayakan, dan dikembangkan. Padi varietas
lokal dengan keunggulan spesifik dan sifat tahan cekaman
melalui pengelolaan, perlindungan, dan pelestarian dapat
diarahkan sebagai alternatif solusi persoalan rawan pangan
dan memberikan manfaat bagi petani dan masyarakat.
Menurut Sitaresmi et al. (2013), Sejumlah plasma
nutfah padi varietas lokal di Indonesia telah teridentifikasi
tahan dan toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik serta
memiliki mutu beras yang baik. Varietas-varietas lokal
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai donor gen melalui
persilangan dalam program pemuliaan. Selama kurun waktu
53 tahun, sebanyak 39 varietas telah dilepas dengan latar
belakang tetua varietas lokal. Varietas lokal yang mendapat
perbaikan genetik diharapkan dapat meningkatkan nilai guna
varietas lokal tersebut sehingga menguntungkan petani.

7
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Abay, U. 2021. Swadaya Media Bisnis Pertanian. https://


www.swadayaonline.com/artikel/8539/MantapIndones
ia-Menempati-Peringkat-3-Sebagai-Penghasil-Beras-
Terbesar-di-Dunia/. 25 Maret 2021.

Anwar, M.C. 2020. BPS Ungkap Indonesia Masih Impor


Beras 356.286 Ton di 2020. Kompas com. https://
money.kompas.com/read/2021/03/29/140638626/bps-
ungkap-indonesia-masih-impor-beras-356286-ton-di-
2020?page=all.

Chaniago, N. 2019. Potensi Gen-Gen Ketahanan Cekaman


Biotik dan Abiotik pada Padi Lokal Indonesia:
Review. Agriland Jurnal Ilmu Pertanian. 7(2): 86-93.

Darmono, L.A. 2020. Genjot Diversifikasi Pangan, Kementan


Target Konsumsi Beras Turun 7 Persen. Surya Karya.
https://www.suarakarya.id/detail/115030/Genjot-
Diversifikasi-Pangan-Kementan-Target-Konsumsi-
Beras-Turun-7-Persen

Databoks. 2018. Inilah Ekspor-Impor Beras Indonesia.


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/11
/inilah-ekspor-impor-beras-indonesia

Iskandar, J. dan B.S. Iskandar. 2018. Etnoekologi,


Biodiversi-tas Padi dan Modernisasi Budidaya Padi:
Studi Kasus pada Masyarakat Baduy dan Kampung
Naga. Jurnal Biodjati, 3(1): 47-62.

Kementan RI. 2019. Stok Beras Aman Sampai 2020.


https://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=
view&id=4108

8
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Kubo, M. and M. Purevdorj. 2004. The Future of Rice


Production and Consumption. Journal of Food
Distribution Research. 35(1): 128-142.

Muthayya, S., J.D. Sugimoto, S. Montgomery, and G.F.


Maberly. 2014. An Overview of Global Rice
Production, Supply, Trade, and Consumption. Annals
Of The New York Academy Of Sciences. 1324 (2014)
7–14.

Nguyen, N.V. 2017. Chapter I. Rice Production,


Consumption and Nutrition. Agricultural Officer (Rice
Agronomy), Crop and Grassland Service, FAO, Rome.

Nipuna Rice. 2019. Major Rice Producing Nations.


http://nipunarice.com/rice-o-pedia/major-rice-
producing-nations/

Singh, R.K., P.L., S.Saxena, and S.Singh. 2000. Scented Rice


Germplasm: Conservation, Evaluation, and
Utilization. Aromatic Rice. Oxford & IBH Publishing
Co. Pvt. Ltd. New Delhi.

Sitaresmi, T., R.H. Wening, A.T. Rakhmi, N.Yunani, dan U.


Susanto. 2013. Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi
Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas Unggul. Iptek
Tanaman Pangan. 8(1):22-30.

Wordatlas. 2017. 10 Largest Rice Producing Countries .


2017. https://www.worldatlas.com/articles/the-
countries-producing-the-most-rice-in-the-world.html

9
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

10
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

BAB II
TANAMAN PADI

11
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

2.1 SEJARAH TANAMAN PADI

Lebih dari 10.000 tahun yang lalu orang mulai


mengkonsumsi Oryza rufipogon, spesies liar padi yang
tumbuh di daerah rawa tropis dan sub tropis di Asia (Kovack
et al., 2007). Dua spesies padi budidaya didomestikasi secara
terpisah di Asia (Oryza sativa) dan Afrika (Oryza
glaberrima), Oryza sativa tersebar luas di dunia sedangkan
Oryza glaberrima terbatas di Afrika Barat (Vaughan et al.,
2008).
Menurut hukum filogeni, semua tanaman yang
dibudidayakan dewasa ini berasal dari tanaman sejenisnya di
zaman purbakala, yang biasanya merupakan tanaman liar dan
sangat primitif. Beberapa spesies liar padi adalah Oryza
spontanea, Oryza officinalis, Oryza brevigulata, Oryza
perennis, Oryza rufipogon, Oryza barthii, Oryza
glumaepatula dan Oryza punctata. Menurut hipotesis para
sejarawan, tanaman padi yang dibudidayakan saat ini berasal
dari padi liar yang telah mengalami proses evolusi panjang,
melalui penyerbukan antara padi jenis liar yang satu dengan
jenis padi liar lainnya. Second (1982) mengemukakan bahwa
Oryza glaberrima merupakan hasil domestikasi Oryza
breviligulata. Oryza sativa varietas Indica didomestikasi
secara terpisah dari varietas jenis Japonica. Keragaman Oryza
sativa berasal dari :

12
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

(i) introgressions yang terjadi antara jenis yang


dibudidayakan leluhur, bersama-sama dengan seleksi
yang dilakukan oleh manusia,
(ii) penyebaran kultivar yang berasal dari introgresi gen
dari padi liar di berbagai daerah. Beberapa bentuk
gulma Oryza breviligulata dapat berasal dari hibrida
alami antara dua spesies yang dibudidayakan, yaitu
Oryza sativa dan Oryza glaberrima.
Para sejarawan berbeda pendapat tentang asal-usul
tanaman padi. Ada yang menyatakan tanaman padi berasal
dari China, sementara ada pula yang menyebut tanaman padi
berasal dari India.
Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang berasal
dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina)
sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan
gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar
100 - 800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal
padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos,
Vietnam (Anonim, 2013).
Menurut sejarawan China, di China banyak ditemukan
jenis padi liar, terutama di bagian negara yang berbatasan
dengan India bagian utara. Jenis-jenis padi liar ini kemudian
diketahui sebagai saudara sepupu (“half sib”) spesies Oryza
sativa L., yaitu spesies tanaman padi yang dibudidayakan di
seluruh dunia (Siregar, 1981). Oryza fatua Koenig dan Oryza

13
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

sativa L. berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi


lainya, yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima
Steund berasal dari Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini
merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza
sativa spontania.
Para sejarawan umumnya mengakui bahwa negara yang
menyebarluaskan tanaman padi ke seluruh penjuru dunia
adalah India. Dari India, tanaman padi menyebar ke bagian
selatan Spanyol melalui negara-negara Arab. Dari Spanyol
kemudian menyebar ke bagian selatan Perancis dan ke
lembah Sungai Po di Italia dan akhirnya ke negara-negara
Balkan. Para sejarawan juga menyebutkan bahwa tanaman
padi menyebar dari India ke negara-negara Asia bagian timur
seperti Jepang, Filipina, dan kepulauan di lautan Pasifik.
Penyebaran tanaman padi ke negara-negara yang
terletak di bagian selatan India, diawali dari Malaysia. Dari
Malaysia, para perantau membawa ke Madagaskar. Sekitar
tahun 1685 sebelum Masehi pelaut dari Madagaskar
membawa ke negara bagian South Carolina, Amerika Serikat
(Silitonga, 2004).
Menurut Abdullah dalam Sitaresmi et al. (2013)
menyatakan bahwa Indonesia layak diduga sebagai pusat asal
sekunder (secondary center of origin) spesies padi. Secara
empiris hal itu dibuktikan dengan ditemukannya banyak
spesies liar padi di Indonesia (Abdullah, 2006).

14
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

2.2 ASAL USUL PADI DI INDONESIA

Padi diduga berasal dari India atau Indocina dan


masuk ke Indonesia dibawa oleh nenek moyang yang
bermigrasi dari daratan Asia sekitar tahun 1500 SM. Asal-
usul budidaya padi diperkirakan berasal dari daerah lembah
Sungai Gangga dan Sungai Brahmaputra dan dari lembah
Sungai Yangtse. Akan tetapi menurut hikayatnya, para
perantau Malaysia membawa tanaman padi ke Indonesia
sekitar tahun 1500 sebelum Masehi. Dengan demikian, cerita
yang menyatakan bahwa tanaman padi dibawa oleh orang
Hindu ke Indonesia tidak benar, melainkan orang Malaysia
setelah memperolehnya dari India (Silitonga, 2004).
Menurut Silitonga (2004) di antara tanaman padi yang
termasuk spesies O. sativa L. terdapat ribuan varietas padi
yang satu sama lain mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga
dari segi bentuk tanaman (morfologi) tidak ada varietas padi
yang mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan yang tampak
antar varietas padi disebabkan oleh perbedaan sifat varietas.
Namun demikian, di antara ribuan varietas terdapat beberapa
sifat yang sama. Berdasarkan sifat-sifat yang sama tersebut
tanaman padi dikelompokkan menjadi:
1. Golongan Indica, umumnya terdapat di negara-negara
yang terletak di lingkungan tropis.
2. Golongan Javanica, umumnya ditanam di Jawa, Bali, dan
Lombok.

15
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

3. Golongan Yaponica/Sub-Yaponica, umumnya terdapat di


negara-negara di luar daerah tropis.

Varietas unggul padi yang banyak ditanam saat ini


berasal dari International Rice Research Institute (IRRI) atau
dalam negeri hasil persilangan, mutasi, maupun pemutihan
varietas lokal. Varietas yang berasal dari IRRI biasanya
diawali dengan IR, seperti IR48, IR64, IR65, IR70, IR72, dan
IR74. Varietas dalam negeri biasanya didasarkan pada nama
sungai, nama orang, antara lain Cisadane, Cisanggarung,
Cisantana, Cisokan, Citanduy, Citarum (nama sungai),
Fatmawati, Sintanur (nama orang).
Selain nama sungai dan nama orang, dewasa ini
penamaan berdasarkan antara lain pada apakah varietas
tersebut merupakan varietas hibrida, misal Hipa 4 (hibrida
padi 4) atau merupakan varietas inbrida yang digolongkan
berdasarkan pada tipologi lahan penanaman misalnya Inpago
1 (inbrida padi gogo 1), Inpara 11 (Inbrida padi rawa), Inpari
10 (Inbrida padi irigasi).
Contoh varietas hasil persilangan adalah Ciherang,
Cisokan, IR64. Contoh varietas yang berasal dari mutasi
adalah Mira-1, Si Denok, Mugibat. Contoh varietas yang
berasal dari pemutihan varietas lokal adalah padi gogo
varietas Buyung, padi rawa varietas Mutiara dan Saba
(Kalimantan Selatan), Caredek merah, Anak Daro, dan
Kuriek Kusuik (Sumatera Barat).

16
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

2.3 TAKSONOMI TANAMAN PADI

Padi (Oryza sativa L.) merupakan spesies budidaya dari


genus Oryza. Selain spesies budidaya terdapat pula spesies
liar padi. Menurut Vaughan (1994) spesies padi liar dibagi
menjadi empat group, yaitu:
1. Oryza sativa
2. Oryza officinalis (Oryza latifolia)
3. Oryza ritleye
4. Oryza meyeriana (Oryza granulat)
Grup Oryza sativa memiliki genom yang sama dengan
padi budidaya, yaitu AA. saat ini padi budidaya terbagi
menjadi empat golongan (Silitonga et al., 2003),
yaitu :
1. Indica dengan ciri umumnya gabah ramping dan tidak
berbulu
2. Javanica dengan ciri gabah besar dan berbulu
3. Japonica dengan ciri gabah bulat, gundil dengan ukuran
sedang
4. Intermediate atau hibrida
Padi (Oryza sativa) merupakan tumbuhan berbiji
tunggal (monokotil) dengan urutan secara taksonomi (Siregar
1981), yaitu:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta

17
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida (Monocotyledons)
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : Oryza sativa L.

2.4 VARIETAS

Varietas padi merupakan segolongan tanaman yang


satu sama lain mempunyai sifat-sifat yang sama. Sifat-sifat
tersebut diwariskan olah tanaman tersebut kepada
keturunannya. Suatu varietas padi dikatakan unggul apabila
varietas tersebut mempunyai sifat-sifat yang lebih baik
daripada sifat yang dimiliki oleh varietas padi lainnya. Sifat-
sifat unggul tersebut antara lain adalah daya hasil yang lebih
tinggi, umur yang lebih pendek, tahan terhadap hama dan
penyakit, lebih tahan terhadap rebah, toleran pada lingkungan
suboptimal, mutu beras (fisik dan atau kimiawi), dan rasa
nasi yang lebih enak.
Menurut Silitonga (2004), genus Oryza memiliki 25
sepesies. Jenis yang lebih dikenal adalah Oryza sativa
dengan dua sub spesies, yaitu Japonica (padi bulu) yang
ditanam di daerah subtropis dan Indica (padi cere) yang

18
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

ditanam di Indonesia. Varietas-varietas Indica di Indonesia


disebut “cere” atau “cempo”, juga banyak ditanam di Asia,
kecuali di Korea dan Jepang. Di antara tanaman padi yang
termasuk spesies O. sativa L. terdapat ribuan varietas padi
yang satu sama lain mempunyai ciri khas tersendiri, sehingga
dari segi bentuk tanaman (morfologi) tidak ada varietas padi
yang mempunyai bentuk yang sama. Perbedaan yang tampak
antar varietas padi disebabkan oleh perbedaan sifat varietas.
Namun demikian, di antara ribuan varietas terdapat beberapa
sifat yang sama. Berdasarkan sifat-sifat yang sama tersebut
tanaman padi dikelompokkan menjadi:
1. Golongan Indica, umumnya terdapat di negara-negara
yang terletak di lingkungan tropis.
2. Golongan Javanica, umumnya ditanam di Jawa, Bali, dan
Lombok.
3. Golongan Yaponica/Sub-Yaponica, umumnya terdapat di
negara-negara di luar daerah tropis.
Varietas unggul padi yang banyak ditanam saat ini
berasal dari International Rice Research Institute (IRRI) atau
dalam negeri hasil persilangan, mutasi, maupun pemutihan
varietas lokal. Varietas yang berasal dari IRRI biasanya
diawali dengan IR, seperti IR48, IR64, IR65, IR70, IR72, dan
IR74. Varietas dalam negeri biasanya didasarkan pada nama
sungai, nama orang, antara lain Cisadane, Cisanggarung,
Cisantana, Cisokan, Citanduy, Citarum (nama sungai),
Fatmawati, Sintanur (nama orang).

19
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Selain nama sungai dan nama orang, dewasa ini


penamaan berdasarkan antara lain pada apakah varietas
tersebut merupakan varietas hibrida, misal Hipa 4 (hibrida
padi 4) atau merupakan varietas inbrida yang digolongkan
berdasarkan pada tipologi lahan penanaman misalnya Inpago
1 (inbrida padi gogo 1), Inpara 11 (Inbrida padi rawa), Inpari
10 (Inbrida padi irigasi). Contoh varietas hasil persilangan
adalah Ciherang, Cisokan, IR64. Contoh varietas yang
berasal dari mutasi adalah Mira-1, Si Denok, Mugibat.
Contoh varietas yang berasal dari pemutihan varietas lokal
adalah padi gogo varietas Buyung, padi rawa varietas Mutiara
dan Saba (Kalimantan Selatan), Caredek merah, Anak Daro,
dan Kuriek Kusuik (Sumatera Barat).

2.5 MORFOLOGI TANAMAN PADI

Tumbuhan padi bersifat merumpun, yaitu satu atau


beberapa bibit yang ditanam membentuk satu rumpun yang
terdiri dari beberapa batang (anakan) tanaman padi (Gambar
2.1). Satu rumpun tanaman padi pada umumnya terdiri dari
10-30 anakan atau lebih.
Bagian-bagian tanaman padi dibagi menjadi dua, yaitu
bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif meliputi akar,
batang, dan daun. Bagian generatif terdiri dari malai, bunga,
dan gabah (Siregar 1981).

20
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Gambar 2.1. Rumpun tanaman padi


(Sumber: Koleksi Pribadi)

2.5.1 Akar
Padi adalah tanaman yang berakar serabut. Akar
tumbuh dari radikula (calon akar pada embrio padi).
Berdasarkan terangkat tidaknya benih pada saat
perkecambahan, maka benih padi termasuk tipe hipogeal
sebagaimana pada tanaman yang tergolong klas monokotil,
yaitu biji tidak terangkat ke atas (tetap di dalam tanah) ketika
benih berkecambah (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Tipe hipogeal pada monokotil


(Sumber: Farid, 2013)

21
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Perkembangan akar tanaman padi sejak berkecambah


hingga pembentukan anakan dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Akar padi


(Sumber: Anonim, 2013)

Pada awal perkecambahan, calon akar pada benih


(radikula) tumbuh menjadi akar seminal yang berkembang
menjadi akar serabut. Selain akar yang berasal dari radikula
tumbuh pula akar adventif pada buku pertama pada batang
(Gambar 2.3). Warna akar pada saat tanaman masih muda
adalah putih dan ketika sudah dewasa menjadi coklat
(Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Akar tanaman padi dewasa


(Sumber: Koleksi Pribadi)

22
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

2.5.2 Batang
Batang padi beruas dan berbuku (Gambar 2.5). Ruas
batang berbentuk silender dengan rongga didalamnya
(Gambar 2.6 ) yang pada kedua ujungnya ditutupi oleh buku.
Batang ditutupi oleh pelepah pelepah daun yang saling
menopang satu sama lain (Gambar 2.7 ).

buku batang
ruas batang (diantara
dua buku)

Gambar 2.5. Buku dan ruas pada batang padi


(Sumber: Koleksi Pribadi)

Gambar 2.6. Irisan melintang batang padi yang berongga


(Sumber: Koleksi Pribadi)

23
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Gambar 2.7. Batang ditutupi oleh pelepah daun


(Sumber: Koleksi Pribadi)

2.5.3 Daun
Daun pada tanaman padi terdiri dari daun pelepah,
helai daun, lidah daun, dan telinga daun (Yoshida, 1981).
Daun pelepah menempel pada buku batang dan tersusun
menutupi batang tanaman padi (Gambar 2.8).

pelepah
daun

helai
daun
Gambar 2.8. Pelepah daun yang menempel pada buku batang dan
helai daun yang terletak pada ujung daun pelepah
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Helai daun padi berbentuk pita (lanset) dengan


tulang daun sejajar (Gambar 2.9). Rangkaian pelepah daun

24
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

saling menopang daun sempurna dengan pelepah tegak


(Gambar 2.10). Helaian daun berwarna hijau muda hingga
hijau tua, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang.

Gambar 2.9. Helai daun berbentuk pita dengan tulang daun sejajar
(Sumber: Koleksi Pribadi)

Gambar 2.10. Rangkaian pelepah daun yang saling menopang


(Sumber: Koleksi Pribadi)

Helai daun

Lidah daun
(ligula)

Telinga daun
(auricle)

Gambar 2.11. Helai daun, ligula, dan auricle


(Sumber : Kolekai Pribadi)

25
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Pada buku bagian atas, nampak percabangan pada


ujung daun pelepah, dimana cabang terpendek menjadi lidah
daun atau ligula dan bagian yang terpanjang dan terbesar
disebut daun kelopak (Gambar 2.11). Pada daun kelopak
terdapat dua embelan sebelah kiri dan kanan yang disebut
auricle (Gambar 2.11). Warna telinga daun terdiri dari putih
(tidak berwarna), bergaris ungu, dan ungu (Silitonga et al.,
2003).
Menurut Silitonga et al. (2003), bentuk lidah daun
pada tanaman padi bermacam-macam, yaitu acute-acuminate,
2-cleft (Gambar 2.12, atau truncate sedangkan warnanya
adalah putih (tidak berwarna), ungu bergaris, dan ungu. Salah
satu contoh bentuk dan warna lidah daun pada padi lokal
pasang surut adalah seperti pada Gambar 2.13.

Gambar 2.12. Bentuk lidah daun


(Sumber: Silitonga et al., 2003)

Gambar 2.13. Contoh bentuk lidah daun (2-cleft) dan warna


(Sumber: Koleksi Pribadi)

26
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Daun kelopak yang membalut ruas paling atas dari


batang disebut daun bendera (flag-leaf). Tepat pada lidah
daun dan daun bendera muncul ruas yang menjadi bulir padi
(Gambar 2.14).

daun bendera

Gambar 2.14. Bulir padi yang muncul di antara lidah daun dan
daun bendera
(Sumber : Koleksi Pribadi)

2.5.4 Bunga, Malai, dan Gabah


Bunga padi tersusun majemuk pada malai. Tipe malai
bercabang (Gambar 2.15 a dan b).Satuan bunga disebut floret
yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula
(Gambar 2.15.c). Bunga padi tergolong hermaprodit, yaitu
bunga jantan dan bunga betina terdapat pada bunga yang
sama. Setiap bunga terdiri 6 (enam) benang sari (stamen) dan
2 (dua) kepala putik (pistil) sebagaimana pada gambar 2.16.

27
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Benang sari dan putik ditutupi oleh lemma dan palea


(Gambar 2.16).

(a) (b) (c)


Gambar 2.15. (a) Malai, (b) Percabangan malai, (c) Bulir padi
(Sumber : Koleksi Pribadi)

Benang sari

Kepala putik

Gambar 2.16. Benang sari dan putik pada bunga padi


(Sumber : Koleksi Pribadi)

Tipe buah padi adalah bulir atau kariopsis yang tidak


dapat dibedakan mana buah dan bijinya. Bentuk buah hampir
bulat hingga lonjong dengan ukuran 3mm - 15mm (Gambar

28
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

2.17), tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa


sehari-hari disebut sekam.

Bulir/biji

Cabang malai primer

Cabang malai sekunder

Gambar 2.17. Bulir-bulir padi pada malai


(Sumber : Koleksi Pribadi)

2.6 TIPE PENYERBUKAN

Padi tergolong tanaman menyerbuk sendiri, karena


95% atau lebih serbuk sari membuahi sel telur tanaman yang
sama. Penyerbukan terjadi sebelum bunga mekar. Setelah
pembuahan terjadi, zigot dan inti polar yang telah dibuahi
segera membelah diri. Zigot berkembang membentuk embrio
dan inti polar menjadi endosperm. Pada akhir perkembangan,
sebagian besar bulir padi mengandung pati dibagian
endosperm (Siregar, 1981).

2.7 FASE PERKEMBANGAN TANAMAN PADI

Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase


(De Datta 1981), yaitu :

29
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

1. Fase vegetative, yaitu mulai awal pertumbuhan sampai


pembentukan malai, terdiri dari tahapan 0-3
2. Fase reproduktif, yaitu dari tahapan 4-6
3. Fase pematangan biji, yaitu dari tahapan 7-9

2.7.1 Fase Vegetative

Tahap 0 (Tahap Awal Perkecambahan sampai


Munculnya Kecambah)

Tahap 0 dimulai sejak benih berkecambah sampai muncul


kepermukaan. Pada proses budidaya padi, sebelum disemai,
benih biasanya dikecambahkan melalui perendaman selama
24 jam dan diinkubasi selama 1-2 x 24 jam, hingga bakal
akar dan tunas mulai menonjol keluar menembus kulit
gabah. Akhir tahap 0 memperlihatkan daun pertama yang
muncul masih melengkung dan bakal akar memanjang.
Tahap 0 pertumbuhan tanaman padi dapat dilihat pada
Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Tahap 0 pertumbuhan tanaman padi, yaitu tahapan


mulai perkecambahan sampai terbentuknya kecambah
(Sumber: www.knowledgebank.irri.org/.../growth-stages-0-...)

30
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tahap 1 (Tahap Pertunasan)


Tahap 1 atau tahap pertunasan dimulai ketika benih mulai
berkecambah sampai dengan sebelum anakan pertama
muncul. Selama tahap ini, akar seminal dan lima daun
terbentuk, sementara tunas terus tumbuh, dua daun lagi
terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan satu daun
setiap 3 sampai 4 hari selama tahap awal pertumbuhan.
Kemunculan akar sekunder membentuk sistem perakaran
serabut permanen dengan cepat menggantikan radicula dan
akar seminal sementara. Tahap 1 berjalan hingga sebelum
terbentuk anakan (Gambar 2.19).

Gambar 2.19. Tahap 1 pertumbuhan padi, yaitu tahap pertunasan


(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

Tahap 2 (Tahap Pertunasan)


Tahap 2 atau tahap pertunasan berlangsung sejak munculnya
anakan pertama sampai anakan maksimum. Anakan muncul
dari tunas aksiral pada buku batang dan menggantikan tempat
daun yang selanjutnya tumbuh dan berkembang. Anakan

31
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

yang muncul dari batang pertama disebut anakan primer,


yang muncul dari anakan primer disebut anakan sekunder,
dan yang muncul dari anakan sekunder disebut anakan tertier.
Pada tahap ini, anakan terus bertambah sampai pada titik
dimana sukar dipisahkan dari batang utama. Anakan terus
berkembang sampai tanaman memasuki tahap pertumbuhan
berikutnya yaitu pemanjangan batang. Fase pembentukan
anakan dapat dilihat pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20. Tahap 2 pertumbuhan tanaman padi, yaitu tahap


pembentukan anakan
(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

Tahap 3 (Tahap Pemanjangan Batang)


Tahap 3, yaitu tahap pemanjangan batang terjadi sebelum
pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir
pembentukan anakan. Tahap 2 dan 3 dapat berlangsung
bersama-sama (tumpang tindih). Selama tahap ini jumlah dan
tinggi anakan terus meningkat. Batang lebih panjang pada
varietas yang jangka waktu pertumbuhannya lebih panjang.
Anakan maksimum, memanjangnya batang, dan

32
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

pembentukan malai terjadi nyaris simultan. Ketika jumlah


anakan maksimum, maka periode itu merupakan akhir
pertumbuhan vegetatif. Hal ini diikuti oleh memanjangnya
batang (internode), dan akhirnya sampai ke tahap
pembentukan malai. Tahap pemanjangan batang dapat
dilihat pada Gambar 2.21.

Gambar 2.21. Tahap 3 pertumbuhan tanaman padi, yaitu tahap


pemanjangan batang
(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

2.7.2 Fase Reproduktif


Tahap 4 (Pembentukan Malai sampai Bunting)
Fase reproduksi dimulai ketika terjadi inisiasi primordia
malai pada ujung tunas, yang mulai kasat mata pada sekitar
10 hari setelah inisiasi. Pada tahap ini, tiga daun masih akan
muncul sebelum malai muncul. Pada varietas genjah, malai
terlihat berupa kerucut berbulu putih panjang 1,0-1,5 mm
muncul pada ruas buku utama, kemudian pada anakan dengan
pola tidak teratur.

33
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Primordia malai dapat dilihat dengan membelah


batang. Saat malai terus berkembang, maka bulir terlihat.
Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke
atas di dalam pelepah daun bendera sehingga pelepah daun
menggembung

Gambar 2.22. Tahap 4 pertumbuhan padi, yaitu tahap inisiasi


bunga hingga bunting
(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

Bunting terjadi pertama kali pada ruas batang utama. Tahap 4


pertumbuhan padi dapat dilihat pada Gambar 2.22. Batang
padi yang sedang bunting dapat dilihat Gambar 2.23.

Gambar 2.23. Tanaman padi yang sedang bunting (batang nampak


gemuk dan jika pelepah batang dibuka terdapat malai/bunga padi)
Sumber : Koleksi Pribadi

34
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tahap 5 (Keluar Malai)


Tahap keluar malai ditandai dengan kemunculan ujung malai
dari pelepah daun bendera. Malai terus berkembang sampai
keluar seutuhnya dari pelepah daun (Gambar 2.24).

Gambar 2.24. Tahap 5 pertumbuhan padi, yaitu keluarnya malai


dari pelepah batang
(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

Tahap 6 (Tahap Pembungaan)


Tahap pembungaan dimulai ketika serbuksari menonjol
keluar dari bulir dan terjadi proses pembuahan. Tahap
pembungaan ditandai dengan terbukanya kelopak bunga,
antera menyembul keluar dari kelopak bunga karena
pemanjangan stamen dan serbuk sari tumpah. Kelopak bunga
kemudian menutup. Serbuk sari jatuh ke putik, sehingga
terjadi pembuahan. Struktur pistil berbulu dimana tabung
tepung sari (“pollen tube”) dari serbuk sari yangmuncul akan
mengembang ke ovari. Proses pembungaan berlanjut sampai
hampir semua spikelet pada malai mekar. Pembungaan
terjadi sehari setelah keluarnya malai. Pada umumnya

35
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

kelopak bunga membuka pada pagi hari. Semua spikelet pada


malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3 sampai 5
daun masih aktif. Anakan pada tanaman padi ini telah
dipisahkan pada saat dimulainya pembungaan dan
dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan non
produktif. Tahap 6 pertumbuhan tanaman padi dapat dilihat
pada Gambar 2.25.

Gambar 2.25. Tahap 6 pertumbuhan padi, yaitu terbukanya bunga


(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

2.7.3 Fase Pematangan Biji

Tahap 7 (Tahap Gabah Matang Susu)


Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan cairan serupa susu.
Gabah mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat
dikeluarkan dengan menekan/menjepit gabah di antara dua
jari. Malai hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense)
pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua daun di
bawahnya tetap hijau. Tahap masak susu dapat dilihat pada
Gambar 2.26.

36
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Gambar 2.26. Tahap 7 pertumbuhan padi, yaitu tahap masak susu


(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

Tahap 8 (Tahap Gabah Setengah Matang)


Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah
menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada
malai mulai menguning. Pelayuan anakan dan daun dibagian
dasar tanaman nampak semakin jelas. Pertanaman kelihatan
menguning. Seiring menguningnya malai, ujung dua daun
terakhir pada setiap anakan mulai mengering. Bulir pada
tahap 8 dapat dilihat pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27. Tahap 8 pertumbuhan padi, yaitu tahap “dough


grain)
(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

37
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tahap 9 (Tahap Gabah Matang Penuh)


Setiap gabah yang matang, butiran gabahnya berkembang
penuh, keras, dan lemma dan palea (kulit gabah) berwarna
kuning. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari
sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang
mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Keadaan bulir
pada pada tahap 9 pertumbuhan padi dapat dilihat pada
Gambar 2.28.

Gambar 2.28. Tahap 9 pertumbuhan padi, yaitu tahap biji matang


(Sumber: www.knowledgebank. irri.org/.../growth-stages-0-…)

38
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2006. Potensi padi liar sebagai sumber genetik


dalam pemuliaan padi. Buletin Iptek Tanaman
Pangan. 1(2): 143-152.

Anonim, 2013. Padi. syekhfanismd.lecture.ub.ac.id/files/2013


/03/PADI-PUSRI.pdf. Diakses 14 April 2014.

De Datta, S.K. 1981. Principles and Practices of Rice


Production. John Wiley and Sons. Singapore.

Farid, M. 2013. Tumbuhan Monokotil & Dikotil. http://www.


terlambat.info/2012/10/tumbuhan-monokotil-dan-
dikotil-artikel.html.

Kovach, M.J., M.T. Sweeney and S.R. McCouch . 2007.


Review: New insights into the history of rice
domestication. Trends in Genetics. 23(11): 579-587.

Second, G. 1982. Origin of The Genic Diversity of


Cultivated rice (Oryza spp.):study of the
Polymorphism Scored at 40 Isozyme Locil). Jpn. J.
Genet. :57 (-):25-57

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia.


Sastra Hudaya. Jakarta.

Silitonga, T.S. 2004. Pengelolaan dan Pemanfaatan Plasma


Nutfah Padi di Indonesia. Buletin Plasma Nutfah
10(2): 56-71.

Silitonga, T.S. I.H. Soemantri, A.A. Daradjad, H.Kurniawan.


2003. Panduan Sistem karakterisasi dan Evaluasi
Tanaman Padi. S.Moeljoprawiro, B.Suprihatno,

39
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

I.N.Orbani (eds.). Diterjemahkan dari : Standard


Evaluation System for Rice. IRRI. Komisi Nasional
Plasma Nutfah. Balitbang Pertanian, Deptan. Bogor.
58 h.

Sitaresmi, T., R.H. Wening, A.T. Rakhmi, N. Yunani, dan U.


Susanto. 2013. Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi
Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas Unggul.
Iptek Tanaman Pangan. 8(1): 22-30.
http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php
/ippan/article/view/2555/2195

Vaughan, D.A., Bao-Rong Lu, N. Tomooka. 2008. Review:


The Evolving Story of Rice Evolution. Plant
Science. 174(-): 394–408.

Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. IRRI.


Laguna. Philippine.

40
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

BAB
III
PADI LOKAL

41
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

3.1 VARIETAS PADI LOKAL

Padi lokal telah ditanam petani di wilayah tertentu


selama bertahun-tahun secara turun temurun. Padi lokal telah
beradaptasi pada agroekosistem tertentu. Sehingga dapat
bertahan terhadap cekaman biotik dan atau abiotik di wilayah
setempat. Dengan demikian varietas lokal yang berada di
wilayah sulfat masam toleran terhadap keracunan besi.
Varietas lokal yang berada di daerah berkadar garam tinggi
toleran terhadap salinitas. Demikian juga varietas lokal yang
berada di suatu wilayah dengan cekaman tertentu seperti
kekeringan dan genangan. Hal ini sejalan dengan Iskandar
dan Iskandar (2018), yang menyatakan penduduk Indonesia
di berbagai kawasan biasa membudidayakan tanaman padi di
berbagai habitat atau ekosistem lokal berdasarkan
pengetahuan ekologi tradisional yang mereka miliki, baik
yang berasal dari hasil pewarisan secara turun temurun
maupun hasil pengalaman pribadi berupa hubungan timbal
balik antara yang bersangkutan dengan ekosistem lokal
secara berkelanjutan, sehingga terdapat anekaragam padi
lokal.
Setiap kali musim panen, petani memilih jenis padi
yang sesuai dengan preferensi petani yang bersangkutan,
sehingga memunculkan varietas-varietas lokal baru yang
mempunyai beberapa perbedaan dengan populasi yang sudah
ada dan diberi nama baru. Sebagai contoh adalah adanya

42
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

berbagai varietas Siam, misalnya Siam Unus Kuning dan


Siam Unus Putih yang berbeda pada warna gabah, dimana
Siam Unus Kuning gabahnya berwarna keemasan, sedangkan
Siam Unus Putih mempunyai warna kuning keemasan yang
kurang cerah dibandingkan dengan Siam Unus Kuning.
Untuk meningkatkan keragaman genetik varietas
unggul yang dilepas, pemanfaatan plasma nutfah perlu lebih
ditingkatkan dengan menggunakan varietas lokal yang telah
dikarakterisasi dan dievaluasi (Silitonga, 2004). Indonesia
memiliki banyak varietas lokal yang tersebar di berbagai
provinsi di Indonesia (Tabel 3.1).
Dari hasil penelitian plasma nutfah varietas lokal
Indonesia telah teridentifikasi varietas lokal yang memiliki
ketahanan terhadap hama ganjur, bakteri hawar daun, hawar
daun jingga, blas daun, blas leher, daun bergaris putih,
wereng batang coklat, tungro, kekeringan, keracunan Al,
keracunan Fe, salinitas, suhu rendah, dan naungan (Sitaresmi
et al., 2013).
Beberapa provinsi telah melakukan eksplorasi/
identifikasi/karakterisasi padi varietas lokal dan dari kegiatan
ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi mengurangi
degradasi dan fragmentasi keragaman varietas lokal. Terdapat
62 padi varietas lokal yang diperoleh dari hasil kegiatan
eksplorasi tahun 2013 di beberapa Kabupaten yaitu Tegal,
Temanggung, Magelang, Klaten, Kebumen, dan
Banjarnegara .

43
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 3.1. Contoh varietas lokal padi di beberapa provinsi di


Indonesia

Kete-
Asal Nama Varietas
rangan
Sulawesi Pare Bumbungan, Pare Lalodo Ketan
Selatan
Sulawesi Pare Ambo, Pare Ambo, Pare Bau, Amilosa
Selatan Pare Kobo, Pare Rogon, Pare Tallang rendah
Sumatera Sikehkeh, Sipala, Siburujabi Gogo
Utara
Siangkat, Ramos, Silumut, Sipongkol Sawah
Sumatera Dayang Rindu, Semeter, Seputih, -
Selatan Sekuning, Ketumbar, Serengit
Sumatera Caredek merah, Junjung -
Barat
Kalimantan Siam Abu, Siam Gadis, Siam Jawa, Rawa
Selatan Siam Palun, Siam Mayang Pasang
Surut
Jawa Barat Cere Manggu, Mesir, Omas, Segon
Salak, Angsana, Cikur, Gembang
Jawa Timur Mentik Srijaya, Pendok Gogo
ketan umur genjah, ketan umur Ketan
sedang
Jawa Rojolele, mentik susu, Logawa -
Tengah
Keterangan : data diperoleh dari berbagai sumber

Diantara koleksi padi varietas lokal tersebut terdapat


padi hitam dengan warna beras hitam dan rasa enak, padi
merah, padi spesifik dataran tinggi yang hidup pada
ketinggian lebih 1000 m dpl dan ada pula padi varietas
Rojolele dan Logawa yang merupakan padi unggul Jawa
Tengah yang telah dilepas tahun 2003 serta varietas Mentik
Wangi dari Magelang yang telah memiliki tanda daftar
(BPTP Jawa Tengah, 2013).

44
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Di lahan rawa Kalimantan Selatan terdapat beragam


varietas padi lokal. Varietas ini tergolong sensitif
periodesitas, berumur panjang (9-11 bulan sejak semai), dan
adaptif terhadap kondisi lahan yang khas, seperti genangan,
kandungan Al dan Fe yang tinggi, serta pH yang rendah
(Noorsyamsi dan Hidayat, 1965). Stabilitas hasil merupakan
hal penting yang mempengaruhi stabilitas/kenaikan produksi,
namun potensi produksi yang tinggi juga sangat penting. Di
sisi lain preferensi petani dan konsumen terhadap varietas
padi juga penting.
Kegiatan kajian potensi genetik varietas lokal rawa
pasang surut Kalimantan Selatan telah dilaksanakan pada
tahun 2009 (Wahdah & Langai, 2009). Dari kegitan tersebut
diperoleh 59 varietas padi lokal yang berasal dari 2 kabupaten
sampel dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Di Indonesia terdapat 20,15 juta ha lahan pasang surut
(Maamun dan Sabran, 1998). Pasang surut yang berupa
persawahan di Kalimantan Selatan adalah 143.738 ha
(Sulaiman dan Imberan, 1996) yang banyak ditanami varietas
padi lokal. Dilaporkan oleh Wahdah dan Langai (2009) pada
observasi di dua kabupaten (masing-masing dua kecamatan,
dan masing-masing 2 desa) terdapat 62 varietas (aksesi)
sebagaimana pada Tabel 3.3.

45
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 3.2. Rekapitulasi jumlah varietas pada di Kabupaten Tanah


Laut dan Barito Kuala, Kalimantan Selatan

Jumlah
Kabupaten Kecamatan Desa
Varietas
Tanah Laut Kurau Tambak Sarinah 9
Padang Luas 3
Raden 1
Bumi Handil Suruk 9
Makmur Handil Birayang Bawah 1
Labuan Amas 1
Barito Tabunganen Karya Baru 6
Kuala Pemurus 14
Tabunganen Tengah 6
Barambai Kolam Kiri 5
Pendalaman 4
Bagagap 3
Jumlah varietas 62
Sumber: Wahdah & Langai, 2009

Varietas Siam Jawa dan Siam Randah menduduki


peringkat pertama di Kecamatan Kurau, sedangkan Siam
randah menempati peringkat pertama di Kecamatan Bumi
Makmur, yang sebenarnya tidak berbeda dengan Siam Pal 6.
Tingginya peringkat tersebut karena skor jumlah anakan,
tinggi tanaman, ukuran biji, dan rasa skornya lebih tinggi,
walaupun hasil tanaman skornya lebih rendah daripada
beberapa varietas lain, terutama Siam Saba. Siam Saba
berada di peringkat ketiga dengan skor tinggi pada hasil
tetapi rendah pada skor tinggi tanaman.

46
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 3.3. Daftar nama varietas pada masing-masing kecamatan


sampel di Kabupaten Tanah Laut dan Barito Kuala,
Kalimantan Selatan

Kabupaten Tanah Kabupaten Barito


Nama Laut Kuala
No. Varietas Kec. Kec. Kec.
Kec.
Lokal/Aksesi Bumi Tabu- Baram-
Kurau
Makmur nganen bai
1. Pandak + + + -
Kembang
2. Siam Puntal + - - -
3. Siam 11 + - - -
4. Siam Jawa + - - -
5. Siam Unus + - - -
Putih
6. Siam Abu + - - -
7. Siam Unus + - + -
Kuning
8. Siam Lantik + - - -
9. Siam kuatek + - - -
10. Siam Pandak + - - -
11. Siam Gadis + - - -
12. Siam Arjan + - - -
13. Siam Kapuas + - - -
14. Raden Rata - + - -
15. Siam Saba - + - -
16. Siam 25 - + - -
17. Siam Randah - + - -
18. Siam Harli - + - -
19. Siam Pal 6 - + - -
20. Siam Runut - + - -
21. Pandak - + - -
22. Siam Unus - + - -
Kuning
23. Siam Babirik - + - -
24. Siam Damai - - + -
25. Datu - - + -
26. Siam Perak - - + -
27. Gadabung - - + -

47
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

28. Siam Unus - - + +


29. Siam 11 - - +
30. Siam Saba - - + -
31. Siam Unus - - + -
Putih
32. Siam Kuning - - + -
33. Unus Kuning - - + -
34. Bayar Keleker - - + -
35. Bayar - - + -
Selendang
36. Siam - - + -
Tanggung
37. Siam Gadis - - + -
38. Bayar Putih - - + -
39. Mainai - - + -
40. Bayar rundun - - + -
41. Baras Habang - - + -
42. Pandak Putih - - + -
43. Pandak - - + -
Kuning
44. Bayar Papuyu - - + -
45. Bayar Pahit - - + -
46. Pati Alay - - + -
47. Bayar Kuning - - + -
48. Siam - - - +
Pontianak
49. Siam Adus - - - +
50. Karang - - - +
Dukuh
51. Bayar Palas - - - +
52. Siam Mutiara - - - +
53. Katumbar - - - +
54. Siam Palun - - - +
55. Siam PX - - - +
56. Siam Harli - - - +
57. Siam Gumpal - - - +
58. Siam Rukut - - - +
Di Kecamatan Tabunganen Varietas Gadabung
menduduki peringkat pertama dengan keunggulan hasil dan

48
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

umur, Varietas Datu pada peringkat kedua dengan


keunggulan hasil dan keberadaannya pada setiap tahunnya di
wilayah setempat, sedangkan peringkat ketiga ditempati oleh
Varietas Siam 11 yang unggul dalam hal hasil, keberadaan,
dan rasa. Di Kecamatan tabunganen terdapat 1 varietas beras
merah, yaitu Baras Habang yang tidak terpilih dalam
kelompok
yang diamati lebih lanjut, namun seyogyanya perlu dievaluasi
lebih lanjut sehubungan dengan komposisi zat gizi pada
beras.
Siam Rukut, Siam Unus, dan Siam Gumpal berturut-
turut menduduki peringkat 1,2, dan 3 di Kecamatan
Barambai. Ketiganya unggul (dengan skor yang berbeda)
dalam hal jumlah anakan, luasan tanam, keberadaan, ukuran
beras, dan rasa nasi. Di antara 10 varietas tersebut hasilnya
kurang lebih sama. Di luar 10 varietas yang terpilih terdapat
satu varietas padi aromatik, yaitu Siam Palun yang memiliki
ukuran biji yang kecil serta rasa yang enak. Siam Mutiara
sebagai varietas yang telah dilepas melalui pemutihan
menduduki peringkat keempat karena mempunyai jumlah
anakan yang lebih sedikit dan tanaman lebih tinggi
dibandingkan dengan ketiga varietas peringkat 1-3.
Varietas lokal dapat memiliki satu atau lebih
keunggulan. Siam Unus, Siam Kuning, dan Siam Kuatek
ukuran gabah yang disukai (ramping) dan rasa (pera),
demikian dilaporkan oleh Wahdah dan Langai, 2009.

49
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Masniawati et al. (2012), telah melakukan pengujian mutu


beras pada tujuh beras varietas lokal. Terdapat dua varietas
beras yang sesuai dengan kriteria mutu cita rasa beras bagi
konsumen di Indonesia adalah Pare Kobo dan Pare Rogon.
Berdasarkan pengujian stabilitas terhadap keunggulan
varietas lokal pada 2 musim tanam, maka beberapa varietas
lokal yang teruji memiliki keunggulan telah dilepas oleh
Menteri Pertanian melalui surat keputusan.

Tabel 3.4. Contoh padi varietas lokal yang telah dilepas menjadi
varietas unggul nasional

Daerah
Nama Varietas Nomor SK Menteri
Asal
Caredek Merah No. 73/Kpts/SR.120/2/2007 Sumbar
Anak Daro No. 73/Kpts/SR.120/2/2007 Sumbar
Kuriek Kusuek No.2229/Kpts/SR.120/5/2009 Sumbar
Siam Saba No.961/Kpts/SR.120/7/2008 Kalsel
Siam Mutiara No.959/Kpts/SR.120/7/2008 Kalsel
Buyung No.4384/Kpts/SR.120/6/2013 Kalsel
Sumber : BPTP Sumbar, 2010; Susanto et al., 2012

Beberapa padi varietas lokal yang telah dilepas menjadi


varietas unggul nasional dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Pelepasan varietas lokal menjadi varietas unggul nasional
didasarkan pada keunggulan varietas tersebut setelah
dievaluasi selama 2 musim tanam berdasarkan tatacara
sesuai dengan Pedoman Pelepasan Varietas Tanaman Pangan.
Produktivitas varietas Anak Daro di lahan petani dari
tahun 1999-2002 berkisar antara 5,30 t/ha - 5,50 t/ha.
Pengujian adaptasi Anak Daro bersama enam varietas unggul

50
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

yang berkembang di Solok menunjukkan bahwa varietas


Anak Daro mampu lebih tinggi hasilnya 1,84 t/ha,
dibandingkan hasil varietas Cisokan. Selanjutnya, pengujian
adaptasi selama 2 musim tanam pada 3 lokasi di Tanah
Garam, IX Korong, dan Cupak menunjukkan hasil Anak
Daro berkisar antara 5,97 t/ha - 6,15 t/ha. Hasil Anak Daro
merupakan yang tertinggi pada tiga lokasi selama dua musim
tanam. Pada MK 2005, Anak Daro menghasilkan gabah
kering panen rata-rata sebesar 6,29 t/ha dan hasil selama 5
musim tanam dengan waktu yang berbeda menggambarkan
kestabilan hasilnya (BPTP Sumbar, 2010).
Varietas Kuriak Kusuik telah berkembang pada
beberapa daerah dataran tinggi Sumatera Barat yang tersebar
di Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kabupaten Tanah
Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Padang Panjang dengan
luas tanam 13.807 ha pada tahun 2001, dan meningkat
dengan tajam menjadi 23.064 ha pada tahun 2003. Tingginya
animo petani terhadap varietas Kuriek Kusuik mendorong
Dinas Pertanian Kabupaten Agam bersama BPTP Sumatera
Barat dan BPSB Sumbar untuk melakukan permurnian
varietas tersebut. Hasil pengujian selama periode tahun 2002-
2007 didapatkan hasil sebesar 5,32 t/ha - 6,25 t/ha. Pengujian
varietas Kuriek Kusuik bersama 4 varietas lokal lainnya juga
menunjukkan bahwa varietas Kuriek Kusuik lebih tinggi 1,00
t/ha - 1,5 t/ha. Varietas Kusuik telah mengalami tekanan
seleksi yang cukup lama dengan hasil yang cukup stabil antar

51
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

musim pada tahun yang berbeda. Umur masak panen varietas


Kuriek Kusuik berkisar 135 hari- 155 hari dengan tinggi
tanaman rata-rata 90 -110 cm. Tinggi tempat dianjurkan 50 -
900 m dari permukaan laut. Bila penanaman dilakukan di
dataran rendah maka tanaman cenderung bertambah tinggi
dan berpeluang rebah. Sebaliknya, umur tanaman varietas
padi ini bila ditanam pada elevasi lebih tinggi dari 900 m dpl
akan bertambah panjang dan tanaman akan memendek serta
gabah hampa cenderung meningkat (BPTP Sumbar, 2010).
Dua varietas padi rawa Kalimantan Selatan yang
dilepas sebagai varietas unggul nasional adalah varietas Siam
Mutiara N0.959/Kpts/SR.120/7/2008) dan Siam Saba (SK
Mentan No.961/Kpts/SR.120/7/2008). Siam Mutiara
memiliki keunggulan hasil tinggi dibandingkan dengan
varietas lokal lainnya (4,80 t/ha GKG), wama gabah kuning
bersih, wama beras jernih bening dan mengkilap seperti
mutiara, dan kadar karbohidrat 48,88%, amilosa 28,28 %, dan
protein 8,12 %, serta ramping dan pera (Susanto et al.,
2012). Varietas Buyung yang dirilis berdasarkan SK Menteri
Pertanian No. 4384/Kpts/SR.120/6/2013) yang merupakan
padi gogo aromatik juga merupakan varietas lokal yang telah
dilepas menjadi varietas unggul nasional. Karakteristik
Gabah padi varietas Buyung dapat dilihat pada Tabel 3.5.

52
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 3.5. Hasil analisis laboratorium karakteristik gabah

Sri
No Peubah Buyung Taji
Kedaton
1. Beras pecah kulit 80.30 79.58 79.55
(%)
2. Beras kepala (%) 97.83 93.97 88.30
3. Bentuk gabah Sedang Ramping Ramping
4. Ratio 5.0 3.0 4.50
6. Kadar Amilose 22.56 22.64 22.64
(%)
7. Tekstur Agak Agak Agak Pulen
Pulen – Pulen- – Pulen
Pulen Pulen
8. Aroma (Aroma) Agak Tidak Tidak
Wangi – Wangi– Wangi –
Wangi Agak Agak
Wangi Wangi
9. Warna Beras Agak Putih – Putih
putih – Sangat Put
Putih
Keterangan : Analisis fisik gabah dilakukan di Laboratorium
Balai Besar Penelitian Padi, Sukamandi tahun
2010

Dari Tabel 3.5. dapat dilihat bahwa keunggulan utama


padi Varietas Buyung dibandingkan dengan Varietas Sri
Kedaton maupun Taji adalah pada aromanya yang lebih kuat
serta persentase beras kepala yang lebih tinggi, sedangkan
beras pecah kulit, tekstur nasi, dan kandungan amilosa relatif
sama. Kandungan amilosa yang relatif sama menyebabkan
tekstur nasi yang sama, yaitu agak pulen sampai pulen.
Ukuran gabah varietas Buyung tergolong sedang dengan
rasio panjang/lebar gabah 5.0 sedangkan Sri Kedaton dan

53
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Taji tergolong ramping, dengan rasio panjang/lebar gabah


masing-masing 3.0 dan 4.5.
Secara visual bentuk gabah varietas Buyung dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Penampilan gabah varietas Buyung, Sri Kedaton, Taji,


dan gogo lokal

Walaupun rasio P/L gabah varietas Buyung lebih besar,


namun seperti pada Gambar 3.1 panjang gabahnya terlihat
lebih pendek. Bobot 1000 butir varietas lokal Buyung (17.38
g), jauh lebih kecil daripada bobot 1000 butir varietas gogo
unggul (Batu Tegi, Situ Patenggang, dan Situ Bagendit,
masing-masing 25.00 g, 27.00 g, dan 27.50 g). Oleh karena
itu, varietas Buyung disukai oleh masyarakat Kalimantan
Selatan.
Berdasarkan observasi lapang yang dilakukan selama
dua tahun (dua musim tanam), maka keunggulan varietas
Buyung selain yang dikemukakan sebelumnya dapat
ditunjukkan pada Tabel 3.6.

54
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 3.6. Keunggulan padi gogo lokal varietas Buyung

No. Variabel Keunggulan Keterangan


1. Adaptasi Adaptif di Pegu- 100-450 dpl
nungan Meratus kemiringan 15o
2. Potensi Hasil Cukup Tinggi 3.52-4.64 t ha-1
3. Nilai Ekonomi Tinggi R/C =2.09
4. Warna Gabah Kuning Jerami -
5 Keseragaman Seragam Pertumbuhan,
pembungaan,
pematangan
seragam
(serempak),malai
matang sempurna
(tanpa bulir hijau)
6 % Gabah Isi Tinggi 96.63 % – 98.37 %
7. Warna Beras Putih Nilai skor 2.1
8. Kilap Agak berkilap- Nilai skor 2.6
Berkilap
9. Rasa Nasi Enak-Enak Sekali Nilai rata-rata
kesukaan lebih
disukai daripada
pembanding
10. Aroma Agak Wangi- Nilai skor 2.9
Wangi
11. Tingkat Suka-Sangat Suka Berdasarkan uji
Kesukaan organoleptik
Sumber : Wahdah et al., 2012

Kadar amilosa varietas Buyung pada Tabel 3.6 adalah


22.56 % (agak pulen-pulen), sedangkan Batutegi, Situ
Patenggang, dan Situ Bagendit menurut Suprihatno et al.
(2007) masing-masing adalah 22.30 % (pulen) , 24.00 %
(sedang), 22.0 % (pulen).n Selain dilepas melalui proses
pemutihan varietas lokal, pemanfaatan padi varietas lokal
juga digunakan untuk tetua persilangan dan induksi mutasi.

55
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Beberapa padi varietas lokal yang telah digunakan dalam


induksi mutasi dapat dilihat pada Tabel 3.7. dan yang
digunakan sebagai tetua persilangan dapat dilihat pada Tabel
3.8.

Tabel 3.7. Beberapa padi varietas lokal yang telah digunakan


sebagai bahan mutasi

Nama Varietas Asal Varietas Keterangan


Siam Unus, Siam 11, Kalimantan Memperdek tanaman &
Siam Kuatek, Siam Selatan umur, adaptasi lahan
Gumpal, Siam Harli pasang surut, preferensi
petani
Aek Sibundung Sumatera -
Barat
Sumber : Wahdah & Langai (2010); BPTP Sumbar (2010)

Tabel 3.8. Beberapa padi varietas lokal yang telah digunakan


sebagai tetua persilangan
Nama varietas Tujuan Varietas
Sirebang Gogo Bayar Putih
Klemes Gogo Kwatik
Lagos Gogo Padi Utih
Dayang rindu Gogo Lemo
Seratus Malam Gogo Ringgit
Si Amel Gogo Paedai Nggulai
Si Aceh Gogo Paedai Kalibunga
Si Jambu Gogo Kencana
Arias Gogo Baka Kebo
Paku Gogo Ulti Merah
Genjah Lampung Gogo Laka
Gogo Sirah Gogo Klemes
Napa Gogo Lagos
Si Rumbia Rasa nasi Genjah Lampung
Merdeka Rasa nasi Leter
Ase Bako Rasa nasi Malio
Ase Sawe Saleko Rasa nasi Jerak

56
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Pulut Nangka Rasa nasi Silewah


Ulti Merah Rasa nasi Lumut
Beak Ganggas Rasa nasi Gadis jambe
Hawara Batu Rasa nasi Jedah jambe
Rojolele Rasa nasi Ribon
Sumber : Siwi & Kartowinoto. 1993, Plasma Nutfah Padi. Padi Buku 2

Selain padi lokal, padi liar juga penting dalam


pengembangan tanaman padi. Suhartini (2010) melaporkan
bahwa terdapat keragaman yang luas pada spesies padi liar,
yaitu untuk karakter tinggi tanaman, jumlah anakn, umur
berbunga, jumlah gabah total per malai, panjang bulu, dan
diameter batang, morfologi bulir, batang, ligule, dan daun.

3.2 KARAKTERISTIK PADI LOKAL

Untuk mengetahui keunggulan suatu varietas, termasuk


keunggulan padi varietas lokal, maka diperlukan karakterisasi
dan identifikasi varietas yang bersangkutan. Karakterisasi
adalah observasi yang dilakukan pada varietas dimaksud
dengan melakukan pengamatan berupa penimbangan,
pengukuran, analisis laboratorium, dan atau observasi secara
visual. Dengan kegiatan karakterisasi dapat diidentifikasi
keunggulan dan kelemahan suatu varietas, sehingga hasil
identifikasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk perbaikan karakter tanaman. Pada
umumnya padi lokal mempunyai hasil yang rendah (< 4 t ha-
1
), walaupun beberapa varietas lokal mempunyai hasil lebih

57
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

dari 4t-1. Ukuran gabah lokal Kalimantan Selatan


berukuran kecil.

Tabel 3.9. Karakteristik 30 varietas padi lokal Kalimantan Selatan

Panjang Lebar
B1000 Hasil Tinggi
No. Varietas Gabah Gabah
(g) (t/ha) (cm)
(mm) (mm)
1. Kuatek 11,3803 7,83 0,88 2,1 108,7
2. Puntal 17,1440 7,16 1,00 2,9 137,3
3. Siam Abu 16,4865 7,42 1,00 4,8 115,7
Siam
Unus
4. Kuning 16,1163 8,41 1,02 2,2 85,1
5. Pandak 18,7508 7,26 1,05 4,7 118,1
Siam
Unus
6. Putih 17,2717 8,65 1,30 3,5 129,7
7. Siam 11 17,5790 7,70 1,06 2,7 85,1
Pandak
8. Kambang 19,4157 8,04 1,44 3,9 115,1
Siam
9. Jawa 16,5784 8,88 1,43 3,7 95,3
Siam
10. Lantik 19,8144 8,75 1,02 1,5 100,7
11. Harley 16,7555 8,89 1,36 3,5 129,6
Pandak
12. Kembang 20,8141 7,98 1,53 3,7 100,2
13. Pal 6 18,8110 8,15 1,44 3,2 112,7
14. Runut 15,0125 7,60 1,31 5,2 131,6
Raden
15. Rata 19,9826 7,87 1,31 2 129,5
Siam
16. Selawi 16,9791 9,02 1,52 3,1 98,5
17. Unus 16,8011 9,00 1,35 4,1 118,3
Siam
18. Randah 18,5688 7,84 1,37 2,7 119,3
19. Saba 15,7526 8,00 1,21 3,5 100,7
20. Pandak 17,9266 7,58 1,40 3,8 163,2
21. Saba 19,1254 7,82 1,05 3,5 153,2

58
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Siam
22. Perak 18,8540 8,97 1,00 3,5 188,6
Siam
Unus
23. Kuning 21,6961 8,62 1,06 4,5 163,0
24. Gedabung 28,0812 7,60 1,39 5,1 179,4
Siam
25. Damai 16,8224 7,94 1,08 6,1 179,1
26. Siam 11 19,3049 8,99 0,96 6,1 177,8
Siam
27. Unus 19,3389 8,28 0,94 3,9 144,1
Unus
28. Kuning 23,2062 8,38 1,04 4,3 155,6
Siam
Unus
29. Putih 17,0000 8,55 0,94 4,3 118,4
30. Datu 21,7505 7,98 1,14 3,3 122,0
Sumber : Wahdah & Langai (2009)

(bobot 1000 butir < 20 g, walaupun ada yang mencapai 28 g


per 1000 butir gabah. Kerampingan gabah juga dapat dilihat
dari panjang dan lebar gabah. Selain itu karakterisitik padi
lokal Kalimantan Selatan pada umumnya > 125 cm (Tabel
3.9).
Ciri morfologi yang sering digunakan sebagai pembeda
kultivar padi adalah tinggi tanaman, jumlah anakan produktif,
warna batang, warna daun, permukaan daun, jumlah gabah
per malai, bentuk gabah, warna gabah, dan permukaaan
gabah.
Karakter yang dapat membedakan setiap kultivar padi
lokal (Irawan dan Purbayanti, 2008) adalah karakter
morfologi dan karakter anatomi sebagai berikut:
A. Karakter Morfologi :

59
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

1. Batang, terdiri atas anakan total dan produktif; tinggi,


diameter, tipe permukaan, jumlah nodus, dan panjang
internodus.
2. Daun terdiri atas panjang dan warna lidah daun,
panjang telinga daun, ukuran, permukaan atas, dan
warna helai daun.
3. Bunga, terdiri atas panjang malai, jumlah bulir dalam
1 malai, bentuk, ukuran , tipe permukaan, warna
permukaan, tipe ujung permukaan, ekor pada ujung
permukaan (keberadaan, panjang, dan warna),
panjang tangkai, serta warna tangkai bulir.
4. Buah (ganah), terdiri atas bentuk, ukuran, tipe
permukaan, warna permukaan, keadaan ujung
permukaan, ekor pada ujung permukaan (keberadaan,
panjang, dan warna), panjang tangkai, warna tangkai,
serta kerontokan gabah.
5. Biji (beras), terdiri atas bentuk, ukuran, warna, serta
keberadaan zat perekat (glutinious) pada permukaan.
B. Karakter Anatomi
1. Sel epidermis, terdiri atas jumlah lekukan pada
pinggiran dan ukuran pada sel panjang (sel epidermal)
serta bentuk dan ukuran diameter pada sel pendel (sel
silika).
2. Stomata, terdiri atas ukuran, indeks, dan kerapatan.
3. Butir pati/amilum terdiri atas bentuk, ukuran, dan
warna (ditetesi Iodium)

60
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Irawan dan Purbayanti (2008) melakukan karakterisasi


35 karakter padi lokal di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
dengan karakterisasi seperti Tabel 3.10

Tabel 3.10. Panduan karakterisasi menurut Irawan & Purbayanti


(2008)

Kode
Kode
Ciri Sifat Sifat Ciri
Ciri
Ciri
1. Jumlah anakan 0 Sedikit (<17)
1 Sedang (17-24)
2 Banyak (>24)
2. Permukaan 0 Tidak berbulu
batang 1 Berbulu
3. Warna 0 Hijau Kehitaman (Green
permukaan group 137C)
batang 1 Hijau (Green group 143A)
2 Hijau (Green group 143C)
3 Hijau kekuningan (Yellow-
Green Group N144C)
4 Hijau kekuningan (Yellow-
Green Group N150C)
4. Jumlah nodus 0 4
1 5
2 6
3 7
4 8
5. Panjang lidah 0 Pendek (< 7 mm)
daun (ligula) 1 Sedang (7-18 mm)
2 Panjang (> 18 mm)
6. Warna lidah 0 Kuning kecoklatan
daun (ligula) (Greyed-Yellow Group
1 161B)
Putih kecoklatan (Greyed-
2 Yellow Group 161D)
Coklat muda (Greyed-
Orange Group 164D)
7. Permukaan atas 0 Villosus

61
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

helai daun 1 Hispidus


8. Warna helaian 0 Hijau tua (Green Group
daun 1 138A)
2 Hijau (Green Group 143A)
Hijau (Green Group 143B)
9. Jumlah bulir 0 Sedikit (<150)
dalam 1 malai 1 Sedang (150-300)
2 Banyak (>300)
10. Bentuk bulir 0 Sedang (medium)
1 Ramping (slender)
11. Ukuran bulir 0 Pendek (short)
1 Sedang (medium)
2 Panjang (long)
3 Sangat panjang (extra long)
12. Permukaan bulir 0 Tomentulose
1 Pannose
2 Sericeous
13. Warna 0 Hijau (Green group 141C)
permukaan bulir 1 Hijau (Green Group 143B)
2 Hijau kekuningan (Yellow-
Green Group 144B)
3 Hijau kekuningan (Yellow-
Green Group 144C)
4 Merah kecoklatan (Greyed-
Orange Group 166B)
5 Merah kecoklatan (Greyed-
Orange Group 166C)
14. Keadaan ujung 0 Terdapat titik berwarna
bulir Coklat kekuningan (Grey-
Brown Group N199B)
1 Terdapat titik berwarna
Coklat kekuningan (Grey-
Brown Group N199C)
2 Terdapat titik berwarna
Hitam (Black Group 202A)
3 Tidak terdapat titik
15. Ekor pada ujung 0 Tidak ada
bulir 1 Ada
16. Panjang ekor 0 Pendek (1-5 mm)
pada bulir 1 Sedang (12-17 mm)
2 Panjang (40-55 mm)
3 Tidak ada

62
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

17. Warna ekor 0 Kuning (Yellow Group 4C)


pada ujung bulir 1 Kuning kecoklatan
(Greyed-Yellow Group
2 162C)
3 Hitam (Black Group 202A)
Tidak ada
18. Warna tangkai 0 Hijau (Green group 140A)
bulir 1 Hijau (Green group 143A)
2 Hijau (Green group 143B)
19. Bentuk gabah 0 Membulat (bold)
1 Sedang (medium)
2 Ramping (slender)
20. Ukuran gabah 0 Pendek (short)
1 Sedang (medium)
2 Panjang (long)
3 Sangat panjang (extra long)
21. Permukaan 0 Tomentulose
gabah 1 Pannose
2 Sericeous
22. Warna 0 Kuning kecoklatan
permukaan (Greyed-Yellow Group
gabah 1 161A)
Kuning kecoklatan
2 (Greyed-Yellow Group
161B)
3 Putih kecoklatan (Greyed-
Yellow Group 161C)
4 Kuning kecoklatan
(Greyed-Yellow Group
5 162D)
Jingga kecoklatan (Greyed-
6 Orang Group 163C)
Coklat muda (Greyed-
7 Orange Group 164C)
Merah kecoklatan (Greyed-
Orange Group 166B)
Coklat kehijauan (Grey-
Brown Group 199D)
23. Keadaan ujung 0 Terdapat titik berwarna
gabah Coklat kekuningan (Grey-
Brown Group N199B)

63
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

1 Terdapat titik berwarna


Coklat kekuningan (Grey-
Brown Group N199C)
2 Terdapat titik berwarna
Coklat tua (Brown Group
3 200A)
Tidak terdapat titik
24. Ekor pada ujung 0 Tidak ada
gabah 1 Ada
25. Panjang ekor 0 Pendek (1-6 mm)
pada ujung 1 Sedang (12-23 mm)
gabah 2 Panjang (40-60 mm)
3 Tidak ada
26. Warna ekor 0 Kuning kecoklatan
pada ujung (Greyed-Yellow Group
gabah 1 162A)
Kuning kecoklatan
2 (Greyed-Yellow Group
162C)
3 Merah kecoklatan (Greyed-
4 Orange Group 166B)
5 Coklat tua (Brown Group
200B)
Hitam (Black Group 202A)
Tidak ada
27. Warna tangkai 0 Kuning kecoklatan
gabah (Greyed-Yellow Group
1 160A)
Jingga (Greyed-Orange
2 Group 165C)
Coklat kehijauan (Grey
3 Brown Group 199A)
Coklat kehijauan (Grey
Brown Group 199B)
28. Kerontokan 0 Sukar
gabah 1 Mudah
29. Bentuk beras 0 Membulat (bold)
1 Sedang (medium)
30. Ukuran beras 0 Pendek (short)
1 Sedang (medium)
2 Panjang (long)
31. Warna beras 0 Putih (White Group 155B)

64
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

1 Putih kehijauan (Green-


White Group 157B)
2 Putih kecoklatan (Greyed-
Yellow Group 161C)
3 Putih kecoklatan (Greyed-
Yellow Group 161D)
4 Merah kecoklatan (Greyed-
Orange Group 166A)
5 Merah kecoklatan (Greyed-
Orange Group 166C)
6 Hitam (Black Group 202A)
32. Zat perekat 0 Tidak ada
(glutinous) 1 Ada
33. Panjnag sel 0 30-45 Pm
epidermal 1 47,5-60 Pm
34. Indeks stomata 0 <30%
1 30-40%
2 >40%
35. Kerapatan 0 Jarang (<5/mm2)
stomata 1 Agak rapat (5-10/mm2)
2 Rapat (>10/mm2)
36. Warna butir 0 Ungu
amilum 1 Merah
Sumber: Irawan dan Purbayanti (2008)

Oryza spp. memiliki keragaman sifat morfologis pada


setiap kelompok spesiesnya, sehingga karakter morfologis
tersebut dapat menjadi penciri yang paling mudah untuk
mengidentifikasi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk
menentukan hubungan kekerabatan antar spesies (Nezu et al.,
1960 dalam Kristamtini, 2012).
Kristamtini et al. (2012), melaporkan bahwa
berdasarkan karakterisasi sifat morfologis pada 11 padi hitam
lokal dan dua padi putih lokal dapat dikelompokkan menjadi
5 kelompok, yaitu kelompok I, terdiri dari beras hitam dari

65
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Sragen dan bantul, kelompok II beras hitam dari


Banjarnagara, beras hitam dari Wonosobo, beras hitam tidak
berambut dari Magelang, beras hitam berambut dari
Magelang, group III terdiri dari Pari Ireng, beras hitam dari
NTT, Cempo ireng, dan Jlething; group IV terdiri dari beras
putih varietas unggul baru Inpari 6 dan Situbagendit; dan
grup V Terdiri dari beras hitam kultivar Melik.
Wahdah et al. (2012), melaporkan bahwa dengan
menggunakan 15 karakter, yaitu (a) jumlah malai, (b)
panjang malai, (c) bobot gabah per malai, (d) bobot gabah per
rumpun, (e) jumlah biji per malai, (f) bobot 1000 butir gabah,
(g) panjang gabah, (h) lebar gabah, (i) persentase gabah
hampa, (j) hasil ubinan, (k) jumlah anakan, (l) panjang daun,
(m) lebar daun, (n) panjang lidah daun, dan (o) tinggi
tanaman maka 59 varietas yang diobservasi di Kalimantan
Selatan dapat dipisahkan menjadi 4 kluster, berdasarkan
analisis kluster pada tingkat kekerabatan 82,5 %. Gerombol I
terdiri dari 13 varietas, gerombol II hanya 1 varietas,
gerombol III terdiri dari 6 varietas, dan gerombol IV terdiri
dari 20 varietas (Tabel 3.12).
Karakterisasi padi varietas lokal juga telah dilakukan
oleh Rembang et al. (2018). Mereka juga melaporkan adanya
kesamaan karakter antar padi sawah lokal Sulawesi Utara,
yaitu pada karakter ketegaran batang, sudut batang, (warna
helaian daun, permukaan daun, warna leher daun, dan warna

66
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

telinga daun, karakter keluarnya malai dan poros malai,


sedangkan karakter morfologi buah/gabah sangat beragam.

Tabel 3.11. Varietas lokal pada cluster I, II, III, dan IV

Klus- Klus-
No Nama Varietas No Nama Varietas
ter ter
2 Siam Puntal IV 22 Siam Perak
7 Siam 11 (K) 29 Siam Unus
Putih
16 Siam Selawi 25 Siam Damai
18 Siam Randah 26 Siam 11
8 Pandak Kembang 27
(K) Siam Unus (T)
19 Siam Saba (BM) 24 Gedabung
I 11 Harley 30 Datu
12 Pandak Kembang 21
(BM) Siam Saba (T)
14 Siam Runut 23 Siam Unus
Kuning
13 Siam Pal 6 28 Unus Kuning
3 Siam Abu 9 Siam Jawa
5 Pandak (K) 38 Siam Unus (B)
20 Pandak (BM) 40 Karang Dukuh
17 Siam Unus (BM) 33 Siam Harley
II
(Barambai)
4 Siam Unus Kuning 35 Siam Gumpal
10 Siam Lantik 32 Siam PX
6 Siam Unus Putih
III
15 Raden Rata
1 Siam Kuatek
36 Rukut
Keterangan: No. = No. kode varietas; (K) = Kecamatan
Kurau; (BM) = Kecamatan Bumi Makmur; (T)
= Kecamatan Tabunganen; (B) = Kecamatan
Barambai. Sumber : Wahdah et al. (2012)

Dilaporkan bahwa terdapat tiga kelompok klaster dari


sepuluh padi lokal Sulawesi Utara di mana Serwo, Serayu,

67
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Sito Merah, dan Sito Putih memiliki kemiripan yang tinggi,


sedangkan Pulo Sawah dan Superwin memiliki perbedaan
karakter yang sangat besar.
Pengelompokan antar spesies Oryza spp. yang sudah
ada sekarang merupakan hasil pengelompokan berdasarkan
genom dan jumlah kromosom serta karakter penting lainnya
(Vaughan, 1994). Selanjutnya dinyatakan bahwa spesies padi
liar dibagi ke dalam empat grup, yaitu:
(1). O. sativa
(2). O. officinalis atau disebut juga O. latifolia
(3). O. ridleyi
(4). O. meyeriana atau O. granulata
Grup O. sativa memiliki genom yang sama dengan padi
budi daya, yaitu AA. Padi budi daya merupakan kelompok
O. sativa yang mengalami seleksi, baik secara alami maupun
bantuan manusia. Saat ini padi budi daya terbagi menjadi
empat golongan, yaitu (1) indica (cere) dengan ciri
umumnya gabah ramping dan tidak berbulu, (2) javanica
(bulu) dengan ciri gabah besar dan berbulu, (3) japonica
(sinica/gundil)dengan ciri gabah bulat, gundil dengan ukuran
sedang, (4) intermediate atau hibrida (Silitonga et al., 2003).
Keragaman karakter juga dapat ditemui pada varietas
lokal yang sama, tetapi dikembangkan di tempat yang
berbeda. Keragaman tersebut dapat disebabkan oleh
perbedaan lingkungan maupun genetic. Oleh karena itu,
diperlukan pemurnian varietas seperti yang telah dilakukan

68
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

oleh Kodir et al. (2018) pada lima varietas lokal padi


Pegagan (Siputih) yang dikoleksi dari lima wilayah
kecamatan berbeda. Analisis modus karakter morfologi
menunjukkan 80% seragam. Karakter agronomi, Analisis
pemurnian melalui rouging kelima varietas lokal diketahui
terdapat 0,15% campuran varietas lain dan 1,85% tanaman
memiliki sifat-sifat atau tanda yang menyimpang. Pemurnian
varietas yang dilakukan telah diperoleh 98% murni.

69
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

BPTP Jawa Tengah. 2013. Koleksi Padi Varietas Lokal Jawa


Tengah. jateng.litbang.deptan.go.id.

BPTP Sumatera Barat. 2010. Padi Unggul Lokal Spesifik


Sumbar. sumbar.litbang.deptan.go.id.

Irawan, B. dan K. Purbayanti. 2008. Karakterisasi dan


kekerabatan kultivar padi lokal di Desa Rancakalong,
Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.
Makalah Seminar Nasional PTTI 21-23 Oktober 2008.

Iskandar, J., B.S. Iskandar. 2018. Etnoekologi, biodiversitas


padi dan modernisasi budidaya padi: studi kasus pada
masyarakat baduy dan kampung naga. Jurnal Biodjati,
3(1): 47-62.

Kodir, K.A., Y. Juwita, dan P. Sasmita. 2018. Karakterisasi


dan Pemurnian Padi Lokal, Pegagan (Siputih) pada
Agroekosistem Rawa Lebak Sumatra Selatan. Bulletin
Plasma Nutfah. 24(2):77–84

Kristamtini, Taryono, P. Basunanda, R.H. Murti, Supriyanta,


S. Widyayanti, and Sutarno. 2012. Morphological of
Genetic Relationships Among Black Rice Landraces
from Yogyakarta and Surrounding Areas. ARPN
Journal of Agricultural and Biological Science. 7(12):
982-989.

Rembang, J.H.W. , A.W. Rauf, dan J. O.M. Sondakh . 2018.


Karakter Morfologi Padi Sawah Lokal di Lahan Petani
Sulawesi Utara (Morphological Character of Lokal
Irrigated Rice on Farmer Field in North Sulawesi). Bul.
Plasma Nutfah. 24(1):1–8

70
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Maamun, M.Y. & M. Sabran. 1998. Sintesis hasi penelitian


tanaman pangan lahan rawa. Dalam M.Sabran,
M.Y.Maamun, Sjachrani, A., B.Prayudi, I.Noor, dan
S.Sulaiman (eds.). Prosiding Hasil Penelitian
Menunjang Akselarasi Pengembangan Lahan Pasang
Surut. Balitbang Pertanian. Puslitbang Tanaman
Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan
Rawa. H. 27-39.

Masniawati, A., E. Johannes, M. Asnady; N.A.M. Asrul.


2012. Karakterisasi Sifat Fisikokimia Beras dari
Plasma Nutfah Padi Lokal di Kabupaten Tana Toraja
Sulawesi Selatan.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6286

Noorsyamsi, H. dan O.O. Hidayat. 1965. Sawah Bayar


(Sawah Pasang Surut) yang Disesuaikan dengan
Keadaan Tata Air. Lembaga Pusat Penelitian
Pertanian Perwakilan Kalimantan, Banjarmasin.

Silitonga, T.S., I.H.Soemantri, A.A.Daradjad, H.Kurniawan.


2003. Panduan Sistem Karakterisasi Tanaman Padi.
Departemen Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Komisi Nasional Plasma
Nutfah. Bogor.

Sitaresmi, T., R. H. Wening, A.T. Rakhmi, N. Yunani, dan U.


Susanto. 2013. Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi
Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas Unggul.
Iptek Tanaman Pangan. 8(1): 22-30.
http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/i
ppan/article/view/2555/2195

71
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Siwi & Kartowinoto. 1993. Plasma Nutfah Padi. Padi Buku.


2www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bptpi/lengkap/IPT
ANA/.../padi93/1.p

Suhartini, T. 2010. Keragaman karakter morfologis plasma


nutfah spesies padi liar (Oryza spp.). Buletin Plasma
Nutfah. 6(1): 17-28

Susanto, S., Sodik, dan Sunarwo. 2012. Deskripsi


Bergambar Hasil Observasi Varietas Unggulan
Kalimantan Selatan. BPSBTPH. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan & Hortikultura Kalimantan Selatan.
Banjarbaru.

Suprihatno, B., A.A. Daradjat, Satoto, S.E. Baehaki, N.


Widiarto, S.D. Indrasari, O.S. Lesmana, dan H.
Sembiring. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Balai
Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi. 78 hlm

Sulaiman, S. & M. Imberan. 1996. Varietas Unggul Padi


Peka Fotoperiod diperlukan untuk Lahan Rawa.
Dalam B.Prayudi, M.Y.Maamun, S.Sulaiman,
D.I.Saderi, dan I.Noor Ieds.). Prosiding Seminar
Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa & Lahan
Kering. Balitbang Pertanian, Puslitbang Tanaman
Pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan
Rawa. Banjarbaru.H.227-231.

Wahdah, R. dan B.F.Langai.2009. Observasi Varietas Padi


Lokal di Lahan Pasang Surut Kalimantan Selatan.
Agroscientia,e 16(3): 177-184

Wahdah, R. dan B.F.Langai. 2010. Preferensi Petani


Terhadap Varietas Padi Lokal di Area Pasang Surut

72
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Barito Kuala.


Media Sains. 2(1): 114-120.

Wahdah, R., T.Susanto, dan M Sodiq. 2012. Observasi


Beberapa Karakter Padi Gogo Lokal Varietas
Buyung di Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.
Jurnal Agroscientiae. 2(19): 100-106

Vaughan, D.A. 1994. The Wild Relative of Rice. A. Genetic


Resources Handbook IRRI, Los Banos. Philippines

73
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

74
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

PANDUAN KARAKTERISASI
UNTUK DESKRIPSI PADI
BAB IV VARIETAS LOKAL PASANG
SURUT KALIMANTAN
SELATAN

75
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Deskripsi varietas lokal berdasarkan pada hasil


karakterisasi (observasi terhadap karakter yang diamati) pada
40 varietas lokal yang terpilih dari Kabupaten Barito Kuala
dan Kabupaten Tanah Laut ( masing-masing 2 kecamatan dan
3 desa pada masing-masing kecamatan). Daerah pengambilan
sampel (Kabupaten, Kecamatan, dan Desa) serta jumlah
varietas yang ditemukan di masing-masing desa dapat dilihat
pada Tabel 4.1. Hanya 40 varietas lokal terpilih yang
dikarakterisasi. Pemilihan 40 varietas lokal adalah
berdasarkan Metode Pangkat Ekponensial (MPE) dengan
mengambil masing-masing 10 varietas lokal pada setiap
kecamatan. Daftar varietas lokal yang dikarakterisasi dapat
dilihat pada Tabel 4.2.
Tinggi tanaman dan jumlah anakan dijadikan sebagai
2 faktor penentu dalam MPE untuk memilih 10 varietas yang
akan dikarakterisasi pada masing-masing kecamatan sampel.
Faktor lain yang digunakan sebagai kriteria penilaian adalah
berdasarkan wawancara dengan petani dan atau Penyuluh
Pertanian Lapang setempat (umur tanaman, rata-rata hasil,
perkiraan luas pertanaman, keberadaannya pada setiap musim
tanam, ukuran biji (besar, sedang, kecil), dan rasa nasi (pera,
sedang, pulen).

76
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Tabel 4.1. Kabupaten, Kecamatan, dan Desa asal varietas lokal


yang dikarakterisasi

Jumlah
Kabupaten Kecamatan Desa
Varietas
Tanah Laut Kurau Tambak Sarinah 9
Padang Luas 3
Raden 1
Bumi Makmur Handil Suruk 9
Handil Birayang 1
Bawah
Labuan Amas 1
Barito Kuala Tabunganen Karya Baru 6
Pemurus 14
Tabunganen 6
Tengah
Barambai Kolam Kiri 5
Pendalaman 4
Bagagap 3
Jumlah varietas 62

Tabel 4.2. Daftar varietas lokal yang dikarakterisasi

Pe- Nama Varietas


ring- Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Barito Kuala
kat di Kecamat- Kecamatan Kecamat-an Kecamatan
Kec. an Kurau Bumi Makmur Tabu-nganen Barambai
1 Siam Jawa Siam Randah Gadabung Siam
Rukut
2 Siam Unus Siam Pal 6 Datu Siam Unus
Kuning
3 Unus Siam Saba Siam 11 Siam
Kuatech Gumpal
4 Siam 11 Siam Runut Siam Saba Siam
Mutiara
5 Siam Siam 25 Siam Unus Karang
Puntal Putih Dukuh
6 Unus Putih Siam Harli Siam Unus Siam PX
7 Siam Abu Raden Rata Siam Perak Siam Adus

77
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

8 Siam Siam Unus Siam Kuning Siam Harli


Lantik
9 Pandak Pandak Unus Kuning Siam
Kembang Pontianak
10 Pandak Pandak Siam Damai Siam Palun
Kembang

Hasil karakterisasi terhadap 36 karakter


dideskripsikan berdasarkan Silingitonga et al. (2003), yaitu
“Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi”
Hasil karakterisasi yang dilakukan disajikan sesuai dengan
Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Form Isian untuk Karakterisasi

No. Karakter/Identitas
1. Asal : Kecamatan …… Kabupaten
…….

2. :
…. anakan (dihitung seluruh
Jumlah Anakan
batang padi yang ada dalam 1
rumpun)
3. Klas Jumlah Anakan :
Sangat banyak (>25 anakan/
(Kemampuan
tanaman)
Beranak)
Banyak (20-25
anakan/tanaman)
Sedang (10-19
anakan/tanaman)
Sedikit (5-9 anakan/tanaman)
Sangat sedikit (<5 anakan/
tanaman)

4. Panjang Daun di : ….. cm (diukur dari pangkal


Bawah Daun Bendera helai daun sampai dengan
ujung daun)

78
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

5. Kriteria Panjang :
Sangat pendek (<21 cm)
Daun Di Bawah Daun
Pendek (21-40 cm)
Bendera
Sedang (41-60 cm)
Panjang (61-80 cm)
Sangat Panjang >80 cm

6. Lebar Daun : …… cm
7. Panjang Lidah Daun : …… mm
8. Tinggi Tanaman : ….. cm
9. : Pendek <110 cm
Kriteria Tinggi Sedang 110 cm -130 cm
Tanaman Tinggi > 130 cm
Padi Sawah
10. Jumlah Malai : …… helai
11. Panjang Malai : …… cm (diukur mulai leher
malai sampai dengan ujung
malai)
12. Jumlah Gabah Isi : ……… butir
13. Bobot 1000 Butir : ……… g
Gabah
14. Panjang Gabah : ….. mm
15. Klas Panjang Gabah :
Sangat panjang (>7,50 mm)
Panjang (6,61-7,50 mm)
Sedang (5,51-6,60 mm)
Pendek (<5,51 mm)
16. Lebar Gabah : ….. mm
17. Rasio Panjang/Lebar : …..
Gabah (P/L)

18. Klasifikasi P/L*) Ramping (P/L >3)


Sedang (P/L 2.1 – 3.0)
Bulat (P/L < 2.1)

19. Hasil Ubinan Gabah : ….. t ha-1


20. % Gabah Hampa : ….. %

79
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

21. % Gabah Isi : …… %


22. Fertilitas Gabah (% : Sangat fertil (>90%)
Gabah Isi) Fertil (75-89%)
Sebagian steril (50-74%)
Steril (<50%)
Sangat steril (0 %)
23. Permukaan Daun : Tidak Berambut
Atas Sedang
Berambut

24. Sudut Daun Bendera : …...o


25. Klas Sudut Daun : Tegak
Bendera**) Sedang (±45o)
Mendatar
26. Sudut Daun di Bawah : …..o
Daun Bendera
27. : Tegak (<45o)
Klas Sudut Daun di
Sedang (45-90o)
Bawah Daun Bendera
Mendatar (90o)
Terkulai (> 90o)

28. Warna Leher Daun : Hijau


Ungu
29. Warna Telinga Daun : Putih (tidak berwarna)
Bergaris Ungu
Ungu
30. Warna Helai Daun : Hijau muda
Hijau
Hijau tua
Ungu pada bagian ujung
Ungu pada bagian pinggir
Campuran ungu dengan hijau
Ungu
31. Warna Tepi Daun : ……. (tulis warna daun hasil
observasi)
32. Warna Lidah Daun : Putih
Bergaris ungu
Ungu
33. Bentuk Lidah Daun**) : Acute
Acuminate
2-Cleft

80
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Truncate
34. Peneliti : Raihani Wahdah, Bambang
F.Langai

Keterangan :
Observasi dan klasifikasi berdasarkan pada “Panduan
Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi”
(Silitonga et al., 2003)
*) Klasifikasi rasio P/L berdasarkan Sajak et al., 2012 serta

Irawan dan Purbasari, 2008


**)
Bentuk Lidah Daun dan Klas Sudut Daun Bendera dapat
dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1. Bentuk Lidah Daun


(Sumber : Silitonga et al., 2003)

Gambar 4.2. Klasifikasi Sudut Daun Bendera


(Sumber : Silitonga et al., 2003)

81
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

82
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Irawan, B. dan K. Purbayanti. 2008. Karakterisasi dan


kekerabatan kultivar padi lokal di Desa Rancakalong,
Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.
Makalah Seminar Nasional PTTI 21-23 Oktober 2008.

Sajak, A.A., Masniawati, Juhriah, E. Tambaru. 2014.


Karakterisasi Morfologi Malai Plasma Nutfah Padi
Lokal Asal Kabupaten Tana Toraja Utara, Sulawesi
Selatan. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4119

Silitonga, T.S. I.H. Soemantri, A.A. Daradjad, H. Kurniawan.


2003. Panduan Sistem karakterisasi dan Evaluasi
Tanaman Padi. S.Moeljoprawiro, B.Suprihatno,
I.N.Orbani (eds.). Diterjemahkan dari: Standard
Evaluation System for Rice. IRRI. Komisi Nasional
Plasma Nutfah. Balitbang Pertanian, Deptan. Bogor. 58
h.

83
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

84
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

KARAKTERISASI PADI

BAB V VARIETAS LOKAL


PASANG SURUT
KALIMANTAN SELATAN

85
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Berdasarkan daftar isian yang mengacu pada Bab IV


berdasarkan Silitonga et al. (2003), Irawan dan Purbayanti
(2008), dan Sadjak et al. (2012), maka hasil karakterisasi
disusun menjadi deskripsi 40 varietas padi lokal pasang surut
Kalimantan Selatan, yakni 10 varietas untuk masing-masing
kecamatan, yaitu Kecamatan Kurau dan Bumi Makmur
Kabupaten Tanah Laut serta Kecamatan Tabunganen dan
Barambai Kabupaten Barito Kuala.

5.1 DESKRIPSI PADI VARIETAS LOKAL


PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

1. Pandak Kembang (Asal Kecamatan Kurau)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau, Kab. Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 38 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 44,13 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun :
0,95 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,60 mm
8. Tinggi Tanaman : 108,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Pendek
Sawah
10. Jumlah Malai : 12,9 helai
11. Panjang Malai : 25,00 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 96,20 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 11,380 g
14. Panjang Gabah : 7,83 mm

86
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang


16. Lebar Gabah : 0,88 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8.90
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 12,58 %
21. % Gabah Isi : 87.42 %
22. Fertilitas Gabah : Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. Klas Sudut Daun Bendera : Sedang
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti : Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

2. Siam Puntal

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau, Kab. Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 41 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun :
59,05 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera

87
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

6. Lebar Daun Di Bawah Daun :


1,22 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,29 mm
8. Tinggi Tanaman : 137,30 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi :
Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 32,1 helai
11. Panjang Malai : 24,30 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 113,30 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 17,144 g
14. Panjang Gabah : 7,16 mm
15. Klas Panjang Gabah : Panjang
16. Lebar Gabah : 1,00 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 7.16
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,9 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 4,56 %
21. % Gabah Isi : 95.44 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. Klas Sudut Daun Bendera : Sedang
26. Sudut Daun di Bawah Daun :
<45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah :
Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti : Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

88
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

3. Siam 11 (Asal Kurau)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab.Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 58 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat Banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 58,10 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,00 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,88 mm
8. Tinggi Tanaman : 115,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 18,6 helai
11. Panjang Malai : 23,70 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 163,10 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 16,487 g
14. Panjang Gabah : 7,42 mm
15. Klas Panjang Gabah : Panjang
16. Lebar Gabah : 1,00 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 7.42
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,8 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,82 %
21. % Gabah Isi : 98.18 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. Klas Sudut Daun Bendera : Sedang

26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o


Bendera

89
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah :


Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti : Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

4. Siam Jawa

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab.Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 21 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 47,90 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,98 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,30 mm
8. Tinggi Tanaman : 85,05 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Pendek
Sawah
10. Jumlah Malai : 16,0 helai
11. Panjang Malai : 23,63 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 93,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 16116 g
14. Panjang Gabah : 8,41 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,02 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8.25
(P/L)

90
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 2,2 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 4,53 %
21. % Gabah Isi : 95.47 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti : Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

5. Siam Abu

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab. Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 26 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 60,40 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,17 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,60 mm
8. Tinggi Tanaman : 118,10 cm

91
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang


Sawah
10. Jumlah Malai : 20,2 helai
11. Panjang Malai : 22,15 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 85,60 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 18,751 g
14. Panjang Gabah : 7,26 mm
15. Klas Panjang Gabah : Panjang
16. Lebar Gabah : 1,05 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.91
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,7 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,91 %
21. % Gabah Isi : 97.09 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti : Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

92
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

6. Siam Unus Putih (Asal Kurau)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab. Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 27 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 59,25 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di Bawah : Sedang
Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,14 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,12 mm
8. Tinggi Tanaman : 129,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 20,6 helai
11. Panjang Malai : 27,50 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 110,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 17,272 g
14. Panjang Gabah : 8,65 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,30 mm
17. : 6.65
Rasio Panjang/Lebar Gabah (P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 4,88 %
21. % Gabah Isi : 95.12 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

93
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah Daun : Tegak


Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti
Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

7. Siam Unus Kuning (Asal Kurau)

No. Karakter/Sifat
1. Asal :
Kurau Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 23 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Banyak
4. Panjang Daun Di Bawah : 45,50 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,05 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,90 mm
8. Tinggi Tanaman : 85,10 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman : Pendek
Padi Sawah
10. Jumlah Malai : 33,7 helai
11. Panjang Malai : 25,65 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 109,40 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 17,579 g
14. Panjang Gabah : 7,70 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,06 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 7.26

94
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,7 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 7,49 %
21. % Gabah Isi : 92.51 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. Klas Sudut Daun Bendera : Sedang
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

8. Siam Unus Lantik

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab.Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 30 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah : 49,45 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,11 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm

95
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

8. Tinggi Tanaman : 115,10 cm


9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 25,2 helai
11. Panjang Malai : 22,05 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 127,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 19,416 g
14. Panjang Gabah : 8,04 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,44 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.58
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,9 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,29 %
21. % Gabah Isi : 98.71 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

96
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Siam Kuatek

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab.Tanah
Laut
2. Jumlah Anakan : 23 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 46,30 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,04 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm
8. Tinggi Tanaman : 95,30 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Pendek
Sawah
10. Jumlah Malai : 14,9 helai
11. Panjang Malai : 26,57 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 123,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 16,578 g
14. Panjang Gabah : 8,88 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,43 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.21
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,7 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 0,6 %
21. % Gabah Isi : 99.4 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Agak Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

97
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

10. Pandak (Asal Kurau)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Kurau Kab.Tanah
Laut
2. :
26 anakan
Jumlah Anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah : 49,60 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,00 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,05 mm
8. Tinggi Tanaman : 100,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman : Pendek
Padi Sawah
10. Jumlah Malai : 15,0 helai
11. Panjang Malai : 25,03 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 90,30 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 19,814 g
14. Panjang Gabah : 8,75 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,02 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8.58

98
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 1,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 8,33 %
21. % Gabah Isi : 91.67 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti
Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

11. Raden Rata

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 29 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 46,00 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,03 cm
Bendera

99
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm


8. Tinggi Tanaman : 129,55 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 37,7 helai
11. Panjang Malai : 23,20 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 96,50 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 16,756 g
14. Panjang Gabah : 8,89 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,36 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.54
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 3,68 %
21. % Gabah Isi : 96.32 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

100
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

12. Siam Randah

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 26 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 43,70 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,95 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,43 mm
8. Tinggi Tanaman : 100,15 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Pendek
Sawah
10. Jumlah Malai : 39,3 helai
11. Panjang Malai : 28,80 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 68,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 20,814 g
14. Panjang Gabah : 7,98 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,53 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.22
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,7 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,85 %
21. % Gabah Isi : 97.15 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. Klas Sudut Daun Bendera : Sedang
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak

101
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

13. Siam 25

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 32 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 40,30 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,02 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,01 mm
8. Tinggi Tanaman : 112,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 18,6 helai
11. Panjang Malai : 20,30 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 98,20 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 18,811 g
14. Panjang Gabah : 8,15 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,44 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5,66
(P/L)

102
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 3,2 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,07 %
21. % Gabah Isi : 97.93 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

14. Siam Runut

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 25 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 40,50 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,23 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,49 mm
8. Tinggi Tanaman : 131,57 cm

103
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi


Sawah
10. Jumlah Malai : 26,0 helai
11. Panjang Malai : 19,60 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 108,20 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 15,013 g
14. Panjang Gabah : 7,60 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,31 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.80
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 5,2 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,07 %
21. % Gabah Isi : 97.93 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

104
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

15. Pandak Kembang (Asal Bumi Makmur)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 29 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 49,85 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,94 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,96 mm
8. Tinggi Tanaman : 129,45 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 11,1 helai
11. Panjang Malai : 22,50 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 93,3 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 19,983 g
14. Panjang Gabah : 7,87 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,31 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.01
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,0 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 6,85 %
21. % Gabah Isi : 93.15 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

105
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

16. Siam Pal 6

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 31 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 33,20 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Pendek
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,05 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,61 mm
8. Tinggi Tanaman : 98,50 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Pendek
Sawah
10. Jumlah Malai : 24,5 helai
11. Panjang Malai : 24,50 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 79,40 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 16,979 g
14. Panjang Gabah : 9,02 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,52 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.93
(P/L)

106
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 3,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 5,93 %
21. % Gabah Isi : 94.07 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

17. Siam Saba (Asal Bumi Makmur)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 27 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 44,50 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,05 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,91 mm
8. Tinggi Tanaman : 118,30 cm

107
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang


Sawah
10. Jumlah Malai : 15,0 helai
11. Panjang Malai : 22,30 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 120,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 168,011 g
14. Panjang Gabah : 9,00 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,35 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.67
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,19 %
21. % Gabah Isi : 98.81 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

108
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Siam Harli

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab.Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 40 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 42,30 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,87 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,93 mm
8. Tinggi Tanaman : 119,30 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 16,0 helai
11. Panjang Malai : 20,85 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 65,60 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 18,569 g
14. Panjang Gabah : 7,84 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,37 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.72
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,7 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 5,36 %
21. % Gabah Isi : 94.64 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

109
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. Peneliti Raihani Wahdah,
Bambang F.Langai

19. Pandak (Asal Bumi Makmur)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Kab. Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 26 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 49,60 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,99 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,05 mm
8. Tinggi Tanaman : 100,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Pendek
Sawah
10. Jumlah Malai : 18,6 helai
11. Panjang Malai : 24,10 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 112,50 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 157,526 g
14. Panjang Gabah : 8,00 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,21 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.61
(P/L)

110
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 3,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,72 %
21. % Gabah Isi : 98.28 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

20. Siam Unus (Asal Bumi Makmur)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Bumi Makmur
Tanah Laut
2. Jumlah Anakan : 35 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah : 53,50 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,49 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm
8. Tinggi Tanaman : 163,20 cm

111
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi


Sawah
10. Jumlah Malai : 15,3 helai
11. Panjang Malai : 21,90 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 150,90 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 179,266 g
14. Panjang Gabah : 7,58 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,40 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.41
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,8 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,53 %
21. % Gabah Isi : 98.47 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Agak Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

112
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

21. Siam Damai

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 14 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 67,35 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,41 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,23 mm
8. Tinggi Tanaman : 153,15 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 18,0 helai
11. Panjang Malai : 27,50 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 220,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 191,254 g
14. Panjang Gabah : 7,82 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,05 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 7.45
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,61 %
21. % Gabah Isi : 97.39 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

113
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

22. Datu

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 9 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah : 82,75 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,41 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,40 mm
8. Tinggi Tanaman : 188,55 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 9,1 helai
11. Panjang Malai : 30,75 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 225,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 188,540 g
14. Panjang Gabah : 8,97 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,00 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8.97
(P/L)

114
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 3,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,98 %
21. % Gabah Isi : 97.02 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

23. Siam Perak

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 13 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah : 65,45 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun :
1,33 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,83 mm

115
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

8. Tinggi Tanaman : 162,95 cm


9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 12,9 helai
11. Panjang Malai : 31,40 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 146,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 216,961 g
14. Panjang Gabah : 8,62 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,06 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8.13
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,08 %
21. % Gabah Isi : 98.92 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah : <45o
Daun Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

116
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

24. Gadabung

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 13 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 59,40 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,41 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,96 mm
8. Tinggi Tanaman : 179,35 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 8,1 helai
11. Panjang Malai : 31,00 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 172,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 280,812 g
14. Panjang Gabah : 7,60 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,39 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah :
5.47
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 5,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,06 %
21. % Gabah Isi : 98.94 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

117
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : UP
31. Warna Tepi Daun : Ungu
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

25. Siam Unus

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 8 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedikit
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 73,70 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,48 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,73 mm
8. Tinggi Tanaman : 179,10 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi :
Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 13,0 helai
11. Panjang Malai : 27,20 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 203,50 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 168,224 g
14. Panjang Gabah : 7,94 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,08 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 7.35
(P/L)

118
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 6,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,04 %
21. % Gabah Isi : 98.96 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

26. Siam 11 (Asal Tabunganen)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 13 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah : 64,80 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,20 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,24 mm
8. Tinggi Tanaman : 177,75 cm

119
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi


Sawah
10. Jumlah Malai : 8,7 helai
11. Panjang Malai : 29,00 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 181,90 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 193,049 g
14. Panjang Gabah : 8,99 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 0,96 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 9.36
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 6,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,82 %
21. % Gabah Isi : 98.18 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

120
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Siam Saba (Asal Tabunganen)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 16 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah : 65,50 cm
Daun Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,00 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm
8. Tinggi Tanaman : 144,10 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 12,0 helai
11. Panjang Malai : 27,40 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 174,00 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 193,389 g
14. Panjang Gabah : 8,28 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 0,94 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8,81
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,9 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,97 %
21. % Gabah Isi : 97.03 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

121
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

28. Siam Unus Putih (Asal Tabunganen)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 27 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sangat banyak
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 57,45 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun :
0,97 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,47 mm
8. Tinggi Tanaman : 155,55 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 9,2 helai
11. Panjang Malai : 29,95 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 134,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 232,062 g
14. Panjang Gabah : 8,38 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,04 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 8.06
(P/L)

122
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 4,3 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 1,59 %
21. % Gabah Isi : 98.41 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

29. Siam Kuning

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 13 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 67,00 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,97 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,16 mm
8. Tinggi Tanaman : 118,40 cm

123
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang


Sawah
10. Jumlah Malai : 9,9 helai
11. Panjang Malai : 27,00 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 132,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 170,000 g
14. Panjang Gabah : 8,55 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 0,94 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 9.10
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,3 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 3,35 %
21. % Gabah Isi : 96.65 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

124
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

30. Siam Unus Kuning (Asal Tabunganen)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Tabunganen Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 14 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 47,00 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,98 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,66 mm
8. Tinggi Tanaman : 121,95 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 6,4 helai
11. Panjang Malai : 31,00 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 225,60 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 217,505 g
14. Panjang Gabah : 7,98 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,14 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 7.00
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 3,3 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,18 %
21. % Gabah Isi : 97.82 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

125
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

31. Gumpal

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 10 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun :
63,20 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,49 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,67 mm
8. Tinggi Tanaman : 161,00 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 8,6 helai
11. Panjang Malai : 31,50 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 162,10 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 209,275 g
14. Panjang Gabah : 9,72 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,60 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.08
(P/L)

126
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 4,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,29 %
21. % Gabah Isi : 97.71 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

32. Rukut

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 13 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 53,80 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,46 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,49 mm
8. Tinggi Tanaman : 147,6 cm

127
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi


Sawah
10. Jumlah Malai : 13,0 helai
11. Panjang Malai : 19,60 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 162,00 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 165,961 g
14. Panjang Gabah : 8,18 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,61 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.08
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 3,08 %
21. % Gabah Isi : 96.92 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

128
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

33. Siam PX

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 11 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 53,70 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,89 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,92 mm
8. Tinggi Tanaman : 126,90 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 10,0 helai
11. Panjang Malai : 30,58 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 190,20 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 192,238 g
14. Panjang Gabah : 8,64 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,65 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.24
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,3 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,48 %
21. % Gabah Isi : 97.52 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Agak Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

129
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

34. Siam Harli (Asal Barambai)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 10 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 53,30 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,44 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm
8. Tinggi Tanaman : 129,80 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Sedang
Sawah
10. Jumlah Malai : 19,0 helai
11. Panjang Malai : 26,53 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 135,20 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 160,224 g
14. Panjang Gabah : 8,47 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,59 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.33
(P/L)

130
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 3,9 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 2,94 %
21. % Gabah Isi : 97.06 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

35. Palun

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 9 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedikit
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 63,10 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Panjang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,48 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,95 mm
8. Tinggi Tanaman : 178,50 cm

131
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi


Sawah
10. Jumlah Malai : 13,4 helai
11. Panjang Malai : 29,90 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 215,00 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 206,721 g
14. Panjang Gabah : 9,27 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,59 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.83
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,5 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 3,68 %
21. % Gabah Isi : 96.32 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

132
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

36. Siam Pontianak

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 13 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 52,80 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,04 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,00 mm
8. Tinggi Tanaman : 141,10 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 7,50 helai
11. Panjang Malai : 22,83 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 99,80 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 174,874 g
14. Panjang Gabah : 8,47 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,60 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 5.29
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 2,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 11,25 %
21. % Gabah Isi : 88.75 %
22. Fertilitas Gabah : Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

133
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

37. Siam Adus

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 9 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedikit
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 52,10 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 0,99 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,25 mm
8. Tinggi Tanaman : 145,10 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 8,2 helai
11. Panjang Malai : 27,70 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 103,10 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 221,816 g
14. Panjang Gabah : 9,98 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,56 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.40
(P/L)

134
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 2,9 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 4,08 %
21. % Gabah Isi : 95.92 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

38. Karang Dukuh

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 11 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 45,40 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,05 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,95 mm
8. Tinggi Tanaman : 153,70 cm

135
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi


Sawah
10. Jumlah Malai : 27,80 helai
11. Panjang Malai : 29,50 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 183,90 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 173,448 g
14. Panjang Gabah : 9,06 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,40 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6,47
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 6,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 0,35 %
21. % Gabah Isi : 99.65 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

136
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

39. Siam Mutiara

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 8 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedikit
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 54,30 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,05 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 2,20 mm
8. Tinggi Tanaman : 158,00 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 10,2 helai
11. Panjang Malai : 28,60 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 160,20 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 176,047 g
14. Panjang Gabah : 8,72 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,30 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.71
(P/L)
18. Klasifikasi P/L : Ramping
19. Hasil Ubinan Gabah : 4,1 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 3,49 %
21. % Gabah Isi : 96.51 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera

137
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak


Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

40. Siam Unus Putih (Asal Barambai)

No. Karakter/Sifat
1. Asal : Barambai Kab.
Barito Kuala
2. Jumlah Anakan : 10 anakan
3. Klas Jumlah Anakan : Sedang
4. Panjang Daun Di Bawah Daun : 48,20 cm
Bendera
5. Kriteria Panjang Daun Di : Sedang
Bawah Daun Bendera
6. Lebar Daun Di Bawah Daun : 1,24 cm
Bendera
7. Panjang Lidah Daun : 1,72 mm
8. Tinggi Tanaman : 145,70 cm
9. Kriteria Tinggi Tanaman Padi : Tinggi
Sawah
10. Jumlah Malai : 15,8 helai
11. Panjang Malai : 30,05 cm
12. Jumlah Gabah Isi : 179,70 butir
13. Bobot 1000 Butir Gabah : 177,085 g
14. Panjang Gabah : 9,12 mm
15. Klas Panjang Gabah : Sangat Panjang
16. Lebar Gabah : 1,44 mm
17. Rasio Panjang/Lebar Gabah : 6.33
(P/L)

138
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

18. Klasifikasi P/L : Ramping


19. Hasil Ubinan Gabah : 4,9 t ha-1
20. % Gabah Hampa : 0,57 %
21. % Gabah Isi : 99.43 %
22. Fertilitas Gabah : Sangat Fertil
23. Permukaan Daun Atas : Kasar
24. Sudut Daun Bendera : <45o
25. : Sedang
Klas Sudut Daun Bendera
26. Sudut Daun di Bawah Daun : <45o
Bendera
27. Klas Sudut Daun di Bawah : Tegak
Daun Bendera
28. Warna Leher Daun : Hijau
29. Warna Telinga Daun : Putih
30. Warna Helai Daun : Hijau
31. Warna Tepi Daun : Hijau
32. Warna Lidah Daun : Putih
33. Bentuk Lidah Daun : Ganda
34. : Raihani Wahdah,
Peneliti
Bambang F.Langai

139
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Irawan, B. dan K. Purbayanti. 2008. Karakterisasi dan


kekerabatan kultivar padi lokal di Desa Rancakalong,
Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.
Makalah Seminar Nasional PTTI 21-23 Oktober 2008.

Silitonga, T.S. I.H. Soemantri, A.A.Daradjad, H.Kurniawan.


2003. Panduan Sistem karakterisasi dan Evaluasi
Tanaman Padi. S.Moeljoprawiro, B.Suprihatno,
I.N.Orbani (eds.). Diterjemahkan dari: Standard
Evaluation System for Rice. IRRI. Komisi Nasional
Plasma Nutfah. Balitbang Pertanian, Deptan. Bogor. 58
h.

Sajak, A.A., Masniawati, Juhriah, E. Tambaru. 2014.


Karakterisasi Morfologi Malai Plasma Nutfah Padi
Lokal Asal Kabupaten Tana Toraja Utara, Sulawesi
Selatan. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/4119

140
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

BAB VI
PENUTUP

141
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Mengingat arti pentingnya tanaman padi bagi


kehidupan manusia maka keberadaan dari sumber daya
genetik (SDG) padi lokal perlu mendapat perhatian dan
dilestarikan keberadaannya (Sitaresmi et al., 2013). Padi
lokal merupakan plasma nutfah yang potensial sebagai
sumber gen-gen yang mengendalikan sifat-sifat penting pada
tanaman padi. Keragaman genetik yang tinggi pada padi lokal
dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan padi secara
umum (Hairmansis et al., 2015)
Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki dan
mendapatkan potensi genetik tanaman, sehingga dapat
beradaptasi pada agroekosistem tertentu dengan hasil tinggi
dan sesuai dengan selera konsumen (Bahar dan Zen, 1993).
Penggunaan padi lokal sebagai salah satu tetua persilangan
sangat dianjurkan, guna mendapatkan gen-gen unggul
bersifat spesifik dan untuk memperluas latar belakang genetik
varietas unggul yang akan dihasilkan (Sitaresmi et al. 2013).
Padi lokal Kalimantan Selatan yang telah
dikarakterisasi, mempunyai tinggi tanaman yang berkisar
antara 85.05 cm – 188.55 cm. Dapat dikatakan bahwa tinggi
tanaman padi varietas lokal pada umumnya tergolong tinggi,
walaupun beberapa ada yang tergolong pendek. Padi yang
tinggi tidak menguntungkan bagi tanaman padi, karena
mudah rebah. Kelemahan lain varietas lokal adalah hasil
yang relative rendah. Hasil terendah varietas lokal adalah
1.50 t ha-1, walaupun hasil tertingginya adalah 6.10 t ha-1.

142
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Adapun keunggulan varietas lokal adalah dapat beradaptasi


pada lahan suboptimal (dalam hal ini lahan pasang surut) dan
disukai masyarakat Kalimanan Selatan, karena berkarakter
pera dan langsing. Semua varietas terkatagori langsing (rasio
panjang dan lebar gabah > 3.00).
Berdasarkan keunggulan dan kelemahan padi lokal
Kalimantan Selatan, maka ke depan diharapkan upaya-upaya
untuk memperbaiki varietas lokal dengan cara perbaikan
genetic melalui berbagai cara pemuliaan tanaman, baik secara
konvensional maupun inkonvensional. Langkah selanjutnya
adalah mengkaji potensi yang telah tergambar dalam
deskripsi varietas lokal tersebut, baik berupa pemurnian
untuk pendaftaran atau pelepasan varietas lokal, maupun
pengembangan varietas seperti Kodir et al. (2018), yang telah
melakukan pemurnian varietas Padi Pegagan (Siputih) yang
merupakan salah satu padi unggul lokal spesifik lahan rawa
lebak di Sumatra Selatan.

143
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR PUSTAKA

Bahan, H. dan S. Zen. 1993. Parameter genetik pertumbuhan


tanaman hasil dan komponen hasil jagung. Zuriat:
Komunikasi Pemuliaan Indonesia. 4(1): 4-7.

Hairmansis, A., Supartopo, Yullianida, Sunaryo, Warsono,


Sukirman, Suwarno. 2015. Pemanfaatan plasma
nutfah padi (Oryza sativa) untuk perbaikan sifat padi
gogo. Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indon. 1(1): 14-
18.

Kodir, K.A., Y. Juwita, dan P. Sasmita. 2018. Karakterisasi


dan Pemurnian Padi Lokal, Pegagan (Siputih) pada
Agroekosistem Rawa Lebak Sumatra Selatan.
Bulletin Plasma Nutfah. 24(2): 77–84

Sitaresmi, T., R. H. Wening, A.T. Rakhmi, N. Yunani, dan U.


Susanto. 2013. Pemanfaatan Plasma Nutfah Padi
Varietas Lokal dalam Perakitan Varietas Unggul.
Iptek Tanaman Pangan. 8(1): 22-30.

144
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

GLOSSARY
INDEKS

145
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

GLOSSARY
Abiotik : Komponen lingkungan yang bukan
makhluk hidup

Agroekosistem : Ekosistem pertanian/berbagai unit


dasar aktivitas pertanian yang terkait
secara ruang dan fungsi, yang
mencakup komponen biotik dan
abiotik dan interaksinya.

Agronomi : Ilmu yang mempelajari pengelolaan


tanaman dan lingkungannya untuk
memperoleh produksi maksimum
dan lestari

Akar seminal : Akar yang berkembang dari radikula


dan embrio

Akar adventif : Akar yang tumbuh bukan pada


jaringan akar

Aksesi : Individu atau


populasi tanaman dengan
karakteristik morfologis yang
spesifik atau berasal dari
wilayah/lokasi tertentu

Amilosa : polimer yang tersusun dari glukosa


sebagai monomernya. Tiap-tiap
monomer terhubung dengan ikatan
α-1,4-glikosidik. Amilosa merupakan
polimer tidak bercabang yang
bersama-sama dengan amilopektin
menjadi komponen penyusun pati

146
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Beras pecah kulit : Beras yang dikeluarkan dari gabah (1


kali giling)

Beras kepala Beras yang ukurannya > 80 % beras


utuh

Biotik : Komponen lingkungan yang


merupakan makhluk hidup

Cekaman lingkungan : kondisi lingkungan (abiotik dan


biotik) merugikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.

Daun bendera : Daun padi yang berada paling dekat


dengan malai

Degradasi : Kemunduran/kemerosotan/penuruna
n

Deskripsi : Tekait deskripsi varietas adalah


rincian karakteristik tanaman
dari suatu varietas

Domestikasi : Penjinakan/pengadopsian tumbuhan


dan hewan dari kehidupan liar ke
dalam lingkungan kehidupan sehari-
hari manusia.

Ekosistem : suatu sistem ekologi yang terbentuk


oleh hubungan timbal balik tak
terpisahkan antara makhluk hidup
dengan lingkungannya.

Eksplorasi : kegiatan yang bertujuan memperoleh


jenis tanaman/informasi yang
sebanyak banyaknya

147
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Etnoekologi : ilmu yang mempelajari tentang


manusia dan ekologi sebagai
jembatan penghubung antara ilmu
pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan kemasyarakatan melalui
kronologi waktu sehingga
menggambarkan suatu kekhasan atau
spesifikasi ekologi tertentu akibat
adanya bentuk-bentuk interaksi
manusia

Evolusi : perubahan pada sifat-sifat


terwariskan suatu populasi
organisme dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Perubahan-
perubahan ini disebabkan oleh
kombinasi tiga proses utama: variasi,
reproduksi, dan seleksi.

Filogeni : kajian mengenai hubungan di antara


kelompok-kelompok organisme yang
dikaitkan dengan proses evolusi yang
dianggap mendasarinya

Fragmentasi : Terbentuknya bagian yang lebih


kecil

Gen : unit pewarisan sifat bagi organisme


hidup. Bentuk fisiknya adalah urutan
DNA yang melekat/berada di suatu
protein, polipeptida, atau seuntai
RNA yang memiliki fungsi bagi
organisme yang memilikinya

Genom : keseluruhan informasi genetik yang


dimiliki suatu sel atau organisme,
atau khususnya keseluruhan asam

148
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

nukleat yang memuat informasi


tersebut.

Genus : salah satu bentuk pengelompokan


dalam klasifikasi makhluk hidup
yang secara hierarki tingkatnya di
atas spesies, tetapi lebih rendah
daripada familia

Gundil : Istilah pada padi, yaitu padi yang


tidak memiliki bulu (ekor) pada
gabahnya

Hipogeal : Tipe perkecambahan tumbuhan yang


kotiledonnya tidak terangkat ke
permukaan tanam ketika benih
sudah membentuk kecambah/bibit
yang normal

Identifikasi : kegiatan yang mencari, menemukan,


mengumpulkan, meneliti,
mendaftarkan, mencatat data dan
informasi dari “kebutuhan” lapangan

Insitu : Dalam konteks pelestarian di habitat


aslinya

Introgressions/introgres : masuknya alel dari suatu spesies ke


i dalam lungkang gen (genes pool)
dari spesies lain. Hal ini biasanya
terjadi melalui persilangan berulang-
ulang.

Karakterisasi : Melakukan observasi terhadap


karakter karakter yang dimiliki
(dalam ini tanaman/tumbuhan)

149
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Keragaman genetic : Variasi yang disebabkan oleh factor


genetic

Konservasi : Perlindungan/pelestarian

Lahan pasang surut : Lahan/lahan pertanian yang


dipengaruhi oleh pasang surutnya air
laut sebagai sumber pengairannya.

Lidah daun : Ligule/Struktur yang melekat pada


batang dan terdapat diantara upih
daun dan helai daun

Metode Pangkat : Salah satu metode pemeringkatan


Eksponensial dengan pangkat eksponensial

Padi aromatik : Padi/beras/nasi mempunyai aroma


wangi pandan

Padi lokal : Padi yang berada/beradaptasi/khas


pada daerah tertentu saja

Pemutihan varietas : Menjadikan varietas local menjadi


lokal varietas unggul

Pera : Tekstur nasi yang merujuk pada


beras yang mempunyai kandungan
amilosa > 25 % persen amilosa
sehingga setelah diolah menjadi nasi
memiliki tekstur yang lebih keras.

Periodesitas : Lama penyinaran

Plasma nutfah : substansi pembawa sifat keturunan


yang dapat berupa organ utuh atau
bagian dari tumbuhan atau hewan
serta jasad renik.

150
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Preferensi : Pilihan/kesukaan terhadap sesuatu

Pulen : Tekstur nasi yang merujuk pada


beras yang mempunyai kandungan
amilosa 7 % - 10 % persen amilosa

Salinitas : tingkat keasinan/kadar garam terlarut


dalam air/tanah

Spesies : suatu peringkat taksonomi yang


dipakai dalam klasifikasi biologis
yang berada dibawah genus

Spesies liar : Bukan spesies budidaya, tetapi


merupakan sumber gen yang
menyediakan karakter - karakter
penting yang tidak banyak ditemui
pada spesies budidaya

Suboptimal : Kurang optimal/kurang


sesuai/marginal

Telinga daun : Auricle/struktur yang melekat pada


batang di dekat lidah daun
berukuran lebih kecil dan lebih
langsing daripada lidah daun

Varietas : suatu kategori taksonomik yang


berada di bawah subspesies atau
spesies, anggotanya berbeda dari
lainnya dalam subspesies yang sama
atau spesies dalam karakteristik
kecil, namun tetap atau dapat
diturunkan

Varietas lokal : Varietas asli Indonesia


dan Varietas yang berasal dari luar

151
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

negeri tetapi telah dibudidayakan


secara turun temurun oleh petani
serta menjadi milik masyarakat
setempat.

Varietas unggul : Galur/varietas hasil pemuliaan yang


mempunyai satu atau lebih
keunggulan khusus dan telah dilepas
oleh pemerintah (Kementerian
Pertanian) melalui Surat Keputusan

152
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

INDEKS

Abiotik : 3, 4, 6, 60
Agroekosistem : 6, 60, 177
Agronomi : 3, 85
Akar adventif : 18, 39
Akar seminal : 18, 28, 39, 49
Aksesi : 4, 63, 65
Amilosa : 62, 71, 72, 73
Beras kepala : 71
Beras pecah kulit 71
Biotik : 3, 4, 6, 60
Cekaman lingkungan : 5
Daun bendera : 23, 24, 31, 34, 44, 45, 52, 55, 95,
96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103,
104, 105, 106, 107, 108, 109, 110,
111, 112, 113, 114, 115, 116, 117,
118, 119, 110, 111, 112, 113, 114,
115, 116, 117, 118, 119, 120, 121,
122, 123, 124, 125, 126, 127, 128,
129, 130, 131, 132, 133, 134, 135,
136, 137, 138, 139, 140, 141, 142,
143, 144, 145, 146, 147, 148, 149,
150, 151, 152, 153, 154, 155, 156,
157, 158, 159, 160, 161, 162,
163,164, 165, 166, 167, 168, 169,
170, 171, 172, 173, 174, 175, 176
Degradasi : 61
Deskripsi : 89, 91, 97, 178
Domestikasi : 8
Ekosistem : 60
Eksplorasi : 61
Etnoekologi : 4
Evolusi : 8

153
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Filogeni : 8
Fragmentasi : 61
Gen : 5, 6, 9, 177
Genom : 5, 13, 85
Genus : 4, 13, 14
Gundil : 13, 85
Hipogeal : 17, 38
Identifikasi : 61, 75, 76
Insitu : 5
Introgressions/introgresi : 9
Karakterisasi : 61, 75, 78, 82, 83, 89, 90, 91, 92,
97, 177
Keragaman genetic : 61, 177
Konservasi : 4
Lahan pasang surut : 63, 74, 178
Lidah daun : 20, 22, 23, 24, 41, 43, 44, 77, 79,
83, 92, 95, 97, 98, 99, 100, 101,
102, 103, 104, 105, 106, 107, 108,
109, 110, 111, 112, 113, 114, 115,
116, 117, 118, 119, 110, 111, 112,
113, 114, 115, 116, 117, 118, 119,
120, 121, 122, 123, 124, 125, 126,
127, 128, 129, 130, 131, 132, 133,
134, 135, 136, 137, 138, 139, 140,
141, 142, 143, 144, 145, 146, 147,
148, 149, 150, 151, 152, 153, 154,
155, 156, 157, 158, 159, 160, 161,
162, 163,164, 165, 166, 167, 168,
169, 170, 171, 172, 173, 174, 175,
176
Metode Pangkat : 89
Eksponensial
Padi aromatik : 67
Padi lokal : 3, 4, 5, 22, 44, 60, 63, 75, 76, 77,
78, 84, 97, 177, 178
Pemutihan varietas lokal : 11, 12, 15, 74
Pera : 68, 70, 90, 178

154
PADI : VARIETAS LOKAL PASANG SURUT KALIMANTAN SELATAN

Periodesitas : 63
Plasma nutfah : 4,5, 61. 177
Preferensi : 3, 60, 63, 74
Pulen : 71, 72, 73, 74, 90
Salinitas : 60, 61
Spesies : 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 82, 85
Spesies liar : 8, 12
Suboptimal : 3, 5, 14
Telinga daun : 20, 22, 41, 43, 77, 83, 94, 98, 100,
102, 104, 106, 108, 109, 110, 112,
114, 116, 118, 110, 112, 114, 116,
118, 120, 122, 124, 126, 128, 130,
132, 134, 136, 138, 140, 142, 144,
146, 148, 150, 152, 154, 156, 158,
160, 162, 164, 166,168, 170, 172,
174, 176
Varietas : 3, 5, 6, 8, 11, 12, 14, 15, 31, 51,
52, 57, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66,
67, 60, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75,
76, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91,
97, 177, 178
Varietas lokal : 4, 5, 6, 12, 13, 60, 61, 62, 63, 65,
68, 69, 70, 72, 74, 75, 76, 83, 84,
85, 89, 90, 97, 177, 178
Varietas unggul : 4, 5, 11, 61, 68, 69, 70, 71, 177

155

Anda mungkin juga menyukai