LP LK Anak 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GASTROENTERITIS

DISUSUN OLEH :

Agung Sisen Miliyanto

NIM.

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA UNIVERSITAS

KADER BANGSA PALEMBANG

FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2023

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya ≤ 18 tahun dalam masa

tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis,

sosial dan spiritual (Damanik & Sitorus, 2019). Perkembangan konsep diri

menurut Yuliastati dan Arnis (2016), sudah ada sejak bayi dan akan mengalami

perkembangan seiring bertambahnya usia anak. Lingkungan mengambil peran

penting dalam perubahan status kesehatan anak, dan terbagi menjadi linkungan

internal (anak lahir dengan kelainan) serta lingkungan ekstrenal (gizi buruk,

peran orang tua, saudara, teman dan masyarakat).

Dalam proses tumbuh dan kembang seorang anak, menjaga kebersihan

yang sulit dan sistem kekebalan tubuh yang belum terbentuk secara sempurna,

menyebabkan anak lebih rentan terkena virus, bakteri ataupun parasit yang

akan menyebabkan berbagai macam infeksi pada anak seperti pilek, infeksi

telinga, bronkitis, penyakit kulit, mata merah, cacar air, sinusitis, radang

tenggorokan, pneumonia dan gastroenteritis (Faradila, 2022). Menurut Rizal

(2021), salah satu infeksi virus yang sering terjadi pada anak yaitu

gastroenteritis atau biasa dikenal dengan istilah Muntah Berak (MuntaBer).

Gastroenteritis didefinisikan secara medis sebagai penyakit diare,

dengan kata lain peningkatan frekuensi buang air besar dengan atau tanpa

muntah, demam dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi buang air besar

1
2

didefinisikan ≥ 3 kali dengan konsistetnsi encer dalam 24 jam atau setidaknya

200 g fases/ hari (Sattar & Singh, 2022).

Secara global, di dunia gastroenteritis melibatkan lebih dari 3-5 miliar

anak setiap tahun. Amerika Serikat, menyumbangkan lebih dari 350 juta kasus

gastroenteritis akut setiap tahunnya dan di antaranya, bakteri bawaan makanan

menjadi penyebab 48 juta kasus (Sattar & Singh, 2022). World Health

Organization (2020), mengungkapkan sekitar 7% angka kematian anak-anak di

dunia disebabkan karena gastroenteritis. Profil kesehatan Indonesia (2021),

menyampaikan bahwa diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menjadi penyumbang kematian

terbanyak yaitu 14% pada post neonatal setelah pneumonia. Sedangkan pada

balita, diare menjadi penyumbang kematian dengan 10,3% dan diikuti oleh

pneumonia sebanyak 9,4%. Banten menjadi penyumbang terbanyak dengan

68,8% untuk semua umur dan 55,3% untuk balita.

Halimatussa’diah, et,al, (2018), mengemukakan hasil penelitiannya di

salah satu sekolah di kota Depok terdapat Panganan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella sp sebanyak 4% dari

46 sampel PJAS. 14% siswa mengkonsumsi PJAS yang terkontaminasi dan

diikuti oleh perilaku tidak bersih dan sehat seperti 44,2% siswa tidak biasa

mencuci tangan sebelum makan, 29% siswa tidak biasa mencuci tangan setelah

buang air besar, 40,8% siswa mengkonsumsi PJAS dari penjamah yang tidak

higeinis dan 60,2% siswa menggunakan air tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan penelitiaan tersebut, di dapatkan sebanyak 11,7% siswa


3

mengalami gejala gastroenteritis yang di teliti selama 2 hari setelah

mengkonsumsi PJAS terkontaminasi bakteri Salmonella sp.

Fakta yang di ungkap oleh Profil kesehatan Indonesia (2021),

mengungkapkan Kalimantan Utara masuk 5 besar provinsi dengan pelayanan

penderita diare terbanyak pada balita dengan 32,6%. Kalimantan Timur sendiri,

kasus pada diare menyebabkan kematian balita sebanyak 7 jiwa dan pada post

neonatal sebanyak 30 jiwa dengan jumlah pelayanan sebesar 30,3% pada

semua umur dan 21,4% pada balita. Menurut hasil Badan Pusat Statistik (BPS)

Kalimantan Timur (2022), kasus diare mencapai angka kejadian sebanyak

26.003 jiwa serta 7 kematian, dengan Kota Balikpapan menjadi penyumbang

kasus terbanyak pada tahun 2022 di angka kejadian 5.734 jiwa.

Berfokus gastroenteritis akut pada anak-anak, di mana virus merupakan

75% - 90% penyebab dari gastroenteritis dengan sekitar 20% kasus disebabkan

oleh bakteri dan diare yang bertahan setidaknya selama 14 hari lebih sering

disebabkan oleh infeksi parasit, yang jumlahnya kurang dari 5% kasus

gastroenteritis akut. Mikroorganisme penyebab gastroenteritis bervariasi

menurut musim dan iklim (Hartman, et,al, 2019). Diare sebagai tanda utama

seorang anak terkena gastroenteritis yang kemudian diikuti dengan mual dan

muntah dalam jumlah yang melebihi batas output anak, menjadikan dehidrasi

sebagai masalah utama yang harus diperhatikan dengan seksama. Tingkat

dehidrasi, paling baik dinilai dari persentase kehilangan berat badan sehingga

dapat menentukan pengobatan yang tepat. Berat badan pasien sebelum


4

timbulnya penyakit umumnya tidak diketahui secara pasti, sehingga tingkat

dehidrasi harus diperkirakan dari temuan fisik (Posovzsky, et,al, 2020).

Mardalena (2018), mengatakan bahwa masalah keperawatan yang akan

muncul pada penderita gastroenteritis dimulai dari defisit pengetahuan, baik

berkaitan dengan sebelum maupun sesudah terkena gastroenteritis yang

diderita oleh pasien. Pada pasien dengan diare akan menyebabkan hipovolemia,

defisit nutrisi karena mual dan muntah, gangguan integritas kulit karena iritasi,

dan gangguan rasa nyaman akibat dari nyeri abdomen pasien.

Damanik dan Sitorus (2019), juga menyatakan peran orang tua

dibutuhkan, karena anak tidak bisa jauh dari orang tua dan orang tua

mempunyai sumber daya yang bisa membantu penyembuhan anak yang biasa

dikenal dengan istilah Family Centered Care (FCC). Dilanjutkan dengan

menurut Oktiawati dan Julianti (2019), penaganan gastroenteritis dengan diare

sangat membutuhkan peran orang tua di dalamnya, karena disetiap

penatalaksanaan diare dengan atau tanpa dehidrasi dibutuhkan orang tua yang

cepat tanggap dalam kasus tersebut.

Peran perawat pada asuhan keperawatan anak gastroenteritis dapat

dilakukan dengan memantau intake dan output cairan. Anak dengan terapi

intravena perlu pengawasan, pengaturan tetes infus yang sesuai dan

mengajurkan makan sedikit tapi sering pada anak, serta memonitor tanda-tanda

vital (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Dalam melakukan asuhan

keperawatan anak gastroenteritis perawat juga harus memperhatikan

atraumatic care dengan tujuan do no harm (jangan melukai), yang dapat


5

dilakukan dengan mencegah atau meminimalkan pemisahan anak dengan

keluarganya dan meningkatkan pengendalian perasaan serta mencegah atau

meminimalkan nyeri dan cidera pada tubuh (Damanik & Sitorus, 2019).

Penatalaksaan gastroenteritis dengan dehidrasi ini, dibedakan

berdasarkan jenis dehidrasi yang dialami, seperti dengan atau tanpa dehidrasi,

dehidrasi ringan, sedang dan berat (Oktiawati & Julianti, 2019). Dari jenis

dehidrasi tersebut tujuan penatalaksanaan gastroenteritis termasuk mencegah

dehidrasi, mengobati dehidrasi saat terjadi dan mengurangi durasi keparahan

gejala. Pedoman konsisten dalam merekomendasikan bahwa anak-anak dengan

dehidrasi harus direhidrasi dengan mengganti kehilangan cairan yang sedang

berlangsung, menyusui yang terus berlanjut dan diet yang sesuai usia dimulai

setelah rehidrasi awal (Hartman, et.al, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu perawat di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, ruangan anak pada 26 Januari 2023, bahwa

angka kejadian kasus gastroenteritis ini merupakan peringkat pertama dengan

102 pasien yang disusul dengan Pneumonia 96 pasien, Demam Berdarah 87

pasien, Bronko Pneumonia 66 pasien, Febris 39 pasien, Epilepsi 33 pasien,

Cidera Kepala Ringan 23 pasien, ASMA 17 paisen dan Anemia 10 pasien serta

dilakukan rawat inap pada anak-anak di tahun 2022.

Berdasarkan studi pendahuluan permasalahan di atas, maka penulis

tertarik melaksanakan penelitian “Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak

Dengan Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2023”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak

dengan Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun

2023?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran

tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Gastroenteritis di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian pada Pasien Anak dengan Gastroenteritis di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

b. Menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.

c. Menyusun Perencanaan Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.
7

d. Melakukan Intervensi Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.

e. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Bagi Peneliti

Manafaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,

pengetahuan dan wawasan berpikir oleh penulis, serta dapat

mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan anak pada pasien

gastroenteritis.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

rumah sakit selaku pemberi layanan kesehatan mengenai penyakit

gastroenteritis pada anak.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembelajaran dan referensi

bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu

keperawatan mengenai asuhan keperawataan pada pasien anak dengan

Gastroenteritis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Gastroenteritis

1. Definisi
Kata “Gastroenteritis” berasal dari kata Yunani gastron (perut) dan

enteron (usus kecil). Secara medis, gastroenteritis didefinisikan sebagai

penyakit diare, dengan kata lain peningkatan frekuensi buang air besar

dengan atau tanpa muntah, demam dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi

buang air besar didefinisikan oleh tiga atau lebih buang air besar encer

dalam 24 jam atau setidaknya 200 g fases per hari (Sattar & Singh, 2022).

Gastroenteritis merujuk pada radang lambung atau usus dan

termasuk penyakit yang dapat menular, diare sering muncul secara

mendadak dengan atau tanpa muntah. Diare biasanya berlangsung selama

5-7 hari dan sebagian besar berhenti dalam 2 minggu, sedangkan muntah

biasanya berlangsung selama 1-2 hari dan sebagian besar berhenti dalam 3

hari (Lugg, 2014).

2. Etiologi

Faktor-faktor penyebab gastroenteritis anatara lain:

a. Faktor Infeksi menurut Mardalena (2018) serta Diyono dan Mulyanti

(2016).

1) Infeksi Virus

8
9

a) Rotravirus merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi

dan disertai dengan muntah yang timbul sepanjang tahun,

dengan demam dan muntah sebagai gejala.

b) Enterovirus, biasa muncul pada musim panas.

c) Adenovirus, timbul sepanjang tahun dengan gejala muncul pada

saluran pencernaan atau pernapasan.

d) Norwalk, muncul sebagai epidemik dan dapat sembuh sendiri

dalam 24-48 jam.

2) Infeksi bakteri

a) Shigella merupakan penyebab paling tinggi bagi balita dan

muncul selama 1 musim dengan puncak Juli-September yang

ditandai dengan muntah tapi tidak menonjol.

b) Salmonella, dengan penderita paling tinggi oleh bayi dibawah 1

tahun yang membutuhkan masa inkubasi 6-40 jam, dengan lama

2-5 hari. Tanda dari infeksi ini yaitu demam, terjadi mukoid,

muntah tapi tidak menonjol dan fases yang berdarah dan

organisme yang dapat ditemukan di dalam fases selama

berbulan-bulan lamanya.

c) Escherichia coli, biasa terlihat sangat sakit saat didetita oleh

bayi karena menembus mukosa sehingga fases berdarah.

d) Campylobacter,biasa ditandai dengan kram pada abdomen yang

hebat, dehidrasi, muntah serta fases yang berdarah dan

tercampur oleh mukus.


10

e) Yersinia Enterecolitica biasa disebut kembaran apendiksitis

dengan diare selama 1-2 minggu dan nyeri pada abdomen.

3) Infeksi parasit, biasa disebabkan oleh cacing acsaris, trichius,

oxyuris.

4) Infeksi protozoa, biasa disebabkan oleh entamoeba histolitika,

giardia, lamblia, trichomonas.

5) Jamur dengan candida albicans sebagai penyebab utama.

b. Faktor non-infeksi dengan malabsorsi sebagai salah satu faktor

gastroenteritis. Intoleransi laktosa menjadi penyebab non-infeksi yang

paling sering terjadi pada bayi dan anak.

c. Faktor makanan atau keracunan makanan yang didefinisikan sebagai

penyakit yang terjadi dalam 24 jam setelah makan. Sebagian besar

disebabkan oleh toksin bakteri yang telah terbentuk oleh makanan itu

sendiri.

d. Faktor kerusakan struktual pada mukosa usus menyebabkan gangguan

absorpsi cairan, demikian pula eksudi ke dalam lumen usus yang

merupakan mekanisme penyakit inflamasi usus kronik dan invasi

kuman pathogen sehingga menimbulkan diare.

e. Faktor imunologik, karena tubuh mengalami defisiensi Ig A yang

menyebabkan tidak mampunya tubuh mengatasi infeksi dan investasi

parasit dalam usus.

f. Faktor psikologis berupa takut dan cemas.


11

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi
Pencernaan
Sumber: Mardalena, 2018

Tubuh manusia terdapat sel-sel yang membutuhkan nutrisi seperti

protein, lemak, mineral, vitamin, air serta karbohidrat. Dalam proses

mencerna makanan dari awal masuk sampai bisa diserap tubuh ada sistem

yang berperan penting dalam tubuh adalah sistem pencernaan. Sistem

pencernaan ini terdiri dari beberapa organ yang mempunyai tugas dan

fungsi masing-masing. Sistem pencernaan atau sering disebut sistem

gastrointestinal (GI) adalah tempat masuknya makanan, cairan, vitamin.

Karbohidrat dan lemak kemudian diserap di dalam usus (Azizah, et.al,

2021)

Anatomi pada system pencernaan terdiri dari mulut samoai anus.

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai

berikut (Azizah, et.al, 2021):

a. Menerima makanan

b. Memecah makanan menjadi zat gizi

c. Menyerap zat gizi kedalam darah

d. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna


12

Berikut penjelasan anatomi sistem pencernaan dari mulut sampai

anus, sebagai berikut (Azizah,et.al, 2021):

a. Mulut

Mulut adalah bagian organ dari sistem pencernaan yang pertama

sebagai tempat masuknya makanan dan minuman. Mulut dilapisi oleh

membran mukosa seperti epitilium skuamosa yang berisikan kelenjar

sekresi mucus. Pada mulut terdapat palatum yang membentuk langit-

langit mulut seperti palatum durum (langit mulut keras) yang terletak

dibagian anterior, palatum molle (langit lunak) yang terdapat di

posterior. Selain itu di dalam mulut juga terdapat uvula yang

merupakan suatu otot yang melengkung dan menutupi membrane

mukosa dan berada pada ujung palatum molle.

b. Tenggorokan atau Faring

Organ ini berfungsi menghubungkan antara mulut dengan

kerongkongan. Di dalam faring terdapat tonsil atau biasa disebut

amandel. Amandel merupakan kelenjar limfe yang mengandung

kelenjar limfosit dan bertujuan untuk melindungi tubuh dari infeksi.

Faring terletak pada rongga mulut bagian belakang dan rongga hidung.

Arteri yang mendarahi faring disebut dengan arteri fasialis.

c. Kerongkongan atau Esofagus

Kerongkongan merupakan tabumg berotot yang merupakan

tempat dilewatinya makanan dari mulut ke dalam lambung.

Kerongkongan memiliki panjang antara 2,5 cm dengan lebar 2 cm.


13

kerongkongan terletak pada medium toraks, didepan kolum vertebrata

yang berada sekitar dibelakang trakea dan jantung. Kerongongan pada

bagian atas berhubungan dengan faring sedangkan bagian bawah

dengan diafragma. Gerak peristaltik yang terjadi dalam kerongkongan

seperti memutar, menyempit, melebar, bergelombang dan meremas

sehingga makanan bisa masuk sampai ke lambung. Kerongkongan

terdiri dari 3 bagian, diantaranya yaitu : bagian atas terdiri dari otot

rangka, bagian tengah terdiri dari otot rangka dan otot halus, sedangkan

bagian bawah terdiri dari otot halus.

d. Lambung

Lambung adalah saluran pencernaan yang berotot dan berongga

dengan bentuk seperti huruf J yang terletak pada epigastrik, umbilikal

dan hipokondriak kiri rongga abdomen. Ukuran lambung ditentukan

dari jumlah makanan yang ada di lambung sekitar 1,5 L atau lebih.

Lambung dibagi menjadi 3 bagian seperti kardiak yang merupakan

bagian lambung pertama sebagai tempat masuknya makanan dari

kerongkongan, fundus yang merupakan bagian tengah dengan tujuan

menampung makanan dan proses pencernaan dan polirus yang

merupakan bagaian terakhir dari penampungan makanan dan jalan

keluar makanan ke usus halus.

e. Usus Halus

Bagian ini terletak diantara lambung dengan usus besar. Panjang

usus halus antara 5 M, yang dikelilingi dengan usus besar. Usus halus
14

terdiri dari 3 bagian seperti usus 12 jari (duodenum) dengan panjang

sekitar 25 cm dan mengelilingi kepala pankreas serta bertugas

mengrimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengirimkan

makanan melalui sfingter pilorus, usus kosong (jejenum) yang terletak

pada bagian tengah usus dengan panjang 2 cm dan terdapat jonjot atau

villi serta membrane mukus, dilanjutkan dengan ileum yang merupakan

tempat perkumpulan akhir dengan panjang 3 cm dan mempunyai katup

ileosekal yang berfungsi untuk mencegah regurgitasi dan mencegah

terjadinya proses aliran balik dari ileum ke sekum.

f. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang mempunyai

umbai cacing yang sering disebut dengan appendix. Usus besar

mempunyai panjang 13 m, dari sekum ke fossa iliaka kanan sampai

dengan rektum dan saluran anus di pelvis. Lebar lumen usus besar

sekitar 6,5 cm yang lebih besar dari usus halus. Usus besar terdiri dari

sekum yang merupakan pangkal usus besar dan merupakan tempat

buntu pada bagian ujungnya dan memiliki panjang 8-9 cm, kolon

asenden yang berupa garis melengkung tajam membentuk kolom

transversum dan kolon yang keatas dari sekum menuju kejati, kolon

transversum yang melintang pada bagian duodenum dan lambung yang

menuju area limpa, kolom desenden merupakan kolon yang akan

membentuk kolon sigmoid dengan bentuk kebawah pada rongga

abdomen, kolom sigmoid yaitu kolon yang berbentuk huruf S dan


15

menuju kebawah, rektum yang merupakan bagaian dari kolon yang

melenar dengan panjang 13 cm serta dilanjutkan dengan anus yang

merupakan bagian ujung rektum dan berbatasan dengan kolon sigmoid

dan saluran anus.

4. Klasifikasi

Gastroenteritis menyebabkan diare dan sebagian besar adalah diare

akut (Dominguez & Wars, 2022). Seseorang dapat dikatakan diare menurut

Mardalena (2018), apabila:

a. Bayi dan anak dengan buang air besar > 3 kali perhari

b. Neonatus bila buang air besar > 4 kali sehari

c. Dewasa dengan buang air besar > 7 kali sehari.

Mardalena (2018), juga menuturkan diare memiliki klasifikasi

sendiri, seperti:

a. Diare cair akut yang ditandai keluarnya tinja encer dan mungkin ada

darah di dalamnya. Kondisi ini umumnya berakhir < 14 hari

b. Disentri atau diare akut, bila ada darah dalam fases, frekuensi BAB

sering dan kualitas fases sedikit

c. Diare persisten yang dimulai dari diare akut dan berakhir dalam ≥ 14

hari.

Dominguez dan Wars (2022), juga menuturkan bahwa penderita

diare memiliki risiko untuk terkena dehidrasi, maka berdasarkan

Rachmawati (2022), derajat dehidrasi digolongkan berdasarkan beberapa

golongan, yaitu:
16

a. Dehidrasi berdasarkann kehilangan Berat Badan (BB):

1) Dehidrasi ringan, digambarkan dengan kehilangan 5% dari BB

sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 2,5% diberikan cairan

25% ml/kg BB

2) Dehidrasi sedang, berupa kehilangan cairan 5%-10% dari BB

sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 7,5% ml/kg BB

3) Dehidrasi berat, dengan kehilangan > 10% BB sebelum sakit

dengan perhitungan rata-rata 12,5% dan harus diberi cairan

pengganti 1255 ml/kg BB.

b. Dehidrasi berdasarkan presentase kehilangan air dari BB, yaitu:

Tabel 2.1
Derajat Dehidrasi Kehilangan Air

No. Derajat Dehidrasi Dewasa Bayi dan Anak


1. Dehidrasi ringan 4% dari BB 5% dari BB
2. Dehidrasi sedang 6% dari BB 10% dari BB
3. Dehidrasi berat 8% dari BB 15% dari BB
Sumber: Rachmawati, 2022

c. Dehidrasi berdasarkan skor WHO, terbagi menjadi:

Tabel 2.2
Derajat Dehidrasi Dengan Skor WHO
Komponen Yang Skor
Dinilai A B C
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma atau
apatis, ngantuk syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Turgor Baik Kurang Jelek
Mulut Biasa Kering Sangat kering

Sumber: Rachmawati, 2022


17

Kriteria:

1) <2 tanda di kolom B dan C = tanpa dehidrasi

2) >2 tanda di kolom B = dehidrasi ringan-sedang

3) ≥2 tanda di kolom C = dehidrasi berat

d. Dehidrasi berdasarkan tanda klinis, seperti:

Tabel 2.3
Derajat Dehidrasi Bedasar Tanda Klinis
Derajat
No. Ringan Sedang Berat
dehidrasi
1. Defisit cairan 3-5% 6-8% >10%
2. Hemodinamik Takikardia, Takikardia, nadi Takikardia, nadi tidak
nadi lemah lemah, volume taraba, akral dingin,
kolaps, hipotensi sianosis
orostatik
3. Jaringan Lidah Lidah keriput, Antonia, turgor buruk
kering, turgor kurang
turgor turun
4. Urin Pekat Jumlah turun Oliguria

5. Kesadaran Mengantuk Apatis Koma

Sumber: Rachmawati, 2022

e. Dehidrasi berdasarkan berat jenis plasma (BJ normal 1.025), yaitu:

1) Dehidrasi berat dengan BJ Plasma 1.032-1.040

2) Dehidrasi sedang dengan BJ Plasma 1.028-1.032

3) Dehidrasi ringan dengan BJ Plasma 1.025-1.028

5. Patofisiologi

Gastroenteritis menurut Mardalena (2018), disebabkan oleh

masuknya virus, bakteri dan parasit yang kemudian menyebabkan

terjadinya infeksi pada sel-sel serta memproduksi Enterotoksin atau

Cytotoksin dimana akan merusak sel dan melekat pada dinding usus.

Penularan gastroenteritis biasa melalui fekal dan juga makanan atau


18

minuman yang terkontaminasi yang biasa disebut gangguan osmotic atau

mekanisme dasar penyebab gastroenteritis timbul. Makanan yang tidak

dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus

meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga

usus yang kemudian akan menyebabkan diare jika isi dalam rongga usus

berlebihan. Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di

dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat, serta gangguan

motilitas usus berupa hiperistaltik yang berarti berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan dan air hingga terjadi diare dan

hipoperistaltik yang mengakibatkan bakteri tumbuh berlebih dan

memunculkan diare.

Dasarnya makanan atau fases bergerak sepanjang usus dengan

bantuan gerakan paristaltik dan segmentasi usus. Namun pada kasus

gastroenteritis, mikroorganisme yang masuk kedalam usus dan berkembang

biak dapat meningkatkan gerakan paristaltik di usus. Kemudian usus akan

kehilangan cairan dan elektrolit maka terjadilah dehidrasi. Pada

gastroenteritis dehidrasi menjadi komplikasi yang sering terjadi. Dehidrasi

ini dapat mengganggu keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik

dan hipokalemian, serta gangguan gizi, hipoglikemia dan gangguan

sirkulasi darah.
19

6. Pathway

Bagan 2.2
Pathway Gastroenteritis
Sumber: Muttaqin 2011, TIM POKJA DPP SDKI PPNI 2017
20

7. Manifestasi Klinis

Mardalena (2018), Diyono dan Mulyanti (2016), menuturkan

manifestasi klinis gastroenteritis antara lain :

a. Nyeri perut dan ulu hati

b. Mual, kadang diikuti dengan muntah

c. Nafsu makan berkurang

d. Perut kembung

e. Rasa panas di dada dan perut

f. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

g. Diare

h. Demam

i. Lemah

j. Fontanel cekung.

k. Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, lidah pecah-pecah

l. Berat badan menurun

m. Selaput lendir pucat

n. Peristaltik usus menigkat

o. Anus kadang lecet

p. Takikardi

q. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran

r. Peningkatan serum natrium

s. Urine pekat

t. Perilaku tidak konsentrasi


21

8. Pemeriksaan Penunjang

Mardalena (2018), menyampaikan pemeriksaan laboratorium pada

gastroenteritis meliputi :

a. Pemeriksaan Tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

dinistest, bila diduga intoleransi gula.

3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

1) pH darah (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum

untuk menentukan keseimbangan asam basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk menhetahui faal ginjal.

c. Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

9. Komplikasi

Komplikasi dari gastroenteritis menurut Mardalena (2018), yaitu:

a. Dehidrasi

b. Rentan hipovolemi

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Malnutrisi

f. Hipogikemia
22

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Mardalena (2018), pada penderita

gastroenteritis yaitu:

a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang

b. Dietetik yaitu pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang

perlu diperhatikan seperti:

1) Memberi ASI (pada anak usia 0-2 tahun)

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

c. Monitor dan koreksi input dan ouput elektrolit

d. Pemberian obat-obatan, seperti:

1) Antibiotik

2) Koreksi asidosis metabolik

3) Berikan obat anti mual

Dalam melakukan pemantauan intake dan output cairan pada anak

dengan dehidrasi, Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr.

Soetomo (2022), menuturkan bagaimana cara untuk menghitung balance

cairan.

Tabel 2.4
Balance Cairan

Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

Sumber: Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo, 2022.
23

a. Cairan masuk

1) Cairan masuk yang dapat dilihat, yaitu:

a) Oral = minuman dan makanan

b) Enternal = NGT, obat oral

c) Parenteral = IV line (infus)

2) Injeksi cairan yang tidak terlihat biasa disebut metabolisme air yang

dapat diketahui melalui perhitungan usia, seperti:

a) 1-4 tahun = 8 cc/kgBB/hari

b) 5-7 tahun = 8-8,5 cc/kgBB/hari

c) 8-11 tahun = 6-7 cc/kgBB/hari

d) 12-14 tahun = 5-6 cc/kgBB/hari

b. Cairan keluar

1) Cairan keluar yang dapat dilihat, yaitu:

a) BAB = fases ±100 ml/hari

b) Urine = > 0,5 – 1 ml/kgBB/jam

c) NGT = residu, gastric cooling

d) Muntah

e) Drain

2) Cairan keluar yang tidak dapat dilihat berupa Insenible Water Loss

(IWL), yaitu kehilangan cairan melalui paru-paru dan kulit, dengan

standar kehilangan sebesar:

a) Neonatus = 30 ml/kgBB/hari

b) Bayi = 50-60 ml/kgBB/hari


24

c) 1-12 tahun = (30-Usia anak dalam tahun)xBB/kg

d) 12-18 tahun = 20 ml/kgBB/hari

e) Jika ada kenaikan suhu tubuh maka perhitungan IWL = (15cc

X kgBB)+(suhu – 36,8°C)

3) Anak mengompol, dapat hitung kebutuhan urin dengan (urine = 0,5

cc – 1 cc/kgBB/hari).

Oktiawati dan Julianti (2019), menuturkan bahwa penanganan

gastroenteritis dengan diare sehingga mengakibatkan dehidrasi, dibedakan

berdasarkan jenis dehidrasinya, yaitu:

a. Tanpa dehidrasi = lakukan rencana terapi A, setelah rehidrasi nasihati

ibu untuk penanganan dirumah dan kapan harus kembali segera, lalu

lakukan kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik

b. Dehidrasi ringan / sedang = lakukan rencana terapi B, setelah rehidrasi

nasihati ibu untuk penanganan dirumah dan kapan harus kembali

segera, lalu lakukan kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak

membaik

c. Dehidrasi berat = lakukan rencana terapi C

Berikut adalah rencana terapi pemberian cairan tambahan untuk

diare dan melanjutkan pemberian makan / ASI.

a. Rencana terapi A (penanganan diare dirumah)

1) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau, seperti ASI dan jika anak

tidak memperoleh ASI maka berikan cairan makanan (kuah sayur,

air tajin) atau air matang dan oralit setiap anak buang air besar
25

dengan 50-100 ml untuk umur 1 tahun serta 100-200 ml untuk 1-5

tahum

2) Beri tablet Zinc selama 10 hari

3) Lanjutkan pemberian makan

4) Beri tau orangtua kapan harus kembali

b. Rencana terapi B (penanganan dengan oralit)

1) Berikan oralit sesuai anjuran selama periode 3 jam pertama dengan

berat badan (kg) x 75 ml

Tabel 2.5
Pemberian Oralit Sesuai Takaran

Umur 4- < 12 2-<5


≤ 4 bulan bulan 1 - < 2 tahun tahun
Berat Badan (kg) <6 6 - 10 10 - < 12 12-19
Jumlah (ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400
Sumber: Oktiawati dan Julianti, 2019

2) Setelah 3 jam maka ulangi penilaian klasifikasi dehidrasi, pilih

rencana terapi yang sesuai, lakukan pemberian makan

3) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai maka lakukan

hal berikut:

a) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah

b) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan

c) Beri oralit yang cukup untuk memenuhi rehidrasi

d) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah dengan rencana

terapi A
26

c. Rencana terapi C

1) Beri cairan intravena secepatnya dengan 100 ml/kg Ringger Laktat

(RL) atau NaCl dengan pembagian sebagai berikut:

Tabel 2.6
Pemberian Cairan Intravena Pada Dehidrasi

Pemberian pertama Selanjutnya


Umur
(30 ml/kg) (70ml/kg)
< 12 bulan 1 jam 5 jam
1-5 tahun 30 menit 2,5 jam
Sumber: Oktiawati dan Julianti, 2019

Setalah itu periksa anak setiap 15-30 menit. Jika nadi tidak

teraba beri tetesan lebih cepat, berikan oralit (5 ml/kgBB/jam)

segera setelah anak mau minum dan periksa kembali sesudah 3-6

jam.

2) Lakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik atau mulut

(20 ml/kg/jam selama 6 jam dengan total 120 ml/kg/jam)

3) Jika setelah 3 jam keadaan rehidrasi tidak membaik, maka rujuk

anak untuk pengobatan intravena

4) Setelah 6 jam, periksa kembali anak dan lakukan intervensi sesuai

rencana

5) Berikan tablet Zinc untuk semua penderita diare sesuai dengan dosis

yang sudah ditentukan (1 tablet = 20 mg) dan pemberian selama 10

hari. Dosis tablet Zinc yaitu:

a) < 6 bulan = 0,5 tablet/hari

b) ≥ 6 bulan = 1 tablet/hari.
27

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroenteritis

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi dengan klien dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian

dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 38, Tahun

2014).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menjadi dasar utama dalam proses

keperawatan yang nantinya akan membantu untuk penentuan masalah

keperawatan dan kebutuhan pada pasien. Menurut Mardalena (2018), ada

beberapa data yang harus dikaji pada anak gastroenteritis dengan dehidrasi,

yaitu:

a. Identitas pasien

b. Riwayat keperawatan yang terdiri dari:

1) Awal serangan: anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,

anoreksia, diare

2) Keluhan utama: fases cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun dan pada

bayi biasa muncul tanda ubun-ubun tampak cekung, tonus dan

turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,

frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu, berupa penyakit yang pernah diderita

oleh pasien dan riwayat imunisasi yang telah diberikan

d. Riwayat psikososial keluarga

e. Kebutuhan dasar
28

1) Pola elmininasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB >4 kali

sehari dengan konsistensi encer dan BAK sedikit atau jarang

2) Pola nutrisi: diawali dengan mual,muntah, anoreksia, sehingga

terjadi penurunan BB

3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi

abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman

4) Pola hygine: kebiasaan mandi setiap harinya

5) Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan

adanya nyeri akibat distensi abdomen.

f. Keadaan umum: tampak lemah, kesadaran compos mentis sampai

koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat

g. Pemeriksaan sistematik, terdiri dari:

1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar atau cekung, selaput lendir,

mulut dan bibir akan kering, BB menurun, anus kemerahan

2) Perkusi: distensi abdomen

3) Palpasi: turgor kulit kurang elastis

4) Auskultasi: terdengarnya bising usus

h. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang, dilakukan karena pada anak

dengan dehidrasi akan mengalami penurunan BB secara signifikan

i. Pemeriksaan penunjang seperti pada tinja, darah lengkap dan

duodenum intubation yang berguna untuk mengetahui penyebab secara

kuantitatif dan kualitatif.


29

2. Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua pada proses dokumentasi keperawatan adalah diagnosa

yang merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

individu, keluarga atau komunitas kepada masalah kesehatan, risiko

masalah kesehatan atau proses kehidupan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2017). Pada anak dengan gastroenteritis Muttaqin (2011) dan Tim Pokja

SDKI DPP PNNI (2017) menyatakan diagnosa yang sering muncul, yaitu:

Tabel 2.7
Konsep Diagnosa Keperawatan Gastroenteritis

No Diagnosa Keperawatan Penyebab Kondisi Klinis Terkait


1 Diare (D.0020) Fisiologis a) Kanker kolon
a) Inflamasi b) Diverticulitis
Definisi: pengeluaran gastrointestinal c) Iritasi usus
fases yang sering, lunak b) Iritasi d) Chorn’s disease
dan tidak berbentuk gastrointestinal e) Ulkus peptikum
c) Proses infeksi f) Gastritis
Gejala dan Tanda d) Malabsorpsi g) Spasme kolon
Mayor : h) Colitis ulseratif
Psikologis i) Hipertiroidisme
Subjektif: - a) Kecemasan j) Demam typoid
Objektif: b) Tingkat stress tinggi k) Malaria
a) Defekasi lebih dari 3 l) Sigelosis
kali dalam 24 jam Situasional m) Kolera
b) Fases lembek atau a) Terpapar n) Disentri
cair kontaminan o) Hepatitis
b) Terpapar toksin
Gejala dan Tanda c) Penyalahgunaan
Minor : laksatif
Subjektif: d) Penyalahgunaan zat
a) Urgency e) Program pengobatan
b) Nyeri/kram f) Perubahan air dan
abdomen makanan
g) Bakteri pada air
Objektif:
a) Frekuensi peristaltik
meningkat
b) Bising usus
hiperaktif
2. Nyeri akut (D.0077) a) Agen pencedera a) Kondisi
fisiologis (mis. pembedahan
Definisi: pengalaman Inflamasi, iskemia, b) Cedera traumatis
sensorik atau emosional neoplasma) c) Infeksi
yang berkaitan dengan b) Agen pencedera d) Sindrom coroner
30

kerusakan jaringan kimiawi (mis. akut


aktual atau fungsional, Terbakar, bahan e) Glaucoma
dengan onset mendadak kimia iritan)
atau lambat dan c) Agen pencedera fisik
berintensitas ringan (mis. Abses,
hingga berat yang amputasi, terbakar,
berlangsung kurang dari terpotong,
3 bulan. mengangkat berat,
prosedur operasi,
Gejala Dan Tanda trauma, latihan fisik
Mayor : berlebihan)
Subjektif:
a) Mengeluh nyeri

Objektif:
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
(mis. Waspada,
menghindari posisi
nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi
meningkat
e) Sulit tidur

Gejala dan Tanda


Minor :
Subjektif: -
Objektif:
a) Tekanan darah
meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan
berubah
d) Proses berpikir
terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri
sendiri
g) Diaphoresis
3. Nausea (D.0076) a) Gangguan a) Meningitis
biokimiawi (mis. b) Labirinitis
Definisi: perasaan tidak uremia, ketosidosis c) Uremia
nyaman pada bagian diabetik) d) Ketoasidosis
belakang tenggorok atau b) Gangguan pada diabetik
lambung yang dapat esophagus e) Ulkus peptikum
mengakibatkan muntah. c) Distensi lambung f) Penyakit esophagus
d) Iritasi lambung g) Tumor
Gejala dan Tanda e) Gangguan pancreas intraabdomen
Mayor: f) Peregangan kapsul h) Penyakit meniere
Subjektif: limpa i) Neuroma akustik
a) Mengeluh mual g) Tumor terlokalisasi j) Tumor otak
b) Merasa ingin (mis. neuroma k) Kanker
muntah akustik, tumor otak l) Glaucoma
c) Tidak berminat primer atau
makan sekunder, metastasis
31

Objektif: - tulang di dasar


tengkorak)
Gejala dan Tanda h) Peningkatan tekanan
Minor : intraabdominal (mis.
Subjektif: keganasan
a) Merasa asam intraabdomen)
dimulut i) Peningkatan tekanan
b) Sensasi panas / intracranial
dingin j) Peningkatan tekanan
c) Sering menelan intraorbital (mis.
glukoma)
Objektif: k) Mabuk perjalanan
a) Saliva meningkat l) Kehamilan
b) Pucat m) Aroma tidak sedap
c) Diaphoresis n) Rasa makanan /
d) Takikardia minuman yang tidak
e) Pupil dilatasi enak
o) Stimulus
penglihatan tidak
menyenangkan
p) Faktor psikologis
(mis. kecemasan,
ketakutan, stress)
q) Efek agen
farmakologis
r) Efek toksin
4 Hipovolemia (D.0023) a) Kehilangan cairan a) Penyakit addison
aktif b) Trauma / perdarahan
Definisi: penurunan b) Kegagalan c) Luka bakar
volume cairan mekanisme regulasi d) AIDS
intravaskuler, interstisial c) Peningkatan e) Penyakit crohn
dan/ intraseluler permeabilitas f) Muntah
kapiler g) Diare
Gejala dan Tanda d) Kekurangan intake h) Kolitis ulseratif
Mayor : cairan i) Hipoalbuminemia
Subjektif: - e) Evaporasi
Objektif:
a) Frekuensi nadi
meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan darah
menurun
d) Tekanan nadi
menyempit
e) Turgor kulit
menurun
f) Membran mukosa
kering
g) Volume urin
menurun
h) Hematokrit
meningkat

Gejala dan Tanda


Minor :
Subjektif:
32

a) Merasa lemah
b) Mengeluh haus

Objektif:
a) Pengisian vena
menurun
b) Status mental
berubah
c) Suhu tubuh
meningkat
d) Konsentrasi urin
meningkat
e) Berat badan turun
tiba-tiba
5 Hipertermia (D.0130) a) Dehidrasi a) Proses infeksi
b) Terpapar lingkungan b) Hipertiroid
Definisi: suhu tubuh panas c) Stroke
meningkat diatas rentang c) Proses penyakit d) Dehidrasi
normal tubuh. (mis. Infeksi, e) Trauma
kanker) f) Prematuritas
Gejala dan Tanda d) Ketidaksesuaian
Mayor : pakaian dengan
Subjektif: - suhu lingkungan
Objektif: e) Peningkatan laju
a) Suhu tubuh normal metabolism
diatas nilai normal f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
Gejala dan Tanda h) Penggunaan
Minor : incubator
Subjektif: -
Objektif:
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
6 Defisit nutrisi (D.0019) a) Ketidakmampuan a) Stroke
menelan makanan b) Parkinson
Definisi: asupan nutrisi b) Ketidakmampuan c) Mobius syndrome
tidak cukup untuk mencerna makanan d) Cerebral palsy
memenuhi kebutuhan c) Ketidakmampuan e) Cleft lip
metabolisme. mengabsorbsi f) Cleft palate
nutrien g) Amytropic
Gejala dan Tanda d) Peningkatan lateral sclerosis
Mayor : kebutuhan h) Kerusakan
Subjektif: - metabolism neuromuscular
Objektif: e) Faktor ekonomi i) Luka bakar
a) Berat badan (mis. Finansial tidak j) Infeksi
menurun minimal mencukupi) k) AIDS
10% dibawah f) Faktor psikologis l) Penyakit Crhon’s
rentang ideal (mis. Stress, m) Enterokolitis
keenganan untuk n) Fluorosis kistik.
Gejala dan Tanda makan)
Minor :
Subjektif:
a) Cepat kenyang
33

setelah makan
b) Kramnyeri abdomen
c) Nafsu makan
menurun
Objektif:
a) Bising usus
hiperaktif
b) Otot pengunyah
kemah
c) Otot menelah lemah
d) Membrane mukosa
pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin
turun
g) Rambut rontok
berlebihan
h) Diare
7 Ansietas (D.0080) a) Krisis situasional a) Penyakit kronis
b) Kebutuhan tidak progresif
Definisi: kondisi emosi terpenuhi b) Penyakit akut
dan pengetahuan c) Krisis maturasional c) Hospitalisasi
subjektif individu d) Krisis situasional d) Rencana operasi
terhadap objek yang e) Ancaman terhadap e) Kondisi diagnosis
tidak jelas dan spesifik kematian penyakit belum jelas
akibat antisipasi bahaya f) Kekhawatiran f) Penyakit neurologis
yang memungkinkan menghadapi g) Tahap tumbuh
individu melakukan kegagalan kembang
tindakan untuk g) Disfungsi system
menghadapi ancaman keluarga
h) Hubungan orang
Gejala dan Tanda tua-anak tidak
Mayor : memuaskan
Subjektif i) Faktor keturunan
a) Merasa bingung (tempramen
b) Merasa khawatir teragitasi sejak
akibat kondisi yang lahir)
dihadapi j) Penyalahgunaan zat
c) Sulit berkonsentrasi k) Terpapar bahaya
lingkungan
Objektif l) Kurang terpapar
a) Tampak gelisah informasi
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur

Tanda dan Gejala


Minor :
Subjektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak
berdaya

Objektif
a) Frekuensi napas
34

meningkat
b) Frekuensi nadi
meningkat
c) Tekanan darah
meningkat
d) Diaphoresis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berorientasi pada
masa lalu

8 Defisit Pengetahuan a) Keretasan kognitif Diagnosis ini di


(D.0111) b) Gangguan fungsi spesifikkan berdasarkan
kognitif topic tertentu.
Gejala Dan Tanda c) Kekeliruan terpapar
Mayor : informasi
Subjektif d) Kurang terpapar
a) Menanyakan informasi
masalah yang e) Kurang minat dalam
dihadapi belajar
f) Kurang mampu
Objektif mengingat
a) Menunjukkan g) Ketidaktahuan
perilaku tidak sesuai menemukan sumber
anjuran informasi
b) Menunjukkan
presepsi yang keliru
terhadao masalah

Gejala Dan Tanda


Minor :
Subjektif: -
Objektif:
a) Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
b) Menunjukkan
perilaku berlebihan
(mis. apatis,
bermusuhan,
agitasi, hysteria)

9 Risiko Gangguan 1) Perubahan sirkulasi a) Imobilisasi


Integritas Kulit/Jaringan 2) Perubahan status b) Gagal jantung
(D.0139) nutrisi kongestif
3) Kekurangan/ c) Gagal ginjal
Definisi: berisiko kelebihan volume d) Diabetes mellitus
mengalami kerusakan cairan e) Imunodefisiensi
kulit (dermis dan/ 4) Penurunan mobilitas (mis. AIDS)
epidermis) atau jaringan 5) Bahan kimia iritatif f) Katerisasi jantung
(membrane mukosa, 6) Suhu lingkungan
kornea, fasia, otot, yang ekstrem
35

tendon, tulang, kartilago, 7) Faktor mekanis


kapsul sendi dan/ 8) Terapi radiasi
ligament. 9) Kelembapan
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan
pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Penekanan pada
tonjolan tulang
Kurang terpapar
informasi tentang
upaya
mempertahankan/
melindungi
integritas jaringan.
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan

klien individu, keluarga dan komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Dari diagnosa yang sudah ditegakkan, maka akan terbentuk intervensi yang

akan dilakukan, beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada anak

dengan gastroenteritis, yaitu:

Tabel 2.8
Konsep Intervensi Keperawatan Gastroenteritis

Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan
1. Diare (D.0020) Elminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (I.03101)

Tujuan: setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan 1) Identifikasi penyebab
diharapkan eliminasi fekal diare
membaik 2) Identifikasi riwayat
pemberian makanan
Kriteria hasil: 3) Identifikasi gejala
1) Kontrol pengeluaran fases invaginasi (mis. tangisan
meningkat keras, kepucatan pada
2) Urgency menurun bayi)
36

3) Nyeri abdomen menurun 4) Monitor warna, volume,


4) Kram abdomen frekuensi dan konsistensi
5) Konsistensi fases membaik tinja
6) Frekuensi defekasi membaik 5) Monitor tanda dan gejala
7) Peristaltik usus membaik hipovolemia
6) Monitor iritasi dan
ulserasi kulit didaerah
perineal
7) Monitor jumlah
pengeluaran diare
8) Monitor keamanan
penyiapan makanan

Terapuetik
1) Berikan asupan cairan oral
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena
(mis. ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel fases untuk
kultur, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan makan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
2) Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)
3) Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
2. (D.0077)
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri menurun karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil: intensitas nyeri
1) Kemampuan menuntaskan 2) Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat 3) Identifikasi respons nyeri
2) Keluhan nyeri menurun non verbal
3) Meringis menurun 4) Identifikasi faktor yang
37

4) Sikap protektif menurun memperberat dan


5) Gelisah menurun memperingan nyeri
6) Kesulitan tidur menurun 5) Identifikasi pengetahuan
7) Menarik diri menurun dan keyakinan tentang
8) Perineum terasa tertekan nyeri
menurun 6) Identifikasi pengaruh
9) Ketegangan otot menurun budaya terhadap respons
10) Muntah menurun nyeri
11) Mual menurun 7) Identifikasi pengaruh
12) Frekuensi nadi membaik nyeri terhadap kualitas
13) Tekanan darah membaik hidup
14) Nafsu makan membaik 8) Monitor keberhasilan
15) Pola tidur membaik terapi komplementer yang
sudah diberikan
9) Monitor efek samping
analgetik

Terapeutik
1) Berikan terapi
nonfarmakologi untuk
menguramgi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3) Fasilitas istirahat dan tidur
4) Pertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Nausea Tingkat Nausea (L.08065) Manajemen mual (I.03117)
(D.0076)
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi pengalaman
diharapakan tingkat nausea mual
menurun 2) Identifikasi isyarat
nonverbal
Kriteria hasil: ketidaknyamanan
1) Nafsu makan meningkat 3) Identifikasi dampak mual
2) Keluhan mual menurun terhadap kualitas hidup
3) Perasaan ingin muntah 4) Identifikasi faktor
38

menurun penyebab mual


4) Perasaan asam dimulut 5) Identifikasi antiemetic
menurun untuk mencegah mual
5) Sensasi panas menurun 6) Monitor mual
6) Sensasi dingin menurun 7) Monitor asupan nutrisi
7) Frekuensi menelan menurun dan kalori
8) Diaphoresis menurun
9) Jumlah saliva menurun Terapeutik
10) Pucat membaik 1) Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual
2) Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
3) Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
4) Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak
berbau dan tidak
berwarna, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
2) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
3) Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu

Manajemen Muntah (I.03118)


Observasi
1) Identifikasi karateristik
muntah
2) Periksa volume muntah
3) Identifikasi riwayat diet
4) Identifikasi faktor
penyebab muntah
5) Identifikasi kerusakan
esophagus dan faring
postrerior jika muntah
terlalu lama
6) Monitor efek manajemen
muntah secara
menyeluruh
7) Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit

Terapeutik
1) Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah
39

2) Kurangi atau hilangkan


keadaan penyebab muntah
3) Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
4) Pertahankan kepatenan
jalan napas
5) Bersihkan mulut dan
hidung
6) Berikan dukungan fisik
saat muntah
7) Berikan kenyamanan
selama muntah
8) Berikan cairan yang tidal
mendukung karbonasi
minimal 30 menit sebelum
muntah

Edukasi
1) Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
2) Anjurkan memperbanyak
istirahat
3) Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
untuk mengelola muntah

Kolabrasi
1) Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
4. Hipovolemia Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia
(D.0023) (I.03116)
Tujuan: setelah dilakukan
intervensi keperawatan Observasi
diharapkan status cairan membaik 1) Periksa tanda dan gejala
hipovolemia
Kriteria hasil: 2) Monitor intake dan ouput
1) Kekuatan nadi meningkat cairan
2) Turgor kulit meningkat
3) Output urine meningkat Terapeutik
4) Perasaan lemah menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
5) Keluhan haus menurun 2) Berikan posisi modilifed
6) Frekuensi nadi membaik trendelenburg
7) Tekanan darah membaik 3) Berikan asupan cairan oral
8) Tekanan nadi membaik
9) Kadar Hb membaik Edukasi
10) Kadar Ht membaik 1) Anjurkan memperbanyak
11) Berat badan membaik asupan cairan oral
12) Intake cairan membaik 2) Anjurkan menghindari
13) Suhu tubuh membaik perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
40

2) Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
5. Hipertermia Termogulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia
(D.0130) (I.15506)
Tujuan: setelah dilakukan
intervensi keperawatan Observasi
diharapkan termogulasi membaik 1) Identifikasi penyebab
hipertermia
Kriteria hasil: 2) Monitor suhu tubuh
1) Kulit merah menurun 3) Monitor kadar elektrolit
2) Kejang menurun 4) Monitor haluaran urine
3) Akrosianosis menurun 5) Monitor komplikasi akibat
4) Konsumsi oksigen menurun hipertermia
5) Pucat menurun
6) Suhu tubuh membaik Terapeutik
7) Suhu kulit membaik 1) Sediakan lingkungan yang
8) Pengisian kapiler membaik dingin
9) Tekanan darah membaik 2) Longgarkan
lingkunganyang dingin
3) Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
6) Lakukan pendinginan
eksternal
7) Berikan pemberian
antipiretik atau aspirin

Edukasi
1) Ajurkan tirah baring

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
Cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
6. Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019)
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi membaik 2) Indentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Kriteria hasil: 3) Identifikasi makanan yang
1) Porsi makan yang dihabiskan disukai
meningkat 4) Identifikasi kebutuhan
keinginan untuk kalori dan jenis natrium
meningkatkan nutrisi 5) Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
2) Pengetahuan tentang pilihan nasogatrik
makanan yang sehat 6) Monitor asupan makanan
meningkat Pengetahuan 7) Monitor berat badan
41

tentang pilihan minuman 8) Monitor hasil pemeriksaan


yang sehat meningkat laboratorium
3) Pengetahuan tentang standar
asupan nutrisi yang tepat Terapeutik
meningkat 1) Fasilitasi menentukan
4) Penyiapan dan penyimpanan pedoman diet (mis.
makanan yang aman Piramida makanan
meningkat 2) Sajikan makanan secara
5) Penyiapan dan penyimpanan menarik dan suhu yang
minuman yang aman tepat
meningkat 3) Berikan makanan yang
6) Sikap terhadap makanan/ tinggi kalori dan tinggi
minuman sesuai dengan protein
tujuan kesehatan meningkat 4) Berikan suplemen
7) Nyeri abdomen menurun makanan, jika perlu
Diare menurun
8) Berat badan membaik Edukasi
9) Indeks Masa Tubuh membaik 1) Anjurkan posisi duduk,
10) Frekuensi makan membaik jika mampu
Bising usus membaik 2) Ajarkan diet yang
11) Membrane mukosa membaik diprogramkan

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
7. Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093) Terapi Relaksasi (I.09326)
(D.00
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi penurunan
diharapkan tingkat ansietas tingkat energi,
menurun ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
Kriteria Hasil: lain yang menganggu
1) Konsentrasi membaik kemampuan kognitif
2) Pola tidur membaik 2) Identifikasi teknik
3) Perilaku gelisah menurun relaksasi yang mampu
4) Verbalisasi kebingungan digunakan
menurun 3) Monitor respons terhadap
5) Verbalisasi khawatir akibat teknik relaksasi
kondisi yang dihadapi
menurun Terapeutik
6) Perilaku tegang menurun 1) Gunakan pakaian longgar
2) Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama

Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia
42

2) Anjurkan mengambil
posisi nyamna
3) Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
4) Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
8. Defisit Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan
(D.0111) Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervemsi keperawaran 1) Identifikasi kesiapan dan
diharapkan tingkat pengetahuan kemampuan menerima
membaik informasi
2) Identifikasi faktor yang
Kriteria Hasil: dapat meningkatkan dan
1) Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan
2) Kemampuan menjelaskan sehat
pengetahuan suatu topik
meningkat Terapeutik
3) Pernyataan tentang masalah 1) Sediakan materi dan
yang dihadapi menurun media pendidikan
4) Presepsi yang keliru terhadap kesehatan
masalah menurun 2) Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1) Jelaskan faktor dan risiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
9. Risiko Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Gangguan (L.14125) (I.11353)
Integritas
Kulit/Jaringan Tujuan: setelah dilakukan Observasi
(D.0139) intervensi keperawatan 1) Identifikasi penyebab
diharapkan integritas kulit dan gangguan integritas kulit
jarigan meningkat (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi,
Kriteria hasil penurunan kelembapan,
1) Elastisitas meningkat suhu lingkungan ekstrem,
2) Kerusakan jaringan menurun penurunan mobilitas)
3) Kerusakan lapisan kulit
menurun Terapeutik
4) Nyeri menurun 1) Ubah posisi tiap 2 jam jika
5) Kemerahan menurun tirah baring
6) Suhu kulit membaik 2) Bersihkan perineal dengan
7) Sensasi membaik air hangat, terutama
8) Tekstur membaik selama periode diare
43

3) Gunakan produk berbahan


ringan/alami dan
hipoalergenik pada kulit
sensitive

Edukasi
1) Anjurkan minum air yang
cukup
2) Anjurkan meningkatkan
nutrisi
3) Anjurkan meningkatkan
buah dan sayur
Sumber: Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019 dan Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018

4. Implementasi Keperawatan

Pangkey (2021), menuturkan tahap yang keempat pada proses

dokumentasi keperawatan adalah implementasi yaitu pelaksanaan dari

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dalam fase perencanaan.

Hal ini terdiri dari aktivitas perawat dalam membantu pasien mengatasi

masalah kesehatan dan juga untuk mencapai hasil yang diharapkan dari

pasien. Perawat juga mendelegasikan beberapa intervensi keperawatan

kepada pasien. Implementasi keperawatan harus focus kepada kebutuhan

pasien, komunikasi terapeutik, faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan

perawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana

pada dokuemtasi ini akan membandingkan secara sistematis dan tidak

terencana tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah

diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dan melibatkan

tenaga kesehatan laiannya. Diagnose keperawatan, masalah kolaborasi,


121

prioritas, intervensi keperawatan dan kriteria hasil merupakan pedoman

khusus yang menentukan fokus pada evaluasi (Pangkey, 2021).


122
DAFTAR PUSTAKA

Arnis, Yuliastati. Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 2016.

Azizah, Lely, Erjon, Suryani, Veroneka, Vincencius. Anatomi Fisiologi Sistem


Pencernaan. Kota Baru: Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim, 2021.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Timur


Dalam Angka 2022. Samarinda: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Timur, 2022.

Damanik, Sitorus. Buku Materi Pembelajaran Keperawatan Anak. Jakarta:


Universitas Kristen Indonesia, 2019.

Diyono, Mulyanti. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Jakarta: Kencana, 2016.

Faradila. "Ketahui Penyakit Infeksi Yang Sering Menyerang Anak-Anak." 10


Penyakit Infeksi Sering Terjadi Pada Anak-Anak, Orangtua Harus Tahu,
Februari 27, 2022: 1-3.

H, Willacy. "Gastroenterologi." Salmonella Gastroenteritis, Desember 29, 2022.

Halimatussa’diah, Zahra, Athena A. "KEJADIAN GASTROENTERITIS DAN


FAKTOR PENYEBABNYA PADA SISWA SD DI KELURAHAN BEJI
TIMUR, KOTA DEPOK." Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.1, 2018: 96-104.

Hartman, Brown, Loomis, Russel. "American Family PhysicisnGastroenteritis in


Childern." American Family Physicisn, 2019: 159 - 165.

Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo. "Flyer


Keseimbangan Cairan." rsudsoetomo.jatimprov web site. 2022.
https://drive.google.com/file/d/1PzJFVUoB_-x_GV6-oDzszu2-
zLOJhIWU/view?usp=drivesdk (accessed Maret 20, 2023).

Kartika, Ani, Mariyana, Yudianto, Wijayanti, Sitompul, Ulfa, Purba.


Keperawatan Anak Dasar. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Kemenkes RI. Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal.
Jakarta, Februari 11, 2011.
123

Lugg. The Management Of Pediatric Gastroenteritis. PhD Thesis, Inggris: Cardiff


University, 2014.

Mardalena. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2018.

Muttaqin. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta: Sakemba Medika,


2011.

Nall, Rachel. "Fever and Gastroenteritis : Whats the Connection." gastroenteritis,


agustus 3, 2022: -.

Oktiawati, Julianti. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak. Jakarta:
Trans Info Media, 2019.

Pangkey. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Posovszky, Stephan Buderus, Martin Classen, Burkhard Lawrenz, Klaus-Michael


Keller, Sibylle Koletzko. "Acute Infectious Gastroenteritis in Infancy and
Childhood." Deutsches Ärzteblatt International, 2020: 615-624.

Profil Kesehatan Indonesia 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021.

Rachmawati. Asuhan Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh.


Purbalingga: Eureka Media Aksara, 2022.

Rizal. "Gastroenteritis." Gejala Gastroenteritis pada Anak yang Perlu Diwaspadai,


Juli 28, 2021.

Rothstein, Mendoza, Cabrera, Pachas,Calderon, Pajuelo, Caufield, Winch, Gilman.


"Household Contamination of Baby Bottles and Opportunities to Improve
Bottle Hygiene in Peri-Urban Lima, Peru." The American Journal Of
Tropical Medicine and Hygine, 2019: 988-997.

Sattar, Singh. "Bacterial Gastroenteritis." In StatPearls. Stat Publishing, Treasusre


Island, 2022.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2013.

—. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jakarta: Alfabet, 2017.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1
cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 2017.
124

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1
cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 2018.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1 cetakan
II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia,
2019.

Tyas, Damayanti, Arguni. "Prevelensi Gangguan Elektorlit Serum pada Pasien Diare
dengan Dehidrasi Usia Kurang dari 5 Tahun di RSUP Dr. Sardjito Tahun
2013-2016." Sari Pediatri, 2018: 37-42.

Anda mungkin juga menyukai