Tugas Kelompok Keperawatan Bedah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM IMUNOLOGI PADA

PASIEN MULTIPEL SKLEROSIS

Kelompok : 2

Disusun oleh: Agum satrio ( 18220001 )

: Agung sisen miliyanto ( 18220002 )

: Dora miranti ( 18220007 )

: Vina sagita ( 18220012 )

Prodi : S1 Keperawatan

Semester : 4 ( empat )

Dosen pembimbing : Ns. Dina mariana, S Kep, M Kep

YAYASAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan yang membahas tentang “MULTIPEL
SKLEROSIS” dapat selesai tepat pada waktunya.

Terimakasih kami sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu


dalam proses penyusunan laporan ini, baik yang terlibat secara langsung maupun
yang tidak.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan yang kami miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat kami harapkan agar terciptanya
laporan yang lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....2
DAFTAR ISI………………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...4
1.1 Latar belakang…………………………………………………………..4
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………….4
1.3 Tujuan……………………………………………………………………5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………..6
A. Definisi…………………………………………………………………..6
B. Etiologi…………………………………………………………………..6
C. Klasifikasi……………………………………………………………….7
D. Patofisiologi……………………………………………………………..8
E. Manifestasi klinis………………………………………………………..8
F. Penatalaksanaan……………………………………………………….12
G. Komplikasi……………………………………………………………...13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………………………………..….14
1.Pengkajian………………………………………………………………..14
2. Diagnosa……………………………………………………………….....20
3. Intervensi ………………………………………………………………...21
4. Implementasi……………………………………………………………...24
5. Evaluasi…………………………………………………………………....25
BAB IV PENUTUP………………………………………………………….26
KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………..26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… .
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Multiple sclerosis (MS) adalah suatu penyakitdimana syaraf-syaraf dari sistim


syaraf pusat (otakdan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau
degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau isolasi untuk syaraf-
syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari impuls-impuls sepanjang syaraf-
syaraf dan juga adalah penting untuk memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf.
Pada multiple sclerosis, peradangan menyebabkan myelin akhirnya menghilang.
Sebagai konsekwensinya, impuls-impuls listrik yang berjalan sepanjang syaraf-
syaraf memperlambat, yaitu menjadi lebih perlahan. Sebagai tambahan, syaraf-
syaraf sendiri menjadi rusak. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang
terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada
fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan
berbicara, berjalan, menulis, dan ingatan.

Kira-kira 350,000 orang-orang di Amerika mempunyai multiple sclerosis.


Biasanya, seorang pasien didiagnosis dengan multiple sclerosis berumur antara 20
dan 50 tahunWanita lebih rentan terjangkit MS daripada pria, MS 50% lebih
sering terjadi pada wanita daripada pria (3 berbanding 2). MS adalah penyakit
orang dewasa muda; rata-rata usia terjadinya serangan adalah 22-39 tahun, tetapi
jangkauan serangan sebenarnya sangat luas hingga mencapai kira-kira 10-59
tahun.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari multiple sklerosis ?
2. Apa etiologi dari multiple sklerosis?
3. Apa klasifkasi dari multiple sklerosis?
4. Bagaimana patofisiologi dari multiple sklerosis ?
5. Apa manifestasi klinis dari multiple sklerosis?
6. Apa pemeriksaan diagnostic untuk multiple sklerosis ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari multiple sklerosis?
8. Apa komplikasi dari multiple sklerosis?

1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui definisi dari multiple sklerosis
2 Untuk mengetahui etiologi dari multiple sklerosis
3 Untuk mengetahui klasifkasi dari multiple sklerosis
4 Untuk mengetahui patofisiologi dari multiple sklerosis
5 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari multiple sklerosis
6 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic untuk multiple sklerosis
7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari multiple sklerosis
8 Untuk mengetahui komplikasi dari multiple sklerosis
BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi

Multipel sklerosis yang dulu disebut juga sklerosis diseminasi adalah


penyakit degeneratif, bersifat kronis dan progresif yang   merusak myelin pada
sususan saraf pusat (Hickey, 2008)
Multiple sclerosis (MS) merupakan keadaan kronis, penyakit degeneratif
dikarakteristikkan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla
spinalis. Demielinasi menunjukkan kerusakan myelin yaklni adanya material
lunak dan protein disekitar serabut-serabut saraf otak. Myelin adah Substansi
putih yang menutupi serabut saraf yang berperan dalam konduksi saraf normal
(konduksi salutatory).
MS merupakan salah satu gangguan neurologik dimana onset terjadinya
multipel sklerosis rata-rata terjadi di usia 20 dan 40 tahun. Multipel sklerosis
umumnya terjadi pada usia dewasa muda dan sekitar 20% mengalami  onset
awal di usia 40 dan 50 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi  wanita dari pada
pria. sklerosis multipel berasal dari banyaknya daerah jaringan parut (sklerosis)
yang mewakili berbagai bercak demielinasi dalam sistem saraf. Pertanda
neurologis yang mungkin dan gejala dari sklerosis multipel sangat beragam
sehingga penyakit ini tidakterdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.

B. Etiologi
Penyebab terjadi multipel sklerosis masih belum diketahui secara pasti.
Namun, para ilmuwan memperkirakan bahwa terdapat beberapa faktor
penyebab terjadinya multipel sklerosis. Penyebab MS belum diketahui secara
pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun
(Clark, 1991).
Kerusakan myelin pada MS mungkin terjadi akibat respon abnormal dari
sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi tubuh dari serangan
organisme berbahaya (bakteri dan virus).
- Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang / infeksi virus)
- Genetik
- Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
- Racun yang beredar dalam CSS
- Infeksi virus pada SSP
Ada beberapa Faktor-faktor pemicu dan yang dapat memperburuk
(eksaserbasi ) multipel sklerosis  yaitu :
- Kehamilan
- Infeksi yang disertai demam
- Stress emosional
- Cedera
C. Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori
sklerosis       multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :
1. Relapsing Remitting sklerosis multipel
Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia
belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang
kemudian diikuti dengan kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan
kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita terlihat
pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat
kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi
sedikit semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama
penderita memiliki kemampuan motorik dan sensorik, Hampir 70% penderita
sklerosis multipel  pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali
mengalami serangan hebat, jenis sklerosis multipel  ini akan berubah menjadi
Secondary Progressiv sklerosis multipel
2. Primary Progresssiv MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat – saat  penderita
tidak  mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel  ini tidak
mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada
tingakatan yang paling parah, penderita sklerosis multipel jenis ini biasa
berakhir dengan kematian.
3. Secondary Progressiv sklerosis multipel
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting sklerosis multipel. Pada
jenis ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary
Progresssiv sklerosis multipel.
4. Benign sklerosis multipel
Sekitar 20% penderita sklerosis multipel jinak ini. Pada jenis sklerosis multipel
ini penderita mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung
pada siapapun. Serangan – serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah
berat sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya menderita
sklerosis multiple.

D. Patofisiologi

Neuron atau sel saraf memiliki sebuah badan sel.  Terdapat dua macam
serabut saraf yang keluar dari badan sel yaitu dendrit dan akson. Dendrit
berfungsi mengirimkan impuls ke badan sel saraf sedangkan akson berfungsi
mengirimkan impuls dari badan sel ke jaringan yang lain. Akson ditutupi oleh
lapisan lemak yang disebut lapisan myelin. Myelin merupakan kumpulan sel
Schwan yang berfungsi melindungi akson dan memberikan nutrisi. Sel
Schwan adalah sel glia yang membentuk selubung lemak. Myelin
menfasilitasi dalam konduksi saraf.
Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin belum
diketahui secara pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan
reaksi autoimun yang disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan
serta dipengaruhi oleh faktor genetik individu. Respon imun memicu
kerusakan selaput myelin yang menyelimuti saraf pusat. Proses yang disebut
demyelinasi ini disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi kronis
dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf menjadi
terganggu atau menjadi lambat. Antibodi myelin protein spesifik ditemukan di
serum dan cairan serebrospinal pada pasien yang menderita multipel sklerosis.
Sel T limfosit merusak myelin juga dilibatkan dalam proses autoimun untuk
merusak myelin dan terjadi inflamasi. Remyelinasi sel saraf dapat terjadi tapi
prosesnya lambat dan dapat terjadi perbaikan sehingga gejala yang terjadi
dapat berkurang.
E. Manifestasi Klinis
Sindrom klinis pada MS secara klasik ditemukan adanya gangguan yang
bersifat relaps dan remisi yang mengenai traktus-traktus sistem saraf dengan
onset pada usia muda , dengan variasi gambaran klinis yang ditemukan sering
beragam, variasi ini termasuk dalam hal onset usia,manifestasi awal,
frekuensi, berat ringannya penyakit dan gejala sisa relaps, tingkat progresifitas
dan banyaknya gejala neurology yang timbul.
Variasi gambaran klinis ini menggambarkan banyaknya atau luasnya
daerah system saraf yang rusak (MS plak). Secara umum seorang dokter
mencurigai suatu kasus MS bila ditemukan gejala :
- Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih dari
24 jam dan berlangsung lebih dari 1 bulan, atau
- Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode paling
sedikit 6 bulan
Multiple sclerosis memiliki kondisi yang sangat variabel dan gejala-
gejalanya bergantung pada area sistem syaraf pusat yang terserang. Tidak ada
pola khusus pada MS dan setiap penderita MS memiliki kekhasan gejalanya
sendiri-sendiri, yang bentuknya dari waktu ke waktu bervariasi dan tingkat
keparahan serta jangka waktunya pun dapat berubah, dan semua variasi dan
perubahan itu dapat terjadi bahkan pada penderita yang sama.Gejala-gejala
umum tersebut adalah:
1. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik merupakan gejala awal yang paling sering ditemukan pada
MS (21-55%) dan berkembang/timbul hampir pada semua pasien MS. Biasanya
pasien sering datang dengan keluhan rasa baal atau kesemutan dimulai pada satu kaki
yang merambat keatas (ascending) pada satu sisi kemudian kesisi yang lain (kontra
sisi).
- Penglihatan kabur
- Penglihatan membayang (diplopia)
- Neuritis optikal
- Pergerakan mata yang tak terkontrol
- kebutaan (sangat jarang terjadi)
- Hipestesi (baal), parestesi (kesemutan), disestesi (rasa terbakar). Hipestesi
merupakan gejala yang tersering muncul. Gangguan ini dapat timbul disemua daerah
distribusi, satu atau lebih dari satu anggota gerak,wajah atau badan (trunkal).
2. Gangguan Motorik
Gejala awal motorik ditemukan pada 32-41% kasus MS dan lebih dari 60% kasus
MS mempunyai gejala motorik.Gangguan motorik terjadi akibat terlibatnya traktus
piramidalis yang menyebabkan kelemahan,spastisitas, gangguan gerakan tangkas, dan
hiperfleksi. Gangguan inidapat timbul akut atau kronik progresif dengan kelemahan
satu atau lebih anggota gerak, kelemahan otot wajah, kekakuan tungkai yang dapat
menyebabkan gangguan dalam berjalan dan keseimbangan atau terjadi suatu
spastisitas. Latihan atau panas biasanya menyebabkan gejala memburuk .
- hilang keseimbangan tubuh
- Gemetar (tremor)
- ketidakstabilan kemampuan berjalan (ataksia)
- kekakuan anggota tubuh
- gangguan koordinasi
- perasaan lemah: pada kasus tertentu hal ini dapat mempengaruhi kaki dan
kemampuan berjalan
- kekakuan otot yang dapat mempengaruhi mobilitas dan cara berjalan
3. Gangguan indra perasa
- perasaan geli di beberapa bagian tubuh
- perasaan seperti di tusuk-tusuk jarum
- kebas (paraesthesia)
- perasaan seperti terbakar
o nyeri dapat menyertai penyakit MS, contohnya, nyeri di wajah (seperti
trigeminal neuralgia), dan nyeri otot
4. Gangguan kemampuan berbicara
- perlambatan cara berbicara
- berbicara seperti menggumam
- perubahan ritme berbicara
- sulit menelan (dysphagia)
5. Gangguan berkemih dan BAB
Gangguan berkemih merupakan salah satu gejala MS yang sering
ditemukan.Pada saat awal terjadi “urgency dan frekuensi” kemudian terjadi
inkontinensia urin. Konstipasi lebih sering ditemukan (39-53%) dibandingkan
inkontinensia alvi. Hal diatas merupakan masalah yang serius bagi penderita
MS karena dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
- Gangguan kandung kemih meliputi: sering buang air kecil, tidak dapat
buang air kecil secara tuntas atau tidak bisa menahan air kecil.
- Gangguan usus meliputi: konstipasi/sembelit, dan kadang-kadang diare.
6. Gangguan Seksual
Gangguan seksual terjadi pada lebih dari 70% pasien MS. Disfungsi
seksual merupakan gabungan dari berbagai masalah yang timbul baik masalah
motorik dan sensorik maupun masalah psikologis penderita.
- impoten
- Berkurangnya kemampuan seksual
- kehilangan gairah
7. Gangguan Kognitif dan Emosi
Masalah kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi,gangguan memori, dan
gangguan mental terdapat pada 40-70 % pasien MS. Banyak penderita MS
meninggalkan pekerjaannya akibat masalah diatas. Pada ± 10% kasus,
disfungsi mental berat dan demensia dapat tejadi. Gangguan ini mungkin
berhubungan dengan depresi yang dilaporkan ditemukan pada 25-50% kasus
MS.
Ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa depresi pada MS bukan
karena masalah psikologi,umur atau lamanya menderita penyakit tetapi
dipengaruhi oleh jumlah lesi yang ditemukan pada gambaran MRI (Swirsky-
Sacchetti T et al 1992). Atrofi otak, pembesaran ventrikel dan menipisnya
korpus kalosum juga penyebab gejala gangguan kognitif diatas.
8. Gangguan Nervus Cranialis
- Gangguan Penciuman :Gangguan penciuman sering ditemukan terjadi pada kasus
MS.
- Gangguan Penglihatan :
Neuritis Optika (ON) adalah gangguan penglihatan yang paling sering terjadi 14-
23% kasus dan 50% ,biasanya muncul secara akut atau subakut dan unilateral dengan
diikuti rasa nyeri pada mata terutama dengan adanya gerakan bola mata. Neuritis
Optika bilateral sangat jarang terjadi, bila ditemukan biasanya asimetris dan lebih
berat pada satu mata. Neuritis optika bilateral biasanya terjadi pada anak dan ras
Asia.
- Gangguan Gerakan Bola Mata
Gangguan gerakan bola mata sering terjadi pada pasien MS biasanya
berhubungan dengan gangguan saraf penggerak bola mata, Nervus cranial VI,III dan
jarang pada nervus VI. Nistagmus adalah gejala yang paling sering muncul
(Dell’Osso,Daroff,Troost,1990) berupa “jelly like nystagmus”berupa gerakan cepat
dengan amplitudo kecil, pendular. Internuklear ophtalmoplegia (INO) juga sering
ditemukan, dan bila ditemukan bilateral biasanya didapatkan juga adanya nistagmus
vertical dan upward gaze.
- Gangguan Nervus Kranial lain.
Gangguan sensasi pada wajah ,subjektif maupun objektif sering ditemukan.
Ditemukannya trigeminal neuralgia pada dewasa muda mungkin merupakan gejala
awal dari MS. Hemifasial spasme,paresis wajah tanpa adanya gangguan pengecap
dapat ditemukan.Vertigo dilaporkan merupakan gejala yang ditemukan pada 30-50%
kasus MS dan biasanya berhubungan dengan kelainan nervus kranialis, biasanya
ditemukan hipo atau hiperakusis. Bisa juga terjadi gangguan pendengaran dan
biasanya unilateral. Gangguan yang berhubungan dengan Nervus Kranial IX,X dan
XII biasanya terjadi disfagia.dan biasanya merupakan gejala akhir yang muncul.

a. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan elektroforesis terhadap CSS : Untuk mengungkapkan adanya
ikatan oligoklonal ( beberapa pita imunoglobulin G [ IgG ] ), yang
menunjukkan abnormalitas immunoglobulin.
2. Pemeriksaan potensial bangkitan : dilakukan untuk memebantu
memastikan luasnya proses penyakit dan dan memantau perubahan
penyakit.
3. CT scan : dapat menunjukkan atrofi serabral
4. MRI untuk memperlihatkan plak-plak kecil dan untuk mengevaluasi
perjalanan penyakit dan efek pengobatan.
5. Pemeriksaan urodinamik untuk mengetahui disfungsi kandung kemih
6. Pengujian neuropsikologik dapat  diindikasikan untuk mengkaji kerusakan
kognitif.
( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system
persyarafan,( 2008 ) hal 216 )

F.Penatalaksanaan
Tujuan dari pengobatan atau penatalaksanaan multiple sklerosis adalah
menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.

A. Penatalaksanaan farmakoterapi
1. Terapi obat untuk fase akut :
-Kortikosteroid dan ACTH : Digunakan sebagai agens anti-inflamasi yang
dapat meningkatkan konduksi saraf. Pemberian awal dapat dimulai dari
Metilprednisolon 0.5-1 g IV selama 3 -7 hari dan dosisnya diturunkan
60mg perhari selama 3 hari berturut-turut sampai 10 mg per hari. Dosis oral
dapat diberikan sama dengan IV kecuali penurunan dosis 60 mg selama 5-7
hari.
2. Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan
- Beta interferon ( betaseron ) : Digunakan dalam perjalanan relapsing-
remittting, dan juga menurunkan secara signifikan jumlah dan beratnya
eksaserbasi. Interferon tidak dapat diberikan dengan dosis tunggal tetapi
harus di kombinasikan dengan 3 jenis obat yaitu alfa, beta dan gamma
interferon. Alfa dan beta diproduksi dari sel yang terinfeksi virus. Beta
interferon menurunkan frekuensi kambuhnya MS. Rute pemberian obat
melalui subkutan dan lebih baik lagi pemberian melalui intratekal atau IM.
Dosis pada orang dewasa 3-9 juta unit SC 3x/minggu selama 6 bulan.  Obat
lain yang dapat menurunkan frekuensi kambuhnya MS adalah : copolymer
1 dan azathioprine.
3. Baklofen : sebagai agens antispasmodicmerupakan pengobatan yang dipilih
untuk spastisitas. Klien dengan spastisitas beret dan kontraktur memerlukan
blok saraf dan intervensi pembedahan untuk mencegah kecacatan lebih
lanjut.
4. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit
5. Terapi obat lain : cycloscospamid, total limpoid irradiation ( TLI).
B. Terapi suportif
1. Terapi suportif diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mempertahankan kondisi pasien agar tetap stabil. Fisioterapi dan terapi
okupasi diberikan untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot serta
ditambah dengan obat untuk relaksasi otot untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan nyeri karna spastik.
C. Blok saraf dan pembedahan : Dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan
kontraktur untuk mencegah kerusakan lebih lanjut

G.Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
1. Disfungsi pernafasan
2.  Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
3.  Komplikasi dari imobilitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus
Ny A usia 28 tahun datang ke poli neurologi RSCM dengan keluhan kelemahan
kedua tungkai sejak ±1,5 tahun SMRS. Pada awalnya (Januari 2013) pasien
merasakan kelemahan pada kaki kiri dan tangan kiri disertai rasa tebal sampai di
lutut. Pasien tidak dapat bekerja lagi karena kelemahan kakinya, bila berjalan kaki
kiri diseret. Rasa tebal menghilang sendiri 2 bulan kemudian tetapi rasa lemah
masih tetap ada. Oleh keluarga dibawa berobat kedokter saraf dan dikatakan
terkena virus, pasien diberi obat (nama obat tidak ingat) dan menurut keluarga
keadaan pasien membaik. Kemudian pasien dapat bekerja lagi walaupun
kelemahan tungkai masih ada. 1 bulan kemudian kaki kanan terasa lemah dan
tebal diikuti oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan sampai dikepala.
Oleh keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan dikatakan
penyakit tidak dapat diobati. Pasien pulang kerumah dan berjalan sudah harus
dipapah karena keempat anggota gerak sudah lemah terutama kedua tungkai.
Pasien juga mulai mengeluhkan penglihatan mulai terganggu, pasien mengatakan
penglihatan seperti ada kabut dan silau bila kena sinar, dan beberapa bulan
kemudian pandangan pasien menjadi dobel bila melihat jauh dan pasien sering
merasa berputar, keluhan penglihatan ini dirasakan pasien semakin memberat.
Kelemahan kedua tungkai makin bertambah dan selama 1 tahun pasien hanya
dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan kursi roda bahkan sejak 6 bulan
SMRS pasien sudah tidak dapat duduk lagi karena lemah. Sejak 2 bulan SMRS
pasien mulai bicara tidak jelas dan pasien mengeluh sulit menelan dan sering
tersedak, disekitar mulut pasien juga dirasakan tebal. Kesulitan BAB dan BAK
pasien sering ngompol dan menurut keluarga pasien sering lupa terhadap sesuatu
yang sudah dikerjakan sebelumnya. Pandangan pasien juga semakin kabur. Oleh
keluarga pasien dibawa ke RSCM.

1. PENGKAJIAN
IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin :P
Suku / Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Ds. Bendet Cukir, Jombang
No. Register :-
Tgl MRS : 23 Mei 2014
Tgl Pengkajian : 23 Mei 2014
Diagnosa Medis : Multipel Sklerosis
Keluhan utama :
Klien datang dengan keluhan kelemahan kedua tungkai sejak ±1,5 tahun
SMRS.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada awalnya (Januari 2013) pasien merasakan kelemahan pada kaki kiri dan
tangan kiri disertai rasa tebal sampai di lutut, rasa tebal menghilang sendiri 2
bulan kemudian tetapi rasa lemah masih tetap ada. Oleh keluarga dibawa
berobat kedokter saraf dan dikatakan terkena virus, pasien diberi obat (nama
obat tidak ingat). 1 bulan kemudian kaki kanan terasa lemah dan tebal diikuti
oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan sampai dikepala, oleh
keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan dikatakan
penyakit tidak dapat diobati. Kelemahan kedua tungkai makin bertambah
selama 1 tahunpasien hanya dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan
kursi roda.
Sejak 2 bulan SMRS pasien mulai bicara tidak jelas dan pasien mengeluh
sulit menelan dan sering tersedak, disekitar mulut pasien juga merasakan
tebal,oleh keluarga pasien dibawa ke RSCM.
2. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Riwayat sakit kepala sejak 8 tahun yang lalu dan dirasakan di belakang
kepala, pasien minum obat-obat warung. Riwayat vaksinasi : Menurut
orangtua pasien tidak mendapatkan vaksinasi saat balita.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Orangtua pasien (bapak) pernah mengalami kelemahan kedua tungkai disertai
rasa baal yang menjalar keatas tetapi sembuh tanpa pengobatan medis
(pengobatan alternatif)

PEMERIKSAAN FISIK
4. TANDA – TANDA VITAL
 Kesadaran : komposmentis
 keadaan umum: lemah
 TD : 100/80 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 37 C
 RR : 18 x/menit

PEMERIKSAAN PER SISTEM


A. Sistem Pernafasan
Hidung
Inspeksi : tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret/ingus,tidak
ada pemberian O2 melalui nasal/masker.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada fraktur tulang nasal
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, menggunakan alat bantu pernapasan

Leher
Inspeksi : bentuk leher normal dan simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, tidak ada pembesaran
kalenjer tiroid
Faring
Inspeksi : tidak ada kemerahan dan tanda-tanda infeksi/oedem
Area Dada
Inspeksi : tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, pergerakan dada
simetris, bentuk dada normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan pada dinding thorax.
Perkusi : bunyi paru sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler

B. Kardiovaskuler Dan Limfe 


Wajah
Inspeksi : simetris dan konjungtiva merah muda
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Dada
Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris
Palpasi : tidak ada pembesaran ictus cordis
Perkusi : adanya bunyi redup pada batas jantung dan tidak terjadi pelebaran
atau pengecilan
Auskultasi : bunyi jantung normal
Ekstermitas atas
Inspeksi :tidak ada varises, sianosis, clubbing finger, oedem
Palpasi : suhu akral dingin
Ekstermitas bawah
Inspeksi : tidak ada varises, sianosis, clubbing finger, oedem
Palpasi : suhu akral dingin

C. Persyarafan
Anamnesa : hilang keseimbangan, perubahan bicara, parastesia pada bagian
wajah dan paralysis pada bagian tungkai.
Pemeriksaan nervus
 Nervus I olfaktorius(pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat di beri minyak wangi dan minyak
kayu putih.
 Nervus II opticus(penglihatan)
Ketajaman penglihatan :
Penglihatan pasien kabur dan padangan menjadi dobel bila melihat
jauh.
 Nervus III oculomotorius
Tidak terdapat edem kelopak mata dan kelainan bentuk bola mata.
 Nervus IV toklearis
Bentuk pupil bulat isokor, ukuran pupil4mm/4mm dan reaksi pupil terhadap
cahaya +/+
 Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Reflek masester : +
Sensibiltas wajah :
Pasien tidak dapat merasakan tusukan benda tumpul dan tajam pada
daerah sekitar wajah.
 Nervus VI abdusen
Gerakan bola mata pasien cepat (nistagmus) dan penglihatan ganda
(diplopia)
 Nervus VII facialis
Pasien tidak bisa merengut dan menggembungkan pipi
 Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik  
 Nervus IX glosoparingeal
Reflek muntah : -
 Nervus X vagus
Pasien kesulitan menelan
 Nervus XI aksesorius
Pasien kesulitan untuk mengangkat bahu
 Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, pasien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah
Reflek Fisiologis :
- Bisep : -
- Trisep : -
- Patella : +
- Archiles : +
Reflek Patologis :
- Babinski : +
- Brudzinski I/II : -/+
- Chadok : +
- Oppenhiem : +
- Gordon : +
- Gonda : +
- Rossolimo : +
- Trommer : -
Tingkat Kesadaran (Kualitas) : Composmetis
Tingkat Kesadaran (Kuantitas) :
- GCS : E4M6V5 = 15
D. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa :Enurisis/ngompol dan inkontenensia urine
Genetelia Eksterna :
Inspeksi : tidak ada oedem dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau tonjolan
Kandung Kemih
Inspeksi : terdapat ketegangan pada kadung kemih
Palpasi : adanya tahanan lunak pada kandung kemih
Ginjal
Inspeksi : tidak ada pembesaran pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak nyeri ketok
E. Sistem Pencernaan-Eliminasi Alvi
Anamnesa : terjadi perubahan pola makan karena disfagia dan gangguan
defekasi konstipasi
Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada rongga mulut,
Lidah
Inspeksi : tidak adasariawan dan lesi
Palpasi : tidak ada oedem atau nyeri tekan
Abdomen
Inspeksi : tidakterdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen), tidak ada
luka.
Auakultasi : peristaltic usus
Perkusi : hipertympani
Palpasi
Kuadran I
Hepar tidak terdapat hepatomegali dan nyeri tekan
Kuadran II
Gaster tidak ada nyeri tekan abdomen dan tidak terdapat distensi
abdomen
Kuadran III
Terdapat penumpukan feses
Kuadran IV
Tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

F. Sistem Muskuloskeletal Dan Integumen


Anamnesa :terdapat kelemahan ekstermitas pada kedua tungkai dan pasien
menggunakan kursi roda
Warna Kulit
Tidak ada hiperpigmentasi dan hipopigmentasi, warna kulit sawo matang
Kekuatan Otot

3 4

1 1

G. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Kepala
Inspeksi : rambut lebat tidak ada kerontokan dan alospesia
Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris.
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tyyroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi : tidak terpat edem non piting

H. Sistem Reproduksi
Payudara
Inspeksi : bentuk simetris, bersih, tidak ada masa dan tidak ada luka
Palpasi : tidak ada benjolan dan pengeluaran cairan atau darah, tidak ada nyeri
tekan
Axilla
Inspeksi : tidak ada benjolan
Palpasi : tidak teraba benjolan
Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembesaran perut
Palpasi : tidak ada masa
I. Persepsi Sensori
Anamnesa : penglihatan pasien kabur dan ganda
Mata
Inspeksi : bentuk mata simetris
Kornea : normal berkilau transparan
Iris/pupil : warna iris hitam reflek pupil isokhor
Lensa : jernih dan transparan
Sclera : putih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan pembengkakan
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Hambatan mobilitas fisik b/d keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh


atau lebih ekstrimitas secara mandiri dan teraah

III. INTERVENSI

Inisial Pasien : Ny A

Tanggal : 23 Mei 2014

Diagnosa Keperawatan : Hambatan Mobilitas Fisik

NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
Hambatan Mobilitas
Fisik pasien teratasi
dengan kriteria hasil:

Terapi latihan:  Bantu pasien - Ambulas - Berjalan dengan


Ambulasi untuk duduk i langkah yang
Definisi : Peningkatan di tempat
dari pemberian bantuan pelan (4)
tidur maupun
dengan cara berjalan - meningkatkan
di kursi
untuk mempertahankan
fungsi tubuh selama  Konsultasika mobilitas (4)
pasien dirawat dan n dengan tim
NIC NOC
selama fase fisioterapi - Koordin - meningkatkan
penyembuhan untuk asi kemandirian. (4)
merencanaka
n latihan pergerak
 Pastikan alat an
bantu dalam - Memperkuat
kondisi baik
kontraksi otot (3)
 Sediakan alat
bantu - Mengontrol
ambulasi pergerakan (4)
seperti - Mobilita - Menyeimbangka
walker (alat
bantu jalan) s n pergerakan (4)
Terapi Latihan :  Jelaskan pada
Mobilitas pasien
Definisi: pergerakan tentang
tubuh baik aktif
maupun pasif untuk keamanan
memelihara atau berpindah - Keseimbangan
mengembalikan posisi serta (4)
fleksibilitas teknik
- Koordinasi (4)
ambulasi
 Bantu pasien - Berjalan(4)
untuk berdiri
dan
mempertahan
kan jarak
langkah pada
setiap
ambulasi
 Tingkatkan
ambulasi
secara
nandiri
dengan
sedikit
bantuan

 Tentukan
pembatasan
NIC NOC
pergerakan
dan efeknya
 Jelaskan
kepada
pasien /
keluarga
tujuan dan
rencana
untuk
berlatih
 Monitor
ketidaknyam
anan atau
rasa sakit
selam
aktivitas
 Posisikan
pasien
seoptimal
mungkin
dalam
melakukan
pergerakan
aktif dan
pasif
 Lakukan
latihan
PROM atau
bantu latihan
AROM
 Instruksikan
pasien atau
keluarga
bagaimana
cara yang
sistematis
melaksanaka
n PROM atau
AROM
 Dorong
NIC NOC
pasien untuk
mencoba
menggerakka
n badan
sebelum
mulai ROM
 Motivasi
untuk tetap
melakukan
pergerakan
walaupun di
tempat tidur
atau diatas
kursi dorong
ambulasi,
jika mampu
 Evaluasi
kemampuan
untuk
melakukan
mobilisasi
secara aman
dan berikan
alat bantu
berjalan.
IV. IMPLEMENTASI

TGL/JAM IMPLEMENTASI PARAF

24 Mei  membantu pasien untuk duduk di tempat tidur


2014 maupun di kursi
 mekonsultasikan dengan tim fisioterapi untuk
merencanakan latihan
 memastikan alat bantu dalam kondisi baik
 menyediakan alat bantu ambulasi seperti walker
(alat bantu jalan)
 menjelaskan pada pasien tentang keamanan
berpindah posisi serta teknik ambulasi
 membantu pasien untuk berdiri dan
mempertahankan jarak langkah pada setiap
ambulasi
 mningkatkan ambulasi secara nandiri dengan
sedikit bantuan
 mnentukan pembatasan pergerakan dan efeknya
 menjelaskan kepada pasien / keluarga tujuan
dan rencana untuk berlatih
 memonitor ketidaknyamanan atau rasa sakit
selam aktivitas
 meposisikan pasien seoptimal mungkin dalam
melakukan pergerakan aktif dan pasif
 melakukan latihan PROM atau bantu latihan
AROM
 meinstruksikan pasien atau keluarga bagaimana
cara yang sistematis melaksanakan PROM atau
AROM
 mendorong pasien untuk mencoba
menggerakkan badan sebelum mulai ROM
 memotivasi untuk tetap melakukan pergerakan
walaupun di tempat tidur atau diatas kursi
dorong ambulasi, jika mampu
 meevaluasi kemampuan untuk melakukan
mobilisasi secara aman dan berikan alat bantu
berjalan.
V. EVALUASI

NO TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF

1. 25 Mei S:
2014 Klien  mengeluh kelemahan kedua tungkai
bicara pasien tidak jelas
pasien mengeluh sulit menelan dan sering
tersedak, disekitar mulut pasien juga
dirasakan tebal.
Kesulitan BAB dan BAK pasien sering
ngompol
menurut keluarga, pasien sering lupa
terhadap sesuatu yang sudah dikerjakan
sebelumnya.
Pandangan pasien juga semakin kabur
danpandangan pasien menjadi dobel bila
melihat jauh
O:
Kesadaran : komposmentis
keadaan umum : lemah
TD : 100/80 mmHg
Pasien menggunakan kursi roda
hilang keseimbangan dan parastesia pada
bagian wajah
inkontenesia urine
A: Masalah klien belum teratasi.
P: Rencana masih di teruskan.
I : Melaksanakan tindakan yang telah ada.
E : masih terdapat kelemahan pada tungkai
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan dan saran

Sklerosis multipel  merupakan  penyakit degenerasi yang menyerang sistem


saraf pusat yaitu otak dan medula spinalis . Penyakit ini ditandai dengan adanya
kelemahan, mati rasa, hilangnya fungsi pendengaran dan penglihatan  yang
biasanya terjadi pada umur 18-40 tahun. Banyak pasien yang menderita multipel
sklerosis hidup normal diantara periode kambuhnya penyakit. Beberapa pasien
yang penyakitnya lebih parah dibutuhkan perawatan yang intensif di rumah.
Kebanyakan pasien yang menderita multipel sklerosis mengalami kelemahan,
penurunan imunitas, gangguan perkemihan, disfungsi sexual, kelemahan,
perubahan interaksi social. Pasien membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri
dengan penyakit yang dialaminya, dan beberapa pasien perlu dilakukan konseling
dan psikotherapi untuk mengatasi perubahan tubuh yang dialaminya.Walaupun
obat untuk kesembuhan belum ada namun  penanganan medis dan  asuhan
keperawatan yang tepat diperlukan agar pasien dapat menjalani aktifitas sehari-
hari dengan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Francis GS, D Pierre,Antel PJ. Neurology in Clinical Practise: Multiple Sclerosis,2 nd ed,
Washington, Butterworth Heinemann,1996: p 1308-35

Pirko I,Noseworthy JH, Demyelinating Disorder of The Central Nervous System.Dalam :


Goetz CG : Textbook of Clinical Neurology,2 nd ed, Pennsylvania, The Curtis Center
Independence Square West Philadelphia,2003,p 1060-76

Multiple Sclerosis : What is Multiple Sclerosis, available from : http/www.Multiple


Sclerosis.org

Nowack JW, Multiple Sclerosis, available from : http/ www,emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai