Rks 1UMUM Asrama
Rks 1UMUM Asrama
Rks 1UMUM Asrama
UNIT PEKERJAAN
REHABILITASI GEDUNG ASRAMA HPMB
: BANTAENG
DAERAH ISTIMEWAH YOGYAKARTA,
TAHUN ANGGARAN 2019
Pasal - 1
PENJELASAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Pada dasarnya untuk dapat memahami dan memahami dengan sebaik-baiknya seluk beluk pekerjaan ini,
kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam buku ini.
Di dalam hal terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan, dan atau kesimpang-siuran informasi di dalam
pelaksanaan, kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan dan direksi untuk
mendapatkan kejelasan pelaksanaan.
LINGKUP PEKERJAAN
Nama pekerjaan untuk proyek Persyaratan ini berlaku untuk semua pekerjaan dalam PERENCANAAN
TEKNIS REHABILITASI GEDUNG ASRAMA HPMB BANTAENG DAERAH ISTIMEWAH
YOGYAKARTA, TA.2019.
Dengan ruang lingkup pekerjaan yang mencakup antara lain serta tidak terbatas : Pembangunan
gedung lengkap pekerjaan struktur, arsitektur berikut instalasi mekanika/elektrikalnya, serta pekerjaan
plumbing, sesuai dengan rencana dalam Gambar Kerja.
SARANA BEKERJA
1. Tenaga Kerja / Tenaga Ahli
Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Peralatan Bekerja
Menyediakan alat-alat Bantu seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat, dan pengangkut
serta peralatan-peralatan yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
3. Bahan-bahan Bangunan
Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang
akan dilaksanakan serta tepat pada waktunya.
PERSYARATAN PELAKSANAAN
Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan,
peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Teknis dan atau petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas. Sebelum
melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi
kerja dengan pekerjaan lain menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur dan mendapat izin tertulis dari
Konsultan Pengawas. Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan, Penyedia Jasa harus
menyediakan :
Wakil, sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli di bidangnya selama
pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.
Buku harian untuk :
Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungnnya dengan proyek.
Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan, dan detail pekerjaan.
Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :
1 (satu) kamera.
1 (satu) alat ukur (theodolith/waterpass).
1 (satu) unit komputer dan alat cetak (printer).
1 (satu) alat ukur panjang masing-masing 50 m dan 5 m.
1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm.
Serta :
o Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1981.
o Peraturan perburuhan di Indonesia dan Peraturan Tentang Keselamatan Tenaga Kerja yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
o Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang Penanggulangan Bahaya
Kebakaran.
Pasal - 2
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk
tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku
adalah RKS.
3. Ukuran - ukuran dalam gambar
3.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar kerja gambar pelengkap meliputi
:
As – as
Luar – luar
Dalam – dalam
Luar – dalam
3.2. Ukuran-ukuran yang dipergunakan disini semuanya dinyatakan dalanm M (meter) ,kecuali ukuran-
ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam inchi atau mm (millimeter).
3.3. Khusus ukuran –ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti
dalam keadaan selesai (“finished”)
3.4. Mengingat masalah ukuran ini sangat penting, kontraktor diwajibkan menelitih terlebih dahulu
ukuran-ukuran yang tercantum didalam Gambar Kerja Arsitektur dan Gambar Kerja lainnya yang
termuat didalam Dokumen Leleng / Dokumen Kontrak,terutama untuk peil ketinggian ,lebar,
ketebalan luas penampang dan lain-lain.
3.5. Bila ada keraguan mengenai ukuran ,Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada
konsultan pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan
dipakai dan dijadikan pegangan.
3.6. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum didalam
Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan Direksi, dan segala akibat yang terjadi adalah
kewajiban kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.
4. Perbedaan Gambar.
4.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam suatu disiplin kerja, maka gambar
yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.
4.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/ Struktur, maka yang berlaku
adalah gambar kerja Struktur.
4.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrika/Listrik dan
mekanikal, maka gambar yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar
kerja Arsitektur.
4.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidak telitian didalam pelaksanaan satu bagian pekerjaan
akan selalu mempengaruhi bagian pekerja lainnya, maka didalam hal terdapat ketidak jelasan,
kesimpang siuran, perbedaan-perbedaan, dan ataupun ketidak sesuaian dan keragu-raguan
diantara setiap Gambar Kerja, kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas/
Pengelola Proyek secara tertulis, mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas/ Direksi
dan konsultan Perencana, untuk mendapatkan keputusan gambar mana yang akan dijadikan
pegangan.
4.5. Kesatuan tersebut diatas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang /
meng”klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.
5. Istilah-istilah.
Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin pada tahap pembangunan ini adalah
sebagai berikut :
5.1 AR : Asitektur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan bangunan ini secara
menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada, baik teknis maupun estetika.
5.2 SR : Struktur
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan perhitungan konstruksi, bahan konstruksi utama dan
spesifikasinya, Dimensioneering Beton Struktur.
5.3 PL : Plumbing
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan system Sanitasi Bangunan (air bersih, air kotor, air
kotor)
5.4 EL : Elektrikal / Telepon / Fire Alarm / Soun Sistem / Penangkal Petir.
Yang ada hubungannya dengan System Penyediaan Daya Listrik, Penerangan, Penangkal
Petir,Sistem Komunikasi, Fire Alram dan lain-lain sesuai dengan gambar kerja.
5.5 AC : Mekanika AC
Yang ada hubungannya dengan Sistem Pengkondisian Udara
5.6 SD : Site Development
Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan pematangan lahan seperti gali/urug, perataan
(“grading”), pengerasan jalan / parkir, saluran dan sebagainya.
6. Shop Drawing.
Shop Drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan. Kontraktor
wajib membuat Shop Drawing pada setiap akan melaksanakan suatu pekerjaan dan untuk detail khusus
yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja / Dokumen kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas.
Dalam Shop Drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan
termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan, dan atau
spesifikasi / persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di
dalam Gambar Kerja / Dokumen Kontrak maupun dalam buku ini.
Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat
persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas.
Pasal - 3
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
1. Kontraktor wajib menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa dipanggil Pelaksana yang cakap untuk
memimpin pelaksanaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor, berpendidikan minimal
Sarjana Teknik Arsitektur dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun.
2. Dengan adanya Pelaksana, tidak berarti bahwa Kontarktor lepas tanggung jawab sebagian atau
keseluruhan terhadap kewajibannya.
Pasal - 4
TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR
1. Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan –
ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.
2. Kehadiran Konsultan pengawas selaku Wakil Pemberi Tugas untuk melihat, mangawasi, menegur, atau
memberi nasehat tidak mengurangi tranggung jawab tersebut di atas.
3. Kontraktor bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan.
Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor sendiri.
4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pel;aksanaan pekerjaan, maka Kontraktor
berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pemberi Tugas melaui Konsultan Pengawas.
Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.
5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tanggung-
jawab Kontraktor
7. Selama pembangunan berlangsung, kontraktor harus menjaga keamanan bahan / material, barang milik
proyek, Konsultan Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang
dilaksanakannya sampai dengan tahap serah terima.
Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun
yang belum, adalah tanggung-jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan
tambah.
8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-
barang maupun keselamatan jiwa.
9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-sisa
bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan. Segala pembiayaannya
menjadi tanggungan Kontraktor.
Pasal - 5
DIREKSI KEET, KANTOR PEMBORONG, GUDANG, DAN LOS KERJA
1. Pemborong harus membuat direksi keet seluas 9 M2 ( 3 x 3 M2 ) untuk ruang pengawas dan ruang
rapat, yang diperlengkapi dengan kursi, meja, serta peralatan lain yang diperlukan (lantai diplester,
dinding papan, dan atap seng/asbes).
2. Pemborong berkewajiban membuat Kantor Pemborong, Los Kerja, Gudang Bahan yang dapat dikunci, di
mana tempatnya kan ditentukan oleh Pengawas Lapangan / Personalia Proyek.
3. Direksi Keet, Kantor Pemborong, Gudang dan Los Bahan yang dibuat oleh Pemborong, setelah selesai
pelaksanaan pembangunan / pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak
Pemborong kecuali ada ketentuan lain dari Direksi / Pengawas.
4. Kontraktor wajib memasukkan identitas, nama, jabatan, keahlian masing-masing anggota kelompok
kerja pelaksanaan pekerjaan ini dan inventarisasi peralatan yang dipergunakan untuk pekerjaan ini.
5. Kontraktor wajib memasukkan identifikasi tempat kerja (Workshop) dan peralatan yang dimiliki di mana
pekerjaan akan dilaksanakan, serta jadwal kerja.
6. Semua sarana kerja yang dipergunakan harus benar-benar baik dan memenuhi persyaratan kerja
sehingga memudahkan dan melancarkan kerja lapangan.
7. Penyediaan tempat penyimpanan bahan / material di lapangan harus aman dari segala kerusakan,
kehilangan, dan hal-hal yang dapat mengganggu pekerjaan lain yang sedang berjalan.
Pasal - 6
JADWAL PELAKSANAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, Kontraktor ‘wajib’ membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dan
bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.
2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas,
paling lambat dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SKP)
diterima Kontraktor, Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, akan disahkan oleh
Pemberi Tugas.
3. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan Pengawas,
yang selanjutnya akan memberikan 1 (satu) salinan Rencana Kerja kepada Konsultan Perencana, 1
(satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada dinding Bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu
diikuti dengan grafik kemajuan/prestasi kerja.
4. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana Kerja tersebut.
Pasal - 7
PENGUKURAN GARIS / KETINGGIAN PERMUKAAN
DAN POSISI BAGIAN - BAGIAN PEKERJAAN
1. Kontraktor bertanggung-jawab atas kebenaran penetapan ketinggian yang disetujui secara tertulis oleh
Pengawas Ahli.
2. Kontraktor harus bertanggung-jawab untuk menyediakan semua peralatan, perlengkapan, dan tenaga
kerja yang diperlukan dalam hubungannya dengan penetapan tersebut dalam butir di atas.
3. Pencocokan peralatan ketinggian dilapangan oleh pengawas, bagaimanapun juga tidak melepaskan
kontraktor dari tanggung-jawab atas ketepatan dari penetapan ketinggian tersebut dan kontraktor harus
melindungi dan menjaga dengan hati-hati semua patok tetap, bouwplank dan benda-benda lain yang
digunakan dalam penetapan ketinggian.
4. Kontraktor wajib memperlihatkan dan mempelajari segala petunjuk yang tertera dalam Gambar Kerja
untuk memastikan posisi dan ketetapan dilapangan bagi setiap bagian pekerjaan.
5. Kontraktor harus memasang patok-patok yang terpenting di Tapak untuk patokan titik mula setiap
bagian dari pekerjaan.
6. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk, kemiringan/ kontur/ peil yang tertera
didalam Gambar Kerja. Kemiringan yang dibuat harus cukup mengalirkan air hujan menuju keselokan
yang ada disekitarnya serta mengikuti persyaratan-persyaratan yang tertera dalam Gambar Kerja. Tidak
dibenarkan adanya genangan air.
7. Perbedaan antara Gambar Kerja dengan keadaan dilapangan harus dilaporkan kepada Konsultan
Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan pemecahannya setelah berkonsultasi dengan Perencana.
8. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/ Direksi.
Pasal - 8
KETENTUAN DAN SYARAT BAHAN - BAHAN
1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat
pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Pesyaratan Umum Bahan
Bangunan Indonesia (PUBI th,1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta
ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia.
2. Merk Pembuatan Bahan / Mterial dan komponen jadi.
a. Semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknik ini
dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat.
b. Bahan Material dan komponen jadi yang dipasang/ dipakai harus sesuai dengan yang tercantum
didalam gambar ,memenuhi standar spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan
bahan bangunan yang berlaku.
c. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk oleh
pabrik dan atau supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana. Dalam hal ini kontraktor
tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerja tambah.
d. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankankan untuk setiap
jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.
e. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test dari
Laboratorium local/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui
Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui Konsultan Perencana. Apabila diperlukan biaya
untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat
mengajukan sebagai biaya tambahan.
3. Kontraktor/ Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang
diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/ Direksi untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan/ dipakai. Contoh bahan
tersebut harus diserakan kepada Konsultan Pengawas adalah sebanyak 3 (tiga) buah dari satu bahan
yang ditentukan untuk menetapkan “ Standar of Apperiance “ dan disimpan diruang Direksi/ Pengawas.
Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.
4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada kontraktor
selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.
5. Penyimpanan dan Pemeliharaan bahan harus sesuai dengan persyaratan pabrik yang bersangkutan dan
atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
Pasal - 9
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
1. Bahan-bahan yang didatangkan / dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui
Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam pasal 8 diatas.
2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ ditolak oleh
Konsultan Pengawas, harus segera dikeluarkan dari lapangan selambat-lambatnya dalam tempo 3 * 24
jam dan tidak boleh dipergunakan.
3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/ Direksi dan ternyata masih
dipergunakan oleh pelaksana, maka Konsultan Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran kembali
kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi
tanggungan kontraktor sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1%
(satu permil) dari harga borongan.
4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut,
maka kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium Balai Penelitian Bahan-bahan Pemerintah
untuk di uji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada Pengawas/ Direksi secara tertulis, segala
biaya pemeriksaan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
5. Sebelum ada kepastiaan dari Laboratorium tersebut diatas tentang baik atau tidaknya kualitas dari
bahan-bahan tersebut, Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang
menggunakan bahan-bahan tersebut.
Pasal - 10
SUPLIER DAN SUB-KONTRAKTOR
1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor bawahan (sub kontraktor) didalam hal
pengadaan bahan/ material dan pemasangannya, maka “wajib” memberitahukan terlebih dahulu kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
2. Kontraktor wajib mengadakan koordinasi pelaksanaan atas petunjuk Konsultan Pengawas dengan
Kontraktor bawahan atau supplier bahan.
3. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas dilapangan untuk pekerjaan khusus dimana
pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.
Pasal - 11
PERSYARATAN UMUM LAINNYA
Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor
bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan, bahan dan peralatan teknis serta
konstruksi yang diserahkan Pemberi Tugas, dalam hal terjadinya kerusakan-kerusakan, maka kontraktor
harus bertanggung-jawab memperbaikinya.
6. Memasuki Lapangan .
Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat
memasuki tempat pekerjaan, atau semua bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dikerjakan/ dipersiapkan atau dimana bahan/ barang dibuat.
Kontraktor harus memberi fasilitas dan membantu untuk memasuki tempat-tempat tersebut.
7. Pemeriksaan Pekerjaan.
7.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena bahan/
material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaan sendiri ditolak oleh Konsuktan
Pengawas/ Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam
waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
7.2 Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan
persetujuan pengawas dan borong harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas
ahli untuk memeriksa surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/ hari raya, tidak
dipenuhi/ ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/ Direksi, maka kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa oleh Konsultan Pengawas/ Direksi.
7.3 Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/ Direksi berhak untuk membongkar
bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
Biaya pembongkaran dan pemasangan/ perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor tidak
dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan.
8. Kemajuan Pekerjaan.
8.1 Seluruh bahan, peralatan kontruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh Kontraktor
demikian pula metode/ cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa,
sehingga diterima oleh Pengawas/ Direksi.
8.2 Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu yang telah ditentukan
atau pada waktu yang diperpanjang, maka pengawas harus memberikan petunjuk secara tertulis
langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
9. Perubahan, Penambahan, Pengurangan Pekerjaan dan Pembuatan “As-built Drawing”
9.1 Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan sesuai
dengan dokumen kontrak.
9.2 Setelah pekerjaan selesai dan diserah terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat Gambar-
gambar yang memuat seluruh perubahan, dan sesuai dengan kenyataan yang telah dikerjakan/
dibangun oleh Kontraktor (As-built Drawing).
Biaya untuk penggambaran “As-built Drawing”,sepenuhnya menjadi tanggung-jawab Kontraktor.
10. Papan Nama Proyek
Bila diharuskan oleh Pemerintah Daerah setempat, maka Kontraktor harus memasang Papan Nama
Proyek sesuai dengan Peraraturan Daerah yang berlaku, atas biaya Kontraktor.
B. PEKERJAAN PENDAHULUAN
PASAL-1
PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN
PASAL-2
+
PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL / - 0.00
PASAL-3
PEMASANGAN PATOK UKUR DAN PAPAN BANGUNAN ( ‘ BOUWPLANK ‘ )
1. PATOK UKUR
2.1. Patok ukur dibuat dari beton bertulang secukupnya, berpenampang 15 X 15 cm, tertancap kuat
ke dalam tanah sedalam 100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup untuk
memberikan indikasi peil +/- 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi
untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil +/- 0.00.
2.2. Indikasi selanjutnya selain tersebut di atas agar dicantumkan pada patok ukur sesuai petunjuk
Direksi / Konsultan Pengawas.
2.3. Pada dasarnya patok ukur ini dibutuhkan sesuai patokan ketinggian untuk peil permukaan yang
ada dan tercantum dalam Gambar Kerja.
2.4. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2 (dua) buah, dan lokasi
penanamannya sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Direksi / Konsultan pengawas,
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan
pembangunan berlangsung.
2.5. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga
keutuhannya sampai pelaksanaan pengembangan selesai dan ada intruksi dari Direksi /
Konsultasi Pengawas untuk dibongkar.
2. PAPAN BANGUNAN ( “ BOUWPLANK ”)
2.1. Papan bangunan ( “bouwplank “ ) dibuat dari kayu borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan tebal
15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m
tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.
2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan keadaan
setempat. Tinggi sisi atau papan bangunan atau sama dengan lainnya dana atau rata
waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Doreksi / Konsultan Pengawas.
2.4. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi /
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, kontraktor harus menjaga dan
memelihara keutuhan dan ketetapan letak papan bangunan ini samapai tidak diperlukan lagi.
PASAL - 4
PEKERJAAN GALIAN, PENGURUNGAN PEMADATAN DAN PERATAAN TANAH
1. PEKERJAAN GALIAN
1.1. Pekerjaan galian tanah adalah pekerjaan pembuatan lubang/galian di tanah yang diperlukan
untuk :
Pondasi Sloof dan Poer
Saluran dan Trench ( bila ada )
Galian lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan atau oleh Pengawas.
1.2. Pekerjaan galian ini baru boleh dilaksanakan setelah papan Patok Ukur terpasang lengkap
dengan penandaan sumbu, ketinggian dan bentuk telah diperiksa disetujui oleh pengawas.
1.3. Galian untuk kontruksi harus sesuai dengan Gambar Kerja dan bersih dari tanah urug bekas
serta sisa bahan bangunan.
1.4. Urutan penggalian ini harus diatur sedemikian rupa dengan mengikuti petunjuk-petunjuk
Pengawas sehingga tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan Tapak atau menyebabkan
timbulnya genangan air untuk waktu lebih dari 24 jam.
1.5. Jika pada galian terdapat akar kayu, atau bagian tanah yang tidak padat atau longgar maka
bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan
pasir yang dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh
sehingga mencapai ketinggian yang diinginkan. Biaya pekerjaan ini menjadi tanggung-jawab
Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
1.6. Bila pada galian terdapat instalasi existing, kontraktor harus mengikuti prosedur seperti terurai
dalam pasal 3.
1.7. Bila Kontraktor melakukan penggalian yang ,elebihi kedalaman yang ditentukan dalam Gambar
Kerja, maka Kontraktor wajib untuk menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang
dipadatkan dan disirami air setiap ketebalan 5 cm lapis demi lapis sampai jenuh sehingga
mencapai ketinggian yang diinginkan.
Biaya pekerjaan ini tanggung-jawab Kontraktor tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
1.8. Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti, datar sesuai dengan Gambar Kerja dan harus
dibersihkan dari segala macam kotoran.
1.9. Galian pondasi sloof dan Poer harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi atau
seperti tercantum dalam Gambar Kerja, penampang Lereng Galian Kiri dan Kanan dimiringkan
10o ke arah luar pondasi, dan sumbu, ketinggian serta bentuk selesai sesuai Gambar Kerja,
diperiksa serta disetujui Pengawas.
1.10. Kelebihan Tanah Galian harus dibuang ke luar dari dalam tapak kontruksi.
Arena antara papan Patok Ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah.
1.11. Untuk menjaga lereng-lereng galian agar tidak longsor atau runtuh , maka apabila dianggap
perlu oleh Perencana, Kontraktor harus memasang kontruksi penahan/casing sementara dari
bahan seng gelombang BjLS 50 atau setara, atau dari papan-papan tebal 3 cm diperkuat
dengan kayu-kayu dolken, minimal diam. 8 cm sehingga kontruksi tersebut dapat menjamin
kestabilan lereng.
1.12. Apabila dan atau karena permukaan Air Tanah tinggi, Kontraktor harus menyediakan Pompa air
secukupnya untuk mengeringkan Air yang menggenangi Galian.
Disyaratkan bahwa seluruh permukaan Galian, terutama dari lantai galian, harus kering untuk
pekerjaan-pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan :
Pondasi batu kali dan sloof beton bertulang.
Poer beton dan Sloof Bertulang.
Pengurungan dan Pemadatan.
PENUTUP
Hal – hal yang belum tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini akan ditambahkan dalam
Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing), dan jika masih ada peraturan-peraturan yang belum
tercantum dalam RKS ini, masih mengikat sesuai dengan kondisi daerah setempat.