LP Sri R
LP Sri R
Definisi
Demam typhoid (Enteric Fever) merupakan penyakit infeksi akut yang mengenai
saluran pencernaan pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih
disertai gangguan saluran pencernaan dari gangguan kesadaran yang disebabkan
infeksi Salmonella Typhi. Demam tifoid merupakan jenis terbanyak Salmonellosis
(Kartika, dkk. 2021).
Demam tifoid adalah penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri (Salmonella
Typhi). Bakteri tifoid menyebabkan pendetitanya demam, lemah, dan bahkan
kematian. Kejadian demam tifoid umunya terjadi di kawasan yang sangat padat
penduduk. Ketika sanitasi dan kebersihan diperbaiki hingga mencapai standar
modern, kejadian demam tifoid menurun dratis (Surtiretna, dkk. 2022).
Demam tifoid merupakan penyakit seius yang disebabkan oleh bakteri
(Salmonella Typhi). Penyakit ini menyebabkab demam tinggi, lemas sakit perut, sakit
kepala, kurang nafsu makan dan kadang bercak kemerahan. Jika tidak dapat diobati
dapat menyebabkan kematian pada 30% penderita. Pada umumnya penyakit ini
menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi, penyakit dapat dicegah
dengan imunisasi (Armini, 2017).
2. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi. Deam tifoid dapat
ditularkan melalui makanan atau minuman yang tekontaminasi area penanganan yang
tidak bersih/higienis. Bakteri Salmonella Typhi akan masuk ke dalam saluran cerna
dan masuk ke peredaran darah hingga terjadi peradangan pada usus halus dan usu
besar (Librianty, 2015).
Bakteri Salmonella Typhi penyebab demam typhoid, merupakan bakteri gram
negatif, tidak berkapsul, berflagela dan tidak berspora, biasa ditemukan di tinja dan
urin, setelah minggu demam, bakteri ini akan mati pada pemanasan selama beberapa
menit (Darmawati, (2014) dalam Jainurakhma, 2021). Bakteri Salmonella Typhi
menuar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja atau urin yang
terkontaminasi (tercemar). Pencemaran bakteri ini seringkali melalui muntahan, urin ,
dan kotoran yang kemudian terbawa di kaki-kaki lalat, yang kemudian lalat
mencemari makanan, minuman, buah, ataupun sayur (Jainurakhma, 2021).
3. Patofisiologi
Terdapat 4 tahapan dalam proses infeksi Salmonella Typhi, yaitu penempelan
bakteri lumen usus, multiplikasi dalam makrofag, bakterimia, dan menghasilkan
enterotoksin. Salmonella Typhi menular melalui jalur fecal-oral, melalui makanan
atau minuman terkontaminasi. Setelah melewati lambung bakteri akan mencapai usus
halus setelah melewati system pertahanan asam lambung, kemudian melekat pada sel
mukosa lalu menginvasi serta menembus dinding usu pada ileum dan yeyunum.
Terjadilah bekterimia pertama yaitu mengikuti aliran darah ke kelenjar limfe
mesenterika. Fase ini juga disebut sebagai fase inkubasi. Setelah periode inkubasi,
Salmonella Typhi akan masuk kedalam sirkulasi sistemik melalui duktus torasikus
kemudian ssampai di jaringan Retikuloendothelial di hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu dan Peyers Patch pada ileum terminal. Sel M adalah sel epitel yang
melapisi Peyers Patch dijadikan tempat hidup Salmonella Typhi dan bertambah
banyak jumlahnya disana (Bestari, 2020).
4. Pathway
Bakterimia sekunder
Hipertermia
8. Asuhan Keperawatan
1. Data identitas
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit masalalu
4. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
a. Inspeksi : Anak tampak lemah, kulit wajah pucat, Kesadaran : Compos
mentis.
b. Palpasi : Tanda vital : Suhu 39°C, Nadi : 120x/menit, RR : 24x/menit,
TD : 90/60 mmHg.
TB / BB : 140cm / 28kg
BB 28
IMT : 2 = = 14, 28
( TB ) 1, 4²
Lingkaran kepala (anak usia <2 tahun) :
Mata :
a. Inspensi & palpasi : klien memiliki bola mata dan gerakannya simetris,
pupil bewarna hitam kecoklatan, reflex pupil normal, konjungtiva anemis.
Hidung :
a. Inspeksi & palpasi : Hidung simetris, tidak ada sekret, tidak ada edema,
tidak ada polip, fungsi penciuman baik,
Mulut :
a. Inspeksi & palpasi : bibir klien tampak pucat, mukosa bibir kering, lidah
tampak pucat, gusi bersih.
Telinga :
a. Inspeksi & palpasi : telinga tampak bersih, daun telinga kiri kanan
simetris, bentuk ukuran telinga normal, tidak ada edema.
Tengkuk :
a. Inspeksi & palpasi : tengkuk berwarna kuning lansat, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada edema, tidak ada
distensi vena jugularis.
Dada
a. Inspeksi & palpasi : gerakan dada simetris, ukuran dada normal,
frekuensi napas 24x/menit.
b. Perkusi : tidak ada pembengkakan atau edema (cairan).
Jantung : tidak terkaji
Paru-paru : tidak terkaji
Perut
a. Inspeksi & palpasi : perut tampak cembung, tidak ada nyeri tekan
Punggung
a. Inspeksi & palpasi : simetris tidak ada kelainan
Genetalia
a. Inspeksi & palpasi : tidak ada kelainan
Ekstermitas
a. Inspeksi & palpasi : ekstermitas atas tidak ada kelainan, ekstermitas
bawah tidak ada keianan.
Kulit
a. Inspeksi : kulit klien berwarna kuning langsat
9. Analisa data
Edukasi :
- Anjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan pakaian
atau gunakan pakaian
tipis
- Berikan cairan oral
- Berikan kompres
hangat
Edukasi :
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
terapi obat atau cairan
- Sajikan makanan
yang menarik dan
suhu yang sesuai
Edukasi :
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
Terapeutik :
Kolaborasi :
- Kolaborasi obat
pencahar, jika perlu